Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
VISI BANK INDONESIA “Menjadi Bank Sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”
MISI BANK INDONESIA “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan”
NILAI STRATEGIS BANK INDONESIA “Kompetensi - Integritas - Transparansi - Akuntabilitas - Kebersamaan.”
VISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”
MISI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA “Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”
...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat... (Salah satu dari lima tugas pokok Kantor Perwakilan Bank Indonesia)
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta Unit Kajian Ekonomi Jl. P. Senopati No.4-6, Yogyakarta Telp.0274-377755 Fax.0274-371707 Softcopy laporan ini dapat diunduh pada website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
iv
Kata Pengantar
Indikator Terpilih Indikator
2011 I
II
2012 III
IV
I
II
III
IV
2013 I
Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) Berdasarkan Sektor - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel & Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan Persewaan & Jasa Usaha - Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Lain-lain Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) - Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Kota Yogyakarta Laju Inflasi Tahunan - Kota Yogyakarta (%,yoy)
4,53
4,62
3,18
8,38
7,07
5,97
4,07
4,28
5,06
(2,11) 13,51 9,85 0,87 1,69 2,67 10,08 9,64 6,86
8,15 13,18 8,74 6,13 2,06 2,07 7,17 11,04 (1,95)
(12,54) 10,23 9,36 1,49 3,12 2,56 6,40 4,67 12,58
1,36 11,12 (0,53) 8,42 18,45 13,92 8,52 6,88 8,81
10,11 2,56 (3,20) 11,42 14,42 8,25 5,27 9,83 6,10
0,87 (0,07) (6,16) 5,96 4,93 6,21 6,15 11,89 17,18
4,29 1,31 (5,34) 8,65 6,72 3,71 5,91 13,14 4,08
(1,25) 4,04 6,22 3,01 1,12 8,75 7,42 5,35 1,63
(2,72) 5,05 8,78 4,58 8,08 7,04 7,22 7,44 5,85
8,26 2,06 3,55 (3,60)
7,47 (6,22) 2,81 44,34
5,94 16,32 4,53 (39,67)
6,23 9,82 7,01 319,62
6,46 4,23 5,29 17,64
6,84 9,83 5,37 (13,88)
6,97 1,09 5,29 (15,31)
6,69 6,10 4,11 (99,66)
6,08 8,09 7,22 (6,87)
65,22 14,22
59,49 10,84
49,89 7,68
66,81 23,16
69,18 9,74
63,74 10,08
65,84 8,82
69,92 9,06
69,91 8,50
6,64 0,70
7,44 0,54
9,13 1,15
10,71 3,23
7,60 2,01
12,58 5,03
19,68 10,20
16,37 4,59
14,30 6,09
126,68
126,81
129,01
130,11
131,04
132,23
134,05
135,72
139,38
7,53
5,9
4,68
3,88
3,45
4,27
3,91
4,31
6,36
12.158 3.501 9.259
12.567 3.727 9.753
13.420 3.628 10.597
14.968 3.644 10.162
14.710 4.189 11.111
15.658 4.343 11.288
16.464 4.903 11.880
18.663 5.008 11.211
18.207 5.009 12.316
5.707 7.029 2.307
6.303 7.359 2.490
6.434 7.892 2.732
7.277 8.276 2.386
7.244 8.436 2.804
8.138 8.663 2.985
8.390 9.177 3.113
8.996 9.651 3.193
8.755 9.804 3.597
4.421 1.295 60,37 3,32
4.960 1.568 62,01 3,25
5.006 1.618 61,70 3,05
5.416 1.586 62,34 2,41
5.541 1.723 61,59 2,75
6.099 1.972 63,24 2,70
6.207 2.044 62,20 2,78
6.613 2.098 62,61 2,35
6.427 2.449 62,35 2,62
644 4.941
30 4.914
916 5.467
3.002 6.014
4.331 4.885
5.055 5.328
3.086 5.548
5.161 6.009
2.542 5.083
33 1.472
42 1.760
49 1.821
42,72 1.619
42,65 1.726
45,79 1.754
49,66 1.783
55,63 1.843
53,18 1.881
Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) - Tabungan - Giro - Deposito Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Miliar) - Modal Kerja - Investasi Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Net Incoming Transfer per bulan (Rp Miliar) - Rata-rata Warkat Incoming Transfer per bulan (lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar)
Indikator Terpilih
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena atas rahmat dan karuniaNya, Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Triwulan I 2013 yang sebelumnya diterbitkan dengan judul Kajian Ekonomi Regional (KER) Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat hadir di tangan pembaca. Laporan ini yang kami buat dengan format baru, selain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan intern Bank Indonesia, juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pihak ekstern (external stakeholders) terhadap informasi perkembangan ekonomi regional, maupun perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran, serta informasi beberapa hasil survei yang kami lakukan. Kami berharap agar Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat memberikan informasi yang memadai mengenai perkembangan makro perekonomian DIY terkini. Di samping itu, laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Dinas terkait atau stakeholders lainnya dalam mengambil kebijakan. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Kami juga mengharapkan kerjasama dari berbagai stakeholders dalam menyediakan data dan informasi yang telah berjalan baik selama ini. Oleh karena itu kami berharap agar hubungan yang lebih baik dapat terjalin di masa mendatang. Selain itu, kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian ini, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan kepada kita semua dalam mengupayakan hasil kerja yang lebih baik.
Yogyakarta, Mei 2013 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta
Arief Budi Santoso Direktur
Kata Pengantar
vii
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Daftar Isi INDIKATOR TERPILIH ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xii
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................
1
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI ................................................................. 1. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan ............................................................. 1.1.Konsumsi ................................................................................................. 1.2.Investasi .................................................................................................. 1.3.Kegiatan Ekspor Impor (Perdagangan Luar Negeri) ................................... 2. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran .............................................................. 2.1.Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ................................................ 2.2.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ..................................................... 2.3.Sektor Industri Pengolahan ...................................................................... 2.4.Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ................................. 2.5.Sektor Jasa-Jasa ....................................................................................... 2.6.Sektor Bangunan ..................................................................................... 2.7.Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ............................................................ 2.8.Sektor Penggalian ................................................................................... 2.9.Sektor Pertanian ......................................................................................
5 5 6 7 9 11 12 13 14 15 15 16 17 18 19
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ................................................................................. 1. Inflasi Tahunan .............................................................................................. 2. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... 3. Inflasi Bulanan ............................................................................................... 4. Inflasi Inti dan Non Inti ................................................................................... 5. Inflasi Kota-Kota Jawa Tengah dan DIY .......................................................... Boks: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Daerah Istimewa Yogyakarta .........................................................................
21 21 24 26 27 28
Daftar Isi
29
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Daftar Isi BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN .......................................................................... 1. Aset .............................................................................................................. 2. Intermediasi Perbankan ................................................................................. 3. Penghimpunan Dana ..................................................................................... 4. Penyaluran Kredit .......................................................................................... 5. Stabilitas Sistem Perbankan ........................................................................... 5.1. Risiko Kredit ........................................................................................... 5.2. Risiko Likuiditas ...................................................................................... 6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ........................................................ 6.1. Aset ....................................................................................................... 6.2. Penghimpunan Dana .............................................................................. 6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit ............................................................... 6.4. Fungsi Intermediasi ................................................................................. 7. Perkembangan Perbankan Syariah ................................................................ 7.1. Aset Perbankan Syariah .......................................................................... 7.2. Intermediasi Perbankan Syariah .............................................................. 7.3. Penghimpunan Dana .............................................................................. 7.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan ......................................................
33 33 34 34 36 38 38 39 40 40 40 41 41 41 41 42 42 43
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 1. Sistem Pembayaran Tunai ........................................................................... ... 1.1. Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) & Aliran Uang Keluar (Cash Outflow) .. 1.2. Pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar ............................................ 1.3. Penukaran Uang .................................................................................... 1.4. Temuan Uang Palsu ................................................................................ 2. Sistem Pembayaran Non tunai ....................................................................... 2.1. Transaksi Kliring ..................................................................................... 2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) .............
45 45 45 47 47 48 49 49 51
BAB 5 KEUANGAN PEMERINTAH .................................................................................. 1. Pendapatan Pemerintah ................................................................................ 2. Belanja Pemerintah ....................................................................................... 3. Pembiayaan Pemerintah ................................................................................
53 53 54 55
Daftar Isi
ix
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Daftar Isi BAB 6 KETENAGAKERJAAN .......................................................................................... 57 1. Tenaga Kerja ................................................................................................. 57 2. Upah Minimum ........................................................................................... .. 60 BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ................................................... 1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 1.1. PDRB Sisi Permintaan ............................................................................. 1.2. PDRB Sisi Penawaran .............................................................................. 2. Prakiraan Inflasi ............................................................................................. 2.1. Prakiran Inflasi Tahunan .......................................................................... 2.2. Prakiran Inflasi Bulanan .......................................................................... LAMPIRAN: 1. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan .................................... 2. PDRB DIY Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku ..................................... 3. Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta ...................................................... 4. Indikator Perbankan - DIY .............................................................................. 5. Indikator Bank Umum - DIY ........................................................................... 6. Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul ..................................................... 7. Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul ............................................ 8. Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo ............................................. . 9. Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman ...................................... ............ 10. Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta ........................................................ 11. Indikator BPR - DIY ........................................................................................ 12. Indikator BPR - Kabupaten Bantul ................................................................... 13. Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul ......................................................... 14. Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo ........................................................... 15. Indikator BPR - Kabupaten Sleman ................................................................. 16. Indikator BPR - Kota Yogyakarta ..................................................................... 17. Laporan Survei Konsumen 18. Laporan Survei Penjualan Eceran 29. Laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha 20. Laporan Survei Harga Properti Residensial
x
Daftar Isi
61 61 62 63 63 63 64
68 69 70 71 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Daftar Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
1.1. 1.2. 1.3. 2.1. 2.2. 2.3. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 5.1. 5.2. 5.3. 6.1. 6.2. 7.1. 7.2. 7.3. 7.4.
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan. .............................................................. Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran ............................................................... Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang ....................... Inflasi Tahunan .............................................................................................. Inflasi Triwulanan ........................................................................................... Inflasi Bulanan ............................................................................................... Indikator Perbankan ...................................................................................... Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi ......................................................... Indikator Bank Perkreditan Rakyat ................................................................. Indikator Perbankan Syariah .......................................................................... Indikator Sistem Pembayaran Tunai ............................................................... Pemusnahan Uang ........................................................................................ Penukaran Uang Pecahan Kecil ..................................................................... Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan ............................................................. Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai ........................................................ Realisasi Penerimaan APBD ........................................................................... Realisasi Belanja APBD .................................................................................. Realisasi Pembiayaan APBD ........................................................................... Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama .......................... Indikator Status Ketenagakerjaan .................................................................. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) ........................................ Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) ......................................... Prakiraan Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................... Prakiraan Inflasi Bulanan ...............................................................................
5 11 14 22 25 26 33 38 40 42 46 47 48 49 50 53 54 55 59 60 62 63 64 64
Daftar Tabel
xi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Daftar Grafik Grafik 1.1. Indeks Keyakinan Konsumen (Survei Konsumen - BI) ..................................... 6 Grafik 1.2. Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Saat Ini (Survei Konsumen - BI) ............ 6 Grafik 1.3. Indeks Penjualan Riil (Survei Penjualan Eceren - BI) ........................................ 6 Grafik 1.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani .................................................................. 6 Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Bank Umum ........................................................................ 7 Grafik 1.6. Konsumsi Semen ........................................................................................... 8 Grafik 1.7. Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha ................................................................. 8 Grafik 1.8. Kapasitas Terpakai Dunia Usaha .................................................................... 8 Grafik 1.9. Pertumbuhan Kredit Investasi Bank Umum ..................................................... 9 Grafik 1.10.Perkembangan Nilai Ekspor DIY .................................................................... 9 Grafik 1.11.Perkembangan Volume Ekspor DIY............................................................. 9 Grafik 1.12 Komposisi Nilai Ekspor DIY s.d. Maret 2013 Berdasarkan Komoditas .............. 10 Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Impor DIY.................................................................. 10 Grafik 1.14 Perkembangan Volume Impor DIY ................................................................. 10 Grafik 1.15 Komposisi Nilai Impor DIY s.d. Maret 2013 Berdasarkan Komoditas ............... 11 Grafik 1.16 Perkembangan Wisnu .................................................................................... 12 Grafik 1.17 Perkembangan Wisman ................................................................................. 12 Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel ..................................................................................... 13 Grafik 1.19.Outstanding Kredit Bank Umum Sektor PHR .................................................. 13 Grafik 1.20.Arus Penumpang Adisutjipto .......................................................................... 13 Grafik 1.21.Penumpang Kereta Api .................................................................................. 13 Grafik 1.22.Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Transportasi ....................................... 13 Grafik 1.23.Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Industri Pengolahan ........................... 15 Grafik 1.24.Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum .................................................. 16 Grafik 1.25.Perkembangan LDR Perbankan ...................................................................... 16 Grafik 1.26.Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Jasa .................................................. 16 Grafik 1.27.Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Bangunan .......................................... 17 Grafik 1.28.Penjualan Listrik ............................................................................................ 18 Grafik 1.29. Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ................ 18 Grafik 1.30.Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Penggalian ........................................ 19 Grafik 1.31.Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Pertanian .......................................... 19 Grafik 2.1. Inflasi Kota Yogyakarta ................................................................................... 21 Grafik 2.2. Inflasi Kota Yogyakarta dan Nasional .............................................................. 21 Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Bahan Makanan dan Makanan Jadi (yoy) ............................. 23 Grafik 2.4. Inflasi Kelompok Perumahan, Pendidikan dan Kesehatan (yoy) ....................... 23 Grafik 2.5. Inflasi Kelompok Sandang dan Transpor (yoy) ................................................ 23
xii
Daftar Grafik
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Daftar Grafik Grafik 2.6. Perkembangan Harga Bawang Merah Merah & Bawang Putih ....................... Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras .......................................................................... Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Barang (qtq) ........................................................................ Grafik 2.9. Andil Kelompok Barang (qtq) ........................................................................ Grafik 2.10.Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad ....................................................................... Grafik 2.11.Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ................................................................. Grafik 2.12.Inflasi Kota-Kota Jawa Tengah dan DIY .......................................................... Grafik 3.1. LDR DIY ........................................................................................................ Grafik 3.2. LDR DIY & Nasional ....................................................................................... Grafik 3.3. DPK Perbankan ............................................................................................. Grafik 3.4. BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan ................................................................... Grafik 3.5. Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan ...................................................... Grafik 3.6. Komposisi DPK Perbankan ............................................................................. Grafik 3.7. Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik ............................................................ Grafik 3.8. Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik .................................................... Grafik 3.9. Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik ...................................................... Grafik 3.10.Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik ............................................................. Grafik 3.11.Kredit Perbankan ........................................................................................... Grafik 3.12.Kredit Modal Kerja ........................................................................................ Grafik 3.13.Kredit Investasi .............................................................................................. Grafik 3.14.Kredit Konsumsi ............................................................................................. Grafik 3.15.Non Performing Loans DIY ............................................................................. Grafik 3.16.NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan ......................................................... Grafik 3.17.NPL Kredit Bank Umum - Sektor Ekonomi Utama .......................................... Grafik 3.18.NPL Kredit Bank Umum - Sektor Lainnya ....................................................... Grafik 4.1. Aliran Kas dan PTTB ...................................................................................... Grafik 4.2. Transaksi Kliring ............................................................................................ Grafik 4.3. Transaksi BI-RTGS .......................................................................................... Grafik 6.1. Perkembangan TPAK di DIY .......................................................................... Grafik 6.2. Perbandingan TPT Nasional dan DIY .............................................................. Grafik 7.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... Grafik 7.2. Prakiraan Inflasi Kota Yogyakarta ..................................................................
24 24 25 25 27 27 28 34 34 34 34 35 35 36 36 36 36 37 37 37 37 39 39 39 39 46 50 50 57 58 61 61
Daftar Grafik
xiii
Halaman ini sengaja dikosongkan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I 2013 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian DIY tumbuh sebesar 5,06% yoy, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2012 (4,28%), namun lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,07%). Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi antara lain dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat, antara lain karena peningkatan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). Di sisi penawaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR); sektor Pengangkutan dan Komunikasi; dan sektor Industri Pengolahan. Sementara itu, sektor Pertanian pertumbuhannya sedikit melambat karena faktor cuaca dan luas lahan yang semakin berkurang. Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan I 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan tercatat 2,70% qtq, lebih tinggi dibandingkan 1,24% qtq pada triwulan IV 2012. Faktor yang mempengaruhi inflasi pada triwulan dimaksud terutama bersumber dari kenaikan harga pada kelompok Bahan Makanan sebesar 10,71% qtq; kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,96% qtq; dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,74% qtq. Adapun, faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan inflasi terutama adalah gangguan pasokan pada komoditas bahan makanan, khususnya pada subkelompok padi-padian, umbiumbian dan hasilnya; bumbu-bumbuan; dan sayur-sayuran dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Secara tahunan inflasi pada kuartal I terdongkrak mencapai 6,36% yoy, lebih tinggi dibanding triwulan IV sebesar 4,31% yoy. Mengakhiri triwulan I 2013, kegiatan dan kinerja perbankan di DIY berkembang cukup menggembirakan. Aset perbankan tumbuh 16,59% yoy, disisi pasiva terutama ditunjang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18,40% yoy, dan disisi aktiva terutama bersumber dari kenaikan kredit yang disalurkan yang tumbuh 19,86%. Kinerja usaha yang antara lain tercermin dari kualitas kredit yang relatif terjaga dengan baik, terlihat dari rasio Non Performing Loan Gross yang hanya 2,62%. Secara umum, fungsi intermediasi
Ringkasan Eksekutif
1
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
perbankan berjalan cukup baik dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan I 2013 sebesar 62,35%. Searah dengan siklusnya perkembangan Sistem Pembayaran di DIY pada triwulan I 2013 relatif menurun. Rata-rata cash outflow per bulan tercatat sebesar Rp612 miliar, turun 33,02% qtq dibandingkan triwulan sebelumnya Rp914 miliar. Sementara itu, rata-rata cash inflow mengalami peningkatan menjadi Rp1.038 miliar sehingga rata-rata net cash inflow per bulan pada triwulan laporan sebesar Rp426miliar. Searah dengan peningkatan net cash inflow tersebut dan disisi lain dengan adanya remise, posisi kas di KPw BI DIY mencapai Rp2.470 miliar. Sementara itu, dari sisi transaksi non tunai, rata-rata nominal transaksi harian kliring pada triwulan laporan turun dari Rp55,63 miliar menjadi Rp53,18 miliar. Sedangkan rata-rata harian net incoming transfer RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2.542 miliar, turun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp5.161 miliar. Pada triwulan laporan temuan uang palsu sebanyak 273 lembar dengan nilai Rp20,78 juta. Kinerja
gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan I 2013
cukup baik. Realisasi di sisi penerimaan mencapai
26,97% atau sebesar Rp2.281 miliar
terutama bersumber dari Dana Perimbangan dengan proporsi 66,27% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 21,01%. Sementara itu, di sisi belanja daerah terealisasi sebesar 10,92% atau sebesar Rp966 miliar, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak Langsung sebesar 82,50%. Lebih besarnya realisasi sisi penerimaan dibanding sisi belanja menyebabkan neraca APBD pada posisi akhir triwulan I 2013 masih surplus Rp1.315 Miliar. Sedangkan realisasi pembiayaan netto mencapai Rp195 miliar. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2013 menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di DIY sebesar 69,27%, turun dibandingkan keadaan pada Februari 2012 (70,47%). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DIY pada Februari 2013 mencapai 3,80%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2012 (4,09%). Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 55,9% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal. Sementara itu, sektor pekerjaan utama penduduk di DIY adalah di sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi dengan porsi 26,77%, diikuti dengan sektor Pertanian (23,43%) dan sektor Jasa (21,36%).
2
Ringkasan Eksekutif
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Secara tahunan perkembangan ekonomi DIY pada triwulan II 2013 diprakirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan triwulan I 2013. Masih kuatnya permintaan domestik yang juga dipengaruhi oleh libur anak sekolah diperkirakan juga akan mendorong kinerja sektor-sektor unggulan, seperti PHR, Jasa-jasa dan Pengangkutan & Komunikasi. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY pada triwulan II 2013 diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,10%±0,5% yoy. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan II 2013 akan terjaga, namun kewaspadaan tetap harus dijaga terkait dengan wacana kenaikan harga BBM Bersubsidi, rencana kenaikan gaji dan pembayaran rapel PNS di bulan Juni 2013, serta memasuki liburan sekolah. Inflasi pada triwulan II 2013 diprakirakan 6,11±1% yoy, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (6,36%, yoy).
Ringkasan Eksekutif
3
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab 1 Perkembangan Makroekonomi Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I 2013 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Perekonomian DIY tumbuh sebesar 5,06% yoy, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2012 (4,28%), namun lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (7,07%). Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi antara lain dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat, antara lain karena peningkatan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP).
Di sisi penawaran,
pertumbuhan didorong oleh peningkatan kinerja di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR); sektor Pengangkutan dan Komunikasi; dan sektor Industri Pengolahan. Sementara itu, sektor Pertanian pertumbuhannya sedikit melambat karena faktor cuaca dan luas lahan yang semakin berkurang. 1.
Perkembangan PDRB Sisi Permintaan Perekonomian DIY pada triwulan I 2013 tumbuh 5,06% yoy. Pertumbuhan ini
terutama didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara itu, kegiatan ekspor, searah dengan pemulihan perekonomian dunia, meningkat walaupun belum optimal. Sedangkan, perdagangan antar daerah DIY diperkirakan masih akan mengalami defisit, mengingat basis produksi barang yang dikonsumsi di DIY sebagian besar berlokasi di luar DIY, terutama untuk produk manufaktur.
Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan1 % 2012 No
I
Jenis Penggunaan yoy
2013
II qtq
yoy
III qtq
yoy
IV* qtq
yoy
I** qtq
yoy
Andil (yoy)
Andil (qtq)
qtq
Pangsa
Nilai (miliar Rp) 2.914
1
Konsumsi Rumah Tangga
6,46
1,38
6,84
1,61
6,97
2,15
6,69
1,40
6,08
2,85
0,80
0,39
47,38
2
Konsumsi Pemerintah
4,23
-17,23
9,83
14,94
1,09
1,27
6,10
10,13
8,09
1,41
-15,68
-3,42
17,88
1.100
3
Investasi (PMTB)
5,29
-21,02
5,37
5,14
5,29
9,68
4,11
14,30
7,22
1,67
-18,65
-5,56
23,54
1.448
4
Lainnya
17,64
803,22
-13,88
-67,14
-15,31
8,58
-99,66
-99,89
-6,87
-0,87
248.063,52
11,52
11,19
688
7,07
2,16
5,97
-3,94
4,07
4,14
4,28
2,03
5,06
5,06
2,93
2,93
100,00
6.150
Total
Keterangan: 1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp). *) Angka sementara. **) Angka sangat sementara. Sumber: BPS DIY, diolah.
5
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
1.1. Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan I 2013 tumbuh 6,08% yoy, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,69%) dan triwulan I 2012 (6,46%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah pendapatan masyarakat relatif masih baik, dan juga dukungan pembiayaan yang masih tinggi sejalan dengan relatif masih kondusifnya tingkat suku bunga. Konsumsi rumah tangga memberikan andil 2,85% bagi pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan laporan. Dari sisi pemerintah, belanja konsumsi pemerintah tumbuh 8,09% yoy dan memberikan andil 1,41% pada pertumbuhan ekonomi DIY.
Indeks
% 7,5
140 IKK(rhs)
Indeks
% 7,5
140 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama(rhs)
gPDRB Konsumsi
gPDRB Konsumsi 120
7,0
100
80
60 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
2012
120
7,0
6,5
100
6,5
6,0
80
6,0
5,5
60
3
5,5 1
3
4
5
2013
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
Grafik 1.1 Indeks Keyakinan Konsumen (Survei Konsumen – BI)
2
3
2013
Grafik 1.2 Konsumsi Barang Tahan lama Saat Ini (Survei Konsumen – BI)
Indeks
% Indeks Penjualan Riil (rhs) gPDRB Konsumsi
140
2
7,5
NTP 119
Nilai Tukar Pe tani
NTP
% 2,5
gNTP(yoy,rhs)
130 120
118
2,0
117
1,5
116
1,0
115
0,5
7,0
110 100
6,5
90 6,0
80 70
5,5
60 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2012
1
2
3
114
0,0 1
2
3
2013
4
5
6
7
2012
8
9
10
11
12
1
2
3
2013
Sumber : BPS DIY
Grafik 1.3 Indeks Penjualan Riil (Survei Penjualan Eceran – BI)
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan hasil survei yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY. Hasil survei menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Maret 2013 sebesar 133,53, sedangkan Indeks Penjualan Eceran
6
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
berada pada level 132,50. Kedua angka indeks tersebut berada di atas 100 yang menunjukkan bahwa keyakinan konsumen dan belanja konsumsi konsumen tinggi. Selain itu, beberapa prompt indikator konsumsi juga terpantau mengalami pertumbuhan antara lain Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama saat ini, dan dukungan pembiayaan bank yang meningkat. Nilai Tukar Petani (NTP) yang berada pada posisi yang cukup tinggi juga menggambarkan perbaikan pendapatan petani. Disisi pembiayaan, dukungan dari lembaga pembiayaan juga masih tinggi. Outstanding kredit konsumsi pada akhir bulan Maret 2013 mencapai Rp8.343 miliar atau tumbuh 15,86% yoy. Peningkatan kredit konsumsi antara lain dipengaruhi oleh suku bunga kresit yang cenderung menurun dan pemasaran yang cukup agresif dari Bank mengingat resiko kredit konsumsi lebih terukur.
Chart Title
% (yoy)
% (yoy)
25
7,5 gPDRB Konsumsi
gKK
20 7,0 15 6,5 10 6,0 5
0
5,5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2
3
2013
Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Bank Umum
1.2. Investasi Investasi pada triwulan I 2013 tumbuh 7,22% yoy, naik dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,29%). Ekspansi investasi pada triwulan ini dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi yang membaik dan dianggap prospektif. Peningkatan investasi terutama terjadi pada investasi bangunan, tercermin dari masih tingginya peningkatan penjualan semen dan investasi di sektor properti komersial, terutama hotel, ruko dan condotel.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
7
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
ton
%
Chart T itle
Konsumsi Semen
gKonsumsi Semen (rhs)
35 Perkiraan
35
80
Chart Title
%, SBT
40
90
Realisasi
30
30
70
25
25 60
20
20
50
15
15
40
10
10
5
30
5
0 20
0
-5
10
-5
-10
-
-10
-15 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2
I
3
II
III
IV
2011
2013
Grafik 1.6 Konsumsi Semen
I
II
III
IV
2012
I
II* 2013
Grafik 1.7 Ekspektasi Kegiatan Usaha
100,00 Kapasitas Terpakai (%) 90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00 I
II
III
IV
I
2011
II
III 2012
IV
I 2013
Grafik 1.8 Kapasitas Terpakai Dunia Usaha
Perkembangan investasi di triwulan laporan terindikasi dari hasil survei SKDU dan SPE. Indeks Saldo Bersih Tertimbang ekspektasi dunia usaha terhadap kegiatan usaha maupun situasi bisnis (SKDU) menunjukkan kapasitas produksi pada triwulan I meningkat dari 65,91% pada triwulan IV 2012 menjadi 75,46% pada triwulan laporan. Sementara itu, penjualan semen di DIY pada triwulan laporan juga melonjak, yang mencerminkan investasi bangunan meningkat. Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kredit perbankan meningkat tinggi. Pada akhir triwulan laporan, peningkatan kredit investasi mencapai 30,10% yoy dengan outstanding kredit investasi sebesar Rp3.346 triliun.
8
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Chart Title
miliar Rp
%
4.000
40 Kredit Investasi
growth (yoy,rhs)
3.500
35
3.000
30
2.500
25
2.000
20
1.500
15
1.000
10
500
5
0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2
3
2013
Grafik 1.9 Pertumbuhan Kredit Investasi Bank Umum
1.3. Kegiatan Ekspor-Impor (Perdagangan Luar Negeri) Kinerja ekspor dari DIY pada triwulan I 2013 tumbuh positif. Nilai ekspor DIY meningkat 1,06% yoy menjadi USD69,91 juta. Peningkatan kinerja ekspor DIY tersebut antara lain disebabkan oleh diversifikasi negara tujuan ekspor yang mulai menampakkan hasil. Di sisi lain, nilai tukar rupiah yang pada triwulan I 2013 relatif melemah juga ikut meningkatkan daya saing produk ekspor dari DIY. Di sisi lain, volume ekspor mengalami penurunan 12,71% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 8,5 ribu ton. Penurunan pesanan furniture dari Eropa dan Amerika menyebabkan volume ekspor menurun.
%, yoy
Juta USD 71
35
70
Nilai Ekspor
69
Pertumbuhan (rhs)
30
%, yoy
ribu ton 10,5
20
Volume Ekspor Pertumbuhan (rhs)
10
10 0
68
25
‐10
9,5
67 20
66 65
‐20 9 ‐30
15 8,5
64
‐40
10
63
‐50 8
62
‐60
5
61
‐70
7,5
0
60 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I 2012
2012 Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Ekspor DIY
2013
2013 Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.11 Perkembangan Volume Ekspor DIY
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
I
9
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Komoditas dengan nilai ekspor terbesar pada triwulan I 2013 masih didominasi oleh Pakaian Jadi dengan share 57%. Berdasarkan negara tujuan ekspor, maka Amerika Serikat merupakan pasar eksportir yang terbesar (45,25%), diikuti Jerman (12,75%) dan Jepang (8,95%).
Lain‐lain; 26% Barang Manufaktur; 6%
Pakaian Jadi; 57%
Furniture; 11%
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.12 Komposisi Nilai Ekspor DIY s.d. Maret 2013 Berdasarkan Komoditas
Impor DIY dalam rangka perdagangan luar negeri pada triwulan I 2013 meningkat, baik nilai maupun volumenya dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor DIY pada triwulan laporan sebesar USD 14,30 juta, naik 88,12% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012 (USD 7,60 juta). Dari sisi volume, impor DIY sebesar 6,09 ton, naik 202,70% dari periode yang sama tahun sebelumnya (2,01 ton). %, yoy
Juta USD 25
140
%, yoy
ribu ton
1000
12
Nilai Impor 120
Pertumbuhan (rhs)
20
100 15
900
Volume Impor
10
800
Pertumbuhan (rhs)
700
8
600
80 6
40 5 20 0
0 I
II
III 2012
IV
I
400 4
300 200
2
100 0
0 I
II
Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Impor DIY
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
III 2012
2013
Sumber : DSM Bank Indonesia
10
500
60
10
IV
I 2013
Sumber : DSM Bank Indonesia
Grafik 1.14 Perkembangan Volume Impor DIY
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Berdasarkan jenis barang yang diimpor, baik di sisi nilai maupun volumenya masih didominasi oleh impor bahan baku, yaitu benang tekstil dan bahan kayu. Komoditas dengan impor terbesar dari sisi nilai adalah benang tekstil. Sementara itu, berdasarkan negara asalnya, impor DIY yang terbesar berasal dari Hongkong (30,19%), Cina (19,76%) dan Korea Selatan (9,38%).
Lain‐lain; 14%
Benang Tekstil; 60%
Bahan Kayu; 14%
Grafik 1.15 Komposisi Nilai Impor DIY s.d. Maret 2013 Berdasarkan Komoditas
2.
Perkembangan PDRB Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, peningkatan aktifitas ekonomi tercermin pada perbaikan kinerja di
sektor PHR; sektor Pengangkutan dan Komunikasi; dan sektor Industri Pengolahan. Peningkatan di sektor PHR didorong oleh peningkatan kunjungan wisata dan kegiatan Meeting, Incentives, Conferences, and Exhibition (MICE). Peningkatan kunjungan wisata juga mendorong peningkatan kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Peningkatan kinerja sektor Industri Pengolahan disebabkan oleh peningkatan konsumsi domestik. Tabel 2 Pertumbuhan PDRB Sisi Penawaran1 % 2012 No
I
Sektor
2013
II yoy
III qtq
yoy
IV* yoy
I** qtq
10,11
60,79
4,29
9,95
2,56
-4,09
-0,07
0,01
1,31
3,41
4,04
4,89
5,05
0,03
-3,16
-0,02
0,66
41
4,56
6,22
2,13
8,78
1,06
1,88
0,24
12,54
771
qtq
1
Pertanian
2
Penggalian
3
Industri Pengolahan
-3,20
-0,52
-6,16
-0,02
-5,34
4
Listrik, Gas & Air Bersih
11,42
-0,43
5,96
0,67
8,65
-0,01
3,01
2,77
4,58
0,04
1,09
0,01
0,91
56
5
Bangunan
14,42 -32,39
4,93
2,61
6,72
12,15
1,12
29,97
8,08
0,68 -27,75
-3,45
8,72
536
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
8,25
-2,90
6,21
3,62
3,71
3,27
8,75
4,66
7,04
1,40
-4,43
-0,97
20,26
1.246
7
Pengangkutan & Komunikasi
5,27
-3,05
6,15
4,28
5,91
3,99
7,42
2,17
7,22
0,75
-3,23
-0,37
10,63
654
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
9,83
-1,59
11,89
3,03
13,14
3,82
5,35
0,08
7,44
0,73
0,36
0,04
10,06
619
9
Jasa-jasa
6,10
-4,88
17,18
15,25
4,08
-2,65
1,63
-4,77
5,85
0,94
-0,92
-0,16
16,20
997
7,07
2,16
5,97
-3,94
4,07
4,14
4,28
2,03
5,06
5,06
2,93
2,93
100,00
6.150
Total
-1,25 -10,78
yoy
Andil Nilai (miliar Pangsa (qtq) Rp) 58,39 7,60 20,02 1.231
qtq
0,87 -37,39
qtq
Andil (yoy) -2,72 -0,59
yoy
Keterangan: 1) PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (miliar Rp). *) Angka sementara. **) Angka sangat sementara. Sumber: BPS DIY, diolah.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
11
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
2.1. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I 2013 mengalami ekspansi 5,85% yoy, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (1,63%), namun lebih rendah jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (6,10%). Pertumbuhan di sektor PHR didorong oleh konsumsi masyarakat yang antara lain dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan masyarakat dan tingginya penyelenggaraan frekuensi penyelenggaraan MICE di DIY. Pertumbuhan di sektor ini terpantau dari beberapa prompt indikator dan hasil survei. Jumlah kunjungan kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan domestik dan hasil survei penjualan eceran menunjukkan pertumbuhan dan angka indeks yang cukup tinggi.
Chart Title
orang
% (yoy)
350.000
50
300.000
40
Chart Title
orang 25.000
% (yoy) 70 60 50
20.000
40
250.000
30
200.000
15.000
30 20
20 150.000
10.000
10
10
100.000
-
50.000
5.000
(10) (20)
0
(10) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
3
(30) 1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
Growth (yoy,rhs)
2
3
2013
Wisman
Sumber : BPS DIY
Grafik 1.16 Perkembangan Wisnu %
4
2013
Wisnu
Sumber : BPS DIY
2
0
Growth (yoy,rhs)
Grafik 1.17 Perkembangan Wisman Rp miliar
Chart Title
% (yoy) 60
6.000
70
Kredit PHR 60 50
gPHR (rhs)
5.000
50
4.000
40
3.000
30
2.000
20
1.000
10
40 30 20
Bintang
Non Bintang
10
0
0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2012
12
1
2
3
2013
Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel
1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
10
11
12
1
2
3
2013
Grafik 1.19 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor PHR
Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih tinggi. Outstanding kredit lokasi yang disalurkan di sektor ini pada posisi akhir Maret 2013 mencapai Rp5.244 miliar, naik 38,31% yoy.
12
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
2.2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I 2013 tumbuh 7,22% yoy, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (5,27%), namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2012 (7,42%). Kinerja sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang tercermin pada perkembangan beberapa prompt indikator, khususnya angkutan udara. Jumlah penumpang angkutan udara naik 12,03% yoy. Sedangkan jumlah penumpang Kereta Api pada triwulan I2011, turun 51,78% yoy. Penurunan jumlah penumpang ini disebabkan karena saat ini jumlah penumpang Kereta Api harus sesuai dengan jumlah tempat duduk. orang
%
orang
800.000
25
700.000
700.000
% Penumpang Kereta growth (yoy, rhs)
600.000
(10,00)
20
600.000
500.000
500.000
15
-
(20,00)
400.000 (30,00)
400.000 300.000
10
300.000
(40,00)
200.000
200.000
5
(50,00)
100.000
100.000 0
I
II
III
IV
2012 Datang
Berangkat
(60,00)
0 I
I
II
IV
2012
2013 gDatang (yoy,rhs)
III
I 2013
gBerangkat (yoy,rhs)
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika DIY
Sumber : BPS DIY
Grafik 1.20 Arus Penumpang Adisutjipto
Grafik 1.21 Penumpang Kereta Api
Sementara dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini meningkat. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir bulan Maret 2013 tercatat sebesar Rp296 miliar, tumbuh 43,28%yoy. Rp miliar
% (yoy) 80
350 Kredit Transportasi 300
60
gTransportasi (rhs)
40
250
20
200
0 150
‐20
100
‐40
50
‐60 ‐80
0 1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
10
11
12
1
2
3
2013
Grafik 1.22 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Transportasi
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
13
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
2.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan pengolahan pada triwulan I tumbuh 8,78% yoy, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (6,22%) dan triwulan I 2012 (-3,20%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah peningkatan konsumsi domestik sehingga mendorong pertumbuhan di industri makanan, industri tekstil, dan industri pakaian jadi. Hal tersebut didukung oleh hasil Survei Industri Manufaktur Besar dan Sedang BPS yang mengalami pertumbuhan 5,95%. Kenaikan indeks produksi terjadi pada industri mesin dan perlengkapannya (5,09%, yoy), industri tekstil (4,97%, yoy), dan industri makanan (2,74%, yoy). Tabel 1.3 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang di DIY Triwulan I Tahun 2013 (dalam persen)
No
Kelompok Industri
Triwulan IV 2012
Triwulan I 2013
qtq
qtq
yoy
yoy
1.
Industri Makanan
1,13
3,28
-6,92
2,74
2.
Industri Tekstil
4,22
-9,66
4,56
4,97
3.
Industri Pakaian jadi
-2,01
-3,11
2,30
-1,01
4.
Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik
1,16
-9,68
5,61
-5,75
5.
Industri Mesin dan Perlengkapan ytdl
0,35
-0,45
4,18
5,09
Industri Besar dan Sedang (IBS)
2,19
3,84
1,05
5,95
Sumber: BPS DIY
Perlambatan kinerja di sektor industri juga diindikasikan oleh perlambatan pertumbuhan pembiayaan perbankan. Outstanding kredit sektor Industri Pengolahan pada posisi akhir bulan Maret 2013 berjumlah Rp1.118 miliar atau tumbuh 18,51%. Rp miliar
% (yoy) 40
1.400 Kredit Industri
gIndustri (rhs) 35
1.200
30
1.000
25
800
20 600
15
400
10
200
5
0
0 1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
10
11
12
1
2
3
2013
Grafik 1.23 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Industri Pengolahan
14
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
2.4. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan pada triwulan I 2013 tumbuh 7,44% yoy, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2012 (9,83%). Di subsektor bank, pertumbuhan didorong peningkatan penyaluran kredit karena suku bunga kredit bank yang semakin kompetitif dan mempengaruhi peningkatan penerimaan jasa administrasi perbankan. Sedangkan peningkatan kinerja subsektor Persewaan dan Jasa Perusahaan antara lain dipengaruhi oleh peningkatan aktifitas ekonomi di DIY. Rp miliar
% (yoy)
25.000
% 64
2,5 Kredit
NPL
63,5
2,4
63
20.000 2,3 15.000
62,5 62
2,2
61,5 2,1
10.000
61 60,5
2
60
5.000 1,9
59,5
1,8
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2012
1
2
59 1
3
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2013
Grafik 1.24 Perkembangan Kredit dan NPL Bank Umum
2
3
2013
Grafik 1.25 Perkembangan LDR Perbankan
2.5. Sektor Jasa-Jasa Pertumbuhan sektor Jasa-jasa pada triwulan I 2013 mencapai 5,85%yoy, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (1,63%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor ini antara lain adalah peningkatan kegiatan di subsektor Jasa Swasta sejalan dengan tingginya frekuensi pelaksanaan MICE di DIY. Rp miliar
% (yoy)
4.000
100 Jasa
3.500
gJasa (rhs) 80
3.000 60
2.500 2.000
40
1.500
20
1.000 0
500 0
‐20 1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
10
11
12
1
2
3
2013
Grafik 1.26 Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Jasa
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
15
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Di sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor jasa sedikit mengalami penurunan. Outstanding kredit di sektor ini hingga Maret 2013 tercatat Rp3.359 miliar, tumbuh -2,79% yoy. 2.6. Bangunan Sektor Bangunan pada triwulan I 2013 tumbuh 3,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan
dibandingkan
posisi
triwulan sebelumnya (7,16%) namun lebih tinggi
yang
sama
tahun
sebelumnya
(1,86%). Faktor yang
mempengaruhi percepatan pertumbuhan di sektor bangunan antara lain adalah tingginya pembangunan properti, seperti properti komersial, properti hunian, dan juga hotel yang juga didukung oleh pembiayaan bank, khususnya kepada konsumen. Disamping, penurunan suku bunga kredit perbankan juga turut mendorong perkembangan sektor ini. Indikator yang mendukung antara lain adalah peningkatan penjualan semen dan penyaluran KPR. Dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor Bangunan di DIY meningkat. Outstanding kredit untuk membiayai sektor bangunan di DIY pada posisi Maret 2013 sebesar Rp510 miliar, atau naik 125,15% yoy. Namun demikian, sebenarnya kredit yang diberikan secara tidak langsung di sektor ini tinggi. Pengembang lebih suka kredit diberikan kepada konsumen melalui pemberian KPR untuk pembelian rumah atau properti lain. Rp miliar
% (yoy) 140
600 Kredit Bangunan
gBangunan (rhs) 120
500
100
400
80 300 60 200
40
100
20 0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
2012
9
10
11
12
1
2
3
2013
Grafik 1.27 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Bangunan
16
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
2.7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada triwulan laporan mengalami peningkatan 4,58% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,01%), namun lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (11,42%). Peningkatan kinerja sektor ini didukung oleh peningkatan konsumsi listrik karena banyaknya pendirian bangunan baru, baik komersial maupun residensial. Di sisi lain, terdapat kenaikan Tarif Tenaga Listrik pada triwulan I, sehingga nilai riil PDRB sektor ini mencapai Rp56 miliar, dengan pangsa sebesar 0,91%. juta KWH terjual 190
Nilai Tukar Petani
KWH terjual
% 15
Pertumbuhan (rhs)
Rp miliar
% (yoy)
70
50
185 180
10
Listrik
60
gListrik (rhs)
40 30
50
175 170
5
20
40
10
165
30
160
0
0
20
155 150
‐5
145
‐10
10
‐20
0
140
‐10 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
‐30 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
3
3
2012 2012
2 2013
2013
Sumber : PLN DIY
Grafik 1.28 Penjualan Listrik
Grafik 1.29 Outstanding Kredit Bank Umum Sektor Listrik Gas dan Air Bersih
2.8. Sektor Penggalian Kinerja sektor Penggalian pada triwulan I 2013 tumbuh 5,05% yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2012 (2,56% yoy). Faktor yang mendukung pertumbuhan tersebut antara lain didukung peningkatan permintaan bahan galian dipengaruhi masih tingginya pertumbuhan di sektor bangunan. Disisi lain produksi galian meningkat, terutama karena penambangan pasir di lereng Merapi dan pasir besi di Kulonprogo. Sementara itu, pembiayaan Bank Umum ke sektor ini sampai dengan bulan Maret 2013 naik 116,46% yoy menjadi Rp19 miliar.
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
17
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Rp miliar
% (yoy) 160
25 Kredit Penggalian
140
gPenggalian (rhs)
20
120 100 80
15
60 40
10
20 0
5
‐20 ‐40
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
2012
10
11
12
1
2
3
2013
Grafik 1.30 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Penggalian
2.9. Sektor Pertanian Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertanian tumbuh -2,72% yoy, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (10,11%). Kontraksi nilai tambah di sektor Pertanian tersebut lebih disebabkan oleh pergeseran masa tanam akibat cuaca yang tidak menentu. Akibat pergerakan cuaca, petani baru bisa menanam padi pada bulan November, sehingga diperkirakan panen raya baru terjadi Maret - April. Dengan demikian, produksi tanaman bahan makanan di triwulan laporan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi pembiayaan, kredit yang berasal dari bank untuk sektor Pertanian relatif rendah. Pembiayaan kredit bank umum pada posisi Maret 2013 sebesar Rp523 miliar. Relatif rendahnya outstanding kredit di sektor pertanian ini antara lain dipengaruhi oleh skala usaha per masing-masing petani yang relatif kecil sehingga lebih layak untuk dibiayai dengan dana hibah/dana bergulir ataupun kredit program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR).
18
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Rp miliar
% (yoy) 140
600 Kredit Pertanian
gPertanian (rhs) 120
500
100
400
80 300 60 200
40
100
20
0
0 1
2
3
4
5
6
7
2012
8
9
10
11
12
1
2
3
2013
Grafik 1.31 Oustanding Kredit Bank Umum Sektor Pertanian
Bab 1 - Perkembangan Makroekonomi
19
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab 2 Perkembangan Inflasi Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan I 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan tercatat 2,70% qtq, lebih tinggi dibandingkan 1,24% qtq pada triwulan IV 2012. Faktor yang mempengaruhi inflasi pada triwulan dimaksud terutama bersumber dari kenaikan harga pada kelompok Bahan Makanan sebesar 10,71% qtq; kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 1,96% qtq; dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,74% qtq. Adapun, faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan inflasi terutama adalah gangguan pasokan pada komoditas bahan makanan, khususnya pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya; bumbu-bumbuan; dan sayur-sayuran dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Secara tahunan inflasi pada kuartal I terdongkrak mencapai 6,36% yoy, lebih tinggi dibanding triwulan IV sebesar 4,31% yoy.
% 7
7
mtm (%)
yoy (%)
ytd (%)
Yogya (yoy)
Nasional (yoy)
6
6 5
5
4
4
3
3
2
2
1
1
0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2012 Sumber: BPS DIY, diolah
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2013
2
3
2013
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.1 Inflasi Kota Yogyakarta
1.
12
Grafik 2.2 Inflasi Kota Yogyakarta & Nasional
Inflasi Tahunan Inflasi Kota Yogyakarta pada triwulan I 2013 mencapai 6,36% yoy, lebih tinggi
dibandingkan inflasi IV 2012 (4,31%), maupun inflasi triwulan I 2012 (3,45%). Dilihat per kelompok barang, inflasi tersebut terutama bersumber dari kelompok Bahan Makanan yang mengalami kenaikan sebesar 19,29% yoy dan memberikan andil 4,31%. Kenaikan paling tinggi dialami oleh subkelompok bumbu-bumbuan (116,73%), khususnya pada komoditas bawang putih yang sebagian besar berasal dari impor. Harga bawang putih
21
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
meningkat tinggi pada bulan Maret karena terhambatnya pasokan akibat permasalahan administratif di Pelabuhan. Selain subkelompok bumbu-bumbuan, subkelompok lainnya yang juga mengalami kenaikan cukup tinggi adalah sukelompok Daging dan Hasil-hasilnya (24,12%), Buah-buahan (32,02%), dan Sayur-sayuran (22,43%). Pada subkelompok Daging dan Hasil-hasilnya, kenaikan harga komoditas Daging Ayam Ras dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan ayam dan DOC. Harga buah-buahan meningkat karena pasokan sedikit terganggu seiring dengan adanya pembatasan impor. Sedangkan, intensitas hujan yang masih cukup tinggi menyebabkan produksi bawang merah, cabe rawit dan sayur-sayuran tidak optimal.
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan % (yoy)
2012 No
I
Kelompok Inflasi
2013
II Andil
Inflasi
III Andil
Inflasi
I
IV Andil
Inflasi
Andil
Inflasi
Andil
1
Bahan Makanan
1,91
0,43
6,49
1,43
7,66
1,70
8,11
1,82
19,29
4,31
2
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
5,41
1,13
6,09
1,28
5,71
1,21
6,90
1,46
6,38
1,36
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
3,00
0,70
3,28
0,77
2,92
0,68
2,98
0,70
4,24
0,99
4
Sandang
9,84
0,51
7,81
0,41
2,91
0,16
3,55
0,20
1,58
0,09
5
Kesehatan
3,12
0,18
1,65
0,10
1,74
0,10
1,93
0,11
2,03
0,12
6
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
1,88
0,19
2,12
0,21
1,23
0,12
1,43
0,14
1,52
0,15
7
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
2,24
0,28
1,97
0,25
1,39
0,17
1,29
0,16
0,81
0,10
3,45
3,45
4,27
4,27
3,91
3,91
4,31
4,31
6,36
6,36
UMUM Sumber: BPS DIY, diolah.
Selanjutnya, kelompok barang yang mengalami peningkatan cukup tinggi dan memberikan andil terhadap inflasi cukup besar adalah kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Kelompok ini mengalami kenaikan harga 6,38% dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 1,36%. Komoditas yang memberikan sumbangan besar terhadap inflasi antara lain adalah rokok kretek filter dan soto. Penyumbang inflasi yang cukup besar lainnya adalah kelompok Perumahan, Air, Listrik Gas dan Bahan Bakar yang mengalami inflasi sebesar 4,24% yoy dan memberikan andil 0,99%. Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan harga di subkelompok Biaya Tempat Tinggal (4,79% yoy) dan Bahan Bakar, Penerangan dan Air (3,31% yoy). Komoditas yang harganya meningkat dan memiliki bobot inflasi cukup besar antara lain upah tukang bukan mandor, biaya sewa rumah dan kontrak rumah, batu bata, semen, dan tarif listrik.
22
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Tekanan inflasi pada triwulan laporan juga berasal dari Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga, khususnya di subkelompok Pendidikan. Pada subkelompok tersebut, peningkatan harga mencapai 1,21% dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,09%. Komoditas yang mengalami peningkatan harga di subkelompok pendidikan adalah Biaya Akademi/Perguruan Tinggi.
% (yoy)
% (yoy)
7
25
6
20 5
15
4 3
10
2
5
1 0
0 I
II
III
IV
2012 Bhn Mknan
I
I
II
III
2013 Mknan Jadi
IV
I
2012 Perumahan
Umum
2013 Pendidikan
Umum
Kesehatan
Sumber: BPS DIY, diolah
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan dan Makanan jadi (yoy)
Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Perumahan, Pendidikan dan Kesehatan (yoy)
% (yoy)
12 10 8 6 4 2 0 I
II
III
IV
I
2012 Sandang
2013 Transpor
Umum
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Sandang dan Transpor (yoy)
Untuk kelompok komoditas lain di luar empat kelompok barang dan jasa yang sudah disebutkan di atas, walaupun terjadi kenaikan harga namun memberikan andil inflasi yang rendah. Kelompok Kesehatan dengan laju inflasi 2,03% yoy memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,12%; kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan dengan laju inflasi 0,81% yoy dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,10%; dan kelompok Sandang dengan laju inflasi 1,58% yoy memberikan andil 0,09%. Pemerintah
DIY
terus
melakukan
langkah-langkah
sebagai
antisipasi
meningkatnya harga-harga bahan pangan. Langkah yang dilakukan tersebut disamping dalam bentuk melakukan pemantauan terhadap kelancaran dan kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok, dilakukan pula dalam bentuk menjaga kelancaran penyaluran raskin.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
23
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Disamping itu, Bulog juga secara aktif membeli beras hasil panen untuk menjaga stok. Langkah-langkah tersebut cukup efektif menahan harga beras sehingga harganya
relatif
stabil, bahkan turun. Rp.
Rp.
Chart Title
60.000
Beras
7.750
Bawang Merah
Bawang Putih
7.500
50.000 7.250
40.000
7.000 6.750
30.000 6.500
20.000
6.250 6.000
10.000 5.750
0
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2
3
1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100 109 118 127 136 145 154 163 172 181 190 199 208 217 226 235 244 253 262 271 280 289
1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100 109 118 127 136 145 154 163 172 181 190 199 208 217 226 235 244 253 262 271 280 289
5.500
1
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2012
2013
Sumber: Dinas Pertanian DIY
1
2
3
2013
Sumber: Dinas Pertanian DIY
Grafik 2.6 Perkembangan Harga Bawang Merah & Bawang Putih
2.
2
Grafik 2.7 Perkembangan Harga Beras
Inflasi Triwulanan Secara triwulanan, inflasi Kota Yogyakarta tercatat 2,70% qtq, lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan IV 2012 (1,24%) dan triwulan I 2012 sebesar 0,72%. Kontributor utama Inflasi pada triwulan I 2013 berasal peningkatan harga kelompok Bahan Makanan sebesar 10,71% qtq dengan andil 2,49%. Cukup tingginya laju inflasi triwulanan pada Kelompok Bahan Makanan terutama bersumber dari kenaikan harga bawang merah dan bawang putih. Khusus untuk bawang putih yang sebagian besar pasokan berasal dari impor, permasalahan administratif di pelabuhan menyebabkan pasokan di pasar terganggu. Sedangkan komoditas hortikultura lain terganggu oleh intensitas hujan yang tinggi. Sementara itu, kelompok Perumahan, Air Listrik, Gas dan Bahan Bakar mengalami inflasi 1,96% qtq dan memberikan andil sebesar 0,45%. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga di subkelompok Biaya Tempat Tinggal (2,40% qtq) dan subkelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air (1,67%, qtq). Komoditas yang harganya meningkat antara lain Upah Tukang Bukan Mandor, Tarif Listrik dan Batu Bata.
24
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
% (qtq)
% (qtq)
12,00
12 2012 I
2012 II
2012 III
2012 IV
2013 I
2012 I
10,00
2012 II
2012 III
2012 IV
2013 I
10
8,00
8
6,00
6 4,00
4 2,00
2 0,00
0 -2,00 Bhn Mknan Mknan Jadi Perumahan
Sandang
Kesehatan Pendidikan
Transpor
Umum
-2
Sumber: BPS DIY, diolah
Bhn Mknan
Mknan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Sumber: BPS DIY, diolah
Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Barang (qtq)
Grafik 2.9 Andil Kelompok Barang (qtq)
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau juga memberikan kontribusi terhadap inflasi yang cukup besar, yaitu dengan laju inflasi sebesar 0,70% qtq memberikan andil inflasi 0,15%. Kenaikan
harga
bersumber dari subkelompok
makanan jadi (0,45% qtq) dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (1,72%, qtq). Komoditas ataupun jasa yang mengalami peningkatan dan menyumbang inflasi adalah harga Soto dan Rokok Kretek Filter.
Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan % (qtq)
2012 No
Kelompok
I Inflasi
2013
II Andil
Inflasi
III Andil
Inflasi
IV Andil
Inflasi
I Andil
Inflasi
Andil
1
Bahan Makanan
0,32
0,07
1,69
0,38
3,47
0,78
2,41
0,55
10,71
2
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
1,20
0,25
1,58
0,34
1,76
0,38
2,20
0,47
0,70
0,15
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
0,73
0,17
0,72
0,17
0,66
0,15
0,84
0,20
1,96
0,45
4
Sandang
1,15
0,06
-0,31
-0,02
1,88
0,10
0,80
0,04
-0,78
-0,04
5
Kesehatan
0,55
0,03
0,44
0,03
0,19
0,01
0,74
0,04
0,64
0,04
6
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0,44
0,04
0,14
0,01
0,70
0,07
0,15
0,01
0,53
0,05
7
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
0,56
0,07
0,39
0,05
0,22
0,03
0,13
0,02
0,07
0,01
0,72
0,72
0,90
0,90
1,38
1,38
1,24
1,24
2,70
2,70
UMUM
2,49
Sumber: BPS DIY, diolah.
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ikut memberikan andil terhadap pembentukan inflasi triwulan I 2013 dengan kenaikan harga sebesar 0,53% qtq dan andil sebesar 0,05%. Kenaikan harga pada kelompok ini terutama disebabkan oleh adanya kenaikan pada subkelompok Rekreasi yang dalam triwulan I mengalami kenaikan sebesar 2,95% qtq.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
25
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Kelompok Kesehatan; dan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan juga memberikan kontribusi terhadap pembentukan inflasi triwulan I 2013 masing-masing sebesar 0,64% qtq dan 0,07% qtq. Kenaikan harga di Kelompok Kesehatan disebabkan oleh kenaikan harga di subkelompok Jasa Kesehatan; dan Perawatan Jasmani dan Kosmetika. Sedangkan kenaikan harga di subkelompok Transportasi mendorong laju inflasi di Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Pada triwulan laporan, kelompok Sandang mengalami deflasi 0,78% qtq dan memberikan andil -0,04%. Deflasi pada kelompok ini disebabkan oleh turunnya harga emas perhiasan karena penurunan harga emas dunia. 3.
Inflasi Bulanan Angka rata-rata inflasi bulanan (mtm) Kota Yogyakarta selama triwulan I 2013
tercatat sebesar 0,89%, lebih tinggi dari angka rata-rata inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 0,41%. Pada bulan Januari 2013, Kota Yogyakarta mengalami inflasi sebesar 0,96% mtm, lebih tinggi dibanding bulan Desember 2012 yang mencapai 0,66%. Inflasi pada bulan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga Daging Ayam Ras, Beras, Bawang Putih, Cabe Rawit dan Telur Ayam Ras. Pada bulan Februari 2013 tekanan inflasi Kota Yogyakarta sedikit menurun menjadi 0,93% mtm. Tekanan inflasi bersumber pada kenaikan harga Tarif Upah Tukang Bukan Mandor, Bawang Putih dan Tarif Listrik. Intensitas hujan yang masih cukup tinggi di bulan Februari menyebabkan produksi belum optimal sehingga harga komoditas hortikultura cenderung meningkat, walaupun permintaan konsumen normal.
Tabel 2.3 Inflasi Bulanan % (mtm) No
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM Sumber: BPS DIY, diolah.
26
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
I 2012 Mar 0,48 0,77 0,26 0,26 0,13 0,02 0,13 0,36
II 2012 III 2012 IV 2012 Jun 3,31 0,71 0,02 0,33 0,20 0,05 -0,04 0,75
Sep 0,02 0,35 0,34 1,44 0,14 0,07 -0,51 0,19
Des 2,01 0,52 0,50 0,07 0,20 0,05 0,22 0,66
I 2013 Jan 4,68 0,21 0,31 0,10 -0,01 -0,02 -0,23 0,96
Feb 2,60 0,34 1,19 -0,41 0,36 0,42 0,04 0,93
Mar 3,08 0,15 0,45 -0,46 0,29 0,13 0,26 0,79
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Sementara itu, pada bulan Maret 2013, tekanan harga barang dan jasa di Kota Yogyakarta kembali melemah dibanding bulan sebelumnya menjadi 0,79% mtm. Realisasi inflasi bulan Maret 2013 disebabkan peningkatan harga bawang putih meningkat tinggi pada bulan Maret karena terhambatnya pasokan akibat permasalahan administratif di Pelabuhan. Sedangkan, intensitas hujan yang masih cukup tinggi menyebabkan produksi belum optimal sehingga harga komoditas hortikultura antara lain bawang merah dan cabe rawit, cenderung meningkat, walaupun permintaan konsumen normal.
185,00
Rp.
Nilai Tukar Rupiah thd USD
10.000 180,00 175,00
9.500
170,00 165,00 160,00
9.000
155,00 150,00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2012
1
2 2013
3
8.500 1
2
4.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2012
Sumber: Survei Konsumen
Grafik 2.10 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yad
3
1
2
3
2013
Grafik 2.11 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Inflasi Inti dan Non Inti Inflasi pada triwulan I 2013 didorong oleh kenaikan harga di kelompok volatile
food. Komoditas yang mendorong kenaikan laju inflasi antara lain bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan daging ayam ras. Tekanan inflasi dari kelompok Administered Price meningkat karena kenaikan TTL. Sementara itu, Survei Konsumen (SK) periode Januari - Maret 2013 menunjukkan ekspektasi responden terhadap kenaikan harga 3 bulan yang akan datang relatif menurun dari periode sebelumnya, namun masih di level yang tinggi. Indeks tersebut pada triwulan I 2013 tercatat sebesar 160,00, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2012 sebesar 181,3. Di sisi lain, nilai tukar Rupiah terhadap USD yang cenderung melemah juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan inflasi inti dari sisi imported inflation.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
27
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
5.
Inflasi Kota-Kota Jawa Tengah dan DIY Dibandingkan dengan beberapa kota di Jawa Tengah, inflasi tahunan Kota
Yogyakarta (6,36% yoy) termasuk tinggi. Seluruh kota di Jawa Tengah dan DIY mengalami inflasi, dengan kota Tegal mencatat inflasi tahunan terendah sebesar 4,01% yoy, diikuti dengan kota Surakarta (6,20%, yoy) dan kota Purwokerto (6,23%, yoy). Sedangkan inflasi tertinggi dicatat oleh Kota Semarang dengan inflasi sebesar 6,66% yoy.
%
7
6,66 6,23
6,20
6,36
qtq
6
yoy
5
3
4,01
3,84
4
2,87
2,70
2,48
2 1,12 1 ‐ Purwokerto
Surakarta
Semarang
Tegal
Yogyakarta
Sumber: BPS DIY
Grafik 2.12 Inflasi Kota-kota Tetangga
28
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Boks Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) TPID Daerah Istimewa Yogyakarta Informasi harga bahan pangan yang dapat dipercaya sangat dibutuhkan oleh pembuat kebijakan, apakah Pemerintah, Bank Indonesia ataupun stakeholder lainnya. Informasi dan data yang tidak benar berpotensi menghasilkan kebijakan yang salah dan menjadi celah bagi pihak-pihak yang ingi mengambil keuntungan. Oleh karena itu dibutuhkan informasi yang benar dan terkini tentang harga bahan pangan. Diharapkan dengan adanya transparansi harga bahan pangan maka akan memudahkan terjadinya konvergensi harga yang akan mengurangi volatilitas harga bahan pangan dan meredam potensi gejolak perekonomian di daerah. Selanjutnya dengan harga barang yang stabil diharapkan dapat menjaga atau bahkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut diatas, TPID DIY melakukan kegiatan inisiatif dalam rangka mendukung ketahanan pangan melakukan pembuatan Web Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) DIY dengan tujuan: 1.
Membangun dan mengembangkan sistem pelaporan informasi harga pangan strategis yang efisien dan user friendly.
2.
Membangun dan mengembangkan website informasi harga komoditas yang informatif dan mudah diakses dari berbagai tempat dan setiap waktu.
Business Process Kerangka pengembangan PIHPS DIY memperhatikan proses dari hulu ke hilir, dimulai dari proses pengumpulan dan pengolahan data hingga diseminasi informasi harga pangan. Pengembangan akan terus dilaksanakan dari waktu ke waktu dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal. Pada tahap awal, dilakukan pemetaan terhadap data yang selama ini telah dikumpulkan oleh dinas teknis secara rutin. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa setiap instansi memiliki level data yang berbeda. Keberadaan PIHPS didesain menjadi pusat integrasi data dari Dinas Pertanian untuk harga pangan di level produsen dan data dari Dinas Perdagangan untuk harga pangan di level grosir dan eceran yang disurvei dari
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
29
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
beberapa pedagang dari pasar terpilih, baik pasar tradisonal maupun modern. Mekanisme tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya inkonsistensi dalam penyampaian informasi harga pangan sehingga validitas serta kredibilitas informasi dapat terjaga.
PIHPS Server
Internet
Data base
Aplikasi PIHPS/TPID Website TPID
SKPD
Pelaku Pasar
dll
Dari sisi pengumpulan data, PIHPS DIY mengembangkan aplikasi desktop yang dapat di-install di komputer masing-masing dinas terkait. Aplikasi desktop ini dirancang untuk memudahkan data entry untuk melakukan input dan mengolah data serta membuat laporan hasil pemantauan harga di pasar. Dengan aplikasi ini, waktu pengolahan data menjadi lebih pendek sehingga update data dan penyusunan laporan bisa dilaksanakan lebih cepat. Dari sisi output, PIHPS DIY dikembangkan berbasis web, dengan pertimbangan dapat di-update dan diakses dengan mudah dari berbagai tempat dan setiap waktu. Website tersebut akan memuat data harga bahan pangan strategis yang memiliki sumbangan yang cukup besar terhadap inflasi Yogyakarta. User dapat melakukan pengolahan dan pembuatan laporan dari hasil pengolahan data. Saat ini website PIHPS DIY telah selesai dikerjakan sudah bisa diakses melalui www.tpid-diy.org yang telah menampilkan informasi rata-rata harga pangan di Kota Yogyakarta secara up to date. Dimasa yang akan datang website ini akan dikembangkan sehingga mampu menampilkan data perkembangan harga dari lima Kabupaten/Kota di DIY.
30
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Manfaat PIHPS 1.
Sebagai acuan pelaku usaha dan produsen dalam menetapkan harga
2.
Sebagai acuan konsumen dalam membeli
3.
Sebagai sinyal awal (early warning) terjadinya gejolak harga komoditas di pasar.
4.
Sebagai bahan kajian untuk memahami perilaku harga komoditas dan melihat keterkaitan harga antar wilayah.
Bab 2 - Perkembangan Inflasi
31
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Mengakhiri triwulan I 2013, kegiatan dan kinerja perbankan di DIY berkembang cukup menggembirakan. Aset perbankan tumbuh 16,59% yoy, disisi pasiva terutama ditunjang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 18,40% yoy, dan disisi aktiva terutama bersumber dari kenaikan kredit yang disalurkan yang tumbuh 19,86% yoy. Kinerja usaha yang antara lain tercermin dari kualitas kredit yang relatif terjaga dengan baik, terlihat dari rasio Non Performing Loan Gross yang hanya 2,62%. Secara umum, fungsi intermediasi perbankan berjalan cukup baik dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan I 2013 sebesar 62,35%. 1.
ASET Pertumbuhan aset perbankan di DIY pada triwulan I 2013 masih tumbuh cukup
tinggi, namun lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Aset perbankan pada triwulan laporan tumbuh 16,95% yoy, melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2012 (22,03%). Perekonomian DIY yang bertumbuh memberikan dampak pada perkembangan aktifitas perbankan, baik dalam bentuk penghimpunan dana maupun penyaluran kredit. Tabel 3.1 Indikator Perbankan No 1
2
3
Uraian
Satuan
2012 I
II
III
IV
2013 I
Aset
Miliar Rp
35.554
37.355
39.993
40.749
41.452
Pertumbuhan
% (yoy)
22,03
21,37
24,09
20,12
16,59
Dana Pihak Ketiga
Miliar Rp
30.011
31.289
33.246
34.882
35.533
Pertumbuhan
% (yoy)
20,44
20,13
20,26
21,23
18,40
Kredit
Miliar Rp
18.484
19.786
20.680
21.840
22.155
Pertumbuhan
% (yoy)
22,87
22,50
21,24
21,74
19,86
4
Loan to Deposit Ratio
%
61,59
63,24
62,20
62,61
62,35
5
Non Performing Loans (Gross)
%
2,75
2,70
2,78
2,35
2,62
33
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
2.
INTERMEDIASI PERBANKAN Kegiatan intermediasi perbankan pada triwulan laporan meningkat. LDR
perbankan DIY sebesar 62,35%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 61,59%. Peningkatan LDR tersebut ditunjang oleh ekspansi kredit perbankan yang lebih tinggi sejalan dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana. %
%
65
63,24
61,59
62,61
62,20
90
62,35
60
80
55
70
50
60
45
LDR Nasional*
LDR DIY
50
40
40
35
30
30
I I
II
III
IV
II
III
IV
I*
I
2012 2012
2013
2013 *) s.d Februari 2013
Grafik 3.1 LDR DIY
3.
Grafik 3.2 LDR DIY & Nasional
PENGHIMPUNAN DANA Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun pada triwulan I 2013 tumbuh 18,40%
yoy menjadi Rp35.533 miliar. Laju pertumbuhan tersebut tergolong tinggi, walaupun masih lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2012 (20,44% yoy). Pertumbuhan DPK yang masih tumbuh tinggi tersebut dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian di DIY yang masih berkembang yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi triwulan I sebesar 5,06% yoy. %
Miliar Rp 40.000
25
DPK
35.000
% (ytd)
%(yoy) 20
Miliar Rp. 40.000
% 7,00
35.000
6,00
30.000
30.000 25.000 20.000
15
25.000
10
20.000
5,00 4,00 3,00
15.000
15.000
5
10.000 0
5.000
‐5
‐ 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2012
12
1
2
3
2,00
10.000
1,00
5.000 0
1
2
3
4
5
DPK (rhs)
34
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
7
8
9
10
11
12
1
2012
2013
Grafik 3.3 DPK Perbankan
6
2 2013
Inflasi Yk (yoy)
BI Rate
Grafik 3.4 BI Rate, Inflasi & DPK Perbankan
3
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
% (yoy) 50
Miliar Rp
45
Deposito
40.000
Giro
35.000
Tabungan
30.000
Deposito
40 35 30
25.000
25
20.000
20
Giro
Tabungan
15.000
15 10.000
10
5.000
5 0
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2012
11
12
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2012
2013
Grafik 3.5 Pertumbuhan Komponen DPK Perbankan DIY
1
2
3
2013
Grafik 3.6 Komposisi DPK Perbankan
Komposisi DPK perbankan di DIY masih didominasi oleh Tabungan. Dibandingkan dengan triwulan IV 2012, porsi Tabungan dalam DPK mengalami sedikit penurunan dari 53,50% menjadi 51,24%. Hal yang sama terjadi pada porsi Giro yang turun dari 14,26% menjadi 14,10%. Sementara itu porsi Deposito dalam DPK meningkat menjadi 34,66% dari sebelumnya 32,14%. Secara keseluruhan tidak terdapat perubahan komposisi DPK secara struktural. Berdasarkan jenisnya, laju pertumbuhan tabungan mencapai 23,77% yoy, diikuti oleh giro dengan pertumbuhan 19,57% yoy. Sementara itu, simpanan dalam bentuk deposito tumbuh sebesar 10,84% yoy. Pertumbuhan tabungan yang tinggi sangat dipengaruhi oleh fitur tabungan yang memiliki beberapa kelebihan, seperti tarik tunai melalui ATM dan juga kemudahan bertransaksi. Menurut golongan pemiliknya, deposito perseorangan memiliki pangsa terbesar yaitu sebesar 75%. Selanjutnya diikuti perusahaan non lembaga keuangan (12%) dan Pemda (7%). Pangsa yang tinggi pada kelompok perseorangan ini juga terjadi pada jenis Tabungan dan Giro. Pada jenis tabungan, sekitar 94% tabungan adalah milik perseorangan, sementara pada jenis deposito perseorangan menguasai sekitar 68%. Berdasarkan jangka waktunya, deposito1 jangka waktu 1 bulan masih mendominasi, dengan porsi sebesar 44,49%. Porsi Deposito 1 bulan ini turun dibandingkan triwulan I 2012 (46,02%). Sedangkan untuk deposito dengan jangka waktu lebih panjang seluruhnya mengalami peningkatan.
1
Diwakili oleh Dana Pihak Ketiga Bank Umum dengan pangsa 93,17%.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
35
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Lainnya 6%
Lainnya 2%
Pemda 7%
Persh non Lbg keu 4%
Persh non Lbg keu 12%
Perseoran gan 75%
Perseoran gan 94%
Grafik 3.7 Komposisi DPK Menurut Gol. Pemilik
Grafik 3.8 Komposisi Tabungan Menurut Gol. Pemilik
Lainnya 5% Lainnya 21%
Pemda 12%
Pemda 21%
Persh non Lbg keu 15%
Perseoran gan 68%
Grafik 3.9 Komposisi Deposito Menurut Gol. Pemilik
4.
Perseoran gan 20%
Persh non Lbg keu 38%
Grafik 3.10 Komposisi Giro Menurut Gol. Pemilik
PENYALURAN KREDIT Penyaluran kredit perbankan DIY pada Triwulan I 2013 tumbuh tinggi, namun
lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit tercatat 19,86% yoy lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya 21,74% dengan outstanding Rp22.155 miliar. Share terbesar pertumbuhan kredit tersebut berasal dari kredit konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 16,22% yoy menjadi Rp9.804 miliar dan kredit modal kerja yang tumbuh 20,86% yoy menjadi Rp8.755 miliar. Adapun kredit investasi memiliki share terendah dalam struktur kredit perbankan DIY tumbuh sebesar 28,26% yoy menjadi Rp 3.597 miliar.
36
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Miliar Rp
%
Miliar Rp
25.000
30
10.000
Total Kredit
yoy
ytd 25
%
9.000 8.000
20.000 20 15.000
15 10
10.000
5 5.000 0 -5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2
40
Kredit Modal Kerja yoy ytd
35 30
7.000
25
6.000
20
5.000
15
4.000
10
3.000
5
2.000
0
1.000
-5 -10
1
3
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2013
2
3
2013
Grafik 3.12 Kredit Modal Kerja
Grafik 3.11 Kredit Perbankan Miliar Rp
%
Miliar Rp
%
4.000
40
10.000
25
Kredit Investasi
yoy
Kredit Konsumsi
ytd
yoy
ytd
35
3.500
9.500
20
9.000
15
8.500
10
8.000
5
7.500
0
30
3.000
25
2.500
20 2.000 15 1.500
10
1.000
5
500
0
-
-5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2012
Grafik 3.13 Kredit Investasi
12
1
2
3
-5
7.000 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2013
2
3
2013
Grafik 3.14 Kredit Konsumsi
Secara sektoral, sebagian besar kredit perbankan DIY disalurkan kepada sektor unggulan khususnya yang non tradable2. Sektor yang paling banyak menyerap kredit perbankan adalah sektor bukan lapangan usaha (44,25%) yang sebagian besar merupakan kredit konsumsi. Peringkat berikutnya adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran (23,79%). Di luar kedua sektor tersebut, penyerapan kredit umumnya rendah. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki pangsa kredit sekitar 5% diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Perantara Keuangan dan sektor Real Estate dan Usaha Persewaan.
2
Sektor non tradable: sektor Listrik, Gas & Air, sektor Konstruksi, sektor PHR, sektor Pengangkutan & Pergudangan, sektor Jasa-jasa Dunia Usaha, sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat dan sektor Lain-lain. Sektor tradable: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
37
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Tabel 3.2 Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
5.
Uraian Pertanian Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Penyediaan Akomodasi dan MaMin Transportasi, Pergudangan Perantara Keuangan Real Estate, Usaha Persewaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya Jasa Perorangan Rumah Tangga Badan Internasional Kegiatan yang belum jelas batasannya Bukan Lapangan Usaha TOTAL
2012 Mar (Miliar Rp) 293 34 12 979 60 279 3.951 496 248 952 935 17 148 113 366 58 1.107 8.436 18.484
2013 Mar (Miliar Rp) 566 48 24 1.163 47 572 5.270 666 364 1.071 1.123 24 174 138 482 129 490 9.804 22.155
Ptumb (%) 92,79 41,14 109,59 18,85 -22,56 105,50 33,38 34,28 46,75 12,45 20,18 40,33 17,21 21,65 31,73 124,24 -55,73 16,22 19,86
Pangsa (%) 2,55 0,22 0,11 5,25 0,21 2,58 23,79 3,01 1,64 4,83 5,07 0,11 0,78 0,62 2,18 0,58 2,21 44,25 100,00
STABILITAS SISTEM PERBANKAN
5.1. Risiko Kredit Resiko kredit perbankan DIY pada akhir triwulan laporan meningkat tercermin dari peningkatan rasio NPL. Rasio NPL naik dari 2,35% pada triwulan IV 2012 menjadi 2,62% pada triwulan laporan. Secara nominal NPL naik dari Rp512 miliar menjadi Rp581 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan risiko pembiayaan Perbankan DIY relatif masih baik.
38
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Miliar Rp
600
Nominal
580
Rasio (rhs)
%
%
4,0
4
3,8
3
560
3,6
540
3,4
520
3,2
2
500
3,0
2
480
2,8
460
2,6
440
2,4
420
2,2
400
2,0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2
3
1 1 0 1
2
3
4
5
3
6
7
8
9
10
11
12
1
2012
2
3
2013
2013
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Grafik 3.16 NPL Bank Umum per Jenis Penggunaan
Grafik 3.15 Non Performing Loans DIY
3
Berdasarkan jenis penggunaan kreditnya , hanya Kredit Modal Kerja yang mengalami penurunan NPL. Pada triwulan laporan, rasio NPL Kredit Investasi naik dari 2,66% pada triwulan IV 2012 menjadi 2,28% dan NPL Kredit Konsumsi naik dari 1,37% menjadi 1,47%. Sementara itu, rasio NPL Kredit Modal Kerja turun dari 2,89% menjadi 2,47%. %
% 6
5
Pertanian
Industri Pengolahan
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran
5 4
Transportasi, Pergudangan
5
Penyediaan Akomodasi dan MaMin
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Perantara Keuangan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya
Real Estate, Usaha Persewaan
4
4
3 3
3 2
2
2 1
1
1 ‐
‐
I
II
III
IV
2012
I
I
2013
II
III
IV
2012
I 2013
Grafik 3.18 NPL Kredit Bank Sektor Lainnya
Grafik 3.17 NPL Kredit Bank Sektor Utama
5.2. Risiko Likuiditas Rasio LDR pada triwulan I 2013 meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 62,35%, naik dari triwulan sebelumnya 61,59%. Masih relatif rendahnya LDR mengindikasikan bahwa likuiditas perbankan di DIY masih cukup berlebih. Kelebihan likuiditas yang dimiliki perbankan di DIY tersebut ditempatkan pada pos-pos yang
3
Diwakili oleh Kredit Bank Umum dengan pangsa 88,15%.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
39
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
relatif aman seperti rekening antar kantor, penempatan pada bank lain dan penempatan pada Bank Indonesia. 6.
PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
6.1. Aset Pertumbuhan aset BPR DIY pada triwulan I 2012 tercatat sebesar 21,47% yoy. Di sisi pasiva, peningkatan aset tersebut terutama bersumber dari peningkatan DPK sebesar 23,45% yoy dan di sisi aktiva, kredit meningkat 16,49% yoy. Berdasarkan jenis usaha bank, BPR Konvensional tercatat memiliki Aset sebesar Rp3.338 miliar, sementara Aset BPR Syariah sebesar Rp243 miliar. Aset BPR Syariah tumbuh 35,06% yoy, lebih tinggi dari Aset BPR Konvensional (20,58% yoy). Pencapaian ini mengindikasinya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BPR di DIY semakin tinggi. Hal ini selaras dengan berkembangnya jaringan kantor, pelayanan dan produk yang ditawarkan oleh BPR. Sampai saat ini telah ada 54 BPR Konvensional dan 11 BPR Syariah yang tersebar di wilayah DIY. Tabel 3.3 Indikator Bank Perkreditan Rakyat Miliar Rp 2013 I
2012 No
I 1 2 II A 1 2 B 1 2 III A 1 2 B 1 2 3 IV 1 2 V 1 2
Uraian
Aset Konvensional Syariah Penghimpunan Dana (Deposit) Jenis Bank Konvensional Syariah Jenis Simpanan Tabungan Deposito Penyaluran Dana (Financing) Jenis Bank Konvensional Syariah Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Non Performing Loans (NPL) Konvensional Syariah Loan to Deposit Ratio (LDR)1 Konvensional Syariah
I 2.948 2.768 180 1.982 1.982 1.847 136 1.982 587 1.395 2.316 2.316 2.142 174 2.316 849 232 1.235 6,01 6,05 5,51 116,83 116,01 128,05
II 3.137 2.938 199 2.063 2.063 1.914 149 2.063 611 1.451 2.497 2.497 2.302 195 2.497 914 258 1.325 5,77 5,76 5,85 121,04 120,27 130,94
III 3.302 3.079 223 2.190 2.190 2.019 171 2.190 646 1.543 2.566 2.566 2.367 199 2.566 961 245 1.360 5,86 5,86 5,83 117,18 117,25 116,27
IV 3.504 3.263 242 2.382 2.382 2.193 189 2.382 760 1.621 2.588 2.588 2.389 199 2.588 958 236 1.394 4,82 4,81 4,95 108,68 108,93 105,72
Posisi 3.581 3.338 243 2.447 2.447 2.255 192 2.447 752 1.695 2.698 2.698 2.488 210 2.698 987 251 1.461 5,82 5,63 7,99 110,25 110,35 109,11
Pangsa 100,00 93,21 6,79 100,00 100,00 92,14 7,86 100,00 30,72 69,28 100,00 100,00 92,23 7,77 100,00 36,57 9,29 54,14
Ptumb (%) qtq 2,18 2,30 0,55 2,75 2,75 2,82 1,89 2,75 -1,16 4,58 4,24 4,24 4,16 5,15 4,24 2,95 6,26 4,77
yoy 21,47 20,58 35,06 23,45 23,45 22,11 41,67 23,45 28,03 21,52 16,49 16,49 16,15 20,71 16,49 16,21 7,93 18,30
6.2. Penghimpunan Dana Dana masyarakat yang disimpan di BPR pada triwulan I 2013 mengalami peningkatan sebesar 23,45% yoy menjadi Rp2.447 miliar. Jenis simpanan yang
40
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
mendominasi pendanaan BPR adalah Deposito dengan pangsa 69,28% atau Rp1.695 miliar, sedangkan Tabungan hanya memiliki pangsa 30,72% atau Rp752 miliar. Faktor bunga yang tinggi menjadi daya tarik masyarakat untuk menanamkan dananya dalam Deposito di BPR. Selain itu, fitur produk Tabungan yang ditawarkan BPR memang masih belum lengkap, seperti halnya Tabungan di Bank Umum. 6.3. Penyaluran dan Kualitas Kredit Kredit yang disalurkan oleh BPR pada triwulan I 2013 mencapai Rp2.698 miliar, naik 16,49% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kredit Konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit di BPR dengan porsi 54,14% atau Rp1.461 miliar, diikuti kredit Modal Kerja sebesar 36,57% dengan nominal Rp987 miliar, dan kredit Investasi mencapai Rp251 miliar atau 9,29% dari total kredit. Jika dilihat dari pertumbuhannya, kredit Konsumsi tumbuh paling tinggi sebesar 18,30% yoy, sedangkan kredit Modal Kerja dan Investasi tumbuh masing-masing sebesar 16,21% yoy dan 7,93% yoy. Rasio NPL BPR di DIY meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,82% menjadi 5,82%. Rasio ini memang masih di dalam batas wajar, namun prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit harus terus ditingkatkan untuk menjamin resiko kredit tetap dalam batas aman. 6.4. Fungsi Intermediasi Peran BPR dalam melakukan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan I 2013 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin pada penurunan angka LDR dari 116,83% menjadi 110,25% pada triwulan laporan. Laju pertumbuhan penghimpunan dana BPR yang lebih tinggi daripada laju pertumbuhan kredit dan kehati-hatian BPR dalam melakukan ekspansi kredit menjadi salah satu penyebab turunnya LDR. 7.
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
7.1. Aset Perbankan Syariah Aset Perbankan Syariah tumbuh 28,20% yoy, yaitu dari Rp2.298 miliar pada triwulan I 2012 menjadi Rp2.946 miliar pada triwulan laporan. Dari sisi pasiva, pertumbuhan aset terutama berasal dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
41
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
meningkat 32,05% yoy, sedangkan di sisi aktiva berasal dari pertumbuhan kredit sebesar 20,19% yoy. Total aset perbankan syariah di DIY terhadap total aset perbankan mencapai 7,11%. Persentase tersebut cukup tinggi diatas target nasional sebesar 5%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa produk syariah di DIY cukup memiliki pasar. 7.2. Intermediasi Perbankan Syariah Fungsi intermediasi perbankan Syariah yang tercermin dalam Financing to Deposit Ratio (FDR) turun. FDR triwulan laporan sebesar 72,32%, menurun dibanding triwulan I 2012 sebesar 79,45%. Penurunan FDR tersebut antara lain disebabkan karena DPK yang dihimpun perbankan Syariah terus meningkat, namun tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan pembiayaan. Tabel 3.4 Indikator Perbankan Syariah Miliar Rp 2012 No
I 1 2 II A 1 2 B 1 2 3 III A 1 2 B 1 2 3 IV 1 2 V 1 2
Uraian
Aset Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Penghimpunan Dana (Deposit) Jenis Bank Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Jenis Simpanan Giro Tabungan Deposito Penyaluran Dana (Financing) Jenis Bank Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Non Performing Financing (NPF) Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah Financing to Deposit Ratio (FDR)1 Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat Syariah
I 2.298 2.118 180 1.907 1.907 1.772 136 1.907 155 872 881 1.516 1.516 1.342 174 1.516 576 208 732 2,64 2,26 5,51 79,45 75,73 128,05
II 2.386 2.187 199 1.939 1.939 1.791 149 1.939 155 928 857 1.685 1.685 1.490 195 1.685 657 240 788 2,36 1,91 5,85 86,88 83,22 130,94
2013 I III 2.702 2.479 223 2.191 2.191 2.020 171 2.191 246 1.011 934 1.756 1.756 1.557 199 1.756 709 260 787 2,05 1,56 5,83 80,14 77,08 116,27
IV 2.876 2.634 242 2.446 2.446 2.257 189 2.446 307 1.122 1.017 1.838 1.838 1.639 199 1.838 743 250 845 1,54 1,13 4,95 75,15 72,60 105,72
Posisi 2.946 2.703 243 2.519 2.519 2.327 192 2.519 211 1.201 1.106 1.822 1.822 1.612 210 1.822 688 267 867 2,24 1,50 7,99 72,32 69,28 109,11
Pangsa 100,00 91,75 8,25 100,00 100,00 92,37 7,63 100,00 8,39 47,70 43,91 100,00 100,00 88,49 11,51 100,00 37,77 14,64 47,59
Ptumb (%) qtq 2,45 2,63 0,55 2,97 2,97 3,06 1,89 2,97 -31,24 7,08 8,78 -0,91 -0,91 -1,65 5,15 -0,91 -7,46 6,89 2,53
yoy 28,20 27,62 35,06 32,05 32,05 31,32 41,67 32,05 36,41 37,86 25,54 20,19 20,19 20,12 20,71 20,19 19,51 28,10 18,47
7.3. Penghimpunan Dana Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh Perbankan Syariah pada triwulan laporan tercatat Rp2.519 miliar, tumbuh 32,05% yoy. Peningkatan yang tinggi tersebut antara lain dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap perbankan syariah yang membaik.
