Kurikulum Berbasis Kompetensi Dina Mustafa (
[email protected];
[email protected] ) Paulina Pannen (
[email protected]) Latar Belakang Sistem pendidikan terdiri dari input, proses, output, dan outcome. Input terdiri dari mahasiswa, dosen, dan fasilitas. Proses terdiri dari kurikulum, kegiatan belajar mengajar, administrasi dan penilaian. Output terdiri lulusan dengan kompetensi tertentu, dan produk penelitian serta pengembangan. Outcome merupakan dampak lulusan dan produk perguruan tinggi terhadap lingkungan lokal, nasional, regional maupun internasional. Untuk Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi (PT) diharapkan dapat menghasilkan lulusan, Insan Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berhati nurani. Sebagai outcome diharapkan lulusan perguruan tinggi mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan para pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun internasional. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan hasil pemikiran dalam rangka pembaharuan pendidikan yang selalu harus dilakukan dari waktu ke waktu. Pembaharuan pendidikan harus dilakukan karena berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh situasi regional di Asia Tenggara dan di wilayah lainnya. Pada tataran dunia, The International Bureau of Education UNESCO, menetapkan ketentetuan mengenai tujuan pendidikan untuk abad 21. Menurut UNESCO, pendidikan diharapkan dapat memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengalami 4 pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kecenderungan untuk belajar seumur hidup. Di Indonesia, untuk tingkat Pendidikan Tinggi, berbagai perubahan tersebut menyebabkan perubahan paradigma yang berdampak pada perubahan peran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Perubahan paradigma pendidikan berdampak pada perubahan peran lembaga pendidikan tinggi (PT), kurikulum, proses pendidikan dan penilaian. Semua ini mengarah pada perubahan dari Kurikulum Nasional 1994 (Kep Mendikbud No.56/U/1994) menjadi Kurikulum Inti dan Institutional (Kep Mendiknas No. 232/U/2000) atau Kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Perubahan kurikulum tersebut menuntut penataan lembaga, arah dan tujuan pendidikan dan penataan program studi di PT agar dapat memenuhi tuntutan dunia kerja dan keharusan untuk mengintegrasikan konteks budaya ke dalam proses pembelajaran di PT. Konteks budaya mengusulkan agar PT dapat memberikan suasana belajar sedemikian rupa sehingga para lulusannya memiliki ciri sebagai berikut. Fenomena anthrophos, menghasilkan pengembangan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
1
mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Fenomena tekne, menghasilkan penguasaan ilmu dan ketrampilan untuk mencapai derajat keahlian berkarya. Fenomena oikos memunculkan kemampuan untuk memahami kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Fenomena etnos, dicakup dalam pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keahlian yang dikuasai. Semua ini sudah diterjemahkan oleh UNESCO menjadi 4 pilar pendidikan yang telah diuraikan sebelumnya Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum Nasional 1994 untuk PT merupakan kurikulum berbasis pada isi keilmuan. Kurikulum 1994 ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan dengan kemampuan minimal dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai sasaran kurikulum program studi. Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh PT sendiri. Tuntutan terhadap PT agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, profesi dan perkembangan ilmu (scientific vision) untuk generasi masa depan memunculkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2000 yang mengintegrasikan kebudyaan dan 4 pilar pendidikan UNESCO. KBK ini diharapkan akan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tertentu sehingga dapat melakukan tindakan cerdas, penuh tanggungjawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan yang ditekuninya. KBK ini mengintegrasikan penilaian oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders) di samping penilaian oleh PT dan program studi sendiri. Pendidikan berbasis kompetensi adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan institusi, yang tidak lagi berfokus pada apa yang harus diajarkan oleh program studi tetapi berfokus pada apa yang harus dikuasai mahasiswa untuk dapat mengatasi berbagai keadaan yang kompleks pada dunia kerja. Pendidikan berbasis kompetensi berfokus pada hasil kompetensi yang berkaitan dengan apa yang diperlukan di dunia kerja, yang ditentukan oleh para pengguna lulusan maupun ikatan profesi yang terkait. Kompetensi yang dihasilkan juga makin rumit dan menuntut cara penilaian yang rumit pula, yaitu melibatkan portfolio, penilaian terhadap pengalaman kerja yang didapat pada saat magang, demonstrasi penguasaan kompetensi pada berbagai konteks yang relevan, pembelajaran yang melibatkan pendekatan bermain peran, penerapan berbagai standar yang biasa digunakan oleh profesi yang terkait. Berkaitan dengan hal tersebut, Ditjen Dikti, sebagai penanggungjawab nasional penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, mengambil kebijakan yang dituangkan dalam Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-JP) III (1994 – 2005), dengan empat sasaran utama berupa (i) otonomi penyelenggaraan, (ii) mutu pendidikan, (iii) akuntabilitas penyelenggaraan, dan (iv) akreditasi. Pemerintah memperhitungkan bahwa bila keempat sasaran utama tersebut tercapai maka akan terjadi Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
2
peningkatan kesempatan atau peluang menuju pendidikan tinggi yang berkualitas dan mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain, minimal di Asia Tenggara. Usaha penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan dunia dan kebijakan Ditjen Dikti dapat dilihat pada Gambar 1
SISTEM PENDIDIKAN TINGGI HELTS TAHUN 2003 -2010
Incoming Students
Teaching-Learning Procces
Graduates
Kesehatan organisasi
otonomi
Quality Assurance
Leadershi p
Academic Community
Daya saing bangsa Job Market
Community Acknowledgement
Managemen t Funding
Organization Staff
Physical Facilities
Resource s
Laboratories Library Curriculum
Demand HE
Gambar 1: Pengaruh Tuntutan Lingkungan dan Kebijakan Ditjen Dikti terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen di Perguruan Tinggi Untuk mewujudkan sasaran utama tersebut berbagai langkah dilakukan oleh Ditjen Dikti, antara lain, pemisahan antara struktur kelembagaan dan struktur program pendidikan. Pemisahan ini diharapkan dapat mendorong: otonomi penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih terbuka, proses resource sharing dan networking secara internal dan eksternal menjadi lebih efektif dan efisien, dan terselenggaranya program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kemampuan penyelenggaraan yang unggul dari masing-masing PT melaui proses buka/tutup program studi. Permisahan ini menjadi dasar bagi perubahan kurikulum yang semula content-based (penguasaan isi ilmu pengetahuan dan keterampilan/PIPK – SK Mendikbud No. 056/U/1994) menjadi competency-based (berbasis kompetensi – SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan 045/U/2002) atau yang sekarang dikenal dengan Kurikulum berbasis Kompetensi/KBK. Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
Ciri-ciri rancangan kurikulum berbasis kompetensi (Ttany- jawab Seputar KBK, Dikti, 2005) 1. Disusun oleh penyelenggara pendidikan tinggi dan pihak-pihak berkepentingan terhadap lulusan pendidikan tinggi (masyarakat profesi dan pengguna lulusan). 2. Menyatakan secara jelas rincian kompetensi peserta didik sebagai luaran (out comes) proses pembelajaran. 3. Materi ajar dan proses pembelajaran didesain dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik.(Student Centered Learning). 4. Lebih mensinergikan dan mengintegrasikan penguasaan ranah koqnitif, psikomotorik dan afektif. 5. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk berkreasi secara prosedural atas dasar pemahaman penerapan, analisis, dan evaluasi yang benar pula. Kompetensi Ada berbagai definisi mengenai kompetensi. Sudarsono, mengutip berbagai sumber, memberikan definisi kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas – tugas atau berkarya di bidang keahlian tertentu. Selanjutnya Jones (2000), memberikan definisi kompetensi sebagai berikut the specification of knowledge and skill and the application of that knowledge and skill to the standards or learning outcomes (Jones, M.J. 2000. Curriculum Development. EEDP Project, DGHE). Mulyana (2000) menyatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hamlin, (1994) menyatakan bahwa competency is a statement which describes integrated demonstration of a cluster or related skills and attitude that are measurable and observable necessary to perform a job independently. Menurut Tillman (1996), competency consists of knowledge, skill, and attitude needed to perform an ability to do a certain job/profession. Gonzi (1997) dan Heger (1995), memberikan definisi kompetensi lebih luas lagi, yaitu meliputi berbagai kemampuan antara lain yang melandasi kepribadian, penguasaan ilmu (know why) dan keterampilan (know how), berkarya (what to do), menyikapi dan berprilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri dalam menilai dan mengambil keputusan secara bertanggungjawab (how to be a responsible person), dan hidup bermasyarakat dengan menerapkan kerja sama, saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan perdamaian (how to live together). Menurut KEPMENDIKNAS No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas – tugas di bidang pekerjaan tertentu. Ada perubahan persyaratan untuk masuk dunia kerja, yaitu harus memiliki kemampuan soft skills di samping hard skills. Survei yang dilakukan oleh National Association of Colleges and Employers, USA (2002) terhadap 457 pimpinan mengenai kualitas lulusan perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja menghasilkan urutan sebagai berikut (Tabel 1).
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
4
Tabel 1: Urutan Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi No
Kompetensi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berkomunikasi Jujur/integritas Kerja sama Interpersonal Beretika Motivasi/inisiatif Beradaptasi Daya analisis Berkomputer berorganisasi
Rangking No
4,69 4,59 4,54 4,50 4,46 4,42 4,41 4,36 4,21 4,05
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kompetensi
Berorientasi pada detail Kepemimpinan Kepercayaan diri Ramah Sopan Bujaksana Indeks Prestasi ≥ 3 Kreatif Humoris Berwirausaha
Rangking
4,00 3,97 3,95 3,85 3,82 3,75 3,68 3,59 3,25 3,23
Patrick O’Brien dalam bukunya “Making College Count” yang dikutip oleh Iwan Mulyana, meyatakan ada sejumlah soft skills yang sebaiknya dikuasai oleh lulusan PT, karena dapat menentukan keberhasilan di dunia kerja, yaitu keterampilan berkomunikasi, berorganisasi, kepemimpinan, logika, usaha, berkelompok dan etika. Selanjutnya hasil survei di Amerika, Kanada dan Inggris memunculkan 23 soft skills yang dibutuhkan oleh dunia kerja (Tabel 2). Tabel 2: Soft Skills Yang Dibutuhkan Dunia Kerja Di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jenis Soft Skill Inisiatif Etika/integritas Berfikir kritis Kemauan belajar Komitmen Motivasi Bersemangat Dapat diandalkan Komunikasi lisan Kreatif. Kemampuan analitis Dapat mengatasi stress
No
Jenis Soft Skill
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Manajemen diri Menyelesaikan persoalan Dapat meringkas Berkooperasi Fleksibel Kerja dalam tim Mandiri Mendengarkan Tangguh Berargumen logis Manejemen waktu.
Menurut Mitsubishi Research Institute, persentasi keterampilan seseorang yang memberi kontribusi bagi keberhasilan di dunia kerja adalah sebagai berikut: soft skill – 40%; networking skill - 30%, keahlian di bidang pekerjaan yang ditekuni - 20%; dan kemampuan mengelola keuangan 10 %. Sebagai ilustrasi, proses seleksi pegawai di ASTRA dilakukan dalam 3 tahap, pertama menguji kemampuan logika dan berpikir analistis, kedua menguji karakter dan sikap kerja. Dan ketiga baru menguji kemampuan teknis bidang pekerjaan, kesesuaian dengan kemampuan yang diminta dan kesehatan. Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
5
Untuk Indonesia, deskripsi persyaratan kerja yang dinginkan para pengguna lulusan dapat dibaca pada Tabel 3. Tabel 3: Deskrispsi Pesyaratan Kerja No
1
2 3
4 5
Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan Kemampuan Analisis dan Sintesis
Menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi/TIK/Komputer Kemamapuan mengelola ketidak jelasan (ambiguity)
Kompetensi Sikap Kepemimpinan
Dapat bekerja dalam tim Dapat bekerja lintas budaya (cross culturaaly)
Pengenalan Sifat Pekerjaan Terkait Terlatih dalam etika kerja umum maupun yang terkait dengan bidang pekerjaan yang ditekuni Memahami makna globalisasi Fleksible terhadap tuntutan bidang pekerjaan yang ditekuni, termasuk perubahan karena perkembangan lingkungan yang berdampak pada bidang pekerjaan
Kemampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan Menguasai Bahasa Asing (2nd language)
Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada perubahan orientasi kurikulum dari Kurikulum Nasional 1994 yang berbasis keilmuan menjadi Kurikulum berbasis Kompetensi pada tahun 2000 yang mengintegrasikan konsep budaya dan 4 pilar pendidikan UNESCO. Perbedaan antara Kurikulum 1994 dan 2000 dapat dibaca pada Tabel 4.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
6
Tabel 4: Perbedaan Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2000 Deskriptor Pembeda Pendekatan Tujuan
Kurikulum 1994 Content-based Keutuhan penguasaan ilmu
Atribut Penguasaan Ilmu Struktur Pengelompokan
Instrumental, adaptif, prgamatik Tatanan pohon ilmu
Kemampuan berkarya
Tidak terlihat jelas
Kelompok Penyusun Kurikulum Sifat keberlakuan
MKU, MKDK, MKK Sebagai pedoman penyusunan kurikulum
Kurikulum 2000 Competency-based Keutuhan kompetensi berkarya and a method of inquiry in subject area Kompeten, komprehensif, profesional Kompetensi dalam spektrum profesi Terbakukan dalam 4 elemen kompetensi MPK, MKK, MBB, MPB, MKB Sebagai rambu-rambu penyusunan kurikulum institusional
Kurikulum berbasis kompetensi ini terdiri dari: a) kurikulum inti yang mencirikan kompetensi utama; dan b) kurikulum institusional yang melengkapi kurikulum inti dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan dan ciri khas PT. Dengan demikian program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut: a) menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; b) mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; c) mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya dan mampu dalam berkehidupan bersama di masyarakat; d) mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian yang merupakan keahliannya. SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa yang berdampak pada pengelompokan mata kuliah pada program studi. Kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan PT harus diterjemahkan ke dalam kurikulum program studi yang menghasilkan pengelompokan mata kuliah ke dalam lima kategori yaitu: a) yang bertujuan untuk pengembangan kepribadian (MPK), terdiri dari kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b) keilmuan dan keterampilan (MKK), tersusun dari kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
7
c) keahlian berkarya (MKB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai d) pengembangan prilaku berkarya (MPB), tersusun dari kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu keterampilan yang dikuasai; dan e) pengembangan kemampuan berkehidupan bermasyarakat (MBB), merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Penyepadanan antara tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan Kurikulum Berbasis Kompetensi menghasilkan pengelompokan matakuliah seperti pada Tabel 5. Tabel 5: Usaha Pemadanan Berbagai Kepentingan Pada Pengelompokan Mata Kuliah Persyaratan Kerja Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan : • analisis dan sintesis • menguasai IT/ computing • managing ambiguity • Oral & written communication • 2nd language Sikap : • kepemimpinan • teamwork • can work crossculturally Pengenalan sifat pekerjaan terkait : • Terlatih dalam etika kerja • Memahami makna globalisasi • Fleksibel thd pilihan pekerjaan
Empat Pilar Pendidikan UNESCO
Kurikulum Inti dan Institusional PT
Learning To Know
Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
Learning To Do
Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB)
Learning To Be
Mata Kuliah Prilaku Berkarya (MPB)
Learning To Live Together
Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB)
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
8
Untuk mempermudah penyusunan kurikulum oleh PT maka diterbitkan SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang penyusunan kurikulum inti di PT sehingga menghasilkan pedoman penyusunan kurikulum sebagai tertulis pada Tabel 6. Tabel 6: Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No. 045/U/2002
Elemen Kompetensi Landasan Kepribadian Penguasaan Ilmu dan Keterampilan Kemampuan Berkarya Sikap dan prilaku dalam berkarya Pemahaman Kaidah Berkehidupan bermasyarakat
Kurikulum Inti Kompetensi Utama
Kurikulum Institusional Kompetensi Pendukung
Kompetensi Lainnya
40% - 80%
20%-40%
0% - 30%
Kompetensi utama merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh kalangan PT, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah kemampuan yang relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas PT yang bersangkutan. Kompetensi Lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi penyelenggara program studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta kebutuhan lingkungan PT. Proses Penyusunan KBK dimulai dengan analisis SWOT terhadap PT dan program studi dan analisis hasil tracer study untuk mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal terhadap lulusan program studi tersebut. Contoh penysusunan KBK seperti ini dapat dilihat pada makalah Himma Dewiyana. (2007), Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan. Dari kedua hasil analisis ini akan didapat profil lulusan yang harus diterjemahkan menjadi kompetensi lulusan. Dari kompetensi lulusan dikembangkanlah bahan kajian yang akan menentukan kedalaman dan keluasan dari bahan kajian yang harus diliput, yang harus didistribusikan ke dalam sejumlah mata kuliah. Bahan kajian ini juga menentukan rancangan dan metode pembelajaran setiap mata kuliah atau silabus dan satuan acara pembelajaran/perkuliahan/SAP. Sebelum ada KBK , biasanya institusi dan program studi langsung membuat tujuan pendidikan, mata kuliah (SKS), silabus, RPP, dan bahan ajar. Perbandingan dalam proses penyusunan kurikulum cara KBK dan cara sebelumnya dapat dilihat pada Gaambar 3.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
