BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BISNIS

Download bergerak dalam bidang pemasaran atau promosi suatu produk.Secara umum tugas. SPG adalah mempromosikan dan menjual produk kepada customer ...

0 downloads 364 Views 178KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bisnis merupakan aktivitas yang selalu ada di sekitar kita dan dikenal oleh kaum muda hingga kaum tua. Kegiatan bisnis pada zaman sekarang kian kompleks, dimana dunia bisnis yang pada awalnya menempatkan barang dagangan sebagai “raja”, kemudian bergeser menempatkan pembeli sebagai “raja”, dan kini menempatkan pembeli sebagai pelanggan yang diyakini sikap dan tindakan memutuskan membeli barang berkembang melalui wacana bisnis.Pada jaman dahulu bisnis yang digunakan bersifat konvensional dimana seorang penjual menunggu kedatangan pembeli dan aksi pemasaran yang digunakan lebih terkesan pasif, namun kini bergeser menjadi modern dimana penjual lebih pro aktif dan pembeli seolah “dipaksa” untuk membeli produknya.Para pelaku bisnis dituntut untuk terus melakukan terobosan baru agar produk mereka tetap diminati pelanggan.Sedikitnya terdapat tiga faktor pemicu kompleksitas kegiatan bisnis, yang pertama yaitu kemajuan teknologi yang menghasilkan produk industri semakin berkualitas dan bervariasi. Kedua, selera konsumen yang semakin meningkat terutama dipengaruhi oleh tuntutan gaya hidup (lifestyle). Ketiga, kompetisi antar industri memperebutkan pasar semakin ketat, mereka berlomba mengembangkan

alternative

strategi

bisnis

yang

semakin

efektif

dan

efisien.Belakangan ini mulai banyak digunakan cara-cara komunikasi pemasaran alternatif untuk menjual produk.Beberapa cara komunikasi pemasaran yang lain

seperti yang sales promotion, komunikasi masa dan publisitas, personal selling, direct and interactive marketing dan mouth to mouth marketing atau yang biasa disebut juga word of mouth communication( Peter dan Olson, 2002).Dari sekian alternatif komunikasi pemasaran, yang paling banyak dibicarakan belakangan ini adalah sales promotion girl.Strategi komunikasi pemasaran ini melibatkan pihak yang dijadikan perantara untuk mengenalkan kualitas, manfaat produk, dan juga untuk membangun kesadaran dan sikap konsumen supaya mau membeli produk tersebut. Dalam proses tersebut kepada calon konsumen pada awalnyaditunjukkan spesifikasi, keunggulan, dan nilai tambah yang terdapat dalam produk tersebut (branding). Selanjutnya perbendaharaan pengetahuankonsumen tentang produk digerakkan menjadi sikap menghargai produk dan tindakan memutskan membeli produk (buying). Proses merubah pengetahan dan kesadaran tentang kualitas dan manfaat produk menjadi sikap dan tindakan memutuskan membeliproduk membutuhkan peran perantara yang mampu mempengaruhi konsumen (the role of influencers).

Pembelian suatu produk dilakukan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat kebutuhan itu muncul, konsumen akan mencari informasi mengenai produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhannya. Informasi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti iklan, tulisan-tulisan di majalah, dari seorang teman dan anggota keluarga, dan aksi-aksi sales promotion girl yang mempromosikan produk tersebut. Aksi sales promotion girl ini berada pada barisan depan guna menjadi perantara yang dianggap mampu mempengaruhi konsumen. Dapat dilihat di beberapa tempat ramai seperti mall, gor, gedung

