H HA ASSIILL PPEEN NEELLIITTIIA AN N
HUBUNGAN KONSUMSI ZAT BESI DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA WANITA PENCETAK BATU BATA DI KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2004 Ernawati Nasution1 dan Halinda Sari Lubis2 1
2
Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Staf Pengajar Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM USU
ABSTRACT Iron anemia is one of the main problems of nutrient in Indonesia that cause society health problems such as the height of the mother and infant mortality, the low academic achievement and the decline of the work productivity. Woman worker is a group of people who is susceptible iron anemia. Good nutrient status with calorie supply in the right amount and time, influence positively to the worker’s working power. This research is meant to know the relationship between iron consumption and nutrient status with the productivity of the women workers who make bricks in Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang 2004. This research is analytic descriptive with cross-sectional design which shows and analyzes the relationship between iron consumption and nutrient status with the productivity of the women worker. The population is all of the workers make the bricks 110 persons, and the sample is got by using the pattern of 51 people. The data of iron consumption and vitamin C is taken by using Food Recall Questionnaire, nutrient status is got from IMT by weighing the body weight, and the work productivity is got by counting the number of the bricks produced in a week. The analysis done by using correlation test with the trust degree of 95%. The result of the data process is given in the form of frequency. The result of the research shows that the large part of the respondents’ iron consumption is poor, the large part of the respondents’ vitamin C consumption is good, the large part of the respondents’ has a normal nutrient status category, the large part of the respondents’ has good work productivity. There isn’t relationship between nutrient status and the work productivity. It is suggested that the workers should increase the iron and vitamin C consumption and to consume the food energy source so that they can work more productive. Key words: Iron consumption, Vitamin C, Nutrient Status, Woman working productivity LATAR BELAKANG Kurang zat besi (anemia) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat antara lain pada tingginya angka kematian ibu dan bayi, rendahnya prestasi belajar pada anak sekolah serta menurunnya produktivitas kerja. Ledakan gizi buruk pada saat dilanda krisis ekonomi mengisyaratkan lemahnya
ketahanan pangan di rumah tangga terutama golongan miskin. Secara teoritis melemahnya ketahanan pangan akan mengakibatkan menurunnya konsumsi zat gizi baik makro dan mikro untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Dampak krisis ekonomi memperburuk ketahanan pangan tingkat rumah tangga dengan berkurangnya konsumsi sumber pangan nabati hewani dan juga buah-buahan. Dengan tingkat ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga yang masih rendah ini, tidak heran
83 Universitas Sumatera Utara
kalau kurang energi dan protein, anemia gizi, kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan Iodium dan zat gizi mikro lainnya yang masih menjadi fokus utama dalam perbaikan gizi untuk masa mendatang. Hubungan antara gizi dan produktivitas kerja telah lama diketahui. Status gizi dan kesehatan tenaga kerja yang buruk dapat menyebabkan tenaga kerja cepat lelah ditandai dengan penurunan perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berpikir, penurunan kemampuan atau dorongan untuk bekerja dan kurang efesiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental sehingga dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan dan produktivitas kerja. Status gizi yang baik dengan asupan kalori dalam jumlah dan waktu yang tepat, berpengaruh secara positif terhadap daya kerja pekerja, Sebaliknya status gizi yang kurang atau berlebihan dan asupan kalori yang tidak sesuai dalam jumlah maupun waktu yang tidak tepat menyebabkan rendahnya ketahanan kerja ataupun perlambatan gerak sehingga menjadi hambatan bagi tenaga kerja dalam melaksanakan aktivitasnya. Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan sehingga angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun penyakit umumnya dapat ditekan, angka mangkir kerja karena sakit akan turun dengan sendirinya, yang apada akhirnya produktivitas akan meningkat. Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya anemia gizi besi adalah kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan, atau rendahnya absorpsi zat besi yang ada dalam makanan. Ketersediaan zat besi dari makanan yang tidak cukup mengakibatkan tubuh mengalami anemia gizi besi. Di negara-negara sedang berkembang dengan tingkat ekonomi yang relatif rendah, umumnya zat besi yang berasal dari sumber pangan nabati (non heme iron) yang mempunyai nilai absorpsi yang lebih rendah dibandingkan dengan absorpsi zat besi yang berasal dari pangan hewani (heme iron). Penyerapan zat besi non heme sangat dipengaruhi oleh faktor penghambat maupun faktor pendukung, sedang besi heme tidak. Asam askorbat (Vitamin C) adalah salah satu
