IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR DALAM MENUNJANG

Download memberikan kontribusi yang berarti terhadap. PAD daerah tersebut ?. Terdorong untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis mengangkat te...

0 downloads 459 Views 570KB Size
Implementasi Kebijakan Retribusi Parkir Dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah (Studi di Dinas Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata, Komunikasi dan Informasi Kota Kotamobagu)

Rahmat P. Labaeni Johnny. H. Posumah Masje. S. Pangkey

Abstract: Retribution is a source of revenue that is relied upon by the Government Kotamobagu, such as parking fees consisting of a special levy parking lot (Regulation 2 of 2008) and levy a parking lot on the edge of the public road (Regulation 6 of 2011). In connection with the study is to examine how the implementation of policies in the parking levy increase revenue; and the extent to which the results of the implementation of policies that parking fees in increasing PAD Kotamobagu. This research uses qualitative descriptive method. Location of the study is the Department of Transportation, Culture, Tourism, Communications and Information Kotamobagu City. Informants research as many as 12 people consisting of: head office, secretarial services, head of the section heads, staff / implementers, head UPTD Parking, and postal clerk parking. Instruments in this study is the researchers themselves, while collecting data using interview techniques and assisted technical documentation. Data analysis was performed using qualitative analysis interactive model of Miles and Hubernann. The results showed: (1) The process of policy implementation parking fees in general are quite effective viewed from four important aspects of the process of policy implementation as suggested by Edward III, namely: communication, resources, disposition, and a bureaucratic structure. (2) Implementation of policies levies Parking quite effective results seen from the realization of revenue targets and the development of revenues over the last five years (2010 s / d in 2014). Results of parking fees were a major contribution levies a special parking place, while for curbside parking space levy general is still relatively small. The research results provide the conclusion that the implementation of parking charges policy has a significant support to the increasing acceptance of PAD Kotamobagu. Based on the conclusions of the study put forward some suggestions as follows: (1) All the important aspects for the implementation of policies retribuasi park, still needs to be improved; (2) proceeds parking fees that have been achieved over the last few years can still be improved. Keywords: policy implementation, the levy parker, And Local revenue

Pendahuluan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

membuat kebijakan daerah untuk memberi

tentang

Daerah

prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat

mengamanatkan bahwa pelaksanaan otonomi

bertujuan pada peningkatan kesejahteraan

daerah menganut prinsip otonomi seluas-

rakyat.

Pemerintahan

pelayanan, peningkatan peran serta dan

luasnya, nyata dan bertanggung jawab.

Menurut Anderson (dalam Islamy,1996)

Prinsip otonomi seluas-luasnya mengandung

kebijakan didefinisikan sebagai serangkaian

makna bahwa daerah otonom diberikan

tindakan yang mempunyai tujuan tertentu

kewenangan mengatur dan mengurus semua

yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang

urusan pemerintahan, di luar enam urusan

pelaku

pemerintahan

memecahkan suatu masalah tertentu. Carl

yang

menjadi

urusan

atau

sekelompok

pelaku

guna

pemerintah pusat yaitu politik luar negeri,

Friedrich

pertahanan, keamanan, moneter, yustisi, dan

mendefinisikan kebijakan adalah serangkaian

agama.

Daerah

JAP NO.31 VOL III 2015

memiliki

(dalam

Abdulwahab,

2008)

kewenangan Page 1

tindakan yang mengarah pada tujuan yang

diikuti dengan pemberian sumber-sumber

diusulkan oleh seseorang, kelompok atau

pendapatan yang cukup kepada daerah,

pemerintah

tertentu

dengan mengacu kepada Undang-Undang

dengan menunjukkan hambatan-hambatan

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

dan

terhadap

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

tersebut

Pemerintah

Daerah,

dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

disesuaikan

dan

Jenkins

2008)

pembagian kewenangan antara pemerintah

mendefinisikan kebijakan adalah serangkaian

pusat dan daerah. Semua sumber keuangan

keputusan-keputusan yang saling berkait

yang

berkenaan dengan pemilihan tujuan-tujuan

pemerintahan yang diserahkan kepada daerah

dan cara-cara untuk mencapainya dalam

menjadi sumber keuangan daerah. Daerah

situasi tertentu.

juga diberikan hak untuk mendapatkan

dalam

lingkungan

kesempatan-kesempatan

implementasi

usulan

(dalam

kebijakan

Abdulwahab,

Model implementasi kebijakan yang

dimana

besarnya

diselaraskan

melekat

pada

dengan

setiap

urusan

sumber-sumber keuangan antara lain berupa :

paling awal dan disebut model top-down

kepastian

adalah yang dikemukakan oleh Van Meter

pemerintah pusat sesuai urusan pemerintahan

dan Van Horn. Model ini mengidentifikasi

yang diserahkan kepada daerah; kewenangan

enam variabel yang menghubungkan antara

memungut

kebijakan dengan kinerjanya, yaitu : (1)

daerah dan retribusi daerah, dan hak untuk

standar/ukuran dan tujuan kebijakan, (2)

mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber

sumberdaya-sumberdaya

daya nasional yang berada di daerah dan

kebijakan

(uang

tersedianya

dan

pendanaan

mendayagunakan

dan insentif lainnya), (3) komunikasi antar

dana

organisasi

mengelola

kekayaan

pelaksanaan, (4) karakteristik atau cirri-ciri

mendapatkan

sumber-sumber

badan/instansu

lain

sah

terkait

dan

kegiatan-kegiatan

pelaksana

(ukuran

staf,

perimbangan

yang

lainnya;

serta

dari

pajak

hak

untuk

daerah

dan

pendapatan

sumber-sumber

derajat control hierarkis, vitalitas organisasi),

pembiayaan. Dengan pengaturan tersebut,

(5) kondisi social, politik, dan ekonomi

dalam hal ini pada dasarnya pemerintah

(sumber-sumber ekonomi di dalam yuridiksi

menerapkan prinsip “uang mengikuti fungsi”.

implementasi,

(Penjelasan Umum Undang-Undang No. 32

opini

publik,

dukungan

kelompok kepentingan), dan (6) sikap para pelaksana (Keban, 2008; Abdulwahab, 2008; Kusumanegara, 2010). Penyelenggaraan fungsi pemerintahan

Tahun 2004). Dengan pemberian keleluasaan kepada pemerintah mengelola

daerah dan

dalam

menggali,

memanfaatkan

daerah guna mewujudkan otonomi daerah

sumber

tersebut akan terlaksana secara optimal

pemerintah

apabila penyerahan urusan pemerintahan

memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan

JAP NO.31 VOL III 2015

penerimaan/

sumber-

daerah

pendapatan,

maka

diharapkan

dapat

Page 2

tetapi,

pemerintah

daerah

seringkali

dihadapkan dengan beberapa masalah yang terkait

dengan

Daerah yang Sah.

meningkatkan

PAD adalah pendapatan daerah yang

penerimaan/pendapatan daerah, antara lain

bersumber dari hasil pajak daerah, hasil

adalah : (1) tingginya tingkat kebutuhan

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

fiskal

sehingga

daerah yang dipisahkan (seperti bagian laba

menimbulkan terjadinya kesenjangan fiskal;

BUMD, atau hasil kerjasama dengan pihak

(2)

oleh

ketiga), dan lain-lain PAD yang sah (seperti

pemerintah daerah yang masih belum optimal

hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak

menyebabkan

yang

dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,

sebenarnya dapat dijual ke masyarakat

keuntungan selisih nilai tuka rupiah terhadap

direspon

juga

mata uang asing, dan komisi, potongan,

menyebabkan keengganan masyarakat untuk

ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

taat membayar pajak dan retribusi daerah; (3)

penjualan

lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana

dan/atau jasa oleh daerah). PAD merupakan

umum; (4) Dana Alokasi Umum (DAU) dari

sumber penerimaan/pendapatan daerah yang

pemerintah pusat tidak mencukupi; dan (5)

paling utama atau yang paling diandalkan

belum teridentifikasi secara maksimal potensi

pada era otonomi daerah. Oleh karena itu,

Pendapatan

Asli

(Mardiasmo,

2002).

yang

upaya

pemerintah pusat, serta Lain-lain Pendapatan

dimiliki

kualitas

daerah,

pelayanan

produk

secara

publik

layanan

negatif,

Daerah Oleh

dan

dan/atau

Daerah

pengadaan

diharapkan

barang

yang

riil

Pemerintah

karena

itu

mengoptimalkan penerimaan PAD, sehingga

pemerintah daerah harus dapat melakukan

mengurangi

manajemen penerimaan daerah secara efektif.

pembiayaan dari pusat (DBH, DAU, DAK)

Dalam hal ini salah satu aspek utama

yang akhir-akhir ini makin berkurang atau

manajemen penerimaan daerah yang perlu

dikurangi.

lebih

mendapatkan

perhatian

adalah

Kenyataan

ketergantungan

dapat

selama

ini

terhadap

menunjukkan

manajemen Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Retribusi Daerah merupakan sumber PAD

Sebagaimana amanat UU No. 32 Tahun 2004

yang diandalkan oleh Pemerintah Daerah,

tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No.

karena obyek dari retribusi daerah sangat luas

33

Perimbangan

dan mudah diadakan/ditetapkan dibanding

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

dengan Pajak Daerah dan sumber-sumber

Pemerintah Daerah, bahwa Pendapatan Asli

PAD lainnya. Menurut UU No.34 Tahun

Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber

2000 tentang Perubahan Atas UU No.18

penerimaan

selain

Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

penerimaan dari Dana Perimbangan (Dana

Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan

Bagi Hasil/DBH, Dana Alokasi Umum/DAU,

retribusi daerah adalah pungutan daerah

dan

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

Tahun

Dana

2004

tentang

pendapatan

Alokasi

JAP NO.31 VOL III 2015

daerah,

Khusus/DAK)

dari

Page 3

izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk

diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

kepentingan orang pribadi atau badan.

Di Kota Kotamobagu, retribusi daerah

Sumitro (1989) merumuskan pengertian retribusi

adalah

merupakan

sumber

PAD

yang

cukup

pembayaran-pembayaran

potensial. Dari data yang diperoleh pada

kepada negara yang dilakukan oleh mereka

Dinas Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata,

yang

negara.