pertemuan dan tempat ramai lainnya yang sedang menggelar pameran, banyak perusahaan yang menggunakan jasa sales promotion girl untuk menarik perhatian khalayak dengan tujuan akan banyak pengunjung yang membeli produk tersebut. Di sini berbeda produk yang dipasarkan, berbeda pula kriteria sales promotion girlyang hendak dipekerjakan, seperti SPG dengan brand rokok, elektronik,dan properti, itu semua memiliki persyaratan dan kriteria yang berbeda yang diberikan oleh masing-masing persahaan. Sales Promotion Girl atau yang biasa disingkat SPG ini ditujukan kepada perempuan khususnya perempuan muda seperti remaja SMA/SMK dan mahasiswi, karena pekerjaan ini sesuai dengan bidang perempuan yang dapat menciptakan feminitas.Perempuan memiliki sikap yang lembut dan pandai merayu dengan bermodalkan fisik, wajah cantik serta kepandaian berbicara dalam menawarkan produk kepada customer.Pengertian dari sales promotion girl sendiri menurut Poerwodarminto (1987:198), yaitu merupakan suatu profesi yang bergerak dalam bidang pemasaran atau promosi suatu produk.Secara umum tugas SPG adalah mempromosikan dan menjual produk kepada customer dengan sebaik-baiknya.Ada anggapan bahwa “pembeli adalah raja” karena itu dibutuhkan kesabaran, ketelatenan sertakeramahan dalam melayani customer.Peran ini mengingatkan pada pekerjaan sektor domestik yang sering kali dihubungkan dengan sifat dasar perempuan pada umumnya, yakni sabar, telaten, halus, lembut dan perayu. Perilaku dalam pekerjaan ini akan menentukan suasana penjualan, sedangkan ucapan dapat mempengaruhi keputusan konsumen. Di sini peneliti meyoroti pada Sales Promotion Girl (SPG)yang terdapat di Kota Yogyakarta, dimana Yogyakarta merupakan kota pelajar dengan banyak sekolah menengah

dan

perguruan

tinggi

baik

negeri

ataupun

swasta

yang

memiliki

mahasiswa/mahasiswi dari berbagai daerah dan kalangan.

Sebagian besar perempuan yang hanya menempuh sekolah hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) memilih untuk bekerja sebagai Sales Promotion Girl danbahkan dijadikan sebagai pekerjaan

utama

bagi

perempuan

untuk

mempermudah

mendapatkan

uang.Pekerjaan ini tidak membutuhkan skill yang tinggi, cukup bermodalkan fisik dan paras yangcantik. Hal ini memberikan pandangan bahwasannyatubuh dan paras menjadi modal bekerja sebagai SPG.Perusahaan lebih diuntungkan dengan adanya SPG karena dipandang mampu mendongkrak penjualan produk. Tentu saja bagi produsen, tubuh perempuan tidak akan pernah surut memberi peluang yang menguntungkan. Penampilan menarik menjadi kriteria utama dalam pekerjaan ini. Penampilan adalah bentuk tubuh yang menarik untuk ditampilkan di depan umum. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh SPG diantaranya: Performance (penampilan) Performnce merupakan tampilan fisik yang dapat dilihat menggunakan penglihatan.Dalam perspektif ini, performance juga mengilustrasikan tentang pembawaan seseorang. Pembawaan ini diukur dari penampilan outlook (fisik) dan desain dress code (desain pakaian), ukuran dari pembawaan ini bersifat subyektif, dimana pemikiran setiap orang akan berbeda. Communication Style (gaya berkomunikasi)

Komunikasi mutlak harus terpenuhi oleh sales promotion girls karena melalui komunikasi ini akan mampu tercipta suatu interaksi antara konsumen dengan sales promotion girls. Komunikasi ini diukur dari gaya bicara dan cara berkomunikasi. Pengukuran atas communicating style ini dikembalikan kepada konsumen karena bersifat subyetif. Body languange (bahasa tubuh) Body languange ini lebih mengarah pada keadaan fisik (lemah lembut, lemah gemulai, dan lain-lain).Gerak tubuh ketika menawarkan produk dan sentuhan fisik (body touch) adalah deskripsi dari body languange ini. Pengukuran atas body languange ini dikembalikan kepada konsumen karena bersifat subyektif.

