PGM 2010, 33(1): 14-22
Hubunqan status gizi mikm denqan status gizi anak remaja SLTP
Yuniar R, dkk
HUBUNGAN STATUS ZAT GlZl MlKRO DENGAN STATUS GlZl PADA ANAK REMAJA SLTP (THE CORRELATION OF MICRONUTRIENT AND NUTRITIONAL STATUS AMONG JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS) Yuniar Rosrnalina 'dan Fitrah Ernawati
'
ABSTRACT Rational: Good Nutritional status is the basic building block of human capital. To improve the quality of human resources, some attention must be given to the micronutrient and the nutritional status of our human resource. Junior high school students provide the pool of human capital for the future. According to a survey, the micronutrient and nutritional status of these children are still under the satisfactory level. Objectives: To find out the correlation between micronutient status and nutrirional status among junior high school students. Methods: Study design is a cross-sectional. The samples are junior high school at grade one-two and healthy. They were not menstruating and willing to parcipate in this study. Results: This study find out 27.6 % of junior high school were stunted, 6.7% were severely stunted. and 14.7% were underwight. We also find around 37% anemic. 30% were vitamin A deficient, and 41% had zinc deficiency. The average intake of iron, vitamin A and zinc were 40% 50% and 40% respectively, while the average of energy and protein intake were 60% of RDA. Conclucions: There is no correlation between micronutrient status and nutritional status among the students (height by agelage standart) [Penel Gizi Makan 2010, 33(1): 14-22] Keywords: micronutrient status, nutritional status, zinc status, junior high school
PENDAHULUAN
A
nak sekolah merupakan sumber daya manusia (SDM) di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensinya dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Untuk mempersiapkan SDM yang tangguh, sehat dan produktif perlu perhatian sedini mungkin. Untuk mewujudkan harapan seperti itu masih banyak kendala yang harus diatasi. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan sebagian anak sekolah masih mengalami berbagai gangguan gizi. Hasil RISKESDAS 2008 menunjukkan prevalensi status gizi anak sekolah (&I4 tahun) secara nasional dengan kategori kurus dan sangat kurus menurut indeks IMT menurut umur pada laki-laki sebesar 13,3% dan perempuan 10,9%.' Status gizi berdasarkan indeks IMT rnenurut umur menggambarkan kekurangan gizi pada saat ini Gangguan gizi selain disebabkan karena kekurangan zat gizi makro (energi dan protein), dapat juga disebabkan kurang
I
Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan. Kemenkes RI
zat gizi mikro (zat besi,vitamin A dan seng) atau kombinasi dari ketiganya. Saat ini status gizi secara antropometri lebih dikaitkan dengan asupan zat gizi makro (karbohidrat, kalori, protein dan lemak). Padahal peranan zat gizi makro tidak akan optimal tanpa kehadiran zat gizi mikro. Rata-rata konsumsi orang dewasa yang dianjurkan sebesar 2100 kalori per hari merupakan patokan global dengan asumsi di dalamnya tersedia zat gizi mikro yang memadai. Pada kenyataannya masih ditemukan kekurangan zat gizi mikro sepefti zat besi dan vitamin A di rnasyarakat. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) melaporkan prevalensi anemia pada anak sekolah dan remaja masih sebesar 3 6 , 5 ~ . ~ Dampak anemia pada kalangan pelajar sangat merugikan karena membuat lesu. lemah, semangat belajar menurun, rentan terhadap penyakit sehingga berakibat prestasi belajar menurun.
