DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL MAKALAH - Aktifitas

DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Perilaku dan Pengembangan Organisasi yang dibina oleh Bapak Gunawan Eko Nurtja...

11 downloads 849 Views 331KB Size
DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Perilaku dan Pengembangan Organisasi yang dibina oleh Bapak Gunawan Eko Nurtjahjono, S.Sos, M.Si

oleh: Faishal Pradipta C (125030200111014) Novita (125030200111177) Rahmah Febrina (125030201111003) Wisnu Bagus (125030200111069)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ILMU ADMNISTRASI BISNIS Februari 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang Dasar-dasar Perilaku Individu. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Perilaku dan Pengembangan Organisasi yang dibina oleh Bapak Gunawan Eko Nurtjahjono, S.Sos, M.Si. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan informasi tidak

hanya bagi para

mahasiswa, tetapi kepada semua pihak dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malang, 28 Februari 2013

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah komponen terpenting dalam sebuah organisasi. Keberhasilan yang dilakukan dalam organisasi dapat diukur dari sejauh mana kinerja individuindividu yang tergabung didalamnya. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas pelaku individu agar dapat menghasilkan kinerja yang maksimal. Perilaku individu satu dengan yang lainnya tentunya sangat berbeda. Setiap individu akan membawa karakteristik individualnya masing-masing, sehingga akan berdampak kepada kinerjanya pula. Karakteristik tersebut dapat berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman pada masa lalunya. Selain itu perbedaan tersebut dapat didasarkan atas kemampuan, karakteristik biografis, dan kepribadian yang dimilikinya. Kinerja yang baik dapat dicapai apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki karyawan. Disinilah manajemen berperan dalam membentuk perilaku individu. Dengan menganalisis perilaku-perilaku yang ada dalam individu manajer mampu memberi keputusan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal atas upaya peningkatan produktivitas organisasi.

B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah: 1. Apakah yang dimaksud dengan perilaku individu? 2. Apa sajakah karakteristik biografis yang dimiliki individu? 3. Bagaimanakah konsep kemampuan, kepribadian, dan pembelajaran dalam mengetahui perilaku individu di dalam organisasi? 4. Bagaimanakah perilaku organisasi positif?

C. Tujuan Penulisan Makalah Dengan memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, agar dalam penulisan makalah ini penulis dapat memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan tujuan penulisan makalah. Tujuan penulisan makalah tersebut adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian perilaku individu. 2. Untuk mengetahui karakteristik biografis yang dimiliki individu. 3. Untuk mengetahui konsep kemampuan, kepribadian, dan pembelajaran dalam mengetahui perilaku individu di dalam organisasi. 4. Untuk mengetahui perilaku organisasi positif.

BAB II PEMBAHASAN

A. Perilaku Individu Menurut Gibson Cs. (1996) perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang, seperti berbicara, berjalan, berfikir atau tindakan dari suatu sikap. Menurut Kurt Levin perilaku (Behavior-B) individu pada dasarnya merupakan fungsi dari interaksi antara individu (person–P) yang bersangkutan dengan lingkungan (environmen –E). Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku individu dapat diartikan sebagai suatu sikap/tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia baik yang dilakukan dalam bekerja maupun diluar pekerjaan, seperti berbicara, bertukar pendapat, berjalan dan sebagainya. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ada beberapa alasan mengapa manusia/individu yang menyebabkan perbedaan perilaku antara individu yang satu dengan yang lainnya, antara lain: 

Kemampuan dan keahlian yang dimiliki masing-masing individu;



Kebutuhan dan keinginan yang berbeda;



Pandangan terhadap masa depan (perspektif) dan pilihan-pilihan untuk berperilaku dan bertindak; dan



Respon atau reaksi terhadap fenomena atau peristiwa tertentu (kognisi, afeksi dan konasi).

B. Karakteristik Biografis Karakteristik biografis yaitu karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, dan status kawin yang objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi. Setiap individu tentu saja memiliki karakteristik individu yang menentukan terhadap perilaku individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah motivasi individu. a) Usia Usia sangat berpengaruh terhadap karakteristik biografis individu. Perbedaan usia akan membedakan seberapa besar produktivitas individu tersebut dalam melakukan aktivitas. Semakin tua usia individu maka produktivitas individu tersebut akan semakin menurun. Usia banyak mempengaruhi individu terhadap produktivitas, kepuasan kerja, pengunduran diri, dan tingkat keabsenan. 

