BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG ANEMIA PADA IBU HAMIL

Download disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk teru...

0 downloads 461 Views 478KB Size
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

2

Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia salah satunya adalah atonia uteri.

Atonia uteria (relaksasi otot uterus) merupakan uteri tidak

berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002). Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil dengan anema (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan anemia (Ani dkk., 2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 % ibu hamil aterm dengan anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB) (Wiknjosastro, 2005). Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan (Manuaba, 2001). Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan kelainan darah. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti: 1) Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang

3

dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak (Manuaba, 2001). Ibu hamil yang menderita anemia memiliki kemungkinankan akan mengalami atonia uteri. Menurut Anderson, S (1994), anemia mempengaruhi kerja dari tiap organ tubuh manusia karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang. Karena oksigen yang diikat dalam darah kurang, maka akan mempengaruhi kerja otot uterus untuk mengadakan kontraksi sehingga menyebabkan atonia uteri. Hasil penelitian Ayu Wuryanti (2010) tentang hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri di RSUD Wonogiri diperoleh bahwa berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,008 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maida di PKM Kota medan tahun 2005 faktor yang paling dominan menyebabkan atonia uteri adalah umur ibu hamil, kadar HB/anemia, pendidikan, pengalaman dan umur penolong persalinan, serta tempat bersalin ibu. Berbeda dengan hasil penelitian Lucinda yang juga melakukan penelitian serupa di RSUD kota Bekasi tahun 2010 diperoleh bahwa umur ibu hamil tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian atonia uteri, faktor yang paling dominan adalah paritas dan kadar HB/anemia. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian asam folat sebanyak 500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian zat besi sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gram/minggu atau dalam 10 hari (Sulistyoningsih, 2011).

4

Survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa tercatat jumlah kasus mioma uteri dari tahun 2012-2014 adalah sebesar 62 kasus dengan rincian pada tahun 2012 sebesar 17 kasus, pada tahun 2013 sebesar 21 kasus dan pada tahun 2014 sebesar 24 kasus dan berdasarkan survey awal tersebut bahwa penderita mioma uteri terkait dengan anemia dalam kehamilan. Berdasarkana latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.

1.2. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian anemia dalam kehamilan di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.

2.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.

5

3.

Untuk mengetahui hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.

1.4. Manfaat Penelitian 1.

Bagi Penulis Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengembangan logika berpikir penulis mengenai atonia uteri

2.

Bagi Desa Sijambur a. Memberikan informasi mengenai karakteristik (profil penderita) bagi penderita penyakit atonia uteri di Desa Sijambur. b. Memberikan informasi dari penelitian ini kepada tenaga medis supaya dapat mengenal pasti golongan wanita dalam karakteristik penderita atonia uteri untuk diambil langkah-langkah yang sewajarnya.

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anemia dalam kehamilan 2.1.1. Definisi Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2002). Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. 2.1.2. Penyebab Anemia Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi

7

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain 2.1.3. Gejala dan tanda Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat, mudah pingsan, mata kunangkunang, sementara pada tekanan darah masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia

defisiensi.

Untuk

menegakkan

diagnosa

dilakukan

pemeriksaan

laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb (Saifuddin, 2002). 2.1.4. Patofisologi Anemia Pada Kehamilan Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan, dan maksimum dimulai pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar 1000ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Yeyeh, 2010). 2.1.5. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro (2002), adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a. Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat, feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian preparat besi 60 mg/hari

8

dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% tiap bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002). b. Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001). Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Hb 11 gr% : Tidak anemia 2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang 4. Hb < 7 gr% : Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal, kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan

9

menghasilkan sekitar 8-10 mgzat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). 2. Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12 Gejala-gejalanya : a. Malnutrisi b. Glositis berat (lidah meradang, nyeri) c. Diare d. Kehilangan nafsu makan Pengobatannya: a. Asam folat 15 – 30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Anemia ini terjadi pada sekitar 8% kehamilan. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah

10

selesai masa nifas maka anemiaakan sembuh dengan sendirinya.Dalam kehamilan berikutnya ia mengalami anemia hipoplastik lagi. Ciri-ciri: a. Pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12. b. Sum-sum tulang bersifat normblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata. 4. Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan beratnya anemia. Obat-obat penambah darah tidak member hasil. Tranfusi darah, kadang dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan menghindari bahaya hipoksia janin. Anemia ini terjadi pada sekitar 0,7% kehamilan. Pengobatan tergantung pada jenis anemia himolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi, maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada jenis obat-obatan, hal ini tidak member hasil. 5. Anemia-anemia lain Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing

11

tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas serta berpengaruh pula bagi anak dalam kandungan. Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis obat cacing dan lain-lain. 2.1.6. Penatalaksanaan Anemia pada Ibu Hamil Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya mendapat preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian asam folat sebanyak 500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian zat besi sebanyak 30gram per hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gram/minggu atau dalam 10 hari. Berikut upaya pencegahan dan penaggulangan anemia (Sulistyoningsih, 2011) : a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi. Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, tempe). perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C(daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Makanan yang berasal dari nabati meskipun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.

12

b. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (tablet besi/tablet tambah darah). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu : 1. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang. 2. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam. 3. Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll. 4. Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum 5. Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah. c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti : kecacingan, malaria dan penyakit TBC. 2.1.7. Dampak Anemia dalam Kehamilan Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat

13

pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

2.2. Atonia Uteri 2.2.1. Pengertian Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan. Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Apri, 2007). Atonia uteri adalah kegagalan serabut- serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4

14

jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjdainya syok hipovolemik. Diagnosis atonia uteri yaitu bila setelah bayi dan placenta lahir ternyata pendarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lebih lembek 2.2.2. Faktor Penyebab terjadinya Atonia Uteri Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah : 1. Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya : a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion) b. Kehamilan gemelli c. Janin besar (makrosomia) 2. Kala satu atau kala 2 memanjang 3. Persalinan cepat (partus presipitatus) 4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin 5. Infeksi intrapartum 6. Multiparitas tinggi (grande multipara) 7. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia atau eklamsia. 8. Umur yang terlalu tua atau terlalu muda (<20 tahun dan >35 tahun) Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

15

2.2.3. Manifestasi Klinis 1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek 2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer) 2.2.4. Tanda dan gejala atonia uteri 1.

Perdarahan pervaginam Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah

2.

Konsistensi rahim lunak Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya

3.

Fundus uteri naik

4.

Terdapat tanda-tanda syok : a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih) a. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg b. Pucat c. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap d. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih e. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran f. Urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)

2.2.5. Diagnosis Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir

ternyata

perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu

16

diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti. 2.2.6. Pencegahan Atonia Uteri Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam. Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.

17

2.2.7. Langkah-Langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung pada keadaaan klinisnya, dapat dilihat pada Tabel 2.1 : Tabel 2.1. Langkah-Langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri No 1

2

3

4

5

6 7

8

9

Langkah Penatalaksanaan Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik) Bersihkan bekuan darah adan selaput ketuban dari vaginadan lubang servik

Alasan Masase merangsang kontraksi uterus. Saat dimasase dapat dilakukan penilaia kontraksi uterus Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.

Pastikan bahwa kantung kemih kosong,jika penuh dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptik Lakukan Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit

Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.

Kompresi bimanual internal memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterusdan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi. Anjurkan keluarga untuk Keluarga dapat meneruskan kompresi mulai membantu kompresi bimanual eksternal selama penolong bimanual eksternal melakukan langkah-langkah selanjutnya Keluarkan tangan perlahan- Menghindari rasa nyeri lahan Berikan ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin dan misopostrol akan bekerja (kontraindikasi hipertensi) atau dalam 5-7 menit dan menyebabkan misopostrol 600-1000 mcg kontraksi uterus Pasang infus menggunakan Jarum besar memungkinkan pemberian jarum 16 atau 18 dan berikan larutan IV secara cepat atau tranfusi 500cc ringer laktat + 20 unit darah. RL akan membantu memulihkan oksitosin. Habiskan 500 cc volume cairan yang hilang selama pertama secepat mungkin perdarahan.oksitosin IV akan cepat merangsang kontraksi uterus. Ulangi kompresi bimanual KBI yang dilakukan bersama dengan internal ergometrin dan oksitosin atau misopostrol akan membuat uterus berkontraksi

18

Table 2.1 (Lanjutan) 10

Rujuk segera

11

Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI

12

Lanjutkan infus RL +20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/ jam sehingga menghabiskan 1,5 I infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi

Jika uterus tidak berkontaksiselama 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan tranfusi darah Kompresi uterus ini memberikan tekanan langung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang uterus berkontraksi RL dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabutserabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi. 2.2.8. Manajemen Atonia Uteri (Penatalaksanaan) 1. Resusitasi Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-

19

tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah. 2. Masase dan kompresi bimanual Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan.Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera 3. Jika uterus tidak berkontraksi maka : a. Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong,Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. b. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat. c. Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahanlahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI d. Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat, jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.

20

4. Pemberian Uterotonika Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin.

Pada

dosis

rendah

oksitosin

menguatkan

kontraksi

dan

meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan. Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi. Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif

21

tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi. 5. Operatif Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium.

22

Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian. 6. Ligasi arteri Iliaka Interna Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien. 7. Histerektomi Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.

23

8. Kompresi bimanual atonia uteri Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci. Teknik : a. Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan b. Eksplorasi dengan tangan kiri Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina c. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang atas d. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar Ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan lumennya.Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna.

2.3. Kerangka Konsep Variabel Bebas

Anemia dalam Kehamilan

Variabel Terikat

Atobia Uteri

24

2.4. Hipotesis Penelitian 1.

Ada hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.

25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifar analitik yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa tahun 2015. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli 2015.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin pada bulan Januari s/d Juni 2015 di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa tahun 2015 sebanyak jumlah 45 orang. 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel (total Sampling) yaitu sebesar 45 orang.

25

26

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa tahun 2015.

3.5.

Definisi Operasional Tabel 3.1.

Definisi, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur

Definisi Operasional 1. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% 2. Atonia uteri adalah myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.

Cara dan Alat Ukur Pemeriksaan HB

Skala Ukur Ordinal

Pemeriksaan

Ordinal

Hasil Ukur 0. < HB = 12 gr% 1. ≥ HB = 12 gr%

0. Atonia Uteri 1. Tidak Atonia Uteri

27

3.5. Metode Pengolahan dan Analisa data 3.5.1. Pengolahan Data Setelah data penelitian terkumpul maka dilakukan proses pengolahan data meliputi tahap-tahap berikut ini : 1. Editing Editing dalam penelitian ini berupa kegiatan pengecekan data apakah sudah lengkap. 2. Coding Coding adalah mengklasifikasikan data-data yang telah dikumpulkan menurut macamnya. 3. Data Entry Data rntry yaitu proses memasukkan data ke dalam kategori tertentu untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer. 4. Tabulating Tabulating adalah langkah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Riyanto, 2009). 3.5.2. Analisa Data Analisa data dilakukan secara deskriptif yaitu mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan dan disajikan ke dalam tabel-tabel distribusi frekuensi, lalu dianalisis dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada dan yang berhubungan dengan penelitian.

28

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Sijambur terletak di Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir. Desa ini merupakan salah satu kecamatan yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Desa Sijambur mempunyai luas wilayah 14.492 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara

: Kecamatan ..............

2. Sebelah Selatan

: Kabupaten ................

3. Sebelah Barat

: Kecamatan .................

4. Sebelah Timur

: Kecamatan ..................

4.2. Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: umur, pendidikan dan pendidikan. 4.2.1. Umur Responden Untuk melihat umur responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir No 1 2 3

Umur > 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Jumlah

f 3 29 13 45

% 6,7 64,4 28,9 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden lebih banyak dengan umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (64,4%), umur > 35 tahun sebanyak

29

13 orang (28,9%) dan lebih sedikit dengan umur > 20 tahun sebanyak 3 orang (6,7%). 4.2.2. Pendidikan Responden Untuk melihat pendidikan responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir No 1 2 3 3

Umur SD SMP SMA PT Jumlah

f 3 16 21 5 45

% 6,7 35,6 46,7 11,1 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan responden lebih banyak dengan pendidikan SMA sebanyak 21 orang (46,7%), pendidikan SMP sebanyak 16 orang (35,6%), pendidikan PT sebanyak 5 orang (11,1%) dan lebih sedikit dengan pendidikan SD sebanyak 3 orang (6,7%). 4.2.3. Pekerjaan Responden Untuk melihat pekerjaan responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 4.3 : Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir No 1 2 3

Pekerjaan IRT Petani Berdagang Jumlah

f 4 25 16 45

% 8,9 55,6 35,6 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan responden lebih banyak dengan petani sebanyak 25 orang (55,6%), berdagang sebanyak 16 orang (35,6%) dan lebih sedikit dengan IRT sebanyak 4 orang (8,9%).

30

4.3. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: anemia dan atonia uteri. 4.3.1. Anemia Untuk melihat anemia responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 4.4 : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Anemia Responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir No 1 2

Anemia Hb < 12 gr% Hb ≥ 12 gr% Jumlah

f 10 35 45

% 22,2 77,8 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kejadian anemia responden lebih banyak dengan tidak terjadi anemia sebanyak 35 orang (77,8%) dan lebih sedikit dengan anemia sebanyak 10 orang (22,2%). 4.3.2. Atonia Uteri Untuk melihat atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir dapat dilihat pada Tabel 4.5 : Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Atonia Uteri Responden di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir No 1 2

Atonia Uteri Atonia uteri Tidak atonia uteri Jumlah

f 11 34 45

% 24,4 75,6 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kejadian atonia uteri lebih banyak dengan tidak terjadi atonia uteri sebanyak 34 orang (75,6%) dan lebih sedikit dengan atonia uteri sebanyak 11orang (24,4%).

31

4.4. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa. 4.4.1. Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Atonia Uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa Untuk melihat hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa dapat dilihat pada Tabel 4.6: Tabel 4.6. Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Atonia Uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa No

1 2

Anemia

Hb < 12 gr% Hb ≥ 12 gr%

Atonia Uteri Atonia Tidak Uteri Atonia Uteri n % n % 7 70,0 3 30,0 4 11,4 31 88,6

Total

N 10 35

% 100,0 100,0

RP (95% CI)

Nilai p

6,125 2,236-16,775

0,001

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 10 orang dengan Hb < 12 gr% terdapat atonia uteri sebanyak 7 orang (70,0%) dan tidak atonia uteri sebanyak 3 orang (30,0%). Sedangkan dari 35 orang dengan Hb ≥ 12 gr% terdapat atonia uteri sebanyak 4 orang (11,4%) dan tidak atonia uteri sebanyak 31 orang (88,6%). Hasil uji statistik chi square

menunjukkan bahwa terdapat 25% sel

expected < 5 maka sebaiknya mempergunakan uji eksak Fisher. Dari hasil uji Eksak Fisher diperoleh nilai p=0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan anemia antara ibu dengan atonia uteri dengan ibu tidak atonia uteri (ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan atonia uteri). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai RP 6,1 (95% CI = ,236-16,775) artinya ibu dengan kejadian

32

anemia mempunyai hubungan 6,1 kali terjadi atonia uteri dibandingkan ibu dengan tidak anemia.

33

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Anemia Hasil penelitian tentang variabel anemia ditemukan ibu dengan kadar Hb < 12 gr% sebesar 22,2%. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian anemia pada ibu Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa tergolong tinggi. Keadan ini perlu mendapat perhatian agar pada saat ibu hamil lebih memperhatian gizi sewaktu hamil untuk mencegah terjadinya anemia, karena anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Pemerintah telah melakukan program pencegahan anemia pada ibu hamil dengan pemberian tablet besi (Fe) secara gratis kepada semua ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia terutama pada masa kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah pendistribusian tablet Fe melalui Posyandu, Polindes, dan Puskesmas. Selain itu melibatkan peran serta dari petugas kesehatan seperti; bidan, perawat hingga kader Posyandu dapat mengurangi jumlah ibu hamil yang mengalami anemia dengan meningkatkan pengetahuan tentang manfaat tablet besi, meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi, dan juga diperlukan sistem evaluasi dan monitoring yang dapat dipercaya Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, angka anemia berkisar 24,5%. Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam masa kehamilan, persalinan, maupun nifas, seperti abortus, partus prematur, partus lama, inersia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum bahkan sampai

34

dapat menyebabkan kematian ibu. Anemia penyebab gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi. Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Menurut Yeyeh (2010) bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama, perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll).

5.2. Atonia Uteri Hasil penelitian tentang variabel atonia uteri ditemukan ibu mengalami atonia uteri sebesar 24,4%. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian atonia uteri pada ibu Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa tergolong tinggi. Keadan ini perlu mendapat perhatian agar pada waktu bersalin mengurangi kejadian atonia uteri. Menurut Apri (2007) bahwa pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat

35

mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah. Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.

5.3. Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Atonia Uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa Hasil penelitian tentang variabel anemia ditemukan dengan kadar Hb < 12 gr% dengan kejadian atonia uteri sebesar 70,0%. Uji statistik Eksak Fisher menunjukkan variabel umur nilai p < 0,05 dengan RP 6,1 (95% CI = 2,236-16,775) berhubungan dengan atonia uteri. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi ibu anemia saat kehamilan akan meningkat kejadian atonia uteri. Pada penelitian ini perlu pelaksanaan penyuluhan kepada ibu bahwa perlu pemakaian pencegahan atonia uteri saat hamil. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti: 1) gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransfer ke sel tubuh maupun otak. Sehingga dapat memberikan efek yang buruk baik pada ibu maupun bayi yang dilahirkan (Manuaba,2001).

36

Menurut Anderson, S (1994), anemia mempengaruhi kerja dari tiap organ tubuh manusia karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang. Karena oksigen yang diikat dalam darah kurang, maka akan mempengaruhi kerja otot uterus untuk mengadakan kontraksi sehingga menyebabkan atonia uteri. Hasil penelitian Ayu Wuryanti (2010) tentang hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri di RSUD Wonogiri diperoleh bahwa berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,008 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum karena atonia uteri. Menurut asumsi peneliti bahwa anemia menjadi salah satu pemicu terjadinya atonia uteri, karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang. Sehingga jumlah oksigen yang dikirim ke uterus pun kurang. Hal ini menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan postpartum.

37

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Kesimpulan 1. Kejadian anemia pada ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir sebesar 22,2%. 2. Kejadian atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir sebesar 24,4%. 3. Terdapat hubungan anemia dalam kehamilan dengan atonia uteri di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Tobasa

6.2. Saran 1. Bagi petugas kesehatan Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir agar melakukan pengawasan yang pada ibu hamil untuk mengurangi resiko kejadian anemia. 2. Bagi ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir agar mengkonsumsi zat besi selama hamil untuk mencegah anemia.

38

DAFTAR PUSTAKA

Aimee, et al., 2010. Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of Uterine Leiomyomata by 35 Years of Age in the Sister Study. Environmental Health Perspectives. Volume 118. No. 3. Pages 375-380. Anonim, 2011. Uterine Fibroids, Active Component Females, U.S. Armed Forces, 2001-2010. Medical Surveillance Monthly Report. Volume 18, No. 12. Pages 10-13. Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : Penerbit EGC. Copaescu, C., 2007. Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102, No. 2, March-April 2007. Romanian. Hadibroto., R.Budi., 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, Volume 38, No. 3, September 2005. Medan. Hart D.M, Norman J, 2001. Gynecology Illustrated.5th Edition. UK: Churchill Livingstone James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md. Haney, David N, 2003.Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition:475 JK, Park et al., 2005. A Clinical Analysis of Uterine Myoma. Korean Journal Obstetric Gynecology. Volume 48, No. 2. Pages 436-445. Kumar Vinay,Abbas Abul K, Fausto Nelson, Mitchell Richard N, Robbins Basic Pathology, 8th Edition, Philadelphia, USA, Saunders Elsevier 2007, Chapter 19 The Female Genital System and Breast: 724-725. Kurniasari, T., 2010. Karakteristik Mioma Uteri Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode Januari 2009 – Januari 2010. Laporan Penelitian Mahasiswa FK UNS. Laughlin et al., 2009. Prevalence of Uterine Leiomyomas in the First Trimester of Pregnancy : An Ultrasound-Screening Study. Journal of Obstetric and Gynaecology. Volume 113. Issue 3. Pages 630-635 Lefebvre, et al., 2003. The Management of Uterine Leiomyomas. Journal Obstetric Gynecologic Canada, No 128, Pages 396-405. Martin L. Pernoll, 2001.Benson & Pernoll’s handbook of Obstetrics & Gynecology. USA: McGraw-Hill:619-625

29

39

Muzakir, 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari-31 Desember 2006. Laporan Penelitian. Ohonsi, A, Amole, et al., 2011. Surgical Management of Uterine Fibroids at Aminu Kano Teaching Hospital. Hindawi Publishing Corporation Obstetrics and Gynecology International. Volume 2012. Pages 1-6. Ompusunggu, Miranti., 2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di RS. Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM USU Medan. Parker WH. 2007, Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, 2007. Ilmu kandungan. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005. 338-345. Purba, C, Merry., 2009. Karakteristik Penderita Mioma Uteri yang Dirawat Inap di rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM USU Medan. Randell, et al., 2006. Fracture Risk and Bone Density of Peri – and Early Postmenopausal Women with Uterine Leiomyoma. Maturitas. Volume 53, No. 3, February 2006, Finland. Whiteman et al., 2008. Inpatient Hysterectomy Surveillance in The United States, 2000-2004. American Journal of Obstetric and Gynecology. Volume 198, No. 134, pages 1-7. Wise, Lauren, et al., 2009. A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine Leiomyomata. American Journal of Epidemiology. Vol. 171 No. 2. Pages 221-232. Yilmaz et al., 2009. Assessment of the predictivity of preoperative serum CA 125 in the differential diagnosis of uterine leiomyoma and uterine sarcoma in the Turkish female. European Journal of Gynaecological Oncology. Volume 30. No. 4. Pages 412-414

40

KUESIONER

KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015.

A. Indentitas Responden 1. Nama

: ………………

2. Umur

: ………………

3. Pekerjaan

: ………………

B. Data Khusus : 1. Berat Badan

: ………….. kg

2. Jumlah anak

: ………….. orang

41

MASTER DATA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Umur 1 2 0 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1

Pendidikan 2 3 2 3 2 3 3 1 2 1 0 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 0 2 2 2 1 1 1 1

Pekerjaan 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 0 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 0 1 2 2 1 1 1 1 1 0 1 2 1 1 1

Anemia 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

Mioma Uteri 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

42

41 42 43 44 45

1 1 1 1 1

1 1 0 1 1

1 1 0 1 1

1 1 0 0 1

1 1 1 1 0

43

Frequencies Umur Frequency Valid

> 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Total

Percent 6.7 64.4 28.9 100.0

3 29 13 45

Valid Percent 6.7 64.4 28.9 100.0

Cumulative Percent 6.7 71.1 100.0

pendidikan Frequency Valid

SD SMP SMA PT Total

Percent 6.7 35.6 46.7 11.1 100.0

3 16 21 5 45

Valid Percent Cumulative Percent 6.7 6.7 35.6 42.2 46.7 88.9 11.1 100.0 100.0

pekerjaan Frequency Valid

IRT Petani Berdagang Total

Percent 8.9 55.6 35.6 100.0

4 25 16 45

Valid Percent 8.9 55.6 35.6 100.0

Cumulative Percent 8.9 64.4 100.0

Anemia

Valid

< 12 gr% > = 12 gr% Total

Frequency 10 35 45

Percent 22.2 77.8 100.0

Valid Percent 22.2 77.8 100.0

Cumulative Percent 22.2 100.0

Atonia Uteri

Valid

Atonia Uteri Tidak Atonia Uteri Total

Frequency 11 34 45

Percent 24.4 75.6 100.0

Valid Percent 24.4 75.6 100.0

Cumulative Percent 24.4 100.0

44

Crosstabs Anemia * Atonia Uteri Crosstabulation

Anemia

< 12 gr%

Count

> = 12 gr%

Total

Likelihood Ratio

b

10

2.4 70.0% 4 8.6 11.4% 11

7.6 30.0% 31 26.4 88.6% 34

10.0 100.0% 35 35.0 100.0% 45

Expected Count % within Anemia

11.0 24.4%

34.0 75.6%

45.0 100.0%

Chi-Square Tests Asymp. Sig. df (2-sided) 1 .000

11.450

1

.001

12.959

1

.000

14.126

1

.000

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Total

Expected Count % within Anemia Count Expected Count % within Anemia Count

Value a 14.447

Pearson Chi-Square Continuity Correction

Atonia Uteri Tidak Atonia Atonia Uteri Uteri 7 3

Exact Sig. (2sided)

Exact Sig. (1sided)

.001

.001

45

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.44. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Odds Ratio for Anemia (< 12 gr% / > = 12 gr%) For cohort Atonia Uteri = Atonia Uteri For cohort Atonia Uteri = Tidak Atonia Uteri N of Valid Cases

Value 18.083

95% Confidence Interval Lower Upper 3.281 99.674

6.125

2.236

16.776

.339

.130

.879

45

45

KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015

PROPOSAL

OLEH : ……………………………….. NIM ……………….

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN

46

2015