BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Saham 1.
Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan
perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut Husnan (2005:29), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut
(Darmadji, 2001:5). Sifat dasar investasi saham adalah memberikan
peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas
Universitas Sumatera Utara
sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama sebagaimana yang dikemukakan oleh Kertonegoro (2000:108) yaitu: a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif lainnya. b. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat dividen. c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi. 2. Jenis-Jenis saham Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji (2001:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenis-jenis saham yaitu: a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: 1) Saham Biasa (common stock) Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan asset perusahaan. Menurut Siamat (2004:385), ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut: a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. b) Memiliki hak suara (one share one vote). c) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 2) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. Saham preferen mempunyai sifat
Universitas Sumatera Utara
gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen menurut Siamat (2004:385) adalah: a) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. b) Tidak memiliki hak suara. c) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus. d) Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi. b. Ditinjau dari cara peralihan: 1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2) Saham Atas Nama (Registered Stocks) Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. c. Ditinjau dari kinerja perdagangan: 1) Blue Chip Stocks Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2) Income Stocks Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. 3) Growth Stocks Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4) Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5) Counter Cyclical Stocks Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
Universitas Sumatera Utara
3. Harga Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik
kertas
tersebut
adalah
pemilik
saham
(berapapun
porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmodjo (2000:13), harga saham dapat dibedakan sebagai berikut: a. Harga Nominal Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting karena deviden yang dibayarkan atas saham biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana Harga perdana merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat. c. Harga pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga inilah yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan merupakan harga yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis Saham Analisis saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan mengamati dua pendekatan dasar yaitu: a. Analisis Teknikal Menurut Husnan (2001:349), “analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu”. Sutrisno (2005:330) menyatakan bahwa: Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengartuh isu-isu lainnya. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya untuk
menentukan
kapan investor
harus
membeli, menjual
atau
mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikator-indikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang digunakan adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume perdagangan, dan shortinterest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham.
Universitas Sumatera Utara
b. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2001:315), “analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham”. Analisis ini sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang paling penting dalam analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Menurut Jogiyanto (1998:315), “analisis fundamental merupakan analisis yang menggunakan data-data finansial yaitu data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, seperti laba, deviden yang dibagikan dan sebagainya. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kondisi internal perusahaan”. Sutrisno (2005:331), mengemukakan “analisis fundamental
merupakan
pendekatan
analisis
harga
saham
yang
menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan
Universitas Sumatera Utara
analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan”. Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor utama atau fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. 5. Penilaian Saham Nilai saham yang akan dibayar oleh investor tergantung dari hasil yang diharapkan untuk diterima dan resiko yang terkandung dalam transaksi pembelian saham. Penilaian (valuation) dimaksudkan untuk dapat menentukan nilai suatu saham sehingga perlu diperoleh standar prestasi (standar and performance) yang dapat digunakan untuk menilai manfaat investasi saham yang bersangkutan. Standar prestasi ini berupa nilai instrinsik yang menunjukkan prestasi (hasil dan resiko) di masa depan dari suatu sekuritas. Model penilaian harga saham yang sering digunakan dalam analisis saham (Manurung, 1997:28) yaitu: a. Pendekatan Present Value Pendekatan nilai saat ini (present value) dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the dividen discount model. Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1) Model Tanpa Pertumbuhan Dividen (The Zero Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi : a) Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya b) Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen Sehingga harga saham dirumuskan : Po =
D r
Dimana : Po = Harga saham (nilai instrinsik) D = Dividen r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan) 2) Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi : a) Tidak semua laba dibagikan b) Laba ditahan diinvestasikan kembali Sehingga harga saham dirumuskan : Po =
b.