42
Bab 3 - Perkembangan Perbankan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Berdasarkan jenisnya, komposisi dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan syariah terbesar dalam bentuk tabungan dengan pangsa sebesar 47,70% atau Rp1.201 miliar diikuti Deposito dengan pangsa 43,91% atau Rp1.106 miliar, sisanya berupa giro dengan pangsa sebesar 8,39% atau Rp211 miliar. 7.4. Penyaluran dan Kualitas Pembiayaan Pembiayaan perbankan Syariah pada triwulan I 2013 tercatat sebesar Rp1.822 miliar, naik 20,19% yoy. Potensi pasar yang masih sangat luas dan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Syariah menjadi faktor peningkatan kinerja pembiayaan. Disamping itu, Bank Indonesia yang secara konsisten mengeluarkan kebijakan untuk mengimplementasikan inisiatif strategis sesuai rencana Pengembangan Perbankan Syariah mendorong perbankan Syariah untuk terus maju sebagai salah satu solusi pembiayaan perbankan masyarakat, berdampingan dengan bank konvensional. Peningkatan pembiayaan perbankan Syariah diikuti dengan kualitas pembiayaan yang semakin baik pada triwulan laporan. Non Performing Financing (NPF) turun dari 2,64% pada triwulan I 2012 menjadi 2,24% pada triwulan laporan. Penurunan ini disebabkan karena kemampuan bank untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan, terutama untuk sektor-sektor yang memiliki resiko pembiayaan tinggi.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
43
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Searah dengan siklusnya perkembangan Sistem Pembayaran di DIY pada triwulan I 2013 relatif menurun. Rata-rata cash outflow per bulan tercatat sebesar Rp612 miliar, turun 33,02% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya Rp914 miliar. Sementara itu, rata-rata cash inflow mengalami peningkatan menjadi Rp1.038 miliar sehingga rata-rata net cash inflow per bulan pada triwulan laporan sebesar Rp426miliar. Searah dengan peningkatan net cash inflow tersebut dan disisi lain dengan adanya remise, posisi kas di KPw BI DIY mencapai Rp2.470 miliar. Sementara itu, dari sisi transaksi non tunai, rata-rata nominal transaksi harian kliring pada triwulan laporan turun dari Rp55,63 miliar menjadi Rp53,18 miliar. Sedangkan rata-rata harian net incoming transfer RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2.542 miliar, turun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp5.161 miliar. Pada triwulan laporan temuan uang palsu sebanyak 273 lembar dengan nilai Rp20,78 juta. 1.
SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Transaksi pembayaran tunai melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY secara umum
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan ini sifatnya merupakan siklus yang terjadi di awal tahun sejalan dengan berakhirnya perayaan Natal dan liburan sekolah yang berlangsung diakhir tahun. Transaksi inflow, yaitu setoran uang dari perbankan cenderung tinggi sejalan dengan aktifitas ekonomi yang kembali kearah normal. 1.1. Aliran Uang Masuk (Cash Inflow) dan Keluar (Cash Outflow) Pada triwulan I 2013, jumlah rata-rata aliran uang kas keluar mengalami penurunan. Jumlah rata-rata cash outflow per bulan pada triwulan I 2013 sebesar Rp612 miliar, turun 33,02% qtq jika dibandingkan dengan triwulan IV 2012 sebesar Rp914 miliar. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh masih mencukupinya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat, dan disisi lain kebutuhan untuk transaksi menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dipengaruhi oleh aktifitas ekonomi yang melambat, setoran uang dari perbankan meningkat sehingga rata-rata cash inflow per bulan, naik 3,03% (qtq) dari Rp1.008 miliar
45
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
menjadi Rp1.038 miliar. Dengan demikian, rata-rata net cash inflow pada triwulan I 2013 menjadi Rp426 miliar, meningkat dibandingkan triwulan IV 2012 sebesar Rp93 miliar. Tabel 4.1 Indikator Sistem Pembayaran Tunai Miliar Rp No
2012
Uraian
I
II
2013 III
IV
I
Ptumb1
1
Posisi Kas
1.570
1.555
1.620
1.737
2.470
42,22
2
Rata-rata Cash Inflow /Bulan
928
740
1.167
1.008
1.038
3,03
3
Rata-rata Cash Outflow /Bulan
413
716
1.118
914
612
-33,02
4
Rata-rata Net Cash Inflow /Bulan
516
23
48
93
426
355,72
Keterangan: 1) Triwulan I 2013 dibandingkan Triwulan IV 2012 (dalam %).
Posisi kas di Kantor Perwakilan Bank Indonesia
DIY pada triwulan I 2013
mengalami peningkatan sebesar 42,22% (qtq) dari Rp1.737 miliar menjadi Rp2.470 miliar. Peningkatan ini terutama berasal dari setoran bank yang mengalami kelebihan likuiditas dan kegiatan remise. Untuk remise, tambahan stok uang tunai didatangkan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V.
Net Inflow/PTTB (Miliar Rp)
Inflow/Outflow (Miliar Rp) 1.600
Aliran Masuk/Bulan
1.000
Aliran Keluar/Bulan
1.400
Net Aliran Masuk
800
PTTB
1.200
600 1.000 400
800 600
200 400 0 200 -200
0 I 12
II 12
III 12
IV 12
Grafik 4.1 Aliran Kas dan PTTB
46
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
I 13
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
1.2. Pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar Sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) dilakukan kegiatan penyortiran dan peracikan uang yang tidak layak edar secara rutin dengan menggunakan Mesin Sortir Uang Kertas (MSUK) dan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Pada Triwulan I 2013, sejalan dengan tingginya inflow uang yang diracik sebesar Rp544 miliar, meningkat 232,68% qtq dari triwulan IV 2012 sebesar 164 miliar. Peningkatan jumlah uang diaracik terbesar dialami oleh denominasi Rp100.000 dan Rp50.000. Selanjutnya, Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang diracik tersebut diganti dengan Uang Layak Edar (ULE). Untuk menekan tingginya UTLE sangat diharapkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal lebih panjang sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
Tabel 4.2 Pemusnahan Uang Juta Rp Pecahan
2012 I 410.317 366.606 36.824 38.492 20.408 11.412 4.303 2 1 888.365
II 12.976 19.637 7.370 21.708 15.801 5.760 2.063 1 0,2 85.316
III
IV
100.000 9.703 20.275 50.000 19.415 29.148 20.000 3.656 26.097 10.000 26.716 45.966 5.000 15.987 30.213 2.000 3.519 9.628 1.000 1.238 2.311 500 1,01 0,83 100 0,08 0,13 Total 80.235 163.638 Keterangan: 1) Triwulan I 2013 dibandingkan Triwulan IV 2012 (dalam %).
2013 I 266.682 177.211 28.160 36.641 22.765 10.064 2.872 0,62 0,07 544.396
Ptumb1 1.215,34 507,96 7,91 -20,29 -24,65 4,53 24,29 -25,23 -44,14 232,68
1.3. Penukaran Uang Sejalan dengan kegiatan perekonomian yang relatif normal paska akhir tahun 2012 kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang dilakukan di loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY pada triwulan I 2013 meningkat 11,99% qtq dari Rp17,90 miliar menjadi Rp20,05 miliar. Penukaran uang kertas meningkat 10,83% dari Rp17,41 miliar menjadi Rp19,3 miliar. Sedangkan penukaran uang logam meningkat 52,85%
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
47
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
dari Rp495 juta menjadi Rp756 juta. Pecahan uang yang banyak ditukar selama triwulan I 2013 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya adalah nominal Rp5.000, Rp2.000 dan Rp500. Penukaran uang dengan denominasi kecil tersebut banyak dilakukan oleh pedagang retail dan juga UMKM yang mendominasi perekonomian DIY.
Tabel 4.3 Penukaran Uang Pecahan Kecil Juta Rp Pecahan
2012 I 16.954 8.559 5.102 3.062 232 1.511 821 376 211 102 18.466
II 23.516 11.561 6.766 4.922 267 1.546 252 784 320 190 25.062
III 90.307
IV 17.413
Uang Kertas 10.000 34.196 8.272 5.000 33.884 4.834 2.000 16.289 2.970 1.000 5.938 1.337 Uang Logam 1.856 495 1.000 1.162 30 500 313 190 200 276 193 100 105 82 Total 92.163 17.908 Keterangan: 1) Triwulan I 2013 dibandingkan Triwulan IV 2012 (dalam %).
2013 I 19.298 7.786 6.082 4.520 910 756 448 177 132 20.054
Ptumb1 10,83 -5,87 25,82 52,21 -31,94 52,85 -100,00 135,78 -8,39 60,98 11,99
1.4. Temuan Uang Palsu Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke KPw Bank Indonesia DIY pada triwulan I 2013 meningkat tajam baik dari jumlah lembar maupun nominal. Jumlah uang palsu yang dilaporkan pada triwulan laporan sejumlah 237 lembar atau meningkat 178,82% qtq dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, jumlah nominal uang palsu meningkat 174,44% qtq dari Rp6.110.000 menjadi Rp20.775.000. Peningkatan ini disebabkan oleh temuan uang palsu dengan nominal Rp100.000 tahun emisi 2004 dan nominal Rp50.000. Peningkatan temuan uang palsu tersebut antara lain berasal dari laporan perbankan dan masyarakat yang turut berpartisipasi aktif dalam pencegahan pengedaran uang palsu. Selanjutnya, dalam rangka penanganan dan pencegahan peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY juga secara rutin telah melaksanaan sosialisasi keaslian uang Rupiah. Sosialisasi perlu ditingkatkan, karena modus pemalsuan semakin berkembang, termasuk kualitas cetak uang palsu yang semaik baik
48
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Tabel 4.4 Temuan Uang Palsu yang Dilaporkan Lembar 2012 Tahun Pecahan I II III Emisi 100.000 981 70 67 2004 100.000 1999 50.000 2005 23 23 17 50.000 1999 6 50.000 1995 50.000 1993 20.000 2004 2 40 1 20.000 1998 1 20.000 1992 10.000 2005 2 1 10.000 1998 3 10.000 1992 5.000 2001 5.000 1992 Jumlah (lembar) 1.008 144 85 Total (Rp) 99.310.000 9.310.000 7.570.000 Keterangan: 1) Triwulan I 2013 dibandingkan Triwulan IV 2012 (dalam %).
2.
IV 54 11 8 73 6.110.000
2013 I 183 46 1 6 1 237 20.775.000
Ptumb1 238,89 318,18 (25,00) 178,82 174,44
SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Aktifitas system pembayaran non tunai melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY
pada triwulan I 2013 secara umum menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan ini antara lain disebabkan karena oleh masih relatif rendahnya aktifitas bisnis diawal tahun dan juga dari sisi pemerintah belanja APBN maupun APBD masih relatif rendah. 2.1. Transaksi Kliring Rata-rata harian transaksi kliring pada Triwulan I 2013 mengalami penurunan dari sisi nilai nominal, namun mengalami peningkatan dari sisi jumlah warkat kliring. Rata-rata nilai nominal kliring per hari turun 4,40% qtq, dari Rp55,63 miliar menjadi Rp53,18 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu, rata-rata jumlah warkat kliring per hari meningkat 2,08% qtq dari 1.843 lembar pada triwulan IV 2012 menjadi 1.881 lembar pada triwulan I 2013. Dari sisi kualitas, rata-rata harian nominal kliring yang ditolak mengalami perbaikan. Rata-rata nilai nominal kliring yang ditolak per hari turun dari Rp0,99 miliar pada triwulan IV 2012 menjadi Rp0,69 miliar pada triwulan laporan. Demikian juga halnya dengan rata-rata jumlah warkat kliring yang ditolak juga membaik. Jumlah warkat kliring yang ditolak turun dari 23,83 lembar per hari menjadi 23 lembar per hari. Sejumlah alasan yang dapat
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
49
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
melatarbelakangi terjadinya penolakan kliring, antara lain adalah tidak dipenuhinya syaratsyarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo tidak cukup. Data kliring yang ditolak diadministrasikan oleh Bank Indonesia pada Tata Usaha Cek Kosong (TUCK) dan Tata Usaha Daftar Hitam (TUDH). Tabel 4.5 Indikator Sistem Pembayaran Non Tunai Miliar Rp No
2012
Uraian
I
II
2013 III
IV
Ptumb1
I
Kliring 1
Rata-rata Warkat Kliring/Hari (lembar)
1.726
1.754
1.783
1.843
1.881
2,08
2
Rata-rata Warkat Ditolak/Hari (lembar)
23,44
24,39
24,49
23,83
23,00
-3,47
3
Rasio (2)/(1) dalam %
1,36
1,39
1,37
1,29
1,22
4
Rata-rata Nominal Kliring/Hari
42,65
45,79
49,66
55,63
53,18
-4,40
5
Rata-rata Nominal Ditolak/Hari
0,632
0,592
0,762
0,999
0,699
-30,03
6
Rasio (5)/(4) dalam %
1,48
1,29
1,53
1,80
1,31
BI-RTGS 1
Rata-rata Warkat Outgoing Transfer /Bulan (lembar)
4.181
4.828
5.209
6.030
5.413
-10,23
2
Rata-rata Warkat Incoming Transfer /Bulan (lembar)
4.885
5.328
5.548
6.009
5.083
-15,42
3
Rata-rata Nominal Outgoing Transfer /Bulan
4.340
5.946
6.848
7.518
7.959
5,87
4
Rata-rata Nominal Incoming Transfer /Bulan
8.671
11.001
9.913
12.679
10.501
-17,17
5
Rata-rata Net Incoming Transfer /Bulan
4.331
5.055
3.065
5.161
2.542
-50,74
Keterangan: 1) Triwulan I 2013 dibandingkan Triwulan IV 2012 (dalam %).
Lembar
Miliar Rp 60
2.500
Rata-rata Nominal Kliring per hari
Lembar
Miliar Rp 16.000
8.000 Nominal Incoming Transfer Nominal Outgoing Transfer
Rata-rata Jumlah Warkat Kliring per hari
14.000
50
7.000
Warkat Incoming Transfer
2.000
Warkat Outgoing Transfer 12.000
6.000
10.000
5.000
8.000
4.000
6.000
3.000
4.000
2.000
40 1.500 30 1.000 20 500
10
0
0 I 12
II 12
III 12
IV 12
2.000
I 13
Grafik 4.2 Transaksi Kliring
50
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
1.000 I 12
II 12
III 12
IV 12
Grafik 4.3 Transaksi BI-RTGS
I 13
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
2.2. Transaksi Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
1
Aktifitas ekonomi yang belum terlalu tinggi tercermin juga pada transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY yang menurun pada triwulan I 2013. Rata-rata nominal incoming transfer turun 17,17% qtq dari Rp12.679 miliar menjadi Rp10.501 miliar pada triwulan laporan, sementara jumlah rata-rata warkat incoming transfer per bulan turun 15,42% qtq dari 6.009 lembar menjadi 5.083 lembar pada triwulan I 2013. Sedangkan untuk outgoing transfer, rata-rata nilai nominal per bulan sedikit meningkat 5,87% qtq menjadi Rp7.959 miliar, namun jumlah rata-rata warkat per bulan turun 10,23% qtq menjadi 5.413 lembar. Dengan demikian rata-rata net incoming transfer pada triwulan I 2013 tercatat sebesar Rp2.542miliar.
1
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi bernilai Rp.100 juta atau lebih.
Bab 4 – Perkembangan Sistem Pembayaran
51
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab 5 Keuangan Pemerintah Kinerja
gabungan keuangan Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan I 2013
cukup baik. Realisasi di sisi penerimaan mencapai
26,97% atau sebesar Rp2.281 miliar
terutama bersumber dari Dana Perimbangan dengan proporsi 66,27% dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan proporsi 21,01%. Sementara itu, di sisi belanja daerah terealisasi sebesar 10,92% atau sebesar Rp966 miliar, dengan proporsi terbesar pada Belanja Tidak Langsung sebesar 82,50%. Lebih besarnya realisasi sisi penerimaan dibanding sisi belanja menyebabkan neraca APBD pada posisi akhir triwulan I 2013 masih surplus Rp1.315 Miliar. Sedangkan realisasi pembiayaan netto mencapai Rp195 miliar. 1.
PENDAPATAN PEMERINTAH Secara gabungan realisasi pendapatan pemerintah daerah se-DIY pada triwulan I
2013 mencapai Rp2.281 Miliar atau 26,97% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp8.458 miliar. Komponen Dana Perimbangan terealisasi sebesar Rp.1.512 miliar atau 29,72% dari yang dianggarkan. Kontributor dana perimbangan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp1.446 miliar dan selebihnya merupakan Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus. Secara keseluruhan, dana perimbangan masih mendominasi pos penerimaan APBD dengan proporsi 66,27%. Hal ini mengindikasikan bahwa APBD Pemerintah Daerah masih sangat bergantung dari transfer pemerintah pusat. Tabel 5.1 Realisasi Penerimaan - APBD DIY, Kabupaten dan Kota Triwulan I 2013 Se-wilayah DIY Juta Rp URAIAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hsl Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Dana Bagi Hsl Pajak dari Prov dan Pemda Lainya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemda Lainya Pendapatan Lainya JUMLAH PENDAPATAN
ANGGARAN 8.457.788 1.918.761 1.345.022 163.875 83.736 326.129 5.088.169 285.259 4.545.996 256.914 1.450.858 23.266 306.120 758.490 122.400 240.582 8.457.788
TOTAL REALISASI 2.281.387 479.272 362.076 33.672 0 83.525 1.511.962 798 1.446.304 64.859 290.153 1.624 226.811 61.718 2.281.387
% 26,97 24,98 26,92 20,55 0,00 25,61 29,72 0,28 31,81 25,25 20,00 6,98 29,90 25,65 26,97
Keterangan: Sumber: Pemda DIY, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah.
53
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Realisasi PAD mencapai Rp479 miliar atau 24,98% dari anggaran yang ditetapkan Rp1.919 miliar. PAD tersebut terutama bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah Rp362 Miliar dengan proporsi 75,55%, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Rp83,52 Miliar (17,43%), Pendapatan Retribusi Daerah Rp33,67 Miliar (7,03%). Sedangkan realisasi pos Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan masih nihil. Pendapatan pajak daerah meningkat sejalan dengan peningkatan aktifitas ekonomi yang tumbuh cukup baik di tahun ini. Untuk meningkatkan PAD diperlukan upaya-upaya ekstensifikasi pajak dengan menggarap potensi-potensi pajak yang belum tergarap, tanpa menimbulkan dampak negatif bagi kegiatan perekonomian. 2.
BELANJA PEMERINTAH Realisasi Belanja Daerah pemerintah daerah di DIY sampai dengan triwulan I
2013 relatif belum optimal, yakni 10,92% dari anggaran yang ditetapkan. Belanja daerah terealisasi Rp966 Miliar dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp8.850 Miliar. Realisasi Belanja Tidak Langsung mencapai Rp797 Miliar atau 14,34% dari total anggaran yang ditetapkan dengan realisasi terbesar pada belanja pegawai Rp716 Miliar. Tabel 5.2 Realisasi Belanja - APBD DIY, Kabupaten dan Kota Triwulan I 2013 Se-wilayah DIY Juta Rp URAIAN BELANJA Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hsl Kpd Prov/ Kab /dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pem Desa Belanja Tak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang Jasa Belanja Modal JUMLAH BELANJA SURPLUS / DEFISIT
TOTAL ANGGARAN REALISASI 8.850.149 966.434 5.559.890 797.331 4.170.495 715.763 333 74 15.808 589.904 68.642 111.480 58 346.349 593 282.552 11.191 42.969 1.010 3.290.260 169.103 555.041 49.676 1.674.948 113.010 1.060.271 6.417 8.850.149 966.434 (392.361) 1.314.952
% 10,92 14,34 17,16 22,15 11,64 0,05 0,17 3,96 2,35 5,14 8,95 6,75 0,61 10,92 -
Keterangan: Sumber: Pemda DIY, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah.
Sedangkan realisasi Belanja Langsung baru mencapai Rp169 Miliar atau 5,14% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp3.290 Miliar dengan realisasi terbesar pada Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp113 Miliar dengan proporsi 66,83% dari realisasi Belanja
54
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Langsung. Sementara itu, Belanja Modal baru terealisasi Rp6 Miliar atau 0,61% dari nilai yang telah dianggarkan. Untuk belanja yang sifatnya investasi, yaitu meliputi Belanja Modal, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah DIY/Kabupaten/Kota/Desa realisasinya masih rendah. Belanja tersebut baru terealisasi Rp86 Miliar atau 4,22% dari yang dianggarkan sebesar Rp2.044 miliar.
3.
PEMBIAYAAN PEMERINTAH Realisasi penerimaan pembiayaan tercatat Rp217 Miliar atau 45,40% dari sumber
pembiayaan yang dianggarkan sebesar Rp479 miliar. Sumber penerimaan pembiayaan masih didominasi oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan proporsi 98,80%. Sedangkan pengeluaran pembiayaan yang telah terealisasi adalah Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah sebesar Rp19 Miliar, Pemberian Pinjaman Daerah Rp 3 Miliar, dan Pembayaran Pokok Utang dengan realisasi Rp307 Juta. Secara keseluruhan, pembiayaan APBD Pemerintah Daerah se-DIY pada triwulan I 2013 masih surplus Rp1.510 Miliar.
Tabel 5.3 Realisasi Pembiayaan - APBD DIY, Kabupaten dan Kota Triwulan I 2013 Se-wilayah DIY Juta Rp URAIAN PEMBIAYAAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN SILPA Tahun Anggaran Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Kembali Investasi dana Bergulir Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Penyelesaian kegiatan DPA-L Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu Yang Blm Terselesaikan JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN PEMBIAYAAN NETTO SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA)
TOTAL ANGGARAN REALISASI 369.930 195.333 479.084 217.482 468.864 214.873 1.400 7.704 964 1.478 1.116 167 479.084 217.482 109.155 22.148 99.992 18.770 776 307 8.388 3.071 109.155 22.148 369.930 195.333 (22.432) 1.510.286
% 52,80 45,40 45,83 12,51 14,99 45,40 20,29 18,77 39,62 36,61 20,29 52,80 -
Keterangan: Sumber: Pemda DIY, Kota dan Kabupaten se-DIY, diolah.
Bab 5 – Keuangan Pemerintah
55
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 6 KETENAGAKERJAAN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2013 menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di DIY sebesar 69,27%, turun dibandingkan keadaan pada Februari 2012 (70,47%). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DIY pada Februari 2013 mencapai 3,80%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2012 (4,09%). Berdasarkan jenis pekerjaannya, sekitar 55,9% tenaga kerja tersebut bekerja pada sektor informal. Sementara itu, sektor pekerjaan utama penduduk di DIY adalah di sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi dengan porsi 26,77%, diikuti dengan sektor Pertanian (23,43%) dan sektor Jasa (21,36%). 1.
Tenaga Kerja 1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di DIY pada Februari 2013 sebesar 69,27%, turun dibandingkan Agustus 2012 70,85% maupun Februari 2012 (72,11%). Pola perkembangan TPAK pada bulan Februari pada umumnya menunjukkan peningkatan dimana awal tahun merupakan puncak produksi pertanian sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. % 73% 72.11%
72%
70.85%
71% 70.47%
70% 69.27% 68.77%
69%
68%
67% Feb 11
Agst 11
Feb 12
Agst 12
Feb 13
Sumber : BPS DIY
Grafik 6.1 Perkembangan TPAK di DIY
1
TPAK merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja
57
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Namun berbeda pada Februari 2013, TPAK di DIY mengalami penurunan meskipun kondisi perekonomian di DIY menunjukkan arah yang positif, akan tetapi belum mampu untuk menyerap pertumbuhan angkatan kerja yang ada. Faktor penyebabnya antara lain karena pertumbuhan yang tinggi terjadi pada sektor yang kurang menyerap tenaga kerja dan cenderung industri padat modal. Angka TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. Dengan peningkatan angka TPAK tersebut, mengindikasikan terjadinya peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja lebih tinggi relatif terhadap jumlah penduduk usia kerja. 2
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DIY pada Februari 2013 TPT sebesar 3,80% menurun dibandingkan dengan Februari 2012 (4,09%) maupun Agustus 2012 (3,97%). Pada bulan Februari terdapat 1,91 juta angkatan kerja yang terdiri dari 1,07 juta lakilaki (56%) dan 842 ribu perempuan (44%). Angka TPT di DIY dari tahun 2012 s.d. 2013 kecenderungan mengalami penurunan dan bahkan lebih rendah bila dibandingkan dengan angka TPT Nasional, menurunnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka di DIY pada bulan Februari 2013 mengindikasikan bahwa perekonomian di DIY menunjukkan perkembangan yang positif. % 8
7,41
7,14 6,80
7
6,56
6,02 5,69
6
6,32
6,14
5,92
5,47
5 3,97
4,09
3,97
4
3,80
3 Nasional
2
DIY
1 0 Feb 10
Agst 10
Feb 11
Agst 11
Feb 12
Agst 12
Feb 13
Sumber : BPS DIY
Grafik 6.2 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional dan DIY 2
TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja
58
Bab 6 – Ketenagakerjaan
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Sektor yang yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah Sektor Perdagangan, Rumah makan dan Jasa Akomodasi (26,77%); Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan (23,43%); dan Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (21,36%). Sementara itu, sektor yang paling rendah penyerapan tenaga kerjanya adalah sektor Pertambangan, Penggalian, dan Listrik, Gas, Air (1,19%); sektor Lembaga Keuangan, Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan (3,36%); dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi (3,90%). Sektor-sektor tersebut umumya adalah sektor yang padat modal. Dengan demikian, agar tingkat pengangguran terbuka dapat ditekan, Pemerintah Daerah hendaknya dapat mengarahkan agar pertumbuhan ekonomi lebih besar pada sektor yang penyerapan tenaga kerjanya tinggi. Tabel 6.1 Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama No A B C D E F G H
Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Pertambangan, Penggalian dan Listrik Gas Air Industri Konstruksi Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Jumlah
2011 Feb
2012 Agt
Feb
Agt
2013 Feb
24,3%
24,0%
24,2%
26,9%
23,43%
1,3% 14,2% 5,6%
0,9% 14,8% 7,4%
0,2% 15,7% 5,9%
0,9% 15,1% 7,1%
1,19% 13,36% 6,63%
26,0%
26,7%
27,0%
24,9%
26,77%
4,7%
3,8%
3,9%
3,3%
3,90%
2,2%
2,8%
2,8%
3,1%
3,36%
21,8% 100,0%
19,6% 100,0%
20,3% 100,0%
18,8% 100,0%
21,36% 100,0%
Sumber : BPS DIY
Tenaga kerja di DIY lebih didominasi oleh tenaga kerja informal. Porsi pekerja informal di Yogyakarta mencapai 55,9% dari total pekerja, turun dibanding keadaan Agustus 2012 maupun Februari 2012. Di kelompok informal tersebut, sebagian besar adalah pekerja yang dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar sebesar 19,7% dan pekerja keluarga/tak dibayar 13,6%. Sementara itu, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, bagian terbesar adalah kelompok buruh/karyawan/pegawai sebesar 40,1%. Kondisi ini berpengaruh besar terhadap pola konsumsi masyarakat mengingat kelompok ini umumnya berpenghasilan tetap dan fluktuasi pendapatan yang rendah. Kenaikan harga yang tinggi misalnya, dipastikan akan secara langsung berdampak pada tingkat konsumsi dan akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
Bab 6 – Ketenagakerjaan
59
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Tabel 6.2 Indikator Status Ketenagakerjaan No A
B
2011
Status Pekerjaan Utama
Feb 43,6 4,3 39,3 56,4 15,3 17,5 8,6 15,0
Formal Berusaha dibantu Buruh Tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Informal Berusaha Sendiri Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar Pekerja Bebas Pekerja Keluarga/tak Dibayar
2012 Agt 44,4 4,3 40,1 55,6 13,9 19,3 8,4 14,0
Feb 42,6 4,0 38,6 57,4 13,8 20,5 7,4 15,7
Agt 43,4 4,4 39,1 56,6 12,7 18,8 8,7 16,4
% 2013 Feb 44,1 4,1 40,1 55,9 13,7 19,7 9,0 13,6
Keterangan : *) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Februari 2011 - Februari 2013 Sumber : BPS DIY
2.
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)
3
UMK di masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah DIY tahun 2013 sebesar bervariasi. Upah Minimum Kabupaten/Kota di DIY lebih tinggi dari Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang disurvei oleh Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota. Besarnya UMK di masingmasing Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: (1). Kota Yogyakarta sebesar Rp1.065.247,(2). Kabupaten Sleman sebesar Rp1.026.181,- (3). Kabupaten Bantul sebesar Rp993.484,- (4) Kabupaten Kulonprogo sebesar Rp954.339,- dan (5). Kabupaten Gunungkidul sebesar Rp947.114,-. Penetapan UMK tersebut sampai dengan triwulan laporan tidak mengalami kendala. Hal ini berdampak positif bagi perekonomian di DIY karena sangat mendukung kondusifitas iklim investasi.
3
UMP adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi pekerja lajang dengan 0 tahun masa kerja.
