HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KONSUMSI ANTIRETROVIRAL DENGAN STATUS

Download Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral … ... Rata- rata pasien HIV/AIDS yang berobat ... penurunan berat badan (...

0 downloads 410 Views 319KB Size
112 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. WAHANA INOVASI

VOLUME 6 No.1

JAN-JUNI 2017

ISSN : 2089-8592

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KONSUMSI ANTIRETROVIRAL DENGAN STATUS NUTRISI PADA ODHA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2017 Agusanna Dewi Dosen Sekolah STIKES Sumatera Utara, Program Studi Kebidanan ABSTRAK Infeksi HIV mempunyai implikasi bermakna terhadap status nutrisi odha. Infeksi HIV di antaranya menyebabkan ketidakmampuan mengabsorpsi zat gizi dan makanan, perubahan metabolisme, serta berkurangnya asupan makanan akibat gejala-gejala yang terkait HIV. Nutrisi berperan penting dalam mempertahankan sistem imun bagi penderita HIV/AIDS. Ketidakseimbangan status nutrisi adalah kofaktor utama pada infeksi HIV dan akan menyebabkan kematian selama perkembangan penyakit AIDS. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian dijadwalkan mulai pada bulan April sampai bulan November 2017. Jenis penelitian adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rata-rata pasien HIV/AIDS yang berobat setiap bulannya sebanyak 45 sampel. Analisa data dengan univariat dan bivariat. Analisa data dengan bivariat menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian diketahui ada hubungan antara pekerjaan, stadium klinik dan konsumsi antiretroviral dengan status nutrisi pada ODHA dengan nilai p value sebesar 0,008 (pekerjaan), stadium klinis (0,015) dan konsumsi antiretroviral (0,014). Disarankan bagi ODHA agar dapat meningkatkan asupan gizi dan menjaga kondisi tubuh dengan mengkonsumsi antiretroviral secara teratur sesuai petunjuk dari petugas kesehatan dan bagi petugas kesehatan di poliklinik khusus RSUP Haji Adam Malik agar dapat memberikan konseling tentang gizi yang baik bagi ODHA dan

pengawasan minum obat antiretroviral, agar memperpanjang umur harapan hidup ODHA. Kata Kunci : Karakteristik, Konsumsi ARV, Status Nutrisi Pada Odha PENDAHULUAN Penyakit HIV- AIDS hingga kini tetap belum dapat disembuhkan, tercatat oleh (World Health Organization) WHO secara kumulatif jumlah kematian akibat AIDS di dunia pada tahun 2006 mencapai lebih dari 25 juta jiwa. Jumlah kasus baru AIDS di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami turun naik yaitu pada tahun 2008 sebanyak 4.969 kasus, tahun 2009 sebanyak 3.863 kasus, tahun 2010 sebanyak 4.158 kasus. Secara kumulatif jumlah HIV positif di Indonesia hingga Desember 2010 tercatat sebanyak 44.292 kasus dan AIDS sebanyak 24.131 kasus, diantaranya berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebesar 73,04%, perempuan sebesar 26,58%, dan sisanya tidak diketahui sebesar 0,38%, usia reproduksi aktif (15-49 tahun) sebesar 62,5%, transmisi perinatal sebesar 2,60%, balita (<4 tahun) sebesar 1,99% dengan total kematian sebesar 18,81% dari jumlah total 24.131 kasus (Guntur, 2007). Infeksi HIV/AIDS mempunyai efek yang sangat besar terhadap bidang kesehatan dan nutrisi pada individu yang terkena. Efek HIV pada bidang kesehatan dapat dilihat dari bagaimana HIV melemahkan sistem imun sehingga memudahkan seseorang terkena infeksi (WHO, 2006). Infeksi HIV mempunyai implikasi bermakna terhadap status nutrisi odha. Infeksi HIV di antaranya menyebabkan ketidakmampuan mengabsorpsi zat gizi dan makanan, perubahan metabolisme, serta