Di r−g
Dimana : Po = Harga saham (nilai instrinsik) Di = Dividen pada periode i r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan) g = Growth of rate (pertumbuhan laba atau dividen di masa yang akan datang) Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Dalam pendekatan ini harga saham (nilai instrinsik) dirumuskan sebagai berikut : Po = EPS × PER Dimana : Po = harga saham (nilai instrinsik) EPS = Earning Per Share (laba per saham) PER = Price Earning Ratio
6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi harga saham Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah
Universitas Sumatera Utara
permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Menurut Alwi (2003:87), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu: 1) Faktor Internal yaitu: a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi. d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi. e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya. f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS), dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain. 2) Faktor Eksternal yaitu: a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.
Universitas Sumatera Utara
d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. e) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.
7. Keuntungan dan Resiko Investasi Saham Dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan adalah hasil (return) dan resiko (risk). Ada timbal balik setimbang antara hasil dan resiko, umumnya apabila hasil suatu jenis investasi tinggi maka resikonya pun tinggi. Begitu juga dengan investasi saham yang pada umumnya memiliki resiko dan hasil yang tinggi. Dalam investasi saham, selain memperoleh kesempatan mendapatkan dividen dan capital gain, investor memiliki keuntungan dari sifat saham yang fleksibel dan liquid. Berikut deskripsinya yaitu: a. Dividen, yaitu bagian keuntungan dari perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Oleh karena saham adalah tanda bukti kepemilikian atas emiten (perusahaan penerbit saham) maka investor/pemegang saham berhak mendapat bagian dari laba perusahaan berupa dividen tunai (cash dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b. Capital Gain, yaitu keuntungan yang berasal dari jual-beli saham berupa selisih antara harga jual yang lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa saja membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya kembali pada siang hari jika saham mengalami kenaikan harga. c. Fleksibel, berarti pemegang saham dapat menjual sebagian sahamnya apabila tiba-tiba membutuhkan dana. Berbeda dengan investasi tanah, properti, emas dan sebagainya yang harus dijual secara keseluruhan. d. Liquid, berarti prinsip good delivery dan good fund dalam pasar modal menjamin investor mendapatkan saham dan dananya. Adapun resiko yang dapat terjadi dalam investasi saham, antara lain: a. Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara harga jual yang lebih rendah dari harga beli. b. Tidak mendapat deviden, berarti perusahaan akan membagikan deviden jika operasi
perusahaan
menghasilkan
keuntungan.
Dengan
demikian,
perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. c. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting), berarti saham perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami
Universitas Sumatera Utara
kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. d. Saham
suspend,
berarti
suatu
saham
diberhentikan
(suspend)
perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara
perdagangan
saham
tersebut
untuk
kemudian
diminta
konfirmasi lainnya. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula. e. Resiko Likuidasi, berarti apabila perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapatkan prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemengang saham. Namun jika tidak terdapat
Universitas Sumatera Utara
sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh apa-apa. Ini merupakan resiko terberat dari seorang pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan dari saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal.
B. Earning Per Share (EPS) 1. Pengertian Earning Per Share (EPS) Menurut Fabozzi (2001:861), “earning per share adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan”. Dengan demikian, earning per share merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu. Menurut Tandelilin (2010:373), “earning per share adalah laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Menurut Baridwan (2007:443), “laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan”. Tujuan perhitungan earning per share menurut Machfoedz (2000:356), adalah “untuk melihat kemajuan (progress) dari operasi perusahaan, menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan
Universitas Sumatera Utara
dibagikan”. Selanjutnya Syamsudin (2009:66) mengatakan bahwa “pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan earning per share (EPS) yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan”. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai earning per share kecil, maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Earning Per Share dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
EPS =
Net Income AfterTax Number of Common Share Outstanding
(Meigh, 1999: 646) 2. Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS) Menurut Weston dan Brigham (2001:26), “salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham (earning per share). Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar lembar saham (earning per share) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik”. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diinvestasikan para pemegang saham akan memberikan pengaruh positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana laba per lembar saham (earning per share) dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada investor. Oleh sebab itu, earning per share menjadi alat ukur yang digunakan oleh para investor untuk memperkirakan kinerja perusahaan di masa depan. Pada umumnya pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan investasi yang lebih besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan. Jumlah earning per share tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham (Darmadji, 2001:139). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga
menurun.