84
faktor pendorong absorpsi zat besi di samping itu keberadaan tanin dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi. Pekerja wanita merupakan kelompok yang rentan terhadap anemia gizi, hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan dan pekerjaan yang berat serta secara alamiah wanita setiap bulan mengalami haid. Hasil penelitian Husaini menunjukkan bahwa produktivitas pekerja wanita penderita anemia gizi menurun 10 – 20%. Oleh karena itu perlu diadakan upaya penanggulangannya, agar kualitas sumber daya manusia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Menurut data statistik pekerja wanita di Indonesia setiap tahun meningkat. Pada tahun 1980 jumlahnya 16.934.590 orang (32,65%), pada tahun 1987 meningkat menjadi 25.788.997 orang (44,83%), dan pada tahun 1995 telah mencapai 37.000.000 orang. Untuk itu, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti kondisi fisik tenaga kerja wanita tersebut. Kondisi fisik yang baik tidak saja bermanfaat bagi tenaga kerja wanita dan keluarganya, tetapi juga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, demikian juga sebaliknya karena derajat kesehatan dan status gizi yang kurang mengakibatkan berkurangnya kemampuan dan produktivitas kerja. Alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan yang kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah industri di Sumatera, baik industri formal maupun informal (industri rumah tangga). Salah satu industri rumah tangga yang cukup besar berperan dalam pembangunan baik di bidang sosial ekonomi maupun pembangunan fisik di Kabupaten Deli Serdang adalah indistri rumah tangga batu-bata. Industri rumah tangga ini dapat memproduksi batu-bata lebih kurang 32 juta per bulan, bila dirupiahkan senilai Rp. 5,28
Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–92) Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis Universitas Sumatera Utara
milyar per bulan yang merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah Deli Serdang. Kecamatan Pagar Merbau adalah salah satu daerah industri rumah tangga batu-bata yang berada di Kabupaten Deli Serdang, di samping itu juga paling banyak menyerap tenaga kerja termasuk tenaga kerja wanita. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan konsumsi zat besi dan status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita pencetak batu-bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui hubungan konsumsi zat besi dan status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita pencetak batu bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui konsumsi zat besi dan vitamin C tenaga kerja wanita pencetak batu bata. 2. Untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) tenaga kerja wanita pencetak batubata. 3. Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja wanita pencetak batu bata. 4. Untuk mengetahui hubungan konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja wanita pencetak batu bata. 5. Untuk mengetahui hubungan IMT dengan produktivitas tenaga kerja wanita pencetak batu bata. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para tenaga kerja wanita pencetak batu bata agar lebih memperlihatkan tingkat konsumsi pangan khususnya zat besi guna peningkatan produktivitas kerja serta masukan bagi pemilik industri batu bata terkait guna lebih memperhatikan status gizi para pekerja. METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri rumah tangga batu-bata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang bersifat
Deskriptif Analitik dengan rancangan cross sectional yang menggambarkan dan menganalisa hubungan konsumsi zat besi dan status gizi dengan produktivitas tenaga kerja wanita pencetak batu-bata. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja wanita pencetak batubata di Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 110 orang, dengan kriteria sebagai berikut: - Umur ≥ 18 tahun. - Berada dalam keadaan sehat. - Tidak dalam keadaan fisiologis khusus (hamil atau menyusui). - Memiliki pengalaman dalam bekerja minimal 3 bulan. Sampel berjumlah 51 orang tenaga kerja wanita pencetak batu-bata, yang diambil secara acak. Jenis Data Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer yang terdiri dari karakteristik responden, konsumsi zat besi dan vitamin C, status gizi responden (IMT) dan produktivitas Kerja. Tehnik Pengumpulan Data Data karakteristik responden diperoleh dari data hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data konsumsi zat besi dan vitamin C dari responden diperoleh dengan wawancara yang menggunakan food recall 24 jam sehingga diketahui jumlah dan jenis makanan sumber zat besi yang dikonsumsi. Food Recall dilakukan selama 3 hari, dengan kategori: ≥ 100 % = Baik; < 100 % = Kurang. Data Status Gizi responden diperoleh dengan menghitung IMT. Dengan kriteria sebagai berikut: Kekurangan berat badan tingkat berat: < 17,0; Kekurangan berat badan tingkat ringan: 17,0–18,5; Normal: 18,5–25,0; Kelebihan berat badan tingkat ringan: > 25,0–27,0; Kelebihan berat badan tingkat berat: > 27,0. Data produktivitas kerja diperoleh dengan observasi terhadap jumlah rata-rata batu bata yang dihasilkan oleh pekerja dalam 3 hari, yang dikategorikan menjadi: ≥ 750 buah/hari: Di atas rata-rata; < 750 buah/hari: Di bawah rata-rata
Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90) Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis
85 Universitas Sumatera Utara
Analisa Data Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer dan untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji korelasi dengan derajat kepercayaan 95 %, hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Responden Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa sebagian responden berumur ≤ 33 tahun, yaitu 31 orang (60,8%). Lama kerja responden yang dikelompokkan menurut rumus median yaitu 4 tahun. Sebagian besar responden berpendidikan SD, yaitu 26 orang (51,0%). Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3. Konsumsi Zat Besi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi zat
besi dalam kategori kurang (56,9%). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4. Konsumsi Vitamin C Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi vitamin C ≥ 100 % (Baik), yaitu sebanyak 39 orang (76,5%). Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 5. Status Gizi Dari hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) responden diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi normal, yaitu 34 orang (66,7%). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6. Produktivitas Kerja Dari data yang diperoleh, diketahui responden mempunyai produktivitas kerja di atas rata-rata, yaitu 26 orang (51 %). Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No. 1 2
Kelompok Umur (Tahun) ≤ 33 > 33 Jumlah
Jumlah 31 20 51
% 60,8 39,2 100
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama kerja di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No. 1 2
Lama Kerja (Tahun) ≤4 >4 Jumlah
Jumlah 21 30 51
% 41,2 58,8 100
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No. 1 2 3
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Jumlah
Jumlah 26 18 7 51
% 51,0 35,3 13,7 100
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi zat besi di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No. 1 2
86
Konsumsi Zat Besi Baik Kurang Jumlah
Jumlah 22 29 51
% 43,1 56,9 100
Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–92) Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi vitamin C di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No. 1 2
Konsumsi Vitamin C Baik Kurang Jumlah
Jumlah 39 12 51
% 76,5 23,5 100
Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No. 1 2 3 4 5
Tabel 7.
Status Gizi (IMT) Kekurangan BB Tingkat Berat Kekurangan BB Tingkat Ringan Normal Kelebihan BB Tingkat Ringan Kelebihan BB Tingkat Berat Jumlah
Jumlah 2 7 34 3 5 51
% 3,9 13,7 66,7 5,9 9,8 100
Distribusi frekuensi responden berdasarkan produktivitas kerja di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No. 1 2
Produktivitas Kerja Di atas rata-rata Di bawah rata-rata Jumlah
Tabulasi Silang antara Umur dengan Produktivitas Kerja Hasil tabulasi silang yang telah dilakukan menunjukkan bahwa responden yang memiliki produktivitas di atas rata-rata, paling banyak berada pada kelompok umur ≤ 33 tahun yaitu 16 orang (31,4%) dan di bawah rata-rata ada 15 orang (29,4%). Sedangkan responden yang berumur > 33 tahun, yang produktivitas kerjanya di atas rata – rata ada 10 orang (19,6%) dan di bawah rata-rata ada 10 orang (19,6%). Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabulasi Silang antara Lama Kerja dengan Produktivitas Kerja Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki produktivitas kerja di atas rata-rata, paling banyak telah bekerja selama lebih dari 4 tahun yaitu 16 orang (31,4%). Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dengan Produktivitas Kerja Hasil tabulasi silang yang dilakukan terhadap tingkat pendidikan dengan produktivitas menunjukkan bahwa responden yang produktivitas kerjanya di atas rata-rata, paling banyak mempunyai tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 17 orang (33,3%). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.
Jumlah 26 25 51
% 51 49 100
Tabulasi Silang antara Konsumsi Zat Besi dengan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang status gizinya normal mengkonsumsi zat besi kategori kurang sebanyak 21 orang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi zat besi dengan status gizi berdasarkan IMT (p = 0,716). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabulasi Silang antara Konsumsi Zat Besi dengan Produktivitas Kerja Hasil tabulasi silang yang dilakukan menunjukkan bahwa responden yang memiliki produktivitas di atas rata-rata, paling banyak berada pada tingkat konsumsi zat besi kategori kurang yaitu 19 orang (37,3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja (p = 0,017). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12. Tabulasi Silang antara Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki produktivitas di atas rata-rata, paling banyak berada pada status gizi berdasarkan IMT kategori normal yaitu 19 orang (37,3%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi berdasarkan IMT dengan produktivitas kerja (p = 0,343). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13.
Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90) Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis
87 Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Tabulasi silang antara umur dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 Kelompok Umur (thn)
No
≤ 33 > 33 Jumlah
1 2
Produktivitas Kerja Di bawah Di atas Rata-rata % Rata-rata 16 31,4 15 10 19,6 10 26 51,0 25
% 29,4 19,6 49,0
Jlh
%
31 20 51
60,8 39,2 100
Tabel 9. Tabulasi silang antara lama kerja dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang Tahun 2004 No
Lama Kerja (thn) ≤4 >4 Jumlah
1 2
Tabel 10. No 1 2 3
Produktivitas Kerja Di bawah Di atas Rata-rata % Rata-rata 10 19,6 11 16 31,4 14 26 51,0 25
%
Jlh
21,6 27,4 49,0
21 30 51
% 41,2 58,8 100
Tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 Tingkat Pendidikan
SD SLTP SLTA Jumlah
Produktivitas Kerja Di bawah Di atas Rata-rata % Rata-rata 17 33,3 9 5 9,8 13 4 7,8 3 26 50,9 25
%
Jlh
17,6 25,5 5,9 49,1
26 18 7 51
% 51,0 35,3 13,7 100
Tabel 11. Tabulasi silang antara konsumsi zat besi dengan status gizi responden di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No.
Konsumsi Zat Besi
1 2
Baik Kurang Jumlah
Kurang BB Berat 1 1 2
Status Gizi (IMT) Kurang Lebih BB Normal BB Kurang Ringan 3 13 3 4 21 0 7 34 6
Lebih BB Berat 2 3 5
Jumlah
%
22 29 51
43,1 56,9 100
p = 0,716 Tabel 12. Tabulasi silang antara konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No 1 2
Konsumsi Zat Besi Baik Kurang Jumlah
Di atas Ratarata 7 19 26
Produktivitas Kerja Di bawah % Rata-rata 13,7 15 37,3 10 51,0 25
%
Jlh
29,4 19,6 49,0
22 29 51
% 43,1 56,9 100
p = 0,017 Tabel 13. Tabulasi silang antara status gizi dengan produktivitas kerja responden di Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang tahun 2004 No 1 2 3 4 5.