113 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. berkurangnya asupan makanan akibat gejala-gejala yang terkait HIV. Nutrisi yang buruk bagi penderita HIV AIDS akan meningkatkan kerentanan dan derajat berat infeksi oportunistik ini. Nutrisi yang buruk juga akan mengurangi efikasi mengobatan dan kepatuhan minum obat, dan dapat mempercepat progresivitas penyakit. Penatalaksanaan nutrisi sekarang sudah menjadi bagian integral dalam pengobatan pasien dengan HIV/AIDS. Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perbaikan nutrisi akan memperbaiki juga kondisi kesehatan odha (orang dengan HIV/AIDS). Nutrisi yang baik diperlukan untuk menjaga sistem imun odha tetap kuat. Selain itu nutrisi yang baik juga dapat membantu proses tubuh dalam memetabolisir obatobatan yang dikonsumsi odha. Pemberian nutrisi yang baik akan meminimalisir penyakit-penyakit yang terkait dengan HIV/AIDS, sehingga frekuensi dan lama rawat inap di rumah sakit akan jauh berkurang dan kualitas hidup odha pun meningkat (Zubair Djoerban, dkk:2005). Malnutrisi merupakan gejala klinis tersering dari infeksi HIV, dimana 90100% pasien HIV (+) mengalami penurunan berat badan (Piwoz EG, Elizabeth A.P, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa nutrisi mempunyai hubungan yang kompleks dengan HIV/AIDS. Infeksi HIV secara progresif akan melemahkan sistem imun dan menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi yang terjadi akan semakin memperburuk efek dari infeksi HIV dan menyebabkan progresivitas penyakit ke arah AIDS bertambah cepat (Guntur, 2007). Sejak adanya terapi antiretroviral (highly active antiretroviral therapy, HAART) pada odha, mulai timbul masalah-masalah nutrisi baru, yang menyangkut tentang keberhasilan terapi antiretroviral yang terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas pada odha. Masalah nutrisi pada odha dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang bekerja sendiri-sendiri atau saling mempengaruhi. Pada dasarnya, masalah nutrisi tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan yang akan diubah menjadi energi, serta kebutuhan energi untuk metabolisme tubuh. Faktor penyebab timbulnya kondisi gizi yang buruk pada ODHA adalah: 1)

penurunan asupan makanan, 2) malabsorbsi gastrointestinal, 3) peningkatan jumlah kebutuhan asupan makanan atau katabolisme jaringan akibat berbagai infeksi oportunistik yang biasa dialami odha, seperti TB, radang paru atau pnemonia, toksoplasma otal, sariawan karena infeksi jamur, dan sebagainya. Malabsorbsi dapat menyebabkan perubahan pada status gizi odha, sehingga meskipun makanan yang dimakan sudah mencukupi, namun tidak semua zat gizi dapat diserap oleh tubuh dengan efektif (Zubair Djoerban, dkk:2005). Malabsorbsi dapat terjadi dengan atau tanpa diare. Penyebabnya multifaktorial, termasuk di antaranya adalah abnormalitas mukosa gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh infeksi HIV-nya sendiri, atau merupakan akibat sekunder dari infeksi usus oleh agen lain. Apabila malabsorbsi tersebut disertai dengan diare kronik, yang sering kali terjadi, maka jika tidak ditangani dengan baik dapat menjadi predisposisi terjadinya malnutrisi yang berat. Diare juga dapat merupakan efek samping dari obat-obatan, seperti beberapa obat antiretroviral dan antibiotika. Menurut (Stambullian et al., 2007) status nutrisi yang tidak baik pada penderita HIV/AIDS dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu asupan dan absorbsi nutrisi yang tidak adekuat, perubahan metabolik, hipermetabolisme atau gabungan dari semuanya, perubahan di saluran cerna serta interaksi antara obat dan nutrisi.. Ada keterkaitan antara HIV/AIDS dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan malnutrisi pada penderita dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat meningkatkan perkembangan infeksi HIV. Infeksi HIV akan mempengaruhi status nutrisi dan status imun ODHA. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis. Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan sebagian sudah masuk dalam kategori wadting syndrome, yaitu suatu keadaan dimana pasien mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10% atau yang mempunyai indeks massa tubuh kurang dari 20 kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan lebih dari 5% dalam waktu 6 bulan,

114 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. yang bertahan selama 1 tahun. (Zubair Djoerban, dkk:2005). Nutrisi berperan penting dalam mempertahankan sistem imun bagi penderita HIV/AIDS. Ketidakseimbangan status nutrisi adalah kofaktor utama pada infeksi HIV dan akan menyebabkan kematian selama perkembangan penyakit AIDS. Kebalikannya, infeksi HIV asimtomatik dan simtomatik juga bisa mempengaruhi status nutrisi dan berperan dalam setiap level AIDS. Malnutrisi dan sindrom wasting pada penderita HIV/AIDS sulit untuk dihindari jika mereka mengalami mual, muntah, diare, jamur, lesi esofagus dan mulut, kehilangan nafsu makan, absorbsi yang jelek dan lipodistrofi. Keadaan hipermetabolik dan efek samping pengobatan juga berperan dalam terjadinya penurunan berat badan dan massa tubuh. Keadaan status nutrisi seperti ini menciptakan risiko tinggi kematian pada penderita HIV/AIDS (Enwowu, 2006). Menurut Almatsier (2010) bahwa asupan nutrisi dalam keadaan sakit tergantung jenis dan berat penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat seperti umur, gender (jenis kelamin), aktivitas fisik. Menurut World Bank Tahun 2007 terdapat bukti yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat penting antara nutrisi dan perbaikan keluaran HIV/AIDS. Nutrisi yang adekuat sangat penting untuk mempertahankan sistem imun, mengatasi infeksi oportunistik, mengoptimalisasi respon pengobatan, mempertahankan level aktivitas fisik dan mendukung kualitas hidup yang optimal penderita HIV. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar, ditemukan rata-rata asupan nutrisi pasien dibawah kebutuhan, maka secara umum terjadi penurunan berat badan pasien selama perawatan (Weta dan Partiwi, 2009). Menurut Suharyati (2006), obatobatan dapat mempengaruhi makanan yang masuk atau diabsorpsi, metabolisme dan sekresi dari zat gizi. Beberapa efek

khusus obat-obatan dapat menurunkan nafsu makan. Hasil penelitian Amir Fauzan (2005 mengenai efektivitas ARV menemukan bahwa respon klinis ARV menunjukkan angka yang sangat baik sebesar 91,4%. Selain itu, respon keseluruhan baik klinis maupun CD4 tergolong tinggi, yaitu sebesar 70,5%. jika obat ARV diminum secara teratur sesuai anjuran dokter, maka obat tersebut akan efektif membantu pasien. Pasien akan merasakan kesegaran badan yang lebih baik dan berat badan meningkat setiap bulan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukan maka peneliti telah menganalisis bagaimanakah “Hubungan karakteristik dan konsumsi ARV dengan status Nutrisi pada ODHA di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2017”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik dan konsumsi antiretroviral dengan status nutrisi pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2017. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Jenis penelitian adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional mengenai Hubungan karakteristik dan konsumsi antiretroviral dengan status nutrisi pada penderita HIV/AIDS. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Pengambilan sampel yang dalam penelitian ini adalah secara accidental sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pasien yang datang berobat pada saat penelitian. Rata-rata pasien HIV/AIDS yang berobat setiap bulannya sebanyak 37 sampel. HASIL PENELITIAN Karaktersitik Responden Karakteristik ODHA yaitu umur, jenis kelamin dan pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

115 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. Tabel 1. Karakteristik ODHA di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2017 Karakteristik ODHA n % Umur 22-39 tahun 28 62,2 > 40 tahun 17 37,8 Jumlah 45 100,0 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

21 24 45

46,7 53,3 100,0

Pendidikan Dasar (SD & SLTP) Menengah (SLTA) Tinggi (DIII/S1) Jumlah

8 30 7 45

17,8 66,7 15,6 100,0

Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Jumlah

27 18 45

60,0 40,0 100,0

Berdasarkan Tabel 1 diketahui karakteristik ODHA berdasarkan umur paling banyak antara 22-39 tahun yaitu 28 orang (62,2%), berjenis kelamin perempuan yaitu 24 orang (53,3%), berpendidikan menengah (SLTA) sebanyak 30 orang (66,7%) dan tidak bekerja sebanyak 27 orang (60,0%).

Analisa Univariat Tabel 2. Distribusi Frekuensi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2017 Distribusi n % Konsumsi Antiretroviral Tidak 31 68,9 Ya 14 31,1 Jumlah 45 100,0 Konsumsi n % Antiretroviral Tidak 31 68,9 Ya 14 31,1 Jumlah 45 100,0 Stadium Penderita n % Stadium Ringan (I & II) 27 60,0 Stadium Berat (III & 18 40,0 IV) Jumlah 45 100,0 Status Nutrisi Tidak Normal 28 62,2 Normal 17 37,8 Jumlah 45 100,0 Berdasarkan Tabel 2 paling banyak ODHA tidak mengkonsumsi antiretroviral yaitu 31 orang (68,9%). Paling banyak ODHA tidak mengkonsumsi antiretroviral sesuai dengan petunjuk dari kesehatan yaitu 31 orang (68,9%). Paling banyak ODHA dengan stadium yaitu 31 orang (68,9%). Paling banyak ODHA dengan status nutrisi tidak normal yaitu 28 orang (62,2%).

116 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. Analisa Bivariat

No

Karakteristik

Tabel 3. Analisis Chi- Square Status Nutrisi ODHA Tidak Normal Normal n % n %

n

%

Jumlah

PValue

Umur 1

20-39 Tahun

17

60,7

11

39,3

28

100

2

>40 Tahun Pendidikan Dasar (SD & SLTP) Menengah (SLTA) Tinggi (D-III/S1) Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Stadium Klinis Ringan (Stadium I & II) Stadium Berat (III & IV) Konsumsi Antiretroviral Tidak Ya

11

64,7

6

35,3

17

100

5

62,5

3

37,5

9

100,0

19

63,3

11

36,7

30

100,0

4

57,1

3

42,9

7

100,0

21 7

77,8 38,9

6 11

22,2 61,1

27 18

100,0 100,0

11

45,8

13

54,2

24

100,0

17

81,0

4

19,0

21

100,0

23 5

74,2 35,7

8 9

25,8 64,3

31 14

100,0 100,0

1 2 3 1 2 1 2

1 2

0,789

0,955

0,008

0,015

Hasil analisa statistik dengan uji Chisquare diketahui hubungan umur dengan status nutrisi ODHA diketahui nilai pvalue sebesar 0,789 > α 0,05, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan status nutrisi pada ODHA. Umur tidak mempengaruhi status nutrisi ODHA, hal ini disebabkan karena ODHA yang berumur antara 22-29 tahun masih ada yang status nutrisinya yang tidak normal, hal ini dirasakan karena ODHA ada yang mengalami penurunan berat badan akibat tidak teratur mengkonsumsi antiretroviral. Tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan status nutrisi ODHA hal ini disebabkan karena meskipun ODHA berpendidikan menengah dan tinggi, masih ada yang status nutrisinya tidak normal, hal ini kemungkinan berkaitan dengan metabolisme di tubuh ODHA yang tidak baik karena infeksi, juga karena konsumsi antiretroviral yang tidak teratur dan merasa bosan mengkonsumsinya. Hubungan antara pendidikan dengan status nutrisi ODHA diketahui nilai pvalue sebesar 0,955 > α 0,05, yang artinya tidak terdapat hubungan yang

0,014

signifikan antara pendidikan dengan status nutrisi pada ODHA. Hubungan antara pekerjaan dengan status nutrisi ODHA diketahui nilai p-value sebesar 0,008 < α 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan status nutrisi pada ODHA. Hal ini berkaitan dengan kemampuan ODHA dari sosial ekonomi terkait dengan tingkat pendapatan seseorang yang ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula persentase dari pendapatan yang dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur, dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi pendapatan merupakan faktor penting bagi kuantitias dan kualitas makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Park (2009) bahwa proporsi pasien yang tidak bekerja untuk mengalami gizi kurang sebesar 1,3 kali dibandingkan pasien yang bekerja. Hubungan antara stadium klinis dengan status nutrisi ODHA diketahui nilai p-value sebesar 0,015 < α 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara stadium klinis dengan status nutrisi