Hal
ini dapat
ditunjukkan
dalam Tabel 2.1
yang
menggambarkan hubungan Earning Per Share dengan Harga Saham pada perusahaan Food & Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut. Tabel 2.1 Hubungan Earning Per Share dan Harga Saham (Dinyatakan dalam Rupiah) No.
Kode
Nama Perusahaan
Earning Per Share
Harga Saham
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
1.
AQUA
PT Aqua Golden Mississipi Tbk
3.712
5.008
6.256
7.287
110.000
129.500
127.000
244.800
2.
DLTA
PT Delta Djakarta Tbk
2.703
2.956
5.230
7.900
22.800
16.000
20.000
62.000
3.
FAST
PT Fast Food Indonesia Tbk
154
230
281
408
1.820
2.450
3.100
5.200
4.
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
70
104
118
236
1.350
2.575
930
3.550
5.
MLBI
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
3.492
4.005
10.551
16.158
55.000
55.000
49.500
177.000
6.
MYOR
PT Mayora Indah Tbk
122
185
256
485
1.620
1.750
1.140
4.500
7.
SMAR
PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART)
219
344
364
261
3.650
6.000
1.700
2.550
Universitas Sumatera Utara
Tbk 8.
TBLA
PT Tunas Baru Lampung Tbk
19
23
15
33
240
630
190
340
Sumber: Diolah Peneliti dari ICMD (2011) Tabel 2.1 di atas menjelaskan bahwa harga saham perusahaan food & beverages cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2006-2009 sejalan dengan kenaikan earning per share. Sebagai bahan pengamatan earning per share PT Aqua Golden Mississipi Tbk pada tahun 2006 menunjukkan nilai Rp 3.712 dengan harga saham Rp 110.000 dan pada tahun 2007 earning per share PT Aqua Golden Mississipi Tbk menunjukkan nilai Rp 5.008 dengan harga saham Rp 129.500. Terjadi kenaikan earning per share dari tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar Rp 1.296 dan peningkatan harga saham sebesar Rp 19.500.
C. Dividend Per Share Investasi dalam bentuk saham akan memberikan keuntungan kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan beli saham. Sedangkan menurut Tangkilisan dan Hessel (2003:227), “dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham”. Stice (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Sehingga dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari
Universitas Sumatera Utara
investasi melalui
saham,
maka pihak
manajemen
perusahaan
perlu
memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham. Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Rasio ini memberikan gambaran mengenai seberapa besar laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah dividen yang dibayarkan dengan jumlah saham yang beredar. Dividend Per Share dapat dihitung dengan menggunakan rumus: DPS =
Dividends Paid Number Of Share in Issue
Perusahaan yang dividend per share nya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenis akan lebih diminati oleh investor, karena investor akan memperoleh kepastian modal yang ditanamkannya, yakni hasil berupa dividen. Namun perlu diingat bahwa perusahaan juga pelu memperhatikan
kebutuhan
investasinya,
sehingga
perusahaan
perlu
menetapkan kebijakan dividen yang berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dan untuk digunakan dalam perusahaan yang akan diperlukan untuk investasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
1.
Jenis-Jenis Dividen Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para
pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan bersangkutan. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Brigham dan Houtston (2004:95): a. Cash Dividend (dividen Tunai) Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya cash dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain. b. Stock Dividend (dividen saham) Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan. c. Property dividend (dividen barang) Property dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan. 2.
Pengertian Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan
kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada pemegang saham (investor). Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:253), “kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen
Universitas Sumatera Utara
atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”. Dari pengertian dividen tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menginvestasi kembali laba yang di peroleh dari suatu hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada para pemegang saham. 3.
Bentuk Pembayaran Dividen Menurut Halim (2005:94), ada tiga bentuk pembayaran dividen yaitu: a.