Usia Terhadap Produktivitas: sebagian berasumsi bahwa semakin bertambahnya usia maka produktivitas akan menurun, namun kajian lain menyatakan bahwa antara usia dan kinerja tidak ada hubungan, sebab usia yang bertambah biasanya akan dapat ditutupi dengan pengalaman yang cukup lama.



Usia Terhadap Kepuasan Kerja: terdapat bermacam-macam hasil penelitian, sebagian penelitian menunjukkan hubungan positif antara bertambahnya usia dengan kepuasan kerja sampai pada umur 60 tahun, namun sebagian penelitian mencoba memisahkan antara karyawan profesional dengan non-profesional, bahwa karyawan yang profesional kepuasannya akan terus menerus meningkat seiring bertambahnya usia, dan karyawan yang non-profesional merosot selama usia setengah baya dan kemudian naik lagi pada tahun-tahun berikutnya.



Usia Terhadap Tingkat Pengunduran diri: semakin tua maka tingkat pengunduran diri semakin rendah.



Usia Terhadap Tingkat Keabsenan: semakin tua maka tingkat keabsenan akan semakin rendah, namun tidak selalu demikian, karyawan tua mempunyai tingkat keabsenan dapat dihindari lebih rendah dibandingkan

yang muda, namun karyawan tua mempunyai tingkat kemangkiran tak terhindarkan lebih tinggi.

b) Jenis Kelamin Tidak ada perbedaan yang mencolok antara pria dan wanita, kecuali jika dikaitkan dengan budaya setempat berkaitan dengan keabsenan, bahwa wanita lebih memiliki tingkat kebasenan yang tinggi dibandingkan dengan pria, hal ini berkaitan dengan tanggung jawab dan fungsi dari seorang wanita. Wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang lebih besar, juga masalah kewanitaan. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas kerja antara pria dengan wanita. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa jenis kelamin karyawan mempengaruhi kepuasan kerja. Beberapa studi menjumpai bahwa wanita mempunyai tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan antara hubungan keduanya.

c) Status Perkawinan Tidak

terdapat

hubungan

antara

status

perkawinan

dengan

produktivitas, namun hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang telah menikah mempunyai tingkat pengunduran diri yang rendah, tingkat keabsenan yang rendah dan lebih puas dengan pekerjaannya dibanding rekan sejawat yang belum menikah, hal ini dapat dikaitkan dengan status perkawinan yang menuntut suatu tanggung jawab yang lebih besar.

d) Masa Kerja Tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior. Senioritas/masa kerja berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan dengan tingkat turnover. 

Masa kerja dengan produktivitas menunjukkan hubungan yang positif;



Masa kerja dengan keabsenan menunjukkan hubungan yang negatif;



Masa kerja dengan tingkat pengunduran diri menunjukkan bahwa karyawan senior semakin kecil kemungkinan untuk mengundurkan diri; dan



Masa kerja dan kepuasan kerja saling berkaitan positif.

C. Kemampuan Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda. Dari sudut pandang manajemen, yang menjadi letak permasalahan bukanlah terletak pada perbedaan tersebut, sebab individu satu dengan yang lainnya berbeda adalah mutlak, tetapi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana setiap individu yang berbeda serta memiliki kemampuan yang berbeda untuk dapat memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya tersebut untuk meningkatkan kinerjanya dengan baik. Secara garis besar kemampuan individu tersusun dalam dua perangkat faktor yaitu:  Kemampuan intelektual Kemampuan intelektual (intellectual ability) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental seperti kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan persepsual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruangan dan ingatan. Tujuh dimensi yang paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual adalah kecerdasan angka, pemahaman verbal, kecepatan persepsi, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi spasial, dan daya ingat. Dimensi Kemampuan Intelektual Dimensi

