PDF

Download ketergantungan = 0,833 p>0,05; F obsesif-kompulsif = 0,038 p>0,05; F psikopat = 0,746 p>0,05). Kata kunci: profil kepribadian, plagiat. Abs...

0 downloads 263 Views 158KB Size
PERBEDAAN PROFIL KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA PELAKU DAN BUKAN PELAKU PLAGIAT Hartosujono Fakultas Psikologi UST Abstrak Perilaku plagiat merupakan bagian dari ketidakjujuran akademis. Hal itu diperkirakan muncul karena tiga faktor yaitu adanya dukungan teknologi, penjaga ujian yang lengah, dan penyimpangan kepribadian. Faktor terakhir merupakan ubahan tergantung. Beberapa jenis tugas dan ujian yang diberikan kepada 63 mahasiswa peserta pelajaran psikologi sosial. Subjek juga harus mengisi skala yaitu Skala Kepribadian Universitas Gadjah Mada, dari sejumlah mahasiswa itu terdapat para mahasiswa yang jujur dan terdapat beberapa pelaku plagiat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50 mahasiswa yang jujur, dan ada 13 mahasiswa yang plagiat tidak mengalami penyimpangan kepribadian (F kecemasan = 0,766 p>0,05; F = 0,833 p>0,05; F obsesif-kompulsif = 0,038 p>0,05; F psikopat = 0,746 p>0,05). ketergantungan Kata kunci: profil kepribadian, plagiat

Abstract Plagiarism is a kind of dishonesty behavior which taking and using another’s writing as one’s own. May be three basic factors underlying the plagiarism are technology supporting, lacking power of the exam official in charge, and personality deviation. The last factor is the dependent variable. Two type of task are weekly tasks and exams. Sixty-three students who attend the social psychology class have completed scale, the Gadjah Mada University Personality Scale. There many honest students and occurrence many plagiarized students. Comparing with 50 honest students, 13 plagiarized students do not significantly have four tendencies in their personality (F anxiety = .766 p>.05; F dependecy = .833 p>.05; F obsessive= .038 p>.05; F psychopath = 0.746 p>.05). compulsive Key words: personality profile, palgiarism

Perbedaan Profil Kepribadian ................. (Hartosujono)

\ 119[ [

Pendahuluan Ketidakjujuran akademis memiliki bentuk yang beragam, oleh karena itu dalam penelitian ini hanya jenis plagiat saja yang diteliti. Plagiat adalah perilaku mahasiswa yang menyalin pekerjaan mahasiswa lain yang kemudian diakuinya sebagai hasil karyanya sendiri. Istilah proses menyalin pekerjaan orang lain yang kemudian diakui sebagai milik sendiri sering disebut dengan copy-paste. Perilaku plagiat berkembang pesat karena kemajuan teknologi, seperti komputer, internet, dan fotocopi. Lueger (dalam Baron dan Byrne, 1987) menyatakan bahwa perilaku plagiat adalah perilaku yang mengarah sosiopat atau psikopat. Perilaku plagiat memiliki resiko yang tinggi, karena kemudahannya untuk dibuktikan. Menurut Thorphe, Pittenger dan Reed (1999) menyatakan bahwa perilaku plagiat dilakukan mahasiswa, karena ujian atau tugas tersebut dibawa pulang ke rumah. Para mahasiswa tersebut merasa yakin, bahwa perilaku mereka aman dan tidak akan terungkap. Meskipun plagiat beresiko besar, namun demikian perilaku ini banyak dilakukan. Kumpulan penelitian dari perguruan tinggi Villa Julie College (2002) menyatakan sejumlah mahasiswa melakukan tindak plagiat untuk berbagai alasan. Alasan-alasan itu antara lain:(1) individu tertekan karena ingin mewujudkan prestasi yang tinggi; (2) individu mengalami kecemasan yang tinggi terhadap persaingan di sekolah; (3) individu menganggap bahwa prestasi yang tinggi merupakan tiket untuk meraih penghargaan dalam kelas; (4) individu enggan mendapat peringkat terbawah. Kecemasan ternyata merupakan salah satu kunci seseorang melakukan plagiat (Beadle, 1999 dan Niels, 2002). Pelaku plagiat ini harus bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan \ 120[ [