9
Analisis SWOT Kemampuan PS (Scientific vision)
Tracer Study Need Assessment (Market signal)
Tujuan Pendidikan (Kompetensi)
(1)
Profil Lulusan
(2)
Kompetensi Lulusan
(3)
Bahan kajian
Kedalaman dan Keluasan kajian (sks) Distribusi kedalam MK Rancangan Pembelajaran Metode pembelajaran
Mata kuliah (sks) Bahan Ajar (sillabus)
(4) (5) (7)
(6)
Menyusun struktur kurikulum (distribusi kedalam Semester)
(8) Yang biasa dilakukan KBK yang diusulkan
Gambar 2: Perbandingan Proses Penyusunan KBK dan Kurikulum 1994. 1.
2.
Profil lulusan adalah jawaban terhadap pertanyaan “PT ini akan menghasilkan sarjana seperti apa?” Sebagai contoh Institut Pertanian Bogor mempunyai visi untuk menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya marusia dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika. Contoh lain adalah program studi geografi yang mempersyaratkan profil lulusan yang memiliki kompetensi keilmuan yang berupa pemahaman akan dan kemampuan analisis keruangan, yang ditunjang oleh soft skills, antara lain, kemampuan berkomunikasi menggunakan berbagai metode dan teknologi, dan sikap serta etika yang santun. Jadi profil lulusan merupakan gabungan antara scientific vision program studi, nilai-nilai yang ditetapkan oleh PT, dan market signal yang berasal dari pemangku kepentingan dan alumni. Dari profil lulusan dikembangkanlah program pendidikan akademik S1 yang akan menghasilkan kompetensi lulusan yand dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan. Kompetensi lulusan ini di analisis sehingga menjadi kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya untuk memenuhi sertifikasi oleh lembaga sertifikasi terkait. Setelah didapat profil lulusan maka dilakukan analisis profil tersebut untuk mendapatkan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh program studi tersebut. Format yang dapat digunakan adalah seperti Tabel 7.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
10
Tabel 7: Format Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi PROFIL (PERAN)
Kompetensi yang harus Dipunayi Lulusan Kompetensi utama Kompetensi Kompetensi Lainnya Pendukung
1 2 3 4
Dari kerangka KBK yang tertuang pada Tabel 7, dikembangkan struktur KBK program studi seperti pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8: Struktur Kurikulum berdasarkan Kompetensi Program Studi __________________ Kelompok Kompetensi
No
Rumusan Kompetensi a
Kompetensi Utama
Kompetensi Pendukung Kompetensi Lainnya
Elemen Kompetensi b c d e
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Keterangan: a. Landasan Kepribadian ; b. Penguasaan Ilmu dan Keterampilan; c. Kemampuan Berkarya d. Sikap dan Prilaku dalam Berkarya; e. Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat
Usulan Kompetensi Lulusan suatu program studi S1 secara umum adalah seperti yang diuraikan pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9: Usulan Kompetensi Lulusan Program S1 No
Dimensi
1
Bidang ilmu
2
Komunikasi
3
Sikap
Kompetensi Umum Lulusan Program S1 Penguasaan prinsip dasar keilmuannya dan kemampuan penerapan serta pengembangannya, dengan menggunakan perangkat yang handal dan teknologi informasi. Kemampuan mengkomunikasikan pemikirannya dengan baik, dan kemampuan keterlibatan dalam bidangnya secara pribadi maupun kelompok/masyarakat yang lebih luas. Kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, punya kepekaan dan pemahaman masalah sosial, budaya, dan global. Apresiatif pada
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
11
No
Dimensi
4
Cara Berfikir
3.
Kompetensi Umum Lulusan Program S1 etika dan punya tanggung jawab profesi. Kemampuan berkonsep, kreatif, inovatif, dan metodik, punya wawasan luas.
Setelah mendapatkan Struktur Kurikulum berdasarkan hasil analisis terhadap kompetensi lulusan, maka dilakukan analisis yang retail terhadap kompetensi itu untuk dan pengumpulan serta analisis terhadap bahan kajian, yang dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu yang berasal dari keimuan penciri program studi dan yang termasuk bahan yang menjadi bagian dari misi program studi/PT. Rincian bahan kajian dapat dibaca pada Tabel 10. Tabel 10: Bahan Kajian
A B
Keilmuan Penciri Program Studi Inti Keilmuan/Bidang Studi IPTEKS Pendukung
D E
C
IPTEKS Pelengkap
F
Misi Program Studi/PT IPTEKS yang dikembangkan IPTEKS yang diperlukan mahasiswa di masa depan Materi Penciri PT
Setelah selesai menganalisis bahan kajian, kemudian disusun ke dalam format yang mengaitkan antara rumusan kompetensi dengan bahan kajian seperti yang dapat dibaca pada Tabel 11 Tabel 11: Hubungan Antara Rumusan Kompetensi dan Bahan Kajian No.
Rumusan Kompetensi
Bahan Kajian A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
4.
B
C
D
E
F
Kompetensi Utama
Kompetensi Pendukung
Kompetensi lainnya
Analisis terahadap bahan kajian akan memunculkan kedalaman dan keluasan kajian untuk menentukan satuan kredit semester/sks. Pertimbagan dalam menetapkan besarnya sks dipengaruhi oleh hal-hal berikut: - Tingkat penguasaan/kompetensi mahasiswa
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
12
- Waktu untuk mencapai kompetensi atau penguasaan tertentu - Terbanding terhadap keseluruhan beban studi - Sistem pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai kompetensi Pengertian lama untuk 1 sks adalah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari - 50 menit tatap muka - 50 menit kegiatan terstruktur - 50 menit kegiatan mandiri Usulan untuk pengertian baru mengenai sks adalah sebagai berikut; - Tingkat penguasaan/kompetensi - Waktu belajar/sistem pembelajaran untuk mencapai kompetensi tersebut - Penunjuk kedudukan mata kuliah dalam pencapaian kompetensi lulusan 5.
Setelah mendapat bahan kajian maka disusun matriks hubungan anara bahan kajian dan komptensi dalam bentuk mata kuliah atau distribusi kompetensi bahan kajian Contoh penjabaran mata kuliah dalam hubungannya dengan bahan kajian dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12: Matriks Hubungan Antara Bahan Kajian dan Kompetensi Elemen Kompetensi A B C D E A B C D E A B C D E
A
B
Bahan Kajian C D MK 1
E
F MK 2
MK 3 MK 4
MK5
MK 6
Mata kuliah 1 dan 2 mencakup bahan kajian yang berbeda untuk mencapai satu elemen kompetensi. Mata kuliah 3 mencakup tiga bahan kajian untuk satu elemen kompetensi. Mata kuliah 5 menggambarkan satu bahan kajian untuk mencapai banyak elemen kompetensi. 6.
Model struktur kurikulum yang dikembangkan dapat dua macam yaitu model Seri yang berdasarkan logika keilmuan atau model paralel berdasarkan strategi
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
13
pembelajaran seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3, yang memuat contoh pelaksanaan KBK untuk Program Studi Geografi.
Gambar 3: Struktur Kurikulum Program Studi Geografi Gambar 3 menunjukkan perbedaan nyata susunan mata kuliah yang menggunakan Kurikulum Berbasis Isi (KBI) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada KBI setiap mata kuliah berdiri sendiri. Kemampuan analisis mahasiswa diuji hanya pada mata kuliah yang bersangkutan saja. Sedangkan pada KBK mata kuliah-mata kuliah saling bersinggungan. Bila belum dapat mengubah KBI ke KBK secara penuh, maka singgungan diarahkan pada pemberian tugas. Itupun tidak perlu untuk seluruh tugas, hanya beberapa tugas yang diarahkan untuk memiliki sifat lintas kompetensi yang termuat dalam mata kuliah mandiri. Penyusunan mata kuliah dengan metode paralel berdasarkan strategi pembelajaran tetap mengenal mata kuliah mandiri atau sistematik. Setiap dosen mengajar mata kuliah mandiri. Namun demikian bentuk tugas yang diberikan kepada mahasiswa harus saling berkait antar beberapa mata kuliah. Beberapa mata kuliah tersebut (tergantung pada kesiapan dosen) bersama-sama memberikan tugas yang sifatnya ‘lintas mata kuliah’. Tugas tersebut memuat materi yang berkait dengan unsur fisik, sosial dan berbagai teknik penyajian dan analisis. Contoh pendekatan strategi pembelajaran yang lebi komprehensif dapat dibca pada makalah Zalatan (1998) yang berjudul Managing to Learn: An Overview of a Competency-Based, InteractiveManagement Major Curriculum. Makalah in menguraikan bagaimana mahasiswa jurusan Manajemen untuk tingkat 3 dan 4 tidak diberikan mata kuliah yang berdiri sendiri secara berurutan tetapi berpartisipasi dalam 8 simulasi dan permainan (games) yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dalam bidang manajemen, yang memberi pengalaman melakukan kegiatan manajemen, sehingga mahasiswa dapat belajar dari kegiatan Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
14
tersebut. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah konteks realistik, dan mahasiswa yang aktif melakukan kegiatan kolaboratif untuk mencapai kompetensi utama sekaligus memaksimalkan kemampuan mahasiswa untuk menerapkan berbagai konsep manajemen ke dalam dunia kerja. Simulasi dan permainan tersebut berhubungan dengan pemasaran, manajemen strategis, manajemen produksi, manajemen SDM manajemen keuangan dan pengambilan keputusan, manajemen multinasional, dan strategi bisnis. 7.
Setelah didapat susunan kurikulum, dikembangkan rancangan pembelajaran yang dilengkapi dengan metode pembelajaran dan penilaian untuk satu mata kuliah atau gabungan matakuliah. Untuk gabungan matakuliah yang diperhatikan adalah kompetensi. Contoh rancangan pembelajaran atau silabus dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13: Contoh Rencana Pembelajaran
Waktu (Minggu)
2
Kompetensi Akhir Pemahaman teori dan metode
Bahan kajian Teori tekanan, dan proses produksi Alat ukur
Metode Pembelajaran Kuliah dan diskusi
Kriteria Penilaian
Bobot Nilai (%)
Menganalisis Membuat Ketajaman kasus,mengusul studi kasus analisis, kan solusi dan presentasi kreativitas 30 % teoritis,tersaji ide. dalam paper. Menghasilkan alat ukur Merancang Orisinalitas/ 8 alat ukur yang tekanan alat inovasi, dan operasional, jantung tingkat 50 % efisien dan komprehensif presisi. berfikir Cek kemampuan dengan Ujian untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan, receptan dan kebenaran - Bobotnya 20% - (UTS dan UAS pada minggu ke 7 dan ke 16
4
8.
Setelah mendapatkan rancangan pembelajaran, maka perlu dilakukan pemilihan metode pembelajaran yang optimal. Pelaksanaan KBK menuntut mahasiswa untuk aktif dalam pembelajarannya atau student-centred learning (SCL). Ciri pelaksanaan SCL adalah sebagai berikut: - Mengutamakan tercapainya kompetensi mahasiswa (kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif) secara utuh. - Memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa, bukan hanya memberi soal ujian/tes, tanpa memperhatikan proses belajar mahasiswa. - Mahasiswa harus dapat menunjukan hasil belajarnya/kinerjanya, bukan sekedar mengikuti kuliah dan mencatat, yang walaupun penting, tapi bukan kinerja mahasiswa yang utama.
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
15
- Pemberian tugas menjadi pokok dalam pembelajaran. Kegiatan mahasiswa mempresentasikan penyelesaian tugasnya, untuk dibahas bersama, dikoreksi, dan diperbaiki, merupakan proses yang penting dalam pembelajaran. - Penilaian proses sama pentingnya dengan penilaian hasil (jika hanya ujian tulis, maka akan lebih banyak mengarah pada penilaian hasil belajar). Dosen memfasilitas mahasiswa untuk aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari dengan cara melibatkan mereka secara aktif dalam mengelola pengetahuan. Dosen tidak terfokus hanya pada penguasaan materi oleh mahasiswa, tetapi juga mendorong mereka mengembangkan sikap belajar (lifelong learning). Sejauh mungkin dosen memanfaatkan berbagai media dalam memfasilitasi belajar mahasiswa dan menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang bersifat suportif dan kolaboratif. Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya interdisipliner dan memperhatikan proses disamping hasil penguasaan mahasiswa. . Penilaian terhadap mahasiswa dilakukan terhadap proses perolehan pengetahuan dan keterampilan selain terhadap produk pengetahuan atau keterampilan yang dihasilkan. Bentuk penilaiannya adalah penilaian autentik yang memperhatikan kinerja, sikap, keterampilan psikomotor, di samping penguasaan pengetahuan. Penilaian sebaiknya tidak berbentuk ujian tertulis saja tetapi juga tes kinerja, tugas-tugas, dan proyek. Ke semuanya tentu saja harus dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan kepada mahasiswa sebelumnya. Penilaian itu sebaiknya terdiri dari penilaian formatif untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk memperbaiki diri dan penilaian summatif untuk mendapatkan nilai akhir/grade Persyaratan Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk menerapkan KBK ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh program studi, yaitu: - tersedianya pendidik yang profesional - Proses pembelajaran oleh dosen bukan sekedar penyajian materi - Peserta didik dianggap memiliki kemampuan awal dan karakteristik masingmasing yang harus diperhatikan untuk kelancaran pembelajaran - Proses pembelajaran membimbing mahasiswa untuk dapat mencapai kompetensi, seperti proses petani mendapatkan panennya Dengan demikian sistem pendukung untuk suksesnya pelaksanaan KBK ini adalah adanya: - SDM - Sarana dan Prasarana - Sertifikasi - Evaluasi program; dan - Penjaminan mutu Indikator keberhasilan dan penjaminan mutu dalam pelaksanaan KBK adalah: Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
16
-
Laju peningkatan penyerapan alumni didunia kerja (graduate employment rate) Tingkat kepuasan alumni (graduate satisfaction) Tingkat kepuasan industri (employer satisfaction) Tingkat kepuasan mahasiswa (student satisfaction) Laju peningkatan nisbah alumni yang lulus tepat waktu Nilai IPK≥ 3
Kesimpulan • • •
Kurikulum berbasis kompetensi kurikulum yang disusun berdasarkan tuntutan kompetensi lulusan yg dibutuhkan profesi dalam situasi dan kondisi tertentu Asumsi penyusunan KBK adalah kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai jika kualitas intelektual dibangun dengan dukungan materi tertentu Dalam pelaksanaan KBK mengutamakan “eksperimen”, atau pengalaman belajar dalam setting (situasi dan kondisi) tertentu untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Daftar Acuan Himma Dewiyana. (2007). Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan. Medan: USU Repository 2008 Materi Training of Trainer untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi . Jakarta:Ditjen Dikti Sudarsono (Prof. Dr. Msc. Guru Besar Fakultas Pertanian - Institut Pertanian Bogor Materi Presentasi KBK ) Tanya jawab seputar KBK. Jakarta: Dikti, 2005 Widyawati. (2006). Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi tanpa Merombak Kurikulum Berbasis Isi. Jakarta: Pertemuan Ilmiah Tahunan IGI Universitas Indonesia Zalatan. K. A. (1998). “Managing to Learn: An Overview of a Competency-Based, Interactive Management Major Curriculum.” Decision Line, July 1998
Disampaikan pada Pelatihan Penyusunan KBK di KOPERTIS 3 Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, HI & Sekretari Jakarta, Juli – Agustus 2008
17