BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Alveolektomi Banyak istilah

Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus alveolaris yang menonjol baik sebagian maupun seluruhnya. Alveolektomi juga berarti p...

173 downloads 713 Views 1MB Size
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Alveolektomi Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan tindakan pembuangan sebagian maupun seluruh prosesus alveolaris yang menonjol dengan tujuan untuk mempermudah proses pembuatan maupun pemakaian gigitiruan. Istilah-istilah tersebut antara lain alveoplasti, alveolektomi, dan alveoloplasti. Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk mempertahankan dan membentuk kembali linggir yang tersisa. Dilakukan segera setelah pencabutan gigi atau sekunder agar permukaannya dapat dibebani gigitiruan dengan baik.12 Alveoplasti juga dilakukan untuk membentuk prosesus alveolaris sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigitiruan immediate maupun gigitiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi dilakukan.13,16 Alveolektomi

adalah suatu tindakan bedah untuk membuang prosesus

alveolaris yang menonjol baik sebagian maupun seluruhnya. Alveolektomi juga berarti pemotongan sebagian atau seluruh prosesus alveolaris yang menonjol atau prosesus alveolaris yang tajam pada maksila atau mandibula, pengambilan torus palatinus maupun torus mandibularis yang besar.13,15,16 Adapun pembuangan seluruh prosesus alveolaris yang menonjol atau prosesus alveolaris yang tajam yang lebih dikenal dengan alveolektomi, diindikasikan pada rahang yang diradiasi sehubungan dengan perawatan neoplasma yang ganas. Penggunaan istilah alveolektomi yang biasa digunakan tidak benar tetapi karena sering digunakan maka istilah ini dapat diterima. Alveolektomi bertujuan untuk mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigitiruan. Tindakan ini meliputi pembuangan undercut atau cortical plate yang tajam, mengurangi ketidakteraturan puncak ridge atau elongasi, dan menghilangkan eksostosis. Alveolektomi dilakukan segera setelah pencabutan gigi atau sekunder.12,13,15,16

Universitas Sumatera Utara

Alveolotomi adalah suatu tindakan membuka prosesus alveolaris yang bertujuan untuk mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam, kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomi. Indresano dan Laskin mendefinisikan istilah alveoloplasti sebagai suatu prosedur untuk membentuk

prosesus

alveolaris,

dan

alveolektomi

adalah

suatu

prosedur

pembuangan prosesus alveolaris. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alveolektomi adalah suatu tindakan pembuangan sebagian prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol untuk mempersiapkan bentuk yang dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigitiruan.13 Setelah pencabutan gigi, sangat penting dilakukan pembentukan kembali prosesus alveolaris untuk mempersiapkan tempat bagi gigitiruan yang akan dibuat. Apabila tidak dilakukan, akan menghasilkan puncak lingir yang tidak beraturan, undercut dan penonjolan tulang. Apabila tidak dihilangkan sebelum pemakaian gigitiruan, akan menimbulkan kerusakan pada jaringan lunak dan stabilitas retensi gigitiruan.8

2.2 Tujuan Alveolektomi Tujuan alveolektomi adalah:12,13,15,19-21 1. Memperbaiki kelainan dan perubahan alveolar ridge yang berpengaruh dalam adaptasi gigitiruan. 2. Pengambilan eksostosis, torus palatinus maupun torus mandibularis yang besar yang dapat mengganggu pemakaian gigitiruan. 3. Membuang alveolar ridge yang tajam atau menonjol. 4. Untuk menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan gigitiruan.

Universitas Sumatera Utara

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Alveolektomi 2.3.1 Indikasi Alveolektomi Indikasi alveolektomi adalah:1,8,13,15,22 1. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut, cortical plate yang tajam, dan puncak ridge yang tidak teratur sehingga mengganggu proses pembuatan dan adaptasi gigitiruan. 2. Pada kasus gigi posterior yang tinggal sendiri sering mengalami ekstrusi atau supra-erupsi. Tulang dan jaringan lunak pendukungnya berkembang berlebihan untuk mendukung hal tersebut, sehingga bila gigi tersebut dicabut akan terlihat prosesus alveolaris yang lebih menonjol. 3. Pada kasus pencabutan gigi multiple, apabila setelah pencabutan gigi terdapat sisi marginal alveolar yang kasar dan tidak beraturan atau jika ridge alveolar tinggi. 4. Pada kasus dengan kelainan eksostosis, torus palatinus maupun torus mandibularis yang besar yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan,estetis, dan pemakaian gigitiruan.