pribadi, yaitu dapat nilai yang baik. Menurut Schneider (1999) dan Amstrong (1983) menyatakan bahwa keberanian para siswa melakukan plagiat, karena telah mempertimbangkan hal-hal berikut ini: perkembangan tuntutan sosial, kemajuan teknologi, model perilaku teman-teman dalam lingkungan sekolah, lamanya berada di sekolah tersebut, sistem, dan penegakan aturan-aturan sekolah yang tidak jelas. Sejumlah mahasiswa berani melakukan plagiat, karena anggapan bahwa hal ini tidak akan ketahuan. Burton (Hardin dan Bader, 2001) menawarkan argumentasi bahwa keberanian siswa untuk menentang peraturan, perilaku impulsif, dan pengambilan resiko merupakan reaksi perilaku yang terbaik untuk menghadapi situasi tertentu. Seseorang yang terbiasa melihat kelemahan proses penilaian akademis berpeluang melakukan ketidakjujuran. Bentuk kelemahan akademis itu seperti: letak tempat duduk, kondisi ruang kelas, kesiagaan penjaga ujian, dan berbagai situasi yang diperkirakan mendukung seseorang melakukan ketidakjujuran. Perilaku-perilaku ini dapat berulang pada waktu dan tempat yang lain karena telah menjadi bagian pribadi yang nyaman untuk dilakukan atau ciri sifat seseorang dalam menang gapi lingkungan (Cattel, dalam Soerjabrata, 1971). Penelitian yang telah dilakukan Bogle (2000) menggunakan skala yang disebarkan untuk mengungkap ketidakjujuran akademis dan salah satunya adalah plagiat. Penelitian tersebut tidak mencoba mengungkap pelakunya secara langsung. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah adanya perbedaan persepsi antara aturan yang ada di universitas dengan persepsi mahasiswa yang melakukan plagiat. Kebutuhan untuk mendapatkan pujian dari lingkungan sosialnya misal, orang tua, dosen, dan teman-temannya; serta teknologi yang ada

Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No. 2 Agustus 2005 : 119 - 127

saat ini memungkinan mahasiswa melakukan plagiat lebih mudah. Berasal dari berbagai pendapat di atas bahwa tujuan penelitian ini hendak membuktikan apakah para pelaku plagiat ada perbedaan kepribadian antara dengan yang tidak melakukan plagiat. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah: mahasiswa yang melakukan plagiat mempunyai tingkat kecemasan, dependensi, obsesif-kompulsif dan psikopatik yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak melakukan plagiat. Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan pola kepribadian diukur dengan skala yaitu kecemasan, dependensi, obsesif-kompulsif, dan psikopatik. Skala-skala tersebut diberikan pada peserta penelitian dan kemudian diperbandingkan hasilnya untuk mahasiswa kelompok plagiat dan kelompok yang tidak melakukan plagiat. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas : Status perilaku (perilaku plagiat dan bukan pelaku plagiat) 2. Variabel tergantung : Pola Kepribadian, khususnya kecemasan, dependensi, obsesif-kompulsif dan psikopatik. Definisi plagiat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu dari Dartmouth (Dartmouth College, 2002). Mahasiswa dinyatakan melakukan plagiat ketika mengambil tanpa ijin, atau meminjam hasil karya mahasiswa lain dan diakui sebagai milik pribadi. Dengan dukungan teknologi komputer atau hanya tulisan tangan saja, seorang mahasiswa mengganti nama penulis asli, yaitu temannya di kelas dengan namanya sendiri. Secara sederhana perbuatan plagiat dapat

diketahui terjadi dari tanda-tanda hasil karya tulis tugas yang telah terkumpul, berupa: ciriciri tulisan, anak judul, format penulisan, catatan kaki yang sama, kesalahan yang dibuat; susunan kalimat; lay out (jenis dan ukuran huruf, margin kertas, jenis sampul, tampilan logo universitas, header dan footer, foonote); dan daftar pustaka. Mahasiswa yang dianggap melakukan plagiat dalam penelitian bila mengikuti kriteria berikut ini, yaitu pertama, adanya plagiat dalam mengerjakan tugas mingguan dan ujian bawa pulang ke rumah. Kedua, mahasiswa melakukan plagiat yang berdasarkan ujian bawa pulang ke rumah saja. Batasan untuk variabel tergantungnya yaitu pola kepribadian yang diukur dengan skala kecemasan untuk mengukur ciri kecemasan. Skala dependensi untuk mengukur ciri-ciri yang bergantung terhadap orang lain. Skala obsesif-kompulsif untuk mengukur ciriciri seperti, keinginan keras mendapat peringkat terbaik (ambisius), harapan penghargaan sosial, merasa waktu yang tersedia selalu kurang, dan kesuksesan diukur dengan nilai. Skala psikopatik untuk mengukur ciri-ciri: kompetisi, pelanggaran peraturan, keberanian mengulang plagiat, manipulatif, dan impulsif. Individu dikatakan memiliki kelainan kepribadian bila mendapat nilai yang tinggi pada empat skala tersebut. Jumlah mahasiswa di kelas Psikologi Sosial I diikuti 76 orang. Para mahasiswa yang mengikuti penelitian ini diberi sejumlah tugas yang dikumpulkan secara mingguan, ujian tengah semester, ujian final yang dikerjakan di kelas dan ujian final yang dibawa pulang (take home exam). Tugas dan ujian tersebut harus dikerjakan secara mandiri. Mahasiswa peserta dibagi menjadi dua kelas secara acak. Mahasiswa-mahasiswa yang berperan serta dalam pengisian skala yang telah ditentukan akan diberik bonus atas partisipasinya.

Perbedaan Profil Kepribadian ................. (Hartosujono)

\ 121[ [

Alat pengumpul data yang dipergunakan adalah Skala Kepribadian Universitas Gadjah Mada (UGM) digunakan untuk melihat kecenderungan kepribadian para plagiat. Dari sejumlah Skala Kepribadian UGM tersebut yang digunakan hanya skala kecemasan, dependensi, obsesif-kompulsif dan psikopatik. Validitas Skala Kepribadian UGM dengan hasil untuk uji korelasi pada Clinical Analysis Questionnaire (CAQ), untuk skala kecemasan adalah 0,518; p<0,001 dan skala psikopatik adalah 0,038; p<0,05; (dalam Manual Skala Kepribadian UGM, tt - tanpa tahun). Untuk skala kecemasan, dependensi, obsesifkompulsif, dan psikopatik memiliki reliabilitasnya berkisar 0,6807 hingga 0,8270. Perbandingan yang dilakukan adalah dengan melihat tingginya jumlah data mentah dari skor skala; hasil tersebut yang diperbandingkan antara mahasiswa yang melakukan plagiat dan yang tidak melakukan

plagiat. Skala Kepribadian UGM terdiri dari 150 butir. Skoring berdasarkan tiga alternatif jawaban, yaitu memilih A yang berarti hampir tidak pernah, B yang berarti kadang-kadang dan C berarti hampir selalu. Guna memisahkan manakah mahasiswa yang merupakan pelaku plagiat dan mahasiswa bukan plagiat, penulis memanggil sejumlah mahasiswa yang ditengarai melakukan plagiat. Penulis kemudian meminta keterangan siapakah yang menjadi pelaku plagiat dan yang menjadi korbannya. Hasil Observasi dan Uji Statistik Hasil Observasi Hasil observasi pada seluruh tugas yang dikumpulkan dari awal pertemuan saat pelaksanaan ujian tengah atau mid semester sudah ada mahasiswa yang melakukan plagiat. Mahasiswa yang melakukan plagiat sepanjang

Tabel 1. Hasil Observasi Pelaku Plagiat, Gender, dan Jadwal Masuk Mingguan untuk Tugas*)

No.

No. Subjek

L/P

Hari

Sama dengan Tugas No. Subjek

L/P

Hari

1.

72

*)

L

Sabtu

42

L

Sabtu

2.

32

L

Rabu

3

P

Rabu

3.

61

*)

L

Sabtu

40

*)

L

Sabtu

4.

39

L

Sabtu

4

P

Sabtu

5.

25

*)

P

Sabtu

60

L

Sabtu

6.

33

L

---

65

L

Rabu

7.

52

L

Sabtu

54

L

Rabu

*)

*)

Hasil pengamatan secara langsung oleh dua dosen senior Perilaku plagiat berulang pada Ujian Final korban plagiat L/P: L= laki-laki, P= perempuan *)

\ 122[ [

Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No. 2 Agustus 2005 : 119 - 127

mengerjakan pada ujian final bawa pulang, ternyata perilaku plagiat lebih banyak. Dalam ujian bawa pulang (take home exam) ini terdapat plagiat ujian yang berantai. Plagiat berantai adalah sebutan untuk hasil karya tulis satu orang yang memiliki kesamaan dengan siswa lain hingga dua orang atau lebih. Peserta ujian ini 76 orang. Jumlah yang disertakan pada penelitian ini hanya 63 orang. Pelaku plagiat berjenis kelamin laki-laki berjumlah 8 orang dan perempuan terdapat 5 orang. Terdapat 13 mahasiswa yang tidak disertakan penelitian ini akan dibahas pada laporan penelitian lainnya, beberapa di antara mereka adalah korban plagiat. 76 mahasiswa yang menjadi peserta matakuliah Sosial I pada tempat penelitian. 50 orang tidak melakukan plagiat. Pada Tabel 1 diuraikan rincian berdasarkan observasi hasil tugas mingguan dari pelaku plagiat, korban plagiat, jenis kelamin dan jadwal masuk mingguan. Hasil wawancara yang dilakukan penulis ternyata 7 mahasiswa merupakan pelaku plagiat dan 7 mahasiswa yang lain adalah korban plagiat. Pada tabel 1 juga ditunjukkan nomor subjek dengan tanda & merupakan korban plagiat. Pada nomor subjek 32 dan 3 , kedua subjek ini bekerjasama dalam mengerjakan tugas dan tidak melakukan pembedaan apapun sehingga bisa dikatakan mereka saling plagiat. Subjek nomor 52 dan 54 hingga penelitian ini berakhir tidak dapat ditemui lagi sehingga tidak diketahui siapa yang korban dan yang melakukan plagiat. Subjek nomor 52 dan 54 tidak disertakan dalam penelitian ini, karena informasi yang tidak jelas. Selanjutnya para pelaku plagiat yang melakukan plagiat pada tugas akan digabungkan dengan pelaku plagiat pada waktu ujian final bawa pulang. Rincian hasil pengamatan yang dilakukan pada ujian bawa pulang akan diuraikan pada tabel 2. Dari 63 mahasiswa yang menjadi

peserta mahasiswa matakuliah Sosial I yang melakukan plagiat sesuai dengan kriteria penelitian ini adalah 13 orang dan yang tidak melakukan plagiat berjumlah 50 orang. Rincian jenis kelamin pelaku plagiat adalah laki-laki berjumlah 8 orang dan yang perempuan 5 orang. Pada nomor subyek 61 terjadi perubahan status, pada tugas mingguan mahasiswa tersebut menjadi korban plagiat sedangkan pada ujian bawa pulang, ia justru menjadi plagiat. Agar hasil observasi obyektif, penulis meminta bantuan pada 2 (dua) dosen senior sebagai penentu apakah tugas, ujian tengah semester dan ujian akhir mahasiswa tertentu melakukan plagiat atau tidak. Pemilahan apakah seseorang menjadi pelaku plagiat atau sebagai korban plagiat, dilakukan dengan cara penulis memanggil beberapa mahasiswa yang melakukan plagiat setelah ujian final Psikologi Sosial I usai. Mereka dimintai keterangan siapa yang menjadi korban dan pelaku plagiat. Pengujian Hipotesis Hasil pengujian untuk pengujian profil kepribadian untuk kelompok mahasiswa plagiat dan mahasiswa yang tidak melakukan plagiat memiliki F hitung dan probabilitas sebagai berikut, untuk kecemasan hasilnya adalah F= 0,827 (p = 0,367 > 0,05); dependen hasil F = 0,989 (p = 0,324 > 0,05); obsesifkompulsif hasil F = 0,108 (p = 0,744 > 0,05); dan psikopatik hasil F=1,028 (p=0,314> 0,05). Hasil dari skala kecemasan, dependensi, obsesif-kompulsif dan psikopatik ternyata memiliki probabilitas lebih dari 0,05 maka bisa dinyatakan tidak ada perbedaan profil kepribadian antara mahasiswa pelaku plagiat dan bukan pelaku plagiat. Hipotesis yang membedakan bahwa ada perbedaan profil kepribadian antara mahasiswa pelaku plagiat dan bukan plagiat tidak terbukti. Dengan kata lain profil kepribadian mahasiswa