Komunikasi

retribusi

Kotamobagu,

menggunakan

Menurut

Munawir

jasa-jasa (1990),

dan

Informasi

Kota

menunjukkan

bahwa

merupakan iuran kepada pemerintah yang

penerimaan retribusi daerah memberikan

dapat dipaksakan dan jasa balik secara

kontribusi cukup signifikan terhadap total

langsung dapat ditunjuk. Paksaan itu bersifat

penerimaan PAD di daerah tersebut. Pada

ekonomis karena siapa saja yang tidak

Tahun 2009, retribusi daerah memberikan

merasakan jasa balik dari pemerintah, dia

kontribusi sebesar 31,17% dari total PAD

tidak

sebesar Rp.6,296 miliar; pada tahun 2010

dikenakan

iuran

itu.

Pengenaan

retribusi kepada orang/badan ini menurut

memberikan

Devas (1989) didasarkan pada dua hal, yaitu :

terhadap total PAD sebesar Rp.9,068 miliar;

(1) didasarkan pada total cost dari jasa

pada tahun 2011 memberikan kontribusi

pelayanan-pelayanan yang diberikan, dan (2)

sebesar 21,76% terhadap total PAD sebesar

didasarkan pada kesinambungan harga jasa

Rp.8,856

suatu pelayanan, yaitu atas dasar mencari

memberikan

keuntungan.

terhadap total PAD; dan pada tahun 2013

Jones and Whita (dalam Adisasmita R,

kontribusi

miliar;

memberikan

sebesar

pada

kontribusi

kontribusi

23,44%

tahun sebesar

sebesar

2012 13,31%

25,19%

2011) mengatakan bahwa retribusi adalah

terhadap total PAD (Sumber : diolah dari

semua

Laporan PAD Kota Kotamobagu Tahun 2009

bayaran

yang

dilakukan

bagi

perorangan dalam menggunakan layanan

s/d 2013).

yang mendatangkan manfaat langsung dari

Meskipun penerimaan retribusi daerah

layanan tersebut, lebih lanjut ditakakan

sudah dapat memberikan kontribusi yang

bahwa retribusi lebih tepat dianggap sebagai

berarti

pajak konsumsi daripada biaya layanan;

kecenderungan

bahwa

biaya

kontribusi retribusi daerah terhadap PAD dari

Ahmad Yani (dalam

mulai tahun 2010 sampai tahun 2012. Selain

Adisasmita, 2011) mengartikan retribusi

itu, menurut pengakuan para pejabat terkait

daerah adalah pungutan daerah sebagai

di Kota Kotamobagu bahwa hasil retribusi

pembayaran atas jasa atau pemberian izin

daerah tersebut belum optimal, karena masih

tertentu yang khusus disediakan dan atau

ada

retribusi

operasional saja.

hanya

menutupi

terhadap

jenis-jenis

PAD, penurunan

retribusi

namun

ada

persentase

tertentu

pada

beberapa SKPD yang mengelola PAD yang JAP NO.31 VOL III 2015

Page 4

tidak

memberikan

Berdasarkan

hasil

kenyataan

maksimal.

penerimaan retribusi parkir dalam rangka

permasalahan

menunjang PAD Kota Kotamobagu. Akan

tersebut, maka pemerintah Kota Kotamobagu

tetapi,

melalui SKPD terkait menetapkan kebijakan-

retribusi parkir tersebut telah dilakukan

kebijakan yang berkaitan dengan upaya

dengan efektif, dan apakah implementasi

optimalisasi penerimaan retribusi daerah.

kebijakan tersebut telah dapat meningkatkan

Salah satu jenis retribusi daerah yang sejak

Tahun

penerimaan retribusi parkir sehingga dapat

Kotamobagu adalah Retribusi Parkir yang

PAD daerah tersebut ?. Terdorong untuk

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota

menjawab pertanyaan tersebut maka penulis

Kotamobagu Nomor 2 Tahun 2008 tentang

mengangkat

Retribusi

Khusus

“Implementasi Kebijakan Retribusi Parkir

sebagaimana telah dirubah dengan Perda

Dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah

Nomor 5 Tahun 2011. Retribusi Izin Tempat

(Suatu

Parkir Khusus tersebut sekarang ini dikelola

Kebudayaan, Pariwisata, Komunikasi dan

oleh

Informasi Kota Kotamobagu).

Dinas

Tempat

di

kebijakan

memberikan kontribusi yang berarti terhadap

Izin

dipungut

implementasi

Kota

Pariwisata,

2009

apakah

Parkir

Perhubungan, Komunikasi

Kebudayaan,

dan

target

yang

ditetapkan/direncanakan.

