BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015). Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi untuk mengikuti program Keluarga Berencana tersebut (Affandi, 2012). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Keluarga Berencana adalah suatu program pemerintah yang dilakukan untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 2. Kontrasepsi a. Definisi Kontrasepsi adalah usaha menghindari dan mencegah terjadinya suatu kehamilan sebagai akibat dari bertemunya sel sperma dan sel telur yang matang dan dapat mengakibatkan kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Dapat juga menggunakan berbagai macam cara, baik menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.
Kontrasepsi
merupakan sebuah alat, obat, efek atau tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kehamilan. Masyarakat pada umumnya menyebut kontrasepsi dengan istilah Keluarga Berencana atau KB (Wiknjosastro, 2009). Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang artinya melawan/mencegah dan “konsepsi” artinya pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut. (BKKBN, 2015). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya konsepsi antara sel sperma dan sel telur yang matang di tuba falopii sehingga tidak terjadi kehamilan. Kontrasepsi tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen, dapat pula dilakukan secara alamiah, hormon, alat maupun dengan prosedur operasi. b. Macam-Macam Metode Kontrasepsi Menurut Affandi (2012) macam-macam metode kontrasepsi adalah sebagai berikut : 1) Kontrasepsi Non Hormonal : Metode Amenorea Laktasi (MAL), Metode KB Alamiah (KBA), senggama terputus. 2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 3) Kontrasepsi Hormonal a) Metode Hormonal Kombinasi (Estrogen dan Progesteron) : Pil kombinasi, suntik kombinasi b) Metode Hormonal Progesteron Saja : Pil progestin (minipil), implan, suntikan progestin 4) Metode Penghalang (Barrier Method) : Kondom dan diafragma
5) Kontrasepsi Mantap : tubektomi dan vasektomi
3. KB Suntik Depo Provera a. Pengertian Depo provera ialah KB suntik 3 bulan yang mengandung 150 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA), yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular di daerah bokong (Sarwono, 2012). Terdapat 2 jenis suntikan progestin yaitu injeksi Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara intramuskular setiap 12 minggu sekali dan Noristerat atau Noretindron Asetat (NET EN) yang diberikan dalam suntikan tunggal 200 mg secara intramuscular setiap 8 minggu sekali (Everett, 2008). Menurut Praptiani (2012) Depo Provera merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat 150 mg, yang diberikan setiap 12 minggu, tetapi intervalnya dapat diperpanjang hingga 14 minggu. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut KB suntik Depo Provera merupakan salah satu alat kontrasepsi hormonal yang mengandung Depo Medroksiprogesteron Asetat yang diberikan dengan cara disuntik pada daerah bokong secara Intramuscular (IM) dan diberikan setiap 12 minggu atau 3 bulan sekali. b. Mekanisme Kerja Cara kerja kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Manuaba (2010), yaitu: 1) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. 2) Mengentalkan lender serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa. 3) Menganggu suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi.
c. Efektivitas Kontrasepsi Depo Provera menurut Sarwono (2012) memiliki efektifitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Menurut Everett (2008) kontrasepsi Depo Provera memiliki efektivitas antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Sehingga kontrasepsi suntik Depo Provera adalah bentuk kotrasepsi yang sangat efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Menurut beberapa pendapat tersebut kontrasepsi Depo Provera memiliki efektifitas tinggi sekitar 99% asalkan penyuntikannya dilakukan teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. d. Keuntungan Depo Provera Keuntungan kontrasepsi Depo Provera menurut Handayani (2010), yaitu : 1) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan). 2) Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid. 3) Metoda Jangka Waktu Menengah (Intermediate-term). 4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian. 5) Tidak menganggu hubungan seks. 6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI. 7) Efek sampingnya sedikit. 8) Klien tidak memerlukan suplai (pasokan) bahan. 9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih. 10) Tidak mengandung estrogen.
e. Keterbatasan Depo Provera Keterbatasan kontrasepsi Depo Provera menurut Affandi (2012), yaitu : 1) Sering ditemukan gangguan haid sebagai efek samping dari kontrasepsi Depo Provera, seperti: a) Siklus haid yang memendek atau memanjang, b) Perdarahan yang banyak atau sedikit, c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), d) Tidak haid sama sekali. 2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). 3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. 4) Menimbulkan efek samping masalah berat badan. 5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. 6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. 7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan). 8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang. 9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang. 10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. f.
Keadaan yang boleh menggunakan kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Handayani (2010) dan Affandi (2012) yaitu :
1) Usia reproduksi. 2) Nulipara dan yang telah memiliki anak. 3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi. 4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui. 6) Setelah abortus atau keguguran. 7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. 8) Perokok. 9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit. 10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin). 11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. 12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. 13) Anemia defisiensi besi. 14) Mendekati usia menopaus yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi. g. Kontraindikasi kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Everett (2008) dan Affandi (2012), yaitu : 1) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran). 2) Perdarahan pervaginam yang tidak terdiagnosis. 3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea. 4) Kanker bergantung steroid seks, misalnya kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.
h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan Depo Provera menurut Handayani (2010) dan Affandi (2012) yaitu : 1) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. 2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid. 3) Suntikan pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, dengan syarat ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 4) Penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan dapat diberikan bila ibu tersebut telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang. 5) Keadaan apabila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. 6) Aturan penyuntikan pada ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan, dengan syarat ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Jika ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, maka ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 7) Keadaan pada ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus
haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil. 8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 9) Pasca bersalin < 6 bulan jika menggunakan MAL 10) Pasca keguguran segera atau dalam waktu 7 hari siklus haid
i. Informasi lain yang perlu disampaikan menurut Affandi (2012) yaitu : 1) Pemberian
kontrasepsi
suntikan
sering
menimbulkan
gangguan
haid
(Amenorhea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. 2) Efek samping yang biasa ditimbulkan seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang. 3) Terlambat kembalinya kesuburan bisa saja terjadi, penjelasan ini perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. 4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Setelah 3-6 bulan jika tidak terjadi haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
5) Apabila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Apabila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat. 6) Penggunaan pada klien yang sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Apabila terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya. 7) Klien yang lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. j. Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Handayani (2010) dan Affandi (2012), yaitu : 1) Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur, harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan 2) Nyeri perut bagian bawah yang hebat kemungkinan gejala kehamilan ektopik terganggu 3) Perdarahan hebat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid 4) Abses atau perdarahan pada tempat suntikan 5) Migraine (vaskuler), sakit kepala yang berat dan terus berulang atau pandangan yang kabur
Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga kesehatan, atau klinik.
4. KB suntik Depo Provera dengan spotting a. Pengertian Depo Provera merupakan metode kontrasepsi suntik yang memiliki dua efek samping utama yang mempengaruhi semua wanita yang menerima suntikan Depo Provera, yaitu perubahan menstruasi dan tertundanya untuk kembali subur (Varney, 2007). Di masyarakat sering ditemukan gangguan menstruasi, seperti siklus menstruasi sering memanjang atau memendek, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau spotting, atau tidak terjadi menstruasi sama sekali atau amenorche (Kurniawati, 2013). Spotting merupakan bercak darah yang keluar dari jalan lahir (Kurniawati, 2013). Keluarnya bercak darah selama penggunaan kontrasepsi hormonal merupakan efek samping yang sering terjadi jika ringan atau tidak terlalu mengganggu tidak perlu diberi obat. Tetapi jika bercak darah yang terjadi tidak dapat diatasi maka harus diselidiki kemungkinan adanya penyakit lain (Irianto, 2014). b. Etiologi Penyebab terjadinya spotting adalah adanya ketidakseimbangan hormon. Hal tersebut juga dapat terjadi karena erosi porsio, pemakaian awal KB suntik 3 bulanan dan stress (Kurniawati, 2013). c.
Keluhan Subjektif Sebagian besar alat kontrasepsi pasti memiliki beberapa efek samping. Begitupun KB suntik depo provera, keluhan utama yang biasa dikemukakan pasien
akseptor KB suntik depo provera adalah keluarnya bercak-bercak darah dan kebanyakan hal tersebut membuat ibu merasa cemas (Affandi, 2012). Hal tersebut kadang-kadang dipakai sebagai alasan oleh wanita untuk tidak ingin melanjutkan lagi penggunaan kontrasepsi hormonal seperti KB suntik depo provera (Baziad, 2008). d. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk kasus KB suntik dengan spotting salah satunya melihat ada tidaknya tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat atau ujung kuku yang pucat, rendahnya hematokrit atau hemoglobin). Selain melihat ada tidaknya tanda anemia, pemeriksaan abdomen dan uterus perlu dilakukan meliputi nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembengkakan, dan benjolan atau massa serta pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises, pembengkakan, massa, dan pengeluaran cairan. Pemeriksaan pengeluaran pervaginam dapat ditegakkan melalui pemeriksaan inspekulo, pemeriksaan
ini digunakan untuk memastikan bahwa
pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012 ; Hidayat, 2008). e. Patofisiologi Penyebab terjadinya perdarahan bercak (spotting) dimulai dari disuntikkannya depo-provera
secara
intramuscular
di
daerah
bokong.
Kemudian
terjadi
ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam tubuh yaitu hormon estrogen dan progesterone. Akibat dari ketidakseimbangan hormon-hormon didalam tubuh terjadilah pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium. Pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium menyebabkan pembuluh vena menjadi rapuh, sehingga terjadi perdarahan lokal. Perdarahan lokal yang terjadi di endometrium menyebabkan keluarnya bercak-bercak darah. Apabila efek gestagen kurang, stabilitas stroma berkurang, yang pada akhirnya terjadi perdarahan (Baziad, 2008).
f. Penatalaksanaan Depo Provera dengan spotting Penatalaksanaan kontrasepsi suntik depo provera dengan efek samping spotting yaitu dengan memperhatikan keadaan umum pasien terlebih dahulu, kemudian menginformasikan kepada akseptor bahwa perdarahan ringan sering dijumpai sebagai efek samping dari kontrasepsi yang digunakan, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, biasanya tidak memerlukan pengobatan, minta ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan minta ibu untuk istirahat. Apabila spotting yang terjadi mengancam kesehatan ibu atau ibu tidak bisa menerima spotting yang terjadi, suntikan dapat tidak dilanjutkan lagi atau pilih jenis kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi atau makanan yang banyak mengandung zat besi. Sekarang sebagian besar para ahli tidak mengajurkan pemakaian rutin dari suplemen estrogen pada kontrasepsi suntikan, karena ia akan mengurangi sebagian keuntungan dari kontrasepsinya serta keharusan ibu untuk selalu mengingat untuk minum tabletnya serta di samping efek samping dari estrogennya. Jadi pada umumnya spotting tidak perlu diobati secara rutin yang terpenting adalah konseling sebelum dan selama pemakaian kontrasepsi suntikan (Hartanto, 2010 ; Sulistyawati, 2011) g. Prognosis Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya. Apabila spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut. Obatilah penyebab perdarahan dengan cara yang sesuai, bila tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan kepada klien masih ingin melanjutkan suntikan atau tidak, jika tidak suntikan jangan dilanjutkan lagi, dan mencari kontrasepsi jenis lain (Affandi, 2012).
