BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Memori
2.1.1 Pengertian Memori Memori atau daya ingat adalah kemampuan individu untuk menyimpan informasi dan informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat dipergunakan beberapa waktu kemudian (Atkinson dkk, 2000). Tulving dan Craik (2000) mendefinisikan memori sebagai kemampuan untuk mengingat peristiwa masa lalu dan membawa fakta belajar dan ide-ide kembali ke pikiran. Memori secara fisiologis adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari aktivitas neural sebelumnya (Guyton & Hall, 2008).
2.1.2 Tahapan Memori Memori memiliki tiga tahap, yaitu register sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang (Model Atkinson dan Shiffrin, 1971 dalam Wade & Travis, 2007). Semua informasi baru yang diterima indra harus menjalani pemberhentian singkat di register sensorik yaitu gerbang masuk ke dalam memori. Register sensorik menahan informasi dengan tingkat akurasi tinggi, hingga dipilih informasi yang perlu diperhatikan atau tidak. Informasi selanjutnya dikirim ke memori jangka pendek. Memori jangka pendek ialah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali hal atau informasi yang diberitahukan beberapa detik
9
10
sebelumnya. Informasi yang tidak cepat dikirim ke memori jangka pendek akan menghilang selamanya (Wade & Travis, 2007). Menurut perkiraan beberapa individu, memori jangka pendek (short-term memory) hanya mampu menyimpan informasi selama sesaat, kira-kira selama 30 detik, meski beberapa ilmuwan berpendapat bahwa interval waktu maksimum dapat meningkat menjadi beberapa menit dalam beberapa tugas tertentu. Dalam memori jangka pendek, informasi tidak berbentuk kesan sensorik harafiah, melainkan diubah menjadi bentuk penyandian, seperti dalam bentuk kata atau frase. Materi ini kemudian dikirim ke memori jangka panjang, atau jika tidak dikirim memori ini akan menghilang untuk selamanya (Wade & Travis, 2007). Riset lain menyatakan bahwa memori jangka pendek digunakan bukan hanya dalam masalah numerik tetapi juga dalam seluruh masalah kompleks yang sering dihadapi termasuk dalam kegiatan berbahasa. Karena alasan ini, memori jangka pendek sering disebut sebagai memori kerja (working memory) dan mengkonseptualisasikannya sebagai semacam papan tulis dimana pikiran melakukan perhitungan dan menuliskan hasil parsialnya untuk digunakan kemudian (Atkinson dkk, 2000). Baddeley, 1992 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan suatu model memori kerja (working memory) dari memori jangka pendek yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1). Putaran fonologis (phonological loop) yang berisi penyimpanan fonologis dan proses alkulatoris, yang merupakan kemampuan mengingat informasi sebanyak yang dapat diulangi dalam durasi terbatas.
11
2). Alas sketsa visuospasial (visuospatial sketchpad) yang memiliki kemiripan
dengan
putaran
fonologis,
namun
berperan
dalam
mengendalikan kinerja visual dan spasial, yakni yang meliputi tindakan mengingat bentuk dan ukuran atau mengingat kecepatan dan arah objek yang bergerak. 3). Eksekutif sentral (central executive) berperan dalam menentukan informasi yang harus diperhatikan, diabaikan atau digabungkan. Tahap ketiga adalah memori jangka panjang, yang meliputi kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, informasi disimpan beberapa menit dan beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun sampai seumur hidup. Informasi dari memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori jangka pendek untuk digunakan. Tulving, 1985 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan tiga jenis memori jangka panjang, yaitu: 1). Memori prosedural merupakan memori mengenai cara melakukan sesuatu, seperti mengetahui cara menyisir rambut, menggunakan pensil, menjahit, atau berenang. 2). Memori semantik merupakan representasi internal dari dunia di sekitar dan tidak bergantung pada berbagai macam konteks. Memori semantik meliputi fakta, peraturan dan konsep unsur-unsur yang mendasari pengetahuan umum. Contoh: saat seseorang menjelaskan konsep kucing berdasarkan memori semantik, dapat dijelaskan kucing sebagai mamalia mungil yang berbulu, makan, berkeliaran. Seseorang dapat menjelaskan
12
dengan runtut dan tidak mengetahui kapan dan bagaimana pertama kali mempelajari informasi tersebut. 3). Memori episodik merupakan representasi internal dari sebuah peristiwa yang dialami secara lansung. Contoh: saat seseorang mengingat kala kucing mengejutkannya di tengah malam dengan melompat keranjangnya, orang tersebut telah memanggil kembali memori episodik. Memori jangka panjang efektif dalam menyimpan memori prosedural dan semantik namun kurang efektif dalam menyimpan memori episodik. Hal ini terjadi karena struktur fisik dari informasi (memori episodik) telah dilupakan sejak didalam memori jangka pendek. Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-macam
tantangan
penyesuain
intelektual
sehubungan
dengan
pekerjaan, dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mengalami kemunduran dalam memorinya. Untuk itu, latihan menggunakan bermacam-macam strategi mnemonic (strategi penghafalan) bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran memori jangka panjang, melainkan sekaligus memungkinkan dapat meningkatkan kekuatan memori mereka (Desmita, 2010). Proses mengingat dan lupa tidak terlepas dari proses belajar dan mengingat. Kedua proses ini tidak dapat dipisahkan dan merupakan kunci keberhasilan dalam proses kehidupan. Orang yang dapat mengingat dengan baik umumnya memiliki kemampuan belajar yang baik pula (Walgito, 2004)
13
2.1.3 Pemrosesan Informasi dalam Memori Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori (Wade & Travis, 2007), yaitu, encoding, merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat diproses dan digunakan oleh otak. Tahap ini melibatkan alat indera untuk mempersepsi stimulus yang masuk. Dalam
proses
ini
dibutuhkan
perhatian.
Seseorang
bisa
memasukkan
pengalamannya baik secara sengaja atau tidak sengaja. Pengalaman yang sengaja misalnya ilmu pengetahuan, sedangkan pengalaman yang tidak disengaja misalnya pengalaman yang terjadi sehari-hari. Tahap kedua adalah storage, yaitu menyimpan pengalaman yang telah dipersepsikan, sehingga suatu saat dapat ditimbulkan kembali. Pengalaman yang sudah dipersepsikan tadi akan meninggalkan jejak dimemori sebagai memory traces yang disimpan dalam ingatan. Memory traces bisa hilang ataupun rusak karena proses lupa. Sehingga memory traces tidak sepenuhnya bisa bertahan dalam ingatan. Tahap ketiga adalah retrieval. Menimbulkan kembali pengalaman yang sudah disimpan dalam memori sehingga dapat digunakan dalam kehidupan seharihari. Proses ini bisa dilakukan dengan mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali (recognize) (Ghasani, 2009). Mengenal kembali menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mengingat kembali. Mengingat kembali menuntut seseorang untuk bekerja dua kali, yaitu membangkitkan kembali informasi yang mungkin sesuai, atau mengenalinya sebagai informasi yang sebelumnya sudah disimpan. Sedangkan mengenal kembali, informasi yang akan dipanggil akan langsung
14
dikenali melalui penelusuran isyarat terhadap pilihan item yang disajikan (Walgito, 2004 dalam Supardi, 2012).
2.1.4 Faktor-faktor Yang Terkait Dengan Memori 1) Usia Aspek intelegensi, memori, dan bentuk-bentuk lain dari fungsi mental menurun seiring bertambahnya usia. Secara alamiah, penurunan daya ingat umumnya karena beberapa sel otak terutama sel dentate gyrus yang berangsur-angsur mulai mati, juga karena berkurangnya daya elastisitas pembuluh darah. Sel otak yang mulai mati tersebut tidak akan mengalami regenerasi, sehingga hal ini yang menyebabkan seseorang menjadi mudah lupa (Wade & Travis, 2007). 2) Jenis kelamin Faktor jenis kelamin mempengaruhi ingatan seseorang dimana wanita diduga lebih cenderung untuk menjadi pelupa. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormonal, stres yang menyebabkan ingatan berkurang dan akhirnya mudah lupa (Susanto dkk, 2009). 3) Aktivitas fisik dan olahraga Menurut Susanto, dkk (2009), meningkatkan daya ingat dapat dilakukan dengan olahraga ringan secara teratur, seperti jalan santai, jogging, berenang, bersepeda, dan lain-lain. Selain membuat tubuh bugar, olahraga juga dapat meningkatkan kemampuan otak untuk membangun sel-sel baru. Hal ini disebabkan karena olahraga bisa membantu sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk otak sehingga
15
suplai nutrisi dan oksigen menuju otak akan terdistribusi dengan baik, hasilnya dapat meningkatkan daya ingat dan meminimalkan penurunan daya ingat. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto, dkk (2009) menyatakan bahwa wanita dewasa (usia rata-rata 23 tahun) setelah olahraga ringan (jogging) selama tujuh hari, memori jangka pendek meningkat dengan rerata presentase skor 52,27. Sesudah melakukan olahraga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung, sehingga sirkulasi darah mencapai seluruh tubuh, termasuk otak. Dengan adanya peningkatan sirkulasi darah, maka suplai nutrisi dan oksigen juga lancar, fungsi otak optimal, dan akhirnya kemampuan daya ingat/memori jangka pendek meningkat.
4) Stres dan depresi Stress dan kecemasan di lain pihak akan semakin menutup pintu masuk memori di dalam otak. Depresi dalam berbagai derajadnya saat ini diderita masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Depresi sangat potensial mengganggu konsentrasi maupun minat seseorang sehingga berpotensi menimbulkan gejala mudah lupa. Saat stres, hipotalamus akan melepaskan pesan-pesan kimiawi yang berhubungan dengan kelenjar pituitary. Selanjutnya pesan-pesan tersebut dikirim ke korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol (Wade & Travris, 2007). Kortisol akan menghambat fungsi hipokampus yang sangat berperan dalam pembentukan memori. Hipokampus adalah bagian dari sistem limbik yang berperan penting dalam pemrosesan dan penguatan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Stres
16
yang berkepanjangan menyebabkan hilangnya neuron pada hipokampus dan akhirnya mengakibatkan kerusakan memori (Rossman,2010).
5) Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang tidak kondusif dapat menggangu pencapaian informasi, misalnya kebisingan, ruang yang gelap dan panas (Asih, 2013). Situasi bising pada hakekatnya merupakan polutan suara yang ternyata berpengaruh terhadap memori jangka pendek. Ini diperkuat oleh penelitian Bhinnety (1993) yang dilakukan untuk mengkaji pengaruh berbagai intensitas kebisingan (70 dB, 85 dB, dan 95 dB) terhadap memori jangka pendek para siswa sekolah dasar di Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan, maka akan semakin menurun memori jangka pendek (Bhinnety, 2008). 6) Nutrisi Otak adalah organ pertama dari tubuh yang menyerap nutrisi dari makanan yang kita santap sehari-hari. Untuk itulah, penting artinya memberikan asupan nutrisi yang tepat. Upaya ini akan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak agar maksimal (Misbahatori, 2013). Menurut Perretta (2008), nutrisi penting dibawa dalam darah yang diperlukan oleh otak agar dapat melakukan berbagai aktivitas. Otak mendapat pasokan darah berupa aliran darah konstan yang membawa neurorutrient (nutrisi penting untuk saraf), seperti asam
17
amino, vitamin, dan mineral. Neuronutrient bersama oksigen dan glukosa akan menyediakan energi untuk otak. Energi yang diperlukan untuk bahan bakar otak, untuk merawat kesehatan sel saraf, dan untuk neurotransmitter diperoleh dari makanan yang kita konsumsi. Neuron harus mendapatkan makanan agar mampu membawa pesan yang kuat dan jelas. Seluruh sistem saraf juga memerlukan banyak bahan bakar untuk melakukan berbagai kegiatan. Salah satu nutrisi bagi otak adalah karbohidrat. Karbohidrat ditemukan dalam biji-bijian, buah dan sayuran. Melalui proses pencernaan, karbohidrat dipecah menjadi gula disebut glukosa. Glukosa memasok sumber energi utama bagi otak (Perretta, 2008). Glukosa sangat terlibat dalam mekanisme daya ingat kognitif (memory)
seseorang,
meskipun
tidak
mempengaruhi
tingkat
kecerdasan (Korol, 1998 dalam Amy, 2008). Nutrisi yang tepat akan membuat otak bekerja dengan maksimal. Tercukupinya nutrisi untuk otak akan mampu merangsang pertumbuhan sel-sel otak, sekaligus untuk meningkatkan memori dan kemampuan untuk berkonsentrasi (Melinda, 2012).
2.1.5 Memori Pada Usia Dewasa Tengah Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang dewasa adalah individu yang telah
18
menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat. Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai periode perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 59an tahun (Santrock, 1998). Aspek kognitif yang terlihat menurun pada masa dewasa tengah ini adalah daya ingat/memori. Beberapa hal menyebabkan memori menurun. Menurut penelitian Craik, 1997 (dalam Tulving & Craik, 2000) ditemukan bahwa memori menurun pada usia dewasa tengah (35-59 tahun). Hal ini terjadi ketika memori jangka pendek (short term memory) lebih jarang digunakan dibanding memori jangka panjang (long term memory). Sebelum informasi yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama akan melalui tahapan memori jangka pendek (Ghasani, 2009). Memori juga cenderung menurun ketika informasi yang coba diingat kembali adalah informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Akhirnya, memori cenderung menurun jika mengingat (recall) lebih sering daripada mengenali (recognize) (Poon,1989). Kapasitas memori jangka pendek sangat bergantung pada usia. Semakin tinggi usia, semakin besar kapasitas memori ini. Pada usia tiga tahun, seorang anak memiliki satu kapasitas memori jangka pendek. Pada usia dewasa (minimal 15 tahun), kapasitas ini mencapai tujuh (± dua) (Hadianto, 2007). Jadi memori jangka pendek pada usia dewasa mempunyai kapasitas yang terbatas yaitu lima sampai sembilan item informasi (Miller, 1956 dalam Nur, 1998) yaitu hanya bisa
19
berpikir antara lima sampai sembilan hal yang berbeda selama kurang lebih 15 hingga 30 detik. Sebuah studi yang dilakukan oleh Gregoire dan Van der Linden pada tahun 1997 mengamati penurunan bertahap di kemampuan mengingat memori baik rentang memori maju dan rentang memori mundur antara usia 20 dan 70 tahun dengan kapasitas rentang memori mundur menjadi sedikit kurang dari kapasitas rentang memori maju, tetapi menurun pada tingkat yang sama; penurunan ini tidak menjadi signifikan secara statistik, namun sampai setelah usia 70 tahun, penurunan di kedua rentang memori maju dan mundur menjadi lebih jelas.
2.1.6 Tes Memori Untuk mengukur intelegensi dewasa dan lansia, para peneliti sering kali menggunakan Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) adalah skala inteligensi Wechsler yang standar untuk mengukur potensi inteligensi subjek dewasa usia 16 tahun sampai 75 tahun atau lebih, yang penyajiannya secara individual. WAIS mengukur dua aspek kemampuan potensial subjek yaitu aspek verbal dan aspek performance. Salah satu aspek verbal yaitu mengukur Working Memory Index (WMI) dengan test digit-span. Tes ini dapat digunakan untuk berbagai instansi. Peneliti menilai memori jangka pendek dengan meminta seseorang mengulang rangkaian angka, baik dalam urutan depan maupun terbalik (digit span forward & backward) (Papalia, 2008). Reliabilitas WAIS 0,93 dan telah banyak digunakan pada berbagai pengukuran termasuk pengukuran working memory (Gatlin, 2012). Tes
20
Angka Maju dan Angka Mundur diberikan secara terpisah. Angka-angka dikatakan dengan jarak satu detik dan tidak boleh dikelompok-kelompokkan. Seri atau rangkaian menunjukkan banyaknya angka pada tiap soal. Wechsler Adult Intelligene Scale merupakan suatu alat ukur inteligensi yang dirancang khusus bagi orang dewasa oleh Wechsler pada tahun 1955, kemudian direvisi dan diterbitkan pada tahun 1981 (Fudyartanta, 2004). 1) Tes Angka Maju (Digit Span Forward Test) Mulai dengan Percobaan I dari seri ke-tiga untuk semua subjek. Dalam tiap seri, sebutkan angka secara acak dan bila sudah selesai minta subjek mengulang angka yang telah disebutkan dari urutan depan. Dalam tiap-tiap seri, bilamana subjek menirukan Percobaan I dengan benar, lanjutkan dengan seri selanjutnya. Bila subjek gagal dalam Percobaan I berikan Percobaan II pada seri yang sama, kemudian lanjutkan ke seri berikutnya bila subjek berhasil. Percobaan II dari suatu seri hanya diberikan bilamana subjek gagal dalam Percobaan I. Hentikan sesudah gagal kedua percobaan dalam satu rangkaian. Nilai adalah jumlah angka dalam seri terpanjang yang dikatakan kembali tanpa salah dalam Percobaan I dan Percobaan II. Nilai tertinggi : sembilan
21
Tabel 2.1. Seri Percobaan I dan II Tes Angka Maju
Seri 3 4 5 6 7 8 9
Percobaan I 3-8-6 3-4-1-7 8-4-2-3-9 3-8-9-1-7-4 5-1-7-4-2-3-8 1-6-4-5-9-7-6-3 5-3-8-7-1-2-4-6-9
Percobaan II 6-1-2 6-1-5-8 5-2-1-8-6 7-9-6-4-8-3 9-8-5-2-1-6-3 2-9-7-6-3-1-5-4 4-2-6-9-1-7-8-3-5
2) Tes Angka Mundur (Digit Span Backward Test) Mulai dengan menyuruh subjek untuk mengulang tiga angka yang telah disebutkan dari urutan belakang, apabila subjek berhasil lanjutkan dengan Percobaan I dengan seri tiga angka. Bilamana subjek tidak menjawab dengan benar atau tidak mengerti, berikan jawaban yang benar dan contoh lain. Dalam tiap seri, sebutkan angka secara acak dan bila sudah selesai minta subjek mengulang angka yang telah disebutkan dari urutan belakang. Dalam tiap-tiap seri, bilamana subjek menirukan Percobaan I dengan benar, lanjutkan dengan seri selanjutnya. Bila subjek gagal dalam Percobaan I berikan Percobaan II pada seri yang sama, kemudian lanjutkan ke seri berikutnya bila subjek berhasil. Percobaan II dari suatu seri hanya diberikan bilamana subjek gagal dalam Percobaan I. Hentikan sesudah gagal kedua percobaan dalam satu rangkaian. Nilai adalah jumlah angka dalam seri terpanjang yang dikatakan kembali tanpa salah dalam Percobaan I dan Percobaan II. Nilai tertinggi : delapan
22
Tabel 2.2. Seri Percobaan I dan II Tes Angka Mundur
Seri 2 3 4 5 6 7 8
Percobaan I 2-5 5-7-4 7-2-9-6 4-1-3-5-7 1-6-5-2-9-8 8-5-9-2-3-4-2 6-9-1-6-3-2-5-8
Percobaan II 6-3 2-5-9 8-4-9-3 9-7-8-5-2 3-6-7-1-9-4 4-5-7-8-2-8-1 3-1-7-9-5-4-8-2
Jumlah nilai untuk tes Rentangan Angka ialah jumlah angka-angka pada Angka Maju dan Angka Mundur yang diucapkan tanpa salah. Nilai tertinggi : 17
Untuk mengetahui tingkat memori jangka pendek pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, peneliti membaginya menjadi tiga kategori: tinggi, sedang, dan rendah. Norma penggolongan dan batasan nilai menggunakan rata-rata skor memori jangka pendek dan standar deviasi seperti rumus tabel 2.3.
Tabel 2.3. Penggolongan dan batasan nilai
No
Kategori
Interval nilai
1 2 3
Tinggi Sedang Rendah
X > Mean + 1 SD Mean 1 SD ≤ X ≤ Mean + 1 SD X < Mean 1 SD
Sumber : Riwidikdo, 2010
23
2.1.7 Cara Meningkatkan Memori 1) Olahraga Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Susanto,
dkk
(2009)
menyatakan bahwa wanita dewasa (usia rata-rata 23 tahun) setelah olahraga ringan (jogging) selama tujuh hari, memori jangka pendek meningkat dengan rerata presentase skor 52,27. Sesudah melakukan olahraga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung, sehingga sirkulasi darah mencapai seluruh tubuh, termasuk otak. Dengan adanya peningkatan sirkulasi darah, maka suplai nutrisi dan oksigen juga lancar, fungsi otak optimal, dan akhirnya kemampuan daya ingat/memori jangka pendek meningkat. 2) Brain Gym Penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) menyatakan bahwa orang tua (usia rata-rata 60 tahun) setelah melakukan brain gym dua kali sehari yakni menjelang dan setelah bangun tidur dengan durasi ± 15 menit, fungsi kognitif meningkat 70%. Gerakan-gerakan pada brain gym memberikan rangsangan pada otak sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kretifitas). 3) Terapi Nutrisi Buah Pisang Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) menyatakan bahwa anak usia 10-12 tahun setelah mendapatkan terapi nutrisi buah pisang selama tiga hari, skor memori jangka pendek pada kelompok
24
perlakuan meningkat dari rata-rata 3,72 menjadi rata-rata 5,22. Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Gula pisang merupakan gula buah, yaitu fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme.
2.2
Buah Pisang Ambon
2.2.1 Pisang Ambon Pisang adalah nama umum yang di berikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musacea. Pisang ambon menurut ahli sejarah berasal dari daerah Asia Tenggara termasuk juga Indonesia (Roedyarto, 1997). Tumbuhan pisang kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang mengandung humus cukup tinggi membuat tumbuhan pisang sangat cocok dan tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang. Tumbuhan pisang tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis (Mikasari, 2004). Pisang ambon merupakan pisang jenis pisang dengan nama spesies Musa paradisiaca var. sapientum. Keunggulan pisang ambon dibandingkan dengan pisang jenis lain adalah pada rasa buah yang manis saat sudah matang dan beraroma harum karena mengandung komponen senyawa ester seperti isoamil asetat yang khas untuk aroma pisang (Tressl & Jennings, 1972). Pisang ambon adalah pisang yang paling disukai karena memiliki rasa yang lebih manis, tekstur
25
yang lebih enak dan aroma yang lebih tajam jika dibandingkan dengan pisang yang dapat dimakan secara langsung lainnya. Sejauh ini tidak ada efek samping yang ditimbulkan dengan mengonsumsi pisang ambon (Almatsier, 1996 dalam Tryastuti, 2012). Kusumo dan Farid (1994) menjelaskan bahwa pisang ambon termasuk pada kelompok triploid (AAA). Warna kulit buah pisang ambon lumut pada waktu matang hijau atau hijau kekuningan dengan bintik colat kehitaman. Warna daging buahnya putih kemerahan dan lunak. Rasanya manis dan enak, aromanya juga kuat. Berat setiap tandannya 15 sampai 18 kg terdiri dari delapan sampai 12 sisir dan setiap sisirnya terdiri dari 20 buah. Ukuran buah 15 sampai 20 cm dengan diameter tiga sampai tiga koma lima cm.
2.2.2 Taksonomi Buah Pisang Ambon Taksonomi buah pisang ambon adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa paradisiacal var. Sapientum
26
2.2.3 Kandungan Gizi Buah Pisang Ambon Pisang memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung komponen karbohidrat yang tinggi sehingga dapat menyediakan energi sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram. Buah pisang juga mengandung beberapa mikronutrisi seperti vitamin C, vitamin B dan mineral kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium (Kusumo & Farid 1994). Mineral utama pada buah pisang adalah kalium. Kalium bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh. Sehingga konsumsi makanan yang tinggi kalium akan membuat tubuh terasa lebih segar (Debi, 2013). Buah pisang ambon memiliki kandungan kalium lebih tinggi dan natrium lebih rendah dibandingkan dengan buah pisang lainnya, dalam 100 gram pisang ambon mengandung 435 mg kalium dan hanya 18 mg natrium (Almatsier, 1996 dalam Tryastuti, 2012). Kandungan kalium pada pisang dapat membantu mengurangi risiko kanker ginjal. Penelitian pada 61 000 wanita Swedia berusia 40-76 tahun menemukan bahwa, dari semua buah yang dikonsumsi, pisang memberikan perlindungan terbesar terhadap kanker ginjal. Wanita makan pisang empat sampai enam kali seminggu menurunkan risiko kanker ginjal 40 % dibandingkan dengan mereka yang tidak makan buah pisang (Rashidkhani, 2005). Buah pisang mengandung karbohidrat yang menjadi sumber energi instan dan bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Selain tidak butuh proses pencernaan lama (10 - 45 menit), buah segar menyediakan sumber energi siap pakai. Pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan
27
gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti (Hernawan, 2012). Komposisi daging kimia buah pisang mengandung gula reduksi. Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, seperti glukosa dan fruktosa. Ada tiga macam gula alami dalam pisang, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Ketiga zat ini dapat memberikan energi pada tubuh serta membantu aktivitas otak (Damayanti, 2013). Fruktosa merupakan gula utama yang ditemukan dalam buah, namun dalam bentuk ini, fruktosa juga disertai dengan serat, nutrisi lain, serta enzim-enzim yang membuatnya mudah dicerna tanpa menurunkan kadar mineral atau menaikan level gula darah (Nisa, 2012). Pada beberapa literatur dijelaskan bahwa kandungan gula reduksi seperti glukosa dan fruktosa pada buah-buahan umumnya akan meningkat selama pertumbuhan dan pendewasaan sel. Kenaikan tersebut tidak terjadi terus, melainkan kemudian menurun setelah atau sesaat memasuki fase pemasakan dan akhirnya mengalami pembusukan (Santoso, 2011). Komposisi kimia daging buah pisang ambon matang dalam 100 gram dapat dilihat pada tabel 2.4. Tabel 2.4. Komposisi Kimia Daging Buah Pisang Ambon Matang dalam 100 gram
Kandungan Kadar gula Gula reduksi (glukosa & fruktosa) Pati Protein Pectin Protopektin Lemak Serat kasar Abu Sumber: Stover, 1987 dalam Noor, 2007
Buah Pisang Ambon 88,28% 5,44% 0,84% 0,68% 0,93% 0,21% 0,53% 1,28% 1,33%
28
2.2.4 Hubungan Konsumsi Buah Pisang Ambon terhadap Memori Jangka Pendek Setiap orang dianjurkan mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti bekerja, belajar, berolahraga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Hardinsyah & Martianto, 1992). Salah satu nutrisi bagi otak adalah karbohidrat. Karbohidrat ditemukan dalam biji-bijian, buah dan sayuran. Selain tidak butuh proses pencernaan lama (10 - 45 menit), buah segar menyediakan sumber energi siap pakai. Karbohidrat sederhana banyak ditemukan pada makanan yang sudah diproses dan makanan berwarna putih seperti roti, pasta, nasi, minuman bersoda, dan gula putih. Karbohidrat sederhana ini cepat diproses oleh tubuh namun cenderung diubah menjadi lemak, berbeda dengan karbohidrat kompleks pada buah-buahan yang lebih lambat dicerna namun menyediakan lebih banyak energi, lebih kaya vitamin dan mineral serta membuat kenyang lebih lama (Kurniawan, 2012). Melalui proses pencernaan, karbohidrat dipecah menjadi gula disebut glukosa. Bahan ini merupakan bahan bakar utama otak karena dapat membantu mempertahankan konsentrasi, meningkatkan kewaspadaan dan memberi kekuatan untuk semua kegiatan otak (Perretta, 2008). Nutrisi yang tepat akan membuat otak bekerja dengan maksimal. Tercukupinya nutrisi untuk otak akan mampu merangsang pertumbuhan sel-sel otak, sekaligus untuk meningkatkan memori dan kemampuan untuk berkonsentrasi (Melinda, 2012).
29
Menurut Prahastuti (2011) buah-buahan mengandung fruktosa dan glukosa dengan proporsi bervariasi. Kandungan fruktosa dalam buah-buahan adalah antara lima sampai 10%. Buah yang mengandung tinggi fruktosa yaitu buah anggur, apel dan pisang. Pisang merupakan buah yang paling ekonomis dibanding apel dan anggur. Kusumo dan Farid (1994) mengemukakan bahwa gula pisang merupakan gula buah, yaitu fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Fruktosa merupakan gula utama yang ditemukan dalam buah, namun dalam bentuk ini, fruktosa juga disertai dengan serat, nutrisi lain, serta enzim-enzim yang membuatnya mudah dicerna tanpa menurunkan kadar mineral atau menaikan level gula darah (Nisa, 2012). Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas biologis (Mulyati, 2005). Menurut penelitian yang dilakukam Amy, dkk (2008) berjudul Pengaruh Kenaikan Kadar Glukosa Darah Terhadap Peningkatan Daya Ingat Jangka Pendek Pada Wanita Dewasa, peningkatan memori sudah terjadi pada beberapa responden sejak menit ke 30 namun peningkatan yang signifikan baru terjadi pada menit ke 90. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk mengubah glukosa menjadi Asetil KoA, selanjutnya menjadi asetilkolin yang merupakan salah satu neurotransmitter dalam sistem saraf. Penelitian mengenai manfaat pisang ambon juga telah dilakukan oleh Sari (2013) Pengaruh Terapi Nutrisi Buah Pisang Terhadap Memori Jangka Pendek
30
Pada Anak Usia 10-12 Tahun Di SDN Tiga Grendeng Purwokerto, riset ini dilakukan pada 30 orang siswa yang diberikan terapi nutrisi buah pisang ambon selama tiga hari berturut-turut. Pengukuran memori jangka pendek saat post-test dilakukan dua jam setelah konsumsi pisang ambon di hari terakhir. Hasil penelitian didapatkan p < 5% dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan peningkatan yang signifikan skor memori jangka pendek anak usia 10-12 tahun antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol setelah diberi terapi nutrisi buah pisang ambon.