Demikian

hasil retribusi parkir

dirasakan sangat

pula,

kurang/sedikit dibanding dengan penerimaan jenis-jenis retribusi lainnya. Bertolak dari kenyataan permasalahan tersaebut

maka

kemudian pada Tahun 2011 pemerintah Kota Kotamobagu menetapkan kebijakan baru di bidang Retribusi Parkir dengan menambah satu jenis retribusi parkir yakni Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Kotamobagu Nomor 6 Tahun 2011. Kebijakan tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum ini

diharapkan

akan

JAP NO.31 VOL III 2015

kebijakan dapat

Dinas

Perhubungan,

Penelitian

ini

menggunakan

metode

penelitian deskriptif-kualitatif. Singarimbun dan Effendy (1998) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang ditujukan atau dimaksudkan untuk mengamati dan menganalisis secara cermat, dan

menggambarkan

suatu

fenomena

tertentu; dengan kata lain menurut Arikunto (2000), penelitian deskriptif merupakan suatu jenis

penelitian

yang

mendeskripsikan

atau

ditujukan

untuk

menggambarkan

keadaan atau status suatu fenomena. Menurut Nasir (2005), tujuan penelitian deskriptifkualitatif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

efektif berlaku mulai Tahun 2012. Implementasi

di

yaitu

METODOLOGI PENELITIAN

2010), realisasi penerimaan retribusi parkir dari

Studi

penelitian

Informasi.

Namun selama tiga tahun (2008 sampai

jauh

tema/judul

tersebut

meningkatkan

sifat-sifat hubungan suatu fenomena yang diselidiki.

Page 5

Menurut Arikunto (2000), penelitian

Instrumen dalam penelitian ini ialah

deskriptif kualitatif biasanya merupakan

peneliti sendiri.

penelitian

untuk pengumpulan data primer yang bersifat

nonhipotesis,

sehingga

dalam

Teknik yang digunakan

langkah penelitiannya tidak perlu menguji

kualitatif

adalah

hipotesis.

dengan

mengacu

Fokus

penelitian

(interview)

kepada

pedoman

adalah

wawancara yang dipersiapkan lebih dahulu.

“implementasi kebijakan retribusi parkir”.

Untuk melengkapi teknik wawancara ini

Dalam

dilakukan

hal

retribusi

ini

parkir

ini

wawancara

implementasi dilihat

kebijakan

dari

proses

implementasi.

pula

teknik

observasi

yaitu

melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang terjadi yang terakit dengan

Proses implementasi kebijakan; adalah

fokus penelitian.

rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam

Sedangkan untuk pengumpulan data

rangka pelaksanaan kebijakan retribusi parkir

primer

yang ditetapkan. Dalam hal ini proses

penerimaan retribusi parkir dan PAD) dan

implementasi

juga

dilihat

dari

penting dalam pencapaian

empat faktor implementasi

yang

bersifat

data

sekunder,

dokumenter

yaitu

kuantitatif

digunakan

(data

teknik

mengumpulkan,

kebijakan publik yang dikemukakan dalam

pengklasifikasi, dan menganalisis data yang

model implementasi kebijakan dari Edward

tersedia di Dinas Perhubungan, Kebudayaan,

III, yaitu : (1) komunikasi, ialah bagaimana

Pariwisata, Komunikasi dan Informasi Kota

kebijakan

Kotamobagu.

dikomunikasikan

disosialisasikan kebijakan; (2) sumberdaya

kepada

pelaksana

Teknik analisis data dalam penelitian ini

sumber daya, ialah

menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu

manusia

para

atau

dan

sumberdaya

finansial yang tersedia atau disediakan untuk

deskriptif-kualitatif dan deskriptif-kuantitatif. Analisis

Dekriptif-Kualitatif.

Teknik

pelaksanaan kebijakan; (3) disposisi, ialah

analisis ini digunakan untuk menggambarkan

karakteristik yang menempel kepada para

tentang

pelaksana seperti kejujuran, komitmen dan

pengelolaan retribusi parkir”. Adapun teknik

sikap demokratis; dan (4) struktur birokrasi,

analisis deskriptif-kualitatif yang digunakan

ialah mekanisme dan struktur organisasi

adalah analisis model interaktif dari Miles

pelaksana.

dan Hubermann (dalam Rohidi dan Mulyarto,

“proses

implementasi

kebijakan

Jenis data primer yang dikumpulkan

1990), dimana hasil reduksi data dan analisis

dalam penelitian ini ialah data yang bersifat

data akan disajikan atau digambarkan secara

kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif.

naratif atau dengan kata-kata.

Selain itu dikumpulkan juga data sekunder yang dapat melengkapi data primer.

Analisis Deskriptif-Kuantitatif. Teknik analisis ini digunakan untuk menggambarkan tentang

JAP NO.31 VOL III 2015

“hasil

implementasi

kebijakan Page 6

parkir” yaitu realisasi penerimaan retribusi

HASIL

parkir

PEMBAHASAN

pada

setiap

tahun

dan

PENELITIAN

DAN

perkembangannya selang lima tahun terakhir,

Sebagaimana telah dikemukakan di atas

kontribusi penerimaan/pendapatan retribusi

bahwa yang mejadi fokus penelitian ini

parkir terhadap terhadap total penerimaan

adalah proses kebijakan Retribusi Parkir

retribusi daerah dan terhadap total PAD Kota

Dalam Menunjang PAD Kota Kotamobagu.

Kotamobagu selang lima tahun terakhir, dan

“Proses implementasi” yang dimaksud adalah

rata-rata pertubuhan penerimaan retribusi

rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam

parkir selama lima tahun terakhir. Pada

rangka pelaksanaan kebijakan retribusi parkir

analisis deskriptif-kuantitatif ini digunakan

yang sudah ditetapkan.

rumus-rumus statistik deskriptif yaitu analisis A. Implementasi Kebijakan Pelayanan IMB

persentase dan analisis rata-rata. Analisis persentase, digunakan untuk mengetahui persentase realisasi penerimaan retribusi parkir setiap tahun anggaran selama lima tahun terakhir, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Proses implementasi kebijakan retribusi parkir dilihat atau diamati dari empat faktor penting di dalam pencapaian implementasi kebijakan

publik

sebagaimana

yang

diemukakan dalam teori/model implementasi

P=

kebijakan yang dikembangkan oleh Edward

Dimana :

III yaitu : komunikasi, sumberdaya, disposisi,

P = Nilai persentase yang dicari;

dan struktur birokrasi.

f = realisasi penerimaan retribusi parkir 1. Komunikasi

pada satu tahun anggaran. n = target penerimaan retribusi parkir yang ditetapkan pada setiap tahun anggaran. Analisis

rata-rata,

digunakan

untuk

Komunikasi merupakan aspek pertamatama harus ada agar pelaksanaan kebijakan efektif. Komunikasi disini adalah berkenaan

mengetahui nilai rata-rata capaian target

dengan

penerimaan

pertahun

dikomunikasikan pada organisasi dan/atau

anggaran selama lima tahun terakhir, yang

publik. Kebijakan akan dapat dilaksanakan

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

dengan

retribusi

parkir

X= Dimana : X

= nilai rata-rata yang dicari

∑xi =

jumlah penerimaan retribusi parkir selama 5 tahun terakhir

n

= banyaknya tahun retribusi parkir yang

dihitung. JAP NO.31 VOL III 2015

bagaimana

baik

dan

efektif

kebijakan

jika

terjadi

komunikasi yang efektif antara pelaksana kebijakan/program dengan para kelompok sasaran (target group). Dengan komunikasi maka tujuan dan sasaran dari kebijakan dapat disosialisasikan secara baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi atas kebijakan tersebut. Komunikasi menjadi penting karena Page 7

semakin

tinggi

sasaran

atas

pengetahuan kebijakan

kelompok

maka

akan

Sosialisasi tentang kebijakan retribusi parkir

oleh

Dinas

Perhubungan

Kota

mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan

Kotamobagu juga dilakukan oleh petugas

dalam mengaplikasikan kebijakan dalam

pada UPTD Perparkiran dan petugas pos-pos

ranah yang sesungguhnya (Edward III dalam

parkir, seperti dinyatakan oleh Kepala UPTD

Nugroho, 2009 dan Indiahono, 2010).

Perparkiran dan petugas pada pos parkir yang

Kepala Dinas Perhubungan, Kebudayaan,

sempat diwawancarai sebagai berikut :

Pariwisata dan Kominfo Kota Kotamobagu

“Sosialisasi

menjelaskan

metode

(Perda No.2/2008 dan Perda No.6/2001)

dilakukan

juga dilakukan oleh UPTD Perparkiran yaitu

tentang

komunikasi/sosialisasi sehubungan

yang

dengan

kebijakan

retribusi

dengan

kebijakan

retribusi

menempelkan

parkir

fotocopy

perda

parker, seperti dikatakan berikut ini : “Perlu

tersebut di papan informasi kantor UPTD

dikemukakan

Perparkiran dan juga di pos-pos parkir.Kami

bahwa

kebijakan

retribusi

parkir di Kota Kotamobagu sampai dengan

juga

tahun 2011 hanya terdiri dari satu jenis

kepada masyarakat

retribusi yaitu retribusi tempat parkir khusus

parkir tersebut” (Informan no.8 : Kepala

(Perda No.2 Tahun 2008); kemudian sejak

UPTD Perparkiran).

tahun 2012 hingga sekarang bertambah satu jenis yaitu retribusi tempat parker jalan umum (Perda Nomor 6 Tahun 2011). Kebijakan tersebut

dikomunikasikan atau

disosialisasikan kepada masyarakat umum baik

melalui

elektonik),

media

masa

brusur/fanflet,

(cetak

dan

melalui

pengumuman pada papan informasi di pospos parker dan juga melalui pemberian informasi/penjelasan langsung pada tempattempat pos-pos pemungutan retribusi parkir yang ada. Menurut pengamatan kami selaku kepala dinas, sosialisasi tentang kebijakan retribusi parker selama ini berjalan baik dan efektif sebagaimana ditunjukkan dengan makin

meningkatnya

pemahaman

dan

kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi parkir”.(Informan no. 1 : Kepala

seringkali

Komunikasi kebijakan

memberikan

dan

retribusi

penjelasan

mengenai kebijakan

sosialisasi parkir

tentang

oleh

Dinas

Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo Kota Kotamobagu dapat berjalan efektif

karena

adanya

koordinasi

dan

kerjasama yang baik dan efektif dengan SKPD lain yang terkait. Hal itu dikemukakan oleh Kepala Bidang Perhubungan pada Dinas Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo, seperti berikut ini :“Sehubungan dengan implementasi kebijakan retribusi parkir

(Perda

No.2/2008

dan

Perda

No.6/2011), kami melakukan komunikasi dan koordinasi terutama

dengan instansi/SKPD terkait dengan

Dinas

Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPDKAD) yaitu melalui pertemuan rutin atau melalui rapat/pertemuan khusus yang

Dinas). JAP NO.31 VOL III 2015

Page 8

membicarakan hal-hal yang terkait dengan

sumberdaya finansial. Sumberdaya manusia

PAD” (Informan no.3 : Kabid Perhubungan)

berkenaan dengan kecukupan baik kuantitas

Pernyataan para informan di atas secara keseluruhan menunjukkan bahwa komunikasi yang

dilakukan

oleh

pihak

Dinas

Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo Kota Kotamobagu selama ini dalam rangka

implementasi

kebijakan

retribusi

parkir nampaknya sudah cukup efektif. Berbagai

hal

yang

berkenaan

maupun

hukumnya (Perda No.2 Tahun 2008 dan Perda No.6 Tahun 2011) dikomunikasikan (disosialisasikan atau dipublikasikan) dengan baik dan efektif kepada masyarakat baik melalui media masa, melalui brosur/leaflet, melalui informasi yang dipampang di kantor Dinas atau di Pos-Pos Parkir, dan juga di kantor Camat dan kantor Lurah, maupun melalui penjelasan langsung yang diberikan oleh para pegawai/petugas di kantor Dinas

implementor/pelaksana

kebijakan yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sedangkan sumberdaya finansial

menyangkut

ketersediaan

atau

kecukupan dana untuk sebuah kebijakan atau program (Edward III dalam Nugrono, 2009 dan Indiahono, 2010). Dalam

dengan

kebijakan retribusi parkir tertutama dasar

kualitas

penelitian

ini

kemampuan

sumberdaya manusia secara kuantitas dilihat dari

kecukupan

pelaksanaan

jumlah

kebijakan

pegawai retribusi

untuk parkir

terutama di lapangan; sedangkan kemampuan sumberdaya manausia secara kualitas dilihat dari

tingkat

pendidikan

dan

tingkat

pemahaman terhadap tugas pekerjaan serta keterampilan yang dimiliki yang berkenaan dengan pelaksanaan retribusi parker tersebut. Berkenaan dengan kemampuan sumberdaya manusia (pegawai) ini berikut pernyataan Sekretaris Dinas Perhubungan, Kebudayaan,

atau di Pos-Pos Parkir.

Pariwisata dan Komunikasi & Informasi 2. Sumberdaya (resources) Syarat

berjalannya

Kota Kotamobagu : “Secara kuantitas

suatu

organisasi

pegawai/petugas

yang

disediakan

untuk

adalah kepemilikan terhadap sumberdaya.

pelaksanaan kebijakan retribusi parkir sudah

Implementasi kebijakan tidak efektif apabila

cukup memadai, karena selain PNS ada juga

para implementor kekurangan sumberdaya

sejumlah

yang penting untuk melaksanakan kebijakan.

pemungut

Pentingnya sumberdaya dalam implementasi

kemampuan pegawai (PNS) Dinas umumnya

kebijakan mendapat perhatian dari Edward

sudah cukup memadai dilihat dari tingkat

III yang menyatakan “kurangnya sumberdaya

pendidikan dan kompetensi para pegawai.

akan

ketidakefektifan

Kemampuan SDM para tenaga kontrak juga

kebijakan”.

umumnya cukup memadai untuk tugas di

mencakup

bidang perparkiran dan pemungut retribusi

terutama adalah sumberdaya manusia dan

karena mereka diangkat sesuai dengan

berakibat

pelaksanaan/penerapan Sumberdaya

yang

JAP NO.31 VOL III 2015

dimaksud

tenaga

kontrak

retribusi.

dan

Secara

petugas kualitas

Page 9

persyaratan tingkat pendidikan, dan juga

sebuah kebijakan tertentu, maka mereka

diberikan

harus

pelatihan

khusus

sebelum

bertugas” (Informan no.2 Sekretaris Dinas).

dapat

melaksanakan

apa

yang

diinginkan oleh pembuat kebijakan; tetapi ketika sikap atau pandangan para pelaksana

Selain kemampuan SDM maka kemampuan finansial juga penting untuk implementasi kebijakan. Sehubungan dengan implementasi kebijakan

retribusi

parkir

oleh

berbeda dengan si pembuat kebijakan maka proses pelaksanaan sebuah kebijakan akan menjadi kompleks.

Dinas

Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata dan

“Menurut pengamatan saya selama ini, para

Kominfo Kota Kotamobagu nampaknya tidak

pegawai

menjadi persoalan serius karena dinilai cukup

kebijakan retribusi parkir dengan senang

memadai, seperti dinyatakan oleh Kepala

hati, sungguh-sungguh dan bersemangat.

