Tugas Mata Kuliah Dosen
: Kelompok 3 : Manajemen Pengetahuan dan Inovasi (MPI) : Dr.Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)
MANAJEMEN PENGETAHUAN MELALUI JURNAL MANAJEMEN AGRIBISNIS TERAKREDITASI DI MB‐IPB Anggota Kelompok : 1. Agustina Widi 2. Iin Yusliana 3. Yayan Ariyanto PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
0 | P a g e
DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN. .............................................................................................................................. 2 1.1. LATAR BELAKANG. ............................................................................................................................ 2 1.2. TUJUAN…………………………………….………….….……… ............................................................................. 3 2. STUDI PUSTAKA. ............................................................................................................................. 4 2.1. PENGERTIAN JURNAL…………….………………………………….……… ......................................................... 4 2.2. PROSES AKREDITASI JURNAL ........................................................................................................... 4 2.3. PERAN ORGANISASI DALAM PENCIPTAAN PENGETAHUAN ............................................................ 6 2.3.1. Model SECI ............................................................................................................................. 6 2.3.2. Tahapan Proses Penciptaan Pengetahuan ............................................................................ 7 2.4. KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI ....................................................................... 9 2.5. KNOWLEDGE SHARING .................................................................................................................. 10 2.6. KONSEP MEKANISME TRASFORMASI PENGETAHUAN DALAM ORGANISASI PEMBELAJAR .......... 12 3. PEMBAHASAN. .............................................................................................................................. 13 3.1. PROSES MANAJEMEN PENGETAHUAN DI MB‐IPB MELALUI PERAN JMA ...................................... 13 3.2. PROSES AKREDITASI JURNAL ......................................................................................................... 15 3.3. PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN PADA SAAT AKREDITASI JURNAL MB‐IPB ......................... 19 3.3.1. Proses Sosialisasi ..................................................................................................................... 19 3.3.2. Proses Eksternalisasi................................................................................................................ 20 3.3.3. Proses Kombinasi .................................................................................................................... 20 3.3.4. Proses Internalisasi .................................................................................................................. 21 3.4. STRATEGI JMA DAPAT MENJADI JURNAL ILMIAH TERAKREDITASI ............................................... 21 4. PENUTUP. ..................................................................................................................................... 24 5. KESIMPULAN. ................................................................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 26
1 | P a g e
1. PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Peranan perguruan tinggi dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja berasal dari kontribusi lulusannya yang bermutu, akan tetapi juga dari hasil penelitiannya yang relevan terhadap pengembangan keilmuan dan kebutuhan pembangunan. Dalam sepuluh tahun terakhir kegiatan penelitian baik di perguruan tinggi maupun instansi pemerintah lainnya meningkat cukup tajam, yang dicerminkan dari jumlah judul penelitian dan pendanaan yang terserap. Hasil‐hasil penelitian baik berupa paten, artikel ilmiah, teknologi tepat guna, atau buku ajar perlu disebarluaskan kepada para dosen atau peneliti lain maupun masyarakat pengguna, termasuk industri yang langsung dapat memanfaatkannya. Khusus untuk publikasi artikel ilmiah, salah satu sistem komunikasi ilmiah yang perlu ditingkatkan adalah berkala‐berkala ilmiah yang diterbitkan baik oleh organisasi profesi, perguruan tinggi, maupun lembaga ilmiah yang secara teknis telah dinyatakan baik. Peranan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja berasal dari kontribusi lulusannya yang bermutu, akan tetapi juga dari hasil penelitiannya yang relevan dengan pengembangan ilmu dan kebutuhan pembangunan. Hasil‐hasil penelitian di IPB baik berupa paten, artikel ilmiah, teknologi tepat guna, atau buku ajar perlu disebarluaskan kepada para dosen atau peneliti lain maupun masyarakat pengguna, termasuk industri yang langsung dapat memanfaatkannya. Khusus untuk publikasi artikel ilmiah, salah satu sistem komunikasi ilmiah yang perlu ditingkatkan adalah jurnal atau berkala ilmiah yang diterbitkan baik oleh organisasi profesi, departemen atau fakultas, maupun pusat‐pusat studi yang secara teknis telah dinyatakan baik. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB‐IPB) sebagai salah satu program studi di IPB bertekad untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan bertaraf internasional. Selain itu MB‐IPB juga berupaya untuk mengembangkan dan menyebarkan konsep manajemen dan bisnis yang berakar kuat pada budaya Indonesia dimana hal tersebut tercantum dalam visi dan misi MB‐IPB. Upaya MB‐IPB untuk menyebarkan konsep manajemen dan bisnis yang tanpa meninggalkan ciri khas IPB yang bergerak dalam bidang pertanian, maka MB‐IPB memfasilitasinya dalam bentuk jurnal atau berkala ilmiah yang disebut dengan Jurnal Manajemen dan Agribisnis (JMA). JMA merupakan jurnal yang memuat informasi hasil kegiatan penelitian, pemikiran konseptual dan review bidang ilmu manajemen agribisnis yang mulai diterbitkan sejak 2004. Sebelumnya JMA terbit 2 (dua) kalid alam setahun, namun sejak 2012 JMA terbit 3 (tiga) kali dalam setahun yaitu Maret, Juli dan November. Sebagai bagian dari IPB, kedepan JMA diharapkan dapat seiring sejalan dengan visi IPB 2032 untuk “Menjadi universitas riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan”. Dengan demikian, JMA sudah memiliki mutu yang sangat baik sehingga terbitannya tersebut akan disitasi oleh peneliti‐peneliti lain baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kata lain memiliki impact factor yang memadai . Proses menjadi jurnal berkualitas dan memiliki impact factor yang sangat baik dapat dilakukan oleh JMA ketika JMA memiliki posisi baik yang ditunjukkan dengan status akreditasinya. Namun demikian, hingga akhir 2013 ini JMA masih terkendala dalam proses status terakreditasinya. Pengajuan akreditasi JMA pada tahun 2012 belum berjalan dengan baik karena ada beberapa penilaian yang belum memadai. Status ini menjadikan JMA mengalami kesulitan untuk mendapatkan artikel ilmiah yang berkualitas dan
2 | P a g e
sesuai dengan keinginan MB‐IPB untuk mengembangkan keilmuan dan menyebarkan konsep manajemen dan bisnis yang berkualitas karena sebagian besar mahasiswa dan dosen di lingkungan internal dan eksternal IPB lebih memilih untuk melakukan publikasi ilmiahnya pada jurnal yang telah terakreditasi lainnya. Hal ini sebagai salah satu imbas dari kebijakan DIKTI bahwa mahasiswa pascasarjana wajib menerbitkan artikel ilmiahnya pada jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional. Jika MB‐IPB tidak segera mengambil bagian dalam penyebaran artikel ilmiah yang berkualitas, maka MB‐IPB akan banyak kehilangan kesempatan untuk mengkomunikasikan dan menyebarkan berbagai ilmu pengetahuan, hasil penelitian, konsep manajemen dan bisnis secara luas kepada masyarakat. Untuk itu pengelola MB‐IPB bertekad untuk segera menyusun strategi agar JMA menjadi jurnal berkala ilmiah yang berstatus terakreditasi dimana tujuan akreditasi adalah untuk meningkatkan kualitas berkala ilmiah di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan komunikasi ilmiah antara peneliti dan masyarakat pengguna untuk mencapai sasaran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan pembangunan di Indonesia. Dengan demikian proses knowledge sharing dapat dilakukan dengan baik oleh MB‐IPB. 1.2. TUJUAN Makalah ini selain bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Pengetahuan dan Inovasi (MPI) juga bertujuan untuk : • Menganalisis proses manjemen pengetahuan di MB‐IPB melalui peran JMA • Menganalisis proses akreditasi jurnal • Menganalisis proses penciptaan pengetahuan pada saat akreditasi jurnal MB‐IPB • Menganalisis strategi yang tepat agar JMA dapat menjadi jurnal ilmiah terakreditasi
3 | P a g e
2. STUDI PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN JURNAL ILMIAH Jurnal sebagai bentuk publikasi berkala sering dipertukarkan dengan majalah, buletin, ataupun warta. Meskipun semuanya sering diembel‐embeli dengan kata ilmiah, namun memiliki makna yang berbeda. Dalam AECT Task Force on Definition and Terminology (1977) membedakan Jurnal (Journal) dengan Majalah (Magazine) terletak pada keragaman materi. Jurnal hanya memuat satu bidang tertentu sedang majalah mencakup materi beberapa bidang. Adapun Buletin (Bulletin) dalam Webter’s New International Dictionary of the English Language dimaknai sebagai informasi singkat dari pihak yang memiliki kewenangan, secara material hampir memiliki kesamaan dengan Warta (Newsletter) seperti dinyatakan dalam Tedd (1990). Keduanya berbeda dengan Jurnal, karena jurnal berisi materi lebih kopmrehensif ketimbang keduanya. Dengan demikian jurnal ilmiah dapat didefinisikan, sebagai bentuk publikasi ilmiah berkala yang memuat hasil kegiatan bidang keilmuan tertentu, baik berupa hasil pengamatan empirik maupun kajian konseptual, yang bersifat penemuan baru, maupun koreksi, pengembangan, dan penguatan terhadap paradigma, konsep, prinsip, hukum, dan teori yang sudah ada. Jurnal ilmiah merupakan sarana komunikasi antar anggota komunitas bidang keilmuan tertentu, ataupun pihak pemerhati bidang keilmuan tersebut. Dengan sarana ini, para ilmuwan berinteraksi satu sama lain dan saling mengisi untuk membangun suatu bidang keilmuan tertentu. Konsewensi dari karakteristik yang mengarah pada “eklusivitas” bidang keilmuan menyebabkan pembaca suatu jurnal ilmiah menjadi relatip terbatas. Keterbatasan pembaca menyebabkan sering penerbitan jurnal ilmiah tidak memiliki kelayakan fiansial. Keberadaan jurnal ilmiah disebabkan kebutuhan nyata masyarakat ilmiah, untuk, (a) memperoleh kritikan, saran, dan masukan lainnya bagi karyanya, (b) pengakuan keilmuan dan promosi jabatan, (c) rujukan terbaru, (d) ide aktual untuk kajian lanjutan, dan (e) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, saat ini untuk kasus di Indonesia, kesinambungan jurnal ilmiah sangat tergantung pada kuatnya komitmen organisasi profesi dan lembaga perguruan tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.2. PROSES AKREDITASI JURNAL ILMIAH Pada tahun‐tahun sebelumnya, jurnal ilmiah terakreditasi dibagi ke dalam tiga kategori yaitu A, dan C. Dalam kurun waktu ini banyak sekali jurnal ilmiah yang terakreditasi, sebab nilai 60‐69 sudah terakreditasi dengan akreditasi C. Namun, dalam perjalanannya tidak banyak jurnal ilmiah yang bermaksud meningkatkan bobot akreditasinya, sementara jurnal ilmiah yang terakreditasi C masih jauh dari harapan untuk mencapai kualitas jurnal ilmiah yang berbobot. Berdasarkan evaluasi yang diselenggarakan oleh Dikti, maka disusunkan pedoman akreditasi yang baru pada tahun 2006 yang menetapkan bahwa jurnal ilmiah dinyatakan terakreditasi jika mereka mendapat nilai minimal 70. Rincian ketentuan baru adalah sebagai berikut. Nilai < 40 sangat kurang, 40‐69 kurang (tidak terakreditasi), nilai 70‐85 terakreditasi B, dan nilai > 85 terakreditasi A. Sejak diberlakukannya pedoman ini, maka banyak jurnal ilmiah di Indonesia yang gagal dalam mendapatkan skor minimal tersebut.
4 | P a g e
Seiring perkembangan, maka DIKTI kembali menerbitkan Peraturan Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah Nomor 49/DIKTI/Kep/2011. Pedoman akreditasi terbitan berkala ilmiah ini terdiri atas 122 indikator yang menjadi penjati diri sebuah terbitan berkala ilmiah, yang merupakan kriteria untuk menentukan peringkat dan status akreditasi suatu terbitan berkala ilmiah. Indikator ini tidak memiliki nilai yang sama dalam kegiatan pengevaluasian sehingga diperlukan pembobotan yang berbeda agar diperoleh hasil yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Nilai dan pembobotan diukur berdasarkan dimensi fisik atau tampilan, manajemen, dan substansi yang diperinci ke dalam berbagai segi dengan bobotnya masing‐masing, yaitu: Penamaan Terbitan Berkala Ilmiah (3), Kelembagaan Penerbit (5), Penyuntingan (18), Penampilan (8), Gaya Penulisan (13), Substansi Isi (40), Keberkalaan (9), dan Penyebarluasan (4). Selanjutnya Disinsentif (–20) diberlakukan bila terjadi penyimpangan terhadap kewajiban yang seharusnya dipenuhi oleh terbitan berkala ilmiah. Setiap segi dalam pedoman evaluasi dijabarkan menjadi beberapa variabel yang terdiri atas satu atau lebih indikator. Berdasarkan data yang dapat diambil langsung dari sejumlah nomor terbitan dan/atau volume (jilid), serta bersumberkan keterangan yang diberikan oleh pengelola suatu terbitan berkala ilmiah, setiap butir indikator diberi nilai secara kuantitatif. Agar pengevaluasian dapat dilakukan dengan cepat, untuk setiap variabel disuguhkan seperangkat pilihan masing‐masing dengan angka atau skor yang merupakan angka mutlak untuk setiap butir indikator. Dengan demikian, skor yang dapat diraih suatu terbitan berkala ilmiah untuk akreditasi adalah jumlah absolut skor, yang perhitungannya sudah dibobot. Suatu terbitan berkala ilmiah dinyatakan terakreditasi apabila paling sedikit memperoleh skor ≥ 70. Kunci utama untuk memperoleh akreditasi adalah manajemen jurnal ilmiah yang baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan diskusi manajemen berkala ilmiah dalam rangka meningkatkan kualitas berkala ilmiah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh tim manajemen suatu jurnal ilmiah agar jurnal yang mereka kelola dalam waktu yang relative pendek menjadi jurnal ilmiah berbobot yang ditandai oleh terakreditasinya jurnal tersebut. Berikut uraiannya: 1. Memahami Kebijakan Pengembangan Berkala Ilmiah Nasional. 2. Format yang konsisten. 3. Teknik penyuntingan yang cermat. Dalam topik ini perlu diperhatikan butir‐butir penting yang perlu dicermati dalam menilai suatu naskah yang akan dimuat, mulai dari penyuntingan judul artikel sampai daftar pustaka. 4. Organisasi penerbitan yang standard. Kiat berikut bisa diacu: (a) menampung naskah dari penulis, menghimpun artikel dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan, (b) melaksanakan kode etik penyuntingan, mengelola naskah (c) memperoleh dana dari iklan, (d) memperluas pemasaran di kalangan perguruan tinggi, lembaga litbang, baik pemerintah, industri, swasta, serta himpunan profesi, (e) memelihara hubungan baik dengan pelanggan melalui peningkatan teknik komunikasi, (f) meningkatkan jumlah tiras dan sirkulasi, (g) meluaskan distribusi berkala dari segi geografis, dan (h) menata organisasi dan personalia sesuai dengan kebutuhan penerbitan berkala ilmiah. 5. Pengendalian mutu berkala Ilmiah yang berkesinambungan. 6. Latihan yang terus menerus dalam hal: (a) berlatih menyunting naskah artikel, hambatan dalam manajemen pengelolaan berkala ilmiah, (b) simulasi untuk mengajukan akreditasi.
5 | P a g e
(c) berbagi pengalaman mengatasi hambatan dan pengelolaan berkala ilmiah, dan (d) menerima umpan balik dari pihak lain untuk meningkatkan mutu berkala. 2.3. PERAN ORGANISASI DALAM PENCIPTAAN PENGETAHUAN Menurut Nonaka (1991) ada dua jenis knowledge yang terdapat dalam setiap organisasi, yaitu tacit dan explicit knowledge. Tacit knowledge meliputi model mental, kepercayaan (beliefs), dan persuasi dari setiap pekerja. tacit knowledge ini ada di dalam individu dan sulit diekspresikan dengan kata‐kata. Dalam kebanyakan organisasi tacit knowledge ini jarang disaling bagikan (shared) atau dikomunikasikan. Oleh karena itu knowledge ini akan hilang manakala individu yang memilikinya meninggalkan organisasi. Tacit knowledge juga dapat dipandang sebagai knowledge yang terdapat didalam budaya organisasi, misalnya motivasi dan kemampuan adaptasi yang ditunjukkan oleh pekerja yang bekerja pada suatu budaya perusahaan tertentu, termasuk gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran, dan sebagainya. Explicit Knowledge adalah knowledge yang dapat dikodifikasi, dapat dibagikan dan dikomunikasikan kepada orang lain. knowledge eksplisit dapat diungkapkan dengan kata‐kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk. Sebagian besar organisasi telah melakukan proses pengelolaan knowledge melalui pengambilan (capturing), penyimpanan (storing), diolah dalam suatu sistem, atau teknologi operasi tertentu sehingga tersedia dan dapat digunakan oleh semua anggota organisasi. Contoh dari knowledge eksplisit ini adalah manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya. Lebih jauh Nonaka dan Takeuchi (1995), menyatakan suatu organisasi menciptakan pengetahuan melalui interaksi antara tacit knowledge dengan explicit knowledge. Mereka menyebut interaksi antara kedua jenis pengetahuan tersebut sebagai ‘konversi pengetahuan’ (knowledge conversion). Pemahaman terhadap hubungan timbal balik ini adalah kunci untuk memahami proses penciptaan pengetahuan. Pengetahuan diciptakan melalui interaksi antar individu dengan muatan dan jenis pengetahuan yang berbeda. Melalui proses ‘konversi sosial’ ini, tacit knowledge dan explicit knowledge akan semakin berkembang, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. 2.3.1. Model SECI Salah satu teori yang paling terkenal dari pembentukan pengetahuan organisasi adalah Spiral Pengetahuan Nonaka (Nonaka’s Spiral of Knowledge). Sejak artikel dasar pertamanya pada tahun 1991, Nonaka telah mengembangkan teori ini lebih lanjut bekerja sama dengan beberapa penulis lain. Tujuan utama dalam mengembangkan model ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana membuat pengetahuan organisasi sehingga organisasi dapat mengerti bagaimana mereka dapat memaksimalkan manajemen, aplikasi, dan transfer pengetahuan ini. Pengetahuan diciptakan melalui interaksi antara manusia dan struktur lembaga sosial. Tindakan kita dan interaksi dengan lingkungan membentuk dan membangun pengetahuan melalui proses konversi pengetahuan tacit dan explicit (Nonaka, 1991, Nonaka & Takeuchi, 1995). Argumen dasar adalah bahwa penciptaan pengetahuan merupakan proses sintesis melalui organisasi yang berinteraksi dengan individu dan lingkungan untuk mengatasi kontradiksi wajah organisasi yang muncul. Hal ini merupakan 6 | P a g e
interkoneksi antara agen dan struktur yang membuat proses pengetahuan terjadi sebagai interaksi dinamis antar‐link dari tingkat individu‐ke‐masyarakat. Nonaka (1991) menyatakan bahwa organisasi belajar bermula dari proses interaktif, internalisasi dan eksternalisasi knowledge. Organisasi belajar tersebut terjadi pada bagian interseksi dari tacit dan explicit knowledge selama berlangsungnya interaksi antar pekerja, departemen, atau tim di dalam organisasi. Di dalam perusahaan yang senantiasa menciptakan‐pengetahuan, pengetahuan diciptakan melalui spiral SECI, yaitu empat modus konversi antara tacit knowledge dan explicit knowledge sebagai berikut:
Gambar 1. Proses SECI 2.3.2. Tahapan Proses Penciptaan Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi (1995), berdasarkan analisis mereka pada perusahaan‐perusahaan Jepang yang inovatif, mengusulkan suatu model di mana proses penciptaan pengetahuan dikembangkan melalui lima tahap sebagai berikut: Sharing Tacit Knowledge Tahap pertama ini berhubungan dengan modus socialization dari konversi pengetahuan. Di tahap ini, individu‐individu dari area fungsional yang berlainan berbagi ketrampilan dan pengalaman mereka serta bekerja bersama‐sama menuju ke arah tujuan bersama. Mereka berinteraksi dan berdialog satu sama lain secara face‐to‐face dalam suatu tim yang self‐organizing. Dari proses interaksi tersebut, akan muncul sebuah shared tacit mental model, yang terbentuk dari kumulasi tacit knowledge dari seluruh anggota tim. Proses sosialiasi (socialization) merupakan proses yang paling dasar dalam melakukan penyebarluasan suatu pengetahuan. Pada proses sosialisasi terjadi interaksi social antar individu
7 | P a g e
