akal dan wahyu dalam perspektif harun nasution ... - Repository UIN

HARUN NASUTION te1ah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultaas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pad...

38 downloads 632 Views 3MB Size
AKAL DAN WAHYU DALAM PERSPEKTIF HARUN NASUTION

Disusun OIeh:

Nama; Ach. Khomaidi Nim; 0033118780

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2005

AKAL DAN WAHYU DALAM PERSPEKTIF HARUN NASUTION

Skripsi Ini Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana ( S-l ) Aqidah dan Filsafat

Oleh

ACH. KHOMAIDI NIM: 0033118780

Di bawah Bimbingan

Pembimbing II,

V\.Pro. Dr. Amsal Bakhtiar, MA NIP: 150240483

J::" ~A

r- ,-

Drs. Nanang Tahqiq, MA NIP: 150248753

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDINDANFILSAFAT DIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2005

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul AKAL DAN WAI-IYU DALAM PERSPEKTIF HARUN NASUTION te1ah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultaas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Februari 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana Program Strata I (S 1) pada jurusan Aqidah Filsafat.

Jakarta, 21 Februari 2006

Sidang Munaqasyah

Anggota

V\,

e'

/ r. Amsal Bakhtiar, MA.

NIP. 150240483

~ <''_S:",/"

Drs. Nanang Tahqiq. MA. NIP. 150227576

KATAPENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir (skripsi) meski dengan susah payah. Shalawat serta salam semoga selalu tercurall limpahkall kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah mengangkat manusia dari jurang yang gelapgulita kepada tempat yang terang benderang. Terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah mencurahkan segenap cinta mereka dan selalu memberi semangat agar 1l11anda bisa menyelesaikan tugas akbir ini. Buat Ale' Mas'od, Kak Bakir Ihsall, Kak Jamal D Rahman, Kak Maman, Mbak Fat, Yu Wardah dan semua keluarga besar Nurul-Yaqill, malor sakalangkong alas dukungan e 'pon.

Terima kasih juga buat Bapak Amsal Bakbtiar dan Bapak Nanang Tahqiq yang telah membimbing kami dengan pennh keikhlasan dan kesabaran selama pembuatan skripsi hingga selesai. Terima kasih kepada semua dosen yang pemah mengajar kami karena dari Bapak-Bapak lah kami bisa banyak belajar dan mengerti. Buat temall-teman lUmah SUSUll di antaranya: Mas Memet, Cak Helmi, Cak Habib, Bang Cuplis, Kek Tarji, Vendi, Maimun, Ustadz Ali, dan semuateman-teman Tim Biro terima kasih telah memberi dukungan pada penlliis.

PHnOMAN'TR..A.NSLlTHRASI

A

.l:2

Tb

'-:l

B

~

Zh

b.I

T

t



Ts

t

Gh

[

J

U

F

C

H

J

Q

t

Kh

~

K

.l

D

J

L

.l

Dz

f'

M

.)

R

6

N

j

Z

..9

W

i.>"

S

0

H

i.>"



Sy

l'

~

Sh

c.?

~

Dh

t..I

.

VOKALISASI

a= apanjang i = i panjang

u =upanjang

111

y

DAFTARISI KATA PENGANTAR............................................................................................. ii TRANSLITERASI .....................................................................•............•............... iii DAFTARISI

BAR I

iv

PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

6

C. Tujuan Penulisan

6

D. Metode Penelitian......................................................................... 7 E. Sistematika Penulisan

BABII

8

RIWAYATHIDUPHARUNNASUTION .••••............................ 9 A. Riwayat Hidup dan Pendidikalmya

9

B. Karya-Karyanya

18

C. Pemikirall Keislalnan Harun Nasution

25

BAB III LANDASAN TEORITIS AKAL DAN WAHYU

28

A. Pengertian Akal dan Wahyu

28

B. Akal dan Wahyu Menurut Teolog

32

C. Akal dan Wahyu Menurut Filosof..

41

BAB IV AKAL DAN WAHYU MENURUT HARUN NASUTION

51

A. Fungsi Akal dan Wahyu

51

B. Akal dan Wahyu serta Usaha Meningkatkan Produktivitas

55

C. Analisis Kritis Terhadap Pemikiran Harun Nasution

65

BAB V PENUTUP

69

A. Kesimpulan................................................................................... 69 B. Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA

71 72

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalab

Masalah akal dan wahyu selalu menjadi pembahasan yang menarik dalam pemikiran Islam, dari dulu hingga saat ini. Ini dikarenakall sifat ajaran dasar dari agama Islam itu sendiri yang diturunkan melalui wahyu kepada seorang nabi agar wahyu tersebut disampaikan kepada umat manusia, dan pada sisi lain Islam juga sallgat menghargai akal serta kedudukannya, dan menjadikannya sebagai alat untuk memahami wahyu. Oleh karena itu muncullah pandangan beragam mengenai peran dan keberadaan akal dan wahyu. Pandangan tersebut terbagi dua. Pertama, sebagian kalangan meyakini akal dan wahyu adalah selaras. Adapun pandangan kedua melihatnya secara konfliktual, bahwa wahyu hams diutamakan karena akal menyesatkan maka hams dihindari. Dalam hal ini Hamn Nasution tampil sebagai pelopor utama membela pentingnya akal bagi keberadaan wahyu dan sekaligus membela pandangan pertama. Dalam sejarah perjalanan Islam, pada mulanya Islam berkembang dengan pesat sekali karena diiringi pemikiran yang rasional. Pemikiran rasional ini berkembang pada Islam zaman klasik abad (650-1250 M). Terciptanya pemikiran rasional pada abad ini menurut Hamn dikarenakan umat Islam pada waktu itu memberikan kedudukan tinggi terhadap keberadaan akal, seperti yang telah diperintahkan dalam aI-Qur' an dan Hadits. Ditambah persentuhan antara peradaban

2

Islam dengan peradaban Yunani, pemikiran rasional kian tumbuh dan melabirkan pemikir-pemikir rasional di kalangan umat Islam pada waktu itu. Akan tetapi, pemikiran rasional yang terdapat pada umat Islam zaman klasik menurut Harun berbeda dengan pemikiran rasional yang terdapat di Yunani. Pemikiran rasional dalam Islam zaman klasik tetap terikat pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-

Qur'an dan Hadits, akan tetapi pemikiran rasional yang terdapat di Yunani tidak terikat pada apapun. 1 Karena memang di Yunani pada waktu itu tidak ada agama, akan tetapi pemikiran tokoh-tokoh Yunani tidak pemab bertentangan dengan pemikiran yang ada di dalam Islam. Pemikiran rasional di Dunia Islam pada zaman pertengaban (1250-1800 M.) temyata hilang dan digantikan oleh pemikiran tradisional. Ini semua terjadi, menurut Hamn, dikarenakan umat Islam pada zaman pertengaban tidak hanya terikat pada a1-

Qur'an dan Hadits saja, akan tetapi mereka juga terikat pada hasH ijtihad ulama Islam zaman klasik yang sangat banyak jurnlalmya, tanpa upaya bersikap kritis tetapi mengikuti saja (taqlid). Konsekuensi dari semua ini ialab umat Islam pada zaman pertengaban mempunyai pandangan yang sempit, dan tidak punya ruang gerak yang bebas.2 Ketika peradaban Islam dihadapkan pada tantangan yang datang dari peradaban pemikiran luar yang hanya berlandaskan akal, maka umat Islam dan I Harun Nasution, Islam Rasiona/: Gagasan dan Pemikiran Prof Dr. Harun Nasution, Saiful Mujani, ed. (Bandung: Mizan 1998), h. 7. 2

Nasution, Islam Rasional, h. 8.

