BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk dapat menjalankan praktik keperawatan, seorang perawat wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Sedangkan untuk mendapatkan STR, seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014). Organisasi Profesi Keperawatan yang dikenal sebagai Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) memiliki standar kompetensi keperawatan yang ditujukan sebagai pedoman bagi perawat dalam menjalankan peran profesinya (PPNI, 2005). Untuk mengukur standar kompetensi perawat dan memperoleh sertifikat kompetensi, perawat diharuskan mengikuti Uji Kompetensi. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi bidang kesehatan. Uji kompetensi diselenggarakan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi kerja (PBM no. 36 tahun 2013). Uji kompetensi merupakan bagian dari penilaian hasil belajar mahasiswa di bidang kesehatan dan dibagi dalam dua tahap yaitu uji tertulis dan uji praktek. Berdasarkan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal DIKTI, uji kompetensi ini dapat dilaksanakan pada tahap akhir setelah menyelesaikan seluruh tahap pendidikan sebagai exit exam dimana hal tersebut harus memperhatikan pentingnya lingkungan akademik profesional. (DIKTI, 2013). Tetapi setelah
1
2
melihat hasil uji kompetensi yang sudah dilakukan pada mahasiswa DIII kebidanan, DIII keperawatan dan Ners, ternyata masih diperlukan adanya perbaikan pada sistem pendidikan.
Oleh karena itu, pada tanggal 18 Juni 2014
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengeluarkan surat edaran nomor 529/E.E3/DT/2014 tentang Status Uji Kompetensi bagi Mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan, DIII Keperawatan dan Ners yang berisi tentang belum digunakannya uji kompetensi untuk menentukan kelulusan atau sebagai exit exam (DIKTI, 2014). Uji Kompetensi Ners Indonesia (UKNI) yang diadakan menimbulkan beberapa permasalahan, permasalahan tersebut antara lain masalah sosialisasi dan pembekalan; masalah penyusunan soal dan penentuan batas minimal UKN; masalah waktu, tempat, dan penyelenggara UKN; masalah mekanisme metode UKN; masalah pembiayaan UKN; masalah pengumuman via online; masalah mekanisme retaker; dan masalah standarisasi STR secara Internasional. Salah satu permasalahan yang muncul pada UKNI adalah mengenasi sosialisasi dan pembekalan. Sosialisasi dan pembekalan kepada mahasiswa dapat dilakukan berupa try out maupun pembekalan. Pembekalan kepada mahasiswa keperawatan ini dapat dilakukan sejak awal kuliah sehingga mahasiswa lebih siap dalam menghadapi UKNI (HPEQ student, 2013). Pelaksanaan uji kompetensi dirasakan menjadi beban yang semakin berat bagi mahasiswa keperawatan yang sebelumnya tidak ada uji kompetensi. Hal ini disebabkan karena Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) menetapkan uji kompetensi harus dilalui oleh semua lulusan mahasiswa kesehatan. Apabila tidak
3
lulus uji kompetensi, mahasiswa harus mengikuti uji kompetensi pada periode selanjutnya dan mendapat program bimbingan dari institusi asalnya serta tidak dapat melakukan praktek keperawatan karena belum bisa mendapatkan Surat Tanda Registrasi (Anggraeni, 2013). Mengingat pentingnya penyelenggaraan uji kompetensi yang merata dan terstandarisasi secara nasional, maka perlu dilihat bagaimana persepsi mahasiswa terhadap uji kompetensi. HPEQ student pernah melakukan kajian awal mengenai uji kompetensi. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa, persepsi mahasiswa, dan sikap mahasiswa kesehatan terhadap uji kompetensi. Responden penelitian ini berjumlah 3.053 mahasiswa yang berasal dari program studi antara lain Pendidikan Dokter, Pendidikan Dokter Gigi, Ilmu Keperawatan, Kebidanan, Farmasi, Ilmu Gizi, dan Kesehatan Masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengetahui alasan pelaksanaan uji kompetensi dan menyatakan sikapnya mendukung pelaksanaan uji kompetensi secara nasional (HPEQ, 2013). Sebagai salah satu institusi pelaksana uji kompetensi keperawatan, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) memiliki visi yaitu menjadi pusat pengembangan profesi keperawatan di bidang pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat yang manusiawi dan berbudaya tinggi di tingkat regional dan nasional dengan standar internasional. Tahap akademik di PSIK FK UGM rata-rata ditempuh selama 4 tahun dengan beban studi 144 SKS untuk mendapatkan gelar Sarjana
4
Keperawatan (S.Kep) dan melanjutkan pendidikan profesi yang rata-rata ditempuh selama 1 tahun dengan beban studi sebanyak 37 SKS (PSIK, 2013). Setelah menyelesaikan tahap profesinya, mahasiswa PSIK FK UGM akan dihadapkan pada uji kompetensi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari koordinator uji kompetensi regional Yogyakarta, Uji kompetensi yang selama ini dilakukan hanya menggunakan Computer Based Test tanpa menggunakan Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Calon peserta uji kompetensi tidak mendapat pembekalan khusus sebelum menghadapi uji kompetensi, tetapi hanya ditawarkan untuk mengikuti try out sebelum menghadapi uji kompetensi. Hal ini disebabkan institusi pendidikan tidak dapat mewajibkan calon peserta uji kompetensi untuk mengikuti try out karena biaya try out cukup besar dan harus ditanggung sendiri oleh peserta try out. Sebagai calon peserta uji kompetensi, persepsi mahasiswa terhadap uji kompetensi dianggap penting karena sebagai tolok ukur pemahaman mahasiswa terhadap uji kompetensi. Mahasiswa harus memahami bahwa uji kompetensi dilakukan untuk mengukur proses pendidikan yang telah dilalui oleh perserta didik hingga memmpunyai kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang professional. Oleh karena itu, sejak awal mahasiswa diharapkan untuk mampu menyiapkan diri sehingga saat pelaksanaan uji kompetensi mereka dapat membuktikan bahwa dirinya layak untuk menjadi seorang professional (HPEQ, 2012). Tidak adanya pembekalan mengenai uji kompetensi dan tidak ikut sertanya try out uji kompetensi, akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada calon
5
peserta uji kompetensi. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap objek yang sama (Fauzi, 2004). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Persepsi Mahasiswa PSIK FK UGM terhadap Uji Kompetensi Ners Indonesia”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut muncul masalah penelitian “Bagaimanakah persepsi mahasiswa profesi PSIK FK UGM tentang Uji Kompetensi Ners Indonesia“ C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran persepsi mahasiswa profesi PSIK FK UGM terhadap pelaksanaan uji kompetensi nasional indonesia. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui persepsi mahasiswa profesi PSIK FK UGM tentang tujuan dan manfaat pelaksanaan Uji Kompetensi Ners Indonesia b. Mengetahui persepsi mahasiswa profesi PSIK FK UGM tentang pelaksanaan Uji Kompetensi Ners Indonesia c. Mengetahui persepsi mahasiswa profesi PSIK FK UGM tentang peran institusi pendidikan terhadap pelaksanaan Uji Kompetensi Ners Indonesia
6
d. Mengetahui persepsi mahasiswa profesi PSIK FK UGM tentang uji kompetensi ulang
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
khasanah
ilmu
pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan. 2. Manfaat praktis 1. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar tentang gambaran persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan uji kompetensi. 2. Bagi institusi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi institusi keperawatan
agar
lebih
mempersiapkan
mahasiswa
peserta
uji
kompetensi ners Indonesia. 3. Bagi Peneliti lain Dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian terkait uji kompetensi keperawatan.
7
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian NO. NAMA 1 Novi Anggraeni
TAHUN 2013
2
2013
HPEQ Student
JUDUL Hasil PERSAMAAN Gambaran Tingkat 1. Tingkat kecemasan 1. Variabel 1. Kecemasan pada mahasiswa tingkat tiga D-III penelitian: Mahasiswa Tingkat keperawatan Universitas Uji 2. TIGA D-III Pendidikan Indonesia dalam kompetensi Keperawatan dalam menghadapi uji kompetensi Menghadapi Uji berada pada level ringan. 3. Kompetensi Di Saran yang dianjurkan bagi Universitas institusi pendidikan agar Pendidikan Indonesia lebih mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi Uji Kompetensi Kajian Awal: Tingkat 1. Hampir seluruh mahasiswa 1. Variabel 1. Pengetahuan, responden memiliki penelitian: Persepsi, dan Sikap pengetahuan dan persepsi persepsi Mahasiswa Terhadap yang baik tentang uji mahasiswa Uji Kompetensi kompetensi serta menyatakan tentang uji 2. Pendidikan Tinggi Di sikapnya mendukung kompetensi Indonesia pelaksanaan uji kompetensi
PERBEDAAN Subjek penelitian: mahasiswa tingkat tiga Tempat penelitian: Universitas Pendidikan Indonesia Variabel penelitian: kecemasan menghadapi uji kompetensi
Subjek penelitian: perwakilan mahasiswa semua jurusan kesehatan di Indonesia Variabel penelitian: tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap uji kompetensi