Dinas. Kepala UPTD Perparkiran, dan Kasie

Semua

Prasarana Angkutan Darat, sebagai berikut :

kebijakan

bekerja

untuk

pelaksanaan

peraturan/ketentuan yang

ataupun

ditetapkan

pimpinan

dilaksanakan dengan baik dan benar” “Anggaran

yang

dialokasikan

untuk

(Informan no.3 : Kabid Perhubungan).

operasional pelaksanaan kebijakan retribusi parkir sudah diperhitungkan sesuai dengan

4. Struktur Birokrasi

volume tugas dan jenis kegiatan yang

Struktur birokrasi menurut Edward III

dibiayai. Jadi tidak ada masalah mengenai

merupakan faktor penting ke empat dalam

anggaran karena sudah dinilai cukup untuk

implementasi kebijakan publik. Struktur

membiayai program dan kegiatan yang

birokrasi ini mencakup dua aspek penting

berhubungan dengan implementasi kebijakan

yaitu mekanisme atau standar prosedur

retribusi parkir” (Informan no.1 : Kadis)

pelaksanaan (standard operating procedur

“Sesuai pengalaman kami sebagai kepala UPTD Perparkiran, anggara yang tersedia cukup memadai untuk membiayai kegiatan operasional termasuk untuk mencetak karcis dan juga untuk membayar honor tenaga kontrak. Sejauh ini anggaran yang ada dapat digunakan dengan efisien dan efektif dan maksimal” (Informan no.8 : Kepala UPTD Perparkiran).

pembagian kerja. Dikatakan oleh Edward III, bahwa “para pelaksana kebijakan mungkin telah mengetahui apa yang harus mereka lakukan, dan mereka memiliki sikap dan sumberdaya yang cukup untuk melaksanakan kebijakan, tetapi mereka mungkin akan terhambat dalam pelaksanaan kebijakan oleh struktur birokrasi yang menonjol, yaitu standar prosedur pelaksanaan (SOP) dan

3. Disposisi (Sikap Pelaksana) : Menurut Edward III

atau SOP), dan struktur organisasi atau

bahwa jika para

pembagian

kerja”

(Edward

III

dalam

Indiahono, 2010, dan Rusli, 2013).

implementor/pelaksana ingin melaksanakan JAP NO.31 VOL III 2015

Page 10

Aspek pertama dari struktur birokrasi

Menurut

adalah standar prosedur pelaksanaan atau

berkompeten

standard operating procedur (SOP) yang

Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo Kota

dicantumkan

Kotamobagu yang sempat diwawancarai

dalam

kebijakan/program.

SOP

guideline

di

para

Dinas

pejabat

Perhubungan,

baik

bahwa impelementasi kebijakan retribusi

mencantumkan kerangka kerja yang jelas,

parkir yang ditetapkan oleh pemerintah

sistimatis, tidak berbelit dan mudah dipahami

Daerah Kota Kotamobagu selama ini (Perda

oleh siapapun karena akan menjadi acuan

No.2 Tahun 2008 dan Perda Nomor 6 Tahun

dalam

2011) telah memberikan hasil yang cukup

bekerjanya

yang

pengakuan

implementor/pelaksana

kebijakan. Berkenaan SOP

implementasi

efektif, terutama untuk retribusi tempat parkir

kebijakan

oleh

khusus (Perda No.2/2008).

retribusi

parker

Dinas

Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo

Kota

Kotamobagu

berikut

Perkembangan hasil penerimaan (PAD) retribusi parkir yang dikelola oleh Dinas

pernyataan Sekretaris Dinas dan Kepala .

Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata dan

“SOP

kebijakan

Informasi Kota Kotamobagu selang tahun

retribusi parkir oleh Dinas Perhubungan,

2010 sampai tahun 2014, yaitu retribusi

Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo Kota

tempat parkir khusus dan retribusi tempat

Kotamobagu sudah ditetapkan secara baku

parker tepi jalan umum. Data tersebut

melalui surat kepurusan kepala dinas, dan

menunjukkan

semua

wajib

retribusi tempat parker khusus mengalami

dan

peningkatan pada setiap tahun selama lima

tentang

implemenetasi

pegawai

memahaminya

pelaksana

dengan

jelas

bahwa

penerimaan

melaksanakannya. SOP yang ada sangat

tahun

sistimatis, jelas dan ringkas atau tidak

penerimaan

berbelit sehingga sangat mudah dipahami

Rp.569.998.000,-

oleh

realisasi capaian dari target sebesar 89,86%

pegawai

pelaksana

dan

petugas

lapangan (Informan no.2 Sekretaris Dinas). B. Target dan Realisasi Retribusi Parkir

(2010-2014)

hasil

dengan

rata-rata

nominal sebesar

pertahun.

Rata-rata

pertahun selama lima tahun. Sementara itu, untuk retribusi tempat parker di tepi jalan umum yang dilaksanakan mulai tahun 2012

Berdasarkan

peraturan

daerah

kota

kotamobagu no 2 tahun 2008 dan perda no 6 tahun 2011 tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, yang dimaksud dengan retribusi khusus parkir adalah pembayaran atas pemanfaatan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditetapkan oleh walikota.

