BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

etnofarmakologi mencakup semua informasi mengenai nama-nama tumbuhan yang ... pengertian etnolinguistik, (b) ihwal etnolinguistik dalam linguistik, (c...

4 downloads 424 Views 237KB Size
1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian,dan (5) sistematika penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, keanekaragaman etnis, berikut kekayaan budayanya. Perbedaan adat dan kebiasaan antaretnis di Indonesia merupakan kekayaan budaya bangsa. Kondisi yang demikian juga dapat dicirikan dari keragaman jenis tumbuhan dan keragaman cara pemanfaatannya oleh masing-masing etnis sebagai suatu warisan yang berupa keterampilan untuk keperluan hidup sehari-hari. Keragaman cara pemanfaatan tumbuhan yang terdapat dalam setiap etnis merupakan bagian dari ilmu pengetahuan lokal yang dimiliki oleh etnis tersebut. Ilmu pengetahuan lokal tersebut terekam dalam leksikon-leksikon tumbuhan. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa (KBBI, 2008-805). Dalam konsep orang Sunda, leksikon tumbuhan khususnya tumbuhanyang memiliki efek farmakologi mencerminkan penguasaan orang Sunda dalam ranah ilmu tertentu. Adapun ilmu yang mempelajari tumbuhan yang memiliki efek farmakologi adalah etnofarmakologi. Etnofarmakologi menurut Martin (Walujo, 2000) merupakan ilmu yang terkait dengan beberapa bidang ilmu seperti ilmu botani (etnobotani), ilmu farmasi (etnofarmasi), dan aspek sosial serta kultur budaya masyarakat. Jadi, Martin (Amin: 2010)etnofarmakologi adalah bagian dari etnobotani yang mempelajari khusus tentang kegunaan tumbuhan yang memiliki efek farmakologi untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dalam suatu suku bangsa.

Pitria Agustian, 2014 Leksikon Etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa leksikon etnofarmakologi mencakup semua informasi mengenai nama-nama tumbuhan yang memiliki efek farmakologiyang digunakan sebagai obat atau ramuan yang dihasilkan penduduk setempat untuk pengobatan.Demikian juga halnya dengan masyarakat Adat Ciptagelar yang merupakan salah satu etnis Sunda yang berada dalam kawasan hutan lindung Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), yang secara administratif terletak di wilayah Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, masih memanfaatkan tumbuhan sebagai media pengobatan. Mayoritas masyarakat Adat Ciptagelar adalah petani yang beradaptasi dengan alam. Masyarakat ini masih memanfaatkan sebagian tumbuhan yang ada di lingkungannya untuk obat. Kondisi masyarakat seperti ini selaras dengan konsep Kluckhohn(Koentjaraningrat, 1974) mengenai lima masalah dasar dalam hidup

yang

menentukan

orientasi

nilai

budaya

manusia.

Kluckhohn

(Koentjaraningrat, 1974:45) menjelaskan bahwa pada hakikatnya petanitidak merasa tunduk dengan alam, ataupun sebaliknya mereka juga tidak merasa mampu untuk menguasainya. Kepercayaan inilah yang membuat masyarakat Adat Ciptagelar memiliki hubungan yang kuat terhadap tumbuhan sebagai obat dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Sebagai contoh, masyarakat Adat Ciptagelar terbiasa menggunakan jukut ki kumat ‘Themeda arguen’ sebagai obat sakit perut dan getah batang magae ‘Solanum torvum Sw’ untuk obat sakit gigi. Selain untuk penyakit dalam, ada juga tumbuhan untuk pengobatan luar seperti luka ringan tergores yang bisa memanfaatkan daun babadotan ‘Ageratum conyzoides’ dan jukut bau ‘Hyptis suaveolens’. Adapun sadagori ‘Sida rhombifolia lour’ dapat digunakan untuk mengobati bisul. Berdasarkan fakta lingual tersebut, peneliti berasumsi bahwa masyarakat AdatCiptagelar memiliki kekayaan leksikon etnofarmakologi. Kekayaan mengenai leksikon etnofarmakologi tersebut diwariskan oleh nenek moyang melalui tradisi lisan sebagai bentuk kearifan hidup. Namun, dewasa ini proses pewarisan secara lisan sudah tidak berfungsi lagi karena Pitria Agustian, 2014 Leksikon Etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

masyarakat Sunda sudah mengalami perubahan seiring perkembangan sosial budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penggunaan leksikon etnofarmakologi menunjukkan perubahan dengan adanya obat generik, sehingga etnofarmakologi mulai ditinggalkan. Agar tidak terjadi kepunahan ilmu pengetahuan lokal yang terkandung dalam leksikon-leksikon etnofarmakologi, perlu adanya upaya menjaga leksikon etnofarmakologi agar dapat dipertahankan kelestariannya. Sebagai upaya pemertahanan pelestarian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti leksikon etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai media pengobatan sudah beberapa kali dilakukan oleh peneliti-peneliti lain, khususnya yang terkait dengan dunia kesehatan. Penelitian sebelumnya mengenai etnofarmakologi adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiwaha, dkk. (2012) tentang tinjauan etnofarmakologi tumbuhan obat/ramuan obat tradisional untuk pengobatan dislipidemia yang menjadi kearifan lokal di Provinsi Jawa Barat. Penelitian serupa dilakukan juga oleh Damayanti (1999) tentang kajian tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit penting pada berbagai etnis di Indonesia. Penelitian tersebut difokuskan pada jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk menyembuhkan lima kelompok penyakit peringkat tinggi pada 45 etnis yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas terlihat bahwa para peneliti sebelumnya mengkaji tumbuhan obat dalam ranah farmakologi murni. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena kajian tumbuhan obat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. Dengan teori-teori yang terdapat dalam etnolinguistikbisa mengungkap nilai-nilai kearifan lokal pada leksikon

etnofarmakologi

yang

terdapat

di

Kampung

Ciptagelar,DesaSirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Pitria Agustian, 2014 Leksikon Etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adat

4

B. Masalah Pada bagian ini akan dijelaskan masalah penelitian yang meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut. 1. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini akan dilakukan pengidentifikasian masalah. Adapun identifikasi masalahnya sebagai berikut. 1) Pewarisan ilmu pengetahuan lokal tentang etnofarmakologi mulai terhambat seiring dengan berkembangnya sosial budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). 2) Terhambatnya sistem pewarisan budaya antargenerasi mengancam punahnya ilmu pengetahuan lokal yang terekam dalam leksikon etnofarmakologi.

2. Pembatasan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal berikut ini. 1) Penelitian ini difokuskan pada leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. 2) Klasifikasi satuan lingual secara morfologis dibatasi pada kata. 3) Deskripsi dan klasifikasi tumbuhan obat dibatasi pada bagian tumbuhan yang dimanfaatkan. 4) Penelitian ini akan mengungkap nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada leksikon etnofarmakologi.

3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

Pitria Agustian, 2014 Leksikon Etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

1) Bagaimana bentuk lingual leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi? 2) Bagaimana deskripsi dan klasifikasi leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi? 3) Bagaimana

nilai

kearifan

lokal

yang

terkandung

dalam

leksikon

etnofarmakologi yang digunakan oleh masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1) leksikon Etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi; 2) deskripsi dan klasifikasi leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupeten Sukabumi; 3) nilai kearifan lokal yang terkandung dalam etnofarmakologi yang digunakan oleh masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Berikut ini adalah uraian dari manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1) Secara teoretis,hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan serta nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon etnofarmakologi yang terdapat di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Pitria Agustian, 2014 Leksikon Etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

2) Secara praktis, penelitian ini memberikan informasi tambahan yang menjelaskan tentang nilai-nilai kearifan lokal leksikon etnofarmakologi, melengkapi dokumentasi tertulis, khususnya leksikon etnofarmakologi di kawasan TNGHS terhadap buku yang sudah ada serta menjadi referensi untuk bidang ilmu kesehatan.

E. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini berupa skripsi yang disusun menjadi lima bab. Dalam bab I, penulis menguraikan (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) pembatasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, (6) manfaat penelitian, dan (7) sistematika penulisan. Dalam bab II, penulis menguraikan landasan teoretis yang memaparkan aspek-aspek sebagai berikut: (1) kajian pustaka, (2) penggunaan leksikon, (3) bentuk lingual, (4) etnolinguistik meliputi (a) pengertian etnolinguistik, (b) ihwal etnolinguistik dalam linguistik, (c) etnofarmakologi, (d) etnografi Sunda, (e) taksonomi, dan (f) kandungan nilai kearifan lokal, dan (5) gambaran umum. Dalam bab III, penulis memaparkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Adapun metode tersebut meliputi (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrument penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Dalam bab IV, penulis akan memaparkan hasil analisis berdasarkan observasi di lapangan tentang leksikon etnofarmakologi yang meliputi: (1) klasifikasi leksikon etnofarmakologi berdasarkan satuan lingual, (2) deskripsi dan klasifikasi leksikon etnofarmakologi, dan (3) nilai kearifan lokal, dan pada bab V disajikan simpulan dan saran.

Pitria Agustian, 2014 Leksikon Etnofarmakologi di Kampung Adat Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu