Observasi PLTU TANJUNG JATI B Tentang Pertambangan energi ”

Hidayah dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, ... 2.4 Dampak PLTU Secara Um...

31 downloads 188 Views 660KB Size
TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

“ Observasi PLTU TANJUNG JATI B Tentang Pertambangan energi ”

Disusun Kelompok 2 : 1. Damas Fahmi Assena

NIM : 161240000500

2. Suriya Siang Iyang

NIM : 161240000529

3. Nor Huda Widiana

NIM : 161240000530

4. M. Rizky Helmi B.

NIM : 161240000545

5. Efa Mulyasari

NIM : 161240000547

6. M. Bahrudin Yusuf

NIM : 161240000582

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLGI UNISNU JEPARA i

TUGAS PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

“ Observasi PLTU TANJUNG JATI B Tentang Pertambangan energi ”

Disusun Kelompok 2 : 1. Damas Fahmi Assena

NIM : 161240000500

2. Suriya Siang Iyang

NIM : 161240000529

3. Nor Huda Widiana

NIM : 161240000530

4. M. Rizky Helmi B.

NIM : 161240000545

5. Efa Mulyasari

NIM : 161240000547

6. M. Bahrudin Yusuf

NIM : 161240000582

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLGI UNISNU JEPARA i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai “Pertambangan”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Desti Setiyowati, S.Pi., M.Si. selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan yang telah memberikan tugas ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saran serta kritik yang dapat membangun dari pembaca sangat kami harapkan guna penyempurnaan pada makalah selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr. Wb

Jepara, 8 Desember 2016 Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................................ 2 1.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................... 2 BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Permasalahan Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambangan Energi ............... 2 2.2 Pengaruh pertambangan terhadap lingkungan hidup .............................................. 4 2.3 Pengertian PLTU ..................................................................................................... 5 2.4 Dampak PLTU Secara Umum ................................................................................ 5 2.5 Dampak Radiasi dan Pencemaran Udara ................................................................ 6 2.6 Upaya Penanganan .................................................................................................. 8 2.7 Penyehatan Lingkungan Pertambangan, Pencemaran dan Penyakit-penyakit yang Mungkin Timbul............................................................................................. 9 BAB III. PENUTUP 4.1

Kesimpulan......................................................................................................... 12

4.2

Saran ................................................................................................................... 13

4.3

Daftar Pustaka .................................................................................................... 13

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan penduduk yang cepat mempunyai implikasi pada berbagai bidang. Bertambahnya penduduk yang cepat ini mengakibatkan tekanan pada sektor penyediaan fasilitas tenaga kerja yang tidak mungkin dapat ditampung dari sektor pertanian. Maka untuk perluasan kesempatan kerja, sektor industri perlu ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Peningkatan secara bertahap di berbagai bidang industri akan menyebabkan secara berangsur-angsur tidak akan lagi tergantung kepada hasil produksi luar negeri dalam memenuhi kebutuhan hidup. Paradigma pertumbuhan ekonomi yang dianut oleh pemerintah Indonesia memandang segala kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia sebagai modal untuk menambah pendapatan negara. Sayangnya, hal ini dilakukan secara eksploitatif dan dalam skala yang masih sampai saat ini, tidak kurang dari 30% wilayah daratan Indonesia sudah dialokasikan bagi operasi pertambangan, yang meliputi baik pertambangan mineral, batubara maupun pertambangan minyak dan gas bumi. Tidak jarang wilayah-wilayah konsesi pertambangan tersebut tumpang tindih dengan wilayah hutan yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan juga wilayah-wilayah hidup masyarakat adat. Sumber daya mineral seperti timah putih, emas, nikel, tembaga, mangan, air raksa, besi dan Iainlain merupakan sumber daya alam yang tak terbaharui atau nonrenewable resource, artinya sekali bahan galian ini dikeruk, maka tidak akan dapat pulih atau kembali ke keadaan semula. Oleh karenanya, pemanfaatan sumber daya mineral ini haruslah dilakukan secara bijaksana dan haruslah dipandang sebagai aset alam sehingga pengelolaannya pun harus juga mempertimbangkan kebutuhan generasi yang akan datang. Perkembangan pertambangan di Indonesia dalam 25 tahun terakhir mengalami peningkatan begitu pesat, meskipun tradisi pertambangan masih baru tumbuh dan belum berakar di masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan yang matang pada setiap pembangunan industri agar dapat diperhitungkan sebelumnya segala pengaruh aktifitas pembangunan industri tersebut terhadap lingkungan yang lebih luas.

1

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : a.

Mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dalam lingkungan pertambangan.

b.

Mengetahui dampak Limbah Pertambangan

c.

Hasil pertambangan batubara sebagai bahan bakar PLTU .

d.

Mengetahui dampak PLTU secara umum serta pencemaran udara yang di timbulkan.

e.

Upaya penanganan.

1.3 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini sebagai berikut: a.

Permasalahan Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambangan Energi

b.

Cara Pengelolaan Pembangunan Pertambangan

c.

Observasi di lingkup PLTU Tanjung Jati B.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Permasalahan Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambangan Energi

Masalah-masalah lingkungan dalam pembangunan lahan pertambangan dapat dijelaskan dalam berbagai macam hal. Berikut ini adalah masalah lingkungan dalam pembangunan lahan pertambangan: a. Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak dan gas bumi, logam-logam mineral antara lain seperti timah putih, emas, nikel, tembaga, mangan, air raksa, besi, belerang, dan lain-lain dan bahan-bahan organik seperti batubara, batu-batu berharga seperti intan, dan lain- lain.

2

b. Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang energi dan bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan peningkatan pengawasan yang menyeluruh. c. Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu untuk keperluan ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Sebab minyak bumi sumber utama pemakaian energi yang penggunaannya terus meningkat, sedangkan jumlah persediaannya terbatas. Karena itu perlu adanya pengembangan sumber-sumber energi lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya. d. Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan ini biasanya lebih dari pada diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara setempat di tambang mempunyai pengarhu yang timbal balik dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya pencemaran lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh keaneka ragaman udara, pencemaran oleh tekanan panas tergantung keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara setempat. e. Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai dari pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian deposit bahan galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan bahan tambang yang mengakibatkan gangguan pada lingkungan, maka perlu adanya perhatian dan pengendalian terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan perubahan keseimbangan ekosistem, agar sektor yang sangat vital untuk pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya. f. Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi, eksploitasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian menjualnya tidak lepas dari bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran terhadap lingkungan oleh bahan-bahan minyak yang mengakibatkan kerusakan flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan keluarnya gasgas/uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan. Rangka menghindari terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekosistem baik itu berada di lingkungan pertambangan ataupun berada diluar lingkungan pertambangan, maka perlu adanya pengawasan lingkungan terhadap: 1.

Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan.

2.

Kecelakaan pertambangan.

3.

Penyehatan lingkungan pertambangan.

4.

Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul.

3

2.2

Pengaruh Pertambangan Terhadap Lingkungan Hidup

Teknik pertambangan hidrolik sering juga digunakan dalam penambangan emas. Metode ini dengan membuat peledakan di tepi sungai. Hal ini telah menyebabkan kerusakan permanen pada pohon, burung dan hewan. Senyawa yang sangat beracun juga digunakan untuk memisahkan emas dari sedimen dan batuan. Merkuri yang dilepaskan ke sungai ini akan memasuki rantai makanan melalui hewan air. Mereka yang mengonsumsi ikan memiliki risiko lebih besar menelan racun tersebut. Dampak buruk pada tanah 

Pertambangan membutuhkan lahan yang luas sehingga bumi dapat digali oleh para penambang. Untuk alasan ini, pelebaran area perlu untuk dilakukan di daerah, di mana penambangan harus dilakukan. Selain itu, vegetasi di daerah sekitarnya juga harus dibabat untuk membangun jalan dan sarana perumahan bagi para pekerja tambang. Berbagai kegiatan seperti di tambang batubara melepaskan debu dan gas ke udara. Dengan demikian, pertambangan merupakan salah satu penyebab utama deforestasi dan polusi udara.



Hutan yang ditebang untuk keperluan pertambangan adalah rumah bagi sejumlah besar organisme. Dengan deforestasi menyebabkan musnahnya habitat sejumlah besar hewan. dan mempertaruhkan kelangsungan hidup sejumlah besar spesies hewan. Penebangan dari pohon itu sendiri adalah sebuah ancaman besar bagi beberapa tanaman, pohon, burung dan hewan yang tumbuh di hutan. Hal ini berpengaruh negatif dengan apa yang disebut kenakeragaman hayati.



Meskipun langkah-langkah yang diambil untuk melepaskan limbah kimia ke sungai terdekat melalui pipa, sejumlah besar bahan kimia masih bocor dan masuk ke tanah. Hal ini akan mengubah komposisi kimia dari tanah. Selain itu, bahan kimia beracun membuat tanah tidak subur atau mungkin tidak bisa lagi untuk ditanami tanaman.

Dampak buruk pada air  Bahan kimia seperti merkuri, sianida, asam sulfat, arsen dan merkuri metil digunakan dalam berbagai tahap pertambangan. Sebagian besar bahan kimia yang dilepaskan ke sungai terdekat akan mencemari air. Terlepas dari pipa yang digunakan untuk membuang bahan kimia ke dalam air, kemungkinan kebocoran pipa akan selalu ada.  Pelepasan bahan kimia beracun ke dalam air jelas berbahaya bagi flora dan fauna di air. Selain polusi, proses pertambangan membutuhkan air dari sumber air di dekatnya. Misalnya, air yang digunakan untuk mencuci kotoran dari batubara. Hasilnya adalah bahwa kadar air dari sungai atau danau dari mana air yang digunakan akan berkurang. Organisme dalam air juga tidak memiliki cukup air untuk kelangsungan hidup mereka. Hal ini bahkan mencemari sungai dengan senyawa-senyawa berbahaya yang berhubungan dengan sulfida logam.  Pengerukan sungai adalah metode yang dipakai dalam pertambangan emas. Dalam metode ini, kerikil dan lumpur disedot dari daerah tertentu dari sungai. Setelah fragmen emas disaring, 4

lumpur dan kerikil yang tersisa dilepaskan kembali ke sungai, meskipun di lokasi yang berbeda dari tempat yang sebelumnya diambil. Hal ini akan mengganggu aliran sungai yang dapat menyebabkan ikan dan organisme mati.

2.3

Pengertian PLTU

Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara adalah salah satu jenis instalasi pembangkit tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran batubara. PLTU batubara adalah sumber utama dari listrik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik dunia bergantung pada batubara, hal ini dikarenakan PLTU batubara bisa menyediakan listrik dengan harga yang murah. Kelemahan utama dari PLTU batubara adalah pencemaran emisi karbonnya sangat tinggi, paling tinggi dibanding bahan bakar lain.

2.4 1.

Dampak PLTU Secara Umum Radiasi

Radiasi yang ditimbulkan oleh SUTT (Saluran Listrik Tegangan Tinggi) sangat berbahaya bagi kesehatan. Pemerintah lebih memilih membangun SUTT melewati pemukiman warga ketimbang melewati tanah yang kosong yang jaraknya agak lebih jauh. Pemerintah hanya memikirkan kerugian yang di dapatnya dalam biaya pemindahan SUTT dibanding kerugian yang didapat oleh warga yang rumahnya terlintas oleh jalur SUTT.

2.

Pencemaran udara

Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batu bara terdapat proses pembakaran batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses pembakaran batubara selain dihasilkan pelepasan energy berupa panas juga dihasilkan abu dan asap. Debu dan asap ini merupakan polutan yang dihasilkan dari PLTU batubara. Berikut polutan utama yang dihasilkan oleh PLTU batubara : •

SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan paru-paru dan dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.



NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU batubara bersama dengan gas Sox, keduanya merupakan penyebab terjadinya "hujan asam" yang terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama yang menggantungkan produksi listriknya 5

dari PLTU batubara. Hujan asam dapat memberikan dampak buruk bagi industri peternakan dan pertanian. •

COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada atmosfer yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat menimbulkan efek rumah kaca ("green-house effect"), hal ini dapat berpengaruh pada perubahan iklim global.



2.5 A.

fly ash ( abu terbang) merupakan jenis-jenis penyakit yang ditimbulkan oleh patikulat.

Dampak Radiasi Dan Pencemaran Udara Dampak Radiasi Dan Pembangunan SUTT Radiasi yang ditimbulkan oleh SUTT (Saluran Listrik Tegangan Tinggi) sangat berbahaya bagi

kesehatan. Warga yang rumahnya di lalui oleh SUTT tentunya akan mengalami kerugian yang sangat besar. Selain kerugian dari dampak radiasi, warga juga dirugikan di bidang material. Pemerintah lebih memilih membangun SUTT melewati pemukiman warga ketimbang melewati tanah yang kosong yang jaraknya agak lebih jauh. Pemerintah hanya memikirkan kerugian yang di dapatnya dalam biaya pemindahan SUTT dibanding kerugian yang didapat oleh warga yang rumahnya terlintas oleh jalur SUTT. Rumah warga yang dilalui kabel SUTT tidak diberikan ganti rugi oleh pemerintah, melainkan hanya diberi uang yang jumlahnya sangat jauh lebih sedikit dari kerugian yang didapat oleh warga. Warga hanya bisa pasrah atas kerugian ini. Ketika warga melakukan protes untuk dipindahkannya kabel SUTT ketempat yang jauh dari pemukiman warga, tetapi Pemerintah tidak mandengarkan/memperdulikan apa yang diinginkan warga tersebut, melainkan diam saja dan tidak memindahkan SUTT itu. Dari pembakaran batubara diseluruh dunia juga telah ditimbulkan limbah radioaktif Uranium dan Thorium sebesar 37.000 ton setiap tahunnya, dimana 7.300 ton diantaranya berasal dari PLTU batubara di Amerika Serikat. Yang lebih mengkhawatirkan, desain PLTU umumnya tidak dirancang secara maksimal untuk mencegah radiasi kelingkungan dan manajemen PLTU juga tidak dirancang untuk mengelola masalah limbah radioaktif ini. B.

Pencemaran Udara Dampak yang di timbulkan lainya dalam pembangunan PLTU adalah asap hasil pembakaran

batubara. Apabila terus menerus menghirup asap dari hasil pembakaran itu, lambat laun akan mengalami kerusakan pernapasan. Unsur beracun menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru- paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah apabila digunakan masyarakat secara terus menerus, gejala penyakit itu biasa akan tampak setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia. Masyarakat pada umumnya hanya mengetahui bahwa pemakaian batubara sebagai 6

bahan bakar dapat menimbulkan polutan yang mencemari udara berupa CO (karbon monoksida), NOx (oksida-oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang), HC (senyawa-senyawa karbon), fly ash (partikel debu). dan juga partikel-partikel yang terhambur ke udara sebagai bahan pencemar udara. Partikel-partikel tersebut antara lain adalah: Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C), Debu-debu silika (SiO 2 ), Debu-debu alumia (Al 2 O 3 ) dan Oksida-oksida besi (Fe 2 O 3 atau Fe 3 O 4 ) Partikelpartikel tersebut dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan, selain timbulnya hujan asam yang dapat merusak hutan dan lahan pertanian maupun efek rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu di permukaan bumi dengan segala efek sampingannya yang disebabkan oleh gas-gas hasil pembakaran batubara. Sebagaimana halnya polutan (bahan pencemar) konvensional yang keluar dari batubara, polutan radioaktif pun dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup oleh paru-paru, maupun melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi oleh polutan radioaktif. Polutan radioaktif yang terakumulasi didalam tubuh dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama karena sifat polutan radioaktif yang pada umumnya adalah carcinogenik atau perangsang timbulnya kanker. Jadi secara jujur dapat dikatakan bahwa pemakaian batubara juga dapat menaikkan kontribusi zat radioaktif dilingkungan. PLTU batubara berkapasitas 1.000 MW akan menghasilkan limbah per tahunnya berupa CO2 sebanyak 6,5 juta ton, SO2 sebanyak 44.000 ton, NOx 22.000 ton, dan abu 320.000 ton yang mengandung 400 ton racun logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri, dan timah. Limbah batubara dibuang ke biosfer yakni ke udara, air dan tanah, sehingga menjadi berbahaya terhadap lingkungan. Beberapa contoh gambaran dampak-dampak yang ditimbulkan dari PLTU Tanjung Jati B terhadap lingkungan : 1. Radiasi SUTT

2. Pencemaraan Udara

7

3. Perluasan Lahan

2.6

4. Kendaraan Berat PLTU

Upaya Penanganan Batubara sangat potensial digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di masa depan

tetapi banyak kendala yang dihadapi untuk memanfaatkan batubara secara besarbesaran. Kendala tersebut antara lain: a.

Batubara berbentuk padat sehingga sulit dalam penanganannya,

b. Batubara banyak mengandung unsur sulfur dan nitrogen yang bisa menimbulkan emisi polutan yang berbahaya, dan c.

Batubara mengandung banyak unsure karbon bila dibakar akan menghasilkan gas co2 yang dapat menyebabkan pemanasan global. Usaha untuk mengurangi dampak negative PLTU batubara dapat dimulai dari proses penambangan batubara. Salah satu proses yang dapat digunakan adalah dengan teknologi Underground Coal Gasification (UCG). Teknologi ini merupakan proses untuk mengkonversikan batubara secara insitu menjadi bahan bakar gas dan untuk penggunaan industri kimia lainnya. Proses UCG ini dilakukan melalui injeksi uap dan udara atau oksigen (O2) ke dalam lapisan batubara (coal seam) yang berada di bawah permukaan tanah melalui sumur produksi (production well). Di lapisan batubara bawah tanah akan terbentuk rongga (cavity) dan terjadi proses gasifikasi serta proses kimiawi, yaitu batubara tersebut akan terbakar menghasilkan gas. Gas ini kemudian disalurkan melalui pipa khusus ke permukaan tanah, di tempat ini terletak instalasi pengolahan gas (gas processing). Sebagian gas dipergunakan sebagai bahan bakar stasiun pembangkit tenaga listrik dan sebagian lagidipergunakan sebagai bahan sintesis (syngas)bahan kimia, seperti hidrogen, dan metanol. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk membuat PLTU batubara yang ramah lingkungan dapat menerapkan teknologi bersih batubara. Batubara yang dibakar di boiler akan menghasilkan tenaga listrik serta menghasilkan emisi seperti partikel, SO2, NOx, 8

dan CO2. Emisi tersebut dapat dikurangi menggunakan teknologi seperti denitrifikasi, desulfurisasi, electrostratic precipitator (penyaring debu), dan separator CO2. Upaya untuk peningkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan metode mengubah atau memanfaatkan limbah menjadi produk baru yang bernilai ekonomis. Pengelolaan yang dapat dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Mengolah Polutan menjadi Gipsum Proses ini dimulai dengan pemisahan polutan yang dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas flue gas desulfurization (FGD) kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3. Gas buang selanjutnyadidinginkan dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari sistim FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. b. Mengolah polutan menjadi pupuk Peralatan berteknologi tinggi lain yang kini mulai dipakai untuk mengolah polutan penyebab hujan asam adalah electron beam machine atau Mesin Berkas Elektron (MBE). Proses pembersihan gas buang dilakukan dengan mendinginkan SOx dan NOx dengan semburan air (H2O). Ke dalam campuran senyawa ini selanjutnya ditambahkan gas ammonia dan dialirkan ke dalam tabung pereaksi (vessel). Campuran senyawa yang mengalir dalam tabung pereaksi ini selanjutnya diirradiasi dengan berkas elektron. Gas-gas polutan akan berubah, SOx menjadi SO3 dan Nox menjadi NO3 karena mendapatkan tambahan energi dari elektron. Kedua senyawa tersebut bereaksi dengan air sehingga dihasilkan produk antara (intermediate product) berupa asam sulfat dan asam nitrat. Setelah 0,1 detik dari proses irradiasi, produk antara (asam sulfat dan asam nitrat) bereaksi dengan ammonia sehingga dihasilkan produk akhir berupa ammonium sulfat dan ammonium nitrat. Kedua senyawa ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk sulfat dan pupuk nitrogen.

2.7

Penyehatan Lingkungan Pertambangan, Pencemaran Dan Penyakit-Penyakit Yang Mungkin Timbul

Upaya yang dilakukan dengan berbagai metode seperti ameliorasi, penggunaan bahan organik, penggunaan mikroorganisme, dan penanaman covercrop. 1.

Ameliorasi/remediasi lahan Upaya pemberian masukan berupa kapur atau bahan organik ke atas permukaan lahan atau ke

dalam lubang tanam dengan tujuan untuk memperbaiki sifat fisika, kimiawi dan biologi tanah. Ameliorasi Memiliki manfaat sebagai berikut: 9

a) Meningkatkan pH tanah sehingga mendekatinetral b) Menambah unsur Ca dan Mg c) Menambah ketersediaan unsur hara, contohN,P d) Mengurangi keracunan Al, Fe dan Mn e) Memperbaiki kehidupan mikroorganisme.

2.

Penggunaan Bahan Organik Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau

telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya. Penggunaan bahan organik memiliki manfaat sebagai berikut: a)

Stimulan terhadap granulasi tanah,

b) Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, c)

Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil,

d) Menetralisir daya rusak butir-butir hujan, e)

Menghambat erosi.

3.

Penanaman Cover Crop Tanaman kacang-kacangan penutup tanah/ Cover Crop adalah setiap tanaman tahunan, dua

tahunan, atau tahunan tumbuh sebagai monokultur (satu jenis tanaman tumbuh bersama-sama) atau polikultur (beberapa jenis tanaman tumbuh bersama-sama), untuk memperbaiki berbagai kondisi yang terkait dengan pertanian berkelanjutan. Penggunaan Cover Crop memiliki manfaat sebagai berikut: a)

Mengelola kesuburan tanah.

b) Memperbaiki kualitas tanah. c)

Memperbaiki kualitas air.

10

4.

Pemanfaatan Mikroorganisme Fungsi atau jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang secara umum mendominasi (hidup)

dalam ekosistem tanah. Mikroorganisme ini dicirikan dengan miselium berbenang yang tersusun dari hifa individual. Saat ini beberapa jenis fungi telah dimanfaatkan untuk mengembalikan kualitas/ kesuburan tanah. Hal ini karena secara umum fungsi mampu menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral yang dilepas akan diambil oleh tanaman. Penambangan dapat menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang serius seperti kebakaran-kebakaran, ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galian yang rubuh yang dapat menimbulkan dampak pada orangorang yang bermukim di komunitas sekitar tambang. Dampak dan bahaya yang mengancam kesehatan masih juga dirasakan di tempat-tempat bekas daerah yang pernah ditambang, karena orang-orang dapat terpapar limbah tambang dan bahan-bahan kimia yang masih melekat di tanah dan di air. Pertambangan mengancam kesehatan dengan berbagai cara: 1. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam- logam berat dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan gangguan kesehatan sepanjang hidup mereka. Kerusakan paru-paru yang diakibatkan debu dari batuan dan mineral adalah suatu masalah kesehatan yang banyak ditemukan. Debu yang paling berbahaya datang dari batubara, yang menyebabkan penyakit paru-paru hitam (black lung diseases). Di samping itu debu dari silika menyebabkan silikosis (silicosis) Gejala-gejala paru-paru yang rusak. Debu dari pertambangan dapat membuat sulit bernapas. Jumlah debu yang banyak menyebabkan paru-paru dipenuhi cairan dan membengkak. Tanda-tanda dari kerusakan paru-paru akibat terpapar debu antara lain: a)

napas pendek, batuk-batuk, napas yang berdesah.

b) batuk-batuk yang mengeluarkan dahak kuning atau hijau (lendir dari paru-paru). c)

sakit leher.

d) kulit membiru dekat kuping atau bibir. e)

sakit dada.

f)

tidak ada nafsu makan.

g) rasa lelah. 2. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang janggal dapat menyebabkan lukaluka pada tangan, kaki, dan punggung. 3. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkan kerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapat menimbulkan kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat berbahaya seperti gangrene, bisa mengakibatkan kematian. 11

4. Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkan masalah pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran. 5. Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapat merusak penglihatan. 6. Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup dapat menyebabkan stres kepanasan. Gejala-gejala dari stres kepanasan berupa pusing-pusing, lemah, dan detak jantung yang cepat, kehausan yang sangat, dan jatuh pingsan. 7. Pencemaran air dan penggunaan sumber daya air berlebihan dapat menyebabkan banyak masalahmasalah kesehatan. 8. Lahan dan tanah menjadi rusak, menyebabkan kesulitan pangan dan kelaparan. 9. Pencemaran udara dari pembangkit listrik dan pabrik-pabrik peleburan yang dibangun dekat dengan daerah pertambangan dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang serius.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Kegiatan pertambangan membawa dampak buruk bagi lingkungan perairan akibat penggunaan senyawa logam berat merkuri (Hg). Merkuri dapat terakumulasi dalam tubuh organisme yang hidup di perairan dan bersifat toksik atau mematikan pada konsentrasi tertentu. Selain itu pencemaran lingkungan perairan akibat kegiatan pertambangan secara nyata berpengaruh terhadap perekonomian nelayan. Serta dampak yang ditimbulkan dari PLTU adalah 1. Radiasi yang berasal dari SUTT yang dapat menggangu kesehatan masyrakat. 2. Pencemaran udara dan hujan asam sangat berdampak terhadap kesehatan seperti timbulnya penyakit silikosis dan antraksis. 3. Kerusakan ekosistem dan biota hidup yang disebabkan pembangunan PLTU dan pencemaran udara. 4. Kerusakan sarana jalan dan menggangu ketentraman masyarakat sekitar saat beroperasinya PLTU.

12

3.2 1.

Saran Kegiatan pertambangan di Indonesia harus dipantau secara ketat untuk menghindari adanya penambangan ilegal yang sering kali mengabaikan dampak negatif yang timbul pasca penambangan.

2.

Setiap industri penambangan perlu melakukan recovery terhadap lingkungan pada tahap pasca operasi kegiatan penambangan agar dampak yang merugikan dapat ditekan.

3.

Bagi pemerintah diharapkan dalam pembangunan PLTU perlu mempertimbangkan lokasi dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat lebih jauh serta melakukan penanganan terhadap dampak yang ditimbulkan.

4.

Bagi pihak PLTU berupaya mengurangi zat pencemar yang dihasilkan oleh PLTU seperti pengolahan polutan menjadi gipsum dan pupuk.

5.

Bagi masyarakat diharapkan tidak mendirikan rumah di dekat PLTU untuk mengurangi dampak PLTU secara langsung dan besar.

Daftar Pustaka http://www.pusatmakalah.com/p/kesimpulan-makalah-dampak-penambangan.html http://aerorobotic.blogspot.co.id/2013/04/lingkungan-pertambangan.html http://blogriyani.blogspot.co.id/2013/04/tugas-pengetahuan-lingkungan.html http://arwantorevhian.blogspot.co.id/2013/07/ringkasan-makalah-pertambangan.html https://www.academia.edu/11635720/Dampak_Pertambangan_Terhadap_Lingkungan https://www.wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambangan-terhadap-lingkungan-hidup http://kalana-jaya.blogspot.co.id/2013/06/makalah-analisa-dampak-kesehatan-dan.html

13