Persyaratan ini gunanya untuk menciptakan persepsi yang baik tentang produk yang diiklankan, dan akan diikuti dengan pembelian produk.Dengan adanya syarat dan kriteria tersebut,menurut Sobur (2004:38), fungsi tubuh telah bergeser menjadi fungsi biologis dan reproduksi kearah fungsi ekonomi khususnya fungsi “tanda”.Ekonomi kapitalis telah merubah penggunaan tubuh dan hasrat sebagai titik sentral komiditas yang disebut dengan ’ekonomi libido’.Tubuh menjadi bagian dari komoditi kapitalisme yang memperjualbelikan tanda, makna dan hasratnya. Dikatakan bahwa “Andaikata tubuh perempuan dapat dijadikan saham, maka saya anjurkan bermain saham agar cepat kaya sebab tubuh perempuan di seluruh dunia laku di jual.” (Arivia, 2004:38). Pemaknaan tentang diri yang berbasis tubuh, untuk menentukan sebuah identitas sangat peka dengan rekayasa pembentukan citra. Di sini SPG menjadi titik utama penjualan

dengan penempatan di depan. Hal tersebut dikarenakan dapat dilihat dari sudut pandang depan dan mampu menarik perhatian masyarakat di sekitar. Secara sengaja para pengusaha memerankan posisi SPG untuk dijadikan sebagai nilai jual atau selling point bagi produk tersebut dengan memanfaatkan tubuh perempuan, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar.Peran SPG dalam mempromosikan produk memiliki kedudukan yang penting karena berpengaruh dalam penjualan produk. SPG di sini terbagi menjadi tiga yaitu SPG regular, SPG event, dan SPG mobile, dimana pekerjaan ini masuk ke dalam sektor informal. Sektor informal adalah pekerjaan yang tidak didasarkan pada kontrak kerja yang jelas, penghasilan tidak tetap (musiman), serta tidak dibutuhkan pendidikan yang dan ketrampilan yang tinggi (Saptari, 1997:358).

Pada saat berhubungan langsung dengan konsumen (face to face), peran influencer tersebut dilakukan oleh agen dan SPG.Dalam kehidupan nyata nampak keragaman interaksi yang terjalin antara agen, sales (SPG), dan kinsmen. Keragaman interaksi tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh jenis produk yang dipromosikan, tetapi juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1) karakteristik pelayanan yang diberikan oleh agen dan SPG kepada konsumen, (2) struktur hubungan antara agen dan SPG, (3) nilai-nilai dan norma-norma sosial yang terendap dalam struktur hubungan tersebut. Penelitian ini bermaksud menggali keragaman interaksi tersebut.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana variasi interaksi antara agen, sales promotion girl, dan konsumen dalam melakukan promosi produk? 2. Mengapa terjadi variasi interaksi antara agen, sales promotion girl, dan konsumen tersebut? 3. Apa implikasinya terhadap daya tarik konsumen?

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui variasi interaksi antara agen, sales promotion girl, dan konsumen dalam melakukan promosi produk . 2. Untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya variasi interaksi antara agen, sales promotion girl, dan konsumen. 3. Untuk mengetahui implikasi terhadap variasi tersebut.

C. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang interaksi antara agen, sales promotion girl, dan konsumen. Dimana saat ini kebutuhan hidup akan suatu produk pada dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keputusan pembelian produk itu sendiri dipengaruhi oleh agen dan sales. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian serupa secara mendalam.

D. Landasan Teori Dalam ilmu sosial ditekankan bahwa interaksi individu tidak berada di ruang hampa, dimana ada banyak faktor yang mempengaruhi setiap relasi yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari, apa yang terkait di dalamnya adalah suatu penafsiran makna dari orang lain melalui interaksi yang komplek dari struktur relevansi, makna, dan pengetahuan. Berdasarkan teori dari Blumer(Mulyana, 2001 : 68) tentang interaksionisme simbolik yang bertumpu pada tiga premis : 1. Manusia bertindak terhadap suatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu bagi mereka. 2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial dengan orang lain. 3. Makna – makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung. Interaksionisme simbolik Blumer merujuk pada suatu karakter interaksi khusus yang berlangsung antar-manusia. Aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karenanya interaksi pada manusia dijembatani oleh penggunaan simbolsimbol penafsiran atau menemukan makna tindakan orang lain. Blumer memasukkan teori yang memusatkan pada faktor sosial-struktural dan sosial kultural. Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Premis ini nantinya mengantarkan kepada konsep “diri” seseorang dan

sosialisasinya

kepada

“komunitas”