PGM 2010.33(1): 14-22
Hubungan status gizimikro dengan status gizi anak remaja SLTP
~ e k u r a n ~ aseng n yang terjadi pada usia sekolah dapat berakibat gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan sel otak. Kekurangan seng yang terjadi pada usia sekolah dapat berakibat gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan sel otak. Menurut Groff. 1998 defisiensi seng dapat m e n u ~ n k a nkemampuan ekspresi gen dalam proses replikasi sel dan pertumbuhan t u ~ a n ~ . ~ Selain anemia dan defisiensi Zn ternyata pada anak sekolah ditemukan juga masalah defisiensi vitamin A. Menurut Wiryatmaji B. Kadar serum vitamin A <2! ugldl pada anak sekolah sebesar 24%. Menurut WHO bila prevalensi defisiensi vitamin A ( ~ 2 0ugldl) lebih dari 15 termasuk masalah kesehatan masyarakat. Tulisan ini akan menyajikan hasil penelitian mutakhir mengenai profil status zat gizi mikro dan status gizi antropometri dan bagaimana hubungan status gizi keduanya pada anak remaja SLTP. BAHANDANCARA Desain dan lokasi Desain penelitian adalah " Crossectional". Penelitian dilakukan di wilayah kabupaten Bogor dari bulan Juni sampai Agustus 2009. Sampel penelitian Sampel penelitian adalah Murid SMP kelas I dan II laki-laki dan perempuan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu umur 11 15 tahun, sehat fisik dan klinis, tidak sedang menstruasi dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian Besar sampel Besar sampel (N) dihitung dengan rumus Lemeshow ( 2 0 0 0 ) . b e n g a n perkiraan prevalensi gizi kurang (stunting) sebesar 16% maka untuk memperoleh gambaran prevalensi diperlukan N sebesar 300 anak. Jenis data dan cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi: sampel identitas dan karakteristik
Yuniar R, dkk
menggunakan kuesioner. Data klinis dikumpulkan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan klinis oleh dokter. Berat badan menggunakan timbangan digital merk Seca dengan ketelitian 0,l kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan "Microtois" dengan ketelitian 0.1 cm. lndikator status Gizi berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur dan lndeks Massa Tubuh dihitung dari rasio Berat badan dengan Tinggi badan dikurang seratus kuadrat. lndikator dianalisis menggunakan standard WHO 2005. Analisis biokimia ( Hb) menggunakan metoda Cyanmethemoglobin. Analisa Vitamin A dengan HPLC dan analisis Zink menggunakan Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS) dan konsumsi makanan dengan metoda recall 2x24 jam.'@ Manajemen dan analisis data Manajemen data meliputi kegiatan editing, entri dan cleaning data sebelum dilakukan analisis. Editing mulai dilakukan oleh pewawacara semenjak data diperoleh dari jawaban responden. Analisis data ditujukan untuk mencapai tujuan penelitian. Data disajikan dalam bentuk rata-rata, simpang baku, sebaran, uji statistik yang digunakan adalah uji Chisquare.
Karakteristik Responden Tabel 1 memperlihatkan karakteristik responden. Jumlah sampel terpilih keseluruhan 300 orang, sebagian besar (63,3%) adalah murid perempuan dengan rata-rata umur 13.0 i 0,3 tahun, sedangkan murid laki-laki 13,l 0,4 tahun. Hampir 80% ibu dari sampel adalah ibu Rumah Tangga dan urutan kedua adalah PNS, sebesar 6,0%. Sementara sebagian besar (27,1%) bapak bekerja sebagai buruh bangunan dan urutan kedua terbesar (254%) adalah pedaganglwiraswasta.
+
PGM 2010,33(1): 14-22
Hubungan status gizimikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Yuniar R, dkk
Tabel 1 Karakteristik Responden Variabel
N
%
Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan
Pekerjaan ibu PNS,TNI,POLRI Pegawai swasta Buruh bangunan Dagang Tidak kerja/lRT Lainnya
Pekerjaan Bapak Tidak kej a PNS,TNI,POLRI Pegawai Swasta Buruh bangunan Daganglwiraswasta Petani PenjahiVsopir.ojek Lainnva
Tabel 2 memperlihatkan hasil penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan perhitungan lndeks Massa Tubuh (IMT). Terlihat pada tabel di bawah rata-rata tinggi badan dan berat badan murid laki-laki sedikit lebih tinggi dari murid
perempuan. Baik murid laki-laki maupun perempuan mempunyai rata-rata nilai IMT normal berdasarkan standar WHO (2005), yaitu masing-masing 17,l untuk laki-laki dan 18.4 untuk perempuan.