IMT Kekurangan BB Tingkat Berat Kekurangan BB Tingkat Ringan Normal Kelebihan BB Tingkat Ringan Kelebihan BB Tingkat Berat Jumlah
Di atas Rata-rata 0 3 19 1 3 26
Produktivitas Kerja % Di bawah Rata-rata 0 2 5,9 4 37,3 15 2,0 2 5,9 2 51,0 25
% 3,9 7,8 29,4 3,9 3,9 49
Jlh
%
2 7 34 3 5 51
3,9 13,7 66,7 5,9 9,8 100
p = 0,343
88
Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90) Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis Universitas Sumatera Utara
Pembahasan Konsumsi Zat Besi terhadap Produktivitas Kerja Dari Tabel 4. diketahui bahwa konsumsi zat besi responden dalam kategori baik sebesar 43,1% dan kategori kurang sebesar 56,9%. Dan dari Tabel 7. diketahui bahwa produktivitas kerja responden yang berada di atas rata-rata sebesar 51% dan di bawah rata-rata 49 %. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja (p = 0,017). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap penyadap karet di Sukabumi, pemetik teh di Jawa Barat dan Srilangka serta buruh tubuh di Amerika Latin (10). Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh berperan penting dalam pembentukan sel darah merah. Sel darah merah sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Dan oksigen ini sangat berperan dalam pembentukan energi yang berguna di dalam meningkatkan produktivitas kerja. Dari Tabel 5. diketahui bahwa konsumsi vitamin C sebagian besar responden dalam kategori baik sebesar 76,5%. Kita ketahui bahwa vitamin C merupakan zat yang dapat membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Jadi walaupun sebagian responden mempunyai konsumsi zat besi yang kurang tetapi dengan konsumsi vitamin C yang baik diperkirakan semua zat besi yang dikonsumsi dapat diabsorpsi dengan baik. Selain itu diketahui vitamin C juga berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah penyakit infeksi. Dan hasil uji statistik yang dilakukan juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara vitamin C dengan produktivitas kerja. Hal ini terjadi karena vitamin C tidak mempengaruhi produktivitas secara langsung. Status Gizi (IMT) Terhadap Produktivitas Kerja Dari Tabel 6. diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai status gizi (berdasarkan IMT) yang normal sebesar 66,7%. Seperti yang kita ketahui sumber utama energi berasal dari zat gizi. Energi yang diperlukan tubuh untuk mengerjakan kerja luar merupakan tambahan terhadap energi basal metabolisme. Bila tubuh seseorang kekurangan energi maka
kemampuan fisiknya untuk melakukan aktivitas kerja akan berkurang sehingga produktivitas kerja akan menurun. Hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status Gizi (IMT) dengan produktivitas kerja (p = 0,343). Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Suprapto, dkk. yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan produktivitas tenaga kerja wanita di pabrik rokok Jawa Timur. Produktivitas kerja seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh status gizinya. Ada bayak faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, antara lain umur, jenis kelamin, pengalaman kerja, pendidikan, keterampilan, motivasi, dan sebagainya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa: 1. Sebagian besar konsumsi zat besi responden dalam kategori kurang. 2. Sebagian besar konsumsi vitamin C responden dalam kategori baik. 3. Sebagian besar responden mempunyai status gizi (IMT) kategori normal. 4. Sebagian besar responden mempunyai produktivitas kerja di atas rata-rata. 5. Ada hubungan antara konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja. 6. Tidak ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan produktivitas kerja. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 2000, “Rencana Aksi Pangan dan Gizi 2001-2005”, Jakarta. Suma’mur, 1997, Dasar Hygiene dan Kesehatan Kerja, Jakarta. Cicih L.H.M., 1996, “Produktivitas dan Kecukupan Gizi Pekerja”, Warta Demografi, Th-26. No.5. Jakarta. Joko, P., 1989, “Perbaikan Gizi Kerja dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Perusahaan Konveksi”. Majalah Hiperkes, Jakarta. Wirakusumah, S, 1999, “Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi”. Trubus Agriwidya Medika, Jakarta. De Maeyer, 1995, “Pencegahan Dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi”, Widya Medika, Jakarta.
Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90) Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis
89 Universitas Sumatera Utara
Departemen Kesehatan RI, 1995, “13 Pesan dasar Gizi Seimbang”, Bumi Aksara, IPB-Bogor Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Kesehatan, 1996, “Petunjuk Teknis Operasional Program Penanggulangan Anemia Gizi bagi Pekerja Wanita”, Jakarta.
90
Departemen Kesehatan RI, 1998, “Laporan Survei Pemantauan Indeks Massa Tubuh di Kodya Binjai”. Soekirman, 2002, “Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat”. Suprapto, A.S., dkk, 1989, Hubungan Status Gizi Dengan Produktivitas Pekerja Pada Tenaga Kerja Wanita di Pabrik Rokok di Jawa Timur.
Hubungan Konsumsi Zat Besi dan Status Gizi (83–90) Ernawati Nasution dan Halinda Sari Lubis Universitas Sumatera Utara