sehngga terjadi interaksi antara pengetahuan tacit, umumnya bentuk proses sosialisasi adalah diskusi, cerita, ataupun sharing (berbagi) pengalaman. Menciptakan Konsep Tahap kedua ini berhubungan dengan modus externalization dari konversi pengetahuan. Pada tahap ini, dialog dalam tim terus berlanjut secara intensif untuk mengkristalkan shared tacit mental model yang dihasilkan dari tahap pertama, untuk kemudian mulai mencoba melakukan verbalisasi model dimaksud ke dalam kata‐kata dan konsep yang lebih eksplisit. Untuk melakukan konversi tacit knowledge menjadi eksplisit ini dapat digunakan berbagai pemikiran dan metoda komunikasi seperti antara lain metode deduksi‐induksi, pemikiran dialektis, pertentangan dan paradoks, kiasan (metafora), dan analogi. Proses dilakukan secara iteratif, dimana setiap anggota tim secara kreatif melakukan brainstorm berbagai gagasan dan kemungkinan. Proses eksternalisasi (externalization) merupakan proses pengubahan/penerjemahan pengetahuan dalam bentuk tacit menjadi pengetahuan yang explicit (nyata), umumnya dalam bentuk tulisan ataupun gambar. Proses externalisasi tersebut dapat membantu pengubahan tacit seseorang ke dalam bentuk pengetahuan explicit yang dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain. Menjustifikasi Konsep Di tahap yang yang ketiga ini, konsep yang diciptakan pada tahap kedua di atas dievaluasi pada level organisasi untuk dilihat apakah konsep tersebut sejalan dengan tujuan organisasi, bahkan lebih luas lagi, apakah sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat secara luas. Proses evaluasi menggunakan ukuran‐ ukuran pertimbangan seperti biaya, margin keuntungan, dan sebagainya sehingga dapat terlihat sejauh mana konsep tersebut dapat berperan untuk pertumbuhan perusahaan. Ukuran‐ukuran pertimbangan tersebut dirumuskan oleh manajemen puncak dan manajemen menengah, berdasarkan pada pemahaman mereka atas visi, misi, dan strategi organisasi. Membangun Suatu Archetype Tahap keempat ini berhubungan dengan modus combination dalam konversi pengetahuan. Di tahap ini, konsep yang telah diuji pada tahap ketiga diubah menjadi sesuatu yang tangible atau konkret, yang disebut archetype. Dalam kasus pengembangan produksi barang, suatu archetype bisa jadi berupa suatu prototipe fisik dari produk tersebut. Atau, dalam kasus pelayanan jasa (pengembangan organisasional misalnya), dapat berupa suatu “mekanisme operasional. Archetype dibangun dengan mengombinasikan antara explicit knowledge yang baru saja diciptakan dengan explicit knowledge yang telah ada dan berjalan. Proses kombinasi (combination) terjadi penyebarluasan dan/atau pengembangan dari pengetahuan‐pengetahuan eksplisit yang telah ada. Pengetahuan yang telah terdokumentasikan dapat disebarluaskan melalui suatu pertemuan dalam bentuk dokumen ataupun melalui suatu proses pendidikan atau pelatihan. Pengetahun dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggabungkan dan/atau mengolah berbagai pengetahuan dapat juga mencakup data dan/atau informasi yang telah ada sehingga didapatkan ataupun dihasilkan suatu pengetahuan baru. 8 | P a g e
Cross‐leveling Pengetahuan Tahap kelima ini berhubungan dengan modus internalization dalam konversi pengetahuan. Di tahap ini, konsep yang telah diciptakan, dijustifikasi, dan dibuat modelnya, digunakan untuk mengaktivasi siklus‐ siklus baru penciptaan pengetahuan lainnya. Di dalam organisasi yang sama, pengetahuan yang telah dibuat dalam bentuk archetype, dapat mendorong penciptaan pengetahuan di departemen atau unit yang lain, seperti halnya pada tingkat yang berbeda dari organisasi itu. Pengetahuan yang baru ini juga dapat menginisiasi penciptaan pengetahuan di pihak pelanggan, para penyalur, pesaing, dan pihak‐pihak lain yang terkait dengan organisasi. Proses internalisasi (internalization), terjadi perubahan pengetahuan explicit menjadi pengetahuan tacit, umum dilakukan melalui proses belajar dan/atau penelitian yang dilakukan ataupun pengalaman yang dilalui oleh setiap individu 2.4. KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI Knowldege management menjadi bidang yang penting dalam proses pembelajaran sebuah organisasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi harus mampu memberikan kemajuan bagi organisasi itu sendiri. Agar organisasi dapat bertahan hidup, maka diwajibkan agar setiap orang yang ada di dalam organisasi sharing pengetahuan. Untuk itu dibutuhkan manajemen yang kuat agar pengetahuan tersebut mengakar di setiap individu dalam organisasi dan tidak hilang begitu saja dengan didukung infrastruktur untuk penyebaran informasi di lingkungan organisasi. Knowledge saat ini dipandang sebagai sumber daya strategis yang penting bagi perusahaan untuk dapat memiliki keunggulan bersaing. Kesuksesan perusahaan menghasilkan keunggulan bersaing bergantung pada kemampuan perusahaan mengakuisisi dan mengasimilasi knowledge potensial, absorptive capacity dan mentranformasi dan mengploitasi knowledge realized absorptive capacity Pengetahuan telah menjadi sesuatu yang sangat menentukan, oleh karena itu perolehan dan pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan kinerja organisasi. Langkah ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam menghadapi persaingan yang mengglobal. Dari sinilah istilah manajemen pengetahuan berkembang sebagai suatu bagian penting dan strategis dalam pengelolaan organisasi. Ada beberapa faktor penting yang menjadi pertimbangan wajib dalam melaksanakan proses Knowledge Transfer (KT). Faktor tersebut adalah faktor kognitif, faktor budaya, faktor motivasi dan faktor change management : • Faktor kognitif : Salah satu teknik untuk membuat proses KT dalam berjalan dengan cepat dan efektif adalah dengan memecah mecah knowledge yang akan ditransfer menjadi paket paket kecil. Dnegan cara ini, maka sekali proses KT dilakukan, maka knowledge akan di transfer secara streamline • Faktor budaya : Latar belakang social budaya tertentu yang memberikan arti yang tepat sehingga knowledge dapat diterima dan membenam dengan hanya membutuhkan sedikit langkah. Ada budaya utama dan yang paling besar yang biasanya paling berpengaruh pada diri setiap manusia, budaya dimana dia dibesarkan. Pada kasus KT, latar belakang budaya merupakan alat untuk menetapkan nilai dan kepercayaan yang diberikan konteks dan cara pandang
9 | P a g e
•
•
Faktor Motivasi : Ada lima hirarki kebutuhan manusia, mulai dari level yang paling bawah (makanan, perlindungan dan pakaian) sampai level yang paling tinggi (aktualisasi diri). Usaha untuk mencukupi kebutuhan ini akan menjadi motivasi manusia untuk melakukan tindakan. Setiap orang selalu berada pada kondisi level kebutuhan tertentu yang akan memotivasi orang tersebut untuk melakukan sesuatu Change Management : Implementasi sistem informasi umumnya berdampak pada terjadinya perubahan yang radikal. Perubahan redikal terjadi bukan karena pemanfaatan teknologi informasi melainkan karena berubahnya strategi perusahaan, yaitu : a. Perubahan budaya dan nilai nilai dasar perusahaan b. Perubahan arah / fokus bisnis c. Perubahan cara kerja unuk meningkatkan efisiensi, peningkatan penghasilan, atau pemakaian sumber daya
2.5. KNOWLEDGE SHARING
Knowledge sharing didefinisikan sebagai sebuah proses dimana individu‐individu yang sering terlibat saling bertukar knowledge baik berupa tacit maupun eksplisit dan digunakan untuk menemukan knowledge baru. Berdasarkan definisi tersebut knowledge sharing adalah proses mengkomunikasikan pengetahuan dalam sebuah grup. Grup ini dapat terdiri dari anggota institusi formal, misalnya antar kolega di tempat kerja. Setidaknya dua orang yang berinteraksi. Tujuan mendasar adalah memanfaatkan pengetahuan yang tersedia untuk meningkatkan kinerja kelompok. Dengan kata lain, individu membagi apa yang telah mereka pelajari dan mentransfer apa yang telah mereka ketahui, kepada mereka yang memiliki kepentingan bersama dan telah menemukan pengetahuan yang bermanfaat. Knowledge sharing merupakan proses penyebaran pengetahuan dari seseorang kepada orang lain dalam suatu organisasi, dan merupakan satu dari proses manajemen pengetahuan (knowledge management). Fokus dari knowledge management adalah sejauhmana knowledge sharing dapat menciptakan manfaat nilai tambah bagi organisasi (Liebowitz, 2001). Dalam proses manajemen pengetahuan adalah sejauhmana membuat pengetahuan individu menjadi pengetahuan organisasi dan berfungsi sebagai isu utama dalam organisasi (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Inti dari knowledge management adalah knowledge sharing karena melalui knowledge sharing terjadi peningkatan value dari knowledge yang dimiliki organisasi. Seseorang yang melakukan knowledge sharing tidak akan kehilangan knowledge yang dimilikinya tetapi justru melipat gandakan nilai dari knowledge tersebut apabila sudah dimiliki dan dimanfaatkan oleh banyak orang. Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan konsep dasar dari manajemen pengetahuan dan telah menjadi fokus penting dalam manajemen pengetahuan karena pengetahuan dipandang sebagai sumber daya yang paling bernilai stratejik yang dimiliki organisasi (Cumming, 2003), sumber utama bagi penciptaan nilai (Nonaka & Takeuchi, 1995), dan merupakan cara penting bagi keunggulan kompetitif (Liao, 2007; Lin,2007) Prosesnya terdiri dari mengumpulkan, mengatur dan bercakap‐cakap dari satu orang ke yang lain tentang pengetahuan. Proses berbagi tidak sekedar mengumpulkan data dan informasi tetapi lebih kepada nilai pengetahuan. Oleh karena itu, jika dikelola dengan baik, berbagi pengetahuan dapat 10 | P a g e
meningkatkan kualitas kerja dan keterampilan membuat keputusan, pemecahan masalah secara efisiensi serta kompetensi yang akan menguntungkan organisasi. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Jacobson (2006) dalam Prayitno (2010), yang menyatakan knowledge sharing adalah sebuah pertukaran pengetahuan antar dua individu; satu orang yang mengkomunikasikan pengetahuan, seorang lainnya mengasimilasi pengetahuan tersebut. Tujuan Knowledge sharing antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai wadah berbagi pengetahuan dan kolaborasi dalam rangka membantu pekerjaan sehari‐ hari 2. Untuk menggali potensi pengetahuan yang ada di masing‐masing pegawai demi membangun pengetahuan perusahaan/organisasi (corporate knowledge) yang relevan terhadap strategi bisnis perusahaan. 