3

wacana pemikiran Islam mengalami kegoncangan. Hal inilah yang terjadi ketika filsafat Yunani memasuki peradaban Islam pada abad kedua dan ketiga, berkaitan dengan masalah mengompromikan antara hikmah dan syari'at, antara filsafat dan wahyu. Begitu pula ketika peradaban Barat dengan rasionalismenya memasuki dunia Islam, ketika itu pula pelmasaIahan akal dan wahyu semakin tajam.3 Ini kemudian menjadi salah satu permasalahan yang terns menerns diperhatikan dan diperdebatkan masyarakat Muslim, dan dari sinilah lahir aIiran-aIiran pemikiran daIam rnang lingkup peradaban Islam. Pada permulaan abad kesembilan belas, semenjak rasionalisme Barat masuk ke Dunia Islam, perhatian para pernikir pembaharu daIam Islam banyak dipusatkan kepada kekuatan akal, seperti MuhanImad 'Abdub di Mesir, Sayyid Ahmad Khan dan Syed Ameer Ali di Iudia. Bahkan karena adanya perhatian tersebut dari para pembaharu, maka pintu ijtihad yang dikatakan tertutup kini dinyatakan terbuka. 4 Iuilah awaI kebangkitan kembali pemikiran rasional yang agarnis di Dunia Islam, dengan memberikan perhatian terhadap filsafat, sains, dan teknologi. Di abad kedua pulub perkembangan pemikiran rasional yang agamis semakin berkembang pesat, dengan kelahiran interpretasi rasionaI dan baru atas al-Qur'iin dan Hadits. Sementara pemikiran tradisional daIam Islam kian mendapat tantangan dari para pemikir rasional agamis. 3 'Abd aI-Majid ai-Najjar, Khalifah: Tujuan Wahyu dan Akal, terj. Forum Komunikasi aiUmmah (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. Ii. 4

Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986), h. 2.

4

Dalam pemikiran rasional agamls, menurut Harun, manusia mempunyai kebebasan dan akal mempunyai kedudukan tinggi dalam memahami ajaran-ajaran a1Qur'an dan Hadits. Kebebasan akal hanya terikat pada ajaran-ajaran absolut kedua sumber utama Islam, yakni ajaran-ajaran yang disebut dalam istilah qath 'f al-wuriid dan qath 'f al-daltilah. Dalam pemikiran rasional agamis pemahaman ayat a1-Qur'an dan Hadits diusaliakan sesuai dengan pendapat akal, dengan syarat tidak bertentangan dengan ajaran absolut tersebut. Sebaliknya bagi pemikiran tradisional, peran akal tidak begitu banyak digunakan untuk memahami ajaran al-Qur'an dan Hadits. Seperti yang telah disinggung di atas, pemikiran tradisional ini menumt Harun tidak hanya terikat pada a1-Qur'an dan Hadits, akan tetapi juga terikat pada hasil ijtihad ulama zaman klasik yang jumlahnya banyak dengan semangat taqlid dan tanpa kritik. Karena itu, pemikiran tradisional sulit untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan modem sebagai hasil dari filsafat, sains dan teknologi. s Persoalan selanjutnya ialah sejauh mana akal, sebagai kualitas istimewa yang diberikan Tuhan dan telah banyak menimbulkan perdebatan baik dalam hubungannya dengan manusia itu sendiri atau relasinya dengan yang lain (the other), harus berperan ketika berhadapan dengan wahyu; apakah akal mampu mengantarkan manusia pada pengetahuan yang bisa membuatnya tetap menyadari dan terikat dengan Tuhan. Bagi para pemikir Muslim klasik seperti al-Ghazali, Jaliil ai-Din

5 Nasution,

Islam Rasional, h. 9.

5

Rfuni, al-Razi, akal memiliki sisi negatif yang harus disadari dan diwaspadai, dan mereka menyatakan akan pentingnya pengetahuan yang bersumber dari atas secara langsung yang disebut intuisi atau wahyu. Sementara Ibn Sina, Ibn 'Arabi, dan alSyirazi menganggap akal mampu menghantarkan manusia pada pengetahuan yang hakiki. 6

Harun Nasution,

sebagai

pemikir

Muslim

Indonesia,

yang

banyak

mempengaruhi kaum intelektual Indonesia terutama lulusan lAIN atau UIN telah mencoba memberikan pandangan yang bisa mendamaikan antara akal dan wahyu. Dengan melihat aplikasi akal dan wahyu dalam sejarah pemikiran Islam dan keterangan-keterangan yang terdapat dalam al-Qur'iln dan Hadits, lebih Ianjut Harun Nasution mengatakan bahwa sebenarnya antara akal dan wahyu tidak bertentangan, bahkan akal bisa memberikan peranan yang sangat penting bagi eksistensi wahyu itu sendiri. 7 Dalam artian bahwa agar wahyu itu bisa diterima dan diaplikasikan tanpa mengenal ruang dan waktu, ia senantiasa memerlukan peranan aka!. Dengan demikian, amat penting untuk mengkaji secara kritis pandanganpandangan Harun Nasution. Meski pun sebelurnnya sudah banyak yang mengkaji pandangan-pandangan Harun Nasution, akan tetapi di sini penulis melihat celah kecil yang belum dibahas dari tulisan Harun Nasution yaitu akal dan wahyu. Hal ini tidak hanya karena kenyataan dunia sekarang yang didominasi oleh akal, akan tetapi juga

6

Seyyed Hossein, Sufi Essays, (London: George Allen and Unwin Ltd., 1972), h. 5.

7

Nasution, Aka! dan Wahyu, h.101.

6

bahwa sampai sekarang belurn ada yang membahas pemikiran tokoh Muslim, yang sudah memajukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang cukup terkena! sebagai pelopor dan ahli dalam soal akal dan wahyu. B. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan menglcaji profil pemikiran Harun Nasution tentang aka! dan wahyu, terutama eksperimentasi metodologi dalam pemahaman Islam baik secara teoritis maupun praktis dalam rangka kehidupan umat beragama. Dari sini penulis mencoba untuk memperoleh pemahaman yang lebih detail dan jelas terhadap pembaharuan pemikiran Harun Nasution. Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan pra!ctis. Secara teoritis ia diharapkan menjadi surnbangsih sederhana bagi pengembangan studi Islam secara urnurn. Adapun secara praktis ia diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya mengenai pemikiran Harun Nasution tentang akal dan wahyu.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok pembahasan dalam penulisan skripsi ini, masalah yang hendak difokuskan hanyalah dalam ruang lingkup karya dan pemikiran Hamn Nasution, mengenai akal dan wahyu, dengan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pendangan Harun Nasution tentang akal dan wahyu.

7

D. Metode Penelitian

Bertolak dari model penelitian yang bersifat literal maka sumber data dalam penelitian skripsi ini sepenuhnya disandarkan pada riset kepustakaan (library

research). Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan baik yang berupa buku, jurnal, ensiklopedi, majalah, surat kabar dan sebagainya. Data-data diambil dan dipilih dari karya-karya Harun Nasution atau tulisan dan karya lain yang memiliki relevansi dengan uraian skripsi ini. Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, komparatif dan analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk menggambarkan keadaan obyek atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi membuat kesimpulankesimpulan yang berlaku secara umurn. Metode ini sangat penting, terutama dalam kajian tokoh, karena tidak saja membantu mengurai persoalan atau kondisi, melainkan juga dapat menganalisis dan menglasifikasinya. Metode deskriptif ini adalah langkah awal yang mempunyai signifikansi untuk mengkaji dan menelaah lebihjauh. Metode komparatif digunakan untuk membandingkan pokok-pokok pemikiran Harun Nasution dari sisi persamaandan perbedaannya dengan tokoh-tokoh lain, mengingat bahwa sosok Harun Nasution dalam konstelasi pemikiran Islam tidak hadir begitu saja dalam ruang yang hampa sejarah. Adapun metode analitis-kritis digunakan untuk berupaya mencermati sejauh mana pemikirarmya mewarnai dan merespon masanya dan seberapa jauh ia telah menerapkan tawaran pemikirmmya dalam penafsirannya terhadap kitab suci. Oleh

8

karena itu untuk mendapatkan model pembacaan produktif, penulis lebih menekankan pada model kritik terhadap karya-karyanya. Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku panduan penulisan skripsi dan tesis yang diterbitkan oleh FUF DIN Syarif Hidayatu1lah Jakarta, kecuali untuk pedoman transliterasi menggunakan sistem Paramadina. E. Sistematika Penulisan

Mengacu pada metode penulisan di atas, maka pemballasan skripsi ini terdiri dari empat bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut dapat dilihat dalam daftar isi.