Deskripsi

Contoh Pekerjaan

Kecerdasan angka

Kemampuan melakukan

Akuntan: Menghitung pajak

aritmatika dengan cepat dan

penjualan pada serangkaian

akurat

barang

Kemampuan memahami apa

Manajer pabrik: Mengikuti

yang dibaca atau didengar

kebijakan perusahaan pada

dan hubunga antara kata-kata

perekrutan

Kemampuan mengdentifikasi

Penyelidik kebakaran:

kemiripan dan perbedaan

Mengidentifikasi petunjuk

visual secara cepat dan akurat

untuk mendukung tuntutan

Pemahaman verbal

Kecepatan persepsi

pembakaran secara sengaja Penalaran induktif

Kemampuan

Periset pasar: Meramalkan

mengidentifikasi urutan logis

permintaan untuk sebuah

dalam sebuah masalah dan

produk pada periode waktu

kemudian memecahkan

selanjutnya

masalah tersebut Penalaran deduktif

Visualisasi spasial

Kemampuan menggunakan

Pengawas: Memilih antara

logika dan menilai implikasi

dua saran berbeda yang

dari sebuah argumen

ditawarkan oleh karyawan

Kemampuan membayangkan

Dekorator interior:

bagaimana sebuah objek

Mendekorasi ulang sebuah

akan terlihat bila posisinya

kantor

dalam ruang diubah Daya ingat

Kemampuan menyimpan dan

Tenaga penjual: Mengingat

mengingat pengalaman masa

nama-nama pelanggan

lalu

Selama satu setengah dekade terakhir, para peneliti mulai memperluas arti kecerdasan melampaui kemampuan mental. Sejumlah peneliti yakin bahwa kecerdasan dapat dipahami secara lebih baik dengan membaginya kedalam empat subbagian: 1) Kecerdasan kognitif Kecerdasan ini meliputi kecerdasan yang telah lama diliputi oleh testes kecerdasan tradisional. 2) Kecerdasan sosial Kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan secara efektif dengan individu lain. 3) Kecerdasan emosional Kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengelola emosi. 4) Kecerdasan kultural Kecerdasan kultural adalah kesadaran akan perbedaan-perbedaan lintas kultural dan kemampuan untuk berfungsi secara berhasil dalam situasi lintas kultural.  Kemampuan fisik Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan. Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dipastikan akan merupakan

penghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktifitas. Seorang pilot misalnya harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi ruangnya, penjaga pantai harus kuat kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya. Ada sembilan kemampuan fisik dasar yang dikelompokan menjadi tiga faktor yang porsinya dimiliki secara berbeda-beda oleh tiap individu. Tentu saja, porsi yang dituntut oleh tiap jenis pekerjaan juga berbeda-beda. Kemampuan fisik dasar tersebut adalah sebagai berikut: Faktor Kekuatan 1. Kekuatan Dinamis 2. Kekuatan Tubuh 3. Kekuatan Statis 4. Kekuatan Explosif Faktor Fleksibilitas 5. Fleksibilitas Luas 6. Fleksibilitas Dinamis Faktor Lainnya 7. Koordinasi Tubuh 8. Keseimbangan 9. Stamina

Kemampuan menggunakan kekuatan otot secara berulang atau terus menerus Kemampuan Memanfaatkan kekuatan otot menggunakan tubuh (khususnya otot perut) Kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek eksternal Kemampuan mengeluarkan energi maksimum dalam satu atau serangkaian tindakan eksplosif Kemampuan menggerakkan tubuh dan otot punggung sejauh mungkin Kemampuan membuat gerakan-gerakan lentur yang cepat dan berulang ulang Kemampuan mengoordinasikan tindakan secara bersamaan dari bagian-bagian tubuh yang berbeda Kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun terdapat gaya yang mengganggu keseimbangan Kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang membutuhkan usaha berkelanjutan