Hubungan status gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
PGM 2010,33(1):14-22
Yuniar R. dkk
Tabel 2 Hasil Pengukuran Antropometri Laki-laki (n =110)
Perempuan (n =190)
Total
149,6 f 9,2
148,8 f 5,8
149,l f 7,05
17,l + 2,3
18.4 + 2,6
17,8 + 2,55
Variabel
Berat badan
(kg)
Tinggi badan
(cm)
lndeks Masa Tubuh (IMT)(KgI m2)
Status Gizi Status gizi ditentukan berdasarkan tinggi badan menurut umr (TBIU) dan lndeks Masa Tubuh menurut Umur dan jenis kelamin (IMTIU). Menurut WHO 2005, anak dikatakan sangat pendek bila ratarata TBIU kurang dari -3
Standard deviasi (SD) dan pendek bila <-2 SD dan normal -lSD sampai + I SD. Anak dikatakan sangat kurus bila IMTlU c -3 SD. kurus bila IMTIU c -2SD dan normal >=2SD sampai + 1 SD. Gambaran status gizi anak berdasarkan WHO, 2005 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Penyebaran Status Gizi menurut TBIU dan IMTIU TBlUJenis kelamin
Sangat pendek n f%l
Pendek n ("h)
Normal n ("h)
Total n ("A)
Perempuan
12 ( 6 3 )
47 (24,7)
131 (68,9)
190 (100,O)
Total
20 (6.7)
83 (27,6)
197 (65.7)
300 (100,O)
Jenis Keiamin
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Total
n (Oh)
n (Oh)
n (Oh)
n ("h)
n (%)
19 (17.2)
90 (81,8)
1 (09)
I 1 0 (100.0)
Laki-laki Perempuan
1 (03)
25 (13,8)
163 (85,8)
1 (03)
190 (100,O)
Total
1 (03)
44 (14,7)
253 (84,3)
2 (0,7)
300 (100.0)
Dari Tabel 3, teriihat bahwa prosentase anak SLTP dengan kategori pendek dan sangat pendek untuk anak laki-laki sebesar 32,7% dan 7,2%, sedangkan pada anak perempuan sebesar 24.7% dan 6,3%. lndikator lain untuk melihat status gizi anak remaja adalah indeks masa tubuh menurut umur dan jenis kelamin (IMTIU). Dengan indicator tersebut ternyata persentase anak dengan kategori kurus dan pada anak laki-laki sebesar
17,2% dan anak perempuan sebesar 13.8%. Dibandingkan dengan angka nasional Riskesdas tahun 2008, hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi. Konsumsi Zat Gizi Gambar 1 memperlihatkan persentase konsumsi zat gizi terhadap angka kecukupan gizi (% AKG) menurut jenis kelamin.
.
..-I
'
,
,..\
PGM 2010. 33(1): 14-22
Hubuogan status gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Yuniar R, dkk
Gambar 1 Konsumsi Zat Gizi (% AKG) menurut Jenis Kelamin vitamin A dibawah 50% dan konsumsi seng hanya 30%.
Gambar 1 menunjukkan bahwa konsumsi zat gizi makro khususnya energi dan protein masih cukup rendah. Konsumsi energi maupun protein anak laki-laki maupun perempuan hanya mencapai sekitar 60%. Sedangkan konsumsi zat gizi mikro masih jauh dari angka kecukupan. Konsumsi zat besi masih dibawah 30%.
Status Gizi Mikro Hasil pemeriksaan biokimia seperti kadar Hb, vitamin A (retinol) dan zinc disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata Kadar Hemoglobin, Retinol dan Zinc
Mikronutrien Hb
(gldl)
N
Laki-laki Rata-rata + SD
Perempuan
-
N
Rata-rata + SD
P
110
12.8 + 1,5
190
12,4 + 1 3
0.026
Retinol (ugldi)
69
25,O + 6.8
125
26.1 + 7 3
0.276
Zinc
65
0.68 + a 1 5
134
0.76+ OJ4
0.000
(ug1L)
Pada Tabel 4 terlihat rata-rata kadar Hb murid murid laki-laki lebih tinggi secara bermakna (p= c0.05) dibandingkan dengan murid perempuan, sebaliknya kadar serum retinol dan zinc lebih tinggi dibandingkan dengan murid laki-laki, namun hasil analisis menunjukkan hanya kadar zinc yang
menunjukkan perbedaan yang berkna (p ~0.05) pgldl, dengan nilai kisaran 10,l pgldl sampai 48.2 pgldl. Sebaran status zat gizi mikro (status Hb, retinol dan Zinc dalam serum) menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 5.
Hubunganstatus gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
PGM 2010.33(1): 14-22
Yuniar R, dkk
Tabel 5 Penyebaran Murid SLTP menurut Status Zat Gizi Mikro dan Jenis Kelamin Variabel
Laki-laki n
Perempuan
Oh
N
Oh
Total N %
Status HB Anemia (Hb < 12 gldl)
39
35,5
75
395
114 38,O
71
645
115
603
186 62,O
Rendah ( < 20 pgldl)
20
29,O
36
28.8
56 28,9
Normal ( ~ 2 pgldl) 0
49
71 .O
89
71.2
139 71,l
Rendah ( c 0.70pglL)
45
52,9
40
29,9
85 38,8
Normal ( ,0,70 pgIL)
40
47,l
94
70,l
134 61.2
Tidak anemia (Hb
> 12 gldl)
Status Vitamin A
Status Zinc
Menurut WHO seorang anak remaja (umur 13 - 15 tahun) dikatakan anemia bila kadar Hb el2 gldl. Berdasarkan kriteria tersebut, terlihat pada Tabel 5 persentase anemia sebesar 38.0%. bila dipisah murid laki-laki dan perempuan masing-masng sebesar 35.5% dan 39,5%. secara statistik tidak berbeda bermakna. Status vitamin A dalam serum dikatakan rendah, bila kadar retinol serum c20 pgldl (WHO). Pada Tabel 5 , terlihat bahwa persentase kurang vitamin A (retinol) sebesar 28.9%, bila dipisah antara murid laki-laki dan perempuan, masingmasing sebesar 29,0% dan 28.8%. secara statistik tidak berbeda bermakna. Menurut Gibson, status zink dikatakan rendah bila kadar zink dalam
serum <0,70pglL. Berdasarkan nilai batas tersebut, maka persentase murid dengan status zink rendah sebesar 38,8%. Bila dipisah antara laki-laki dan perempuan. masing-masing sebesar 52,9% dan 29.9%. secara statstik berbeda bermakna (P = 0.05) Hubungan status zat gizi mikro dan status gizi (TBIU) Tabel 6 memperlihatkan rata-rata kadar Hb, retinol dan zink menurut status gizi dengan indicator TBIU. Hubungan dengan indikator IMTIU tidak dianalisis karena proporsi murid yang menderita hanya 14,7%.
Tabel 6 Rata-rata Kadar Haemoglobin, Retinol dan Zinc Murid menurut Status Gizi
Variabel
Status Pendek dan sgt pendek
Gizi(TB1U) Normal
N
Rata-rata f SD
N
102
12,4i1,34
197
Retinol (pgldl)
71
24.7k 6.08
122
Zinc
79
0,68k 0.16
139
Hb
(gldl)
(ua/L)
P
Rata-rataf SD
* 26.4 * 7,61 0.74* 0,14 12.7 1.35
0,059 0,107 0.042*
PGM 2010,33(1): 14-Zi
Hubungan sf&
gizimikm dengan stahls gizi anak remaja SLTP
Tampak pada Tabel 6 rata-rata kadar Hb, retinol dan zink anak SLTP dengan status gizi kurang (pendek dan sangat pendek) hampir sama dengan anak berstatus gizi normal. Akan tetapi murid dengan status gizi kurang mempunyai kadar zinc yang lebih rendah secara bermakna (p ~ 0 . 0 5 ) dari pada murid
Yuniar R, dkk
dengan status gizi normal, masing-masing sebesar 0.68 f 0,161 pg/L dan 0.74 k 0.143 pglL. Untuk mengetahui adanya hubungan antara status anemia, vitamin A (retinol) dan zinc dengan status gizi dilakukan uji bivariat. Hasil uji statistic disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Status Anemia, Vitamin A (Retinol) dan Zinc menurut Status Gizi Variabel
P
Status Gizi (TBIU) Kurang
Normal
n
N
Anemia (Hb c 12 gldl)
44
69
Tidak anemi (Hb >12 gldl)
58
128
Rendah ( c 20 pgldl)
21
34
Normal ( 5 2 0 pgldl)
50
88
Rendah ( c 0,70 pglL)
36
49
Normal ( 50,70 glL)
43
90
Haemoglobin 0,107
Retinol 0,462
Zinc
Terlihat pada Tabel 7, bahwa tidak ada hubungan antara status anemia, status vitamin A dan zinc dengan status gizi. BAHASAN Dari Tabel 1, terlihat bahwa sebagian besar sampel berasal dari keiuarga menengah kebawah dengan mata pencaharian sebagian besar orang tua adalah buruh bangunan dan pedagang. Dengan mata pencaharian demikian diperkirakan mempunyai pendapatan yang relatif rendah Persentase remaja SLTP dengan kategori pendek dan sangat pendek ternyata cukup tinggi (27,7%). Sedangkan persentase anak remaja dengan kategori kurus menurut IMTIU untuk laki-laki sebesar 17,7% dan perempuan 10.9% Data ini menggambarkan bahwa kekurangan gizi pada anak remaja sudah berlangsung lama (kronis). Menurut Basuni .A (2002) mengatakan bahwa status gizi anak sekolah sangat dipengaruhi status gizi saat balita. Angka prevalensi status gizi
0.088
kurus menurut IMTlU pada anak remaja ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional (Riskesdas.2008). Gambaran status zat gizi mikro untuk remaia SLTP menuniukkan bahwa p r e ~ & ? n ~anemia i pads remaja SLTP masih cukup tinggi sebesar 393%. Dibandingkan dengan an ka SKRT (2004) belum banyak berubah? Demikian juga anak dengan kekurangan vitamin A masih cukup tinggi sebesar 29,9%. Menurut WHO, bila kekurangan vitamin A (c20 ugldl) lebih dari 15% termasuk masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi kurang zinc banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, masing-masing sebesar 59.9% dan 29,9%. Nampaknya kekurangan zinc juga sudah berlangsung lama, mungkin sejak balita. Menurut hasil penelitian Herman.S (2005) menunjukkan bahwa kekurangan zink pada anak balita cukup tinggi sebesar 40,0%.'~ Bila dikaitkan dengan dengan konsumsi zat gizi (Gambar I), khususnya
PGM 2010,33(1): 14-22
konsumsi zinc terlihat bahwa konsumsi zinc dari makan sehari-hari untuk anak lakilaki maupun perempuan masih jauh dari kecukupan hanya 30,1%. Konsumsi energi dan protein yang hanya sekitar 60% dari Angka Kecukupan juga mempunyai kontribusi terhadap rendahnya asupan zat gizi mikro KESIMPULAN Dari data yang dikumpulkan dapat disimpulkan sebagai berikut :
4.
5. 6. 7.
8.
Yuniar R. dkk
Hubungan sfatus gizi mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Persentase anak remaja SLTP dengan kategori pendek dan sangat pendek masing-masing sebesar 27.6% dan 6,7%. Persentase anak remaja SLTP dengan kategori kurus dan sangat kurus masing-masing sebesar 14,7% dan 0,3%. Persentase anak SMP dengan kadar Hb rendah ( 4 2 g/DL) sebesar -37.5% Persentase anak dengan status vitamin A rendah(c20 ugldl) sebesar 28,9% Persentase anak dengan status zinc rendah (<70 ug/L) sebesar 41,4%. Konsumsi energi dan protein masih rendah (dibawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan) yaitu 60%. Konsumsi zat besi, vitamin A dan zink dari rnakanan sangat rendah masing-masing berkisar 24-29% AKG. 3946% AKG dan 29-30% AKG. Tidak ada hubungan antara status status zat gizi mikro dengan status Gizi
SARAN Mengingat persentase murid SMP yang termasuk kategori kurus, anemia dan kurang zinc anak SMP masih cukup tinggi perlu dilakukan suplementasi zat gizi makro maupun mikro secara terpadu. Sebaiknya program PMT AS perlu digalakkan kembali sebagai salah satu muatan dalam program UKS.
berpartisipasi sebagai sampel pada penelitian. Rasa terima kasih yang sama juga kami sampaikan kepada pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas pembiayaan penelitian ini. Kepada Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Dramaga, Kabupaten Bogor dan lbu Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Kota Bogor dan Bapak Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Fathusa'adah Kecamatan Cimahpar Kabupaten Bogor, tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas izin yang diberikan kepada kami untuk melakukan penelitian di ketiga sekolah tersebut. Khusus kepada Bapak-Bapak dan lbu-lbu guru yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti selama pelaksanaan penelitian di sekolah, kami ucapkan terima kasih. kami ucapkan rasa terima kasih yang mendalam. Mudahmudahan hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan rnanfaat khususnya bagi dunia pendidikan. Rasa terirna kasih . vana sama iuaa kami sampaikan kepada pihak ~irekiorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas pembiayaan penelitian ini.
-
RUJUKAN 1.
2.
3.
4.
5.
Badan Litbang Kesehatan, DepKes RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007-2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, 2001. Groff. J.L. and Sareen.S. Gropper. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Third Ed. Wadsworth. 1998 Wiryatmadji dkk. Laporan Survai WFP'S Nutrition Rehabilitation. Programme in Madura, Lombok and West Timor. Jakarta WFP'S, 2007. Alfred Sommer and Frances R. Davidson. Assessment and Control of Vitamin A Deficiency: The Annecy Accord. Proceeding of the XX International Vitamin A Consultative Group Meeting. American Society for Nutritional Sciences, 2002. ~
UCAPAN TERIMA KASlH Ucapan terima kasih seluruh siswa SMP Negeri 1 Drarnaga Kabupaten Bogor, SMP Negeri 6 Kota Bogor dan Madrasah Tsanawiyah Fathusa'adah Kecamatan Cimahpar Kabupaten Bogor yang telah ikut
~
PGM 2010,33(1): 14-22
6.
7.
Hubungan status gin'mikm dengan status gizi anak remaja SLTP
Lemeshow et.al. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000. WHO. Technical Report Series. Physical Status: The Use and ~nter~retation of Anthrophometri. Report of a WHO Expert Committee. Geneva: WHO, 1995.
8.
9. 10.
Yuniar R, dkk
Gibson, RS. Priciple of Nutrition Assessment. New York: New York University Press, 1990. S u ~ a iKesehatan Rumah Tangga (SKRT). Jakarta: Badan Litbang Kesehatan D e ~ k e sRI. 2004. Herman.Susilowati. Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia: Perhatian Khusus ~ a d a Kurana Vitamin A (KVA. ~ i e m i a ,dan geng). 6og;r: Puslitbang Gizi dan Makanan. 2009.