2.3.2 Kontraindikasi Alveolektomi Kontraindikasi alveolektomi adalah:8,13,19,23 1. Pada pasien yang memiliki bentuk prosesus alveolaris yang tidak rata, tetapi tidak mengganggu adaptasi gigitiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas. 2. Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol yaitu penyakit kardiovaskuler, Diabetes Mellitus (DM) dan aterosklerosis.

2.4 Klasifikasi Alveolektomi 2.4.1 Alveolektomi Setelah Pencabutan Satu Gigi Alveolektomi yang dilakukan setelah pencabutan satu gigi. Tindakan ini dilakukan karena daerah yang edentulous sudah mengalami resorpsi sehingga bila gigi tersebut dicabut akan terlihat prosesus alveolaris yang lebih menonjol. Pada kasus gigi posterior yang tinggal sendiri menimbulkan kendala dan memerlukan

Universitas Sumatera Utara

tindakan yang khusus karena sering mengalami ekstrusi atau supra-erupsi. Tulang dan jaringan lunak pendukungnya berkembang berlebihan untuk mendukung hal tersebut. Pada lengkung rahang atas, keberadaan sinus maksilaris menambah rumit masalah karena erupsi yang memanjang sering disertai dengan penurunan sinus. Alveolektomi dilakukan segera setelah pencabutan gigi atau sekunder. Serpihan tulang atau tulang yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena pencabutan dibuang terlebih dahulu. Diikuti dengan reduksi undercut yang tidak dikehendaki dan tonjolantonjolan tulang lainnya.8,12,21,22

A.

B.

Gambar 1. Gigi posterior yang tinggal sendiri mengalami ekstrusi atau supraerupsi yang memerlukan tindakan khusus. Fragiskos D,

Gambar 1. A. Gigi posterior yang memerlukan tindakan khusus. B. Gambaran ilustrasi.8

Prosedurnya sebagai berikut, suatu flep didisain sebagai jalan pembuka untuk pelaksanaan perbaikan linggir alveolar;

flep yang biasa digunakan adalah tipe

envelope, karena tipe ini memberikan lapangan pandang yang luas dan mudah dalam pengerjaannya; flep dibuka ke pertemuan mukosa bergerak dan tidak bergerak dan sedikit pengangkatan tepi mukoperiosteum sebelah palatal agar tepi tulang alveolar dapat diperiksa; serpihan tulang atau tulang yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena pencabutan dibuang terlebih dahulu kemudian diikuti dengan reduksi undercut dan tonjolan-tonjolan lainnya; hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan tang rongeur pemotong tulang atau dengan menggunakan bur disertai irigasi larutan salin steril;

Universitas Sumatera Utara

A.

B.

Gambar 2. A. Reduksi undercut dengan ronguer. B. Reduksi undercut dengan bur.8

permukaan tulang dihaluskan dengan menggunakan bone file dengan tekanan dan tarikan; bagian yang dioperasi diirigasi dengan larutan salin steril kemudian diamati kehalusan dari tulang dengan melakukan kompresi menggunakan jari, kemudian luka ditutup dengan penjahitan terputus.8,12

A.

B.

Gambar 3. A. Proses penghalusan tulang. B. Proses penjahitan dan penutupan luka.8

2.4.2 Alveolektomi Setelah Pencabutan Dua atau Tiga Gigi Alveolektomi yang dilakukan setelah pencabutan dua atau tiga gigi rahang atas atau rahang bawah. Prosedurnya hampir sama dengan yang diterangkan diatas pada pencabutan satu gigi. Tindakan ini dilakukan apabila setelah pencabutan gigi terdapat sisi marginal alveolar yang kasar dan tidak beraturan atau jika ridge alveolar tinggi.8

Universitas Sumatera Utara

A.

B.

Gambar 4. A. Pemeriksaan klinis gigi yang akan dilakukan pencabutan. B. Radiografi gigi yang akan dilakukan pencabutan.8

Pertama sekali bagian dari mukosa diinsisi bentuk oval dari mesial dan distal ke soket gigi yang dicabut; tulang dihaluskan dengan ronguer dan bur, selanjutnya diirigasi, kemudian luka dijahit; jika pada palpasi terdapat tulang yang kasar pada soket yang dipencabutan, tulang dibentuk dengan menggunakan bone file, dan bisa dikombinasikan dengan ronguer.8 A.

B.

Gambar 5. A. Insisi bentuk oval. B. Gambaran ilustrasi.8

Universitas Sumatera Utara

A.

B.

C.

Gambar 6. A. Proses penghalusan tulang. B. Proses penjahitan luka. C. Gambaran klinis setelah perawatan.8

2.4.3 Alveolektomi Setelah Pencabutan Multiple Setelah pemeriksaan klinis dan penilaian radiologi, dilakukan pencabutan gigi dengan menggunakan anestesi lokal kemudian semua gigi dicabut satu persatu dengan hati-hati.8 Insisi dibuat pada ridge alveolar untuk memotong papilla interdental dan gingiva dilepaskan dari prosesus alveolaris; segera sesudah didapat ruangannya, ujung-ujung tulang dibuang (tulang intraseptal dan penonjolan tulang) menggunakan ronguer;

Universitas Sumatera Utara

A.