Kinerja tinggi karyawan lebih mungkin dicapai ketika manajemen telah memastikan tingkat sejauh mana sebuah pekerjaan membutuhkan masing-masing dari kesembilan kemampuan dan memastikan bahwa karyawan dalam pekerjaan tersebut memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Kesesuaian Kemampuan-Pekerjaan Pekerjaan menuntut hal yang berbeda-beda dari setiap individu dan setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda pula. Sehingga kinerja karyawan akan meningkat bila terjadi kesesuaian antara kemampuan yang dimilikinya dengan pekerjaan yang diperoleh. Ketika kemampuan dengan pekerjaan tidak sesuai, maka kinerja karyawan akan buruk meskipun memiliki motivasi yang tinggi. Jika kemampuan dengan pekerjaan tidak sesuai, tetapi seorang karyawan memiliki kemampuan yang lebih baik dari

yang

diharapkan,

maka

kinerjanya

akan

memadai,

namun

terjadi

ketidakefisienan dan penurunan tingkat kepuasan karyawan. Kemampuan yang sangat jauh di atas dari yang dibutuhkan dapat mengurangi kepuasan karyawan, terutama ketika keinginan karyawan untuk menggunakan kemampuannya cukup kuat dan ia merasa frustasi dengan batasan pekerjaan tersebut.

D. Kepribadian dan Pembelajaran  Kepribadian Istilah personality berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain:  Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.  Personality menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.  Allport juga mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.

FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEPRIBADIAN

Faktor keturunan Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang mempengaruhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut. Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkunganpengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

Faktor lingkungan Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan, norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuknorma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerjaProtestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.  Teori Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Proses pembelajaran adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana orang belajar. Beberapa teori pembelajaran antara lain: a) Pengondisisan Klasik Pengondisian klasik dikemukakan berdasarkan eksperimen oleh seorang ahli fisiolog Rusia bernama IvanPavlov. Pengondisian klasik merupakan jenis pengondisian dimana individu merespons beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru. Dikenal beberapa istilah dalam pengondisian klasik yaitu: rangsangan tidak berkondisi, rangsangan berkondisi, dan respons tidak berkondisi, dan respons berkondisi. Pengondisian klasik adalah pasif. Sesuatu terjadi dan kita bereaksi dalam cara tertentu. Reaksi tersebut diperoleh sebagai respons terhadap kejadian tertentu yang dapat dikenali.Dengan demikian hal ini dapat menjelaskan perilaku refleksi sederhana. b) Pengkondisian operan

Pengkondisian operan merupakan jenis pengkondisian dimana perilaku sukarela yang diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman.

Perilaku

operant

berkebalikan

dengan

perilaku

refleksi.

Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan perilaku. Konsep ini dikemukakan oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner. Pengondisian operant merupakan bagian dari konsep Skinner mengenai paham perilaku, yang menyatakan bahwa perilaku mengikuti rangsangan dalam cara yang relatif tidak terpikirkan. Jika sebuah perilaku gagal untuk ditegaskan secara positif, probabilitas bahwa perilaku tersebut akan terulang pun menurun. c) Pembelajaran sosial Pembelajaran sosial merupakan pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi, dan mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran. Individu merespons pada bagaimana mereka merasakan dan mendefinisikan konsekuensi, bukan pada konsekuensi objektif itu sendiri.Pengaruh model-model adalah sentral pada sudut pandang pembelajaran sosial. Empat proses untuk menentukan pengaruh sebuah model pada seorang individual  Proses Perhatian. Individu belajar dari sebuah modelhanya ketika mereka mengenali dan mencurahkan perhatian terhadap fitur-fitur pentingnya.  Proses Penyimpanan. Pengaruh sebuah model akan bergantung pada seberapa baik individu mengingattindakan model setelah model tersebut tidak lagi tersedia.  Proses Reproduksi Motor. Setelah seorang melihat sebuah perilaku baru dengan mengamati model, pengamatan tersebut harus diubah menjadi tindakan.  Proses Penegasan. Individu akan termotivasi untuk menampilkan perilaku yang dicontohkan jika tersediainsentif positif atau penghargaan yang tegas.

PRESEPSI Merupakan suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungannya. Distorsi persepsi (penyimpangan persepsi) : 

persepsi selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.



efek halo, menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal (kesan pertama)



efek kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.



proyeksi, menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang lain.



stereotype, menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari orang tersebut (menggeneralisasikan)

E. Perilaku Organisasi Positif POB sebagai studi dan aplikasi dari kekuatan sumberdaya manusia positip dan kapasitas psikologis yang dapat diukur, dikembangkan dan dikelola secara efektif untuk meningkatkan kinerja di tempat kerja. Perilaku organisasi positif yang terbuka untuk pembangunan dan harus sesuatu yang dapat mengukur, mengembangkan, dan gunakan untuk meningkatkan kinerja. Psikologi positif dimulai dengan mengubah penekanan dari hal yang tidak berharga dalam hidup menjadi studi dan pemahaman terbaik dalam hidup. Tujuan psikologi positif adalah menggunakan metodologi ilmiah untuk menemukan dan mempromosikan faktor-faktor yang memungkinkan individu, kelompok, organisasi dan komunitas berkembang. Hal ini berhubungan dengan memfungsikan manusia secara optimal, bukannya menfungsikan manusia patologis. Tiga tingkat psikologi positif menurut Seligman dan csikszentnihalyi adalah : 1. Pengalaman subyektif yang berharga. Perlakuan yang baik, kesenangan hati, kepuasan (di masa lalu), harapan dan optimism (untuk masa depan), dan kelancaran serta kebahagiaan (sekarang).

2. Karakter individu yang positif. Kapasitas untuk mencintai dan bekerja, keberanian, keahlian interpersonal, sensitifitas, sensibilitas estetika dan daya tahan memaafkan orisinalitas, pemikiran kedepan spiritualitas, talenta tinggi, dan kebijaksanaan. 3. Kepentingan dan institusi umum yang membuat individu menjadi warga Negara yang lebih baik. Tanggung jawab, pemeliharaan, altruisme, kewarganegaraan, moderat, toleransi dan etika kerja. Tujuan yang sangat positif tersebut jelas mempunyai implikasi bukan hanya terapi pendidikan kehidupan keluarga dan masyarakat, tetapi juga untuk kehidupan dan perilaku organisasi, Psikologi tidak sekedar memperbaiki apa yang salah.

KRITERIA PERILAKU ORGANISASI POSITIF 1. OPTIMISME Psikologi

memperlakukan

optimisme

sebagai

karakteristik

yang

berkenaan dengan harapan atas hasil akhir positif. Dampak positif dari optimisme terhadap kesehatan fisik dan psikologis, karakteristik ketekunan, prestasi, dan motivasi yang menyebabkan keberhasilan akademis, olahraga, politik, dan pekerjaan. Di sisi lain, optimisme juga dapat mengalami kemunduran, disfungsi, dan kerugian. Optimisme juga sering digunakan dalam hubungannya dengan konstruksi positif lainya seperti kecerdasan emosi. Misalnya memberikan perhatian terhadap peranan optimisme mengenai kecerdasan emosi yang bahkan merujuk optimisme sebagai sikap kecerdasan emosi.

2. HARAPAN Definisi harapan menurut C. Rick Snyder adalah keadaan motivasi positif yang didasarkan pada rasa keberhasilan : a. Agensi (energi terarah pada tujuan) b. Jalan (rencana mencapai tujuan). Dampak positif dari harapan berhubungan dengan akademis, olahraga, dan kesehatan fisik dan mental. Harapan memiliki dampak positif terhadap proses wirausaha.

3. KEBAHAGIAAN

Kebahagiaan didefinisikan sebagai sisi afektif seseorang (suasana hati dan emosi) dan evaluasi kehidupan mereka. Kebahagiaan juga banyak dikenal dalam psikologi positif. Komponen-komponen kebahagiaan dapat diidentifikasi melalui: 1. Kepuasan hidup. Penilaian global mengenai kehidupan seseorang. 2. Kepuasan dengan domain yang penting. Contohnya mencangkup kepuasan kerja. 3. Pengaruh positif. Pengalaman emosi dan suasana hati yang menyenangkan. 4. Level pengaruh negatif yang rendah. Pengalaman emosi dan suasana hati yang sedikit tidak menyenangkan.

4. RESILIENSI Resiliensi didefinisikan sebagai fenomena yang ditandai dengan pola-pola adaptasi positif dalam konteks kesukaran. Resiliensi dipandang sebagai kapasitas untuk memikul kesukaran, konflik, kegagalan atau bahkan kejadian positif, kemajuan, dan tanggung jawab yang meningkat. Resiliensi dipengaruhi oleh tiga faktor : a. Aset Resiliensi dapat dikembangkan dengan meningkatkan aset yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pelatihan, dan dengan menjaga hubungan sosial, dan secara umum dengan meningkatkan kualitas sumber daya yang tersedia untuk dimiliki seseorang. b. Resiko Faktor resiko dapat dikelola dengan menjaga kesehatan fisik dan psikologis. c. Proses adaptasi Proses adaptasi dapat ditingkatkan dengan mengembangkan kapasitas psikologis positif lainya seperti efikasi diri, harapan, optimisme, juga dengan mengajarkan bagaimana mengatasi masalah dengan efektif, managemen stress, pemecahan masalah, dan strategi pencapaian tujuan.

5. PERCAYA DIRI ATAU EFIKASI DIRI Efikasi diri bersifat karakter, karena ia ditunjukan untuk tugas spesifik dan dapat dilatih dan dikembangka. Proses efikasi diri mempengaruhi fungsi manusia bukan hanya secara langsung. Tetapi juga mempunya pengaruh tidak langsung

terhadap faktor lain. Secara langsung proses efikasi diri mulai sebelum individu memilih pilihan mereka dan mengawali usaha mereka. Yang pertama, orang cenderung mempertimbangkan, mengevaluasi, dan mengintegrasikan informasi mengenai kapabilitas yang dirasakan. Langkah awal dari proses tersebut tidak begitu berhubungan dengan kemampuan atau sumber individu, tetapi lebih pada bagaimana mereka menilai atau meyakini bahwa mereka dapat menggunakan kemampuan dan sumber mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya, evaluasi atau presepsi menghasilkan harapan atas efikasi personal yang pada gilirannya menentukan: 1. Keputusan untuk menampilkan tugas tertentu dalam konteks ini 2. Sejumlah usaha yang akan dilakukan untuk menyelesaikan tugas. 3. Tingkat daya tahan yang akan muncul (selain masalah), tidak sesuai dengan bukti dan kesulitan yang dihadapai. Efikasi diri secara langsung mempengaruhi : a. Pemilihan perilaku Misalnya dibuat berdasarkan bagaimana efikasi yang dirasakan seseorang terhadap pilihan seperti tugas pekerjaan atau bidang karir. b. Usaha motivasi Misalnya orang mencoba lebih keras dan berusaha melakukan tugas dimana efikasi diri mereka lebih tinggi daripada mereka yang memiliki efikasi rendah. c. Daya tahan Misalnya orang dengan efikasi diri tinggi akan bangkit, bertahan saat menghadapi masalah atau kegagalan, sementara orang dengan efikasi diri rendah cenderung menyerah saat muncul rintangan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Perilaku individu dapat diartikan sebagai suatu sikap/tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia baik yang dilakukan dalam bekerja maupun diluar

pekerjaan, seperti berbicara, bertukar pendapat, berjalan dan sebagainya. Ada beberapa alasan mengapa manusia/individu yang menyebabkan perbedaan perilaku antara individu yang satu dengan yang lainnya, antara lain: (1) Kemampuan dan keahlian yang dimiliki masing-masing individu; (2) Kebutuhan dan keinginan yang berbeda; (3) Pandangan terhadap masa depan (perspektif) dan pilihan-pilihan untuk berperilaku dan bertindak; (4) Respon atau reaksi terhadap fenomena atau peristiwa tertentu (kognisi, afeksi dan konasi). Karakteristik biografis yaitu karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, dan status kawin yang objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi. Setiap individu tentu saja memiliki karakteristik individu yang menentukan terhadap perilaku individu. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda. Secara garis besar kemampuan individu tersusun dalam dua perangkat faktor yaitu: kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Proses pembelajaran adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana orang belajar. POB sebagai studi dan aplikasi dari kekuatan sumberdaya manusia positip dan kapasitas psikologis yang dapat diukur, dikembangkan dan dikelola secara efektif untuk meningkatkan kinerja di tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P.2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Widodo,

Eko.

2010.

Dasar-dasar

Perilaku

Individu,

(http://www.scribd.com/doc/44353974/Dasar-dasar-Perilaku-Individu), Maret 2013.

(Online), diakses

1