I. PENDAHULUAN Ekosistem perairan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu perairan menggenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan mengalir adalah suatu bentuk perairan tawar yang di dalamnya berarus yang secara terus menerus mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, diantaranya adalah sungai, saluran irigasi lainnya (Effendi, 2003). Sungai merupakan ekosistem perairan mengalir yang didalamnya terdapat interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Sungai Pelus terletak dibagian selatan kaki Gunung Selamet yang mengalir melewati hutan, daerah pemukiman, pertanian, industri dan peternakan yang digunakan penduduk sekitar untuk aktivitas kehidupan sehari-hari. Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak antara 7o 12'30" LS sampai 7o 21'31" LS dan 109o 12'31" BT sampai 109o 19' 10" BT, dengan ketinggian sungai 31 - 691 m. Secara administratif Sungai Pelus terletak di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan panjang sungai ± 28 km. Mata air Sungai Pelus berada di lereng selatan Gunung Slamet. Sungai Pelus juga memperoleh pasokan air dari beberapa anak sungai diantaranya dari Sungai Belot, Sungai Lirip, Sungai Pangkon, dan Sungai Bener. Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang bervariasi dalam pemanfaatannya. Wilayah yang dilalui oleh Sungai Pelus yang didominasi oleh kawasan pemukiman. Limbah rumah tangga yang dihasilkan dari pemukiman tersebut sering dialirkan ke sungai, selain itu konversi lahan pertanian juga dijadikan daerah pemukiman. Perusahaan di sub-DAS Pelus yang pada akhirnya menghasilkan limbah juga ikut masuk ke perairan Sungai Pelus. Pemanfaatan seperti, perikanan, mandi, cuci, dan kakus dapat dijumpai dari daerah hulu sampai hilir. Dampak yang disebabkan oleh manusia ini adalah seperti rusaknya habitat biota dan kerusakan ekosistem, misalnya plankton. Plankton merupakan salah satu parameter biologi dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme lainnya (Handayani et al., 2005). Plankton dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu Fitoplankton (plankton nabati) dan Zooplankton (plankton hewani) (Sachlan 1982). Zooplankton adalah organisme air yang melayang-layang dan pergerakannya dipengaruhi oleh gerakan air. Zooplankton merupakan plankton yang melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan, begitu pula sebaliknya. Zooplankton memiliki panjang tubuh sebagian besar sekitar 0,5 -1 mm dan hanya sebagian kecil yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm atau yang lebih besar 3 mm.
1
Tabel 1.1 Pengelompokkan zooplankton berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi beberapa kelompok menurut Arinardi et al. (1997), yaitu :
Kelompok
Ukuran
Organisme
Mikroplankton
20 - 200 µm
Mesoplankton
200 µm - 2 mm
Makroplankton
2 - 20 mm
Mikronekton
20 - 200 mm
Megaplankton
>20 mm
Ciliata, Foraminifera, nauplius, rotifera, Copepoda Cladocera, Copepoda, dan Larvacea Pteropoda, Copepoda, Euphasid, Chaetognatha Chepalopoda,Euphasid, Sargestid dan Myctophid Scyphozoa, Thaliacea
Dilihat dari siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi holoplankton dan meroplankton. Holoplankton merupakan suatu organisme akuatik yang seluruh daur hidupnya bersifat planktonik, sedangkan meroplankton merupakan suatu organisme akuatik yang hanya sebagian diri daur hidupnya bersifat planktonik (Sachlan, 1982). Meroplankton terdiri dari telur-telur, larva-larva atau juvenile dan berbagai evertebrata maupun vertebrata yang jika menjadi dewasa tidak merupakan plankton lagi contohnya larva, udang dan kepiting, sedangkan zooplankton yang selamanya hidup sebagai plankton (Holoplankton) yaitu Rotatoria atau Rotifera, Cladocera dan Copepoda (Sachlan, 1982). Menurut Ismail et.al (1992), Zooplankton yang mempunyai nilai penting sebagai pakan alami dan sering ditemukan di perairan terdiri dari Protozoa, Rotatoria atau Rotifera, Cladocera dan Crustacea. 1. Protozoa Protozoa termasuk zooplankton yang umumnya motil, bersel tunggal dan tidak mempunyai dinding sel. Protozoa juga dicirikan oleh sel eukariotik yang mempunyai membran internal yang kopleks dari sel prokariotik bakteri. Menurut Sachlan (1982), Protozoa dibagi menjadi beberapa class, yaitu: Mastigophora atau Flagellata; Sarcodina atau Rhizopoda; Sporozoa; Cilliata atau Infusoria; Suctoria. Protozoa yang hidup di air tawar dan air laut merupakan zooplankton yang merupakan makanan insekta air, udang, dan ikan kecil-kecil. Zooplankton merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan-hewan air,
2
termasuk ikan, sehingga Protozoa menguntungkan manusia karena ikan memakan protozoa dan manusia memakan ikan (Anam, 2010). Peranan penting lain dari protozoa adalah sebagai bioindikator perubahan lingkungan (Ainin, 2008). 2.
Rotatoria atau Rotifera Rotifera juga bisa disebut Rotatoria, nama Rotatoria karena sifatnya yang bergerak
secara berputar-putar dengan cilia yang terletak di anaterior sekitar mulutnya. Rotifera adalah golongan Ashelmintes yang merupakan zooplankton sejati dalam perairan tawar dan air payau yang banyak terdapat nanoplankton atau detritus seperti di danau, kolam, rawa dan waduk. Ciri utama Rotifera yaitu struktur tubuhnya yang menyerupai sisir, spesimennya sangat transparan dan tidak berwarna. Rotifera juga merupakan zooplankton yang mempunyai toleransi tinggi terhadap lingkungan. Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan. Rotifera terdiri dari dua class, yaitu Class Monogonata dan Class Digonata (Sachlan, 1982). Rotatoria berkembang secara partenogenetik dan umumnya memiliki umur antara 8 - 12 hari, sedangkan telur yang diperoleh selama hidupnya sekitar 5 butir (Ismail et al., 1992). 3.