3. Sebagai wadah untuk mengembangkan continuous improvement dan membangun disiplin perencanaan dan pendokumentasian sesuai dengan implementasi ISO. 4. Sebagai wadah utama untuk menumbuhkembangkan inovasi‐inovasi yang berasal dari pegawai. Didalam semua kegiatan perusahaan knowledge sharing (KS) harus dapat memberikan peranan penting dalam perusahaan dengan tujuan agar semua komponen diperusahaan merasa bertanggung jawab terhadap kehidupan perusahaan Knowledge sharing juga akan menimbulkan learning organization, untuk memberikan knowledge kepada orang lain, dan tentunya ini merupakan suatu proses belajar dari pengalaman orng lain. Namun, kegiatan sharing ini juga tidak semudah itu dilaksanakan oleh perusahaan, ada beberapa hal yang dapat menghambat proses sharing, antara lain : Knowledge is power : Knowledge yang dimiliki oleh seseorang menjadi sebuah kekuatan tersendiri, dan jika harus dibagikan kepada orang lain, justru akan merugikan dirinya, karena akan akan merasa tersaingi Not Incented Here : Setiap orang memiliki cara belajar tersendiri, sehingga jika ia merasa bukan cara belajar yang ia ciptakan, maka ia tidak mau belajar Lack of support from management : Banyak oraganisasi yang tidak memfasilitasi pada karyawannya untuk belajar. Perusahaan tersebut menganggap bahwa dengan belajar justru akan mengurangi produktifitas kerja karena mengurangi jam kerja para karyawannya Organisasi yang ingin menjadi sebuah learning organization harus mengetahui komponen‐komponen yang terdiri dari : a. System thinking : Kita harus melihat segala sesuatu yang ada diperusahaan sebagai sebuah kesatuan, bukan sesuatu yang bersifat individual b. Shared vision :Sebagai pemimpin, pasti memiliki visi tersendiri yang belum tentu dimiliki oleh para anak buahnya, oleh sebab itu, perusahaan memfasilitasi dan mengatur agar terjadi sinergi antara visi yang dimiliki oleh sang pemimpin dengan para anak buahnya c. Personal Mastery : Komponen ini meliputi keinginan atau komitmen yang muncul dari seseorang untuk melakukan pembelajaran. Biasanya, seseorang tumbuh dan belajar dibidang yang ia minati dan menjadi bidang inti (core) dalam proses pembelajaran d. Mental methode : Secara mental, jika da nilai‐nilai yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran dalam sebuah organisasi, maka harus ada nilai‐nilai baru yang sesuai untuk dimasukkan kedalamnya
11 | P a g e
e. Team learning : Setiap individu memiliki knowledge dan pengalaman tersendiri, dan hal ini haruslah dibagikan kepada orang lain agar menjadi sebuah tim yang dapat menghasilkan knowledge bersama disebuah organisasi 2.6. KONSEP MEKANISME TRASFORMASI PENGETAHUAN DALAM ORGANISASI PEMBELAJAR Transformasi pengetahuan ini bergantung dengan mental dan budaya untuk setiap individu sehingga aktualisasi aktivitas di dalam organisasi akan dilandasi pada keyakinan baru sebagai kesepakatan bersama (anggota organisasi bekerja dengan spirit baru). Berdasarkan model mental organisasi yang disepakati bersama inilah mereka kemudian mengakutalisasikan pengetahuannya menjadi strategi, program, sistem/dokumen baru sebagai pedoman kerja seluruh anggota. Faktor yang penting dalam Implementasi Knowledge Management • Manusia Baik berupa tacit knowledge ataupun explicit knowledge yang mampu di‐sharing/transfer dalam institusi atau organisasi. • Leadersihp Keberhasilan KM didukung peran pemimpin dalam membangun visi yang kuat dengan menggalang dan mengarahkan partisipasi semua anggota organisasi dalam mewujudkan visinya. • Teknologi Dukungan infrastruktur yang kuat dalam penyebaran informasi pada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula. • Organisasi Aspek pengaturan yang jelas dalam hal ini termasuk reward yang berpartisipasi dalam penyebaran informasi • Learning Kemauan belajar untuk setiap individu sehing‐ga muncul ide‐ide, inovasi dan knoeledge baru, yang menjadi komoditas utama dalam KM.
12 | P a g e
3.PEMBAHASAN 3.1. PROSES MANAJEMEN PENGETAHUAN DI MB‐IPB MELALUI PERAN JMA Penelitian adalah bagian dari pembelajaran dan pendidikan sebagai upaya akademik untuk menemukan solusi ilmiah bagi persoalan‐persoalan manusia atau proses penciptaan pengetahuan baru. Di dalam kegiatan riset, terkandung sekaligus tiga aspek “ isi kognitif” dari ilmu pengetahuan, yakni foci of attention, tingkat perkembangan, dan isi intelektual (Cole, 1992). Ketiga aspek tersebut tercermin di kegiatan pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi dalam bentuk berbagai penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah dan bidang tertentu. Pengetahuan yang tercipta dari hasil riset harus mampu menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa. Media yang dapat digunakan untuk menyebarkan pengetahuan adalah jurnal ilmiah. Jurnal dapat menjadi media untuk penyebaran berbagai ilmu pengetahuan yang pada akhirnya dapat dibaca dan disitasi oleh pihak eksternal sehingga dapat mendukung berbagai penelitian baru yang menghasilkan penelitian baru berikutnya. MB‐IPB yang memiliki ranah keilmuan di bidang manajemen dan bisnis dalam proses manajemen pengetahuan dapat melakukannya melalui jurnal. Berbagai artikel ilmiah yang merupakan hasil dari pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia yang secara spesifik membahas mengenai manajemen dan agribisnis dapat disebarluaskan melalui JMA yang dimiliki MB‐IPB. Dengan membandingkan berbagai jenis jurnal yang diterbitkan oleh organisasi profesi maupun institusi tertentu, dapat diperoleh masukan untuk menyusun kriteria dan bentuk yang tepat dari suatu jurnal. Perangkat penilaian yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yaitu No.49/DIKTI/KEP/2011 tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah dapat dijadikan butir‐butir kriteria, terutama jika diarahkan untuk menuju jurnal yang terakreditasi. Jika masing‐masing butir dicermati dan dilaksanakan dengan baik, niscaya jurnal yang dikelola akan dapat berjalan lancar. Banyak jurnal berakreditasi sudah mulai kebanjiran naskah artikel sehingga untuk dapat dimuat terpaksa harus menunggu. Keharusan menunggu, serta alasan lain yang bersifat prioirity, menyebabkan adanya kebutuhan untuk mengelola jurnal ilmiah secara mandiri. Sehingga berbagai informasi sehubungan dengan isi, dan format jurnal, serta rambu‐rambu untuk memperoleh akreditasi menjadi penting. Maka dalam tulisan ini masalah‐masalah tersebut akan dicoba dielaborasi, dengan harapan peserta diklat memperoleh gambaran lengkap mengenai hal tersebut. Melihat batasan, karakteristik, dan tujuan maka jurnal ilmiah seyogyanya memuat (a) kumpulan informasi terbaru, (b) hasil objektif dari sebuah kajian ilmu, dan (c) rekomendasi. Untuk memperoleh bahan seperti yang dimaksud, maka langkah‐langkah metode keilmuan, suka ataupun tidak, harus dilakukan. Direktorat Pengembangan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DP3M) Depdikbud mengarahkan hendaknya isi jurnal ilmiah, adalah hasil penelitian. Walaupun demikian, dimungkinkan pemuatan artikel konseptual dan telaah (review) buku baru.
13 | P a g e
Artikel dalam jurnal diharapkan tetap aktual dan berguna meskipun penulisan artikel tersebut telah dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Dengan kata lain tetap dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan. Hasil penelitian empiris merupakan ladang yang tidak pernah kering sebagai sumber artikel dalam jurnal ilmiah. Malahan artikel hasil penelitian adalah tulisan yang paling sering dimuat dalam jurnal ilmiah. Sehingga ada identifikasi bahwa jurnal ilmiah adalah kumpulan artikel hasil penelitian empiris. Walaupun hal itu tidaklah tepat benar, karena dimungkinkan jurnal ilmiah untuk memuat artikel kajian konseptual. Sebelum ditampilkan sebagai artikel dalam jurnal ilmiah, laporan penelitian harus disusun kembali agar memenuhi tata tampilan karangan sebagaimana yang dianjurkan oleh dewan penyunting jurnal yang bersangkutan dan tidak melampaui batas panjang karangan. Secara umum DP3M Depdikbud dalam Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat edisi V (1999) telah menggariskan tentang tata cara penyusunan sebuah artikel hasil penelitian. Akan tetapi untuk kepentingan publikasi perlu diperhatikan gaya selingkung yang dikembangkan oleh jurnal yang bersangkutan. Artikel hasil kajian konseptual memiliki bobot yang sama dengan artikel yang berasal dari hasil kajian empirik (penelitian). Selama kajian konseptual tersebut dilakukan dengan mengikuti langkah‐langkah dan cara‐cara yang lazim dikenal secara meluas dalam dunia keilmuan, atau setidak‐tidaknya diakui oleh komunitas bidang keilmuannya. Artikel konseptual adalah refleksi pemikiran dalam bentuk tulisan atas suatu permasalahan keilmuan tertentu setelah mengkaji tulisan‐tulisan yang relevan dengan permasalahan tersebut. Bahan tulisan relevan tersebut baik berupa artikel‐artikel konseptual lainnya, laporan penelitian yang telah diterbitkan lebih dahulu, maupun teori‐teori dasar yang dapat digali dari buku‐buku teks. Hal pokok yang menjadi dasar penilaian bermutu atau tidaknya jenis artikel ini, antara lain pada konsistensi pendapat atau pendirian penulis yang dikembangkan, mensikapi pikiran‐pikiran sebelumnya yang pernah ada dalam mengupas permasalahan serupa. Dengan demikian orisinalitas dan aktulitas tulisan yang lahir dari pemikiran kritis penulis merupakan kekuatan utama jenis tulisan ini. Artikel jenis ini kerap sering dipenuhi dengan potongan‐potongan pemikiran penulis sebelumnya, sehingga artikel menjadi kumpulan pendapat orang, tanpa sodoran pemikiran baru dari penulis yang bersangkutan terhadap masalah yang disorot. Kecenderungan itu menyebabkan artikel jenis ini diapresiasi kurang baik, atau setidaknya‐tidaknya dianggap kurang berbobot ketimbang hasil penelitian empiris. Untuk memposisikan jenis artikel ini pada persepsi yang tepat, maka tim penyunting harus bekerja keras untuk moses elihat secara jernih mutu tulisan ini secara menyeluruh. Artikel jenis ini yang hanya menghimpun bahkan memotong tulisan orang lain tidak layak dimuat karena memang kurang pantas dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Oleh sebab itu, kebiasaan seperti itu sama sekali tidak memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jurnal Manajemen dan Agribisnis sudah seharusnya mengambil peran dalam menyebarkan kumpulan informasi terbaru, hasil objektif dari sebuah kajian ilmu, dan rekomendasi dalam bidang keilmuan manajemen dan agribisnis di Indonesia. Dengan adanya JMA, berbagai pengetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh civitas akademika IPB dan civitas akademika secara luas di Indonesia dapat disebar luaskan secara berkala. Terbitan yang dilakukan 3 (tiga) kali dalam satu tahun setidaknya mampu menerbitkan 18 artikel ilmiah berkualitas.
14 | P a g e
3.2. PROSES AKREDITASI JURNAL Akreditasi jurnal merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas berkala ilmiah di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan komunikasi ilmiah antara peneliti dan masyarakat pengguna untuk mencapai sasaran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan pembangunan di Indonesia. Jurnal yang sudah terakreditasi memiliki posisi penting dalam penyebaran ilmu pengetahuan yang berkualitas karena jurnal tersebut telah secara ketat menyeleksi berbagai artikel yang diterimanya. Agar menjadi jurnal terakreditasi maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen DIKTI mengeluarkan peraturan agar suatu jurnal memiliki status terakreditasi. Adapun berbagai tahapan untuk akreditasi jurnal antara lain : 1. Menentukan Nama Jurnal: Sebaiknya spesifik. MB‐IPB dalam hal ini telah menentukan nama jurnalnya secara spesifik yaitu hanya pada bidang manajemen dan agribinis yang dinamai Jurnal Manajemen dan Agribisnis (JMA). Dengan nama yang spesifik tersebut, selain ranah keilmuan manajemen dan agribisnis tidak dapat mengirimkan artikelnya ke JMA. 2. Menyusun ketua dan anggota dewan redaksi. Dewan redaksi terdiri dari para ahli di bidang yang sesuai dengan lingkup jurnal. MB‐IPB memiliki dewan redaksi yang terdiri dari : • Ketua Penyunting • Wakil Ketua Penyunting • Anggota Penyunting ahli (Mitra bestari) • Penyunting Pelaksana Jika dilihat dari susunan dewan redaksi yang ada di JMA, terlihat bahwa dominasi dewan redaksi masih berasal dari MB‐IPB. Dewan redaksi yang diharapkan ke depan dapat berasal dari berbagai institusi di luar IPB yang memiliki lingkup keilmuan yang relevan dengan bidang ilmu manajemen dan bisnis. Adapun kualifikasi dari mitra bestari dan dewan penyunting sebaiknya memperhatikan hal‐hal sebagai berikut : Kualifikasi mitra bestari • Keinternasionalan kepakaran mitra bestari ditentukan oleh jumlah publikasi berbahasa asing, keseringan karya/pendapatnya diacu secara luas, keterlibatan kecendekiaannya dalam forum ilmiah internasional, dan bentuk‐bentuk pengakuan berbobot lain. • Mitra bestari dinyatakan berkaliber internasional jika dalam 3 tahun terakhir sekurang‐ kurangnya pernah menulis sebuah artikel (sebagai penulis utama atau penulis korespondensi) yang terbit di berkala bereputasi internasional. • Mitra bestari berkaliber nasional jika dalam 3 tahun terakhir sekurang‐kurangnya pernah menulis sebuah artikel (sebagai penulis utama atau penulis korespondensi) yang terbit dalam berkala terakreditasi. Kualifikasi Dewan Penyunting : • Berkualifikasi dan berpengalaman yang punya waktu, kemauan, kemampuan, dan komitmen. • Pengangkatan sebagai anggota sidang penyunting bukan karena jabatan struktural ex officio tetapi karena kualifikasi kespesialisan seseorang. • Organisasi dan penggarisan wewenang serta tugas (misalnya penyunting penyelia, penyunting pelaksana, penyunting tamu) dinyatakan tegas dan gamblang. 15 | P a g e
•
Anggota sidang penyunting diusahakan melibatkan pakar dari berbagai lembaga dan/atau negara. • Sedapat‐dapatnya cakupan bidang keilmuan lengkap terwakili oleh anggotanya dalam sidang/dewan penyunting. 3. Menyusun pedoman penulisan, proses evaluasi, serta desain sampul depan jurnal JMA telah membuat pedoman penulisan, proses evaluasi serta desain sampul. Namun demikian jika kita lihat di http://jma.mb.ipb.ac.id telihat bahwa panduan yang diberikan tidak secara rinci membahas tentang standar substansi, hanya membahas format artikel yang masih kurang update. Sudah seharusnya JMA dapat memperbaiki pedoman penulisan dan proses evaluasi yang dimilikinya sehingga ketika seseorang akan menyerahkan artikel ilmiahnya sudah dapat memperhatikan berbagai pedoman yang ada, dengan demikiann sejak awal kualitas artikel baik secara format maupun substansi dapat terjaga. 4. Menyiapkan naskah untuk penerbitan perdana, dan judul‐judul artikel untuk dua penerbitan berikutnya. Menyiapkan naskah dapat dilakukan dengan meminta pihak tertentu seperti mahasiswa, dosen, peneliti ataupun praktisi menulis artikel ilmiah sesuai dengan tema utama jurnal. Artikel tersebut harus diperhatikan secara teliti mengenai substansi, format, tampilan dan sumbangannya terhadap pengetahuan. 5. Mengajukan Permohonan nomor ISSN ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Beberapa persyaratan yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut: a. Melampirkan halaman editorial jurnal yang memuat nama Ketua dan anggota dewan redaksi, penerbit, serta informasi untuk penulis b. Melampirkan Daftar isi dari terbitan pertama, dan juga judul‐judul artikel untuk 2 penerbitan berikutnya. c. Mengisi Formulir Isian Data Bibliografi Majalah (Lampiran I) d. Mengisi Formulir Evaluasi ISSN (Lampiran II) e. Membayar biaya administrasi. Jurnal yang telah mendapatkan nomor ISSN akan diberi barcode yang harus dimunculkan di halaman sampul jurnal. 6. Setelah jurnal diterbitkan, jurnal memiliki kewajiban untuk mengirimkan kopi jurnal ke PDII LIPI dan ke Perpustakaan Nasional. Selain proses akreditasi jurnal di atas, tidak kalah penting adalah manajemen pengelolaan naskah ilmiah. Pengelola jurnal harus dapat melakukan manajemen pengolahan naskah, sehingga naskah yang akan diterbitkan merupakan naskah yang berbobot. Adapun proses manajemen pengelolaan naskah diantaranya sebagai berikut : y Penerimaan naskah dan pemeriksaan pendahuluan yang terdiri dari : 9 Tanggal penerimaan naskah. 9 Pengiriman naskah. 9 Jumlah rangkap atau kopi yang dikirimkan. 9 Nama dan alamat pengarang. 9 Judul naskah. 9 Jumlah halaman naskah. 9 Jumlah tabel.
16 | P a g e
y
y
9 Jumlah gambar. 9 Bahan lampiran lain. 9 Catatan awal kelengkapan naskah dan status naskah Pemeriksaan naskah oleh Dewan Redaksi yang terdiri dari : 9 Kelengkapan dan kesesuaian dengan bidang dan ketentuan yang dianut oleh jurnal (dalam sidang anggota dewan redaksi). 9 Apakah layak ditelaah lebih lanjut atau dikembalikan tanpa ditelaah lebih dahulu. 9 Jika layak ditelaah, kelengkapan naskah diperiksa dan diberi nomor identitas. 9 Dikelompokkan sesuai dengan topiknya. 9 Diserahkan ke editor bidang untuk dievaluasi. 9 Mencari mitra bestari dan mengirim naskah ke mitra bestari. 9 Dewan redaksi menyurati penulis bahwa naskah sedang dalam proses penelaahan. 9 Surat pemberitahuan lengkap dengan nomor identitas. 9 Redaksi jurnal ilmiah perlu memiliki Pedoman Baku Pemeriksaan Naskah, untuk pedoman baku koreksi teknis, yang disusun berdasar panduan seperti tertulis pada halaman sampul dalam depan atau belakang. Perhatikan pembagian/kelengkapan bab, cara sitasi, uraian bahan dan metode, bentuk presentasi hasil, cara penulisan simpulan, sanwacana, dan daftar pustaka. Koreksi dibatasi pada format teknis saja. 9 Pada pemeriksaan ini naskah belum perlu diubah menjadi siap cetak. Pembagian bab dan kelengkapannya harus memenuhi syarat minimal artikel ilmiah. Penyebutan nama bab harus konsisten. Imbangan antar bab harus baik. 9 Gambar, grafik dan tabel diserahkan dalam bentuk lampiran, namun letaknya dalam teks harus ditunjukkan, agar dapat dibuat sejelas‐jelasnya. Tanggung jawab redaksi teknis untuk memasang gambar/ tabel/grafik sehingga tata letaknya serasi. Penelaahan naskah oleh mitra bestari (reviewer) yang terdiri dari : 9 Jumlah kopi naskah yang dikirim oleh penulis harus meliputi jumlah yang akan dikirim ke mitra bestari. 9 Pengiriman surat dan penjelasan ke mitra bestari. 9 Penilaian dilakukan secara anonim. 9 Para penelaah sebaiknya juga dikirimi butir‐butir telaah yang diharapkan perlu diperhatikan oleh para penelaah. Butir‐butir Telaah 9 Apakah informasi dalam naskah baru atau orisinil? 9 Pernahkah bahan serupa diterbitkan sebelumnya dalam bentuk lain? 9 Apakah naskah tersebut lebih cocok untuk berkala lain? 9 Apakah penulis memiliki kekomprehensipan pengetahuan yang cukup? 9 Apakah pustaka yang telah ditelaah dan diacu mutakhir dan lengkap? 9 Apakah metode dan pendekatan memadai untuk tujuan penelitian? 9 Apakah semua bagian naskah perlu diterbitkan? 9 Apakah kerangka susunan naskah sesuai, memuaskan, dan hemat? 9 Bagian mana yang perlu dipertegas, dipersingkat, atau malah diperpanjang? 9 Jelaskah cara penulis menyajikan tulisannya?
17 | P a g e
9 Adakah kesalahan fakta, penafsiran, atau penghitungan? 9 Apakah tabel menyajikan data secara jelas dan ringkas? 9 Apakah semua ilustrasi diperlukan? 9 Sebaliknya, apakah ada kekurangan ilustrasi atau gambar? 9 Apakah semua keterangan tabel dan gambar , judul tabel jelas? 9 Apakah abstrak lengkap cakupannya tetapi ringkas? 9 Apakah judul naskah tepat dan betul sesuai dengan isi tulisan? Putusan Penelaah 9 Diterima tanpa perbaikkan dari penulis. 9 Diterima dengan perbaikkan kecil. 9 Dipertimbangkan setelah diperbaiki secara mendasar, atau 9 Ditolak 9 Jika diterima tanpa perbaikkan hal ini harus segera diberitahukan kepada penulis. 9 Jika diterima dengan perbaikan kecil, maka butir‐butir perbaikan itu harus dijelaskan dengan rinci. 9 Koreksi penyunting kopi dan bahasa bisa ditambahkan pada naskah yang dikembalikan untuk sedikit perbaikan. 9 Naskah yang diterima dengan perbaikan mendasar atau banyak perlu ditelaah ulang setelah revisi. 9 Jika masih belum sesuai, penulis perlu diberitahukan hal itu, dan diminta untuk memperbaikinya kembali supaya diterima. 9 Kalau dalam kasus ini penulis tidak berhasil melakukannya, sebaiknya naskah itu ditolak. 9 Jika ditolak, butir‐butir dasar penolakan pun harus dijelaskan tanpa harus membuat ia merasa dipermalukan. y Penyuntingan kopi dan bahasa. 9 Naskah yang sudah diperbaiki sesuai dengan saran penelaah perlu diperiksa oleh penyunting kopi dan kebahasaan. 9 Tugas penyunting ini tidak mengubah isi dan maksud yang terkandung dalam naskah. 9 Penyuntingan yang dilakukan oleh penyunting kopi dan bahasa ini perlu dikembalikan ke penulis untuk persetujuannya. 9 Jika sudah setuju dan diperbaiki, maka naskah siap diset dalam format pencetakan. 9 Genesis naskah perlu dicantumkan dalam artikel sehingga pembaca bisa mengetahui nasib perjalanan naskah sampai diterbitkan. y Penanganan contoh cetak. Pemeriksaan Pracetak 9 Sesudah naskah diserahkan kembali, pemeriksaan bahasa dilakukan lagi oleh redaksi. Apabila naskah dinyatakan layak cetak untuk publikasi, penyusunan tata letak mengikuti panduan baku jurnal yang bersangkutan, dan harus dipastikan semua naskah memiliki format yang sama. Karya serupa (misalnya hasil penelitian, telaah, karya ilmiah, laporan singkat atau karya yang lain) pembagian babnya mengikuti kaidah yang benar. 9 Gambar dan tabel dicek kembali kelengkapannya dan kesesuaiannya. Kualitas gambar asli harus sangat baik agar layak cetak. Grafik jelas angka dan keterangannya. Kurva, bar atau
18 | P a g e
penciri lain tidak dibedakan dengan warna, tetapi lambang atau pola garis/titik. Tabel lengkap isi dan keterangannya. Nomer gambar atau nomer tabel berurut dengan benar. Tiap kelompok data disuguhkan dengan satu cara presentasi hasil (tabel saja, grafik saja, gambar saja). 9 Penulisan daftar pustaka mengikuti kaidah. Semua makalah menggunakan cara penulisan daftar pustaka yang sama. Pustaka yang ditulis pada daftar harus ada pada nas (teks), sebaliknya yang diacu pada teks harus ditulis dalam daftar pustaka. Format penulisan harus konsisten. Setiap aran atau lema (entry) memenuhi syarat dasar acuan pustaka: nama penulis, judul tulisan dan imprinte. Perhatikan cara penulisan untuk acuan yang berupa buku, artikel jurnal, referensi atau bentuk lain misalnya hasil wawancara, korespondensi maupun situs Antarjaring (Internet). Penanganan Contoh Cetak (Proof) 9 Sebelum naskah artikel dicetak, sebaiknya dibuat dulu contoh cetaknya. 9 Contoh cetak sebaiknya diperiksa kesamaannya dengan naskah aslinya. 9 Jika ada kesalahan, perlu dilakukan perbaikan sebelum dicetak, dan harus segera dikembalikan ke dewan redaksi. 9 Pada jurnal ilmiah internasional, contoh cetak ini selalu dikirim ke penulis untuk diperiksa kesalahan cetak yang mungkin terjadi. Biasanya koreksinya harus dikirim secepatnya (antara 24‐48 jam setelah diterima). Pemeriksaan Pascacetak 9 Pemeriksaan pascacetak ditujukan untuk meneliti kembali kemungkinan kesalahan eja, kesalahan cetak, kesalahan tulis atau kesalahan teknis lainnya. Pada pemeriksaan ini harus dihindari pemeriksaan bahasa, karena sudah harus selesai pada pemeriksaan pracetak. Demikian juga tata letak, pilihan jenis presentasi, keserasian tiap‐tiap halaman dan tampilan jurnal secara keseluruhan. 9 Meskipun hasil cetak adalah tanggung jawab percetakan, redaksi dan bagian tata letak‐lah yang bertanggungjawab atas tampilan akhir y Penyediaan cetak lepas. 9 Jumlah cetak lepas setiap artikel yang harus disediakan/dibuat bagi penulis sesuai dengan aturan atau pesanan. Ini harus ditentukan sebelum dicetak. 9 Mutu cetak lepas harus baik (bukan fotokopi). 9 Cetak lepas artikel sebaiknya diberi sampul yang baik dengan logo serta halaman sampul jurnal. 3.3. PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN PADA SAAT AKREDITASI JURNAL MB‐IPB 3.3.1. Proses Sosialisasi Tahap pertama proses penciptaan pengetahuan berhubungan dengan proses sosialisasi pengetahuan. Di tahap ini, individu‐individu dari area fungsional yang berlainan berbagi ketrampilan dan pengalaman mereka serta bekerja bersama‐sama menuju ke arah tujuan bersama. Mereka berinteraksi dan berdialog satu sama lain secara face‐to‐face dalam suatu tim yang self‐organizing. Dari proses interaksi tersebut, 19 | P a g e
akan muncul sebuah shared tacit mental model, yang terbentuk dari akumulasi tacit knowledge dari seluruh anggota tim. Proses sosialisasi yang dilakukan untuk akreditasi JMA adalah ide dari masing‐ masing individu yang menginnginkan adanya wadah untuk dapat mempublikasikan hasil penelitian ilmiah yang dilakukan. Proses sosialisasi dapat terjadi dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidang penulisan karya ilmiah, penerbit dari jurnal lain yang sudah terakreditasi, asesor akreditasi jurnal dan berbagai pihak baik yang berasal dari internal ataupun eksternal MB‐IPB. Diskusi untuk saling bertukar tacit knowledge dari individu‐individu kompeten kepada seluruh pengelola jurnal dan pengelola MB‐IPB diharapkan akan muncul pengetahuan baru dalam tataran organisasi yang kemudian bersepakat mendapatkan strategi dalam akreditasi jurnal Manajemen dan Agribisnis. Berdasarkan kebutuhan tersebut penerbitan jurnal ilmiah merupakan sarana yang dapat digunakan. Seiring waktu dan berdasarkan kebutuhan yang ada maka jurnal yang dimiliki MB‐IPB ini dirasakan perlu untuk mendapatkan akreditasi. Untuk menjaga komitemen, motivasi dan keberlanjutan focus jurnal JMA, sharing knowledge melalui mekanisme diskusi mingguan, bulanan dan tiga bulanan antara pihak penyunting, dewan redaksi, mitra bestari, penerbit jurnl lain ataupun dengan kelompok mahasiswa menjadi sangat penting. Sejauh ini, pertemuan dewan redaksi JMA jarang sekali dilakukan, pengelolaan JMA terfokus pada pihak‐pihak yang terlibat teknis saja, sedangkan pihak yang terlibat dalam substansi jarang mengikuti berbagai pertemuan dan diskusi. 3.3.2. Proses Eksternalisasi Dari berbagai tacit knowledge yang ada maka dibutuhkan sebuah proses penulisan berbagai tacit knowledge tersebut menjadi berbagai dokumen yang dapat dibaca dan dipahami oleh pihak yang membutuhkannya, proses ini disebut sebagai proses eksternalisasi. Dokumen yang memungkinkan untuk disusun adalah dokumen strategi proses akreditasi jurnal, dokumen tata cara penulisan jurnal yang berkualitas, dokumen tata cara penelaahan artikel oleh pihak mitra bestari, dokumen SOP dalam penerbitan JMA dan berbagai dokumen lainnya yang dapat dipelajari secara mudah oleh pengelola, calon mitra bestari, dan pihak eksternal yang ingin menerbitkan jurnalnya di JMA. Berbagai dokumen tersebut harus berpegang pada prinsip Accurate, Brief and Clear (ABC). 3.3.3. Proses Kombinasi Kombinasi merupakan proses mengubah pengetahuan eksplisit menjadi lebih komplek dan sistematis. Pengetahuan eksplisit dari dalam dan luar organisasi dikumpulkan dan dikombinasikan untuk membentuk pengetahuan baru yang kemudian disebarkan kepada anggota organisasi. Hal ini bisa difasilitasi dengan jaringan komunikasi terkomputerisasi dan basis data yang besar. Kombinasi ini bisa juga dilakukan dengan konsep rincian, merinci visi perusahaan ke dalam konsep bisnis atau konsep produk. 20 | P a g e
Proses kombinasi dapat terlihat dari kegiatan penyebarluasan dokumen acuan penulisan artikel dan dokumen panduan penelaahan artikel oleh mitra bestari. Dari berbagai pengetahuan yang terdokumentasi sebelumnya, calon penulis membuat penelitian yang menyesuaikan format dan substansi berdasarkan dokumen yang ada sehingga menjadi artikel berkualitas baru yang siap untuk disebar luaskan. 3.3.4. Proses Internalisasi Internalisasi adalah proses mewujudkan pengetahuan eksplisit menjadi tacit. Melalui internalisasi pengetahuan eskplisit yang terbentuk disebarkan ke seluruh organisasi dan diubah menjadi pengetahuan tasit oleh tiap‐tiap individu. Hal ini mirip dengan ‘belajar dari pengalaman’ (learning by doing). Pengetahuan eksplisit seperti konsep produk atau prosedur manufaktur harus diwujudkan melalui tindakan dan latihan. Penerbitan jurnal ilmiah memiliki suatu peraturan secara tertulis yang ditujukan kepada lembaga yang akan menerbitkan dan calon penulis. Dengan adanya peraturan tertulis ini menjadikan adanya aturan yang jelas bagi pihak yang terlibat dalam penerbitan jurnal ilmiah, maka secara langsung telah terjadi proses internalisasi pengetahuan dari pengetahuan explicit ke pengetahuan tacit. Pengetahuan yang sudah terinternalisasi dan menjadi pengetahuan tasit tiap‐tiap individu merupakan aset yang berharga. Pengetahuan tacit yang terkumpul dalam tiap‐tiap individu kemudian dapat membentuk lingkaran baru pembentukan pengetahuan ketika disebarkan melalui sosialisasi. Proses konversi membentuk daur pengetahuan yang tak pernah terputus, menjadikan suatu pengetahuan berkembang dengan pesat dan tak akan pernah punah. Karena setiap individu memiliki tacit yang berbeda‐beda, menghasilkan eksplicit yang bervariasi sehingga menghasilkan rekonstruksi pengetahuan dari masa ke masa yang semakin berkembang. 3.4. STRATEGI JMA DAPAT MENJADI JURNAL ILMIAH TERAKREDITASI JMA MB‐IPB sebelumnya pernah mengajukan proses akreditasi pada tahun 2011. Saat pengajuan tersebut JMA mendapatkan nilai akreditasi dibawah 70 sehingga saat itu JMA belum dapat diproses akreditasinya. Adapun kemungkinan proses akreditasi tersebut gagal dapat disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini : y Tidak memperhatikan criteria eligibilitas berkala. Kriteria eligibilitas untuk usulan akreditasi antara lain : 9 Memuat artikel ilmiah 9 Terbit 6 (enam) kali berturutan 9 Terbit 2 (dua) kali setahun 9 Tiras minimal 300 (tiga ratus) 9 Minimal 5 (lima) artikel 9 Ajukan 6 (enam) bulan sebelumnya 9 Jika gagal usulkan akreditasi 2 (dua) tahun lagi y Tidak mencermati butir‐butir instrument akreditasi yang bisa dikendalikan oleh pengelola jurnal.
21 | P a g e
Pengelola jurnal harus dapat menyusun strategi untuk mengendalikan berbagai instrument yang dapat dikendalikan secara internal. Dengan meminimalisir berbagai kesalahan yang dapat dikendalikan tersebut maka jurnal yang diterbitkan setidaknya sudah memiliki kualitas yang baik. Pengelola dapat menyusun strategi selanjutnya untuk menghadapai berbagai isntrumen‐ instrumen eksternal. y Tidak membangun kerjasama yang baik dengan para penulis agar tulisannya bermutu. Membangun kerjasama dengan berbagai calon penulis potensial untuk jurnala dalah salah satu strategi agar jurnal bisa mendapatkan stock artikel yang banyak dan berkualitas. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan mahasiswa, dosen, peneliti, praktisi bisnis dan berbagai pihak lainnya. Penerbit sebaiknya secara berkala menginformasikan berbagai kesempatan yang memungkinkan para penulis untuk berkontribusi pada jurnal ilmiah. Dapat dilakukan dengan melalui call for paper yang diinformasikan melalui website, pengumuman pada berbagai program studi, melalui milis civitas akademika, bekerjasama dalam kegiatan seminar dan berbagai event dapat dimanfaatkan untuk mendekatkan jurnal dengan para calon penulisnya. Seringkali para penulis artikel ilmiah (mahasiswa, dosen, peneliti, praktisi dan para calon penulis lainnya) tidak memiliki informasi yang lengkap dan baik mengenai tata cara dan proses penerbitan jurnal ilmiah. Para penulis tidak tau secara pasti ketika ia mensubmit artikelnya kapan proses tersebut dapat dilewati dengan baik dan berakhir pada artikel yang dipublikasikan. Adapun proses penerbitan jurnal ilmiah antara lain melalui tahapan berikut : 1. Pengumpulan naskah 2. Evaluasi naskah oleh reviewer 3. Revisi naskah yang diterima 4. Pengeditan naskah yang telah dinyatakan diterima 5. Pengiriman hasil penyuntingan naskah kepada penulis untuk dilakukan proof read 6. Permintaan Assignment of Copyright dari penulis 7. Penerbitan jurnal ilmiah 8. Lembar Disposisi Naskah 9. Formulir Evaluasi Naskah 10. Formulir Copyright Transfer Informasi yang lengkap, cepat dalam respon dan akurat akan menjadikan para penulis naskah merasa senang ketika akan mempercayakan artikelnya untuk di muat dalam jurnal ilmiah tersebut. Faktanya, seringkali pengelola jurnal lambat dalam memproses penerbitan artikel ilmiah. Penulis dibiarkan berlama‐lama menunggu kepastian artikelnya apakah dapat diterbitkan atau tidak, seringkali proses evaluasi naskah oleh reviewer berjalan lama karena reviewer sibuk dan tidak focus pada jurnal tersebut. Untuk menuju JMA yang terakreditasi dan melihat berbagai kondisi serta proses yang cukup panjang dalam penerbitan jurnal yang berbobot maka pengelola JMA perlu menyusun strategi. Adapaun strategi yang dapat dilakukan oleh pengelola antara lain : 1. Mengidentifikasi para calon penulis potensial artikel yang memungkinkan untuk mengirimkan artikel ilmiahnya ke JMA. Dengan mengidentifikasi berbagai sumber potensial naskah diharapkan JMA dapat menjalin berbagai kerjasama dan melakukan berbagai tawaran kepada para calon penulis. Potensi sumber naskah antara lain : y Skripsi sarjana
22 | P a g e
2.
3.
4. 5.
6. 7.
y Tesis magister y Disertasi doktor y Hasil penelitian dosen (PDM/SKW, fundamental, HB, pekerti, hibah tim pascasarjana, dan rapid) y Makalah yang disajikan dalam sarasehan, seminar, lokakarya, simposium, kongres, dan pertemuan ilmiah Melakukan perburuan naskah. Saat ini, JMA banyak kehilangan para calon penulis potensialnya. Akibat dari adanya kebijakan DIrjen DIKTI yang diperkuat dengan aturan Sekolah Pacasarjana IPB yang mewajibkan mahasiswa sebelum ujian tertutup dan ujian tesis harus menerbitkan artikel ilmiahnya di jurnal nasional terakreditasi dan atau jurnal internasional, maka JMA sebagai salah satu jurnal nasional yang belum terakreditasi mengalami penurunan peminat. Saat ini rata‐rata para calon penulis artikel lebih memilih artikelnya diterbitkan hanya di jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional. Strategi perburuan naskah dapat dilakukan dengan : y Mengadakan Pendekatan Ke Penulis Kawakan Dalam Bidang Ilmu Yang Diemban Jurnal. y Memesan Naskah Kepada Penulis‐Penulis Ternama Dalam Bidang Ilmu Yang Diemban Jurnal. y Mengadakan Perlombaan Penulisan Tentang Topik Yang Sedang Mendapat Sorotan Hangat Masyarakat y Kerjasama Penerbit Berkala Dengan Organisasi Profesi Ilmiah Mengevaluasi kembali kinerja dan susunan dari dewan redaksi, penyunting dan mitra bestari. Jika diperlukan pengelola dapat merubah susunan, mengganti atau menambahkan para pihak yang terlibat tersebut sesuai dengan criteria dan kompetensi yang diharapkan. Memperhatikan berbagai proses penerbitan jurnal dengan seksama, teliti dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Melakukan pertemuan secara berkala diantara pihak yang terlibat baik pengelola, mitra bestari ataupun pihak ekternal untuk saling berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Dengan demikian berbagai pengetahuan yang ada dapat saling dibagi, dipertukarkan dan menghasilkan pengetahuan baru. Knowledge sharing juga dapat menghasilkan ide‐ide baru dan sebagai pendorong adanya inovasi Bekerjasama dengan berbagai penerbit jurnal terakreditasi di Indonesia Bekerjasama dengan berbagai universitas dan perpustakaan untuk memperluas jaringan distribusi jurnal
23 | P a g e
4. PENUTUP Dari berbagai proses yang telah diurai di depan, harapannya Jurnal Manajemen dan Agribisnis MB‐IPB menjadi jurnal yang terakreditasi nasional semoga dapat segera diwujudkan. Ketika JMA menjadi jurnal terakreditasi, berbagai hasil pemikiran ilmiah yang berkualitas dapat ditampung dan disebar luaskan oleh JMA. Sehingga JMA menjadi media dalam knowledge sharing yang tidak saja bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, peneliti, ataupun praktisi. Berbagai hasil penelitian yang ada di JMA dapat dibaca oleh berbagai pihak yang kemudian dapat menambah pengetahuan pembacanya, bahkan dapat bermanfaat lebih lanjut yaitu menjadi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut. Untuk mewujudkan harapan JMA menjadi jurnal terakreditasi nasional diperlukan strategi khusus dari pengelola baik yang sifatnya substansial maupun teknis.
24 | P a g e
5. KESIMPULAN Jurnal ilmiah merupakan media yang baik dalam manajemen pengatahuan. Jurnal ilmiah (dalam hal ini Jurnal Manajemen Agribisnis) dapat menampung berbagai artikel memuat informasi hasil kegiatan penelitian, pemikiran konseptual dan review bidang ilmu manajemen agribisnis yang kemudian berbagai hasil pemikiran tersebut disebarluaskan kepada civitas akademika, perpustakaan universitas‐universitas di Indonesia, dan mitra MB‐IPB. Dalam posisinya sebagai penyebar pengetahuan, status akreditasi jurnal menjadi sangat penting. Akreditasi jurnal tidak saja menjadikan jurnal memiliki posisi yang baik, tetapi juga sebagai daya tarik agar jurnal tersebut mendapatkan berbagai input artikel yang berkualitas dan melimpah. Untuk menjadi jurnal yang terakreditasi, diperlukan strategi dari pengelola untuk lebih memperhatikan substansi jurnal, eligibilitas jurnal, kinerja pengelola dan mitra bestari, kerjasama dengan berbagai calon penulis potensial, kerjasama dengan lembaga tertentu serta memperhatikan instrument‐intrumen akreditasi jurnal.
25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA Liao, S., Fei, C., Chen, C. 2007. Knowledge Sharing, Absorptive Capacity, And Innovative Capability: An Empirical Study Of Taiwan’s Knowledge Intensive Service. Journal Of Information Science. 33, (3), 340‐359. Diakses Dari Http://Jis.Sagepub.Com Liebowitz, J. 2001. Knowledge Management And Its Link To Artificial Intelligence. Lin, C. P. 2007. Share Or Not To Share: Modeling Tacit Knowledge Sharing, Its Mediators And Antecedents. Journal Of Bussiness Ethics. 70, 411 – 428. Diakses Dari Ideas.Repec.Org Manajemen dan Bisnis IPB. 2013. Profil Jurnal Manajemen Agribisnis MB‐IPB. (diakses melalui www.jma.mb.ipb.ac.id ) Nonaka, I., and Toyama, R. and Nagata, A. 2000. A firm as a knowledge‐creating entity: A new perspective on the theory of the firm. Industrial and Corporate Change, 9(1): 1‐20. Nonaka, I., and Toyama, R. (2002).A firm as dialectical being: towards a dynamic theory of a firm,” Industrial and Corporate Change, 11(5): 995‐1009. Nonaka, I., Georg von Krogh and Voelpel, S. 2006. Organizational knowledge creation theory: Evolutionary paths and future advances. Organization Science, 27( 8), pp.1179‐1208 Nonaka, L and Takeuchi, H. 1995. The knowledge creating company. How Japanese Companies Create The Dynamics Of Innovation.New York: Oxford University Press. Nonaka, I. 1994. A dynamic theory of organizational knowledge creation. Organization Science, 5( 1), pp.14‐17. Nonaka, I., and Takeuchi, H. 1995. The Knowledge‐creating company. New York: Oxford University Press. Permendiknas no. 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala Ilmiah SK Dirjen Dikti no. 49/DIKTI/Kep/2011 tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah Surat Edaran Direktur Diktendik No. 1313/E5.4/LL/2011 tentang Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah Tahun 2011 SCummings, T.G. & Worley, C.G. 2005. Organization Development And Change. Eight Edition. Amerika :Thomson South Western Suminar. 2013. Materi Kuliah Jurnal Terakreditasi (Tidak diterbitkan). Surat Edaran Direktur Diktendik Tanggal 10 January 2012 tentang Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah Tahun 2012
26 | P a g e
http://hubpages.com/hub/nonaka‐and‐takeuchi‐knowledge‐management‐cycle http://mhadiprayitno.blogspot.com/2010/07/kasus‐knowledge‐management‐transfer.html
27 | P a g e
Lampiran Formulir 1: Formulir Pengajuan Akreditasi Berkala Ilmiah I. Identitas Berkala 1. Nama Berkala : ................................................................................................ 2. I S S N : ....................... 3. Penerbit : ................................................................................................ 4. Ketua Dewan Editor : ....................................................................................... 5. Bidang Ilmu Berkala : ....................................................................................... 6. Alamat Pos : ……………………………………….………….……...………... 7. Telepon/Faks : ………………...…………………………………..…....………… 8. Website/E‐mail : ……………………………………………….………………… II. Penyunting 1. Dewan Editor a. Kualifikasi Tingkat Pendidikan Guru Besar Non Guru Besar Jumlah Sarjana (S1)
Pascasarjana (S2)
Doktor (S3)
Lainnya
Jumlah
b. Institusi Asal Institusi
Guru Besar
Non Guru Besar
Jumlah
PT sendiri
PT lain dalam negeri
PT lain luar negeri
Jumlah
c. Kepakaran Penyunting No. Nama lengkap (dengan Institusi gelar) 1 2 n 2. Keterlibatan aktif Penyunting Pelaksana (pilih salah satu, beri tanda 9) a. 10 jam per minggu ( ..... ) 28 | P a g e
Bidang ( Kepenilaian )
Ilmu
b. 8 jam per minggu ( ..... ) c. 5 Jam per minggu ( ..... ) 3. Pelibatan Mitra Bestari: Ada/Tidak Jika ada sebutkan nama dan asalnya. III. Perkembangan Berkala/Keberkalaan 1. Riwayat Penerbitan a. Terbit pertama: Bulan ...................... Tahun ........... b. Nama berkala pada awal terbit: .............................................................. c. Perubahan nama berkala: Ada / Tidak d. Jika ada, sebutkan nama berkala sekarang: ............................................. e. Bulan, tahun perubahan nama: ................................................................. 2. Frekuensi Terbit (∑ terbitan / tahun) Sebutkan Volume dan Nomor Berkala yang telah diterbitkan minimal 6 Nomor atau 3 tahun terakhir. a. TS‐2 1) .......................................................... 2) .......................................................... 3) .......................................................... 4) .......................................................... b. TS‐1 1) .......................................................... 2) .......................................................... 3) .......................................................... 4) .......................................................... c. TS 1) .......................................................... 2) .......................................................... 3) .......................................................... Catatan: TS= Tahun Sekarang 3. Seleksi Naskah Jumlah/Setiap terbit
TS‐3
TS‐2
TS‐1
TS
Naskah masuk
Naskah dimuat
Jumlah Artikel per Volume
4. Sumber Naskah (%) Sumber Naskah
TS‐3
TS‐2
TS‐1
TS
Perguruan Tinggi Sendiri
Perguruan Tinggi lain
Institusi lain ‐ Dalam negeri ‐ Luar negeri Jumlah
5. Rata‐rata waktu pemrosesan naskah 6 terbitan terakhir (mulai naskah diterima sampai dapat diterbitkan) Edisi/Nomor 29 | P a g e
Jumlah Minggu
6. Jumlah Tiras /Oplaag setiap terbit Edisi/Nomor
Jumlah Tiras
7. Persyaratan format atau gaya penulis/gaya selingkung: Ada / Tidak Bila ada berikan copy contoh. 8. Percetakan dan Kantor a. Apakah berkala mempunyai percetakan sendiri ? ( Ya / Tidak ) Sebutkan nama perusahaan / percetakan dimana berkala tersebut dicetak: .................................................................................................................... Alamat Percetakan: ..................................................................................... ………………………………………………...………………………………… b. Apakah berkala mempunyai kantor sendiri ? (Ya/Tidak) Alamat kantor: ........................................................................................... .................................................................................................................. 9. Organisasi Penerbitan a. Jumlah personalia : ...... orang b. Staf tetap : ...... orang c. Staf tidak tetap : ...... orang 10.Sumber Pendanaan Berkala : Jumlah (Rp) A d a Sumber dana Tidak ada Teratur Tidak teratur Institusi sendiri Iklan Sumber lain 11. Distribusi Berkala a. Perkembangan Pelanggan Tiap Tahun/Nomor Jumlah TS‐3 TS‐2 TS‐1 TS Pelanggan membayar Pelanggan tidak membayar Stok tidak terdistribusi b. Perkembangan Penyebaran Tiap Tahun/Nomor Institusi TS‐3 TS‐2 TS‐1 TS Perguruan Tinggi sendiri Perguruan Tinggi lain ‐ Dalam negeri ‐ Luar negeri Lembaga lain ‐ Dalam negeri ‐ Luar negeri IV. Pemenuhan Kewajiban Pasca Terbit 1. Memberikan cetak lepas kepada penulis Ya / Tidak 2. Memenuhi peraturan wajib simpan di arsip nasional 30 | P a g e
atau PDII‐LIPI V. Informasi Penting 1. Halaman khusus untuk iklan 2. Artikel ulasan dan tinjauan atas undangan 3. Tinjauan buku baru 4. Obituari ilmuwan dalam bidang cakupan berkala 5. Foto penulis artikel 6. Berita keluarga, organisasi, peristiwa keilmuan
31 | P a g e
Ya / Tidak
Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak Ya / Tidak
Lampiran Formulir 2: Biodata Dewan Editor/Penyunting a. Nama lengkap : …………………………………………………. b. Tempat dan tanggal lahir : ..................................................................... c. Kedudukan/ jabatan : ...................................................................... d. Alamat Kantor : ...................................................................... Telepon/Faks/E‐mail : ...................................................................... e. Alamat Rumah : ...................................................................... Telepon / Faks/E‐mail : ...................................................................... f. Riwayat pendidikan : g. Riwayat pekerjaan : h. Pengalaman dalam mengelola berkala : i. Penguasaan bahasa asing : j. Publikasi dalam majalah ilmiah (tuliskan judul‐judul artikel ilmiah yang dipublikasikan dan nama berkala penerbit 3 tahun terakhir) Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh tanggungjawab. Kota, tanggal bulan tahun Nama dan Tanda Tangan
32 | P a g e
Lampiran Formulir 3: Evaluasi Diri Akreditasi Berkala Ilmiah 1. Nama Berkala : ........................................................................................ 2. ISSN : ..................................... 3. Penerbit : ......................................................................................... 4. Alamat : ......................................................................................... No Kriteria Nilai Huruf I Penamaan 1. Kesesuaian Nama Jumlah I II. Kelembagaan Penerbit 1. Pranata Penerbit 2. Pelembagaan Landasan Hukum Jumlah II Penyuntingan III. Penelaahan oleh Mitra Bestari 1. Kualifikasi Anggota Sidang Penyunting 2. Keterlibatan Aktif Mitra Bestari 3. Dampak Kinerja Penyunting Pelaksana 4. Jumlah III Penampilan IV. Ukuran 1. Tata Letak 2. Tipografi 3. Jenis Kertas 4. Jumlah Halaman 5. Tekstur Sampul 6. Rancangan Sampul 7. Jumlah IV Gaya Penulisan V. Keefektifan Judul 1. Pencantuman Nama Penulis dan Lembaga 2. Abstrak 3. Kata Kunci 4. Sistematika Penulisan/Pembaban 5. Pemanfaatan Instrumen Pendukung 6. Cara Pengacuan dan Pengutipan 7. Penyusunan Daftar Pustaka 8. Petunjuk bagi Calon Penulis 9. Peristilahan Baku, Bahasa Baik dan Benar 10 Jumlah V 33 | P a g e
Angka
No
Kriteria
No
Kriteria
VI. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Substansi Berkala Cakupan Keilmuan Berkala Aspirasi Wawasan Berkala Kepioneran Ilmiah Isi Berkala Sumbangan Berkala pada Kemajuan Ipteks Dampak Ilmiah Berkala Kadar Perbandingan Sumber Acuan Primer Derajat Kemutakhiran Pustaka Acuan Analisis dan Sintesis Penyimpulan dan Perampatan Jumlah VI Keberkalaan Jadwal Penerbitan Tata Penomoran Berkala Penomoran Halaman Indeks Tiap Jilid Sumber Dana Potensi Ketersediaan Naskah Jumlah VII Kewajiban Pascaterbit Menyediakan Cetak Lepas Memenuhi Wajib Simpan Jumlah VIII Jumlah Keseluruhan
VII 1. 2. 3. 4. 5. 6. VIII 1. 2.
Ketua Dewan Redaksi Nama dan Tanda tangan
34 | P a g e
Nilai Huruf Nilai Huruf
Angka
Angka
Kota, tanggal bulan tahun