LAPORAN AKHIR PEKERJAAN : SURVEY BY DESIGN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2015 PROGRAM PENINGKATAN PENANGANAN DAERAH RAWAN PANGAN KEGIATAN DUKUNGAN DEWAN KETAHANAN PANGAN
SPK : NOMOR : 602/0672/I TANGGAL : 04 MARET 2015
KERJASAMA :
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN (BKPP) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LAPORAN AKHIR
PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, naskah berwujud Laporan Akhir ini dapat diselesaikan. Naskah merupakan bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi guna penyelesaian pekerjaan “Survey by Design Ketahanan
Pangan”
Program
Peningkatan
Penanganan
Daerah
Rawan Pangan Kegiatan Dukungan Dewan Ketahanan Pangan Tahun 2015 yang diselenggarakan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Materi yang disajikan dalam naskah adalah hasil sementara yang dapat dicapai. Oleh karenanya masukan guna penyempurnaannya akan sangat membantu. Semoga informasi yang dituangkan dalam naskah dapat bermanfaat bagi para pihak yang menaruh perhatian pada permasalahan ketahanan pangan dan dapat pula menjadi inspirasi pengambil kebijakan.
Yogyakarta, Juni 2015 PT. Kepurun Pawana Indonesia
Ir. Teguh Juwono Direktur Utama Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
I
LAPORAN AKHIR
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR .............................................................. DAFTAR ISI ........................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................
I II III IV
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................... 1.1. Latar Belakang ..................................................... 1.2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan ................................. 1.3. Lingkup Kegiatan .................................................. 1.4. Keluaran Kegiatan ................................................
1 1 3 3 3
BAB 2. METODOLOGI ......................................................... 2.1. Kerangka Pendekatan .............................................. 2.2. Metode Pelaksanaan Kajian ....................................... 2.2.1. Analisis Dokumen .......................................... 2.2.2. Analisis Data ................................................. 2.3. Jadwal Pelaksanaan Kajian .......................................
5 5 7 8 9 16
BAB 3. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta ............................................... 3.2. Kinerja Operasional Program/Kegiatan Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta .....................
17
BAB 4. KESIMPULAN ..........................................................
36
BAB 5. REKOMENDASI .....................................................
38
RUJUKAN ......................................................................... LAMPIRAN ........................................................................
40 42
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
18 21
II
LAPORAN AKHIR
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1. Matriks analisis stakeholder ................................. Gambar 2.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan .........................
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
13 15
III
LAPORAN AKHIR
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Pertimbangan pilihan penggunaan metode pengumpulan data ...................................................................... Tabel 2. Jadwal pelaksanaan kegiatan ...................................... Tabel 3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan dan Institusi pengampu di Daerh Istimewa Yogyakarta ..... Tabel 3.2. Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan Ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta .... Tabel 3.3. Indikator ketercapaian tujuan program/kegiatan Ketahanan pangan pada berbagai institusi pengampu di Daerah Istimewa Yogyakarta ............................... Tabel 3.4. Kebijakan khusus dan kendala implementasi program Ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta .... Tabel 3.5. Matriks analisis stakeholder pemangku kepentingan Pembanguanan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta ........................................................... Tabel 3.6. Matriks analisis stakeholder pemangku kepentingan Pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta ...........................................................
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
9 16 19 24 25 28 33 34
IV
LAPORAN AKHIR
BAB
1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan sebagai penunjang kehidupan yang layak dan bermartabat
adalah hak dasar manusia yang paling azasi. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menjadi salah satu bukti konkrit upaya membangun
ketahanan
pangan
untuk
mengawal
tercukupinya
kebutuhan akan pangan bagi masyarakat Indonesia. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa bangunan sistem ketahanan pangan mencakup beberapa
aspek
penting,
yakni
:
aspek
ketersediaan,
distribusi,
cadangan pangan, konsumsi di tingkat rumah tangga. Realitasnya, berbagai program mewujudkan ketahanan pangan yang kuat seringkali terjebak pada logika kebijakan yang bersifat agregasi makro sehingga menjadi tidak efektif. Pemerintah beserta masyarakat memegang peran penting dalam sistem ketahanan pangan. Lebih lanjut Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur berbagai hal tentang sistem
ketahanan
pangan,
termasuk
di
dalamnya
diatur
peran
Pemerintah Daerah untuk menciptakan ketahanan pangan nasional. Peran
pemerintah
daerah
menjadi
sangat
penting
karena
sistem
ketahanan pangan yang baik harus dibangun berlandaskan kemampuan Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
1
LAPORAN AKHIR sumberdaya daerah guna mencukupi kebutuhan pangan nasional. Terkait dengan upaya penganekaragaman pangan, telah diterbitkan Peraturan Presiden
Nomor
22
Tahun
2009
tentang
Kebijakan
Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Tidak dipungkiri bahwa selama ini telah banyak tenaga dikerahkan, dana dikucurkan, koordinasi dilaksanakan, namun di lapangan belum terlihat adanya
pengurangan
kemiskinan
dan
kerawanan
pangan
secara
signifikan. Guna memperoleh data yang lengkap dan akurat, sekaligus melihat peluang dan tantangan yang ada di lapangan untuk menyusun kebijakan dalam
pembangunan
ketahanan
pangan
menuju
kemandirian
dan
kedaulatan pangan, maka pada tahun 2015 Dewan Ketahanan Pangan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan “Survey by Design Ketahanan Pangan”.
1.2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan Tujuan yang ingin dicapai dari “Survey by Design Ketahanan Pangan”
adalah
untuk
memperoleh
gambaran
siapa
pelaku
pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, apa yang telah dilakukan & bagaimana sistem koordinasi & sinkronisasi pelaksanaan program/kegiatan. Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
2
LAPORAN AKHIR 1.3. Lingkup Kegiatan Sebagaimana diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja, ruang lingkup kegiatan dari pekerjaan ini meliputi : 1. Lingkup Kajian Meliputi beberapa stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Lingkup Pekerjaan Analisis stakeholder pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : (1) Tahap persiapan; (2) Survei dan pengumpulan data dan (3) Pengolahan dan analisis data, serta (4) Pelaporan. 1.4. Keluaran Kegiatan Tolak ukur dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Konsultan berdasarkan pendekatan, metodologi dan strategi pelaksanaan kerja adalah produk atau keluaran yang dihasilkan. Kualitas produk atau keluaran sangat tergantung terhadap pilihan pendekatan, metodologi dan strategi pelaksanaan yang digunakan Konsultan. Adapun keluaran yang diharapkan dari kegiatan “Survey by Design Ketahanan Pangan” adalah sebagai berikut : Laporan Akhir Hasil Survey Laporan Akhir memuat laporan memberikan gambaran menyeluruh hasil Survey by Design Ketahanan Pangan yang secara khusus
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
3
LAPORAN AKHIR berfokus pada analisis stakeholder terkait dengan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta setelah secara periodik dipresentasikan (di-expose) di hadapan Tim Evaluasi disertai kompilasi data dan analisis data. Expose tersebut dilaksanakan 3 (tiga) kali,
yakni
expose
menyampaikan
pertama
perencanaan
(expose kegiatan
pendahuluan), survey;
expose
konsultan ke
dua,
konsultan menyampaikan progress repport hasil survey dan expose ke tiga, konsultan menyampaikan hasil akhir survey. Dokumentasi fisual kegiatan Survey by Design Ketahanan pangan dalam bentuk CD
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
4
LAPORAN AKHIR
BAB
2
METODOLOGI 2.1. Kerangka Pendekatan Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan Kerangka
Acuan
Kerja
(KAK),
serta
lebih
memudahkan
dalam
penyelesaian pekerjaan dengan pola pikir yang terstruktur, diperlukan metodologi penanganan yang tepat sehingga dapat menggambarkan tahap-tahap
pelaksanaan
pekerjaan
secara
jelas
dan
sistematis.