B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Proses Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan, dan tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Kurniadewi, 2013). Proses manajemen yang dipakai bidan mengacu pada 7 langkah Varney (2007), yang terdiri atas: a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Data dasar secara lengkap pada kasus KB Suntik Depo Provera dengan spotting dapat diperoleh melalui:
1) Data Subjektif Pada kasus KB Suntik Depo Provera dengan spotting, data subjektif yang dikumpulkan berupa: a) Identitas Diri Informasi mengenai diri pasien meliputi nama, umur, agama, suku atau bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat akseptor suntik depo provera dengan spotting (Norma, 2013). b) Keluhan Utama Keluhan utama yang biasa dikemukakan pasien akseptor KB suntik depo provera adalah keluarnya bercak-bercak darah (Affandi, 2012). c) Riwayat Menstruasi Pengkajian riwayat menstruasi ini meliputi umur menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, jumlah darah yang keluar, jenis dan warna darah menstruasi,
nyeri haid (dismenorhea) dan keluhan lain sewaktu menstruasi. Pengkajian ini juga digunakan untuk mengetahui apakah ibu mengalami kelainan gangguan reproduksi atau tidak. Informasi ini didapatkan dengan mengkaji kapan pertama kali ibu mengalami haid, lamanya haid, siklus haid, banyaknya ganti pembalut per hari (normalnya 2-5 kali ganti pembalut per hari), sifat darah dan adanya rasa nyeri atau tidak pada saat menstruasi (Yulifah, 2013 ; Dwi, 2013 ; Manuaba, 2010).
d) Riwayat Obstetri Riwayat obstetri berisi riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu yang meliputi jumlah kehamilan, jumlah anak hidup, jenis persalinan, keadaan masa nifas, masalah atau kelainan lain (Hidayat, 2008). e) Data Kesehatan (1) Data Kesehatan Sekarang Berhubungan dengan masalah atau alasan datang (Yulifah, 2013). Ibu mengeluhkan mengeluarkan bercak-bercak darah yang membuatnya terganggu (Affandi, 2012). (2) Riwayat kesehatan yang lalu Data yang diambil untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit kronis atau tidak seperti penyakit jantung, hati dan stroke, apabila ibu memiliki riwayat penyakit tersebut maka ibu memerlukan perhatian khusus. Pada kasus ini penting untuk diketahui apakah ibu pernah mengalami infeksi pada saluran genetalia atau mengalami perdarahan dan mengganggu sebelum memakai alat kontrasepsi suntik Depo Provera atau tidak (Affandi, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, data kesehatan sangat diperlukan pada kasus KB suntik dengan spotting sebelum memberikan terapi, karena untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang menjadi kontraindikasi terhadap penggunaan esterogen sebagai terapi dari spotting. f) Riwayat Keluarga Berencana Riwayat keluarga berencana meliputi jenis KB yang pernah digunakan, alasan pemakaian, lama pemakaian, alasan berhenti, atau ganti cara, dan rencana KB selanjutnya. Pada kasus KB suntik dengan spotting, riwayat KB diperlukan untuk mengetahui metode kontrasepsi yang sebelumnya digunakan baik tipe kontrasepsi, lama penggunaan kontrasepsi, jadwal kontrasepsi, efek samping yang pernah terjadi dari kontrasepsi juga alasan penghentian kontrasepsi sebelumnya (Varney dkk, 2007 ; Norma, 2013). 2) Data Objektif a) Pemeriksaan Umum Pemeriksaan umum yang dikumpulkan untuk kasus KB suntik dengan spotting terdiri atas penilaian keadaan umum, kesadaran dan pengukuran tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi (Yulifah, 2013). Pada akseptor KB suntik depo-provera yang paling utama adalah pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan bahwa klien tidak dalam keadaan tekanan tinggi. Penggunaan kontrasepsi hormonal yang mengandung gestagen seperti minipil dan depo tidak meningkatkan tekanan darah, namun pada seseorang yang sudah menderita hipertensi yaitu lebih dari >140/90 mmHg dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Baziad, 2008). b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk kasus KB suntik dengan spotting salah satunya melihat ada tidaknya tanda-tanda anemia (konjungtiva pucat atau ujung kuku yang pucat, rendahnya hematokrit atau hemoglobin). Selain melihat ada tidaknya tanda anemia, pemeriksaan abdomen dan uterus perlu dilakukan meliputi nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembengkakan, dan benjolan atau massa serta pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises, pembengkakan, massa, dan pengeluaran cairan (Affandi, 2012 ; Hidayat, 2008 ; Saiffudin, ) c) Pemeriksaan Khusus Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting pemeriksaan khusus yang dilakukan yaitu pemeriksaan inspekulo. Pemeriksaan inspekulo ini digunakan untuk memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012). b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar Langkah kedua dilakukan dengan cara mendiagnosa masalah yang ditegakkan berdasarkan data subyektif dan objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan (Dwi, 2013).