B.

Gambar 7. A. Pemeriksaan klinis gigi yang akan dilakukan pencabutan. B. Gambaran radiografi gigi yang akan dilakukan pencabutan.8

A.

B.

Gambar 8. A. Insisi ridge alveolar dan proses pembuangan tulang intraseptal dan ujung-ujung tulang. B. Gambaran setelah proses pembuangan tulang.8

setelah mukoperiosteum diangkat, tulang dihaluskan dengan bone file, sesudah itu permukaan tulang diperiksa kehalusannya dengan menggunakan jari tangan; tepi dari flep juga dirapikan dengan gunting jaringan lunak agar diperoleh kontak yang baik setelah pengambilan tulang;

Universitas Sumatera Utara

A.

B.

Gambar 9. A. Proses penghalusan permukaan tulang . B. Proses merapikan tepi dari flep.8

selanjutnya larutan salin yang banyak digunakan untuk mengirigasi daerah operasi kemudian diikuti dengan penjahitan luka; permukaan tulang yang halus menghasilkan stabilitas dan retensi yang diharapkan pada gigitiruan penuh.8

A.

B.

Gambar 10. A. Irigasi dengan larutan salin dan penjahitan luka. B. Gambaran setelah dilakukan perawatan.8

2.4.4 Alveolektomi Pada Edentulous Alveolar Ridge. Setelah pencabutan gigi dan luka telah sembuh dalam waktu yang cukup lama, sering terjadi permukaan tulang alveolar yang tidak rata. Hal ini biasanya terjadi karena tidak memeriksa dengan teliti permukaan tulang setelah pencabutan gigi.8

Universitas Sumatera Utara

Gambar 11. Gambaran klinis penonjolan tulang setelah pencabutan gigi dalam waktu yang lama.8

Dalam beberapa kasus, tulang harus dihaluskan untuk mencegah kerusakan dan membuang hambatan pada pemasangan gigitiruan penuh. Apabila penonjolan tulang besar, pertama sekali insisi dibuat sepanjang puncak ridge alveolar dari penonjolan tulang yang dilokalisasi dan kemudian mukoperiosteum dibuka; A.

B.

Gambar 12. A. Insisi pada puncak ridge . B. Mukoperiosteum dibuka.8

selanjutnya daerah tersebut dihaluskan dengan bone file dan tulang dipalpasi untuk memastikan kehalusan dari tulang diikuti dengan irigasi larutan salin yang banyak pada daerah operasi dan terakhir dilakukan penjahitan.8

Universitas Sumatera Utara

A.

B.

Gambar 13. A. Proses penghalusan permukaan tulang. B. Proses penjahitan luka.8

2.4.5 Alveolektomi Kelainan Kongenital Multiple Eksostosis Kelainan ini jarang menimbulkan keluhan, biasanya terdapat pada permukaan bukal maksila atau mandibula. Penyebabnya tidak diketahui dan biasanya tidak membutuhkan perawatan

kecuali eksostosisnya besar dan

pengunyahan atau estetis.8,22 Teknik pembedahannya: diberikan,

dilakukan

insisi

dengan

membuat

flep

mengganggu fungsi

Setelah anastesi lokal berbentuk

envelope;

mukoperiosteum dibuka dengan hati-hati sampai permukaan eksostosis didapatkan, selama pembukaan, jari tangan ditempatkan diatas flep yang dibuat untuk mencegah terjadinya gerakan dari periosteal elevator yang dapat menyebabkan perforasi; A.

B.

Gambar 14. A. Gambaran klinis kasus eksostosis. B. Insisi flep bentuk envelope setelah pemberian anestesi lokal.8

Universitas Sumatera Utara

kemudian eksostosis dikeluarkan dengan ronguer atau bur khusus dengan penyemprotan larutan salin untuk mencegah panas yang berlebihan pada tulang; selanjutnya permukaan tulang dihaluskan dengan bone file kemudian kehalusan dari tulang diperiksa;

A.

B.

Gambar 15. A. Proses pengeluaran eksostosis. B. Proses penghalusan eksostosis.8

selanjutnya dilakukan irigasi yang banyak dengan larutan salin pada daerah operasi dan permukaan jaringan lunak. Papilla gingival diratakan untuk memudahkan penyatuan flep sebelum dilakukan penjahitan terputus.8

Gambar 16. Proses penjahitan luka.8

Universitas Sumatera Utara

2. 5 Prosedur Alveolektomi Prosedur alveolektomi pada maksila dan mandibula:8 1. Jika salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum harus dicek untuk memastikan bahwa telah terdapat kedalaman minimum sebesar 10 mm dari semua tepi gingival yang mengelilingi area yang akan dihilangkan. 2. Angkat flep dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan pada tepi flep atau dengan tissue retactor. 3. Bebaskan tepi flep dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga dari seluruh area operasi. 4. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu blade pada puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai pada regio insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut ke bagian paling distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka. 5. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju lingual/palatal, sehingga plate bagian lingual/palatal dapat terlihat. Prosedur ini akan memperlihatkan banyak tulang interseptal yang tajam. 6. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan endcutting rongeurs. 7. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone file. 8. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap serpihan kecil tulang atau struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket. Ulangi prosedur ini pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya. 9. Kembalikan flep pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak, dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab. 10. Catat jumlah jaringan bertindih yang tulang dibawahnya telah dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi oleh jaringan lunak. 11. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya terlihat bertindih.

Universitas Sumatera Utara

12. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat apakah ada penonjolan tajam yang tersisa pada alveolar ridge. Operator dapat merasakannya dengan jari telunjuk. 13. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan dengan bone fie. 14. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan menggunakan benang jahitan sutra hitam continue nomor 000. Walaupun demikian, penjahitan terputus juga dapat digunakan jika diinginkan.

2.6 Komplikasi Pasca Bedah Alveolektomi Dalam melakukan suatu tindakan bedah, tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya komplikasi, demikan pula halnya dengan tindakan alveolektomi. Efek yang dialami pasien setelah tindakan alveolektomi biasanya dapat berupa:12,13 1. Pembengkakan yang umumnya terjadi pasca operasi. 2. Rasa sakit dan ngilu pada tulang alveolar. 3. Parastesi. 4. Peradangan di daerah jahitan. 5. Lepasnya jahitan. 6. Perdarahan. 7. Hematoma. 8. Resorpsi tulang berlebihan. 9. Timbulnya rasa tidak enak pasca operasi (ketidaknyamanan). 10. Proses penyembuhan yang lambat. 11. Osteomielitis Tetapi semua hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan prosedur operasi serta tindakan-tindakan pra dan pasca operasi yang baik.13

Universitas Sumatera Utara

2.7 Perawatan Pasca Bedah Alveolektomi Pasien yang telah menjalani bedah alveolektomi harus dilakukan perawatan pasca bedah sebagaimana biasanya pada setiap tindakan bedah pada umumnya. Instruksi pasca bedah yang biasa diberikan pada pasien adalah:12 1. Pasien dianjurkan untuk melakukan kompres dengan cairan kompres, bisa juga air dingin selama kurang lebih 30 menit pada jam pertama untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya pembengkakan. 2. Pasien diharapkan tidak mengganggu daerah operasi dan menjaga kebersihan mulutnya dengan cara berkumur pelan-pelan setiap selesai makan dengan cairan antiseptik atau obat kumur yang telah disiapkan. 3. Pasien diminta datang pada hari berikutnya untuk melakukan kontrol kembali pada daerah operasinya. 4. Lima hari pasca operasi pasien diminta datang untuk pembukaan jahitan. Pasien yang telah melakukan alveolektomi hendaklah diberikan bekal resep obat anti sakit (analgesik) dan vitamin untuk mempercepat penyembuhan. Dapat juga diberikan antibiotik apabila diperlukan dan sebaiknya juga diberikan obat kumur antiseptik.12 Setelah melakukan kontrol terakhir yang diikuti dengan pembukaan jahitan, hendaklah dilakukan pemeriksaan ulang pada daerah operasi tersebut, apakah hasil alveolektomi yang dilakukan telah berhasil atau terjadi kegagalan. Apabila terjadi kegagalan maka pengulangan tindakan alveoektomi dapat direncanakan setelah terjadi penyembuhan total.22

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Teori Alveolektomi

Definisi

Tujuan

Indikasi dan

Klasifikasi

Kontraindikasi

Prosedur

Komplikasi

Perawatan

Pasca Bedah

Pasca Bedah

Indikasi Alveolektomi setelah pencabutan satu gigi Kontraindikasi Aveolektomi setelah pencabutan dua atau tiga gigi Alveolektomi setelah pencabutan multiple

Alveolektomi pada edentulous alveolar ridge

Alveolektomi kelainan kongenital multiple eksostosis

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Konsep

Epidemiologi -

Jenis Kelamin

-

Umur

-

Regio

Prevalensi Tindakan Alveolektomi

Universitas Sumatera Utara