BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian umum darah

A. Darah 1. Pengertian umum darah ... jarak dengan transfusi sebelumnya minimal 3 bulan; kadar Hb normal, untuk pria 14-18 gr/dl, dan untuk wanita 12-...

135 downloads 740 Views 324KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Darah 1.

Pengertian umum darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari

binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya (Bakta, 2007). Jumlah darah didalam tubuh seseorang yang sehat atau orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 berat tubuh (Komandoko, 2013). Warna darah ditentukan oleh kadar O2 (oksigen)

dan kadar CO2 (karbondioksda) di

dalamnya. Darah arteri berwarna merah muda karena banyak O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen (D’Hiru, 2013). Fungsi darah secara umum yaitu:

bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, mengantarkan

semua bahan kimia; eritrosit mengantarkan O2 dan zat makanan yang diperlukan tubuh dan menyingkirkan CO2 dan hasil buangan lainnya; leukosit sebagai perlindungan tubuh dengan menyediakan banyak bahan pelindung terhadap benda asing; plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel dalam tubuh menerima makanannya; trombosit berperan dalam pembekuan darah (Pearce Evelyn C.)

4

5

2.

Komponen darah Darah merupakan jaringan yang berbentuk cair, terdiri dari dua bagian

besar yaitu plasma darah yang merupakan bagian cairan dan bagian korpuskuli yakni benda-benda darah yang terdiri dari lekosit, eritrosit dan trombosit (Hoffbrand dan Mehta, 2006). Plasma atau cairan darah berwarna kekuning-kuningan yang 90%-nya terdiri dari air dan sisanya adalah zat-zat yang larut didalamnya. Plasma berfungsi mengatur keseimbangan asam basa darah untuk menghindari kerusakan jaringan (D’Hiru, 2013). Eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya didalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Hoffbrand dan Mehta, 2006). B.

Leukosit 1.

Pengertian umum Di darah perifer, sel ini mudah dibedakan dari eritrosit oleh adanya

inti (Sacher, 2004). Leukosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Sel ini menahan masuknya benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu fagositosis dan mengaktifkan respon imun tubuh. Leukosit juga berfungsi menyerang mikroorganisme

6

atau benda asing yang telah dikenal atau bersifat spesifik (seperti virus HIV, sel-sel kanker, dan kuman TBC), dan memusnahkan serta menyapu bersih kotoran-kotoran yang berasal dari sel-sel tubuh yang rusak atau mati (Hendrik, 2006). 2.

Karakteristik leukosit Jumlah normal leukosit adalah 5.000-10.000 sel/ µl (Hendrik, 2006).

Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit. Leukosit memiliki kemampuan untuk menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan yang disebut diapedesis. (Ethel Sloane, 2004). Mampu bergerak amuboid yaitu leukosit dapat bergerak sendiri seperti amuba, beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya dalam satu menit (D’Hiru, 2013). Leukosit juga memiliki sifat kemotaksis, yaitu jika ada pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak mendekati (kemotaksis positif) atau bergerak menjauhi (kemotaksis negative) (Ethel Sloane, 2004). 3.

Pembentukan leukosit Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang

oleh adanya colony stimulating (factor perangsang koloni). Colony stimulating ini dihasilkan oleh leukosit dewasa. Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka akan menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Proses pembentukan limfosit, ditemukan pada jaringan yang

7

berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli. Proses pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen. Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan dan pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan berkembang menjadi leukosit matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam sirkulasi darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke dalam jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu, beberapa bulan, tergantung pada jenis leukositnya (Sacher, 2004). Pembentukan leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2 jenis, sehingga pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya. Pembentukan sel pada seri granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan pada seri agranulosit ada dua jenis sel yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit (limfopoiesis) diawali oleh fase limphoblast, sedangkan pada monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast. Granulopoiesis adalah evolusi paling dini menjadi myeloblas dan akhirnya menjadi sel yang paling matang, yang disebut basofil, eosinofil dan neutrofil. Proses ini memerlukan waktu 7 sampai 11 hari. Mieloblas, promielosit, dan mielosit semuanya mampu membelah diri dan membentuk kompartemen proliferasi atau mitotik. Setelah tahap ini, tidak terjadi lagi pembelahan, dan sel mengalami pematangan melalui beberapa fase yaitu: metamielosit, neutrofil batang dan neutrofil segmen. Di dalam sumsum

8

tulang sel ini mungkin ada dalam jumlah berlebihan yang siap dibebaskan apabila diperlukan. Sel-sel ini dapat menetap di sumsum tulang sekitar 10 hari, berfungsi sebagai cadangan apabila diperlukan. Limfopoiesis adalah pertumbuhan dan pematangan limfosit. Hampir 20% dari sumsum tulang normal terdiri dari limfosit yang sedang berkembang. Setelah pematangan, limfosit masuk ke dalam pembuluh darah, beredar dengan interval waktu yang berbeda bergantung pada sifat sel, dan kemudian berkumpul di kelenjar limfatik (Sacher, 2004). Monopoiesis berawal dari sel induk pluripoten menghasilkan berbagai sel induk dengan potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni granulosit yang bipotensial. Turunan sel ini menjadi perkusor granulosit atau menjadi monoblas. Pembelahan monoblas menghasilkan promonosit, yang sebagiannya berpoliferasi menghasilkan monosit yang masuk peredaran. Yang lain merupakan cadangan sel yang sangat lambat berkembang. Waktu yang dibutuhkan sel induk sampai menjadi monosit adalah sekitar 55 jam. Monosit tidak tersedia dalam sumsum dalam jumlah besar, namun bermigrasi ke dalam sinus setelah dibentuk. Monosit bertahan dalam pembuluh darah kurang dari 36 jam sebelum akhirnya masuk ke dalam jaringan (Fawcett, 2002).

9

Gambar 1: Hematopoiesis (Hoffbrand V & Mehta A, 2006)

Keterangan gambar: GEMM = prekusor granulosit/eritroid/monosit/megakariosit GM = prekusor granulosit/monosit GM-CSF = faktor perangsang-koloni granulosit-makrofag G-CSF = faktor perangsang-koloni granulosit

10

Tabel 1: Jangka hidup leukosit Jenis sel granulosit Monosit LimfositT

Limfosit B

Dalam sirkulasi darah 6-8 jam memendek pada infeksi akut Kurang dari 36 jam Tetap dalam darah beberapa jam, tetapi di sirkulasi kira-kira setiap 10 jam Sedikit yang beredar

Dalam jaringan hidup 2 sampai 3 hari Berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebagai makrofag jaringan Bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa tahun Kebanyakan menetap dalam jaringan limfoid setelah menjadi sel plasma, hidup 2 sampai 3 jam

sumber: Fawcett, 2002 4.

Faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit Jumlah leukosit dapat meningkat yang biasa disebut leukositosis,

sebaliknya dapat menurun disebut leukopenia (Sofro, 2012). Jumlah leukosit dapat naik dan turun sesuai dengan keadaan. Dalam tubuh terjadi infeksi, biasanya jumlah sel ini meningkat, jika tubuh mengalami gangguan dalam memproduksi leukosit, hal ini menyebabkan tubuh kita mudah diserang penyakit (Tim Matrix, 2009). Perbedaan jumlah masing-masing sel leukosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktornya adalah faktor fisiologis, yaitu masa hidup dari masing-masing sel leukosit tersebut. Masa hidup sel leukosit yang memiliki granula relatif lebih singkat dibandingkan sel leukosit yang tidak memiliki granula. Masa hidup sel leukosit yang memiliki granula adalah 48 jam dalam sirkulasi darah dan 4-5 hari di dalam jaringan.

Hal ini

disebabkan karena sel leukosit yang memiliki granula lebih cepat menuju daerah infeksi dan melakukan fungsinya dari pada sel leukosit yang tidak memiliki granula.

11

Leukopenia

disebabkan

berbagai

kondisi,

termasuk

stress

berkepanjangan, infeksi virus, penyakit atau kerusakan sumsum tulang, radiasi, atau kemoterapi. Penyakit sistemik yang parah misalnya lupus eritematosus, penyakit tiroid, sindrom Cushing, dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit. Semua atau salah satu jenis sel saja yang dapat terpengaruh (Corwin, 2009). Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stres, kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain. C. Donor Darah Donor darah adalah seseorang yang menyumbangkan darahnya untuk orang yang membutuhkan darah (Handayani & Haribowo, 2008). Persyaratanpersyaratan yang ditetapkan untuk calon pendonor adalah: berumur 17 sampai 60 tahun; mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran; kulit lengan untuk penyadapan dalam keadaan sehat; dalam keadaan sehat (terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, sosial, dan rohani); berat badan minimal untuk pria 50 kg, dan wanita 45 kg; suhu tubuh normal, yaitu antara 36,3 hingga 37,5oC; tekanan darah normal, yaitu sistolik: 120-139 mmHg, diastolik: 80-89 mmHg; jarak dengan transfusi sebelumnya minimal 3 bulan; kadar Hb normal, untuk pria 14-18 gr/dl, dan untuk wanita 12-16 gr/dl Hal-hal yang harus dihindari

setelah mendonor antara lain:

terkena

sengatan matahari langsung; melakukan atifitas fisik dan mengangkat barang berat selama kurang dari 5 jam setelah mendonor, mengemudi kurang dari 2 hingga 3

12

jam setelah mendonor; merokok kurang dari 4 jam setelah mendonor; mengonsumsi alkohol kurang dari 24 jam setelah mendonor; tidak terburu-buru melakukan olah raga berat dan mengoperasikan alat-alat berat kurang dar 24 jam seteah mendonor (Komandoko, 2013). D. Respon Hematopoiesis Terhadap Donor Reaksi pertama setelah pengambilan darah adalah timbulnya simtomatologi hipovolumia

dan hipoksemi sehingga menimbulkan mekanisme kompensasi

tubuh untuk menyesuaikan diri. Mekanisme ini bekerja melalui peningkatan curah jantung dan pernafasan, meningkatkan pelepasan O2 oleh Hb, mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (Sylvia Anderson, 2001). Setelah melakukan donor darah, darah dalam tubuh pendonor berkurang sesaat setelah mendonorkan darah, yakni berkurang antara 250 hingga 500 cc. Menurunnya volume darah secara akut diperbaiki dengan meningkatnya volume plasma. Masuknya cairan ekstravaskuler ke dalam sirkulasi menyebabkan pengenceran sel-sel darah sehingga indeks sel darah merah menurun (Sylvia Anderson, 2001). Pengeluaran darah akut segera merangsang sumsum tulang untuk mengeluarkan cadangan, sehingga hitung trombosit dan leukosit dalam sirkulasi meningkat sebelum hematokrit turun. Respon ini berlangsung dalam beberapa menit saja. Tidak ada reservoar simpanan eritrosit di sumsum tulang untuk mengganti eritrosit yang hilang sehingga dibutuhkan waktu beberapa hari atau minggu untuk mengembalikan jumlah eritrosit menjadi normal.

13

E. Metode Perhitungan Jumlah Leukosit Menghitung sel-sel darah dari ketiga jenis sel darah leukosit, eritrosit, dan trombosit dihitung jumlahnya persatuan volume darah. Upaya itu biasanya dilakukan dengan menggunakan alat hitung elektronik. Pada dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat pengencer otomatik memberi hasil yang sangat teliti dan tepat. Perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Cara-cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya dalam laboratorium. (Gandasoebrata, 2007). Ada 2 metode untuk menghitung jumlah leukosit, yaitu: 1. Manual (bilik hitung) Hitung jumlah leukosit cara manual, darah diencerkan dalam pipet leukosit, kemudian dimasukan dalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dengan menggunakan faktor konversi jumlah leukosit per µl darah. Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan turk. Jika dalam darah tepi banyak sel darah merah berinti, maka sel-sel itu akan ikut diperhitungkan sebagai leukosit. Koreksi dapat dilakukan dengan memeriksa sediaan darah apus dengan cara menghitung jenis leukosit. Kesalahan yang dapat terjadi dalam menghitung jumlah leukosit metode manual diantaranya yaitu: jumlah darah yang dihisap ke dalam pipet tidak tepat, pengenceran dalam pipet salah, tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan turk, tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung (Gandasoebrata, 2007).

14

2. Otomatis Hitung jumlah leukosit cara automatik, sampel yang digunakan sangat sedikit dan ada kemungkinan kesalahan dalam pengenceran dan sampling. Karena darah mengandung lebih sedikit leukosit dibanding eritrosit, pengencerannya lebih kecil dan volume sampel yang digunakan lebih besar. Hampir semua laboratorium besar menggunakan cara automatik untuk menghitung leukosit, baik dengan cara menghitung partikel secara elektronik maupun dengan prinsip pembauran cahaya, yang disebut dengan prinsip impedensi elektrik yaitu metode impedansi untuk penentuan WBC (White Blood Cell) (Mindray, 2006) F. Kerangka teori

Waktu pengambilan

Volume darah

donor darah Respon hematopoiesis

Kadar komponen darah

Metode

Jumlah Lekosit

pemeriksaa n Faktor fisiologis / Masa hidup sel

Gambar 2: Kerangka teori penelitian

Kesehatan tubuh

15

G. Kerangka konsep Pengambilan darah sebelum

Jumlah leukosit

dan sesudah donor darah Gambar 3 : Kerangka konsep

H. Hipotesis Ada perbedaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah donor darah.