ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU PEGAL LINU YANG DI JUAL DI SURAKARTA MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV
SKRIPSI
Oleh :
ABDUL LATHIF K 100 080 061
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013 1
2
ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU PEGAL LINU YANG DIJUAL DI SURAKARTA MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV CHEMICAL DRUG ANALYSIS IN HERBAL MEDICINE SOLD IN SURAKARTA USING UV SPECTROFOTOMETRY METHOD Abdul Lathif, Andi Suhendi, Dedi Hanwar Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura 57162 ABSTRAK Bahan kimia obat yang sering ditambahkan dalam jamu pegal linu adalah natrium diklofenak dan fenilbutazon. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kandungan kadar natrium diklofenak dan fenilbutazon dalam jamu pegal linu. Jamu pegel linu yang digunakan pada penelitian ini yaitu 10 macam merek jamu pegel linu yang di jual di sekitar Surakarta. Dengan kriteria jamu pegal linu paling diminati masyarakat. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk analisis kualitatif natrium diklofenak dan fenilbutazon. Fase diam yang digunakan gel GF254 dan fase gerak menggunakan 3 sistem yang berbeda. Analisis kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri UV, untuk natrium diklofenak dengan λ maksimal 276 nm dan fenilbutazon dengan λ maksimal 264. Hasil penelitian menunjukkan adanya jamu yang mengandung natrium diklofenak dan fenilbutazon. Kadar natrium diklofenak pada jamu G 41,37 mg/tab dan jamu J 35,65 mg/tab. Presisi metode Spektrofotometri UV untuk penetapan kadar natrium diklofenak memenuhi syarat yaitu RSD 1,35% dan 1%. Kadar fenilbutazon pada jamu B 129,79 mg/tab dan jamu C sebesar 34,35 mg/tab. Presisi metode Spektrofotomeri UV untuk penetapan kadar fenilbutazon memenuhi syarat yaitu RSD 1,34% dan 1,86%. Kata kunci : KLT, jamu, fenilbutazon, natrium diklofenak, spektrofotometri UV ABSTRACT Chemicals drugs like sodium diclofenac and phenylbutazone is often added in herbal medicine. This study was conducted to determine the possible content of diclofenac sodium and phenylbutazone levels in herbal medicine. Ten herb medicine in Surakarta market and public interest that use in this experiment. TLC methods used qualitative analysis diclofenac sodium and phenylbutazone with silica gel GF254 as stationary phase, mobile phase using three difference system. Quantitative analysis using UV spectrophotometric method, for diclofenac sodium with λ maximum 276 nm and phenylbutazone with λ maximum 264 nm. 1
The results showed there are herbs that contain sodium diclofenac and phenylbutazone. Diclofenac sodium levels in G herbs 41.37 mg/tab and J herbs 35.65 mg/tab. Precision UV spectrophotometric method for determination sodium diclofenac is to qualify the RSD 1.35% and 1%. Levels of phenylbutazone in B herbs 129.79 mg/tab and C had levels 34.35 mg/tab. Precision UV spectrophotometric of this method for determination phenylbutazone qualify the RSD 1.34% and 1.86%. Keywords:
TLC, herbal medicine, Spectrophotometric UV.
phenylbutazone,
sodium
diclofenac,
PENDAHULUAN Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika dan hewan atau tumbuhan yang dilindungi (BPOM RI, 2006). Salah satu produk obat tradisional yang banyak diminati oleh masyarakat adalah Jamu pegel linu. Jamu pegel linu digunakan untuk menghilangkan pegel linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh dan menghilangkan sakit seluruh badan (Wahyuni dan Tanti 2004). Minat masyarakat yang besar terhadap produk jamu pegal linu sering kali disalah gunakan produsen jamu yang nakal untuk menambahkan bahan kimia obat. Pemakaian bahan kimia obat dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan fungsi organ tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan oleh BPOM supaya tidak beredar bahan kimia obat yang ditambahkan dalam jamu pegal linu (BPOM RI 2009). Badan POM RI (2009) telah memberikan peringatan keras kepada produsen jamu dan memerintahkan untuk menarik produk serta memusnahkannya, membatalkan nomor pendaftaran produk bahkan mengajukannya ke Pengadilan. Namun demikian berdasarkan pemantauan Badan POM RI, diantara produkproduk jamu yang mengandung BKO masih ditemukan di toko jamu.
2
Kasus serupa terulang pada akhir tahun 2010 dimana 46 produk jamu ditarik dari peredaran. Jamu-jamu yang ditarik dari peredaran tersebut oleh Badan POM justru merupakan jamu-jamu yang laris di pasaran karena efeknya yang cepat dalam mengobati berbagai penyakit seperti pegal linu, rematik, sesak napas, masuk angin dan suplemen kesehatan. Bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan meliputi metampiron, fenilbutazon, deksametason, allopurinol, CTM, sildenafil sitrat, tadalafil dan parasetamol. Obat-obat yang mengandung bahanbahan kimia tersebut memiliki efek samping berbahaya. Misalnya jamu yang mengandung fenilbutazon dapat menyebabkan peradangan lambung dan dalam jangka panjang akan merusak hati dan ginjal (Badan Pengawasan Obat & Makanan RI, 2010). Oleh karena itu untuk mendukung program pengawasan maka perlu ada partisipasi berbagai kalangan khususnya peneliti. Peneliti bermaksud memberi kontribusi dalam pengawasan produk dengan melakukan penelitian keberadaan bahan kimia obat dalam jamu pegel linu yang di ambil di sekitar Surakarta.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan alat sebagai berikut adalah: alat timbang merek AND max 210 g, min 1 mg e=1 mg d=0,01/0,1 mg, sonifikator merek Bradson 2510, spektrofotometri UV merek UV mini 1240 Shimadzu. Bahanbahan yang digunakan adalah Jamu pegel linu yang di jual di sekitar Surakarta, plat KLT, fenilbutazon, natrium diklofenak, toluene (p.a), etil asetat (p.a), asam asetat glasial (p.a), aseton (p.a), ammonia (p.a), metanol (p.a), aquades, natrium hidroksida 0,1 N. Pengumpulan Jamu Pegel linu Jamu pegal linu yang digunakan pada penelitian ini yaitu 10 macam merek jamu pegal linu yang di jual di sekitar Surakarta. Dengan kriteria jamu pegal linu paling diminati masyarakat.
3
Ekstraksi sampel Ditimbang sampel 400 mg kemudian dilarutkan dalam metanol sampai 10 mL dengan disonifikasi selama 30 menit kemudian disaring.. Analisis kualitatif KLT Analisis dilakukan menggunakan KLT dengan jarak pengembangan masing-masing 8 cm dan fase gerak : a. Natrium diklofenak : Larutan hasil ekstraksi dengan baku pembanding di totolkan secara terpisah. Fase diam
: Silika gel GF254
Eluen
: 1. Toluen : etil asetat : asam asetat glasial (60:40:1) 2. Toluen : aseton (1:2) 3. Toluen : metanol : ammonia (20:5:1)
b. Fenil butazon
: Larutan hasil ekstraksi dengan baku pembanding ditotolkan secara terpisah
Fase diam
: Silika gel GF254
Eluen
: 1. Sikloheksan : kloroform : metanol : asam asetat glasial (60:30:5:5) 2. Etil asetat : metanol : ammonia (85:10:5) 3. N heksan : etil asetat (8:2)
Penjenuhan Penampak bercak
: kertas saring : Cahaya ultraviolet 256 nm, terjadi pemadaman (BPOM, 2005).
Panjang Gelombang Maksimal Dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal untuk natrium diklofenak dan fenilbutazon. Pembuatan kurva baku 1. Natrium diklofenak Stok larutan standar natrium diklofenak konsentrasi 0,1% menggunakan pelarut metanol. Dari larutan stok standar, diencerkan hingga konsentrasi 5 µg/mL; 7 µg/mL; 9 µg/mL; 11 µg/mL; 13 µg/mL; 15 µg/mL; dan 17 µg/mL. Larutan stok disimpan pada 2-8 ˚C dilindungi dari cahaya (Dhaneshwar & Bhusari, 2010).
4
2. Fenilbutazon Stok larutan standar fenilbutazon konsentrasi 0,1% dibuat menggunakan pelarut metanol. Dari larutan stok standar, diencerkan menggunakan Natrium hidroksida 0,1 N hingga konsentrasi 3 µg/mL; 5 µg/mL; 7 µg/mL; 9 µg/mL; dan 11 µg/mL. Larutan stok disimpan pada -20 ˚C (Jedziniak P., et al., 2005). Masing-masing standar dibuat seri konsentrasi dari larutan standar yang kemudian dibaca dengan spektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimal. Analisis jamu pegal linu Analisis Kualitatif 1. Natrium diklofenak Analisis kualitatif natrium diklofenak menggunakan metode KLT fase diam silika gel GF254, Fase gerak menggunakan campuran toluene : etil asetat : asam asetat glasial (60:40:1), toluen : aseton
(1:2) dan toluen : metanol :
ammonia (20:5:1). 2.Fenilbutazon Analisis kualitatif fenilbutazon menggunakan metode KLT fase diam silika gel GF254, fase gerak menggunakan campuran sikloheksan : kloroform : metanol (60:30:10), etil asetat : metanol : ammonia (85:10:5) dan heksan : etil asetat (8:2). Analisis kuantitatif Hasil penotolan pada KLT yang mempunyai Rf sama dengan larutan standar natrium diklofenak dilakukan penetapan kadar, ditimbang 400 mg sampel dilarutkan metanol 10 mL kemudian disonikator selama 30 menit dan disaring, diambil 25 µL ditambahkan metanol sampai 5 mL kemudian dibaca pada panjang gelombang maksimal 276 nm Hasil penotolan pada KLT yang mempunyai Rf sama dengan larutan standar fenilbutazon dilakukan penetapan kadar, ditimbang 400 mg sampel dilarutkan metanol 10 mL kemudian disonikator selama 30 menit dan disaring, diambil 25 µL ditambahkan Natrium hidroksida 5 mL kemudian dibaca pada panjang gelombang maksimal 264 nm.
5
Analisis Data Kadar dari sampel jamu diketahui berdasarkan persamaan kurva baku Y=bx+a, dengan Y nilai absorbansi dan x adalah kadar terukur. Dari pembacaan sampel didapatkan absorbansi sebagai y dan x adalah kadar terukur dengan kadar b/v yang kemudian dijadikan mg/tab. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kualitatif Analisis bahan kimia obat natrium diklofenak dan fenilbutazon pada 10 jenis sampel jamu tradisional pegal linu beredar di kota Surakarta. Analisis kualitatif menggunakan metode KLT dengan 3 campuran fase gerak yang berbeda. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi adanya tambahan bahan kimia obat produk jamu pegal linu. Analisis kualitatif natrium diklofenak dan fenilbutazon pada sediaan jamu merupakan
uji
identifikasi
natrium
diklofenak
dan
fenilbutazon
yang
dimungkinkan terdapat dalam sediaan obat tradisional dapat dilakukan dengan metode KLT. Sampel dapat memisah berdasarkan komponen-komponen senyawa dengan memilih fase gerak yang sesuai. Pemisahan agar maksimal, Rf solute harus terletak antara 0,2-0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007). Hasil KLT Natrium diklofenak
N N
N 7
Fase gerak A
N
7
10
N
N 7
10
10
Fase gerak B
Fase gerak C
Gambar 1. Fase gerak A toluene : etil asetat : asam asetat glasial (60:40:1), fase B gerak toluen : aseton (1:2) dan fase gerak C toluene : metanol : ammonia (20 : 5 : 1) Keterangan: N : standar natrium diklofenak; 7,10 : jamu mengandung natrium diklofenak
6
Hasil KLT Fenilbutazon
F
2 3
F F
Fase gerak D
F 2 3
F 2 3
Fase gerak E
F
Fase gerak F
Gambar 2. Fase gerak D Sikloheksan : kloroform : metanol (60:30:10), fase gerak E Etil asetat : metanol : ammonia (85:10:5) dan fase gerak F n heksan : etil asetat (8:2) Keterangan: F : standar fenilbutazon; 2,3 : jamu mengandung fenilbutason Tabel 2. Hasil analisis kualitatif Natrium diklofenak No. N F 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Jamu Natrium diklonefak Fenilbutazon A B C D E F G H I J
Rf Sistem A
Sistem B
Sistem C
0,63
0,75
0,75
0 0;0,69;0,87 0,69;0,87 0,19 0,19;0,61 0,19 0,19 0,63
0 0;0,87 0,87 0,63 0,63;0,75 0,63 0,63 0,75
0,87 0,87 0,63 0,77;0,87 0,87 0,87 0,75
Sistem D 0,75 0 0,25;0,74 0,25;0,74 0 0;0,12 0 0 0,12
Sistem E
Sistem F
0,63 0 0,63;0,93 0,63;0,93 0;0,88 0,38;0,88; 0,88 0,88;0,93 0,38
0,38 0 0;0,18;0,22;0,38 0,38 0 0;0,12 0 0 0,12
Alasan pemilihan metode KLT adalah pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan kromatografi kolom, peralatan yang digunakan lebih sederhana, banyak digunakan untuk tujuan analisis dan KLT lebih fleksibel dalam pemilihan fase gerak. Dengan system fase gerak A (toluene : etil asetat : asam asetat glasial 60:40:1) v/v sampel 7 memiliki Rf 0,61 mendekati Rf standar natrium diklofenak dan sampel 10 memiliki Rf sama dengan standar natrium diklofenak, dimungkinkan ada bahan kimia obat dengan Rf 0,63 (Gambar 1). Sistem fase gerak B (toluen : aseton 1:2) v/v sampel 7 dan 10 memiliki rf 0,75 sama dengan standar (Gambar 4). Berikutnya fase gerak C (toluene : metanol :ammonia 20:5:1) v/v sampel 7 memiliki Rf 0,77 mendekati Rf standar natrium diklofenak dan sampel 10 memiliki Rf 0,75 yang sama dengan standar natrium diklofenak (Gambar 1). Dari ketiga sistem fase gerak memiliki Rf sama dengan 7
s standar adallah sampel 7 dan 10 dimungkinka d an ada bahaan kimia obbat natrium Didapat Rf yang berbedda-beda dikaarenakan keekuatan dayaa elusi fase d diklofenak. g gerak yang berbeda fasse gerak A memiliki keekuatan elussi 0,207, fasse gerak B 0 0,346 dan faase gerak C 0,262. 0 Padaa sampel denngan standarr fenilbutazoon menggunaakan sistem fase gerak D (Siklohek ksan : klorofform : metannol 60:30:100) memiliki Rf yang dekkat dengan s standarnya a adalah samppel 2 dan 3 yyaitu 0,74 seedangkan Rff standar fennil butazon 0 0,75 (Gamb bar 2). Sistem m fase gerakk E (etil aseetat : metanool : ammoniia 85:10:5) m memiliki Rff yg sama deengan standaar adalah jam mu 2 dan 3 yaitu y 0,63 (G Gambar 2). P Pada sistem m fase gerak F (n heksann : etil asetaat 8:2) v/v yyang memiliiki Rf 0,38 s sama dengaan standar adalah sampel 2 dan 3 diduga menngandung feenilbutazon ( (Gambar 2). Dari ketigaa sistem fasee gerak samppel 2 dan 3 yang y memiliki Rf sama d dengan stan ndar fenilbuutazon dapatt disimpulkaan bahwa ssampel jamuu 2 dan 3 d dinyatakan p positif menggandung bahhan kimia obbat fenilbutazzon. Didapat Rf yang b berbeda-bed da dikarenakan kekuatann daya elusi fase f gerak yaang berbedaa fase gerak D memiliki kekuatan k eluusi 0,128, fase gerak E 0,415 0 dan fasse gerak F 0,,076. A Analisis Ku uantitatif P Penentuan panjang p gellombang naatrium dikloofenak dan fenilbutazon Padaa penelitian penetapan kkadar natrium m diklofenaak penelitiann Sengar et a 2010 did al., dapat λ makssimal 276,6 nm, sedangkkan pada US SP disebutkaan bahwa λ m maksimal un ntuk fenilbuttazon 264 nm m (USP, 201 13).
Gam mbar 3. Penguk kuran panjan ng gelombang maksimal nattrium diklofen nak
8
Gambar G 4. Pen ngukuran pan njang gelombaang maksimal fenilbutazon
Dari hasil penguukuran panjaang gelombaang maksim mal didapatkaan 276 nm ( (Gambar 3) untuk natriuum diklofenaak dan 264 nm n untuk fennilbutazon (G Gambar 4). P Pengukuran pada λ makksimal karenaa pada panjaang gelombaang tersebut, perubahan a absorbansi u untuk setiap satuan konssentrasi adalah yang paliing besar (G Gandjar dan R Rohman, 20 007). Pembuatan P n kurva baku u Larutan stok natrrium diklofeenak dan feniilbutason 0,11% K Kurva Baku Fenilbutason F
0.8
0.8
0.7
0.7
0.6
0.6 Absorbansi
Absorbansi
Kurva K Baku Natrium N Dikloofenak
0.5 0.4 0.3 0.2
y = 443 3,928x - 0,04289 r = 0,9976
0.1
0.5 0.4 0.3
y = 496x x + 0.1984 r = 0.9994
0.2 0.1 0
0
0.5
0 0
0.5 1 1.5 mg% x 10-3) Kadar (m
(a)
2
1
1.5
Kadar (mg% x10-3)
(b)
K baku (a)) Natrium dik klofenak, (b) F Fenilbutazon Gambar 5. Kurva
9
Dari pembuatan kurva baku natrium diklofenak didapat r = 0,9976 dengan persamaan garis linier y=444,928x – 0,004289 dan fenilbutazon didapat r = 0,9992 dengan persamaan garis linier y=496x + 0,1984. Nilai r yang paling baik adalah yang mendekati 0,99 (Watson, 2005). Nilai b yang didapat pada kurva baku natrium diklofenak adalah 444,928 dan fenilbutazon adalah 496, nilai b adalah slop menunjukkan sentifitas yang artinya semakin besar nilai b menunjukkan hasil yang sensitif metode tersebut termasuk sensitif. Nilai a pada kurva baku natrium diklofenak adalah 0,004289 dan fenilbutazon adalah 0,1984, nilai a intersep menunjukkan selektifitas yang artinya semakin kecil nilai a semakin selektif pengukuran tersebut, metode spektrofotometri UV termasuk selektif untuk penetapan kadar untuk natrium diklofenak dan fenilbutazon. Analisis kuantitatif Presisi dari suatu metode adalah tingkat keterulangan hasil pengukuran individual dari beberapa kali pembacaan sampel. Pengukuran presisi dapat dibagi menjadi 3 kategori : repeatabilitas, presisi antara dan reprodusibilitas. Kriteria untuk presisi sangat tergantung pada sampelnya (Suhendi, 2013). Pada sampel jamu ini dilakukan presisi dengan metode spektrofotometri UV untuk sampel jamu tapak liman didapatkan kadar natrium diklofenak 41,37 mg/tab dengan RSD 1,35 % dan jamu super kecetit dengan kadar 35,65 mg/tab dengan RSD 1 %. Presisi pada penetapan kadar fenilbutazon pada jamu antikap 129,79 mg/tab dengan RSD 1,34 % dan pada jamu buah naga didapat kadar 34,35 mg/tab dengan RSD 1,86%. Data presisi dari penetapan kadar jamu didapatkan RSD kurang dari 2,8% (Suhendi, 2013) berarti metode tersebut reprodusible untuk menetapkan kadar fenilbutazon dan natrium diklofenak. Tabel 3. Kadar Natrium Diklofenak dan Fenilbutazon dalam jamu pegal linu Satuan Kadar tiap 400 mg (% b/b) Rata – rata mg/tablet Nama produk 1 2 3 Na diklofenak Fenilbutazon G kapsul 6,73 6,49 6,83 41,37 mg J tablet 5,21 5,19 5,06 35,65 mg B kapsul 20,03 20,61 21,22 129,79 mg C tablet 4,89 4,73 5,04 34,35 mg
Dari tabel 3 terdapat dua jamu yang mengandung bahan kimia obat natrium diklofenak dan kadar fenilbutazon yang tinggi. Seharusnya pada jamu
10
tidak boleh terdapat bahan kimia obat, dikarenakan jamu adalah bahan alam yang dikonsumsi secara rutin, jika di dalam jamu terdapat bahan kimia obat dikonsumsi secara rutin dapat merusak organ tubuh manusia. Didalam sedian obat natrium diklofenak memiliki dosis 25 mg dan 50 mg, pada sampel G dan J menunjukkan kadar yang tinggi yaitu 41,37 mg dan 35,65 mg karena sudah melebihi dosis minimal yang ada disediaan pasaran sebesar 25 mg. Fenilbutazon pada sedian obat memiliki dosis 100 mg dan 200 mg pada sampel B mengandung kadar fenilbutazon yang tinggi yaitu 129,79 mg sedangkan pada sampel C didapatkan kadar 34,35 mg. Untuk sampel B mengandung fenilbutason yang tinggi karena sudah melebihi dosis sediaan minimal fenilbutazon yang dijual di pasaran sebesar 100 mg.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dalam 10 sampel yang diambil di toko jamu yang di Surakarta terdapat 2 produk yang ditemukan mengandung natrium diklofenak, yang terdapat pada jamu G sebesar 41,37 mg/tab dan pada jamu J memiliki kadar sebesar 35,65 mg/tab. 2. Dalam 10 sampel yang diambil di toko jamu yang di Surakarta terdapat 2 produk yang ditemukan mengandung fenilbutazon yang terdapat pada jamu B sebesar 129,79 mg/tab dan jamu C memiliki kadar sebesar 34,35 mg/tab.
Saran Perlu dilakukan pengawasan untuk jamu yang beredar di pasaran sehingga tidak mengandung bahan kimia obat yang aman dikonsumsi masyarakat.
DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005, Kriteria dan Tata Laksana pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, KH.00.05.41.1384. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 2005, Penuntun Metode Analisis.Jakarta. 11
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006, Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, KH.00.01.1.5116. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 2008, Penuntun Metode Analisis.Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2009, Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, KH.00.01.1.43.2397. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010, Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, HM.03.03.1.43.08.10.8013.. Brotowidjoyo, M., 1991, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah, 11, Liberty, Yogyakarta. Cheng, H.L., Mei-Chun, T., Pei-Lun, T., & Guor, R.H., 2001, Analysis of synthetic chemical drugs in adulterated Chinese medicines by capillary electrophoresis/electrospray ionization mass spectrometry, Department of Chemistry, National Taiwan University, Taipei, Taiwan, R.O.C.
Departemen Kesehatan R.I., 2002. Undang – undang kesehatan No. 23, Depkes R.I. Jakarta. Dhaneshwar, S.R. & Bhusari, V.K., 2010, Validated HPLC Method for Simultaneous Quantification of Diclofenac Sodium and Misoprostol in Bulk Drug and Formulation, Der Chemica Sinica, 1 (2): 110-118. Gandjar, I. G., & Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal 378 – 388. Jedzinak, P., Juszkiewicz, T. S., & Gierak, A., 2005, Determination of Phenylbutazone and Oxyphenbutazone in Bovine Plasma Using High Performance Liquid Chromatography With Uv Detection, Department of Pharmacology and Toxicology, National Veterinary Research Institute, 24-100 Puławy, Poland Park, S.J., & Sang, D.Y., 2008, Recrystallization of phenylbutazone using super fluid antisolvent process, Department of Chemical Engineering, Kyungpook National University, Daegu, 702-701, Korea Prado, S.A. & Martin P., 2002, Comparison Between Capillary Electrophoresis and Liquid chromatography for the Determination of Diclofenac Sodium in a Pharmaceutical Tablet, University of São Paulo, Faculty of Pharmaceutical Sciences, Department of Pharmacy, Av. Prof. Lineu Prestes, 580,05508-900, São Paulo, SP, Brazil
12
Rajesh, K.P., et.al., 2012 Development and Validation of RP-HPLC Method for Simultaneous Determination of Omeprazole and Diclofenac Sodium in capsule dosage form, Pharmaceutical Education and Research Institute, Ganpat University, Mehsana-384012, Gujarat, India. Sengar, M.R., Gandhi, S.V., Patil, U.P. & Rajmane, V.S., 2010, Simultaneous Determination of Diclofenac Sodium and Thiocolchicoside in Fixed Dose Combination by Spectrophotometry, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 3 (2): 89-91. Suhendi, A., 2013, Handout Analis Farmasi, UMS Fakultas Farmasi. USP. 2013. Heart Departement.usp32nf27s0_m64080.html (diakses tanggal 25 juli 2013) Wahyuni, S. A. & Sujono, T. A, 2004, Studi Aktivitas Daya Analgetik Jamu Pegel Linu, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 5, No. 1, 2004: 21 – 32. Watson, D.G., 2005, Pharmaceutical Analysis: A Text Book For Pharmacy Students and Pharmaceutical Chemists, Edinburgh London New York Oxford Philadelphia ST Louis Sydney Toronto, hal 14
13