JAP NO.31 VOL III 2015

belum memberikan hasil maksimal dimana rata-rata

capaian

target

hanya

8,44%

pertahun selama tiga tahun (2012-2014) dengan

nominal

penerimaan

Rp.24,907.667.-/pertahun. keseluruhan,

besar

penerimaan

rata-rata Secara retribusi

parkir tersebut telah memberikan kontribusi

Page 11

yang

berarti

terhadap

PAD

Kota

Kotamobagu.

cukup

berarti

terhadap

peningkatan

penerimaan PAD Kota Kotamobagu.

Hasil penerimaan retribusi parkir tersebut dapat menunjukkan bahwa implementasi kebijakan

retribusi

parkir

oleh

Dinas

Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo Kota Kotamobagu memberikan hasil yang cukup efektif dalam menunjang

hasil

penelitian

ini

dideskripsikan

dan

dibahas pada Bab IV, maka dapatlah ditarik

1. Proses implementasi kebijakan retribusi parkir pada umumnya sudah cukup efektif dilihat dari empat aspek penting dari implementasi

kebijakan

sebagaimana yang dikemukakan oleh Edward

III,

sumberdaya,

beberapa saran sebagai berikut :

yaitu

lebih baik lagi, baik aspek komunikasi, disposisi, struktur birokrasi, dan terutama aspek sumberdaya manusia. 2. Hasil penerimaan retribusi parkir yang

kesimpulan sebagai berikut :

proses

penelitian ini, maka perlu dikemukakan

masih perlu ditingkatkan kearah yang

A. Kesimpulan

telah

tersebut dan beberapa penemuan dalam

implementasi kebijakan retribuasi parkir,

KESIMPULAN DAN SARAN

sebagaimana

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian

1. Semua aspek-aspek penting dalam rangka

PAD Kota Kotamobagu.

Berdasarkan

B. Saran

:

komunikasi,

disposisi, dan struktur

sudah dicapai selama beberapa tahun terakhir ini masih dapat ditingkatkan, terutama untuk retribusi tempat parkir tepi jalan umum. Dalam hubungan itu hal yang

perlu

2. Implementasi kebijakan Retribusi Parkir

ialah

lebih

mengefektifkan implementasi kebijakan yang

sudah

peningkatan

birokrasi.

dilakukan

ada

terutama

kapasitas

SDM

melalui petugas

lapangan pada pos-pos parkir.

memberikan hasil yang cukup efektif

DAFTAR PUSTAKA

dilihat dari realisasi target penerimaan dan

Abdulwahab

S,

2008,

Analisis

perkembangan penerimaan selama lima

Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke

tahun terakhir (2010 s/d 2014). Hasil

Implementasi Kebijaksanaan Negara,

retribusi

Jakarta : Bumi Aksara.

parkir

yang

memberikan

kontribusi besar adalah retribusi tempat parkir khusus, sementara untuk retribusi tempat parkir tepi jalan umum masih

Adisasmita,

R.

2011,

Pembiayaan

Pembangunan Daerah, Yogyakarta, Graha Ilmu.

relatif kecil. 3. Hasil penelitian tersebut memberikan kesimpulan

bahwa

implementasi

kebijakan retribusi parkir telah menunjang JAP NO.31 VOL III 2015

Arikunto, S., 2000, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka Cipta. Page 12

Devas,N. 1989, Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta, UI-Press.

2009.

Islamy, M.I. 1996, Kebijakan Publik, Materi Modul UT, Jakarta, Karunika-UT. Kaho,

R.Y.,

1985,

Keuangan

Analisis

Pemerintah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun

tentang Pemerintahan Daerah.

Hubungan Pusat

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

dan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Daerah di Indonesia, Jakarta, Bina

Pemerintah

Aksara.

Daerah.

Kaho, R.Y. 2000, Prospek Otonomi Daerah di

Negara

Indonesia,

Kesatuan Jakarta,

Pusat

dan

Pemerintah

Peraturan Daerah Kota Kotamobagu Nomor

Republik

2 Tahun 2007 tentang Pembentukan

RajaGrafindo

Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Persada.

Daerah Kota Kotamobagu.

Keban, Y.T. 2008, Enam Dimensi Strategis

Peraturan Daerah Kota Kotamobagu Nomor

Administrasi Publik : Konsep, Teori

2 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin

dan Isu, Gava Media. Yogyakarta.

Tempat Parkir Khusus, sebagaimana

Kusumanegara, S., 2010, Model dan Aktor dalam

Proses

Kebijakan

Publik,

telah dirubah dengan Perda Nomor 5 Tahun 2011.

Yogyakarta, Gava Media. Munawir, S. 1990, Pokok-Pokok Perpajakan, Yogyakarta, PT. Liberti. Singarimbun M. dan S. Efendy, 1998, Metode Penelitian Survei, Jakarta, Gramedia. Sumitro, R. 1989, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Jakarta, PT.Eresco. Sumber Lain :

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

Perubahan

atas

Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sebagaimana telah dirubah dengan

JAP NO.31 VOL III 2015

Page 13