Dividen dalam jumlah rupiah stabil Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran dividen yang stabil, artinya dividen per lembar saham (dividen per share) yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham (earning per share) per tahunnya berfluktuasi. Pembayaran dividen yang stabil ini dapat memberikan kesan positif kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang. b. Dividen dengan rasio pembayaran berfluktuasi. Beberapa perusahaan melakukan pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, maka menjalankan kebijakan ini akan berakibat jumlah dividen dalam rupiah akan berfluktuasi. c. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra Pembayaran dividen ini merupakan modifikasi dari bentuk pembayaran dividen di atas. Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan tetapi mengakibatkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya dividen mereka.Apabila perusahaan sangat berfluktuasi, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik. 4. Hubungan Harga Saham dengan Dividen Per Share (DPS) Signalling theory menyebutkan bahwa ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang menyebutkan
bahwa
dividen
itu
sendiri
tidak
menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
kenaikan/penurunan harga saham, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan dengan meningkat/menurunnya dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori ini dikenal dengan teori signal atau isi informasi dari dividen (Information Content of Dividend). Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi yaitu prospek perusahaan di masa mendatang. Menurut
Sharpe
(1999:150),
“pengumuman
kenaikan
dividen
merupakan sinyal bahwa manajemen telah menaikkan perkiraan pendapatan masa depan perusahaan. Oleh karena itu, pengumuman kenaikan dividen merupakan “good news” dan pada gilirannya akan menaikkan ekspektasi mereka mengenai pendapatan masa depan perusahaan”. Satu implikasi dari pengumuman dividen akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan dan pengumuman penurunan dividen akan menyebabkan penurunan harga saham perusahaan. Hal ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 2.2 yang menggambarkan hubungan Dividend Per Share dengan Harga Saham pada perusahaan Food & Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut. Tabel 2.2 Hubungan Dividend Per Share dan Harga Saham (Dinyatakan dalam Rupiah) No.
Kode
Nama Perusahaan
1.
AQUA
PT Aqua Golden Mississipi Tbk
2.
DLTA
PT Delta Djakarta
Dividend Per Share
Harga Saham
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
630
1.000
1.200
1.800
110.000
129.500
127.000
244.800
1.300
1.400
3.500
9.500
22.800
16.000
20.000
62.000
Universitas Sumatera Utara
Tbk 3.
FAST
PT Fast Food Indonesia Tbk
30
45
57
83
1.820
2.450
3.100
5.200
4.
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
35
43
47
93
1.350
2.575
930
3.550
5.
MLBI
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
2.640
3.600
15.000
12.500
55.000
55.000
49.500
177.000
6.
MYOR
PT Mayora Indah Tbk
35
40
50
100
1.620
1.750
1.140
4.500
7.
SMAR
PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART) Tbk
46
5
180
75
3.650
6.000
1.700
2.550
8.
TBLA
PT Tunas Baru Lampung Tbk
4
7
17
2
240
630
190
340
Sumber: Diolah Peneliti dari ICMD (2011) Tabel 2.2 di atas menjelaskan bahwa harga saham perusahaan food & beverages cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2006-2009 sejalan dengan kenaikan dividend per share. Sebagai bahan pengamatan dividend per share PT Aqua Golden Mississipi Tbk pada tahun 2006 menunjukkan nilai Rp 630 dengan harga saham Rp 110.000 dan pada tahun 2007 dividend per share PT Aqua Golden Mississipi Tbk menunjukkan nilai Rp 1.000 dengan harga saham Rp 129.500. Terjadi kenaikan dividend per share dari tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar Rp 370 dan peningkatan harga saham sebesar Rp 19.500.