60
Bab 6 – Ketenagakerjaan
Bab 7 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi Secara tahunan, perkembangan ekonomi DIY pada triwulan II 2013 diprakirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan triwulan I 2013. Masih kuatnya permintaan domestik yang juga dipengaruhi oleh libur anak sekolah diperkirakan juga akan mendorong kinerja sektor-sektor unggulan, seperti PHR, Jasa-jasa dan Pengangkutan & Komunikasi. Dengan kondisi tersebut, perekonomian DIY pada triwulan II 2013 diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,10%±0,5% yoy. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan II 2013 akan terjaga, namun kewaspadaan tetap harus dijaga terkait dengan wacana kenaikan harga BBM Bersubsidi, rencana kenaikan gaji dan pembayaran rapel PNS di bulan Juni 2013, serta memasuki liburan sekolah. Inflasi pada triwulan II 2013 diprakirakan 6,11±1% yoy, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (6,36%, yoy). % 18
% 8 qtq
yoy
Forecasting
forecasting
Bulanan (mtm,rhs)
17
Tahunan (yoy,lhs)
% 1,2 1,0
15
6
0,8
14 12
4
0,6 11 0,4
9
2
8 0,2 6
I-12
II-12
III-12
IV-12*
I-13**
II-13f
(2)
0,0
5 3
-0,2 2
(4)
-0,4
0 1
(6)
3
4
5
6
7 2012
Grafik 7.1 Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi DIY
1.
2
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
2013
Grafik 7.2 Prakiraan Inflasi Kota Yogyakarta
PRAKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian DIY triwulan II 2013 diprakirakan tumbuh 5,10% yoy, lebih tinggi
dibanding triwulan I 2013 (5,06%, yoy), namun lebih rendah dibanding dan triwulan II 2012 (5,97%, yoy). Sementara itu, secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan tumbuh negatif 3,90% qtq. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2013 terutama masih didorong oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi. Sedangkan dari sisi penawaran, kontribusi terbesar berasal dari sektor PHR; sektor Industri Pengolahan; dan sektor Jasa-jasa.
61
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Tabel 7.1 Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Permintaan) %(yoy) 2012 No
Sektor
1 2 3 4
Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMTDB) Lainnya Total
I
II
2013 III
IV
I
6,46 6,84 6,97 6,69 4,23 9,83 1,09 6,10 5,29 5,37 5,29 4,11 17,64 -13,88 -15,31 -99,66 7,07 5,97 4,07 4,28
yoy 6,08 5,14 8,09 11,23 7,22 5,08 -6,87 -24,70 5,06 5,10
IIf Andil qtq 2,55 0,71 2,33 18,27 1,28 3,04 -1,07 -73,43 5,10 -3,90
Keterangan: f Angka prakiraan.
1.1. PDRB Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh 5,14% yoy, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan I 2013 sebesar 6,08% yoy dan triwulan yang sama tahun sebelumnya (6,84%). Faktor yang mendukung laju pertumbuhan konsumsi antara lain adalah didorong pendapatan yang meningkat yang antara lain bersumber dari rencana pembayaran kenaikan dan rapel kenaikan gaji PNS, NTP yang masih positif, perbaikan kinerja sektoral dan dukungan pembiayaan yang masih tinggi. Rapel kenaikan gaji PNS diprakirakan juga akan mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 11,23% yoy. Tabel 7.2 Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi (Sisi Penawaran) %(yoy) 2012 No
Sektor Tradable
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Nontradable Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
I 4,89 10,11 2,56 -3,20 8,26 11,42 14,42 8,25 5,27 9,83 6,10 7,07
2013
II -2,52 0,87 -0,07 -6,16 9,56 5,96 4,93 6,21 6,15 11,89 17,18 5,97
III
IV
-0,33 4,29 1,31 -5,34 5,91 8,65 6,72 3,71 5,91 13,14 4,08 4,07
Keterangan: f Angka prakiraan.
2,35 -1,25 4,04 6,22 4,98 3,01 1,12 8,75 7,42 5,35 1,63 4,28
I 1,47 -2,72 5,05 8,78 6,94 4,58 8,08 7,04 7,22 7,44 5,85 5,06
IIf yoy Andil 4,00 1,10 -0,22 -0,03 0,33 0,00 8,91 1,12 5,52 4,01 5,54 0,05 3,98 0,36 6,15 1,32 5,15 0,58 6,49 0,68 5,22 1,01 5,10 5,10
qtq -21,61 -35,77 -4,47 0,11 4,91 1,59 -1,28 2,76 2,28 2,11 14,56 (3,90)
Sementara itu, Investasi pada triwulan II 2013 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5,08% yoy, lebih rendah dibandingkan
dengan
triwulan I 2013 (7,22%, yoy) dan
triwulan II 2012 (5,37%, yoy). Masih relatif tingginya pertumbuhan investasi diprakirakan
62
Bab 7 – Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
masih didorong oleh investasi di sektor Bangunan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan sektor Jasa-jasa. 1.2. PDRB Sisi Penawaran Kinerja sektor nontradable diprakirakan memberi andil dominan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan II 2013. Beberapa sektor yang diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2013 tersebut adalah sektor PHR; sektor Industri Pengolahan; dan sektor Jasa-jasa. Peningkatan kunjungan wisata pada musim liburan sekolah akan mendorong peningkatan nilai tambah sektor PHR dan sektor pendukung pariwisata seperti sektor Pengangkutan dan Komunikasi, subsektor Jasa Swasta dan sektor industri. Sedangkan kenaikan gaji serta pembayaran rapel gaji PNS akan meningkatkan kinerja subsektor Jasa Pemerintahan. Masih kuatnya permintaan domestik diprakirakan mendorong produksi di sektor industri pengolahan untuk menjaga kecukupan stok sebagai antisipasi kemungkinan peningkatan permintaan sejalan dengan libur anak sekolah. Sementara itu, sektor pertanian yang memiliki pangsa cukup besar dalam pembentukan PDRB diprakirakan tumbuh sedikit melambat karena luasan areal panen yang sedikit lebih rendah. 2.
PRAKIRAAN INFLASI
2.1. Prakiraan Inflasi Tahunan Inflasi pada Triwulan II 2013 diprakirakan 6,11%±0,5% yoy, lebih rendah dibanding triwulan I 2013 (6,36%). Sumber tekanan inflasi pada triwulan ini antara lain tekanan dari sisi permintaan terkait dengan rencana kenaikan gaji dan pembayaran rapel PNS di bulan Juni 2013 dan memasuki liburan sekolah. Sementara itu, wacana kenaikan harga BBM Bersubsidi mendorong peningkatan ekspektasi masyarakat. Sedangkan faktor yang dapat menghambat kenaikan harga-harga antara lain adalah terjaganya pasokan dan stok kebutuhan pokok, pantauan ketat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY terhadap perkembangan harga kebutuhan pokok masyarakat.
Bab 7 – Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
63
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Tabel 7.3 Prakiraan Inflasi Kota Yogyakarta %,yoy 2012 No
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM
2013
I
II
III
IV
1,91 5,41 3,00 9,84 3,12 1,88 2,24 3,45
6,49 6,09 3,28 7,81 1,65 2,12 1,97 4,27
7,66 5,71 2,92 2,91 1,74 1,23 1,39 3,91
8,11 6,90 2,98 3,55 1,93 1,43 1,29 4,31
IIf
I 19,29 6,38 4,24 1,58 2,03 1,52 0,81 6,36
yoy Andil 15,69 2,80 6,35 1,34 4,73 1,30 1,94 0,10 3,14 0,16 2,03 0,17 1,59 0,23 6,11 6,11
Keterangan: f) Angka prakiraan.
2.2. Prakiraan Inflasi Triwulanan dan Bulanan Secara triwulanan, tekanan kenaikan inflasi pada triwulan II 2013 diprakirakan sebesar 0,67%+0,5% (qtq), lebih tinggi dibanding angka inflasi pada triwulan I 2013 (2,70%, qtq). Pada bulan April 2013 terjadi deflasi sebesar 0,30% yang terutama didorong oleh turunnya harga bahan makanan terkait dengan panen dan kembali normalnya pasokan bawang putih. Penurunan harga kelompok Bahan Makanan pada bulan April mencapai 2,07% mtm. Sementara itu, penurunan harga emas dunia menyebabkan kelompok Sandang mengalami deflasi 0,55% mtm. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok Kesehatan (0,58%, mtm) diikuti kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (0,81%, mtm) dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar (0,61%, mtm). Tabel 7.4 Prakiraan Inflasi Bulanan (tahun dasar 2007) No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM
IHKf
IHK Mar-13 184,31 146,34 135,03 141,23 124,07 123,81 111,80 139,38
Apr-13 May-13 180,40 180,86 146,70 147,14 135,29 136,24 140,45 140,59 124,79 125,66 123,86 123,98 111,87 111,98 138,96 139,46
Keterangan: f) Angka prakiraan.
64
Bab 7 – Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Inflasif (mtm) Jun-13 181,77 148,61 136,65 141,29 125,98 124,60 113,10 140,31
Apr-13 May-13 Jun-13 -2,12% 0,26% 0,50% 0,25% 0,30% 1,00% 0,19% 0,70% 0,30% -0,55% 0,10% 0,50% 0,58% 0,70% 0,25% 0,04% 0,10% 0,50% 0,06% 0,10% 1,00% -0,30% 0,36% 0,61%
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013
Pada bulan Mei 2013 diprakirakan akan terjadi inflasi sekitar 0,36% mtm, antara lain karena dampak langsung dari kenaikan Tarif Tenaga Listrik tahap II. Ketidakjelasan kebijakan Pemerintah terkait dengan subsidi BBM juga mendorong ketidakpastian yang turut berpengaruh terhadap kenaikan harga. Tekanan inflasi bulan Juni 2013 diprakirakan kembali meningkat pada kisaran 0,61% (mtm), antara lain karena mulai masuknya liburan sekolah akan mendorong peningkatan tekanan permintaan, khususnya di subkelompok Makanan Jadi dan Bahan Makanan dan faktor ekspektasi terkait dengan kenaikan dan rapel gaji PNS.
Bab 7 – Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
65
Halaman ini sengaja dikosongkan
Lampiran
67
PDRB DIY Triwulanan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Miliar Rp
2011
No
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
*)
I 1.150 38 732 48 434 1.075 579 525 887 5.467
II 786 39 755 51 485 1.136 599 531 926 5.307
2012 III 836 40 783 49 535 1.201 624 545 1.015 5.627
IV 787 40 713 53 734 1.199 629 585 990 5.730
I 1.266 39 709 53 496 1.164 610 576 941 5.854
II 793 39 709 54 509 1.206 636 594 1.085 5.623
III 871 40 741 54 571 1.246 661 616 1.056 5.856
IV* 777 42 757 55 742 1.304 675 617 1.006 5.975
2013 I** 1.231 41 771 56 536 1.246 654 619 997 6.150
Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Miliar Rp
No 1 2 3 4 *)
Jenis Penggunaan Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMDTB) Lainnya PDRB Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
68
2011 I 2.580 976 1.282 628 5.467
II 2.613 1.065 1.347 282 5.307
2012 III 2.666 1.171 1.479 311 5.627
IV 2.710 1.229 1.710 82 5.730
I 2.747 1.017 1.350 739 5.854
II 2.791 1.169 1.420 243 5.623
III 2.851 1.184 1.557 264 5.856
IV* 2.891 1.304 1.780 0 5.975
2013 I** 2.914 1.100 1.448 688 6.150
PDRB DIY Triwulanan Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Miliar Rp
2011
No
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
I 2.288 87 1.780 160 1.093 2.343 1.080 1.222 2.383 12.435
II 1.554 89 1.862 170 1.227 2.497 1.123 1.249 2.493 12.263
III 1.792 92 1.998 166 1.367 2.682 1.177 1.289 2.774 13.337
2012 IV 1.740 95 1.793 180 1.893 2.726 1.193 1.399 2.731 13.751
I 2.873 91 1.808 180 1.294 2.665 1.156 1.385 2.618 14.070
II 1.757 92 1.826 181 1.344 2.782 1.208 1.447 3.047 13.684
III 1.950 96 1.950 182 1.526 2.913 1.257 1.519 2.999 14.391
IV* 1.776 101 2.028 184 2.022 3.097 1.282 1.526 2.872 14.889
2013 I** 2.884 100 2.094 193 1.496 3.042 1.238 1.561 2.908 15.516
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
PDRB DIY Triwulanan Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Miliar Rp
No 1 2 3 4
Jenis Penggunaan Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Pemerintah Investasi (PMDTB) Lainnya PDRB
2012
2011 I 6.340 2.811 3.590 (306) 12.435
II 6.423 3.083 3.791 (1.034) 12.263
III 6.693 3.470 4.203 (1.028) 13.337
IV 6.864 3.704 4.883 (1.700) 13.751
I 7.008 3.132 3.908 21 14.070
II 7.186 3.637 4.130 (1.269) 13.684
III 7.475 3.801 4.575 (1.460) 14.391
IV* 7.681 4.203 5.254 (2.250) 14.889
2013 I** 7.961 3.649 4.315 (408) 15.516
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : BPS DIY
69
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 120,37 126,96 125,24 125,78 125,77 125,82 126,24 126,33 126,90 127,08 127,60 128,28 128,31 128,60
118,34 124,84
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
136,85 138,67 139,03 138,47 138,14 138,60 138,29 139,20 141,21 142,07 142,23 142,34
125,55 125,78 126,57 127,60 128,36 128,56 129,51 133,97 137,22 136,27 137,99 137,45
119,19 125,64
Sandang
123,26 123,71 124,07
121,13 121,44 121,60 121,69 121,90 122,14 121,96 122,20 122,37 122,40 123,04 123,28
116,93 117,65 117,92 118,50 119,79 120,16 120,17 120,28 120,28 120,91 120,92 120,94
112,27 114,48
Kesehatan
123,13 123,65 123,81
121,44 121,93 121,96 121,95 122,07 122,13 122,90 122,89 122,98 123,11 123,10 123,16
119,49 119,57 119,70 119,73 119,66 119,60 120,94 121,47 121,48 121,40 121,39 121,42
114,49 119,36
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
111,46 111,51 111,80
110,69 110,76 110,90 111,19 111,37 111,33 111,23 112,14 111,57 111,51 111,47 111,72
108,03 108,17 108,47 108,50 108,61 109,18 109,47 110,57 110,04 110,11 110,10 110,29
102,03 107,71
Transportasi & Komunikasi
137,02 138,29 139,38
130,44 130,57 131,04 131,18 131,24 132,23 133,24 133,80 134,05 134,56 134,83 135,72
126,30 126,42 126,68 126,32 126,48 126,81 127,95 128,75 129,01 129,06 129,49 130,11
116,64 125,25
IHK
0,96 0,93 0,79
0,25 0,10 0,36 0,11 0,05 0,75 0,76 0,42 0,19 0,38 0,20 0,66
0,84 0,10 0,21 -0,28 0,13 0,26 0,90 0,63 0,20 0,04 0,33 0,48
0,24 0,72
mtm (%)
1,83 2,57 2,70
1,07 0,84 0,71 0,57 0,51 0,91 1,57 1,95 1,38 0,99 0,77 1,24
2,20 1,66 1,14 0,02 0,05 0,10 1,29 1,79 1,73 0,87 0,57 0,85
0,30 1,63
qtq (%)
5,05 5,91 6,36
3,27 3,28 3,44 3,85 3,76 4,27 4,13 3,92 3,91 4,26 4,12 4,31
7,67 7,45 7,53 6,96 6,95 5,90 5,37 5,58 4,68 4,43 4,13 3,88
2,93 7,38
yoy (%)
Indeks Harga Konsumen Kota Yogyakarta
127,24 151,24 129,10 130,34 130,50 131,29 131,65 131,72 132,72 133,67 134,52 135,11 135,50 135,94 128,94 129,20 129,54 130,28 130,45 130,47 130,69 130,89 131,33 131,55 131,78 132,44
142,48 141,89 141,23
Sejak Juni 2008 dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2007 = 100
Angka tahunan adalah angka akhir periode yang bersangkutan.
Umum
153,27 150,90 151,61 147,49 146,45 147,54 151,27 151,84 151,00 149,32 151,04 154,00 136,15 136,50 137,56 138,18 138,76 139,74 141,01 141,71 142,20 143,74 144,56 145,32
132,85 134,43 135,03
Akhir Periodea
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 154,94 153,75 154,50 153,04 152,08 157,11 161,56 162,53 162,56 163,19 163,20 166,48
145,63 146,13 146,34
Bahan Makanan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 174,27 178,80 184,31
b
2009 2010 2011
2012
2013 Januari Februari Maret a)
Keterangan: b)
Sumber: BPS DIY
70
Indikator Perbankan - DIY Miliar Rp
No I.
Uraian
ASET Jenis Bank 1. Bank Umum 2. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1. Konvensional 2. Syariah II. DANA PIHAK KETIGA Jenis Bank 1. Giro a. Bank Umum 2. Tabungan a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat 3. Deposito a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1. Giro a. Konvensional b. Syariah 2. Tabungan a. Konvensional b. Syariah 3. Deposito a. Konvensional b. Syariah III. KREDIT 1. Jenis Penggunaan Jenis Bank a. Modal Kerja 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat b. Investasi 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat c. Konsumsi 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Modal Kerja 1) Konvensional 2) Syariah b. Investasi 1) Konvensional 2) Syariah c. Konsumsi 1) Konvensional 2) Syariah
I 2011 29.135 29.135 26.615 2.520 29.135 27.406 1.729 24.918 24.918 3.501 3.501 12.158 11.665 493 9.259 8.108 1.151 24.918 3.501 3.385 115 12.158 11.585 573 9.259 8.631 628 15.043 15.043 15.043 5.707 4.950 757 2.307 2.113 194 7.029 6.048 981 15.043 5.707 5.308 399 2.307 2.177 131 7.029 6.567 462
II 2011 30.779 30.779 28.140 2.639 30.779 28.958 1.821 26.047 26.047 3.727 3.727 12.567 12.043 524 9.753 8.552 1.200 26.047 3.727 3.616 111 12.567 11.967 600 9.753 9.140 613 16.152 16.152 16.152 6.303 5.512 791 2.490 2.289 201 7.359 6.287 1.072 16.152 6.303 5.849 453 2.490 2.371 119 7.359 6.843 516
III 2011 32.229 32.229 29.474 2.755 32.229 32.074 155 27.645 27.645 3.628 3.628 13.420 12.894 525 10.597 9.316 1.281 27.645 3.628 3.502 126 13.420 12.703 716 10.597 9.918 679 17.058 17.058 17.058 6.434 5.644 789 2.732 2.532 200 7.892 6.762 1.130 17.058 6.434 5.955 479 2.732 2.578 154 7.892 7.148 744
IV 2011 33.923 33.923 31.031 2.892 33.923 31.559 2.364 28.775 28.775 3.644 3.644 14.968 14.371 597 10.162 8.821 1.341 28.775 3.644 3.509 135 14.968 14.202 766 10.162 9.394 768 17.939 17.939 17.939 7.277 6.464 813 2.386 2.176 210 8.276 7.108 1.168 17.939 7.277 6.785 492 2.386 2.205 181 8.276 7.491 786
I 2012 35.554 35.554 32.605 2.948 35.554 33.255 2.298 30.011 30.011 4.189 4.189 14.710 14.123 587 11.111 9.716 1.395 30.011 4.189 4.034 155 14.710 13.886 824 11.111 10.319 793 18.484 18.484 18.484 7.244 6.395 849 2.804 2.572 232 8.436 7.201 1.235 18.484 7.244 6.754 490 2.804 2.596 208 8.436 7.704 732
II 2012 37.355 37.355 34.219 3.137 37.355 34.969 2.386 31.289 31.289 4.343 4.343 15.658 15.047 611 11.288 9.836 1.451 31.289 4.343 4.189 155 15.658 14.776 883 11.288 10.534 754 19.786 19.786 19.786 8.138 7.224 914 2.985 2.728 258 8.663 7.338 1.325 19.786 8.138 7.572 567 2.985 2.745 240 8.663 7.875 788
III 2012 39.993 39.993 36.691 3.302 39.993 37.291 2.702 33.246 33.246 4.903 4.903 16.464 15.817 646 11.880 10.337 1.543 33.246 4.903 4.656 246 16.464 15.503 961 11.880 11.067 813 20.680 20.680 20.680 8.390 7.428 961 3.113 2.869 245 9.177 7.817 1.360 20.680 8.390 7.776 613 3.113 2.854 260 9.177 8.390 787
IV 2012 40.749 40.749 37.244 3.504 40.749 37.873 2.876 34.882 34.882 5.008 5.008 18.663 17.903 760 11.211 9.590 1.621 34.882 5.008 4.701 307 18.663 17.601 1.062 11.211 10.323 888 21.840 21.840 21.840 8.996 8.038 958 3.193 2.957 236 9.651 8.257 1.394 21.840 8.996 8.347 649 3.193 2.944 250 9.651 8.805 845
I 2013 41.452 41.452 37.871 3.581 41.452 38.506 2.946 35.533 35.533 5.009 5.009 18.207 17.456 752 12.316 10.621 1.695 35.533 5.009 4.798 211 18.207 17.067 1.140 12.316 11.341 975 22.155 22.155 22.155 8.755 7.768 987 3.597 3.346 251 9.804 8.343 1.461 22.155 8.755 8.162 592 3.597 3.330 267 9.804 8.937 867
71
No
Uraian
2. Kolektibilitas Jenis Bank a. Lancar 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat b. Dalam Perhatian Khusus 1) Bank Umum c. Kurang Lancar 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat d. Diragukan 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat e. Macet 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Lancar 1) Konvensional 2) Syariah b. Dalam Perhatian Khusus 1) Konvensional 2) Syariah c. Kurang Lancar 1) Konvensional 2) Syariah d. Diragukan 1) Konvensional 2) Syariah e. Macet 1) Konvensional 2) Syariah IV. RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) Jenis Bank a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank a. Konvensional b. Syariah 2. Non Performing Loans a. Nominal (Miliar Rp) Jenis Bank 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1) Konvensional 2) Syariah b. Rasio (%) Jenis Bank 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat Jenis Usaha Bank 1) Konvensional 2) Syariah
72
I-2011
II-2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
15.043 13.828 12.028 1.801 715 715 103 63 40 101 68 33 297 237 60 15.043 13.828 13.722 106 715 637 78 103 81 21 101 94 6 297 285 11
16.152 14.851 12.928 1.923 776 776 93 54 39 118 84 34 314 245 68 16.152 14.851 14.733 119 776 696 80 93 83 10 118 101 17 314 302 12
17.058 15.792 13.808 1.984 747 747 127 94 33 92 62 31 300 227 72 17.058 15.792 15.669 122 747 662 85 127 114 13 92 86 6 300 287 13
17.939 16.810 14.739 2.071 696 696 78 54 24 84 57 27 272 202 69 17.939 16.810 16.666 144 696 659 37 78 62 15 84 78 6 272 260 12
18.484 17.080 14.904 2.177 895 895 107 70 38 98 72 25 303 227 76 18.484 17.080 16.916 164 895 853 42 107 90 18 98 87 11 303 292 11
19.786 18.381 16.028 2.353 872 872 113 75 38 108 80 27 313 235 79 19.786 18.381 18.197 183 872 829 43 113 101 12 108 97 11 313 297 17
20.680 19.184 16.769 2.416 922 922 134 98 37 89 59 30 351 267 84 20.680 19.184 18.997 187 922 876 46 134 125 9 89 81 8 351 332 18
21.840 20.467 18.004 2.463 861 861 77 52 25 74 52 23 361 284 77 21.840 20.467 20.278 190 861 814 47 77 69 8 74 70 4 361 345 17
22.155 20.535 17.994 2.541 1.039 1.039 111 61 51 89 63 26 381 300 81 22.155 20.535 20.342 193 1.039 982 57 111 95 17 89 81 7 381 364 17
60,37 56,33 117,54 60,37 59,54 75,28
62,01 57,92 119,75 62,01 60,93 82,20
61,70 57,81 117,37 61,70 60,03 90,49
62,34 58,68 113,05 62,34 60,80 87,39
61,59 57,68 116,83 61,59 60,39 80,70
63,24 59,16 121,04 63,24 61,67 89,01
62,20 58,33 117,18 62,20 60,91 82,20
62,61 59,24 108,68 62,61 61,60 77,25
62,35 58,81 110,25 62,35 61,52 74,17
500 368 132 500 461 39
525 383 142 525 486 39
519 383 136 519 487 32
433 313 120 433 400 33
508 368 139 508 468 40
534 390 144 534 494 40
574 424 150 574 538 36
512 387 125 512 484 28
581 424 157 581 540 41
3,32 2,81 6,82 3,32 3,28 3,91
3,25 2,72 6,87 3,25 3,23 3,55
3,05 2,57 6,43 3,05 3,11 2,32
2,41 1,99 5,47 2,41 2,43 2,25
2,75 2,28 6,01 2,75 2,74 2,79
2,70 2,25 5,77 2,70 2,72 2,50
2,78 2,34 5,86 2,78 2,83 2,16
2,35 2,01 4,82 2,35 2,41 1,63
2,62 2,18 5,82 2,62 2,64 2,37
Indikator Bank Umum - DIY Miliar Rp
No I
II III
Uraian KANTOR PELAYANAN 1. Kantor Pusat 2. Kantor Cabang 3. Kantor Cabang Pembantu 4. Kantor Kas 5. Kas Mobil 6. Payment Point 7. Anjungan Tunai Mandiri 8. Jumlah Karyawan ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
IV KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet V RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
1.205 1 53 282 123 13 80 653 4.822 26.615 23.276 3.501 11.666 8.110
1.318 1 53 287 123 13 80 761 4.822 28.140 24.323 3.727 12.043 8.552
1.378 1 53 288 124 13 80 819 5.687 29.474 25.839 3.628 12.894 9.316
1.496 1 53 289 185 8 81 879 6.054 31.031 26.837 3.644 14.371 8.821
1.556 1 54 291 185 11 82 932 6.400 32.605 28.029 4.189 14.123 9.716
1.563 1 55 292 186 11 82 936 6.443 34.219 29.227 4.343 15.047 9.836
1.577 1 55 303 187 11 82 938 6.541 36.691 31.056 4.903 15.817 10.337
1.585 1 55 311 187 11 82 938 6.693 37.244 32.501 5.008 17.903 9.590
1.586 1 56 311 187 11 82 938 6.811 37.871 33.086 5.009 17.456 10.621
13.116 13.116 4.951 2.116 6.048 13.116 187 20 8 719 42 166 2.681 312 120 642 770 6 124 79 224 15 0 951 6.048 13.116 12.032 715 63 68 237
14.087 14.087 5.512 2.289 6.287 14.087 207 23 8 842 44 226 2.958 298 177 796 750 6 122 88 263 27 0 964 6.287 14.087 12.928 776 54 84 245
14.938 14.938 5.644 2.532 6.762 14.938 205 27 16 828 48 215 3.079 390 180 842 848 5 121 82 256 26 0 1.007 6.762 14.938 13.808 747 94 62 227
15.749 15.749 6.464 2.176 7.108 15.749 209 27 8 938 55 229 3.308 448 195 856 815 10 125 107 265 27 0 1.019 7.108 15.749 14.739 696 54 57 202
16.168 16.168 6.395 2.572 7.201 16.168 248 28 9 944 58 226 3.316 476 207 942 906 12 141 105 272 23 0 1.054 7.201 16.168 14.904 895 70 72 227
17.290 17.290 7.224 2.728 7.338 17.290 435 34 18 1.020 55 268 4.095 517 259 1.080 1.082 13 154 112 331 29 0 451 7.338 17.290 16.028 872 75 80 235