1) Diagnosis Kebidanan Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus ini adalah Ny.S P2A0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting (Varney, 2009). 2) Masalah Masalah yang terjadi pada kasus akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah : a) Keluarnya bercak darah dari jalan lahir diluar siklus haid (Affandi,
2012).
b) Ibu merasa cemas dan tidak nyaman karena adanya bercak darah yang keluar dari jalan lahir diluar siklus haid (Affandi, 2012). 3) Kebutuhan Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Sari, 2012). Kebutuhan yang mungkin diperlukan pada kasus akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting ini yaitu : a) KIE agar ibu selalu menjaga kebersihan alat genitalnya (vulva hygiene) dengan mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau setiap saat apabila ibu sudah merasa tidak nyaman (Manuaba, 2010). b) Motivasi serta informasi tentang kasus dan penatalaksanaan spotting (Manuaba, 2010).
c. Langkah III. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya. Diagnosis potensial yang dapat muncul pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting yaitu anemia apabila perdarahan terus berlanjut dan bertambah banyak. Antisipasi penanganan yang dapat dilakukan bidan terhadap diagnosa yang muncul yaitu melakukan observasi keadaan umum ibu, vital sign, pengeluaran pervaginam, memberikan terapi tablet zat besi, minta ibu untuk menjaga asupan nutrisi dan minta ibu untuk istirahat (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011). d. Langkah IV. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera. Kebutuhan untuk pasien pada kasus Ny.S P2A0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah sebelum melakukan pengobatan memastikan
terlebih dahulu apakah pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012). Tindakan segera pada kasus Ny.S P2A0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penatalaksanaan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu (Sulistyawati, 2011 ; Affandi, 2012). e. Langkah V. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh. Rencana asuhan yang terpenting adalah pendidikan kesehatan, konseling dan petunjuk untuk klien yang berkaitan dengan Depo Provera diberikan selama proses pemilihan metode kontrasepsi ini. Konseling ini dilakukan bertujuan untuk memastikan klien tidak menghentikan metode tersebut karena ia mengalami perubahan menstruasi (Varney dkk, 2007). Asuhan kebidanan yang direncanakan pada akseptor suntik Depo Provera dengan spotting adalah sebagai berikut : 1) Berikan informasi hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada ibu (Varney, 2007) 2) Berikan informasi pada ibu tentang keadaan yang dialaminya agar pasien mengetahui keadaannya (Varney, 2007) 3) Berikan KIE pada ibu tentang efek samping dari alat kontrasepsi Depo Provera yang digunakan agar pasien lebih memahami efek samping alat kontrasepsi yang digunakan (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011 ; Handayani, 2010) 4) Pastikan kembali apakah ibu akan melanjutkan suntik KB Depo Provera lagi atau tidak (Affandi, 2012) 5) Berikan pelayanan KB suntik Depo Provera (Affandi, 2012) 6) Berikan terapi berupa tablet zat besi agar ibu tidak mengalami anemia (Hartanto, 2010 ; Sulistyawati, 2011)
7) Rencanakan untuk kunjungan ulang pada jadwal suntik berikutnya (Varney, 2007) 8) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genitalnya (vulva hygiene) dengan mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau setiap saat apabila ibu sudah merasa tidak nyaman dan membersihkan daerah kewanitaan dari arah depan ke belakang untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi dan komplikasi lain,dan beri dukungan psikologis agar pasien merasa lebih tenang (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011 ; Handayani, 2010). 9) Beritahu ibu untuk banyak makan sayuran hijau, menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup agar tidak menjadi lemas karena adanya bercak darah yang keluar (Affandi, 2012) 10) Motivasi ibu agar selalu memperhatikan keadaanya (Varney, 2007) 11) Dokumentasikan tindakan (Varney, 2007) f.
Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh secara efisien, efektif, dan aman. Pelaksanaannya dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama anggota tim kesehatan lainnya. Bila diputuskan bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami kompilkasi, maka keterlibatan bidan dalam pelaksaan asuhan adalah tetap menjadi tanggung jawab bidan. Penatalaksaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. Pelaksanaan asuhan dalam kasus suntik Depo Provera dengan spotting, dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dan dalam pelaksanaannya dicantumkan waktu tindakan (Varney dkk, 2007 ; Dewi, 2013).
g. Langkah VII. Evaluasi Langkah terakhir evaluasi adalah salah satu langkah mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, meliputi rencana perawatan, kebutuhan, masalah dan diagnosis. Rencana dianggap efektif jika terlaksana dan tidak efektif jika tidak terlaksana (Varney dkk, 2007 ; Dewi, 2013). Hasil yang diharapkan dari manajemen kebidanan pada akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting adalah dapat menghentikan perdarahan bercakbercak (spotting) dan klien tetap dapat menggunakan KB suntik Depo Provera (Varney, 2007 ; Sulistyawati, 2011). C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Klien Menurut KepMenKes RI No : 938/MenKes/SK/VII/2007 tujuh langkah Varney disarikan menjadi empat langkah yaitu, SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planning). SOAP diperoleh dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan pasien. S : Subjective Data subjektif ialah catatan kualitatif dan kuantitatif dari segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah. Data ini mencakup perasaan, reaksi atau pengamatan terhadap masalah. Data yang terpercaya diperoleh dari pasien sendiri dengan melakukan wawancara langsung pada akseptor suntik depo provera tentang keluhan adanya bercak darah keluar dari kemaluan atau keluhan lain yang dirasakan. Data ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney (Hidayat, 2008). Dalam kasus akseptor suntik Depo Provera dengan spotting, data subjektif ini merupakan data perkembangan dari data 7 langkah Varney diatas. Keluhan utama akan mengarah pada perdarahan yang berupa tetesan atau perdarahan bercak sudah
berkurang karena telah diberikan terapi sesuai penatalaksanaan KB suntik Depo Provera dengan spotting (Affandi, 2012). O : Objective Data objektif didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB (Hidayat, 2008). Data objektif menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan hasil tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney (Varney 2007). Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh data objektif untuk kasus KB suntik dengan spotting yaitu pemeriksaan umum terdiri atas penilaian keadaan umum, kesadaran, berat badan pengukuran tekanan darah (Yulifah, 2013), pemeriksaan tekanan darah ini dilakukan untuk memastikan bahwa klien tidak dalam keadaan hipertensi, sebab pada seseorang yang sudah menderita hipertensi yaitu lebih dari >140/90 mmHg dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Baziad, 2008). Pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang sedikit-sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir (Affandi, 2012). A : Assesment Assesment menggambarkan pendokumentasian data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera sebagai langkah 2 Varney (Hidayat, 2008 ; Varney, 2007). Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif adalah Ny. S P2A0 akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting.
P : Plan Plan
mencakup
penatalaksanaan,
mencatat
seluruh
perencanaan
dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan segera komprehensif yang meliputi penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dari rujukan sebagai langkah 3, 4, 5, 6 dan 7 Varney (2007). Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting beberapa hal yang perlu direncanakan menurut Sulistyawati (2011) yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, mengobservasi perdarahan pervaginam, menjelaskan keadaan yang dialami oleh ibu, memotivasi ibu untuk banyak makan sayuran hijau, menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup dan motivasi agar tetap memakai kontrasepsi suntik. Pemberian asuhan kebidanan yang optimal diharapkan dapat mengurangi atau menghentikan spotting yang dialami oleh klien dan tidak terulang kembali pada siklus berikutnya. Perencanaan tersebut kemudian dilaksanakan secara efektif dan aman kemudian dilakukan evaluasi pada kasus KB suntik Depo Provera dengan spotting.