Universitas Sumatera Utara
D. Financial Leverage 1. Pengertian Financial Leverage Financial leverage dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan Earning Before Interest and Taxes terhadap pendapatan per lembar saham biasa (Earning Per Share). Financial leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap yang harus di bayar oleh perusahaan yaitu bunga atas hutang dan dividen untuk saham preferen. Penggunaan financial leverage dalam struktur modal perusahaan dengan harapan agar terjadi perubahan laba per lembar saham (Earning Per Share) yang lebih besar daripada perubahan laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes). Multiplier effect yang dihasilkan karena penggunaan dana dengan biaya tetap ini disebut dengan tingkat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage). Degree of financial leverage mengukur perubahan Earning Per Share karena perubahan Earning Before Interest and Taxes atau rasio antara persentase perubahan Earning Per Share dibanding dengan persentase perubahan Earning Before Interest and Taxes (Sartono, 2001:265). Sehingga, tingkat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage) dapat dirumuskan sebagai berikut: DFL =
Persentase Perubahan EPS Persentase Perubahan EBIT
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sadalia (2010:130), “analisis financial leverage diasumsikan bahwa dividen untuk pemegang saham preferen selalu di bayar setiap akhir periode di mana asumsi ini diperlukan karena tujuan utama dari financial leverage adalah untuk mengetahui berapa jumlah uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa setelah bunga dan dividen untuk pemegang saham preferen dibayarkan”. Perhitungan persentase perubahan Earning Per Share dan Earning Before Interest and Taxes dapat ditunjukkan dalam tabel-tabel di bawah ini. Tabel 2.3 Perubahan Earning Per Share (Dinyatakan dalam Rupiah) No.
Kode
1.
AQUA
2.
DLTA
3.
FAST
4.
INDF
5.
MLBI
6.
MYOR
7.
SMAR
8.
TBLA
Nama Perusahaan PT Aqua Golden Mississipi Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART) Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk
Δ Earning Per Share
Earning Per Share Tahun 2005 4.889
Tahun 2006 3.712
Tahun 2007 5.008
Tahun 2008 6.256
Tahun 2009 7.287
Tahun 2006 -1.177
Tahun 2007 1.296
Tahun 2008 1.248
Tahun 2009 1.031
3.522
2.703
2.956
5.230
7.900
-819
253
2.274
2.670
93
154
230
281
408
61
76
51
127
13
70
104
118
236
57
34
14
118
4.130
3.492
4.005
10.551
16.158
-638
513
6.546
5.607
60
122
185
256
485
62
63
71
229
106
219
344
364
261
113
125
20
-103
4
19
23
15
33
15
4
-8
18
Sumber: Diolah Peneliti dari ICMD (2011)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Perubahan Earning Before Interest and Taxes (Dinyatakan dalam Rupiah) No .
Nama Perusahaa n
1.
PT Aqua Golden Mississipi Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART) Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk
2.
3.
4.
5.
6. 7.
8.
Δ Earning Before Interest and Taxes
Earning Before Interest and Taxes Tahun 2005 91.363
Tahun 2006 79.794
Tahun 2007 95.821
Tahun 2008 118.000
Tahun 2009 135.354
Tahun 2006 -11.569
Tahun 2007 16.027
Tahun 2008 22.179
Tahun 2009 17.354
79.071
60.756
66.622
117.738
178.005
-18.315
5.866
51.116
60.267
57.871
95.967
144.161
167.904
247.148
38.096
48.194
23.743
79.244
425.76 1
1.221.20 6
2.041.40 9
2.599.82 3
4.063.81 3
795.44 5
820.20 3
558.41 4
1.463.99 0
128.58 9
111.061
131.151
313.976
472.491
-17.528
20.090
182.82 5
158.515
67.581
141.744
209.828
274.070
503.934
74.163
68.084
64.242
229.864
237.68 7
630.758
1.512.32 4
1.478.92 8
992.722
393.07 1
881.56 6
-33.396
-486.206
18.515
79.152
138.648
67.046
208.347
60.637
59.496
-71.602
141.301
Sumber: Diolah Peneliti dari ICMD (2011)
Tabel 2.5 Persentase Perubahan Earning Per Share dan Earning Before Interest and Taxes % Δ Earning Per Share No .