18.114 18.114 7.428 2.869 7.817 18.114 438 34 20 1.092 53 323 4.129 565 285 1.133 1.145 14 154 124 346 32 0 411 7.817 18.114 16.769 922 98 59 267
19.252 19.252 8.038 2.957 8.257 19.252 486 36 16 1.150 50 359 4.417 600 289 1.102 1.206 17 153 123 379 54 0 560 8.257 19.252 18.004 861 52 52 284
19.457 19.457 7.768 3.346 8.343 19.457 482 41 19 1.118 44 510 4.598 646 296 1.058 1.096 17 164 132 395 81 0 415 8.343 19.457 17.994 1.039 61 63 300
368 2,81 56,35
383 2,72 57,92
383 2,57 57,81
313 1,99 58,68
368 2,28 57,68
390 2,25 59,16
424 2,34 58,33
387 2,01 59,24
424 2,18 58,81
73
Indikator Bank Umum - Kabupaten Bantul Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
74
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
970 893 98 652 143
1.027 963 126 678 159
1.110 1.035 145 763 127
1.243 1.133 81 894 158
1.269 1.167 118 825 224
1.318 1.253 171 898 185
1.362 1.285 184 938 163
1.468 1.363 99 1.101 162
1.400 1.322 175 932 216
818 818 437 61 320 818 28 7 0 45 0 2 167 6 6 1 2 0 0 1 4 1 0 228 320 818 736 59 3 5 15
868 868 464 69 335 868 26 7 0 45 0 2 154 7 6 1 2 0 0 2 4 1 0 275 335 868 781 64 3 4 16
914 914 483 68 363 914 24 9 0 42 0 3 163 4 8 1 2 0 0 2 4 1 0 287 363 914 829 62 4 3 16
924 924 467 69 388 924 20 8 0 29 0 2 148 4 8 1 2 0 0 2 4 1 0 306 388 924 847 65 1 2 9
926 926 463 75 389 926 15 8 0 41 0 2 133 5 12 1 2 0 0 2 4 1 0 310 389 926 834 75 4 4 9
929 929 497 76 356 929 113 9 0 47 0 3 306 8 13 6 2 0 1 2 21 1 0 40 356 929 823 89 4 4 9
985 985 505 76 403 985 111 9 1 64 0 3 303 9 13 8 3 0 1 2 21 2 0 33 403 985 874 93 5 3 9
1.183 1.183 651 93 439 1.183 124 10 2 92 0 2 315 10 17 7 4 0 1 5 22 3 0 130 439 1.183 1.064 107 2 1 9
1.007 1.007 475 95 437 1.007 108 13 2 60 0 2 289 10 16 6 4 0 1 5 22 4 0 28 437 1.007 895 95 4 4 8
23 2,76 91,67
23 2,67 90,14
23 2,55 88,33
13 1,35 81,57
17 1,85 79,39
17 1,84 74,13
18 1,83 76,67
12 1,00 86,77
17 1,69 76,14
Indikator Bank Umum - Kabupaten Gunungkidul Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
862 580 95 347 138
894 667 157 367 143
854 678 123 412 143
899 696 73 492 132
1.002 792 184 439 169
1.041 854 163 491 200
1.080 848 150 502 197
1.174 864 95 638 132
1.183 912 131 530 251
824 824 298 52 473 824 21 1 0 8 0 1 164 2 2 0 1 0 0 3 6 1 0 139 473 824 772 33 3 5 10
859 859 310 58 491 859 19 1 0 7 0 1 156 3 1 0 1 0 1 3 6 1 0 167 491 859 798 43 3 3 12
908 908 336 65 507 908 18 2 0 7 0 3 190 3 1 0 2 0 1 3 7 1 0 163 507 908 856 36 2 3 12
939 939 335 67 537 939 18 1 0 7 0 3 185 3 1 0 2 0 1 3 9 1 0 168 537 939 889 37 2 2 8
948 948 329 70 549 948 18 1 0 6 0 2 182 5 1 0 2 0 1 3 8 1 0 168 549 948 890 44 2 3 8
984 984 407 77 500 984 46 2 1 13 0 2 325 5 3 4 3 0 1 7 12 1 0 60 500 984 918 48 4 5 9
1.030 1.030 374 78 577 1.030 49 3 1 17 0 2 296 5 3 9 3 0 1 5 13 1 0 44 577 1.030 962 51 3 2 11
1.105 1.105 397 96 611 1.105 57 3 1 21 0 3 317 6 5 9 3 0 1 5 18 1 0 45 611 1.105 1.044 48 1 3 10
1.134 1.134 425 99 609 1.134 63 3 1 23 0 3 328 7 6 14 4 0 1 4 20 1 0 45 609 1.134 1.055 62 2 5 10
19 2,25 142,07
19 2,16 128,85
17 1,84 133,84
12 1,31 134,82
14 1,45 119,65
18 1,81 115,29
16 1,56 121,38
13 1,22 127,86
17 1,47 124,30
75
Indikator Bank Umum - Kabupaten Kulonprogo Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
76
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
747 686 76 455 156
759 713 79 471 163
819 770 101 510 158
866 782 118 588 76
935 888 82 548 257
971 925 113 596 215
1.013 958 117 612 229
1.028 954 148 713 93
1.068 1.011 130 672 209
587 587 216 51 321 587 28 3 0 5 0 6 87 1 6 0 0 0 0 2 2 1 0 124 321 587 554 23 2 2 5
611 611 230 56 326 611 32 3 0 5 0 10 92 1 6 0 0 0 0 2 3 1 0 129 326 611 574 24 7 1 6
642 642 240 55 347 642 33 3 0 5 0 8 95 1 6 0 0 0 0 2 3 1 0 138 347 642 610 23 1 2 5
663 663 243 55 365 663 26 3 0 5 0 8 97 2 5 0 0 0 0 2 3 1 0 147 365 663 636 21 1 2 4
669 669 249 57 363 669 21 3 0 5 0 9 96 2 5 0 0 0 0 2 4 1 0 158 363 669 634 27 2 2 5
704 704 319 59 326 704 73 7 3 11 0 11 192 3 6 14 1 0 0 2 16 2 0 35 326 704 665 30 1 4 4
737 737 311 63 363 737 77 7 4 13 0 9 193 2 7 17 1 0 1 4 16 3 0 21 363 737 696 31 2 2 6
793 793 320 75 397 793 78 6 4 13 0 8 202 4 8 19 1 0 1 4 21 4 0 23 397 793 753 31 2 2 5
812 812 338 78 395 812 83 5 4 15 0 8 222 3 7 20 1 0 2 4 22 4 0 15 395 812 767 34 3 2 5
10 1,65 85,54
14 2,25 85,70
8 1,24 83,37
6 0,97 84,73
8 1,27 75,38
10 1,36 76,12
10 1,35 76,96
9 1,08 83,11
10 1,24 80,31
Indikator Bank Umum - Kabupaten Sleman Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
3.855 3.713 640 2.251 822
4.120 3.936 725 2.361 850
4.011 4.063 672 2.447 943
4.426 4.452 683 2.857 911
4.872 4.646 818 2.803 1.025
5.036 4.856 800 2.978 1.078
5.398 5.199 935 3.127 1.136
5.850 5.580 934 3.578 1.068
6.136 5.931 1.042 3.673 1.215
1.834 1.834 729 172 933 1.834 20 6 0 73 0 22 359 26 6 26 106 0 1 18 57 4 0 177 933 1.834 1.652 113 7 17 46
1.967 1.967 863 179 924 1.967 39 9 0 91 0 26 403 30 43 47 94 0 1 17 66 5 0 172 924 1.967 1.780 114 5 19 49
2.035 2.035 868 185 982 2.035 36 10 0 94 0 26 401 31 45 39 110 0 2 15 69 3 0 171 982 2.035 1.845 116 12 13 49
2.099 2.099 895 164 1.040 2.099 33 11 0 81 0 31 432 24 44 57 108 0 12 14 63 3 0 147 1.040 2.099 1.928 120 13 9 29
2.149 2.149 908 181 1.060 2.149 43 11 1 86 2 26 433 27 45 51 107 0 23 14 65 2 0 153 1.060 2.149 1.944 136 18 14 37
2.288 2.288 978 207 1.103 2.288 57 12 2 96 2 28 525 33 51 77 105 0 24 18 80 3 0 72 1.103 2.288 2.079 138 20 10 42
2.404 2.404 997 233 1.174 2.404 54 12 2 113 2 36 566 37 54 73 95 0 24 21 82 3 0 56 1.174 2.404 2.192 144 13 12 43
2.619 2.619 1.094 265 1.260 2.619 67 14 3 122 2 46 627 49 57 68 102 0 24 24 92 3 0 60 1.260 2.619 2.433 136 7 4 39
2.802 2.802 1.209 280 1.313 2.802 86 15 5 87 2 40 713 60 56 84 94 0 34 24 103 12 0 75 1.313 2.802 2.543 199 9 12 39
70 3,79 49,41
73 3,73 49,96
74 3,62 50,08
52 2,46 47,16
70 3,24 46,26
71 3,10 47,12
68 2,82 46,24
50 1,90 46,94
60 2,13 47,24
77
Indikator Bank Umum - Kota Yogyakarta Miliar Rp
No I II
III
Uraian ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Giro 2. Tabungan 3. Deposito
KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan dan Penggalian d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Badan Internasional r. Kegiatan yang belum jelas batasannya s. Bukan Lapangan Usaha 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Dalam Perhatian Khusus c. Kurang Lancar d. Diragukan e. Macet IV RASIO 1. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%) 2. Loan to Deposit Ratio (%)
78
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
20.181 17.405 2.592 7.961 6.851
21.340 18.043 2.641 8.166 7.237
22.679 19.293 2.587 8.763 7.943
23.596 19.774 2.689 9.540 7.544
24.528 20.536 2.987 9.508 8.041
25.852 21.339 3.097 10.084 8.158
27.838 22.767 3.516 10.639 8.611
27.724 23.740 3.732 11.873 8.135
28.084 23.911 3.532 11.649 8.730
9.052 9.052 3.272 1.780 4.000 9.052 90 3 8 587 42 135 1.905 275 101 614 662 6 123 55 155 8 0 283 4.000 9.052 8.318 487 48 39 161
9.782 9.782 3.645 1.927 4.211 9.782 90 4 7 694 44 186 2.153 257 120 748 652 6 120 64 184 19 0 221 4.211 9.782 8.996 532 35 57 161
10.439 10.439 3.717 2.159 4.562 10.439 94 4 16 681 48 176 2.229 351 120 801 733 5 118 60 173 21 0 247 4.562 10.439 9.668 510 75 41 146
11.124 11.124 4.524 1.821 4.779 11.124 112 4 8 817 54 186 2.446 416 136 797 702 10 112 87 186 21 0 251 4.779 11.124 10.440 453 37 42 152
11.475 11.475 4.446 2.188 4.841 11.475 150 4 8 805 56 187 2.471 438 143 890 794 12 117 85 192 19 0 265 4.841 11.475 10.602 613 43 49 168
12.384 12.384 5.023 2.308 5.053 12.384 145 4 12 852 53 224 2.746 467 185 979 971 13 128 83 202 21 0 244 5.053 12.384 11.543 567 46 57 171
12.959 12.959 5.241 2.418 5.300 12.959 146 4 12 885 51 273 2.770 513 207 1.026 1.043 14 127 92 215 23 0 258 5.300 12.959 12.045 601 75 41 197
13.553 13.553 5.575 2.428 5.550 13.553 160 4 7 902 48 300 2.956 531 204 999 1.096 17 125 85 226 44 0 302 5.550 13.553 12.710 539 40 42 221
13.704 13.704 5.320 2.794 5.589 13.704 142 4 8 933 42 456 3.048 565 211 934 993 17 126 95 227 60 0 252 5.589 13.704 12.733 650 44 39 238
248 2,74 52,01
254 2,60 54,21
262 2,51 54,11
230 2,07 56,26
259 2,26 55,88
274 2,22 58,04
312 2,41 56,92
304 2,24 57,09
320 2,34 57,31
Indikator BPR - DIY Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loans a. Nominal b. Rasio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
2.520 1.644 493 1.151 1.933 1.933 757 194 981 1.933 32 3 1 26 1 15 566 23 20 6 3 2 3 11 128 20 77 61 936 1.933 1.801 40 33 60
2.639 1.724 524 1.200 2.065 2.065 791 201 1.072 2.065 37 4 1 30 1 21 624 19 22 6 4 2 2 10 137 16 45 70 1.012 2.065 1.923 39 34 68
2.755 1.806 525 1.281 2.120 2.120 789 200 1.130 2.120 39 5 2 30 1 24 594 20 26 6 5 3 3 10 139 20 58 68 1.069 2.120 1.984 33 31 72
2.892 1.938 597 1.341 2.191 2.191 813 210 1.168 2.191 41 6 2 33 2 40 605 22 30 10 27 4 6 11 103 31 49 19 1.149 2.191 2.071 24 27 69
2.948 1.982 587 1.395 2.316 2.316 849 232 1.235 2.316 45 6 3 35 2 52 635 20 41 10 29 5 7 9 94 34 53 19 1.216 2.316 2.177 38 25 76
3.137 2.063 611 1.451 2.497 2.497 914 258 1.325 2.497 54 7 3 39 3 66 666 21 48 13 31 6 8 8 96 40 62 16 1.309 2.497 2.353 38 27 79
3.302 2.190 646 1.543 2.566 2.566 961 245 1.360 2.566 64 7 3 43 3 75 683 19 49 14 28 6 8 8 92 43 62 15 1.345 2.566 2.416 37 30 84
3.504 2.382 760 1.621 2.588 2.588 958 236 1.394 2.588 70 6 5 41 2 71 663 20 56 13 28 6 8 6 89 44 67 17 1.377 2.588 2.463 25 23 77
3.581 2.447 752 1.695 2.698 2.698 987 251 1.461 2.698 84 7 5 45 2 62 672 20 68 13 28 6 9 5 87 48 75 20 1.441 2.698 2.541 51 26 81
117,54
119,75
117,37
113,05
116,83
121,04
117,18
108,68
110,25
132 6,82
142 6,87
136 6,43
120 5,47
139 6,01
144 5,77
150 5,86
125 4,82
157 5,82
79
Indikator BPR - Kabupaten Bantul Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan to Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
80
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
502 371 123 249 381 381 174 42 165 381 5 0 0 10 0 2 130 1 6 0 0 0 0 7 41 6 3 9 161 381 345 10 9 17
520 375 125 251 401 401 184 42 175 401 7 1 0 9 0 3 135 1 7 0 0 0 0 6 47 6 2 8 170 401 365 10 7 19
555 401 128 273 417 417 191 41 185 417 8 1 0 9 0 4 136 1 8 0 0 0 0 7 49 6 2 7 179 417 381 9 7 20
586 425 142 283 436 436 193 43 199 436 8 1 0 9 0 5 135 1 9 0 1 0 0 5 47 7 3 8 195 436 404 6 7 19
589 431 142 289 468 468 200 60 208 468 9 1 0 11 0 17 144 1 12 1 14 0 1 4 28 8 8 10 199 468 428 12 7 21
606 433 144 289 490 490 201 73 217 490 10 1 0 11 0 23 141 1 16 0 16 0 1 3 26 9 14 6 211 490 447 12 9 22
615 449 144 306 489 489 207 64 217 489 10 1 1 11 0 26 136 1 18 0 15 1 1 3 24 9 16 5 212 489 443 10 10 25
659 490 169 320 499 499 201 65 233 499 10 1 1 11 0 23 128 2 22 1 14 1 1 2 21 8 20 4 229 499 461 7 7 23
654 487 170 317 515 515 209 68 237 515 10 1 1 12 0 25 129 2 28 1 15 1 2 1 21 8 20 3 234 515 468 14 8 25
102,61
106,83
103,97
102,57
108,66
113,26
108,81
101,85
105,60
36 9,38
36 8,96
36 8,70
32 7,31
40 8,50
43 8,76
45 9,30
37 7,50
46 9,03
Indikator BPR - Kabupaten Gunungkidul Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
179 76 27 49 147 147 83 8 55 147 2 0 0 2 0 0 73 0 5 0 0 0 0 1 6 0 1 39 17 147 138 3 3 3
199 77 27 50 166 166 93 7 66 166 3 0 0 4 0 0 79 0 4 0 0 0 0 1 8 1 0 47 19 166 156 3 4 3
213 84 28 56 178 178 95 6 77 178 3 0 0 3 0 0 78 0 3 0 0 0 0 0 10 2 0 51 25 178 167 3 3 4
216 87 31 56 185 185 94 6 85 185 4 0 0 3 0 0 78 0 3 0 0 0 0 1 8 2 0 3 83 185 175 3 2 5
237 97 33 64 202 202 101 6 95 202 4 0 0 3 0 1 81 0 7 1 0 0 0 1 4 4 0 3 92 202 192 3 2 5
269 114 34 80 234 234 117 7 111 234 6 0 0 3 0 3 87 1 7 3 0 0 0 1 5 7 0 4 106 234 223 4 3 5
291 124 38 86 247 247 124 7 116 247 5 0 1 6 0 3 89 1 7 3 0 0 0 1 5 9 0 4 112 247 233 4 4 5
300 131 45 86 256 256 128 8 121 256 4 0 1 5 0 2 92 1 6 2 1 0 0 1 6 9 5 3 117 256 244 2 4 6
331 136 45 91 291 291 138 10 143 291 5 0 1 6 0 4 94 1 8 2 1 0 0 1 6 11 8 3 140 291 275 5 3 7
192,19
214,29
211,55
212,19
207,76
205,65
199,05
194,99
213,54
8 5,70
10 6,13
10 5,77
10 5,55
10 5,15
12 5,01
13 5,39
12 4,73
15 5,23
81
Indikator BPR - Kabupaten Kulonprogo Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
82
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
161 84 50 34 138 138 67 25 46 138 9 1 0 4 0 5 53 2 1 6 1 0 0 2 9 0 0 0 46 138 129 3 2 5
181 94 61 34 153 153 69 22 61 153 10 1 0 4 0 6 49 2 2 5 2 0 0 2 8 0 0 0 61 153 141 5 2 5
183 93 57 37 155 155 67 20 68 155 11 2 0 4 0 6 45 1 2 5 2 0 0 2 7 0 0 0 68 155 144 2 3 5
195 117 79 38 158 158 68 19 71 158 11 2 0 4 0 7 45 1 2 4 2 0 0 1 6 0 0 0 71 158 148 1 4 5
194 101 63 38 172 172 73 21 79 172 13 2 0 4 0 8 46 2 3 5 2 0 0 1 8 1 0 0 79 172 162 1 1 8
226 113 75 39 196 196 85 23 89 196 16 2 0 5 0 10 50 2 4 6 2 0 1 1 8 1 0 0 89 196 187 1 1 7
244 121 80 41 215 215 97 23 96 215 17 2 0 7 0 17 49 2 4 7 2 0 1 1 8 1 1 0 96 215 205 1 1 7
276 154 110 45 224 224 101 20 103 224 17 2 0 7 0 19 49 4 5 6 1 0 1 0 8 1 1 0 103 224 216 1 1 7
264 149 88 61 226 226 95 21 111 226 17 2 1 8 0 7 50 3 5 6 1 0 1 0 10 1 1 0 111 226 216 3 1 7
165,36
162,42
165,56
134,81
169,64
173,69
177,18
145,38
151,90
10 7,04
12 7,81
10 6,70
10 6,23
10 5,90
10 4,87
9 4,41
9 3,96
11 4,78
Indikator BPR - Kabupaten Sleman Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
1.290 880 234 646 942 942 336 57 549 942 14 1 0 9 0 7 201 19 6 0 1 2 2 2 61 6 56 6 547 942 879 18 15 29
1.332 930 251 679 996 996 346 57 593 996 16 2 1 13 1 12 222 15 9 0 2 2 2 1 61 8 36 8 586 996 929 17 16 33
1.379 965 248 717 1.010 1.010 336 60 613 1.010 16 2 1 12 1 13 218 17 11 0 2 3 2 1 58 10 29 3 611 1.010 946 15 14 36
1.446 1.022 271 751 1.032 1.032 342 65 624 1.032 15 2 2 13 1 16 221 17 12 1 2 3 3 1 63 12 22 5 621 1.032 979 10 10 33
1.468 1.052 275 778 1.066 1.066 347 67 652 1.066 16 2 2 13 1 20 230 14 14 2 6 4 4 1 49 15 19 4 647 1.066 1.002 17 11 36
1.539 1.083 280 803 1.132 1.132 374 80 678 1.132 18 2 2 15 1 24 252 15 16 1 7 5 4 2 52 19 18 4 674 1.132 1.070 17 11 35
1.625 1.151 301 850 1.160 1.160 394 80 686 1.160 19 2 2 16 1 24 274 14 14 2 5 4 4 1 50 21 21 3 683 1.160 1.094 17 12 37
1.714 1.232 336 897 1.143 1.143 386 80 676 1.143 19 3 2 15 1 22 266 13 16 1 5 4 5 1 48 23 23 6 669 1.143 1.092 10 9 32
1.755 1.288 339 949 1.163 1.163 391 88 684 1.163 18 3 2 17 1 21 273 13 17 1 5 4 5 2 46 26 23 10 674 1.163 1.099 22 10 32
106,96
107,12
104,63
100,95
101,25
104,52
100,75
92,71
90,29
63 6,68
67 6,70
64 6,33
52 5,05
63 5,95
63 5,54
66 5,66
51 4,46
63 5,45
83
Indikator BPR - Kota Yogyakarta Miliar Rp
No I II
Uraian
ASET DANA PIHAK KETIGA 1. Tabungan 2. Deposito III KREDIT 1. Jenis Penggunaan a. Modal Kerja b. Investasi c. Konsumsi 2. Sektor Ekonomi a. Pertanian b. Perikanan c. Pertambangan d. Industri Pengolahan e. Listrik, Gas dan Air f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran h. Penyediaan Akomodasi dan MaMin i. Transportasi, Pergudangan j. Perantara Keuangan k. Real Estate, Usaha Persewaan l. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan m. Jasa Pendidikan n. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial o. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya p. Jasa Perorangan Rumah Tangga q. Kegiatan yang belum jelas batasannya r. Bukan Lapangan Usaha - Rumah Tangga s. Bukan Lapangan Usaha - Lainnya 3. Kolektibilitas a. Lancar b. Kurang Lancar c. Diragukan d. Macet IV RASIO 1. Loan To Deposit Ratio (%) 2. Non Performing Loan a. Nominal b. Rasio (%)
84
I 2011
II 2011
III 2011
IV 2011
I 2012
II 2012
III 2012
IV 2012
I 2013
388 233 59 173 325 325 96 62 166 325 1 0 0 1 0 0 110 1 1 0 0 0 0 0 12 8 18 7 166 325 310 5 4 5
407 248 61 187 349 349 98 73 177 349 1 0 0 1 0 0 139 1 1 0 0 0 0 0 13 2 6 7 176 349 332 4 5 8
426 263 64 199 361 361 100 74 188 361 1 0 0 1 0 1 117 0 2 0 1 0 0 0 16 3 26 6 185 361 346 4 4 7
449 287 74 214 381 381 116 77 188 381 4 0 0 4 1 5 127 2 3 0 1 0 1 1 21 6 17 0 189 381 365 5 4 7
459 300 74 226 408 408 128 79 201 408 4 1 0 4 1 6 134 2 4 3 8 0 2 2 5 6 25 2 199 408 392 4 4 7
498 319 78 241 443 443 138 75 230 443 5 1 0 4 1 6 136 2 5 3 7 0 2 2 6 5 29 1 229 443 426 4 4 9
526 344 83 261 456 456 140 71 245 456 12 1 0 3 1 6 134 1 6 3 7 0 1 3 5 4 24 3 242 456 440 4 3 10
555 374 101 273 466 466 142 62 262 466 20 0 0 3 1 5 128 1 7 3 6 0 1 2 6 4 19 3 259 466 451 4 3 9
578 387 109 277 503 503 154 63 286 503 33 0 0 3 1 6 124 1 9 3 5 0 1 1 4 3 23 3 282 503 482 8 4 9
139,77
140,98
137,36
132,67
135,85
138,78
132,40
124,77
130,20
15 4,64
17 4,89
16 4,30
16 4,15
15 3,80
17 3,85
16 3,60
15 3,30
21 4,18
Survei
85
Survei Konsumen
SURVEI KONSUMEN
Maret 2013
Optimisme konsumen pada bulan Maret 2013 menunjukkan penguatan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada posisi 133,53; naik 2,82 poin dibandingkan bulan Februari 2013. Menguatnya tingkat optimisme konsumen didorong oleh meningkatnya ketersediaan lapangan kerja saat ini, meningkatnya konsumsi barang tahan lama, meningkatnya ekspektasi penghasilan pada 6 bulan yang akan datang dan meningkatnya ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan yang akan datang. Tekanan terhadap harga barang/jasa 3 bulan yang akan datang (Juni 2013) diperkirakan menguat (indeks 160,00). Sementara itu, tekanan terhadap harga barang/jasa 6 bulan mendatang (September 2013) justru diperkirakan melemah (indeks 174,50). Menurut persepsi responden, pelemahan tekanan terhadap harga pada 6 bulan mendatang akan didorong oleh situasi keamanan/ sosial politik yang semakin stabil, penurunan suku bunga, menguatnya kurs rupiah dan lain-lain. Tingkat keyakinan konsumen pada bulan Maret 2013 menguat dibandingkan
Tingkat keyakinan konsumen menguat dan berada di atas level optimis
periode sebelumnya dan berada di atas level optimis. Penguatan ini mencerminkan semakin membaiknya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level 133,53; naik 2,82 poin dibandingkan IKK pada bulan Februari 2013 (indeks 123,57). Penguatan IKK tersebut disumbang oleh naiknya Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini sebesar 3,50 poin ke level 127,07 dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang naik 2,13 poin ke level 140,00. 160
Indeks
120
Optimis
140
100
Pesimis
80
Kenaikan TDL
60
Kenaikan Harga Cabe
40
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Krisis Ekonomi Global
20 0
3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009
2010
2011
2012
2013
Grafik 1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini berada pada level 127,07; lebih tinggi 3,50 poin Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini menguat 3,50 poin
dibandingkan IKE pada bulan Februari 2013 (indeks 123,57). Penguatan IKE tersebut disebabkan oleh kenaikan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, yang naik 0,40 poin ke level
Metodologi Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan terhadap kurang lebih 200 rumah tangga sebagai responden dengan metode stratified random sampling di sebagian wilayah Provinsi Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance +100), sehingga jika indeks di atas 100 berarti optimis, sebaliknya di bawah 100 berarti pesimis. Survei sampai dengan 2009 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Maret 2010 dilakukan secara bulanan terhadap sampling 200 responden rumah tangga di DI Yogyakarta.
Tim Ekonomi Moneter
1
Survei Konsumen 110,00; dan Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Saat Ini, yang naik 10,40 poin ke level 132,50. Sementara itu Indeks Penghasilan Saat Ini turun 0,30 poin ke level 138,70;
160
Indeks 140 120 100 80 60 40 20 0 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009
2010
2011
2012
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Penghasilan Konsumen
Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lapangan Kerja
2013
Grafik 2 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada bulan Maret 2013 juga mengalami kenaikan. Meningkatnya IEK mencerminkan semakin menguatnya tingkat optimisme konsumen dalam Kenaikan IEK mencerminkan semakin meningkatnya tingkat optimisme konsumen dalam memperkirakan kondisi ekonomi 6 bulan kedepan
memprediksi kondisi perekonomian 6 bulan mendatang (September 2013). Nilai IEK naik 2,13 poin ke level 140,00 dibandingkan IEK pada Februari 2013 (indeks 137,87). Kenaikan ekspektasi konsumen ini terutama disumbang oleh kenaikan nilai indeks pada dua komponen IEK, yaitu Indeks Ekspektasi Penghasilan, yang naik 2,20 poin ke level 159,50 dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja, yang naik 9,40 poin ke level 125,00. 180
Indeks 160 140 120 100 80 60 40 20 0 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009
2010
2011
2012
2013
Indeks Ekspektasi Konsumen
Ekspektasi Penghasilan Konsumen
Ekspektasi Kegiatan Usaha
Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Grafik 3 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Responden berpendapat bahwa kenaikan/ tambahan gaji (36,80%), kenaikan omzet usaha (35,20%) dan tambahan perolehan pendapatan (25,60%), merupakan faktor-faktor yang akan mendorong peningkatan penghasilan 6 bulan ke depan. Di sisi lain responden memprediksi bahwa meningkatnya minat berwiraswasta atau menciptakan pekerjaan sendiri
Tim Ekonomi Moneter
2
Survei Konsumen (41,13%), meningkatnya kegiatan/ proyek pemerintah dan swasta (20,00%) dan kondisi ekonomi yang membaik (19,35%) berkontribusi terhadap meningkatnya lapangan pekerjaan 6 bulan ke depan, yang tercermin pada meningkatnya Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha, turun 5,20 poin ke level 135,50. Penurunan Indeks Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha dipengaruhi oleh persepsi responden,antara lain: kesulitan mendapatkan pembiayaan perbankan (29,63%), inflasi yang tidak terkendali (25,93%) dan tidak adanya perbaikan infrastruktur (22,22%) .
Ekspektasi Harga Tekanan terhadap kenaikan harga secara umum 3 bulan mendatang Tekanan kenaikan harga pada 3 bulan mendatang cenderung menguat
cenderung menguat. Indeks Ekspektasi Harga 3 bulan mendatang (Juni 2013) tercatat berada pada level 160,00; naik 2,40 poin dibandingkan ekspektasi pada periode survei Februari 2013 (indeks 157,60). Terdapat 4 (empat) kelompok yang diperkirakan akan mengalami kenaikan tekanan kenaikan harga, masing-masing pada kelompok bahan makanan (indeks 182,80); kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (indeks 152,90); kelompok perumahan, listrik, gas & bahan bakar (indeks 162,50); dan kelompok sandang (indeks 139,10). Sementara itu, penurunan tekanan kenaikan harga diperkirakan akan terjadi pada 3 (tiga) kelompok, yaitu: kelompok kesehatan (indeks 137,60); kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan (indeks 156,10); dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (indeks 159,10).
190,00
Indeks
Inflasi (%)
180,00
3,00 2,50
170,00
2,00
160,00
1,50
150,00
1,00 140,00
0,50
130,00 120,00
0,00
110,00
‐0,50 ‐1,00
100,00 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2011 2011
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
2012 2012
Inflasi Aktual Kumulatif 3 bulan
3
4
5
6
2013 2013
Indeks Ekspektasi Harga 3 bulan yad
Grafik 4 Indeks Ekspektasi Harga pada 3 Bulan Yang Akan Datang
Tekanan harga pada 6 bulan yang akan datang diperkirakan cenderung menurun
Di pihak lain, tekanan terhadap kenaikan harga 6 bulan mendatang diperkirakan cenderung menurun. Indeks Ekspektasi Harga pada 6 bulan mendatang (September 2013) turun 1,90 poin ke level 174,50 dibandingkan ekspektasi pada periode survei Februari 2013 (indeks 176,40).
Tim Ekonomi Moneter
3
Survei Konsumen
250,00
6,00
Indeks
Inflasi (%) 5,00
200,00
4,00 150,00 3,00 100,00 2,00 50,00
1,00
0,00
0,00 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011
2012
Inflasi Aktual Kumulatif 6 bulan
2013
Indeks Ekspektasi Harga 6 bulan yad
Grafik 5 Indeks Ekspektasi Harga pada 6 Bulan Yang Akan Datang
Mayoritas responden memprediksi bahwa faktor utama yang mendorong penurunan harga-harga pada bulan September 2013 tersebut adalah situasi keamanan/ sosial politik yang semakin stabil, penurunan suku bunga, penguatan kurs Rupiah dan lain-lain.
Ekspektasi Pengeluaran Indeks Ekspektasi Pengeluaran 3 bulan mendatang (Juni 2013) naik 12,70 poin ke level 162,50. Meningkatnya ekspektasi pengeluaran ke depan tercermin dari peningkatan Indeks Ekspektasi Pengeluaran 3 bulan yang akan datang cenderung meningkat
pengeluaran pada kelompok bahan makanan (indeks 179,30); kelompok perumahan, listrik, gas & bahan bakar (indeks 162,90); kelompok sandang (indeks 149,50); kelompok kesehatan (indeks 142,70); kelompok transportasi dan komunikasi (indeks 171,70). Sementara penurunan ekpektasi pengeluaran terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (indeks 151,60); dan kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga (indeks 157,50). Dampak kondisi cuaca yang ekstrem pada musim kemarau dan meningkatnya biaya kesehatan, disinyalir sebagai faktor utama yang mempengaruhi peningkatan ekspektasi pengeluaran yang cukup signifikan pada kelompok kesehatan (10,60 poin). Sementara itu, isu kenaikan harga BBM bersubsidi, serta masa liburan sekolah disinyalir sebagai faktor yang mendorong peningkatan signifikan pada peningkatan ekspektasi pengeluaran untuk transportasi dan komunikasi pada 3 bulan mendatang (10,80 poin).
Tim Ekonomi Moneter
4
Survei Konsumen 200,00 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 ‐ 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2011
6
7
8
9 10 11 12 1
2
2012
Indeks Pendapatan Per Bulan Untuk Pengeluaran Rutin dan Cicilan
3
4
5
6
2013 Indeks Ekspektasi Pengeluaran 3 Bulan yad
Grafik 6 Indeks Ekspektasi Pengeluaran pada 3 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi Suku Bunga Tabungan Ekspektasi terhadap suku bunga tabungan 6 bulan yang akan datang menurun
Tingkat suku bunga tabungan 6 bulan mendatang diperkirakan menurun. Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan pada Maret 2013 berada pada level 119,10 turun 5,60 poin dibandingkan dengan periode survei Februari 2013 (indeks 124,70). 145,00
10,00 growth (%)
Indeks 140,00
5,00
135,00 0,00
130,00 125,00
‐5,00
120,00
‐10,00
115,00
‐15,00
110,00 ‐20,00
105,00 100,00
‐25,00 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011
2012
Pertumbuhan Suku Bunga Tabungan Selama 6 bulan
2013
Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 bulan yad
Grafik 7 Indeks Ekspektasi Suku Bunga Tabungan 6 Bulan yang Akan Datang
Ekspektasi Jumlah Tabungan Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bulan mendatang tercatat pada angka 140,20. Indeks Ekspektasi Jumlah tabungan 6 bulan yang akan datang turun 6,70 poin
Angka indeks tersebut turun sebesar 6,70 poin dibandingkan ekspektasi pada bulan Februari 2013 (indeks 146,90). Penurunan indeks tersebut cukup beralasan, karena pada tahun bulan Agustus 2013, terdapat hari raya keagamaan yang dirayakan oleh sebagian besar masyarakat DIY, sehingga tingkat konsumsi masyarakat cenderung meningkat pada bulan tersebut. Akibatnya, memasuki bulan September saldo tabungan masyarakat akan berkurang secara signifikan yang tercermin dari menurunnya Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bulan mendatang (September 2013).
Tim Ekonomi Moneter
5
Survei Konsumen
170,00
25 indeks
growth (%)
160,00 20 150,00 15
140,00 130,00
10
120,00 5 110,00 ‐
100,00 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011
2012
Pertumbuhan Jumlah Tabungan Selama 6 bulan
2013 Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 bulan yad
Grafik 8 Indeks Ekspektasi Jumlah Tabungan 6 Bulan yang Akan Datang
Tim Ekonomi Moneter
6
Survei Konsumen Tabel 1 Indeks Keyakinan Konsumen, Ekspektasi Harga, Rencana Konsumsi dan Indikator Ekonomi Keterangan
Agt
2011 Okt
Sep
2012 Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
2013 Feb
Mar
A Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
98,65 92,37 107,15 98,77 123,08 110,87 115,90 114,68 118,57 122,27 117,33 126,82 129,58 135,32 132,57 134,00 125,95 128,23 130,72 133,53 92,73 93,57 99,83 91,70 117,93 104,73 104,57 108,33 112,97 114,77 109,87 119,60 117,83 126,50 121,20 119,40 115,27 117,00 123,57 127,07 104,57 91,17 114,47 105,83 128,23 117,00 127,23 121,03 124,17 129,77 124,80 134,03 141,33 144,13 143,93 148,60 136,63 139,47 137,87 140,00
B Kondisi Ekonomi Saat Ini Dibanding 6 Bulan Yang Lalu Penghasilan Saat Ini Ketersediaan Lapangan Kerja Konsumsi Barang Tahan Lama Saat Ini
125,70 117,50 123,60 120,50 138,00 127,40 134,50 137,00 137,00 140,20 131,10 136,20 137,40 147,00 145,50 142,70 133,80 136,70 139,00 138,70 73,90 73,50 82,00 68,00 101,50 83,20 95,50 77,00 90,90 93,40 84,00 100,00 102,10 118,00 105,00 106,00 98,50 93,50 109,60 110,00 78,60 89,70 93,90 86,60 114,30 103,60 83,70 111,00 111,00 110,70 114,50 122,60 114,00 114,50 113,10 109,50 113,50 120,80 122,10 132,50
C Ekspektasi Konsumen Dalam 6 Bulan yad Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Ekspektasi Kegiatan Usaha* Sebelum Maret 2011 : Ekspektasi Kondisi Ekonomi
126,20 100,50 132,70 124,00 146,30 135,40 153,00 150,00 151,00 160,30 152,30 146,30 152,00 162,50 161,80 169,20 164,00 160,30 157,30 159,50 73,40 67,00 81,90 68,00 103,00 91,40 96,50 86,50 97,50 100,00 95,00 119,70 127,60 123,70 125,00 118,80 115,10 107,60 115,60 125,00 114,10 106,00 128,80 125,50 135,40 124,20 132,20 126,60 124,00 129,00 127,10 136,10 144,40 146,20 145,00 157,80 130,80 150,50 140,70 135,50
D Harga Saat Ini Dibandingkan 3 Bulan Yang Lalu Harga Umum
176,90 178,90 170,60 176,70 172,50 156,50 182,00 176,40 173,60 175,30 165,60 164,80 173,20 168,30 171,00 164,30 164,90 162,30 160,10 171,30
E Ekspektasi Harga Dalam 3 Bulan yad Harga Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
175,30 194,30 193,70 189,10 182,80 183,90 184,00 189,10
F Harga Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu Harga Umum
179,30 184,50 166,00 179,50 178,80 167,70 176,90 180,00 180,40 170,80 170,00 169,80 169,40 179,20 184,40 174,50 175,30 181,00 172,80 180,50
G Ekspektasi Harga Dalam 6 Bulan yad Harga Umum
181,00 186,00 166,00 181,00 179,40 169,10 181,20 191,50 184,00 172,70 173,00 169,00 155,10 173,10 180,90 177,30 176,40 181,90 176,40 174,50
H Harga Saat Ini Dibandingkan 12 Bulan Yang Lalu Harga Umum
182,50 190,50 174,00 179,00 180,90 169,20 185,00 186,50 184,90 176,40 178,70 170,50 173,80 183,30 189,40 186,20 186,30 186,90 185,90 187,90
I
Ekspektasi Harga Dalam 12 Bulan yad Harga Umum
173,00 193,00 186,70 186,00 182,60 181,30 184,00 179,50
168,50 185,40 158,00 171,60 153,80 168,30 153,10 172,70
177,40 187,20 157,90 183,20 149,30 169,60 153,30 176,70
170,40 181,40 180,40 180,50 178,40 170,20 174,00 175,10
166,00 189,50 154,10 177,00 144,10 152,80 160,70 179,40
182,50 185,30 148,40 170,80 134,80 146,40 152,30 160,00
178,80 182,70 172,00 175,30 145,20 156,00 174,00 155,70
175,50 190,50 172,90 180,50 148,20 149,30 172,70 160,50
175,20 175,60 166,10 164,20 140,40 145,20 161,50 151,00
167,70 175,30 165,40 163,30 151,70 152,90 169,40 163,10
162,80 173,20 157,50 140,20 135,10 134,20 146,80 147,20
161,40 174,00 156,40 146,40 135,40 126,90 142,30 139,40
167,70 176,90 167,60 162,40 139,70 147,80 161,80 162,30
170,60 178,10 146,50 149,00 127,80 139,80 166,20 156,50
162,80 177,10 152,50 134,10 121,20 133,90 160,60 158,60
181,30 191,60 165,40 165,20 143,20 144,50 178,00 176,90
168,90 190,40 161,50 182,60 147,10 159,50 177,70 165,90
157,60 179,80 146,30 160,50 138,40 140,90 158,40 162,60
160,00 182,80 152,90 162,50 139,10 137,60 156,10 159,10
183,90 193,40 176,30 179,00 182,90 172,50 188,40 193,50 189,40 181,40 180,80 171,40 178,90 177,30 187,30 182,20 187,40 188,30 181,30 188,50
J Pengeluaran saat ini Pengeluaran Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Transportasi dan Komunikasi Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
169,50 186,20 181,50 187,30 183,40 173,60 176,50 183,40
168,80 191,10 179,60 179,50 174,80 168,30 177,70 178,10
165,50 175,30 146,90 173,50 151,40 157,20 152,00 168,80
167,50 195,80 149,30 184,20 148,20 169,60 157,90 178,70
170,00 189,50 179,30 186,60 181,70 176,10 180,20 181,30
150,40 185,40 164,90 175,50 148,90 152,90 174,70 169,70
172,90 186,20 150,80 162,10 133,30 155,40 153,30 168,70
172,50 186,40 165,50 177,00 140,30 147,40 175,70 151,40
157,50 187,30 168,70 174,10 153,10 146,30 172,30 163,20
169,00 185,30 160,80 169,80 139,50 148,20 177,20 162,10
167,20 183,20 163,80 167,30 153,50 157,30 164,60 162,10
160,50 182,50 148,40 149,20 156,40 141,90 164,60 162,90
164,40 188,50 161,20 157,70 152,50 139,20 162,50 154,00
167,00 184,30 165,20 174,60 149,60 144,90 170,80 165,30
167,90 181,10 146,60 162,00 148,30 145,00 179,10 163,80
154,30 180,00 150,60 170,30 149,40 144,60 161,50 166,70
161,30 175,60 152,70 152,60 154,60 145,40 168,60 165,10
162,30 192,70 159,30 175,50 153,20 159,80 176,50 169,20
164,40 185,90 149,20 167,20 143,10 134,60 164,40 152,60
167,00 178,60 146,60 159,10 146,30 137,80 166,00 153,40
K Ekspektasi Pengeluaran 3 Bulan yad Pengeluaran Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Transportasi dan Komunikasi Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
165,00 186,90 178,00 181,60 184,20 176,40 183,00 181,50
130,70 180,80 149,40 154,60 142,40 150,00 155,00 151,90
154,50 174,80 160,00 169,20 165,00 162,50 166,90 175,00
153,00 195,10 172,70 182,30 168,00 172,60 179,00 186,60
169,50 190,10 183,90 191,50 184,40 177,60 182,10 189,60
151,80 184,30 158,60 173,50 150,00 155,00 176,70 164,50
173,40 189,40 157,60 174,40 141,10 156,80 156,10 174,60
176,00 190,20 174,80 179,30 156,00 154,70 181,20 160,20
172,00 191,20 171,60 184,80 156,90 155,70 173,60 169,40
169,00 180,70 162,80 176,60 142,80 144,70 170,70 157,80
171,90 187,30 164,40 165,80 160,30 146,90 170,80 168,40
153,80 181,80 162,00 150,40 158,40 140,30 160,00 156,60
151,40 175,50 151,50 155,90 139,80 129,30 161,30 147,00
162,90 184,30 165,20 174,60 149,60 144,90 170,80 165,30
169,00 185,20 155,70 163,80 143,50 146,40 188,10 164,50
154,90 185,20 161,20 157,80 145,60 149,30 167,90 161,80
158,30 183,50 160,20 175,00 158,00 147,10 171,40 159,80
160,80 186,30 156,00 179,70 155,70 167,30 174,60 172,20
149,80 176,60 160,70 159,30 143,00 132,10 160,90 160,70
162,50 179,30 151,60 162,90 149,50 142,70 171,70 157,50
L Indikator Ekonomi Lainnya Tingkat Suku Bunga Tabungan 6 Bulan yad Jumlah Tabungan 6 Bulan yad Posisi Pinjaman 6 Bulan yad Pendapatan Per Bulan Untuk Pengeluaran Rutin & Cicilan
126,60 131,20 154,20 118,50
111,50 118,00 136,80 103,80
126,00 133,00 157,00 120,60
119,00 128,50 176,20 149,60
140,90 149,50 161,90 130,00
116,70 131,40 154,10 149,00
123,00 131,90 162,80 96,20
113,10 127,80 158,10 103,40
119,70 128,50 129,80 97,70
126,60 138,70 152,10 104,00
119,80 140,70 156,60 116,30
129,00 136,00 159,20 108,10
128,70 144,10 156,00 92,00
126,10 147,00 152,60 110,00
120,80 148,20 156,00 102,70
130,60 159,40 146,80 108,40
120,60 134,30 153,70 107,10
122,40 151,50 137,50 109,80
124,70 146,90 124,50 111,50
119,10 140,20 139,70 110,30
Apr 51,80 48,20 87,50 11,50 1,00 72,50 25,50 2,00 43,70 8,50 41,70 6,00
Mei 49,20 50,80 80,90 15,50 3,60 70,60 25,30 4,10 44,60 8,70 42,60 4,10
2012 Juni Juli 53,00 51,50 47,00 48,50 85,30 82,80 11,10 14,20 3,50 3,00 79,00 73,50 18,50 24,50 2,50 2,00 42,90 61,30 11,20 8,50 41,30 29,60 4,60 0,50
Agt 62,60 37,40 84,90 12,70 2,50 78,60 20,30 1,00 37,80 10,20 45,40 6,60
Sep 61,80 38,20 82,10 14,30 3,60 73,70 25,30 1,00 49,20 10,70 36,50 3,60
Okt 62,50 37,50 81,40 13,00 5,50 69,80 28,20 2,00 33,80 9,60 51,00 5,60
Nov 53,80 46,20 88,60 9,90 1,60 70,90 26,20 3,00 39,50 7,20 45,60 7,70
Des 43,70 56,30 90,80 7,60 1,50 80,90 18,00 1,00 39,10 5,60 50,30 5,10
(dalam %) No 1 2
3
4
Data Responden
Keterangan
Laki‐laki Jenis Kelamin Perempuan Rp 1 juta ‐ Rp 3 Juta Tingkat Pengeluaran Di atas Rp 3 juta ‐ Rp 5 juta Di atas Rp 5 Juta 20‐40 tahun Kelompok Umur Diatas 40‐60 tahun Di atas 60 tahun SLTA D3 Tingkat Pendidikan Sarjana Pasca sarjana
Tim Ekonomi Moneter
Agt 73,40 26,60 76,80 21,70 1,50 85,30 14,70 0,00 42,90 16,20 40,40 0,50
Sep 63,80 36,20 79,70 17,20 3,00 82,20 17,80 0,00 39,40 17,20 42,90 0,50
2011 Okt 65,50 34,50 92,00 7,60 0,50 88,90 9,00 2,00 42,00 10,00 46,00 2,00
Nov 63,00 37,00 89,00 11,00 0,00 88,50 11,50 0,00 51,50 8,60 38,90 1,00
Des 60,30 39,70 92,30 6,70 1,00 87,20 12,80 0,00 34,80 4,50 57,60 3,00
Jan 56,10 43,90 95,80 3,70 0,50 85,70 13,80 0,50 41,70 10,40 45,30 2,60
Feb 60,50 39,50 85,20 8,70 6,10 68,30 26,20 5,50 29,30 21,70 41,90 7,10
Mar 65,00 35,00 90,90 7,00 2,00 70,60 28,00 1,50 50,80 10,10 34,70 4,50
7
Jan 42,20 57,80 88,30 9,60 2,00 73,90 24,20 2,00 33,20 5,50 49,20 12,10
2013 Feb Mar 54,3 45,50 54,50 45,7 88,70 73,5 9,30 20 2,10 6,5 70,00 73,9 28,00 22,7 2,00 3,5 28,9 27,70 7,6 8,70 53,8 56,40 7,20 9,6
Survei Penjualan Eceran
Maret 2013
SURVEI PENJUALAN ECERAN
Pada Maret 2013 indeks penjualan riil tercatat sebesar 132,56 atau meningkat sebesar 1,08% (mtm). Peningkatan indeks terjadi pada kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, kelompok Peralatan dan Komunikasi, kelompok Peralatan Rumah Tangga Lainnya dan kelompok Suku Cadang dan Aksesori Kendaraan. Komoditas yang indeks penjualannya mengalami peningkatan tertinggi adalah kelompok Barang Budaya dan Rekreasi.
Sementara itu, indeks penjualan riil di bulan April 2013 diprakirakan masih mengalami peningkatan sebesar 3,50% menjadi 137,20. Naiknya indeks diprakirakan bersumber dari meningkatnya penjualan kelompok Barang Budaya dan Rekreasi dan kelompok Peralatan dan Komunikasi.
Ekspektasi responden terhadap harga umum pada 3 dan 6 bulan ke depan sedikit meningkat 1,11 poin dibandingkan dengan periode survei sebelumnya yaitu dengan indeks masing-masing 157,78 dan 166,67. Sementara itu, suku bunga kredit untuk 3 bulan ke depan diprakirakan mengalami penurunan sebesar 3,34 poin dengan indeks 84,44 sedangkan suku bunga kredit 6 bulan ke depan justru diprakirakan meningkat sebesar 7,79 poin dengan indeks 106,68.
Perkembangan Penjualan Riil Secara umum, indeks penjualan eceran bulan Maret 2013 meningkat Indeks Penjualan Riil Maret 2013 meningkat sebesar 1,08% (mtm). Salah satu sumber adalah kenaikan penjualan kelompok Barang Budaya dan Rekreasi
sebesar 1,08% (mtm) dibandingkan dengan periode survei bulan sebelumnya. Kenaikan indeks penjualan riil terjadi pada kelompok Barang Budaya dan Rekreasi sebesar 4,18% diikuti oleh kelompok Peralatan dan Komunikasi (3,53%), kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya (1,22%) dan kelompok Suku Cadang dan Aksesori Kendaraan (0,74%). Sementara itu, terdapat 3 kelompok komoditi yang mengalami penurunan indeks penjualan riil, yaitu kelompok Barang 1
Lainnya (-2,29%), kelompok Makanan dan Tembakau (-1,85%) dan kelompok
Bahan Bakar Kendaraan (-0,54%). Kelompok barang yang mengalami kenaikan indeks penjualan riil tertinggi adalah kelompok Barang Budaya dan Rekreasi sebesar 4,18%. Kenaikan indeks penjualan ini lebih disebabkan naiknya penjualan pada sub kelompok alat olah raga dan sub kelompok kertas, karton serta cetakan.
Metodologi Survei Penjualan Eceran (SPE) dilaksanakan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDRB dari sisi konsumsi swasta. SPE merupakan survei yang dilaksanakan terhadap sekitar 90 pengecer sebagai responden (purposive sampling) di kota Yogyakarta. Responden dikelompokkan berdasarkan 7 Klasifikasi Lapangan Usaha Industri (KLUI) tahun 2007 dan hasil survei disajikan dalam bentuk indeks riil. Survei sampai dengan akhir 2010 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2011 dilakukan secara bulanan 1
meliputi barang kerajinan, seni, pakaian jadi, alas kaki dan perlengkapannya, kacamata, perhiasan, jam, tas, dompet, koper, farmasi, kosmetik, elpiji untuk rumah tangga dan minyak tanah.
Tim Ekonomi Moneter
1
Survei Penjualan Eceran
Tabel 1 Indeks Penjualan Eceran
No
2012
Kelompok Barang
Mar
Apr
Mar
Apr*
Suku Cadang & Aksesori Kendaraan
105.87
99.32
105.45
107.11
111.16
113.48
115.54
113.13
115.98
115.88
101.26
107.30
108.09
107.64
2
Makanan dan Tembakau
96.26
89.45
99.60
101.20
99.92
101.85
99.66
102.57
100.15
106.77
129.28
139.23
136.66
136.67
3
Bahan Bakar Kendaraan
112.23
104.04
101.13
101.76
102.75
103.22
104.23
102.72
106.07
108.32
105.50
103.61
103.05
103.06
4
Peralatan dan Komunikasi
96.88
93.87
92.51
96.21
97.39
99.50
97.23
100.14
95.36
93.92
82.22
78.53
81.31
83.91
5
Perlengkapan RT Lainnya
96.78
101.85
104.58
103.07
108.33
112.77
114.08
111.40
112.66
109.67
106.94
105.60
106.89
106.72
6
Barang Budaya dan Rekreasi
7
Barang Lainnya
148.47
161.24
Jun
2013
1
Rata-rata
Mei
176.18
Jul
171.06
178.92
Ags
187.24
Sept
Okt
192.65
199.38
Nov
208.14
Des
219.90
Jan
248.77
Feb
262.49
273.47
304.09
119.05
116.93
116.15
120.57
113.64
111.15
111.01
106.96
114.91
112.57
121.14
121.24
118.47
118.34
110.79
109.53
113.66
114.42
116.01
118.46
119.20
119.47
121.90
123.86
127.87
131.14
132.56
137.20
*) Proyeksi
Indeks penjualan eceran kelompok Peralatan dan Komunikasi pada bulan Maret 2013 juga mengalami kenaikan 3,53% dari 78,53 menjadi 81,31 yang bersumber
dari
meningkatnya
penjualan
pada
sub
kelompok
elektronik(audio/video), perlengkapan telekomunikasi dan pernjualan voucher. Indeks penjualan eceran kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya mengalami peningkatan 1,22% yang disebabkan naiknya penjualan pada sub kelompok mebel, tekstil, alat musik, pasir, bahan konstruksi tanah liat dan elektronik (non audio/video). Permintaan mebel mengalami kenaikan karena proyek pekerjaan dan renovasi bangunan telah selesai sehingga mebel baru banyak dibutuhkan untuk mempercantik ruangan. Kelompok lain yang mengalami peningkatan indeks penjualan eceran adalah kelompok Suku Cadang dan Aksesori Kendaraan sebesar 0,74% yang disebabkan naiknya penjualan pada sub kelompok aksesori. Tabel 2 Pertumbuhan Penjualan Riil Secara Bulanan (m-t-m)
No
Kelompok Barang
2012 Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
2013 Ags
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
1
Suku Cadang & Aksesori Kendaraan
5.54
(6.19)
6.17
1.57
3.78
2.09
1.81
(2.08)
2.51
(0.09)
(12.61)
5.96
0.74
2
Makanan dan Tembakau
(5.78)
(7.08)
11.35
1.61
(1.26)
1.93
(2.16)
2.93
(2.36)
6.61
21.08
7.70
(1.85)
3
Bahan Bakar Kendaraan
0.69
(7.30)
(2.79)
0.62
0.98
0.45
0.99
(1.45)
3.26
2.12
(2.60)
(1.79)
(0.54)
4
Peralatan dan Komunikasi
14.53
(3.11)
(1.44)
4.00
1.22
2.17
(2.28)
3.00
(4.78)
(1.51)
(12.46)
(4.49)
3.53
5
Perlengkapan RT Lainnya
(10.64)
5.23
2.68
(1.45)
5.11
4.10
1.16
(2.35)
1.13
(2.65)
(2.49)
(1.26)
1.22
6
Barang Budaya dan Rekreasi
15.55
8.60
9.26
(2.91)
4.59
4.65
2.89
3.49
4.40
5.65
13.13
5.51
4.18
7
Barang Lainnya
(0.19)
(1.78)
(0.66)
3.81
(5.75)
(2.19)
(0.13)
(3.65)
7.43
(2.03)
7.61
0.09
(2.29)
2.78
(1.14)
3.77
0.68
1.39
2.11
0.62
0.23
2.03
1.61
3.24
2.56
1.08
Rata-rata
Di sisi lain, indeks penjualan eceran pada kelompok Barang Lainnya turun sebesar -2,29% yang dipengaruhi oleh penurunan penjualan pada sub kelompok barang kerajinan, pakaian jadi, kacamata, perhiasan, jam, farmasi, seni dan elpiji untuk rumah tangga. Indeks penjualan eceran kelompok Makanan dan Tembakau pada bulan Maret 2013 juga mengalami penurunan sebesar -1,85% dari 139,23 menjadi 136,66 yang bersumber dari turunnya penjualan pada sub kelompok makanan jadi, bahan makanan dan tembakau yang lebih disebabkan turunnya permintaan barang akibat kenaikan harga komoditas pada kelompok tersebut.
Tim Ekonomi Moneter
2
Survei Penjualan Eceran
Kelompok lain yang mengalami penurunan indeks penjualan adalah kelompok Bahan Bakar Kendaraan sebesar -0,54% yang lebih disebabkan turunnya penjualan pada sub kelompok minyak pelumas.
Indeks
%
160.00
12.00 Indeks Penjualan Riil
10.00
Pertumbuhan Penjualan Riil (mtm) %
140.00
8.00
120.00
6.00 4.00
100.00
2.00
80.00 -
60.00
(2.00) (4.00)
40.00
(6.00)
20.00
(8.00)
-
(10.00)
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2011
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2012
2
3
4*
2013
Grafik 1 Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan Eceran Berdasarkan Kelompok Industri Catatan: Survei sampai dengan 2010 dilakukan secara triwulanan, baru sejak Januari 2011 dilakukan secara bulanan
Ekspektasi Total Penjualan Penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan masih dalam range optimis
Responden memprakirakan bahwa nilai penjualan pada 3 dan 6 bulan ke depan berada dalam kondisi optimis dengan indeks berada di atas 100, meningkat masing-masing 5,55 poin dan 11,10 poin dengan indeks 147,77 dan 175,55. Optimisme tersebut lebih dipengaruhi oleh musim liburan sekolah dan ekspektasi responden tentang kenaikan gaji PNS yang akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat.
Prakiraan Harga Umum dan Suku Bunga Kredit Tekanan terhadap harga pada pada 3 dan 6 bulan ke depan berada Tekanan harga umum pada 3 dan 6 bulan ke depan diprakirakan meningkat tipis
dalam kondisi pesimis dengan indeks berada di atas 100, yaitu masing-masing sebesar 157,78 dan 166,67. Pesimisme tersebut meningkat tipis masing-masing sebesar 1,11 poin yang lebih dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga sebagai dampak dari kenaikan TDL dan UMR serta cuaca buruk.
Tim Ekonomi Moneter
3
Survei Penjualan Eceran
Diprakirakan suku bunga kredit pada 3 bulan yang akan datang mengalami penurunan sedangkan suku bunga kredit untuk 6 bulan ke depan diprakirakan meningkat
Sementara itu, suku bunga kredit pada 3 bulan yang akan datang diprakirakan turun sebesar 3,34 poin dengan indeks 84,44 yang disebabkan adanya persaingan antar bank dan BI rate yang stabil di posisi 5,75%. Adapun suku bunga kredit pada 6 bulan ke depan justru diprakirakan naik 7,79 poin dengan indeks 106,68. Mayoritas responden menyatakan bahwa naiknya suku bunga kredit pada 6 bulan mendatang lebih dipengaruhi oleh tingkat permintaan/demand masyarakat untuk memenuhi kebutuhan lebaran/Idul Fitri.