Metodologi menjelaskan tahapan pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan, sehingga hasil akhir yang diperoleh diharapkan dapat memenuhi maksud dan tujuan, serta produk/keluaran yang diharapkan di dalam KAK. Sebagaimana diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), bahwa pekerjaan penelitian terfokus pada studi tentang Stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode
survei
dipilih
untuk
mengkaji
kinerja
stakeholder
pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah istimewa Yogyakarta dengan dukungan data sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu berupa data dokumentasi kinerja stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
5
LAPORAN AKHIR Istimewa Yogyakarta. Sementara Data primer yang dimaksud adalah data yang dikumpulkan konsultan langsung dari wawancara dengan parapihak (stakeholder) yang berperan dalam pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan kuesioner yang
berisi
daftar
pertanyaan
terstruktur
sesuai
dengan
variable
penelitian yang dibutuhkan. Secara garis besar, tahapan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu : 1.Tahap Persiapan Pelaksanaan 2.Tahap Survei Lapangan dan Analisis 3.Tahap Penyusunan Konsep 4.Tahap Penyelesaian Akhir Apabila dikaitkan dengan produk pelaporan yang harus dibuat, maka tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Pelaksanaan Disampaikan secara oral dalam Laporan Pendahuluan, yang secara garis besar berisi metodologi, manajemen pelaksanaan, organisasi tim pelaksana, serta rencana kerja. 2. Tahap Survei Lapangan dan Analisis Disampaikan secara oral dalam Laporan Interim, yang secara garis besar berisi hasil pelaksanaan survey lapangan, evaluasi awal, analisis terhadap input data yang diperoleh dibandingkan dengan konsep pendekatan, serta alternatif solusi dan konsekuensinya.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
6
LAPORAN AKHIR 3. Tahap Penyusunan Konsep Dituangkan dalam Draft Laporan Akhir, yang secara garis besar berisi hasil kajian dan analisis. 4. Tahap Penyelesaian Akhir Dituangkan
dalam
Laporan Akhir, yang secara garis besar berisi
hasil perbaikan dan penyempurnaan Draft Laporan Akhir. 2.2. Metode Pelaksanaan Kajian Kegiatan Survei Lapangan dilaksanakan untuk mendapatkan data yang
terkait
dengan
analisis
stakeholder
pemangku
kepentingan
pembangunan ketahanan pangan di daerah istimewa Yogyakarta sesuai dengan ketentuan dalam KAK. Secara keseluruhan, beberapa kegiatan yang dilakukan Konsultan, adalah sebagai berikut:
2.2.1. Analisis Dokumen Untuk mendapatkan data lapangan, baik berupa data primer maupun data sekunder, dilakukan koordinasi dengan beberapa pihak terkait, yakni: Institusi dan parapihak di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkait dengan pembangunan ketahanan pangan. Tabel 1. Pertimbangan pilihan penggunaan metode pengumpulan data METODE
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
URAIAN KEGUNAAN
7
LAPORAN AKHIR Penggunaan kuisioner, dan
Untuk survei jumlah
pengambilan banyak
data
dengan
secara
cepat
mengandalkan
dalam asumsi
penggunaan "ketidak terancaman" sumber data jika mereka
chek-list
menyampaikan data
Wawancara
Untuk
mendalami
data
berdasarkan
kesan,
pengalaman responden dan mendalami jawaban responden terhadap kuisoner Observasi
Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya program dijalankan, terutama menyangkut prosesnya
Studi
Untuk mengetahui kinerja stakeholder pemangku
Dokumentasi
kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder yang akan digunakan adalah data yang dikumpulkan dari dokumen atau naskah tertulis yang dapat ditelusuri sumber penerbitan, baik dari pemerintah, lembaga swasta atau perorangan. Data sekunder yang akan digunakan konsultan adalah data numerikal yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, yaitu data yang berasal dari pengukuran dan observasi yang menggunakan metode ilmiah tertentu. Data primer adalah data yang dikumpulkan konsultan langsung dari sumbernya dan atau yang berasal dari pengukuran langsung terhadap obyek
pengkajian
melalui
penyebaran
kuisioner,
wawancara,
dan
observasi. Implementasi metode pengumpulan data disesuaikan dengan kedalaman informasi yang harus digali dan ketersediaan sumberdaya. Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
8
LAPORAN AKHIR Pertimbangan penggunaan metode pengumpulan data dan informasi terinci pada Tabel 1. 2.2.2. Analisis Data Analisis kerangka logika dipersiapkan untuk menata keterkaitan dan konsistensi antara sasaran, tujuan, output yang diharapkan, kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan output, serta input yang disediakan untuk melaksanakan rindian kegiatan yang dimaksud. Disamping
menata
keterkaitan
dan
konsistensi
penyelenggaraan
kegiatan pembangunan ketahanan pangan, analisis ini menyediakan instrumen untuk pemantauan dan pengendalian kegiatan. Dalam hal ini, komponen indikator obyektif dari setiap komponen kegiatan, beserta dengan instrumen verifikasi indikator menjadi pegangan dalam menjaga keterlaksanaan ditampilkan
dan
untuk
kualitas menjaga
hasil agar
kegiatan. setiap
kali
Beberapa dapat
asumsi
dilakukan
penyesuaian ketika hal-hal yang terkandung di dalam asumsi tidak terjadi di lapangan. Dengan demikian, Logical Framework Analysis (LFA) atau dikenali sebagai Kerangka Kerja Logis (KKL) adalah sebuah alat untuk membantu memperkuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, utamanya untuk membantu : (1)
Mengorganisir pemikiran;
(2)
Menghubungkan/mengaitkan
kegiatan
dengan
hasil
yang
diharapkan; (3)
Menentukan/menetapkan indikator kinerja/pelaksanaan;
(4)
Mengalokasikan setiap tanggungjawab; dan
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
9
LAPORAN AKHIR (5)
Mengkomunikasikan
informasi
tentang
program/kegiatan secara
ringkas, padat dan jelas. Kerangka logika memberikan gambaran menyeluruh mengenai pendekatan sistem kegiatan yang dilakukan, sekaligus dipergunakan sebagai perangkat pemantauan obyektif terhadap proses dan kemajuan kerja. Melalui pemantauan seperti itu, jaminan bahwa tujuan dan capaian target yang telah ditulis dapat disampaikan. Mengacu kepada pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja beserta penjelasannya, pemahaman pekerjaan, kerangka pendekatan dan kerangka pikir kajian, disusun logicalframe work ( Kerangka Kerja ) yang ringkas dan terstruktur. Validasi dan verifikasi tehadap data yang diperoleh perlu dilakukan guna memperoleh data terkini (up to date), dan tepat sesuai dengan keperluan untuk input analisis.
Kemudian melalui kaidah-kaidah statistik
dan assesment (penaksiran) dilakukan pengolahan dan kompilasi
data
menggunakan panduan kompilasi data yang akan disusun. Tahap-tahap pengolahan dan kompilasi data ini adalah sebagai berikut:
Data yang diperoleh dilakukan validasi melalui klarifikasi keabsahan (legalitas) dan kelogisan.
Data yang telah divalidasi akan disortasi sesuai dengan kebutuhan kegiatan evaluasi.
Klasifikasi data bertujuan untuk mengelompokkan data yang telah disortasi sesuai dengan kebutuhan informasi atau fofus kajian.
Tabulasi data mencakup penyusunan data base secara rinci maupun hasil rekapitulasinya.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
10
LAPORAN AKHIR Selanjutnya untuk mengoptimalkan hasil pengolahan data dilakukan analisis
dengan
menggunakan
pendekatan
yang
bersifat
holistik
(menyeluruh), mikro (lokal) dan komparatif (perbandingan). Model analisis yang digunakan dalam analisis parapihak dalam kajian ini adalah analisis stakeholser yang berwujud analisis kekuatan parapihak
(stakeholders
power
tools
parapihak
ini
untuk
memberikan
ditujukan
analysis).
Analisis
deskripsi
kekuatan
yang
dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam situasi dimana banyak pihak mempunyai kepentingan yang bervariasi terhadap suatu program yang memerlukan penyeimbangan kepentingan (balancing of interests). Tahapan
yang
dilakukan
dalam
analisis
ini
mencakup:
(1)
Identifikasi parapihak; (2) Penggalian kepentingan, karakteristik dan kondisi parapihak; (3) Identifikasi pola dan konteks hubungan antar parapihak melalui analisis 4 R (Rights, Responsibilities, Revenues, and Relationships); dan (4) Penaksiran kekuatan dan potensi parapihak. Dari identifikasi stakeholder (parapihak) akan dapat dibuat pengelompokan parapihak. Secara hipotetik, parapihak akan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu: a. Primer langsung: adalah parapihak yang terlibat langsung atau memperoleh dampak langsung dari program/kegiatan ketahanan pangan. b. Primer tidak langsung: adalah parapihak yang tidak terlibat langsung
dalam
program/kegiatan
ketahanan
pangantetapi
menerima manfaat atau dampak secara langsung dari program.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
11
LAPORAN AKHIR c. Sekunder: adalah parapihak yang tidak terlibat secara langsung dalam
program/kegiatan
manfaat
atau
ketahanan
dampak dari
pangan
tetapi
menerima
program meskipun secara tidak
langsung. Selanjutnya,
proses
analisis
yang
dilakukan
adalah
pengklasifikasian parapihak berdasar pada pengaruh (influence) dan tingkat
kepentingan
stakeholder
pelibatan
berdasarkan
(importance).
pengaruhnya
Pengklasifikasian
(influence)
dan
tingkat
kepentingan keterlibatan dalam sebuah kegiatan merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi peluang partisipasi dan kemungkinan resiko yang dapat ditimbulkan oleh stakeholder tertentu. Tingkat pengaruh mengindikasikan
kemampuan
stakeholder
untuk
mempengaruhi
keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Sedangkan tingkat kepentingan keterlibatan berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh stakeholder. Semakin besar dampak yang akan diterima oleh stakeholder semakin tinggi tingkat kepentingan keterlibatannya. Analisis ini akan dilanjutkan dengan analisis konteks hubungan, kekuatan dan potensi parapihak yang ditujukan untuk menghasilkan suatu rekomendasi peningkatan peran, pola pelibatan dan keseimbangan kepentingan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam supply dan demand benih dan bibit tanaman hutan. Proses dan hasil dalam analisis parapihak ini akan disajikan dalam bentuk matriks dan diagram analisis sebagai berikut : Hight
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
12
LAPORAN AKHIR
Interest
Subject
Player
Crowd
Contest setter
Low
Hight
Power (Kewenangan)
Gambar 2.1. Matriks analisis stakeholders
Untuk mengetahui minat dan pengaruh/wewenang parapihak yang terlibat dalam program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilakukan analisis stakeholders melalui penyusunan pada matriks dua kali dua, menurut (minat) terhadap suatu masalah dan kewenangan dalam mempengaruhi masalah tersebut (Bryson, 2003). SUBJECT (bayer) adalah pelaku utama (berpengaruh besar) dengan kewenangan kecil. PLAYERS adalah pemain utama berpengaruh besar dengan kewenangan besar (Instansi/ lembaga ini mempunyai wewenang besar untuk melakukan sesuatu atau membuat aturan CONTEST
SETTER
wewenang
besar,
adalah bisa
Instansi/lembaga
diartikan
sebagai
pengelolaannya).
dengan
minat
kecil
perencana
makro
dari
pembangunan, oleh karena lingkup kerjanya yang teramat luas maka
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
13
LAPORAN AKHIR dianggap minatnya kecil. CROWD adalah parapihak (Instansi/lembaga/ masyarakat) yang mempunyai minat kecil dan wewenang yang kecil. Seluruh hasil Survei Lapangan, evaluasi serta analisis yang telah dikompilasi akan dituangkan di dalam Laporan Akhir, yang antara lain berisikan : a. Analisis kualitatif dan kuantitatif. b. Analisis stakeholders c. Rekomendasi yang berisikan tindak lanjut pemberdayaan stakeholder terkait dengan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu yang dialokasikan untuk Tahap ini hingga menyelesaikan Laporan Akhir Hasil Survei adalah sampai akhir bulan ke - 2 (dua). Secara diagramatis, Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar
2.2.
Bagan
Alir
Pelaksanaan
Pekerjaan, yang
ditampilkan berikut ini. Gambar 2.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan
TAHAP PERSIAPAN
BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
APRESIASI dan PEMAHAMAN KAK
DISKUSI INTENSIF dengan TIM TEKNIS
LAPORAN PENDAHULUAN
(Disampaikan secara oral)
- Metodologi - Manajemen Pelaksanaan - Organisasi Tim - Rencana Kerja
Survey by Design Ketahanan Pangan
14
LAPORAN AKHIR
KONSOLIDASI TIM
KOMPILASI STUDI TERKAIT
TAHAP SURVEI & ANALISIS
- PEREKAMAN DATA - ANALISIS DATA
- Hasil Survei - Analisis Kualitatif & Kuantitatif
TAHAP PENYELESAIAN
LAPORAN FINAL - Gambaran Umum Program/Kegiatan Ketahanan Pangan dan Stakeholder yang terkait - Rekomensasi
Perbaikan dan Penyempurnaan LAPORAN AKHIR
BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
PEMAHAMAN KAK : - Lingkup Kegiatan - Tujuan - Sasaran - Keluaran
PRESENTASI LAPORAN ANTARA
DRAFT LAPORAN AKHIR PRESENTASI LAPORAN AKHIR
15
Survey by Design Ketahanan Pangan
Data Sekunder
Penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN
PRESENTASI LAPORAN PENDAHULUAN
- Gambaran Umum Program/Kegiatan Ketahanan Pangan - Gambaran umum Stakeholder Pemangku Kepentingan Ketahanan Pangan di DIY - Penyusunan Rekomendasi
2.3. Jadwal Pelaksanaan Kajian
LAPORAN AKHIR Rincian pekerjaan Konsultasi Survey by Design Ketahanan Pangan Tahun 2015 sesuai arahan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dipaparkan dalam matrik pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kajian
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
16
LAPORAN AKHIR
BAB
3
HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan Kerangka Acuan Kerja (KAK), serta untuk lebih memudahkan dalam penyelesaian pekerjaan dengan pola pikir yang terstruktur, diperlukan metodologi penanganan yang tepat sehingga dapat menggambarkan tahap-tahap
pelaksanaan
pekerjaan
secara
jelas
dan
sistematis.
Metodologi menjelaskan tahapan pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan, sehingga hasil akhir yang diperoleh diharapkan dapat memenuhi maksud dan tujuan, serta produk/keluaran yang diharapkan di dalam KAK. Kajian yang berfokus pada stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sementara ini dicapai didukung dengan data (fakta) yang relevan dan dibutuhkan terkait
baik data pada tingkat Daerah Tingkat I maupun
tataran Kabupaten. Adapun data-data yang dimaksud meliputi : (1) Data sekunder yaitu berupa data dokumentasi kinerja program/ kegiatan & stakeholders terkait ketahanan pangan (BKPP, Dinas
Pertanian &
Kehutanan,
Perencanaan
Dinas
Kelautan
&
Peternakan,
Badan
Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik, dll serta pustaka yang mendukung penelitian). Data yang diambil adalah data program/kegiatan yang terkait langsung dengan ketahanan pangan. (2) Data primer yaitu
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
17
LAPORAN AKHIR data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan parapihak yang berperan di ketahanan pangan (i.e.: pengampu kegiatan; aparat pendamping/pembina) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terstruktur sesuai dengan variabel penelitian yang dibutuhkan. Aktualisasi kegiatan survey dikuatkan dengan berbagai kegiatan yakni : perekaman terhadap implementasi program/ kegiatan ketahanan pangan di wilayah sasaran kajian; perekaman terhadap pemangku penetapan program/kegiatan ketahanan pangan di wilayah sasaran kajian dan perekaman kemanfaatan kegiatan bagi masyarakat. Berikut disajikan beberapa fakta hasil analisis yang sementara ini dicapai oleh Tim Konsultan : 3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta Realitasnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta dijumpai sejumlah >30 program/kegiatan terkait dengan pembangunan ketahanan pangan yang diampu oleh >20 SKPD. Sebagian besar awalan pelaksanaan program/kegiatan dimulai tahun 2009/2010. Sebagian terekam ada yang sudah melaksanakan jauh sebelumnya; namun ada yang baru dimulai di tahun
2015.
Tabel
3.1.
berikut
tersaji
program/kegiatan
yang
dilaksanakan beberapa istitusi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tabel 3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan dan institusi pengampu di Daerah Istimewa Yogyakarta
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
18
LAPORAN AKHIR Institusi Pengampu BKPP Daerah Yogyakarta
Program/Kegiatan
Istimewa
Peningkatan pangan
penanganan
daerah
Peningkatan pangan
ketersediaan
dan
rawan
cadangan
Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan Peningkatan distribusi dan akses pangan
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
Program perbaikan gizi
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman
Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul
Gemarikan Pelatihan pengolahan hasil perikanan Promosi hasil produksi perikanan PUMP P2HP
Disperindagkop & UKM Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengembangan Produksi IKM Pangan
Dinas Perindagkoptan Kota Yogyakarta
Pengembangan ketahanan pangan perkotaan
Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta
Rincian program/kegiatan tidak tercatat
Dinas Perhubungan Kominfo DIY
Pemantauan distribusi bahan pangan
Pengembangan Kualitas Produksi
&
Tabel 3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan dan institusi pengampu di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan) Institusi Pengampu BKP3 Kabupaten Bantul
Program/Kegiatan Program
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
peningkatan
ketahanan
pangan
19
LAPORAN AKHIR (pertanian/perkebunan)
Dinas Pertanian & Kehutanan Kab. Bantul
Gerakan Penerapan Pengelolaan Pertanian Terpadu (GP-PTT)
BP2KP Kabupaten Gunungkidul
Program peningkatan ketahanan pangan
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
Peningkatan Produksi Tanaman Pangan
BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta
Pembinaan Kelompok Bina Keluarga Balita
KP4k Kabupaten Progo
KRPL
Kulon
Upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai Pembinaan UPPKS, BKL, BKR dan PIKR DEMAPAN LAPM KDPM
Dinas Tanaman Pangan & Hortikutura Kabupaten Gunungkidul
Program Peningkatan Produksi
BPPTK LIPI
Pengembangan Pangan Fungsional Berbasis Bahan Pangan Lokal
Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian (Tanaman Bangan)
Pengembangan Makanan Tradisional
BBPOM Daerah Istimewa Yogyakarta
Bimtek Ketahanan Pangan terhadap 8 desa rawan pangan lokal Monev terhadap perkembangan 8 desa rawan pangan lokal
Perwakilan BULOG DIY
Pengadaan gabah dan beras
BPPM Daerah Yogyakarta
Lumbung Desa/ Lumbung Pangan
Istimewa
3.2. Kinerja Operasionalisasi Program/Kegiatan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Ketahanan
Pendanaan. Hasil perekaman di lapangan tercatat bahwa kisaran dana
pendukung
program/kegiatan
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
ketahanan
pangan
di
Daerah
20
LAPORAN AKHIR Istimewa Yogyakarta adalah sebesar 50 juta rupiah sampai dengan 300 milyar rupiah. Sementara sumber dana tersebut di atas terinci sebagi berikut : APBD; APBN; APBN UPSUS dan dana luar negeri (AG Fund; World Bank_LOAN WISMP II) serta Kredit Bank. Koordinasi. Secara teoritik koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
percekcokan,
kekosongan
kegiatan,
dengan
jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan. Terkait dengan koordinasi pelaksanaan program/ kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta terekam bahwa memang telah dilakukan koordinasi antar institusi baik vertikal maupun horisontal yang bervariasi antar
Kabupaten/Kota,
namun
kesemuanya
belum
tampak
ada
koordinasi dengan TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah). Linked implementasi program/kegiatan ketahanan pangan dengan
program
penanggulangan
kemiskinan
memang
selayaknya
diperlukan. Selain masyarakat sasaran di antara keduanya tidak jauh berbeda. Institusi pengampu program-pun dijumpai sebagian besar sama. Realitasnya di Daerah Istimewa Yogyakarta juga mencoba menerapkannya melalui kegiatan percontohan penanggulangan rawan pangan dan pengentasan kemiskinan secara terpadu. Realitas lain yang terekam, tampaknya koordinasi tersebut oleh sebagian SKPD pengampu program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan di daerah Istimewa Yogyakarta belum berdampak langsung ke sinergitas pelaksanaannya.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
21
LAPORAN AKHIR Pelibatan Masyarakat Sasaran dalam Perencanaan Program. Terekam bahwa semua institusi melibatkan masyarakat sasaran dalam perencanaan program/kegiatan. Adapun wujud kegiatan yang dimaksud dapat berupa: Musrenbang, Rakor/Pertemuan rutin dengan kelompok afinitas, Penjaringan melalui usulan (proposal); Tindak lanjut hak representasi DPR; Forum penyuluh petani, dll. Pelibatan masyarakat sasaran menjadi salah satu penentu keberhasilan program/kegiatan ketahanan pangan. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan merupakan aktualisasi pemenuhan syarat keberhasilan pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat akan berhasil baik jika memenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut : (1) Pemberdayaan masyarakat harus Pemberdayaan
mengedepankan partisipasi dan demokrasi; (2)
masyarakat
harus
bersifat
terbuka
baik
terhadap
kerjasama maupun inovasi teknologi dan (3) Pemberdayaan masyarakat harus
mampu
memberikan
pengharapan
hidup
yang
jelas
bagi
pelaksananya. Keberadaan
petugas
khusus
pengawal
implementasi
program/kegiatan. Terekam bahwa tidak semua institusi menyiapkan petugas khusus. Realitas di lapangan petugas yang ditunjuk mengawal implementasi program/kegiatan di antaranya : PMHP (Petugas Mutu Hasil Pertanian); Petugas gizi di Puskesmas; Seksi Bina Usaha Bidang Bina Usaha & Wasdal; Mantri Tani, PPL dan THL. Monitoring dan evaluasi program. Terekam bahwa dalam pelaksanaan
semua
program/kegiatan
senantiasa
dilaksanakan
monitoring dan evaluasi. Adapun wujud kegiatannya adalah sebagai
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
22
LAPORAN AKHIR berikut: Monitoring & evaluasi
langsung ke kelompok (kunjungan
lapangan) berkoordinasi dengan petugas
pendamping secara rutin;
monev dilakukan secara berjenjang dengan jejaring masyarakat; monev dilaksanakan dengan perlombaan-perlombaan. Evaluasi tersebut sudah selayaknya mengandung makna mengubah suatu kondisi saat ini menjadi lebih baik yang akan datang (transformational system) dan tentu dengan memperhatikan kebijakan dan paradigma yang ada, serta realitas lingkungan. Evaluasi hendaknya dilakukan terhadap komponen program baik dari input (grant dan pengembangan kelembagaan), proses
pengelolaan
program
baik
dari
segi
manajemen
maupun
keuangan, serta hasil pencapaian (outputs) dan dampak (outcomes) program. Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan. Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa terekam berupa : Perda DIY, Peraturan Gubernur, SK Gubernur, Perda Kabupaten/Kota, Peraturan Walikota, Peraturan Bupati, SK Bupati. Regulasi yang dimaksud selengkapnya terinci pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta No.
Macam Produk Perundangan
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
23
LAPORAN AKHIR 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15
Perda DIY No. 11/2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Peraturan Gubernur DIY No. 56/2011 tentang RAD Percepatan Pencapaian Target MDSG Perda DIY No. 2/2014 tentang Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Tambahan Peraturan Gubernur DIY No. 26/2013 tentang Cadangan Pangan Daerah Peraturan Gubernur DIY No. 32/2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Daerah Peraturan Gubernur DIY No. 88/2012 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragam Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal SK Gubernur DIY No. 196/KEP/2014 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Kegiatan Penguatan Ketahanan Pangan dalam Kawasan Hutan SK Gubernur DIY No. 434/KEP/2014 tentang Penetapan 8 Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kawasan Pangan Peraturan Gubernur DIY No. 57 /2011 tentang Rencana Daerah Pangan dan Gizi tahun 2011-2015 Perda DIY No 10 Th 2011 tentang PLP2B SK Walikota No. 358/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kota Yogyakarta periode 2009 – 2014 (Kodya Yogyakarta) Perda Kabupaten Bantul No. 14/2009 tentang BKP3 Kabupaten Bantul SK Bupati Bantul No. 155 Th 2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bantul Peraturan Bupati bantul No. 09 Th. 2014 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Peraturan Bupati Bantul No. 21 Th 2014 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
Tabel 3.2. Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan)
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
24
LAPORAN AKHIR No.
Macam Produk Perundangan
16
Peraturan Bupati Gunungkidul No. 06/2008 tentang Kebijakan dan Langkah Operasional Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul SK Bupati Gunungkidul No. 84/KPTS/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul SK Bupati Kulonprogo No. 1 Th 2009 ttg Pemanfaatan Pangan Lokal (Kabupaten Kulonprogo)
17 18
Ketercapaian tujuan program/kegiatan. Realitas di lapangan terekam
bahwa
ketercapaian
tujuan
program/kegiatan
ketahanan
pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta digambarkan dengan indikator yang jelas dan bervariasi pada masing-masing institusi pengampu. Tabel 3.3. berikut menampilkan indikator ketercapian tersebut. Tabel 3.3. Indikator ketercapaian tujuan program/kegiatan ketahanan pangan pada berbagai institusi pengampu di daerah Istimewa Yogyakarta Institusi Pengampu BKPP Daerah Yogyakarta
Istimewa
Indikator Ketercapian Program/Kegiatan Masyarakat mendapatkan manfaat sesuai tujuan kegiatan
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
Penurunan prevalensi protein pada balita
kurang
energi,
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman
Bahan dipakai sesuai peruntukannya Meningkatkan pendapatan petani Meningkatkan omset
Dinas Kelautan dan Peningkatan angka konsumsi makan ikan Peningkatan pendapatan pelaku usaha Perikanan Kab. Bantul Tabel 3.3. Indikator ketercapaian tujuan program/kegiatan ketahanan pangan pada berbagai institusi pengampu di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan) Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
25
LAPORAN AKHIR Institusi Pengampu
Indikator Ketercapian Program/Kegiatan
Disperindagkop & UKM Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebagian tercapai tetapi ada juga yang belum tercapai karena ada SDM yang ada tidak seperti yang diharapkan atau kurangnya kepedulian terhadap bantuan pemerintah
Dinas Perindagkoptan Kota Yogyakarta
SPM dan IKM
Dinas Sosial DIY
Tidak tercatat
Dinas Perhubungan & Kominfo Daerah Istimewa Yogyakarta
Tidak tercatat
BKP3 Kabupaten Bantul
Meningkatnya ketersedian energi dan protein Meningkatnya cadangan pangan masyarakat Meningkatnya jumlah usaha kelompok
Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantul
Telah dilaksanakannya tanam dengan teknologi pengelolaan tanaman terpadu dan kenaikan produktivitas
BP2KP Kabupaten Gunungkidul
Pemberdayaan masyarakat Ada perkembangan secara materiil kegiatan berjalan terus menerus
Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
Peningkatan produksi/produktivitas tanaman pangan Surplus ketersediaan bahan pangan terhadap konsumsi per kapita di DIY
BKKBN Daerah Yogyakarta
Laporan tiap bulan (data statistik rutin)
Istimewa
&
Tabel 3.3. Indikator ketercapaian tujuan program/kegiatan ketahanan pangan pada berbagai institusi pengampu di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan)
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
26
LAPORAN AKHIR Institusi Pengampu KP4K Progo
Kabupaten
Kulon
Indikator Ketercapian Program/Kegiatan Mampu memenuhi pangan melalui KRPL Adanya tabungan kelompok
Dinas Tanaman Pangan & Hortikutura Kabupaten Gunungkidul
Peningkatan produksi/produktivitas
BPPTK LIPI
Perbaikan proses produksi terkait dengan peningkatan kualitas produk meningkat Peningkatan kapasitas produksi Produk memiliki ijin edar & telah dianalisis kandungan gizinya
BBPOM Daerah Yogyakarta
Istimewa
Perwakilan BULOG Daerah Istimewa Yogyakarta
Pemahaman masyarakat terhadap bahanbahan berbahaya Realisasi pengadaan mencapai target
Kebijakan khusus terkait dengan ketahanan pangan. Terekam bahwa dijumpai kebijakan khusus terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan ketahanan pangan di berbagai institusi pengampu. Tabel 3.4. berikut memaparkan kebijakan khusus tersebut disertai informasi kendala yang dihadapi dalam implementasinya.
Tabel 3.4. Kebijakan khusus dan kendala implementasi program ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
27
LAPORAN AKHIR Kebijakan Khusus Program/Kegiatan Ketahanan Pangan
Kendala
BKPP DIY Pemantapan ketersediaan pangan, kewaspadaan pangan & cadangan pangan Penurunan Desa Rawan Pangan Peningkatan diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, penanganan keamanan pangan beredar Pengembangan distribusi pangan yang merata & terjangkau pencapaian stabilitas harga pangan strategis, peningkatan aksebilitas pangan, pemantauan distribusi, harga dan akses pangan
Ketergantungan pada beras & terigu sebagai sumber KH masih tinggi Ancaman kerawanan pangan (transien & kronis) dan kasus gizi buruk. Sinergi lintas sektor untuk pembangunan ketahanan pangan belum optimal
Dinas Kesehatan DIY Memperbaiki status kesehatan/gizi baik perorangan maupun masyarakat
Kegiatan penanggulangan masalah gizi belum sepenuhnya terintergrasi dengan berbagai program
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kab. Sleman Pemanfaatan pangan jamuan rapat
lokal
pada Tidak tersedianya pangan lokal olahan yang siap saat ada rapat
Disperindagkop & UKM DIY Belum ada kebijakan khusus
Koordinasi antar instansi terkait masih belum inten/maksimal
Tabel 3.4. Kebijakan khusus dan kendala implementasi program ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan)
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
28
LAPORAN AKHIR Kebijakan Khusus Program/Kegiatan Ketahanan Pangan
Kendala
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul Gemarikan ditujukan pada anakanak PAUD/TK untuk meningkatkan gemar ikan sejak dini
Tidak tercatat adanya kendala
BKP3 Kabupaten Bantul Instruksi Bupati No 3 & 4 th 2012 ttg Pangan Lokal, Pemanfaatan Pekarangan
Masih adanya anggapan kalau pangan lokal kurang gizi Anak-anak belum tertarik makan makanan lokal
Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantul Upaya khusus (UPSUS) untuk mewujudkan ketahanan pangan
Benih tidak tersedia terutama untuk komoditas kedelai (kuantitas & kualitas tidak memenuhi)
BP2KP Kabupaten Gunungkidul Pengembangan pangan lokal melalui surat edaran Bupati agar semua warga mengkonsumsi pangan lokal
Budaya masyarakat Perkembangan/perubahan pola hidup/makan yang lebih menyukai makanan siap saji
KP4K Kabupaten Kulon Progo Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Rapat dan Jamuan (Madep Mantep Mangan Pangane Dewe, Madep Mantep Ngombe Banyune Dewe) RAKSIN --> RASDA
Tidak tercatat adanya kendala
Tabel 3.4. Kebijakan khusus dan kendala implementasi program ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan) Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
29
LAPORAN AKHIR Kebijakan Khusus Program/Kegiatan Ketahanan Pangan
Kendala
Dinas Pertanian DIY Program Peningkatan Tanaman Pangan
Produksi
Alih fungsi lahan SDM petani terbatas & menua Sumberdaya air, kualitas & kuantitas menurun Degradasi lahan Anomali iklim OPT Harga tidak menguntungkan petani Tenaga kerja mahal Fragmentasi lahan Lahan sempit dan mekanisasi terhambat
Dinas Tanaman Pangan & Hortikutura Kabupaten Gunungkidul Pengembangan pangan lokal melalui surat edaran Bupati agar semua warga mengkonsumsi pangan lokal
Hama & penyakit untuk talas Hama & penyakit padi
BPPTK LIPI Roadmap kegiatan olahan pangan Program kelompok penelitian "Teknologi Proses Pangan Lokal"
Program ketahanan pangan selalu berubah (faktor eksternal) Program/kelti hanya diisi oleh SDM dengan bidang kepakaran sejenis/ kurang heterogen (faktor internal)
BBPOM DIY Program penanganan 8 desa rawan pangan 2013-2017
Belum lancarnya sinergi dengan SKPD instansi lain
Perwakilan BULOG DIY Pengadaan mencapai target yang ditentukan
Hasil panen tidak maksimal
Pandangan umum beberapa institusi terkait
ketahanan
pangan. Hasil perekaman pandangan umum dari berbagai institusi
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
30
LAPORAN AKHIR pelaksana
pembangunan
ketahanan
pangan
di
Daerah
Istimewa
Yogyakarta, terinci sebagi berikut :
Ketahanan pangan di DIY merupakan program yang terus dilaksanakan mengingat
bahwa
kebutuhan
pangan
semakin
meningkat
seiring
meningkatnya jumlah penduduk. Ketahanan pangan perlu diwujudkan menjadi kedaulatan pangan.
Ketersediaan pangan di DIY sudah menyentuh segala aspek, walaupun masih perlu peningkatan pada spesifik kegiatannya. Peran distribusi memegang arti penting dalam menjaga ketersediaan pangan di DIY.
Perlindungan
lahan
pertanian
terhadap
alih
fungsi
harus
segera
diwujudkan oleh semua pihak.
Pembangunan
ketahanan
ketersediaan pangan serta
pangan
difokuskan
pada
peningkatan
percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan sesuai potensi dan karakteristik daerah yang dilaksanakan melalui berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan.
Secara umum kegiatan/ program yang mendukung Ketahanan Pangan sudah memadai, hanya saja perlu dikembalikan kepada tugas dan fungsi SKPD terkait agar kegiatan dan kinerja SKPD tercapai.
Implementasi program Ketahanan pangan perlu dukungan keterpaduan antar instansi/lembaga.
3.3. Hasil Analisis Stakeholder
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
31
LAPORAN AKHIR Sebagaimana
telah
dikemukakan
bahwa
analisis
parapihak
(stakeholders) dilakukan untuk mengetahui parapihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kegiatan. Mitchell, Agle dan Wood (1997), mengungkapkan bahwa derajad kesahihan pemangku kepentingan (stakeholder) ditentukan oleh aspek kekuatan, legitimasi dan urgensi. Analisis stakeholders ini diharapkan dapat dipetakannya parapihak sebagaimana disebut di atas ditinjau dari peran sebagai berikut : (1) Kuncikunci kepentingan (key interest), dimaksudkan mampu mendeskripsikan jenis kepentingan parapihak terkait dengan penyusunan kebijakan pembangunan ketahanan pangan; (2) Tingkat kepentingan (importance), dimaksudkan
untuk
memberikan
deskripsi
pentingnya
pelibatan
parapihak dalam kegiatan pembangunan ketahanan pangan untuk peningkatan keberhasilan program; (3) Tingkat pengaruh (influence), dimaksudkan sebagai kekuatan parapihak dan individu didalamnya untuk mempengaruhi
kegiatan
pembangunan
ketahanan
pangan.
(4)
Peran/partisipasi (participation); (5) Hak (rights); (6) Tanggungjawab (responsibilities); (7) Manfaat (revenues/benefit), (8) Hubungan antar parapihak (relationships).
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
32
LAPORAN AKHIR Tabel 3.5. Matriks analisis stakeholders pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Realitas. Hight
SUBJECT
PLAYER
Kelompok Masyarakat Sasaran
BKPP DIY & Badan/Kantor/Bagian Ketahanan Pangan Kab/Kota
INTEREST
CROWD
CONTEST SETTER
SEKDA DIY (Ass. Pembangunan); BAPPEDA KAB/KOTA
SKPD DIY (i.e.: Diperta, Dislautkan, Dinkes, dll); Perwakilan Bulog DIY; SKPD Kab./Kota
Hight
Low
POWER (KEWENANGAN)
Keterangan : SUBJECT (BAYER) adalah pelaku utama yang berpengaruh besar dengan kewenangan kecil PLAYERS adalah pemain utama berpengaruh besar dengan kewenangan besar (Instansi/lembaga ini mempunyai wewenang besar untuk melakukan sesuatu atau membuat aturan pengeloaannya. CONTEST SETTER adalah parapihak (Instansi/lembaga) dengan minat kecil tetapi mempunyai wewenang besar, lebih jauh dapat diartikan sebagai perencana makro dari pembangunan, karena lingkup kerjanya yang teramat luas maka dianggap minatnya kecil. CROWD adalah parapihak (Instansi/lembaga/masyarakat) yang mempu-nyai minat kecil dan wewenang yang kecil.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
33
LAPORAN AKHIR Tabel 3.6. Matriks analisis stakeholders pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Prespektif. Hight
SUBJECT Kelompok Masyarakat Sasaran
INTEREST
CROWD Badan Ketahanan Pangan Pusat
PLAYER SEKDA DIY (Ass. Pembangunan), BAPPEDA DIY & BKPP DIY serta SEKDA; BAPPEDA & Badan/ Kantor/Bagian Ketahanan Pangan Kab/Kota
CONTEST SETTER SKPD DIY (i.e.: Diperta, Dislautkan, Dinkes, dll); Perwakilan Bulog DIY; SKPD Kab./Kota serta TKPKD
Hight
Low
POWER (KEWENANGAN)
Keterangan : SUBJECT (BAYER) adalah pelaku utama yang berpengaruh besar dengan kewenangan kecil PLAYERS adalah pemain utama berpengaruh besar dengan kewenangan besar (Instansi/lembaga ini mempunyai wewenang besar untuk melakukan sesuatu atau membuat aturan pengeloaannya. CONTEST SETTER adalah parapihak (Instansi/lembaga) dengan minat kecil tetapi mempunyai wewenang besar, lebih jauh dapat diartikan sebagai perencana makro dari pembangunan, karena lingkup kerjanya yang teramat luas maka dianggap minatnya kecil. CROWD adalah parapihak (Instansi/lembaga/masyarakat) yang mempu-nyai minat kecil dan wewenang yang kecil.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
34
LAPORAN AKHIR Hasil analisis stakeholder tampaknya memberi kejelasan bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan tidak hanya menjadi beban BKPP (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan) tetapi semestinya menjadi tanggung jawab bersama SKPD terkait lainnya. Diperlukan linked yang jelas dan tepat antar stakeholder pengampu pembangunan ketahanan pangan. Jika menyangkut kebijakan ketahanan pangan yang bersifat makro, kewenangan tentu berfokus pada keputusan Sekda (melalui Asisten Pembangunan). Sementara itu BAPPEDA berperan sebagai wasit penentu realisasi program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan dan sudah barang tentu terkait pada penganggaran. Konten tersebut menjadi dasar model koordinasi terkait dengan perencanaan dan aktualisasi program ketahanan pangan yang dijalankan oleh SKPD terkait sebagai pengampu program/kegiatan ketahanan pangan. Realitas lain yang
tidak
boleh
diabaikan
bahwa
koordinasi
antara
pengampu
pembangunan ketahanan pangan dengan pengampu penanggulangan kemiskinan
(TKPKD:
Tim
Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan
Daerah). Salah satu pendorongnya adalah masyarakat afinitas kedua program
tersebut
(program
ketahanan
pangan
dan
program
penanggulangan kemiskinan) sebagian besar sama. Selain itu, pada umumnya kelompok institusi pengampu penanggulangan kemiskinan juga relatif sama dengan pengampu program pembangunan ketahanan pangan.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
35
LAPORAN AKHIR
BAB
4
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Survey by Design Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Implementasi sejumlah
program
stakeholders
Yogyakarta
dan
Ketahanan di
SKPD
Pangan
antaranya
Kabupaten/
SKPD Kota
DIY
melibatkan
Daerah
Istimewa
dikuatkan
dengan
kejelasan regulasi berupa Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, SK Gubernur, Peraturan Bupati/Walikota dan SK Bupati. 2. Koordinasi stakeholders baik vertikal maupun horisontal telah dilaksanakan dan realitasnya bervariasi antar Kabupaten/Kota, namun demikian kesemuanya belum tampak adanya koordinasi dengan TKPKD. 3. Sinkronisasi
program/kegiatan
telah
dilaksanakan
baik
oleh
pengampu, namun demikian upaya tersebut belum optimal terbukti masih dijumpai sejumlah SKPD di DIY dan Kabupaten/Kota yang belum sepenuhnya memahami keterlibatannya dalam program ketahanan pangan.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
36
LAPORAN AKHIR 4. Peran dan posisi stakeholders pengampu program ketahanan pangan baik di tataran SKPD Daerah Istimewa Yogyakarta maupun SKPD di Kabupaten/Kota belum teraktualisasi secara jelas.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
37
LAPORAN AKHIR
BAB
5
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil Survey by Design Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Tim Konsultan mencoba memberikan beberapa masukan, di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Koordinasi perencanaan dan implementasi program/ kegiatan ketahanan pangan di DIY realitasnya sudah diupayakan, namun demikian masih diperlukan kejelasan linked koordinasi antar stakeholders
baik
di
tataran
daerah
DIY
maupun
Kabupaten/Kota. 2. Sinkronisasi program/kegiatan ketahanan pangan yang pada umumnya bersifat holistik dan multi sektor perlu dioptimalkan dengan memberdayakan BAPPEDA, di bawah arahan/kendali SEKDA melalui Asisten Pembangunan di dalam kerangka Dewan Ketahanan Pangan dan berkoordinasi TKPKD 3. Diperlukan optimalisasi dan aktualisasi peran stakeholders program/kegiatan
ketahanan
pangan
baik
stakeholders
di
tataran daerah DIY maupun Kabupaten/Kota disertai kejelasan TUPOKSI
(Tugas
Pokok
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
Fungsi)
dan
kelengkapan
acuan
38
LAPORAN AKHIR indikator keberhasilan implementasi masing-masing program/ kegiatan.
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
39
LAPORAN AKHIR
RUJUKAN Anonim. 2014. `KAK Kegiatan Survey by Design Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. DI Yogyakarta. Bryson, JM. 2003. What to Do When Stakeholders Matter: A Guide to Stakeholder Identification and Analysis Techniques. A paper presented at the London School of Economics and Political Science. London. Mitchell, Agle dan Wood (1997). Toward a Theory of Stakeholder Identification and Salience: Defining the Principle of Who and What Really Counts. The Academy of Management Review, Vol. 22, No. 4 (Oct., 1997), pp. 853-886 Iqbal, M. 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan Implementasinya dalam Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian, 26(3): 89-99 Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Peraturan Gubernur DIY No. 26/2013 tentang Cadangan Pangan Daerah Peraturan Gubernur DIY No. Pencapaian Target MDSG
56/2011
tentang
RAD
Percepatan
Peraturan Gubernur DIY Nomor 88 Tahun 2012 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Peraturan Gubernur DIY No. 32/2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Daerah Peraturan Gubernur DIY No. 57 /2011 tentang Rencana Daerah Pangan dan Gizi tahun 2011-2015 Peraturan Bupati bantul No. 09 Th. 2014 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
40
LAPORAN AKHIR Peraturan Bupati Bantul No. 21 Th 2014 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul Peraturan Bupati Gunungkidul No. 06/2008 tentang Kebijakan dan Langkah Operasional Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul Perda DIY No. 11/2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Perda DIY No 10 Th 2011 tentang PLP2B Perda DIY No. 2/2014 tentang Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Tambahan Perda Kabupaten Bantul No. 14/2009 tentang BKP3 Kabupaten Bantul Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. SK Gubernur DIY No. 196/KEP/2014 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Kegiatan Penguatan Ketahanan Pangan dalam Kawasan Hutan SK Gubernur DIY No. 434/KEP/2014 tentang Penetapan 8 Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kawasan Pangan
Desa
SK Walikota No. 358/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kota Yogyakarta periode 2009 – 2014 (Kodya Yogyakarta) SK Bupati Gunungkidul No. 84/KPTS/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul SK Bupati Bantul No. 155 Th 2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bantul SK Bupati Kulonprogo No. 1 Th 2009 ttg Pemanfaatan Pangan Lokal (Kabupaten Kulonprogo) Steel, G.D.R. and J.H. Torrie. 1980. `Principles and Procedures of Statistics`. McGraw-Hill Kogakusha Ltd. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
41
LAPORAN AKHIR
LAMPIRAN
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
42
LAPORAN AKHIR
KUESIONER UNTUK INSTITUSI PEMERINTAH Tanggal Pengisian Nama Responden Umur Responden Alamat Responden Jabatan Responden Nama Institusi Responden Alamat Institusi Responden Tanda Tangan DAFTAR PERTANY AAN 1. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. mempunyai kebijakan yang terkait dengan program/ kegiatan ketahanan pangan?
Ya/Tidak Kalau ya, apa nama program/kegiatan tersebut?
2. Sudah berapa lama? (sebutkan tahun dimulainya kegiatan)
Tahun:
3. Berapa besarnya anggaran yang tersedia untuk implementasinya? (besaran nominal Rp)
Tahun sedang berjalan: Rp.
4. Dari mana asal anggaran/dana tsb. dan sebutkan berapa Rp. jumlahnya?
(APBD /APBN/Hibah/Loan) Rp.
Selama kegiatan berjalan (dari tahun ke tahun): Rp.
5. Apabila ada dana dari luar negeri, sebutkan berapa besarnya, dari mana asalnya (Badan internasional mana, Negara mana,
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
43
LAPORAN AKHIR Badan swasta Negara mana?)
6. Apakah dalam merencanakan kegiatan, instansi Bapak/Ibu/Saudara melakukan koordinasi dengan instansi Pemerintah Provinsi/Pusat ?
Ya/Tidak. Kalau ya, Nama instansinya:
7. Apakah dalam merencanakan kegiatan di lokasi kegiatan, instansi Bapak/Ibu/Sdr. juga melakukan koordinasi dengan SKPD/Dinas yang lain?
Ya/Tidak Kalau ya, instansi mana saja?
Bentuk Kegiatannya? (Pertemuan rutin melalui jejaring kerja/dinas di daerah)
8. Dalam merencanakan kegiatan/program apakah aspirasi kelompok masyarakat penerima manfaat juga didengarkan?
Ya/Tidak. Kalau ya, bagaimana caranya? (melalui Ketua/ Pengurus Kelompok, atau langsung mengadakan pertemuan dengan anggota kelompok masyarakat penerima manfaat)
Bentuk kegiatannya? (Pertemuan rutin melalui jejaring kerja/dinas di daerah atau dalam bentuk lain)
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
44
LAPORAN AKHIR
9. Ada berapa kelompok masyarakat yang dibina? Lokasi kegiatan (Kecamatan, Desa)? Berapa jumlah anggota masing-masing kelompok? *)
*) Daftar informasi kelompok, lokasi & jumlah anggota dapat berupa lampiran
10. Dalam bentuk apa bimbingan diberikan kepada kelompok? (teknis, manajemen, kegiatan sosial)
11. Apakah ada petugas (pegawai) khusus dengan tupoksi (tugas pokok fungsi) mengawal implementasi program/kegiatanan ketahanan pangan?
Ya/Tidak Kalau ya, apakah ada persyaratan khusus bagi petugas yang ditunjuk? Apa persyaratan tersebut?
12. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. juga memberikan bantuan peralatan teknis kepada kelompok masyarakat?
Ya/Tidak Kalau ya, peralatan apa saja? Berapa nilai Rp-nya?
13. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan kelompok di lokasi?
Ya/Tidak Kalau ya, bagaimana caranya?
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
45
LAPORAN AKHIR
14. Apakah di wilayah kerja Bapak/Ibu/Sdr. ada Perda (Peraturan Daerah)/Pergub (Peraturan Gubernur)/Perbup (Peraturan Bupati/Walikota) atau SK (Gubernur/Bupati/ Walikota) yang berkaitan dengan ketahanan pangan?
15. Menurut pendapat Bapak/Ibu/Sdr. apakah kelompok masyarakat yang dibina mencapai tujuan/ sasaran?
16. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. mempunyai kebijakan program/kegiatan khusus menyangkut masalah ketahanan pangan?
Ya/Tidak Kalau ya, peraturan yang mana saja? (NOTA : Termasuk dalam katagori ini adalah SK Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Daerah,dll. dan mohon dapat difoto copy-kan peraturan tsb.)
Tercapai/Tidak tercapai Apa indikator ketercapaiannya?
Kalau ya, apa kebijakan yang dimaksud?
Apa kendala yang dihadapi?
17. Uraikan pandangan umum dan harapan Bapak/Ibu/Sdr. terkait dengan implementasi program/kegiatan ketahanan pangan di DIY
Pandangan umum :
Harapan :
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
46
LAPORAN AKHIR
KEGIATAN SURVEY
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
47
LAPORAN AKHIR
KEGIATAN PAPARAN
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
48
LAPORAN AKHIR
Survey by Design Ketahanan Pangan BKPP Daerah Istimewa Yogyakarta Th 2015
49