117 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. pada ODHA. Stadium klinik sangat berhubungan dengan status nutrisi ODHA karena adanya kerusakan sel yang disebabkan oleh viris akan menyebabkan terganggunya penyerapan zat-zat di dalam tubuh, dan akan memperberat kondisi ODHA. Hal ini sesuai dengan pendapat (Laftah, 2004) bahwa semakin berat manifestasi klinis maka semakin tinggi stadium klinis pasien. Jumlah CD4 normal adalah 410 –1490 sel/mm3. Stadium klinis secara tidak langsung mempengaruhi jumlah CD4 yaitu dengan mengganggu asupan nutrisi sehingga penderita jatuh pada kondisi status gizi yang buruk dikarenakan adanya infeksi oportunistik. Hal ini juga di tegaskan oleh hasil penelitian (Payam et.al, 2006) bahwa virus dalam jumlah yang besar berakibat kemampuan dan tenaga host menurun untuk menekan kerusakan sel CD4 sehingga sel tersebut menjadi lebih cepat habis (imunosupresi). Hubungan antara konsumsi antiretroviral dengan status nutrisi pada ODHA diketahui nilai p-value sebesar 0,014 < α 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi antiretroviral dengan status nutrisi pada ODHA. Konsumsi antiretroviral secara teratur sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan akan menghambat perjalanan penyakit HIV, meningkatkan jumlah CD4, mengurangi jumlah virus dalam darah, dan merasa lebih baik sehingga meningkatkan nafsu makan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mariz et.al (2011) bahwa status pasien dengan mengkonsumsi antiretroviral bermakna secara statistik dengan status gizi kurang pada pasien HIV/AIDS. Luaran Yang Dicapai Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan variabel karakteristik (pekerjaan, stadium klinis) dan konsumsi antiretroviral dengan status nutrisi pada ODHA, sedangkan variabel umur dan pendidikan tidak berhubungan dengan status nutrisi pada ODHA. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan dalam jurnal lokal yang berstandar ISSN dan sebagai bahan ajar sesuai dengan materi yang ada.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Tidak ada hubungan antara umur dengan status nutrisi pada ODHA dengan nilai p-value sebesar 0,789 > α 0,05. 2. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan status nutrisi pada ODHA dengan nilai p-value sebesar 0,955 > α 0,05. 3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan status nutrisi pada ODHA dengan nilai p-value sebesar 0,008 < α 0,05. 4. Ada hubungan antara stadium klinis dengan status nutrisi pada ODHA dengan nilai p-value sebesar 0,015 < α 0,05. 5. Ada hubungan antara konsumsi antiretroviral dengan status nutrisi pada ODHA dengan nilai p-value sebesar 0,014 < α 0,05. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Alwi, Hasan 2006, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta, Balai Pustaka. Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku. Kedokteran EGC, Jakarta. Aziz R, Khan AR, Qayum I, ul Mannan M, Khan MT, Khan N, 2002. Presentation of Pulmonary Tuberculosis at Ayub Teaching Hospital Abbottabad. J Ayub Med Coll Abbottabad. 14: 6-9. Chan, D. F. Y ., Li, A. M., So, H. K et al., 2009. New skinfold-thickness equation for predicting percentage body fat in Chinese obese children. HK J Paediatric (new series) 14:96102. Depkes, 2007. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia dilapor s/d Desember 2007.

118 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. Depkes, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta, http://www.depkes.go.id. Depkes, 2010. Pedoman Pelayanan Gizi Pada Odha, gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2011/01/bukuodha-rev5.pdf. Djoerban, Zubairi, Djauzi Samsuridjal. HIV/AIDS di Indonesia. W, 2007. Sudoyo, Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta:FK UI . 1803-1808. Enwonwu, CO. 2006. Complex interaction between malnutrition, infection and immunity: relevance to HIV/AIDS infection. Nigerian Journal of Clinical & Biomedical Research. Frankenfield D.C, Cooney R.N, Smith J.S. Bioelectrical Impedance Analysis plethysmographic analysis of body composition in critically injured and healthy. Am.J.Clin.Nutr 1999;69:426-31 Jafar, 2004. Malnutrisi Pada Penderita HIV/AIDS, repository.unhas.ac.id/.../B13%20M ALNUTRISI%20PADA%20PENDE.. . Fauzan, A. 2005. Proporsi Respon Pengobatan Antiretroviral Selama Enam Bulan Pada Penderita HIV, http : //lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detai l.jsp?id=110400&lokasi=lokal. Guntur A. H, 2007. Imunopatobiologik sepsis dan penatalaksanaannya. Dalam Proceeding Book: Simposium nasional Sepsis dan Antimikrobial terkini. PETRI 2007. Surakarta, Percetakan Surya Abadi. p:32-42. Green, Chris W. 2009. Seri Buku Kecil: Pengobatan Untuk AIDS: Ingin Mulai? Jakarta: Spiritia.

Keyle U.G, bosaeus I, De Lorenzo A.D, et al. 2004. EPEN Guidelines. Bioelectrical impedance analysis – part II: utilization in clinical practice. Clinical nutrition, p:1430-53 Laftah AH, Ramesh B, Simpson RJ, Solansky N, Bahram S, Schumann K, Debnam ES, Srai SK. 2004. Effect of Hepcidin on Intestinal Iron Absorption in Mice. Blood. May 15;103:3940-4. Lee SW, et.al, 2006.The Prevalence and Evolution of Anemia Associated with Tuberculosis. Journal Korean Medical Science, 21 : 1028-1032. Lina, 2008. Hubungan antara Parameter Status Nutrisi yang Diukur dengan Bioelectrical Impedance Analysis dan Kualitas Hidup yang Dinilai dengan SF-36 pada Pasien Hemodialisis Reguler, Tesis FK USU. Mariz, et. al, 2011. Body Mass Index in Individuals With HIV infection and Factors Associated With Thinness and Overweight/Obesity. Cad. Saude Publica, Rio de Jeneiro, Brazil. Nurzakiah et. al, 2010. Faktor Risiko Obesitas Pada Orang Dewasa Urban dan Rural dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 5, No 1, Agustus 2010 hal. 29-34. Park, Jungwee, 2009. Obesity on the Job. Statistic Canada, Catalogue no 75001-X, February 2009. Payam N, Madhukar P, Philip CH, 2006. Advances in The Diagnosis and Therapy of Tuberculosis. American Thoracic Society. p:103-110. Piwoz EG, Elizabeth A.P.2000. HIV/AIDS and Nutrition: a review of the literature and recommendations for nutritional care and support in SubSaharan Africa. Support for analysis and research in Africa (SARA) project, p:8-21

119 Agusanna Dewi : Hubungan Karakteristik dan Konsumsi Antiretroviral …………………………. Sandra, 2009. Jumlah Limfosit T-CD4+, Limfosit T-CD8+, dan Rasio Limfosit T-CD4+/T-CD8+ dan Hubungannya dengan Status Gizi Pasien HIV (+), Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Program Studi Kedokteran Umum Jakarta, sumber : lib.ui.ac.id/file?file=digital/123445S09099fk-Jumlah%20limfosit-HA Smith DL, 2000. Anemia in the elderly. Am Fam Physician.pp. 62: 1565-7. Stambullian et al., 2007. Stambullian, M., Felin, S and Slobodianik, N.H. 2007. Nutritional status in patients with infection and AIDS. British Journal of Nutrition, pp 8; 1: 140-3. Suharyati, 2006. Hubungan Asupan Makan dengan Status Gizi Pasien Dewasa Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).Tesis S2 Universitas Indonesia. Jakarta, http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/ detail.jsp?id=106940&lokasi=lokal Spiritia, 2013. Merawat Odha di Rumah, http://www.spiritia.or.id/cst/bacacst. php?artno=1051c.Diakses April 2016. Tarwoto & Wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3. Jakarta, Salemba Medika. Weta dan Partiwi, 2009. Kecukupan Zat Gizi dan perubahan Status Gizi Pasien Selama Dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/. ../1/DONNA%20PERTIWI-FKIK.pdf Wield dalam Renur, 2007. Gambaran Status Gizi Berdasarkan IMT dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Pembantu Rumah Tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2007, http://www.lib.ui.ac.id/file?file=digital /122525-S%205254-Faktorfaktor...pdf.

WHO, 2006. Hsu Jean W.C, Paul B, Dereck M, et al. Macronutrients and HIV/AIDS ; a review of current evidence. 1-19.