Nama Perusahaa n
1.
PT Aqua Golden Mississipi Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Fast Food Indonesia
2.
3.
% Δ Earning Before Interest and Taxes Tahu Tahu Tahu n n n 2007 2008 2009 20,08 23,14 14,70
Tahu n 2006 -24,07
Tahu n 2007 34,91
Tahu n 2008 24,92
Tahu n 2009 16,48
Tahu n 2006 -12,66
-23,25
9,35
76,92
51,05
-23,1
9,65
76,72
51,18
65,59
49,35
22,1
45,19
65,82
50,21
16,46
47,19
Universitas Sumatera Utara
Tbk 4.
5.
6. 7.
8.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART) Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk
438,4
48,57
13,46
100
186,8
69,11
27,35
56,31
-15,44
14,69
163,44
53,14
-13,63
18,08
139,40
50,48
1,03
51,63
38,37
89,45
1,09
48,03
30,61
83,87
100,60
57,07
5,81
-28,29
165,37
139,76
-2,20
-32,87
375
21,05
-0,34
120
327,50
75,16
-51,64
210,75
Sumber: Diolah Peneliti dari ICMD (2011)
Tabel 2.6 Degree of Financial Leverage Degree of Financial Leverage No.
Kode
Nama Perusahaan
1.
AQUA
2.
DLTA
3.
FAST
4.
INDF
5.
MLBI
6.
MYOR
7.
SMAR
PT Aqua Golden Mississipi Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Sinar Mas Agro Resources & Technology
Tahun 2006 1,90
Tahun 2007 1,73
Tahun 2008 1,07
Tahun 2009 1,12
1,00
0,96
1,00
0,99
0,99
0,98
1,34
0,95
2,34
0,70
0,49
1,77
1,13
0,81
1,17
1,05
0,94
1,07
1,25
1,06
0,64
0,40
-2,64
0,86
Universitas Sumatera Utara
8.
TBLA
(SMART) Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk
1,14
0,28
0,006
0,56
Sumber: Diolah Peneliti dari ICMD (2011) Tabel 2.3 diatas menjelaskan perubahan Earning Per Share dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tabel 2.4 menjelaskan perubahan Earning Before Interest and Taxes dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Tabel 2.5 menjelaskan persentase perubahan Earning Per Share dan persentase perubahan Earning Before Interest and Taxes. Tabel 2.6 menjelaskan Degree of Financial Leverage yang diperoleh dari perbandingan persentase perubahan Earning Per Share dan persentase perubahan Earning Before Interest and Taxes.
2. Hubungan Financial Leverage dengan Harga Saham Financial
leverage
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menggunakan kewajiban financial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan Earning Before Income and Tax terhadap pendapatan per lembar saham biasa (Earning Per Share). Peningkatan Earning Per Share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Financial Leverage perusahaan yang tinggi cenderung membuat harga saham turun, sedangkan Financial Leverage yang rendah akan membuat harga saham cenderung naik. Hal ini disebabkan karena jika Financial Leverage tinggi maka dapat dikatakan hutang perusahaan semakin besar, dan investor merasa resiko berinvestasi semakin besar pula,
Universitas Sumatera Utara
sehingga investor merespon negatif terhadap kenaikan Financial Leverage. Hal ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 2.7 yang menggambarkan hubungan Financial Leverage dengan Harga Saham pada perusahaan Food & Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai berikut. Tabel 2.7 Hubungan Financial Leverage dan Harga Saham (Dinyatakan dalam Rupiah) No.
Kode
Nama Perusahaan
Financial Leverage
Harga Saham
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
1.
AQUA
PT Aqua Golden Mississipi Tbk
1,90
1,73
1,07
1,12
110.000
129.500
127.000
244.800
2.
DLTA
PT Delta Djakarta Tbk
1,00
0,96
1,00
0,99
22.800
16.000
20.000
62.000
3.
FAST
PT Fast Food Indonesia Tbk
0,99
0,98
1,34
0,95
1.820
2.450
3.100
5.200
4.
