2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Download mengalami menstruasi tidak teratur dalam bentuk terlambat haid, periode berkelanjutan, atau terjadi 2 kali dalam 1 siklus (Anonim, 2011). G...

0 downloads 476 Views 74KB Size
2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan, berkaitan, dan saling bergantung, diantaranya faktor pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan syarat yang diperlukan agar upaya pendidikan berhasil, selanjutnya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang. Untuk membentuk kualitas manusia yang mempunyai kemampuan kerja fisik yang tangguh, mental kuat dan kesehatan prima, harus didukung tingkat keadaan gizi yang baik. Keadaan gizi yang baik akan meningkatkan kualitas hidup seseorang, kualitas hidup yang tinggi akan mendukung hasil kerja efesien dan optimal. Sebaliknya keadaan gizi tidak baik akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi serta produktivitas kerja rendah (Depkes RI, 2006). Keadaan gizi yang tidak baik seperti kekurangan zat gizi mikro masih merupakan masalah di negara berkembang. Anemia merupakan defesiensi gizi mikro paling umum terjadi dan merupakan masalah gizi kurang yang banyak di derita perempuan (Biradar et al., 2012). Diperkirakan lebih dari 30% atau 1500 juta penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah trofik. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 prevalensi wanita tidak hamil/produktif di Indonesia 33,1% dan prevalensi anemia 57,1% di derita remaja putri. Hasil penelitian WHO bahwa batas kadar Hb remaja putri atau wanita untuk diagnosis anemia jika kurang dari 12 gr/dl (WHO, 2008). Secara fungsional anemia sebagai penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ialah penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Penyebab anemia adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan

3

yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia defesiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti aspirin, suponamid, obat malaria, kebiasaan merokok, kehilangan darah tubuh, perdarahan, luka bakar, diare, dan gangguan fungsi ginjal (Bakta, 2006). Wanita usia subur sangat beresiko tinggi menderita anemia, karena setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi). Menstruasi pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut menarche. Penelitian di Norwegia menunjukkan rata-rata menarche anak perempuan terjadi sedikit di atas umur 13 tahun, dibandingkan umur 17 tahun (Brown et al., 2002). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 di Indonesia rata-rata usia menarche pada umur 13 tahun 37,5%, umur 11-12 tahun sebanyak 30,3%. Sedangkan menarche juga dapat terjadi lebih awal pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat usia 17 tahun (Bappenas, 2010). Menstruasi merupakan perdarahan periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (desquamasi) dinding endometrium. Darah yang dikeluarkan saat menstruasi antara 60-80 ml dan selama 3-7 hari. Siklus menstruasi normal tidak kurang dari 21 hari dan tidak lebih 35 hari (Anwar et al., 2011). Pada umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 4 minggu atau 28 hari. Proses menstruasi dapat menimbulkan potensi masalah kesehatan reproduksi wanita berhubungan dengan fertilitas yaitu siklus menstruasi. Siklus menstruasi tidak teratur adalah semua jenis pendarahan tidak normal jika dibandingkan siklus menstruasi biasa. Hal tersebut mencakup periode akhir, awal atau perdarahan antara periode, dan perdarahan berat (menorrhagia) atau sedikit. Banyak wanita mengalami menstruasi tidak teratur dalam bentuk terlambat haid, periode berkelanjutan, atau terjadi 2 kali dalam 1 siklus (Anonim, 2011). Gangguan siklus menstruasi tidak teratur menimbulkan kecemasan bahkan stres, kondisi tubuh menurun seperti muka pucat, mudah lelah, pusing, mengantuk dan tidak semangat. Hal tersebut akan berdampak penurunan berat badan dan kondisi fisik

4

mengakibatkan aktivitas fisik terganggu menurunnya hasil kerja menjadi tidak efesien dan optimal (Asrinah et al., 2011). Berdasarkan data Riskesdas (2010) di Indonesia perempuan usia 15-24 tahun yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 26,1%. Sedangkan di Kalimantan Selatan perempuan usia 10-59 tahun mengalami menstruasi teratur 68,4% dan 13,8% tidak teratur (Bappenas, 2010). Apabila perdarahan menstruasi tetap banyak baik didalam maupun diluar siklus menstruasi disebut meno-metrorrahgia dan cukup mengkhawatirkan. Perdarahan yang dibiarkan lama, dapat menimbulkan anemia yang akan membahayakan keselamatan hidup perempuan. Disamping itu adanya gangguan hormonal serta kemungkinan terjadi kanker pada corpus uteri (Meranti, 2012). Penelitian yang dilakukan Akramipour et al. (2008) menyatakan kebutuhan akan zat besi masa remaja perempuan sangat tinggi, karena terjadi peningkatan ekspansi volume darah berkaitan pertumbuhan remaja yang pesat sejak mulainya menstruasi dan peningkatan asupan makanan. Baral and Onta (2009) menyatakan prevalensi kejadian anemia wanita usia reproduktif akan berdampak pada pertumbuhan kognitif, fisik dan psikologis sehingga menjadi penting untuk memberi perhatian karena akan berdampak investasi pada generasi berikutnya. Hasil survei anemia remaja di Kota Banjarbaru tahun 2011 pada delapan puskesmas se-Kota Banjarbaru oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, prevalensi anemia mencapai angka 61,8% (BPS Kota Banjarbaru, 2012). Sedangkan hasil praktik cek pemeriksaan hemoglobin di laboratorium Akademi Kebidanan (Akbid) Banjarbaru mahasiswa semester II tahun ajaran 2011/2012 lebih dari 50% menderita anemia.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengkaji: “apakah ada pengaruh anemia dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Akademi Kebidanan (Akbid) Banjarbaru Kalimantan Selatan?”

5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh anemia terhadap siklus menstruasi pada mahasiswi Akbid Banjarbaru.

2. Tujuan khusus a. Diketahuinya prevalensi anemia pada mahasiswi Akbid Banjarbaru. b. Diketahuinya prevalensi siklus menstruasi pada mahasiswi Akbid Banjarbaru. c. Diketahuinya pengaruh anemia terhadap siklus menstruasi pada mahasiswi Akbid Banjarbaru. d. Diketahuinya faktor lain yang mempengaruhi anemia terhadap siklus menstruasi pada mahasiswi Akbid Banjarbaru.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan untuk dapat bekerjasama dalam pemeriksaan dan pengobatan anemia tidak hanya di sekolah dasar tetapi juga di institusi pendidikan tinggi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi Institusi pendidikan tentang anemia dan faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi.

2. Manfaat teoritis a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai masukkan bagi peneliti lain untuk penelitian selanjutnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pembelajaran dalam bidang gizi dan kesehatan reproduksi.

6

E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian Penulis (tahun)

Judul

Tujuan

Rancangan penelitian

Sampel

Hasil utama

Perbedaan

Kaur et al. (2006)

Epidemiological correlates of nutrional anemia in adolescent girls of Rural Wardha

Meneliti tentang prevalensi anemia dan faktor resiko anemia (diet vegetarian, besi defisiensi efisiensi, bmi, pendarahan menstruasi, hemoglobin).

Desain penelitian adalah cross sectional

Remaja Puteri

Hasil penelitian Lokasi, menunjukkan sampel & prevalensi anemia variabel pada remaja putri sebesar 59,8% dan diet vegetarian beresiko menderita anemia (OR 5,83; CL=3,37-9,13).

Kaur and Kaur (2011)

Acomparison of Nutritional Profile and Prevalence among Rural Girls and Boys

Menyelidiki perbedaan dalam profil gizi dan prevalensi anemia terhadap Hemoglobin, gangguan menstruasi, tanda klinis, kebiasaan makan, intake diet

Metode crosssectional

Remaja perempuan dan laki-laki dari 16-18 th sebanyak 100 orang (50 lakilaki, 50 perempuan

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat hb ratarata 8,9 dan 10,7 dan perempuan terjadi gangguan menstruasi

Lokasi dan sampel

Ibralic et al. (2010)

Age at menarche and premenstrual syndrome in adolescent girls with intellectual disability in Bosnia and Herzegovina

Membandingkan pola menstruasi yg berhubungan dgn masalah antara remaja dan wanita pranikah yang mengunjungi Klinik Lady Muda (YLC) di Samsung Medical Center.

x2-Test dan uji eksak Fisher

646 remaja (usia 10-20, kel I) dan 591 wanita muda pranikah (usia 21-30, kel II)

Untuk amenore primer, hipogonadisme hipogonadotropik lebih sering terjadi pada kelompok I (p = 0,007), dan pada kelompok II eugonadism (P = 0,0025).

Lokasi, sampel variabel & desain penelitian

Shin et al.

Characteris-

(2005)

tics of menstruationrelated problems for adolescents and premarital women in Korea

Untuk memperkirakan distribusi usia menarche dan pola menstruasi menyelidiki dan gejala. Remaja di kalangan gadisgadis Yordania

Statistik deskriptif, tabulasi silang, dan korelasi perhitungan koefisien

Data status menstruasi dikumpulkan dari 596 sekolah menengahsiswa dari daerah Amman

Usia rata-rata siswa adalah 15,7 ± 1,5 tahun, Usia rata-rata menarche 13,1 ± 1,1 th dan 12,8 ± 1,4 th per analisis. Menstruasi durasi 4 - 7 hari = 73,6% dan > dari 7 hari = 2,2%. Mid-siklus nyeri adalah 30,9% dan 37,6% dari dysmenorrhea siswa, 8%

Lokasi, sampel variabel & desain penelitian