Tabel 3 Indeks Ekspektasi Pedagang mengenai Penjualan, Harga secara Umum dan Suku Bunga Kredit 2012
Variabel
Mar
Ekspektasi Penjualan 3 bulan yad 6 bulan yad Ekspektasi Harga Umum 3 bulan yad 6 bulan yad Ekspektasi Suku Bunga Kredit 3 bulan yad 6 bulan yad
Apr
Mei
Juni
Juli
2013
Agst
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
133.33 154.45
141.11 151.12
152.23 147.77
134.45 134.44
125.56 161.12
115.56 144.44
124.45 143.33
162.22 138.89
138.90 143.33
129.99 126.66
116.66 134.45
142.22 164.45
147.77 175.55
158.90 160.00
156.68 157.78
147.78 155.56
147.78 140.00
129.99 137.77
114.45 153.34
117.79 131.11
135.55 145.55
142.23 142.23
148.88 145.55
164.45 171.10
156.67 165.56
157.78 166.67
101.11 116.67
83.33 117.78
90.00 117.77
97.78 89.99
100.00 89.99
86.68 99.99
85.55 115.56
103.32 110.01
107.79 97.77
98.90 102.22
88.89 114.44
87.78 98.89
84.44 106.68
Keterangan: Indeks Ekspektasi Penjualan, Harga Umum dan Suku Bunga Kredit dihitung dari Balance Score (Net Balance + 100). Indeks di atas 100 artinya penjualan, harga umum dan suku bunga diekspektasikan akan meningkat, demikian pula sebaliknya.
Indeks
%
3.00
180.00 Ekspektasi 3 bln yad Ekspektasi 6 bln yad
170.00
2.50
Inflasi Aktual (qtq)
160.00
2.00
150.00
1.50
140.00
1.00
130.00
0.50
120.00
-
(0.50)
110.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011
2012
2013
Grafik 2 Ekspektasi Pedagang mengenai Harga secara Umum
Tim Ekonomi Moneter
4
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Triwulan I-2013
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada Triwulan I–2013 menunjukkan bahwa dunia usaha sedikit mengalami kontraksi usaha, tercermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang negatif sebesar -2,18%. Kontraksi usaha tersebut didorong oleh terjadinya kontraksi usaha di 4 (empat) sektor, yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; sektor Pertanian, Perikanan & Kehutanan; serta sektor Pertambangan.
Responden menyatakan optimismenya dalam memperkirakan kondisi usaha pada triwulan II-2013 tercermin dari nilai SBT yang positif tinggi yaitu 27,58%. Optimisme tersebut didukung oleh perkiraan naiknya jumlah kunjungan wisata sehubungan dengan datangnya liburan sekolah, perkiraan naiknya permintaan dalam negeri dan ekspor.
Permintaan domestik
diperkirakan meningkat karena naiknya permintaan pada sektor PHR, sektor Pengangkutan dan sektor Jasa untuk memenuhi kebutuhan pada saat liburan. Sedangkan peningkatan ekspor didukung oleh naiknya permintaan dari buyer luar negeri, penambahan jenis produk baru/inovasi serta membaiknya situasi pasar luar negeri khususnya pada industri pengolahan.
Profil Responden Response Rate pada triwulan I-2013 sebesar 100,63%
Pada triwulan I-2013 jumlah responden yang menjawab kuesioner adalah 161 responden atau response rate sebesar 100,63% dari total target responden. Responden mewakili beberapa sektor ekonomi utama di DIY dengan porsi responden disesuaikan dengan pangsa masing-masing terhadap perekonomian di DIY. Sebagian besar responden pada triwulan laporan tersebar pada 5 (lima) sektor yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (39 responden); sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan & Kehutanan (32 responden); sektor Pengangkutan & Komunikasi (21 responden); sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (18 responden); dan sektor Industri Pengolahan (18 responden); atau mewakili 80,12% dari total responden yang mengembalikan kuesioner.
Metodologi Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I – 1993 terhadap 160 perusahaan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan atau pengisian kuesioner langsung oleh responden. Metode perhitungan dilakukan dengan metode bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban ”meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban ”menurun” dan mengabaikan jawaban ”sama”. Khusus penghitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual dan penggunaan tenaga kerja dilakukan dengan metode Saldo Bersih Tertimbang (SBT-weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Tim Ekonomi Moneter
1
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Keuangan, Persewa an & Jasa Perusahaan 11,80%
Jasa‐jasa 10,56%
Pertanian 19,88%
Pertambangan 1,86% Pengangkutan & Komunikasi 13,04%
Industri Pengolahan 11,18% Listrik, Gas & Air Bersih 1,86% Bangunan 5,59%
Perdagangan, Hotel & Restoran 24,22%
Grafik 1 Responden SKDU
Kegiatan Usaha Realisasi kegiatan usaha di DIY pada triwulan I-2013 sedikit mengalami kontraksi, tercermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang negatif sebesar Realisasi kegiatan usaha pada triwulan I-201 sedikit mengalami kontraksi usaha
2,18%. Kondisi realisasi usaha ini menurun jika dibandingkan dengan periode survei triwulan IV-2013 dengan SBT yang lebih tinggi, yaitu 15,97%. Kontraksi usaha tersebut didorong oleh adanya kontraksi usaha pada 4 (empat) sektor, yaitu sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT -4,01%); sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (SBT 2,405); sektor Peternakan, Perikanan & Kehutanan (SBT -0,92%); serta sektor Pertambangan (SBT -0,48%). 40,00
SBT (%) 30,00 20,00 10,00 0,00 (10,00) (20,00) Perkiraan
Realisasi
(30,00) III
IV
2007
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
I
II*
2013
Grafik 2 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha
Di sisi lain, beberapa sektor masih tetap mengalami ekspansi usaha namun dengan peningkatan yang tipis, yaitu sektor Bangunan (SBT 2,27%), sektor Industri Pengolahan (SBT 1,24%); sektor Jasa-jasa (SBT 1,19%); sektor Pengangkutan dan Komunikasi (SBT 0,51%); dan sektor Listrik, Gas & Air Bersih (SBT 0,42%). Tim Ekonomi Moneter
2
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Berdasarkan hasil survei triwulan I-2013, responden SKDU di DIY menyatakan tetap optimis dalam memandang kondisi kegiatan dunia usaha ke depan (triwulan IIKegiatan usaha pada triwulan II-2013 diperkirakan masih ekspansif
2013). Hal ini tercermin dari nilai SBT yang positif tinggi 27,58%. Optimisme tersebut didukung oleh perkiraan naiknya jumlah kunjungan wisata sehubungan dengan datangnya liburan sekolah, perkiraan naiknya permintaan dalam negeri dan ekspor. Permintaan domestik diperkirakan meningkat karena naiknya permintaan pada sektor PHR, sektor Pengangkutan dan sektor Jasa untuk memenuhi kebutuhan pada saat liburan. Sedangkan peningkatan ekspor didukung oleh naiknya permintaan dari buyer luar negeri, penambahan jenis produk baru/inovasi serta membaiknya situasi pasar luar negeri khususnya pada industri pengolahan. Hampir semua sektor diperkirakan dapat memberikan kontribusi terhadap ekspansi usaha pada triwulan II-2013 yaitu: sektor Pertanian (SBT 7,54%); sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 6,44%); sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT 6,20%); sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT 3,73%); sektor Industri Pengolahan (SBT 1,81%); sektor Jasa-jasa (SBT 1,91%); sektor Pertambangan (SBT 0,48%); dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (SBT 0,42%). Harga Jual Realisasi harga jual produk/jasa pada triwulan I-2013 secara umum mengalami
Harga jual pada triwulan I2013 secara umum mengalami kenaikan
kenaikan, tercermin dari SBT 19,48%. Realisasi harga jual tersebut lebih tinggi dibandingkan angka realisasi pada triwulan IV-2012 (SBT 18,57%). Kenaikan harga jual tersebut terjadi pada 7 (tujuh) sektor usaha, yaitu sektor Pertanian (SBT 8,15%); sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 4,58%); sektor Bangunan (SBT 3,40%); sektor Pengangkutan dan Komunikasi (SBT 2,09%); sektor Industri Pengolahan (SBT 1,71%); sektor Jasa-jasa (0,48%); serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (SBT 0,42%). 35 Realisasi
SBT (%)
Perkiraan
30 25 20 15 10 5 0 ‐5 IV 2007
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
2011
I
II
III
2012
IV
I
II*
2013
Grafik 3 Realisasi dan Perkiraan Harga Jual
Tim Ekonomi Moneter
3
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Menurut responden, penyebab kenaikan harga tersebut adalah menurunnya persaingan produk sejenis, kenaikan bahan baku/material produksi, naiknya harga pokok pembelian produk, kenaikan biaya operasional lainnya dan naiknya permintaan pada saat liburan sehingga mendorong naiknya harga akhir produk. Sedangkan fluktuasi nilai tukar rupiah yang cenderung melemah mendorong naiknya harga produk yang berbahan baku impor dan produk yang berorientasi ekspor. Sementara itu, pada triwulan II-2013 responden memperkirakan harga jual Harga jual diperkirakan semakin meningkat pada triwulan II-2013
produk/jasa masih cenderung semakin meningkat. Nilai SBT tercatat 17,61% lebih tinggi jika dibandingkan perkiraan harga jual pada triwulan IV-2012 (7,25%). Perkiraan kenaikan harga jual terjadi pada 7 (tujuh) sektor ekonomi yaitu; sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (SBT 5,66%); sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT 4,10%); sektor Pertanian (SBT 3,92%); sektor Bangunan (SBT 2,27%); sektor Industri Pengolahan (SBT 0,94%); sektor Pertambangan (SBT 0,48%); sektor Gas, Listirk dan Air Bersih (SBT 0,42%); serta sektor Jasa-jasa (SBT 0,24%). Perkiraan peningkatan harga jual tertinggi terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran didorong oleh naiknya permintaan yang cukup signifikan sehubungan dengan datangnya masa liburan sekolah. Penggunaan Tenaga Kerja
Seiring dengan ekspansi usaha pada triwulan I-2013, penggunaan tenaga meningkat
Walaupun pada triwulan I-2013 terjadi kontraksi usaha, namun demikian penggunaan tenaga kerja masih meningkat tipis tercermin dari nilai SBT 2,95%. Peningkatan tersebut terjadi pada 5 (lima) sektor ekonomi yaitu sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT 2,011%); sektor Pertanian (SBT 1,18%); sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 0,79%); sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (SBT 0,50%); dan sektor Jasa-jasa (SBT 0,48). Berdasarkan informasi responden, peningkatan tersebut karena adanya rekrutmen pegawai baru yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. 16
SBT (%) 11
6
1
-4
-9 Realisasi
Perkiraan
-14 IV 2007
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II*
2013
Grafik 4 Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja
Tim Ekonomi Moneter
4
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Peningkatan penggunaan tenaga kerja diperkirakan akan terus berlanjut sampai dengan triwulan II-2013 dengan nilai SBT 8,95%, dengan jumlah yang lebih rendah dari Peningkatan penggunaan tenaga kerja diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan II-2013
perkiraan pada periode survei sebelumnya (SBT 12,67%). Peningkatan tersebut didorong oleh perkiraan naiknya jumlah tenaga kerja pada 7 (tujuh) sektor, yaitu sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SBT 2,68%); sektor Pengangkutan & Komunikasi (SBT 2,09%); sektor Bangunan (SBT 1,13%); sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SBT 1,03%); sektor Pertambangan (SBT 0,96%); sektor Industri Pengolahan (SBT 0,89%); dan sektor Jasa-jasa (SBT 0,72%). Responden mengemukakan alasan perkiraan kenaikan penggunaan tenaga kerja tersebut terutama karena meningkatnya produktivitas pekerja, rencana perekrutan pegawai baru dan rencana perluasan usaha/pembukaan outlet.
Kapasitas Produksi Secara rata-rata, kapasitas produksi terpakai pada 4 sektor yang disurvei di Kapasitas produksi terpakai pada Triwulan I- 2013 tercatat 70,11%
triwulan I-2013 menunjukkan peningkatan. Kapasitas produksi terpakai saat ini berada pada level 70,11%, lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya (73,18%). Penurunan terbesar kapasitas produksi terpakai terjadi pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang turun 19,69%. Dari 4 (empat) sektor yang disurvei, kapasitas terpakai tertinggi terjadi pada sektor Industri Pengolahan (76,56%); sektor Pertambangan (73,33%); sektor Listrik, Gas & Air Bersih (69,39%) dan sektor Pertanian (66,25%).
100
Kapasitas Terpakai (%) 90
80
70
60
50
Sektor Pertanian
Sektor Industri Pengolahan
Rata‐Rata Sektoral
40 IV 2007
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I 2013
Grafik 5 Penggunaan Kapasitas Produksi
Tim Ekonomi Moneter
5
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Kondisi Keuangan Kondisi keuangan para pelaku usaha pada triwulan I-2013 tumbuh positif
Pada triwulan I-2013, kinerja keuangan responden secara rata-rata tumbuh positif tercermin dari nilai SB 37,27%, tumbuh melambat dibandingkan triwulan VI-2012 (SB 48,47%). Kontribusi terbesar terhadap tumbuhnya kondisi keuangan usaha berasal dari 4 (empat) sektor, yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (SB 66,67%); sektor Pengangkutan & Komunikasi (SB 52,48%); sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SB 46,16%); dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (SB 42,11%). 60
SB (%) 50 40 30 20 10 0 IV
I
2007
II
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
2012
I 2013
Grafik 6 Perkembangan Kondisi Keuangan
Akses Kredit Berdasarkan hasil survei triwulan I-2013, pertumbuhan akses terhadap kredit Pertumbuhan akses kredit perbankan pada triwulan I2013 masih positif
perbankan masih positif (SB 21,74%), namun kondisi ini melambat jika dibandingkan triwulan IV-2012 (SB 59,38%).
70
SB (%) 60 50 40 30 20 10 0 IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
‐10 ‐20
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Grafik 7 Perkembangan Akses Kredit
Tim Ekonomi Moneter
6
Survei Kegiatan Dunia Usaha
Masalah yang umum dihadapi oleh dunia usaha terkait akses terhadap kredit perbankan adalah suku bunga yang dianggap masih tinggi, persyaratan kredit yang cukup rumit dan ketersediaan agunan sebagai jaminan kredit yang umumnya diharapkan dapat menambah suntikan modal usaha.
Situasi Bisnis Pada triwulan I-2013, menurut responden situasi bisnis semakin kondusif yang tercermin dari nilai SB 42,24%, lebih tinggi dari triwulan IV-2012 (SB 42,33%). Kondisi ini terjadi pada 7 (tujuh) sektor dengan nilai SB tertinggi tercatat pada sektor Listrik, Gas Responden menilai situasi bisnis pada triwulanII-2013 semakin kondusif
& Air Bersih (SB 66,67%); sektor Pengangkutan & Komunikasi (SB 57,14%); sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SB 48,72%); sektor Pertanian (SB 43,75%); sektor Bangunan (SB 22,22%); sektor Industri Pengolahan (SB 22,22%); dan sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (SB 21,05%). Faktor utama yang mendukung membaiknya situasi bisnis pada triwulan I-2013 ini adalah faktor liburan, naiknya permintaan domestik yang berasal dari meningkatnya jumlah kunjungan wisata ke DIY sebagai motor penggerak utama dan naiknya permintaan produk ekspor yang dihasilkan oleh sektor Industri Pengolahan (seperti: garmen, kulit dan kerajinan serat alam).
70,00 Realisasi
SB (%)
Perkiraan
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 ‐ IV 2007
I
II
III
IV
2008
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II*
2013
Grafik 8 Realisasi dan Perkiraan Situasi Bisnis
Responden memperkirakan situasi bisnis 6 bulan ke depan akan semakin Responden memperkirakan kondisi situasi bisnis 6 bulan ke depan semakin kondusif
kondusif. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai SB yang semakin tinggi 55,83%. Beberapa sektor yang diperkirakan akan memberikan kontribusi besar terhadap membaiknya situasi bisnis yaitu; sektor Pengangkutan & Komunikasi (SB 75,00%); sektor Jasa-jasa (SB 70,00%); sektor Pengangkutan dan Komunikasi (SB 57,89%) dan sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (SB 48,72%).
Tim Ekonomi Moneter
7
Survei Kegiatan Dunia Usaha Tabel 1 Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha DIY (%,SBT) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa‐jasa Seluruh Sektor
2010 IV P R P 4,37 (2,95) 5,91 (0,48) 0,00 0,48 2,42 (0,66) 3,34 0,42 0,00 0,00 0,00 (6,81) 0,00 3,66 (6,29) 7,95 0,67 (2,66) 4,65 5,54 4,87 1,34 1,35 0,00 2,16 17,94 (14,50) 25,83
2011 I
II R P (0,73) 9,54 0,00 0,72 2,31 3,92 0,42 0,42 (3,40) 0,00 (3,13) 7,24 0,62 5,60 (1,26) 3,88 0,00 1,35 (5,17) 32,67
2012 III
R P (0,69) 1,37 (0,48) 0,00 1,29 1,16 0,42 0,42 (1,70) 3,40 1,14 9,22 (0,27) 4,72 2,74 0,76 1,77 1,52 4,22 22,57
IV R P 1,00 5,47 (0,48) 0,48 2,52 3,95 0,21 0,21 0,00 2,04 7,95 3,56 1,62 1,29 1,14 4,56 0,90 1,13 14,86 22,69
I R 2,53 (0,48) (0,99) 0,00 0,00 3,31 3,78 3,42 0,25 11,82
P 2,92 0,00 1,30 0,00 0,00 3,95 (0,54) (1,01) 0,76 7,37
II R P (0,48) 6,66 0,00 0,00 (0,84) 3,69 0,00 0,00 0,00 3,40 (5,30) 5,16 (1,87) 3,82 (0,98) 1,80 2,13 1,49 (7,34) 26,03
2013 III
R P R 9,69 6,03 1,36 0,00 0,00 0,00 1,16 5,35 3,00 0,00 0,00 0,00 7,66 2,55 3,83 (0,07) 2,76 4,66 1,91 4,40 3,68 3,06 (4,49) 1,23 0,48 0,72 0,72 23,90 17,32 18,48
IV P 4,77 0,00 5,28 0,00 2,55 2,65 2,82 5,75 1,91 25,73
I R P 7,88 4,32 0,00 0,00 1,88 4,11 0,00 0,00 2,55 (1,28) (0,32) 3,35 1,95 1,51 3,03 1,92 0,00 1,27 16,97 15,20
Keterangan: P = Perkiraan R = Realisasi
Tim Ekonomi Moneter
8
II R P (0,92) 7,54 (0,48) 0,48 1,24 1,81 0,42 0,42 2,27 0,00 (4,01) 6,44 0,51 6,20 (2,40) 3,73 1,19 0,95 (2,18) 27,58
SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL
Survei Harga Properti Residensial
Indeks Harga Properti Residensial triwulan I-2013 diindikasikan turun tipis secara triwulanan sebesar -0,06%yang ditengarai disebabkan mulai digalakannya kembali Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dimana beberapa developer menyediakan rumah murah dengan Sistem KPR Subsidi khususnya rumah tipe kecil.
Di sisi lain, secara tahunan terjadi peningkatan Indeks Harga Properti Residensial sebesar 3,00% yang terjadi pada semua tipe rumah, yaitu tipe kecil meningkat 3,59%, tipe menengah 3,25% dan tipe besar 2,35%.
Dana internal perusahaan khususnya yang bersumber dari laba ditahan dan modal disetor menjadi sumber utama pembiayaan properti residensial (37,77%), diikuti oleh dana nasabah (28,90%), pinjaman bank (23,64%) dan sisanya lain-lain. Persentase penggunaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) oleh konsumen (44,30%) dengan tingkat suku bunga pada kisaran 7,00% - 14,60%, dan sebagian besar nasabah dikenakan bunga sebesar 8,80%.
Triwulan I - 2013
Perkembangan Harga Properti Residensial %
indeks 200
IHPR
195
% QTQ
9.0
% YOY
7.0
190
5.0
185 180
3.0
175
1.0
170
-1.0
165
-3.0
160
-5.0
155 150
-7.0 I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II*
2013
Grafik 1 Perkembangan IHPR DIY
Secara umum indeks harga properti residensial turun tipis sebesar 0,06% secara triwulanan, sedangkan secara tahunan meningkat 3,00%.
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di kota Yogyakarta menunjukkan bahwa indeks harga properti residensial pada triwulan I-2013 turun tipis sebesar -0,06% secara triwulanan (qtq). Namun secara tahunan (yoy) IHPR mengalami peningkatan sebesar 3,00%. Secara triwulanan (qtq), turunnya indeks ini disebabkan oleh adanya program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahaan (FLPP) dari Pemerintah sehingga beberapa developer menyediakan rumah dengan harga lebih terjangkau dengan sistem KPR Subsidi khususnya rumah dengan tipe kecil.
Metodologi Survei Harga Properti Residensial (SHPR) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak triwulan I-1999 terhadap beberapa pengembang proyek perumahan (developer) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden mencakup 50 pengembang. Pengumpulan data dilakukan secara langsung (face to face) mencakup data harga jual rumah, jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada triwulan bersangkutan sertaMoneter prakiraan harga jual rumah dalam triwulan berikutnya. Pengolahan data dilakukan dengan metode rata-rata sederhana atas harga rumah pada Tim Ekonomi tiap tipe bangunan rumah, yang terdiri dari tipe kecil (luas bangunan s.d 36m2) , tipe menengah (luas bangunan >36m2 s.d 70m2) dan tipe besar (luas bangunan > 70m2), selanjutnya Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dihitung dengan metode indeks berantai sederhana.
1
Survei Harga Properti Residensial
Berdasarkan tipe rumah, penurunan harga dirasakan pada tipe rumah kecil -1,05% dan tipe menengah -0,01%. Tipe rumah besar masih menunjukkan peningkatan harga yaitu sebesar 0,89%. indeks 300
IHPR
% QTQ
% 21.0
% YOY
250
16.0
200 11.0 150 6.0 100 1.0
50 0
-4.0 I
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
2012
II*
2013
Grafik 2 Perkembangan IHPR Rumah Tipe Kecil
Adapun secara tahunan (yoy), indeks harga properti residensial (IHPR) menunjukan peningkatan sebesar 3,00% disebabkan oleh kenaikan di setiap tipe rumah, masing-masing tipe kecil sebesar 3,59%, diikuti tipe menengah 3,25% dan rumah tipe besar 2,35%. indeks 175
IHPR
% QTQ
% 5.0
% YOY
170
4.0
165 3.0 160 2.0 155 1.0
150
0.0
145 140
-1.0 I
II
III
2008
IV
I
II
III
IV
I
2009
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II*
2013
Grafik 3 Perkembangan IHPR Rumah Tipe Menengah `
Perkiraan Triwulan II - 2013 Peningkatan harga diperkirakan akan terjadi pada triwulan II 2013 baik qtq dan yoy
Tim Ekonomi Moneter
Untuk perkiraan triwulan II - 2013, indeks harga properti residensial baik secara triwulanan maupun tahunan diperkirakan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 6,16% (qtq) dan 7,96% (yoy). Secara triwulanan, ekspektasi peningkatan harga ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga rumah tipe kecil (17,32%), diikuti kenaikan harga pada tipe besar (0,83%) dan rumah
2
Survei Harga Properti Residensial
tipe menengah (0,32%). Sejalan dengan perkiraan indeks secara triwulanan, secara tahunan, responden memperkirakan peningkatan indeks harga properti residensial masih didominasi oleh naiknya harga pada rumah tipe kecil (20,32%), diikuti kenaikan harga pada rumah tipe menengah (1,89%) dan rumah tipe besar (1,79%). Kenaikan harga rumah tipe kecil yang relatif cukup signifikan pada triwulan mendatang lebih dipengaruhi ekspektasi responden terhadap meningkatnya permintaan rumah tipe kecil seiring dengan semakin giatnya sosialisasi pembiayaan rumah dari pemerintah (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
indeks 180
4.0 IHPR
% QTQ
% YOY
%
3.5
175 3.0 2.5
170
2.0 165 1.5 1.0
160
0.5 155 0.0 -0.5
150 I
II
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
2010
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
2012
II*
2013
Grafik 4 Perkembangan IHPR Rumah Tipe Besar
IHPR menunjukkan arah yang berbeda dengan indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal IHK-BPS
Dibandingkan dengan indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal IHK-BPS, turunnya indeks harga properti residensial menunjukkan arah yang berbeda. Indeks harga sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu naik 2,67% dengan indeks 134,37. Di sisi lain, indeks harga properti residensial justru menunjukkan penurunan sebesar -0,06%. % 10.00 Perubahan IHPR (qtq) Perubahan Indeks Biaya Tempat Tinggal (qtq) Perubahan IHPR (yoy) Perubahan Indeks Biaya Tempat Tinggal (yoy)
9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 -1.00
I
II
III 2009
IV
I
II
III 2010
IV
I
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
2012
I 2013
Grafik 5 Perkembangan IHPR dan Indeks Biaya Tempat Tinggal (q-t-q/y-o-y)
Tim Ekonomi Moneter
3
Survei Harga Properti Residensial
Penawaran dan Permintaan Properti Residensial Triwulan I-2013 Pada triwulan mendatang, rumah tipe kecil dan besar Permintaan properti residensial paling tipe diminati rumah kecil konsumen. meningkat dibandingkan dengan periode survei sebelumnya.
Dari sisi penawaran, hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa rumah tipe kecil dan menengah relatif stabil sedangkan rumah tipe besar masih menunjukkan trend meningkat. Dari sisi permintaan, rumah tipe kecil dan besar cenderung paling banyak diminati sedangkan permintaan terhadap rumah tipe menengah stabil. Adapun prakiraan pada triwulan mendatang, sebagian besar responden menyatakan bahwa penawaran rumah pada semua tipe adalah stabil, sedangkan di sisi permintaan diprakirakan mengalami peningkatan pada semua tipe rumah.
Pembiayaan Properti Residensial Dana internal perusahaan, dana nasabah dan pinjaman bank menjadi sumber utama pembiayaan properti, sementara transaksi pembelian konsumen sebagian besar menggunakan pembiayaan melalui KPR
Tim Ekonomi Moneter
Pembiayaan properti residensial pada triwulan I-2013 sebagian besar bersumber dari dana internal perusahaan dengan sumber utama adalah dari laba ditahan dan modal disetor (37,77%), diikuti oleh dana nasabah (28,90%), pinjaman bank (23,64%) dan sisanya adalah lain-lain. Sementara itu, untuk pembelian properti residensial, sebagian besar konsumen memanfaatkan KPR bank (44,30%) dengan tingkat suku bunga mayoritas sebesar 8,80% (range antara 7,00% - 14,60%), diikuti oleh cash bertahap (24,81%) dan sebagian kecil dilakukan dalam bentuk cash keras/tunai (12,07%).
4
Survei Harga Properti Residensial
Tabel 1 Perubahan Indeks Harga Properti Residensial DIY Perubahan Triwulanan
Perubahan Tahunan
Triwulanan Kecil I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II - 2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II*-2013
0.36 0.38 0.41 0.03 0.61 5.60 0.24 3.07 0.29 1.01 2.02 1.59 (1.05) 17.32
Menengah
Besar
0.24 0.83 0.55 0.11 0.81 0.19 1.29 (0.52) 0.12 1.47 0.98 0.59 (0.01) 0.32
0.34 0.62 0.13 0.34 0.29 0.81 (0.27) 1.51 0.16 1.39 0.04 0.02 0.89 0.83
Total
Kecil
0.31 0.61 0.36 0.16 0.57 2.20 0.42 1.35 0.19 1.29 1.01 0.73 (0.06) 6.16
Menengah
0.88 1.10 1.21 1.18 1.44 6.71 6.54 9.77 1.96 2.23 4.02 4.99 3.59 20.32
0.84 1.43 1.92 1.73 2.32 1.67 2.42 1.77 2.14 3.57 2.72 3.19 3.25 1.89
Besar 0.97 1.18 1.16 1.43 1.39 1.58 1.18 2.36 0.21 1.35 1.79 1.61 2.35 1.79
Total 0.89 1.24 1.43 1.45 1.72 3.33 3.39 4.62 1.44 2.39 2.84 3.26 3.00 7.96
Keterangan : - Kecil s.d. 36 m2 - Menengah 36-70 m2 - Besar diatas 70 m2 * Angka Perkiraan
Tabel 2 Indeks Harga Properti Residensial DIY TIPE Triwulan
Kecil
I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II*-2013
198.15 198.90 199.71 199.78 201.00 212.26 212.78 219.31 204.93 207.00 211.18 214.54 212.29 249.06
Menengah 156.29 157.58 158.45 158.63 159.91 160.21 162.28 161.44 163.34 165.74 167.37 168.35 168.34 168.87
Besar 166.09 167.12 167.34 167.91 168.40 169.76 169.31 171.87 168.76 171.11 171.17 171.21 172.73 174.17
Total 172.95 174.00 174.63 174.91 175.92 179.79 180.55 182.99 178.45 180.75 182.58 183.92 183.82 195.14
Keterangan : - Kecil s.d. 36 m2 - Menengah 36-70 m2 - Besar diatas 70 m2 * Angka Perkiraan
Tim Ekonomi Moneter
5