INDF
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3,21
0,70
0,49
1,77
1.350
2.575
930
3.550
5.
MLBI
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
1,13
0,81
1,17
1,05
55.000
55.000
49.500
177.000
6.
MYOR
PT Mayora Indah Tbk
0,94
1,07
1,25
1,06
1.620
1.750
1.140
4.500
7.
SMAR
PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART) Tbk
0,64
0,40
-2,64
0,86
3.650
6.000
1.700
2.550
8.
TBLA
PT Tunas Baru Lampung Tbk
1,14
0,28
0,006
0,56
240
630
190
340
Sumber: Diolah Peneliti dari ICMD (2011)
Tabel 2.7 di atas menjelaskan bahwa harga saham perusahaan food & beverages cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2006-2009 berbanding
Universitas Sumatera Utara
terbalik dengan penurunan financial leverage. Sebagai bahan pengamatan financial leverage PT Aqua Golden Mississipi Tbk pada tahun 2006 menunjukkan nilai 1,90 dengan harga saham Rp 110.000 dan pada tahun 2007 financial leverage PT Aqua Golden Mississipi Tbk menunjukkan nilai 1,73 dengan harga saham Rp 129.500. Terjadi penurunan financial leverage dari tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar 0,17 dan peningkatan harga saham sebesar Rp 19.500.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.8 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tahun 2004
Peneliti Susanto
2005
Miftah
2008
Hasugian
2009
Naibaho
Uraian Hasil Penelitian Susanto meneliti pengaruh Financial Leverage, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio terhadap Harga Saham Blue Chip di Bursa Efek Surabaya periode 1997-2001. Hasil penelitan menunjukkan bahwa variabel independen Financial Leverage, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun signifikan terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham Blue Chip di Bursa Efek Surabaya. Miftah meneliti pengaruh Dividend Per Share dan Financial Leverage terhadap Harga Saham studi kasus pada PT. Bank NISP di BEJ periode 1999-2003. Hasil penelitan menunjukkan bahwa variabel independen Dividend Per Share dan Financial Leverage, tidak berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel dependen yaitu Harga Saham pada PT. Bank NISP di BEJ periode 1999-2003. Hasugian meneliti pengaruh Kebijakan Dividen, Volume Perdagangan Saham, dan Leverage Perusahaan terhadap Harga Saham setelah Ex Dividend Day di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Berdasarkan analisis yang dilakukan secara parsial maupun secara simultan antara variabel-variabel independen (dividen, volume, leverage) tidak terdapat pengaruh dengan variabel dependen (Harga Saham setelah Ex Dividend Day). Naibaho meneliti pengaruh Dividend Per Share (DPS) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dividend Per Share memiliki pengaruh yang signifikan
Universitas Sumatera Utara
2010
Subrata
terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan Return On Equity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dividend Per Share dan Return On Equity secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Subrata meneliti pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Sumber: Diolah Peneliti (2011)
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1.
Kerangka Konseptual Menurut Sekaran (2006: 127) mengemukakan bahwa “kerangka
konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Pada penelitian ini variabel independen adalah Earning Per Share, Dividend Per share, dan Financial Leverage sedangkan variabel dependen adalah harga saham. Earning per share menggambarkan perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan. Dividend per share merupakan rasio yang mengukur seberapa besar dividen yang dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu. Financial leverage diartikan sebagai persentase perubahan Earning Per Share terhadap Earning Before Interest and
Universitas Sumatera Utara
Taxes. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Earning Per Share (X1) H1
Dividend Per Share H2
(X2)
Harga Saham H3 (Y)
Financial Leverage (X3) H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.
Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2007:41), “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris.” Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian, hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan food & beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
H2 : Dividen Per share (DPS) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan food & beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 :
Financial Leverage (FL) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan food & beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Earning Per Share (EPS), Dividen Per share (DPS) dan Financial Leverage (FL) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan food & beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara