BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Klorin merupakan zat kimia yang biasanya ditemui dalam bentuk gas beracun. Klorin dapat diubah menjadi bentuk
cair
sehingga
dapat
ditransportasikan
maupun
disimpan. Ketika cairan klorin terlepas, maka cairan tersebut akan segera berubah menjadi gas yang akan tetap bertahan di lantai dan menyebar dengan cepat. Klorin dapat dikenali dari baunya yang menyengat, yang mirip bau zat pemutih. Bau yang kuat ini dapat menjadi penanda bahwa seseorang sedang terpapar gas beracun (CDC, 2013). Sejak pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-20,
klorin
digunakan
di
menjadi
suatu
masyarakat
zat
kimia
sebagai
yang
sering
desinfektan
air,
karena kemampuannya untuk mengikat dan menghancurkan permukaan luar bakteri dan virus, mudah didapat, dan sangat ekonomis. Selain untuk desinfektan air, derivat klorin juga digunakan untuk mengolah limbah industri dan
sebagai
tangga.
pemutih
Senyawa
peralatan
klorin
yang
1
industri
sering
dan
digunakan
rumah bisa
2
berupa: gas klorin, bubuk pemutih, natrium hipoklorit, dan kalsium hipoklorit. Klorin
dalam
bentuk
gas
sangat
berbahaya
bagi
manusia, karena merupakan suatu direct acting irritant pada
saluran
pernapasan,
kulit,
dan
mata.
Khususnya
pada saluran napas, gas klorin merupakan iritan yang sangat kuat (D’ Alessandro et al., 1996). Dalam
sebuah
percobaan
yang
jurnal
oleh
Jiang
et
al.
dilakukan
pada
344
ekor
(1983),
tikus
yang
diberi paparan gas klorin dengan konsentrasi yang dapat menurunkan adanya:
respiratory
degenerasi
sensoris
rate
parsial
olfaktori,
hingga
hingga
hilangnya
50%
komplit
silia
menemukan dari
sel
olfaktori
dan
eksfoliasi sel epitel di area epitel respiratori. Selain itu Rotman et al. (1983) mempelajari adanya perubahan klinis yang signifikan pada Pulmonary Function
Test
(PFT)
setelah
adanya
paparan
terhadap
klorin. Dari 9 relawan, paparan klorin dengan kadar 1 ppm
selama
signifikan
8
jam
pada
menyebabkan
FEV1
pada
44%
penurunan subyek
klinis dan
yang
kenaikan
klinis yang signifikan pada Specific Airway Resistance (SRaw) pada 44% subyek.
3
Salah satu contoh pengunaan gas klorin adalah pada pabrik
pengolahan
klorin
digunakan
terhadap
gas
menyebabkan
tekstil. untuk
klorin
Dalam
industri
memutihkan
yang
hilangnya
ini,
kain.
berkepanjangan
fungsi
penghidu
gas
Paparan berisiko sensorik
(anosmia) pada manusia, terutama pada pekerja pabrik yang telah terpapar gas klorin dalam jangka waktu lama (Lalwani, 2008). I.2. Perumusan Masalah Dari pembahasan pada latar belakang, gas klorin dapat memberi dampak iritatif pada organ pernapasan. Dalam indra
saluran manusia
pernapasan yang
terdapat
sangat
penghidu.
Berdasarkan
pertanyaan
mengenai
hal
bagaimana
salah
satu
panca-
yakni
organ
timbul
suatu
penting, tersebut efek
yang
oleh paparan gas klorin jangka panjang
ditimbulkan pada fungsi
organ penghidu? I.3. Tujuan Penelitian Menentukan gangguan
rasio
penghidu
pada
prevalens pekerja
dan
pabrik
probabilitas tekstil
yang
terpapar gas klorin. I.4. Keaslian Penelitian Pada
penelitian
sebelumnya,
ditemukan
adanya
hubungan antara paparan gas klorin dengan gangguan pada
4
organ
pernapasan.
Hutabarat
(2007)
menemukan
adanya
dampak yang ditimbulkan oleh paparan gas amoniak dan klorin
pada
faal
latex.
Rotman
et
paru
pekerja
al.
(1983)
pabrik juga
sarung
tangan
menemukan
adanya
perubahan faal paru pada relawan yang diberi paparan klorin 1 ppm selama 8 jam. Sampai saat ini belum banyak dilakukan klorin
penelitian
terhadap
diperlukan
mengenai
organ
penelitian
pengaruh
penghidu,
untuk
paparan
maka
mencari
adanya
dari
gas itu
hubungan
antar keduanya. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara jelas efek yang ditimbulkan oleh paparan gas klorin pada organ penghidu pekerja pabrik tekstil, sehingga dapat dilakukan pengurangan resiko kejadian gangguan penghidu dengan cara menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.