Crustacea Crustacea planktonik adalah hewan-hewan yang hidupnya melayang-layang di
dalam air yang mempunyai shell terdiri dari chitin atau kapur, yang sukar dicerna. Tubuh Crustacea dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Tubuhnya beruasruas dan tiap ruas mempunyai sepasang kaki yang bercabang dua. Crustacea planktonik dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu Entomostraca dan Malacostraca. Entomostraca terdiri dari Branchiopoda,Ostracoda, Copepoda dan Cirripedia (Sachlan, 1982). Crustacea memiliki kemapuan berkembangbiak secara cepat, menurut Odum (1971), Crustacea dapat bersaing dalam hal kecepatan menambah jumlah keturunannya dibandingkan jenis zooplankton yang lain, yaitu dengan cara parthenogenesis atau reproduksi seksual. Crustacea dapat hidup sebagai plankton dan merupakan zooplankton yang terpenting bagi ikan baik diperairan tawar maupun perairan laut. Ditinjau sudut ekologi, kelompok Crustacea mempunyai peranan yang sangat penting, karena kebanyakan konsumen tingkat pertama di perairan bahari maupun perairan estuarine sebagaian besar dari kelompok Crustacea dan bisa digunakan sebagai bioindikator (Ismail et al., 1992). 4.
Cladocera Cladocera merupakan
subkelas
dari
subfilum
Crustacea yang
termasuk
zooplankton, dengan ciri-ciri umum antara lain: bentuk kulit luar (carapace) sebagai sebuah
3
tutup yang berkelopak 2 menutup bagian tubuh saja tidak sampai bagian kepala, terdapat sebuah mata majemuk pada kepala, berkembangbiak secara partenogenesis, dan kebanyakan Cladocera berukuran 0,5-1 mm (Hutabarat et.al, 1986). Cladocera memegang peranan penting dalam mata rantai makanan di perairan tawar sebagai penghubung antara produsen primer (fitoplankton) dengan larva ikan dan hewan air lain yang karnivor. Menurut Ismail et.al (1992), Cladocera yang paling penting di perairan akuatik adalah Daphnia, Diaphanasoma dan Bosmina. Zooplankton merupakan organisme heterotrof yang menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik, baik berupa bakteri, fitoplankton maupun detritus yang masuk ke badan perairan. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama, yang menghubungkan fitoplankton dengan karnivora kecil maupun besar (Kennish, 2006 dalam Asriyana dan Yuliana, 2012). Menurut Sachlan (1982) zooplankton berperan sebagai pakan alami bagi ikan ataupun udang, terutama pada fase larva, sehingga struktur komunitasnya perlu diperhatikan. Zooplankton seperti halnya organisme lain, hanya dapat hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai. Perubahan yang terjadi akan mempengaruhi struktur komunitas zooplankton yang ada. Struktur komunitas dalam perairan dapat dipakai sebagai salah satu indikator biologi dalam menentukan perubahan kondisi perairan. Untuk mengkaji hal tersebut salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan mengetahui komposisi, kelimpahan, dan keanekaragaman zooplankton. Keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton sangat mempengaruhi kompleks atau tidaknya rantai makanan di suatu ekosistem perairan (Kennish, 2006 dalam Asriyana dan Yuliana, 2012). Nuhman (2010) menyatakan bahwa, analisis kelimpahan digunakan untuk menghubungkan kestabilan suatu organisme dengan fluktuasi lingkungannya., Handayani et al. (2005) juga menyatakan bahwa, kelimpahan zooplankton pada suatu perairan dapat menggambarkan jumlah ketersediaan makanan, maupun kapasitas lingkungan atau daya dukung lingkungan yang dapat menunjang kehidupan biota lainnya. Struktur komunitas zooplankton dipengaruhi oleh kualitas air sebagai pendukung kehidupan seperti suhu, arus, penetrasi cahaya, kedalaman, TSS, TDS pH, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, BOD5, COD, dan amonia. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu, bagaimana struktur komunitas zooplankton di perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas, bagaimana keanekaragaman zooplankton di perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas, bagaimana kelimpahan zooplankton di perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas,
4
bagaimana dominansi zooplankton di perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas, dan bagaimana kualitas faktor fisik-kimia perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas. Atas permasalahan tersebut, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di perairan Sungai Pelus, Kabupaten Banyumas. Mengetahui keanekaragaman zooplankton di perairan Sungai Pelus, Kabupaten Banyumas. Mengetahui kelimpahan zooplankton di perairan Sungai Pelus, Kabupaten Banyumas. Mengetahui dominansi zooplankton di perairan Sungai Pelus, Kabupaten Banyumas. Mengetahui kualitas faktor fisik-kimia perairan Sungai Pelus, Kabupaten Banyumas. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi ilmiah mengenai struktur komunitas zooplankton dan kualitas faktor fisik kimia di perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas. Kontribusi lainnya yaitu rekomendasi kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan perairan dengan baik supaya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap struktur komunitas organisme perairan tersebut sehingga perairan tersebut masih dikatakan baik bagi makhluk hidup.
5