yang

lebih

besar

yaitu

masyarakat.Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri bersifat refleksif. Cara bagaimana manusia berpikir banyak ditentukan oleh praktek bahasa. Bahasa sebenarnya bukan sekedar dilihat sebagai alat pertukaran pesan semata, tapi interaksionisme simbolik melihat posisi bahasa lebih sebagai seperangkat ide yang dipertukarkan kepada pihak lain secara simbolik. Perbedaan penggunaan bahasa pada akhirnya juga menentukan perbedaan cara berpikir manusia tersebut. (Ritzer, 2009:329) Maka berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara agen, sales promotion girl, dan konsumen merupakan bentuk interaksionisme simbolik dimana hubungan yang saling mempengaruhi antara agen, sales promotion girl, dan konsumen. Interaksi yang terjadi juga tidak muncul begitu saja, namn melewati proses-proses dimana pada mulanya agen hanya menjadi pihak yang pasih hanya melakukan promosi melalui iklan, menunggu pembeli datang, dan menjadikan pembeli sebagai “raja”, namun kini telah bergeser bahwa penjual lah yang aktif, mengembangkan alternatif strategi bisnis yang kini sedang marak yaitu kehadiran SPG sebagai perantara yang dianggap mampu mempengaruhi konsumen, sehingga kebutuhan konsumen akan informasi terhadap produk akan terpenuhi. Hal ini dijelaskan bahwa agen yang memanfaatkan jasa SPG untuk menyampaikan pesan terhadap pembeli dengan berbagai variasi cara oleh agen itu sendiri, baik dari pakaian yang wajib dikenakan oleh SPG saat beraksi, perbendaharaan kata dalam menyampaikan pesan kepada konsmen, dan lain sebagainya. Terlihat jelas bahwa

hal tersebut menjadi sebuah bagian dari kepentingan kapitalis, dimana kapitalis yang dianggap sebagai pihak yang haus dengan harta tersebut sudah menampakkan dirinya.(Mosco, 1996:51) menjelaskan bahwa hubungan yang terjadi antara agen, SPG, dan konsumen merupakan suatu bentuk transformasi dari hubungan, yang awalnya terbebas dari hal-hal yang sifatnya diperdagangkan, namun menjadi hubungan yang sifatnya komersil.Secara umum, menurut Mosco, teori ekonomi politik adalah sebuah studi yang mengkaji tentang hubungan sosial, terutama kekuatan dari hubungan tersebut yang secara timbal balik meliputi proses produksi, distribusi dan konsumsi dari produk yang telah dihasilkan. Awal kemunculan dari teori ini didasari pada besarnya pengaruh media massa terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Dengan kekuataan penyebarannya yang begitu luas, media massa dianggap tidak hanya mampu menentukan dinamika sosial, politik dan budaya baik dalam tingkat lokal, maupun global, akan tetapi media massa juga mempunyai peran dalam peningkatan surplus secara ekonomi. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa media massa berperan sebagai penghubung antara dunia produksi dan konsumsi. Melalui pesan-pesan yang disebarkan lewat iklan di media massa, peningkatan penjualan produk dan jasa sangat memungkinkan untuk terjadi ketika audiences terpengaruh terhadap pesan yang tampilkan melalui media massa tersebut. Namun kini di zaman yang sdah semakin modern, iklan pada media massa tidak lagi cukup untuk menarik minat konsumen, dimana mulai bermunculan strategi-strategi bisnis yang baru agar dapat lebih menonjol pada kompetisi antar industri.

(Mosco, 1996:51) mengkaji tiga pembahasan, yakni: komodifikasi, spasialisasi, dan strukturisasi. Kaitannya dengan interaksi antara agen, sales, dan konsumen ini berada pada pembahasan komodifikasi, dimana sekarang ini telah sangat banyak sekali bentuk komodifikasi yang muncul dalam perkembangan kehidupan manusia.Karena mulai banyak juga yang dijadikan komoditas oleh manusia. Komodifikasi digambarkan

sebuah proses perubahan sesuatu yang

memiliki nilai fungsi/guna menjadi nilai tukar atau produk marketing yang bernilai dan memberikan perubahan.Komodifikasi berupaya untuk memperluas pasar, meningkatkan keuntungan sebesar-besarnya dilakukan dengan membuat produk atau jasa yang disukai oleh konsumen.Barang dikemas dan dibentuk sedemikian rupa

sehingga

disukai oleh konsumen.Sedangkan ciri

dari

komodifikasi itu sendiri adalah adanya perubahan format yang menyesuaikan dengan keinginan konsumen.Konsumen atau khalayak menjadi tujuan utama, atau bahkan

satu-satunya.Dengan

menjangkau

khalayak

sebanyak-banyaknya

diharapkan bisa mendatangkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dan adapun Jenis-jenis komodifikasi, yaitu: 1. Komodifikasi pesan, merupakan proses komodifikasi dalam komunikasi yang merubah bentuk pesan, hal ini terlihat bahwa dalam penyampaian pesan seorang SPG terhadap konsumennya tidak lepas dari campur tangan agen, dimana dalam strategi bisnis yang digunakan berbeda pada masing-masing agen, dari cara berbahasa, cara berpakaian, itu semua merupakan pesan yang tersirat yang diatur agen untuk dilakukan oleh SPG dan disampaikan kepada konsumen.

2. Komodifikasi Halayak, pandangan ini melihat bahwa sebenarnya khalayak lah yang menjalankan fungsi komodifikasi. Dalam komodifikasi khalayak terbagi dua yaitu: Komodifikasi Intrinsik, Upaya untuk mengetahui karakteristik khalayak, dan keinginan spesifik dari masing-masing khalayak. Komodifikasi ini membutuhkan prosedur dan ukuran untuk menentukan secara akurat di semua tahapan produksi, pertukaran dan konsumsi. Yang kedua Komodifikasi Ekstensif, proses komodifikasi yang terjadi dan mengalami perluasan melibatkan institusi pendidikan, pemerintah, budaya, telekomunikasi, dan sebagainya. Komodifikasi ini terutama diwujudkan lewat iklan-iklan komersial. 3. Komodifikasi pekerja, Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi sebenarnya, tapi juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka, mempengaruhi mereka sehingga apa yang dipikirkan oleh pekerja tentang sebuah pekerjaan tersebut merupakan buah pikiran dari perusahaan yang memanfaatkan tenaga dan pikiran mereka. Dengan adanya komodifikasi pada bisnis yang terjadi pada era modern ini tentu mempengaruhi interaksi dalam masyarakat itu sendiri khususnya interaksi antara agen, SPG, dan konsumen, dimana SPG merupakan bentuk srategi bisnis baru yang efektif dan efisien guna memperebutkan pasar yang semakin ketat persaingannya.

E. Metode Penelitian Berangkat dari ilustrasi naratif dan latar belakang yang dipaparkan, metode ini cenderung menggunakan metode kualitatif.Penelitian ini berusaha mencari jawaban mengenai variasi interaksi antara agen, sales promotion girl(SPG), dan konsumen di Kota Ygyakarta, sehingga jawaban-jawaban atas pertanyaan itu berkarakter deskriptif.Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).Penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, yaitu kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.Penelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penelitian naturalistik yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam).

F.1. Penentuan Satuan Kajian (unit of Analysis)

Dalam penelitian kualitatif penentuan satuan kajian adalah penting untuk mengetahui lingkup dari subjek penelitian sebagai sumber, tempat memperoleh keterangan (fakta). Penelitian ini menggunakan tiga (3) kelompok masyarakat yang dijadikan sebagai informan, yang dipilih secara purposive (bertujuan). Purposive

Sampling

(Nasution,

1996:11)

merupakan

cara

pengambilan

sampel/informan dari suatu popolasi dengan berdasarkan kriteria sebagai berikut: a) Informan merupakan agen di suatu perusahaan yang membawahi SPG langsung, yaitu perusahaan rokok, elektronik, dan property. b) SPG yang tinggal di Yogyakarta, bekerja di Kota Yogyakarta, dan sudah cukup lama terjun di dunia SPG (minimal 1 tahun). c) Informan diambil dengan usia 17 tahun ke atas dan dianggap mampu dan paham apabila dimintai tanggapan.

F.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data yang akurat dan memiliki validitas tinggi perlu memperhatikan sumber “dari mana” data diperoleh dan dengan metode pengumpulan data yang tepat.Data penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, documenter, dan dilengkapi dengan studi kepustakaan.

1. Sumber Data

Sumber data utama yang dimaksudkan di sini adalah kata-kata, tindakan selebihnya adalah tambahan dan dokumen lain, dimana kata-kata dan tindakan orang yang akan diamati atau diwawancarai sebagai sumber data utama ini bisa

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video dan pengambilan foto.

2. Observasi

Penggunaan teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung yang merupakan alat ampuh untuk menguji suatu kebenaran.Melalui teknik ini, bisa dilihat dan diamati sendiri bagaimana persepsi masyarakat mengenai SPG, dan bagaimana tanggapan para SPG atas pekerjaannya tersebut.

Dalam teknik pengamatan ini, peranan pengamat adalah sebagai peserta (participant as observer), yaitu dengan membiarkan kehadirannya sebagai peneliti dan mencoba membentuk serangkaian hubungan dengan subjek sehingga mereka berfungsi sebagai responden dan informan (Mulyana, 2002:176)

Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan di Yogyakarta selama satu bulan di PT. Djarum (perusahaan rokok), PT. LG Electronics Indonesia (perusahaan elektronik), PT Adhi Persada Properti (persahaan properti) dengan menggunakan subjek penelitian (informan) yaitu agen dan Sales Promotion Girl masing-masing perusahaan, masayarakat di Kota Yogyakarta yang terdiri dari remaja dan orang tua yang beromisili dan menetap di Kota Yogyakarta.

3. Wawancara

Wawancara di dalam penelitian ini menggunakan:

a. Wawancara tidak berstruktur (mendalam) yaitu untuk memperoleh keterangan yang terinci dan mendalam mengenai pandangan orang lain, artinya informan mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan, dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. b. Wawancara berstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah-masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Tujuannya mencari jawaban terhadap hipotesis.

Jumlah informan yang diwawancarai berjumlah 15 orang dengan perincian sebagai berikut: 3 agen di masing-masing perusahaan yaitu perusahaan rokok, elektronik, dan properti,lalu 9 SPG dengan rincian masing-masing persahaan diambil 3 SPG, dan 3 orang masyarakat yang berdomisili dan menetap di Kota Yogyakarta yang merupakan orang tua berusia 40-45 tahun, 3 orang masyarakat yang berdomisili dan menetap di Kota Yogyakarta yang merupakan remaja berusia 17-25 tahun.

4. Dokumentasi

Untuk mempermudah mendapatkan data-data yang telah ada sebelumnya, peneliti mengumpulkan data sekunder berupa dokumen resmi seperti arsip atau catatan yang dibuat oleh informan, jika dimungkinkan perlu pula memanfaatkan foto sebagai gambaran peristiwa yang telah terjadi.

5. Studi Kepustakaan

Dalam hal ini, peneliti memperoleh data teoritis guna mendapatkan opini para ahlinya melalui sumber-sumber bacaan.Dengan menggali informasi daftar pustaka yang berkaitan dengan penelitian, maka informasi dapat semakin lengkap.

F.3 Analisa Data

Proses analisa data dilaksanakan pada saat mulainya pengumpulan data di lapangan dan secara berkelanjutan sampai pada penulisan laporan. Singkatnya adalah saat penelitian masih berlangsung peneliti sangat mungkin melakukan beberapa tahap seperti:

1. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah berikutnya yaitu mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, yaitu usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. 2. Display Data Display data adalah penyajian data, dimana sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah

display

data,

langkah

selanjutnya

adalah

penarikan

kesimpulan/verifikasi dengan pencarian arti, pola-pola penjelasan konfigurasi alur sebab-akibat dari proposisi. Dalam analisa data ini, peneliti dituntut ketajaman, kedalaman, dan keluasan wawasan peneliti agar dapat menyentuk pada

akar

kebenaran

sesungguhnya.

Artinya,

selain

harus

mampu

mengungkapkan melalui pisau analisisnya pada permukaan luar dari suatu perilaku, juga mampu mengungkap aspek permukaan dalam lapisan mengapa sesuatu itu bisa terjadi