BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan guna mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :
2.1.1 Literatur Buku 2.1.1.1 Referensi Buku Buku Pintar Kopi Buku Pintar Kopi yang ditulis oleh Ir. Edy Panggabean adalah buku yang membahas mulai dari sejarah awal tanaman kopi, pembudidayaan tanaman kopi, jenis kopi, sampai penyajian menjadi minuman. Buku ini adalah satu dari sedikit buku terbitan lokal yang membahas tentang kopi secara lengkap. 2.1.1.2 Referensi Buku 1001 Fakta Tentang Kopi Buku yang ditulis oleh Nadya Sofyana ini membahas tentang fakta fakta yang terdapat dalam minuman kopi dan cerita unik dibalik sejarah kopi, mitos dan fakta seputar kopi, resep minuman olahan kopi serta manfaat terhadap kesehatan. 2.1.1.3 Referensi Buku Mengeruk Untung Dari Bisnis Kopi Luwak Buku yang ditulis oleh Ir. Edy Panggabean ini membahas seputar kopi luwak, mulai dari pemeliharaan luwak, mengenal karakteristik luwak, pengolahan kopi luwak, komposisi kima, bisnis pemasaran, hingga analisa usaha. 2.1.2 Literatur Internet Beberapa website yang mendukung dalam data literatur antara lain : 2.1.2.1 cikopi.com Cikopi menjadi semacam daftar pustaka bagi penikmat kopi, mulai dari pebisnis dan barista/i hingga khalayak pecinta kopi. Nyaris setiap alat terkait penyeduhan kopi yang beredar di Indonesia sudah diulas di dalam Cikopi. Itu membuat Cikopi menjadi garda terdepan mengenai informasi aktual akan kopi. Pendek kata, Cikopi adalah gerbang menuju populerisasi suatu produk dan informasi kegiatan di lingkaran pecinta kopi di sini. 2.1.2.2 philocoffeeproject.wordpress.com Philocoffee Project adalah blog tentang kopi yang didirikan oleh beberapa pecinta kopi Indonesia. Philocoffee Project merupakan kolektif kerja yang memusatkan perhatian pada persoalan kopi: mulai dari telaah-telaah kopi sampai kegiatan street brewing. 2.1.2.3 coffeecommunity.web.id Merupakan forum dimana para pecinta kopi Indonesia dapat berbagi informasi dengan anggota yang lainnya.
1
2.1.3 Hasil Wawancara 2.1.3.1 Edy Panggabean Edy Panggabean adalah penulis buku Buku Pintar Kopi yang merupakan satu dari sedikit buku tentang kopi yang terbit di Indonesia. Pada tahun 1994 hingga 1999, ia menjabat sebagai marketing manajer pada suatu perusahaan supplier kopi dan espresso machine. Sejak 2008, ia menjabat sebagai ketua umum Yayasan Alumni Tani USU Berkarya dan telah menulis beberapa artikel mengenai pertanian dan lingkungan.Edy Panggabean telah menggeluti dunia kopi selama lebih dari 15 tahun dan telah memiliki merek dagang “Spazio Coffee”. Menurut Edy Panggabean di Indonesia tidak ada buku terbitan lokal yang membahas tentang kopi, padahal negara kita adalah negara yang kaya akan kopi tapi justru miskin dengan literatur atau publikasi tentang kopi yang setidaknya cukup serius menyajikan pembahasan tentang dunia ini. Ia merupakan orang pertama di Indonesia yang menulis buku tentang kopi dan diterbitkan. Penulisan buku nya berangkat dari keprihatinan dirinya terhadap invasi kopi impor yang masuk ke Indonesia. Bukannya menentang secara negatif, tapi justru memberikan sebuah suntikan akan niatnya untuk lebih memperkenalkan kepustakaan yang masih sangat minim ini. Menurut Edy, ada tanda positif khususnya di kalangan menengah di kota besar seperti Jakarta yang setidaknya mulai tergerak untuk menikmati kopi secara serius. “Jika saja jumlahnya semakin banyak, bukan tak mungkin kopi kualitas nomor satu yang biasanya diekspor akan dikonsumsi oleh bangsa sendiri” begitu keyakinannya. Menurutnya yang membedakan kopi Indonesia dengan kopi negara lain adalah keberagaman cita rasa. Indonesia diuntungkan dengan negara kepulauan nya yang akhir nya membentuk karakteristik cita rasa kopi dari tiap daerah berbeda beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tanah, iklim, dan varietas. Tanah dan iklim di tiap daerah di Indonesia berbeda, hal ini menyebabkan karakteristik biji kopi yang dihasilkan tiap daerah juga berbeda dan tidak dapat ditemui di biji kopi dari negara lain yang notabane nya bukan negara kepulauan. Proses grinding juga mempengaruhi rasa yang dihasilkan. Apabila gilingan nya relatif halus maka rasa cenderung menghasilkan ekstrak yang lebih tinggi dibandingka gilingan yang kasar. Ekstrak yang lebih tinggi akan menghasilkan rasa kopi yang kuat. Menurutnya masuk nya kedai kopi modern di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 80an, akan tetapi pada saat itu masih berstatus cafe dan bar. Mulai pada tahun 2000-an kedai kopi atau coffee house bermunculan di Jakarta. Pada tahun 2001 masuk nya Starbucks asal Amerika Serikat turut mempengaruhi munculnya kedai kopi lokal. Starbucks dirasa menjadi ikon gaya hidup dan budaya ngopi di kedai kopi modern seolah menjadi tren. Yang dicari bukan lah kopi melainkan fasilitas, suasana, prestis, dan gengsi. 2
2.1.3.2 Budi Kurniawan Budi Kurniawan pekerja film komersial yang pernah menangani Laskar Pelangi, Badai pasti berlalu (Remake) dan banyak iklan lain nya. Sekarang sedang dalam proses pembuatan film mengenai kopi Indonesia dengan judul "Biji Kopi Indonesia". Menurutnya kopi di Indonesia kurang diangkat oleh masyatakat nya sendiri. Masyarakat Indonesia menjadi korban industri kopi dunia. Mereka tidak tahu bahwa kopi yang mereka minum di gerai kopi asing di Indonesia adalah kopi Indonesia yang diekspor ke luar negeri lalu dikirim kembali ke Indonesia dan mereka membayar mahal untuk menikmati kopi yang telah melalui proses ekspor dan dikirim kembali yang seharusnya tidak perlu seperti itu. Banyak kopi di Indonesia yang dikuasai oleh negara lain, seperti contoh nya 80% kopi Toraja dikuasai oleh Jepang. Sisanya hanya 20% yang ditangani Indonesia, dan apabila hal ini terus berlanjut beberapa tahun ke depan anak cucu kita tidak dapat menikmati kopi yang Toraja yang dihasilkan oleh tanah kita sendiri, sungguh ironis. 2.1.3.3 Billy Billy adalah seorang barista trainer di Jakarta Coffee House. Sebelum berprofesi menjadi barista, Billy adalah seorang bartender. Menurutnya yang membedakan barista dengan peracik minuman lain nya adalah passion dan attitude dari barista itu sendiri. Seorang barista harus benar benar menguasai berbagai macam hal tentang kopi, mulai dari pengetahuan tentang biji kopi, karakteristik kopi, bagaimana mengoperasikan mesin kopi, menguasai adjusment grinder, berapa lama waktu ekstraksi, memeperhatikan kebersihan mesin kopi, dan lain lain yang tidak ada dalam peracik minuman lain. Menurutnya barista adalah ilmuwan sekaligus seniman.
2.2 Data Umum 2.2.1 Sejarah dan Penyebaran Kopi di Indonesia Diperkirakan peziarah-peziarah muslim yang kembali dari Timur Tengah membawa biji kopi mereka ke India pada awal tahun 1600. Catatan tertulis menyebutkan bahwa gubernur Belanda di Malabar (India mengirim bibit kopi Yemen atau kopi Arabica kepada Gubernur Belanda Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1696. Bibit pertama yang dikirim gagal tumbuh dikarnakan banjir di Batavia. Pengiriman kedua dari benih kopi ke Batavia dilakukan pada tahun 1696. Tumbuhan tersebut tumbuh, Dan pada tahun 1711, exsport pertama dikirim dari Java ke Eropa oleh Perdagangan Timur India yang dikenal sebagai VOC (Verininging Oogst-Indies Company), yang dibentuk pada tahun 1602. Di dalam 10 tahun, Ekspor meningkat menajdi 60 ton per tahun. Indonesia merupakan tempat pertama diluar Arab dan Etiopia, di mana kopi secara luas ditanami. VOC memonopoli perdagangan kopi pada tahun 1725 sampai 1780. Kopi dikirimkan ke Eropa dari pelabuhan Batavia. Telah ada pelabuhan pada muara sungai Ciliwung semenjak 397 SM, ketika Raja Purnawarman mendirikan kota tersebut yang ia sebut Sunda Kelapa. Sekarang,di dalam daerah Kota di Jakarta, seseorang dapat menemukan gema-gema dari warisan yang mengarungi laut yang 3
membangun kota tersebut. Sail memandu kapal-kapal tetap mengisi muatan di dalam pelabuhan yang tua . musium Bahari menduduki suatu gudang pendahulu dari VOC, digunakan untuk menyimpan rempah-rempah dan kopi. Menara Syahbandar (atau Lookout Tower) dibuat pada tahun 1839 untuk menggantikan tiang bendera yang berada di kantor kepala syahbandar, di mana kapal kapal VOC mengisi muatanmuatan mereka. Pada tahun 1700, kopi yang dikirim dari Batavia dijual seharga 3 Gulden per kilogram di Amsterdam. Karena pendapatan tahunan di Holland pada 1700s adalah antara 200 sampai 400 Gulden, yang merupakan sama dengan beberapa ratus dolar per kilogram sekarang ini. Pada akhir abad ke 18 , harga kopi jatuh sampai 0.6 Gulden per kilogram dan kebiasaan meminum kopi menyebar dari kaum elit kepada masyarakat biasa . Perdagangan kopi merupakan hal yang sangat menguntungkan untuk VOC, namun tidak demikian untuk petani kopi Indonesia yang dipaksa untuk menanam oleh pemerintah kolonial. Teorinya, produksi perkebunan ekspor ditujukan untuk menyediakan uang tunai bagi masyarakat desa di Jawa untuk membayar pajak mereka , hal ini di Belanda dikenal sebagai Cultuurstelsel (Sistim penanaman), dan didalamnya termasuk rempah-rempah dan cakupan luas dari hasil bumi lain yang diproduksi oleh Negara tropis . Cultuur stelsel dimulai pada produk kopi di daerah Preanger Jawa Barat. Namun dalam prakteknya, harga yang ditetapkan oleh pemerintah sangat rendah dan mereka mengalihkan tenaga kerja dari produksi beras ke kopi yang menyebabkan penderitaan untuk petani-petani. Pada pertengahan tahun 1770 VOC memperluas kebun kopi arabica di daerah-daerah Sumatra, Bali, Sulawesi dan Timor. Di Sulawesi, kopi pertama ditanam pada tahun1750. Di dataran tinggi Sumatra Utara kopi pertama ditanama di dekat danau Toba pada tahun 1888 yang diikuti oleh dataran tinggi Gayo (Aceh) dekat danau Laut Tawar Lake pada tahun1924. Pada tahun 1860, seorang pejabat kolonial Belanda, Eduard Douwes Dekker, menulis suatu buku yang berjudul "Max Havelaar dan lelang Kopi pada perusahaan perdagangan Belanda ",yang mengangkat tentang tekanan kepada orang desa oleh pejabat-pejabat tamak dan koruptor . Buku ini membantu opini masyarakat Belanda pada "Sistim Penanaman "dan kolonialisme secara umum. Baru-baru ini, nama Max Havelaar diadopsi oleh salah satu organisasi perdagangan pasar bebas . Pada akhir abad delapan belas, kolonialis-kolonialis Belanda mendirikan perkebunan kopi besar di Ijen Plateau di Jawa timur . Namun, bencana terjadi pada tahun 1876, ketika penyakit karat daun menyerang Indonesia yang melenyapkan hampir dari seluruh kultivar Typica. Kopi Robusta (C. canephor variasi robusta) diperkenalkan di Jawa Timur pada tahun1900 sebagai penggantinya terutama pada ketinggianketinggian yang lebih rendah , di mana karat daun ini sungguh mematikan. Pada tahun 1920 petani di seluruh Indonesia mulai menanam kopi sebagai hasil bumi yang diperdagangkan. Perkebunan-perkebunan di Jawa dinasionalisasikan pada hari kemerdekaan dan diperbaharui oleh variasi-variasi baru dari Kopi Arabika pada tahun 4
1950. Variasi ini juga diadopsi oleh para petani penggarap lewat pemerintah dan berbagai program pembangunan. Dewasa ini, lebih dari 90% dari kopi kopi arabika Indonesia dihasilkan oleh para petani terutama di Sumatra utara, di kebun-kebun yang luas rata ratanya adalah sekitar satu hektar. Produksi kopi arabika tahunan adalah sekitar 75,000 ton dan 90 % ditujukan untuk ekspor. Kopi kopi arabika dari negara kebanyakan mepunyai segmen pasar khusus . 2.2.2 Perkembangan Industri Kopi Indonesia Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/kapita/tahun. Dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 800 gram/kapita/tahun. Dengan demikian dalam kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300 gram/kapita/tahun. Strata Industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga industri kopi berskala multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang industri kopi. Perkembangan Kebutuhan Kopi Sebagai negara produsen, Ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Negara tujuan ekspor adalah negaranegara konsumer tradisional seperti USA, negara-negara Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan konsumsi kopi. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang pada awal tahun 90an mencapai 120.000 ton, dewasa ini telah mencapai sekitar 180.000 ton. Oleh karena itu, secara nasional perlu dijaga keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan kopi terhadap aspek pasar luar negeri (ekspor) dan dalam negeri (konsumsi kopi) dengan menjaga dan meningkatkan produksi kopi nasional. Pola Konsumsi Kopi Ditilik dari sejarah perkembangan kopi di Indonesia, sejak kopi menjadi salah satu komoditi andalan Pemerintah Hindia Belanda pada awal tahun 1900an, kopi-kopi yang dihasilkan oleh perkebunan yang dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda hampir semuanya diekspor. Kopi-kopi yang berkualitas rendah dan tidak laku dieksporlah yang dijual atau diberikan kepada rakyat dan buruh kebun untuk dijadikan minuman. Selera minum kopi dari bahan kopi yang berkualitas rendah ini terbawa secara turun temurun hingga sekarang dan bahkan dibeberapa daerah
5
khususnya di Jawa, kopinya dicampur dengan beras atau jagung (dikenal dengan kopi jitu = kopi siji jagung pitu). Dengan meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi khususnya pada kawula muda. Generasi muda pada umumnya lebih menyukai minum kopi instant, kopi three in one maupun minuman berbasis expresso yang disajikan di café-café. Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih merupakan konsumsi utama masyarakat/penduduk di pedesaan dan golongan tua. Struktur Industri Kopi Dalam Negeri Secara garis besar industri kopi dalam negeri dapat digolongkan kedalam 3 Kelompok, yaitu: 1. Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri) Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat rumah tangga (home industri) dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan satu atau beberapa karyawan. Produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada disekitarnya dengan brand name atau tanpa brand name. Industri yang tergolong pada kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil kopi. 2. Industri kopi olahan kelas menengah Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya dipasarkan di wilayah Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumnya telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk Rumah tangga. Industri kopi olahan kelas menengah banyak dijumpai di sentra produksi kopi seperti di Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Jawa Timur. 3. Industri kopi olahan kelas Besar Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri atau diekspor. Produknya dalam bentuk kemasan yang pada umumnya telah memperoleh nomor Merek Dagang dan atau label lainnya. Beberapa nama industri kopi yang tergolong sebagai industri kopi ini adalah PT Sari Incofood Corp, PT. Nestle Indonesia, PT Santos Jaya Abadi, PT Aneka Coffee Industri, PT Torabika Semesta dll.
6
Keragaman Kemasan Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kopi dalam negeri sangat beragam mulai dari produk yang bersifat tradisional dengan menggunakan kertas sampul atau kemasan plastik sederhana sampai dengan kemasan alumunium foil. Kemasankemasan produk kopi pada umumnya berupa sachet siap saji, atau kemasan pack dengan isi yang beragam. Sedangkan untuk beberapa jenis produk kopi olahan tujuan ekspor terdapat kemasan boks berukuran besar untuk produk roasted coffee dan instant coffee. Sedangkan untuk liquid extract coffee berupa kemasan khusus yaitu drum. Produksi Kopi Olahan Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kopi pada dasarnya adalah berupa kopi bubuk dan kopi instant. Dari kedua jenis ini dihasilkan produk-produk kopi seperti kopi three in one dan lainnya. Sedangkan di Cafe (Kedai Kopi) produk dasarnya adalah berupa kopi original dan kopi espresso. Produksi kopi bubuk saat ini diperkirakan telah mencapai 150.000 ton, sedangkan untuk kopi instant dan turunnya telah mencapai 20.000 ton. Data BPS (Biro Pusat Statistik) mencatat bahwa volume ekspor kopi soluble rata-rata dalam 5 tahun terakhir mencapai sekitar 15.000 ton per tahun sedangkan ekspor kopi bubuk mencapai 3.000 ton per tahun. 2.2.3 Jenis Jenis Kopi Jenis kopi yang banyak dibudidayakan yakni kopi arabika (Coffea Arabica), dan Robusta (Coffea Canephora). Sementara itu ada juga jenis Coffea liberica dan Coffea congenis yang merupakan perkembangan dari jenis robusta.
Arabika Kopi yang pertama kali dikembangkan di dunia adalah Kopi Arabika yang berasal dari spesies pohon kopi Coffea arabica. Kopi jenis ini yang paling banyak diproduksi, yaitu sekitar lebih dari 60 persen produksi kopi dunia. Kopi arabika menghasilkan jenis kopi yang terbaik. Daerah ideal tumbuh nya pada ketinggian diatas 1.000 meter di atas permukaan laut. Tinggi pohon kopi ini antara 4 hingga 6 meter. Kopi arabika memiliki kandungan kafein tidak lebih dari 1,5 persen serta memiliki jumlah kromosom sebanyak 44 kromosom. Robusta Spesies kopi kedua yang juga cukup banyak diproduksi adalah Coffea canephora yang sering dikena sebagai kopi robusta. Tanaman kopi robusta memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan kopi jenis arabika. Pasalnya kopi jenis robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lbeih rendah dibanding dengan lokasi perkebunan arabika. Tanaman kopi robusta bisa hidup di bawah 1.000 meter dia atas permukaan air laut. Namun soal rasa robusta tidak bisa menandingi arabika.
7
Untuk setiap berat yang sama kadar kafein robusta lebih tinggi ketimbang arabika, yakni mencapai 2,8 % serta memiliki jumlah kromosom sebanyak 22. Saat ini sekitar sepertiga produksi kopi dunia adalah kopi robusta. Sala satu faktor nya adalah kopi ini lebih mudah perawatan nya dibanding arabika, sehingga biaya produksinya juga murah. Karena itu harga robusta dipasaran juga jauh lebih murah ketimbang arabika. Karena lebih murah maka kopi robusta kebanyakan digunakan untuk pembuatan kopi instan. Liberika Kopi Liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia, Afrika Barat. Kopi ini dapat tumbuh setinggi 9 meter dari tanah. Di abad-19, jenis kopi ini didatangkan ke Indonesia untuk menggantikan kopi Arabika yang terserang oleh hama penyakit. 2.2.4 Keberagaman Kopi Indonesia Indonesia adalah negara dengan keberagaman biji kopi terbanyak di dunia. Hal ini dikarenakan oleh bentuk Indonesia yang berupa negara kepulauan, sehingga ketinggiam, iklim, jenis tanah dll juga beragam yang akhirnya mempengaruhi cita rasa kopi yang ditanam di tiap daerah. Kopi yang terkenal di Indonesia seperti Sumatera Aceh Gayo, Sumatera Mandailing, Sumtera Lintong, Jawa, Bali Kintamani, Sulawesi Toraja, Flores Bajawa, Papuan Wamena dan yang paling terkenal adalah Kopi Luwak yang merupakan kopi termahal di dunia. Cita rasa dan aroma dari kopi tersebut berbeda - beda, seperti contohnya kopi Jawa yang rasanya cenderung terkesan rasa cokelat, kopi Papua yang ditanam berdekatan dengan kebun buah menghasilkan rasa cenderung rasa buah, kopi Aceh yang mitosnya memiliki aroma cita rasa tanaman ganja, kopi Flores yang kuat aroma citrus nya, kopi Luwak yang memiliki rasa yang ringan dan cenderung asam memiliki tingkat keasaman dan kepekatan yang seimbang karena hasil proses dari perut binatang luwak.
2.3 Karakteristik Produk 2.3.1 Sinopsis Buku Buku yang ditujukan kepada para pecinta kopi di tanah air yang membahas tentang sejarah, kisah, fakta, perkembangan, budaya, tradisi, dan gaya hidup seputar kopi yang terjadi di Indonesia. Indonesia sebagai negara penghasil kopi nomor 4 terbesar di dunia memiliki keberagaman kopi. Keberagaman yang dimaksud tidak sekedar keberagaman biji kopi melainkan ada nilai lebih dibalik itu, keberagaman cerita, budaya, tradisi gaya hidup dan lain lain yang sudah sepantasnya diketahui oleh para pecinta kopi tanah air. 2.3.2 Kerangka Buku Halaman Judul Dalam Collophon Kata Pengantar Daftar Isi
8
1. Menyeruput Si Hitam • Cikal Bakal • Sebiji Kopi -Jenis Biji Kopi -Kandungan Biji Kopi • Ekstraksi - Metode Seduh - Roasting - Barista 2. Kepulauan Biji Kopi • Hikmah 350 • Sabang - Merauke - Industri Kopi Indonesia - Keberagaman Kopi Indonesia 3. Eksotisme Tradisi • Interaksi Budaya • Ragam Tradisi 4. Seduhan Gaya Hidup • Disposisi • Komodifikasi Daftar Pustaka
2.3.3 Data Penerbit
Gambar 2.1 Buku ini akan diterbitkan oleh R&W Publishing. R&W Publishing terletak di Jalan Merpati Raya no. 45 Jakarta, Indonesia. R&W Publishing didirikan di Jakarta pada tahun 2004. Nama R&W merupakan kepanjangan dari Red and White atau merah dan putih, yang merupakan warna bendera nasional Indonesia. Dengan nama tersebut, penerbit R&W Publishing mengusung semangat untuk mempromosikan seni dan sejarah Indonesia kepada khalayak internasional pada umumnya. Buku-buku cetakan R&W Publishing juga bertekad untuk menghasilkan buku dengan tema yang berkualitas diimbangi dengan kualitas cetakan yang tinggi dan memiliki desain yang unik. R&W Publishing memiliki target yaitu para pembaca dewasa muda ke atas . Bukubuku yang sudah diterbitkan oleh R&W Publishing pun sangat beragam, mulai dari
9
buku desain, seni, fotografi, sosial politik, alam, budaya, musik, fashion, dan lainlain. Contoh beberapa judul buku yang telah diterbitkan oleh R&W Publishing antara lain yaitu 101 butterflies of Indonesias Lowland; After 10 Years: Friends Call Us Unkle; A walk in The Clouds; Bisikan Alam; Energi Positif: 100 Opini tokoh Indonesia Era Kepemimpinan SBY; Kamus Brand; Kopassus: Untuk Indonesia; Yuni Jie: Contemporary Urban Living; dan lain-lain.
• • • • • • 1. 2. 3. 4. 5. •
2.3.4 Target Konsumen 2.3.4.1 Target Primer Demografi Gender : Pria dan Wanita Usia : 30 - 40 tahun SES : B - A Geografis Sasaran Umum : DKI Jakarta Sasaran Khusus : Kota besar di Indonesia Psikografi Personality Pecinta dan penikmat kopi Memiliki ketertarikan terhadap budaya Indonesia Mengapresiasi seni Berpendidikan Mempunyai pengetahuan terhadap kopi Behaviour 1. Gemar membaca buku 2. Gemar bersosialisasi 3. Gemar pergi ke kedai kopi 4. Datang ke acara seni 5. Datang ke toko buku 6. Gemar mengoleksi buku
• • •
2.3.4.2 Target Sekunder Demografi Gender : Pria dan Wanita Usia : 27 - 35 tahun SES : B - A
• •
Geografis Sasaran Umum Sasaran Khusus
: DKI Jakarta : Kota besar di Indonesia
10
• 1. 2. 3. 4. 5. •
Psikografi Personality Penikmat kopi Memiliki ketertarikan terhadap budaya Indonesia Memiliki keterkatikan terhadap kopi Berpendidikan Belum mempunyai pengetahuan yang luas tentang kopi Behaviour 1. Gemar membaca buku 2. Gemar bersosialisasi 3. Gemar pergi ke kedai kopi 4. Datang ke toko buku 5. Tertarik kepada sesuatu yang baru 6. Rasa ingih tahu yang tinggi
2.3.5 Kompetitor 2.3.5.1 Buku "Buku Pintar Kopi"
Gambar 2.2 Buku Pintar Kopi Sebuah buku terbitan Agromedia yang ditulis oleh Ir. Edy Panggabean, membahas tentang sejarah, proses penanaman, budidaya, hingga penyajian. Akan tetapi buku ini masih bersidat textbook meskipun dilengkapi dengan foto. Secara visual buku ini dinilai kurang baik dan terkesan biasa karena tidak terdapat pengolahan gambar serta halaman tidak semua dicetak berwarna. 2.4 Analisa S.W.O.T Strenght - Satu satunya buku kopi yang membahas tentang kopi Indonesia dan budaya serta gaya hidup seputar kopi di Indonesia. - Mulai banyak orang yang tertarik terjun ke dunia kopi - Penikmat kopi kian bertambah
11
-
-
Weakness Hanya digemari oleh penggemar kopi, tidak semua masyarakat tertarik terhadap buku ini. Banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap budaya Indonesia Banyak yang tidak menghargai produk dalam negeri Opportunity -Banyak dari kita yang tertarik tentang sejarah dan perkembangan kopi di Indonesia -Bahasan tentang kopi di Indonesia hanya menjadi salah satu bahasan di buku kopi yang sudah ada, bukan menjadi bahasan utama. -Banyak masyarakat terutama penikmat kopi yang ingin menambah pengetahuan tentang kopi Indonesia - Sangat jarang dijumpai buku yang membahas tentang kopi . - Kedai kopi lokal mulai marak Threat Minat baca yang kurang dari masyarakat Masyarakat modern lebih memilih untuk mencari informasi yang bersifat digital Anggapan dan rumor bahwa kopi itu berbahaya bagi kesehatan.
12