Perbedaan Profil Kepribadian ................. (Hartosujono)

\ 123[ [

Tabel 2. Hasil Observasi Pelaku Plagiat, Gender, dan *) Jadwal Masuk Mingguan pada Ujian Final Bawa Pulang Sama dengan Tugas

No. Subjek

L/P

1.

12

L

Sabtu

40

2.

57

L

Rabu

3.

45

L

4.

25*)

5. 6.

No.

Hari

L/P

Hari

L

Rabu

49

L

Rabu

Rabu

70

L

Rabu

P

Rabu

66

L

Sabtu

72

*)

L

Sabtu

60

L

Sabtu

1

L

Rabu

36

P

Rabu

23

P

Rabu

20

P

Rabu

24

P

Sabtu

26

P

Rabu

8.

73

L

Sabtu

46

L

Rabu

9.

8

P

Sabtu

13

P

Rabu

61*)

L

Sabtu

---

---

---

L

Rabu

76

L

Sabtu

7.

10.

No. Subjek

37

*)

*)

Keterangan

Berantai dengan no. 7

Berantai dengan no. 9

*)

Hasil pengamatan secara langsung dua dosen senior Peserta sudah melakukan plagiat pada Tugas Mingguan Korban plagiat L/P: L= laki-laki, P= perempuan *)

pelaku plagiat dan mahasiswa yang tidak melakukan plagiat adalah sama. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepribadian mahasiswa plagiat dengan kepribadian mahasiswa bukan pelaku plagiat tidak memiliki perbedaan penyimpangan kepribadian. Hasil skala secara keseluruhan untuk rerata dan simpangan baku, para \ 124[ [

mahasiswa bukan pelaku plagiat justru memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang melakukan plagiat. Kecuali untuk hasil rerata pada skala obsesif-kompulsif, mahasiswa pelaku plagiat lebih tinggi daripada yang tidak melakukan plagiat hanya saja hasil tersebut tidak mencapai signifikansi. Diperkirakan ting ginya hasil rerata ini merupakan ketergantungan mahasiswa plagiat terhadap para korban atau calon korbannya.

Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No. 2 Agustus 2005 : 119 - 127

Meskipun demikian pada skala yang sama, simpangan baku untuk mahasiswa pelaku plagiat justru lebih rendah daripada mahasiswa yang tidak melakukan plagiat. Kurang dapatnya pembedaan dari kedua kelompok tersebut, yaitu mahasiswa pelaku plagiat dan bukan pelaku plagiat disebabkan penggunaan skala yang kurang tepat. Ketidaktepatan penggunaan skala tersebut menjadi kelemahan utama dalam penelitian ini. Kajian dari Kurtines dan Gewirtz (1984) bahwa perilaku plagiat lebih mengacu pada kognisi moral secara internal. Kognisi moral ini akan mengarahkan pada tindakan moral yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Kohlberg (dalam Peters, 1981) menyatakan perkembangan moralitas merupakan bagian kepribadian yang mengarah pada kognitif. Perkembangan moralitas individu sangat berkaitan dengan stabilitas dan karakternya. Kohlberg juga menyatakan bahwa kebiasaan individu melakukan tindakan praktis juga bergantung pada moralitasnya. Kebiasaan praktis seseorang dalam memutuskan sesuatu secara moralitas menyebabkan ia dapat menahan godaan untuk tidak semata-mata hanya menggantungkan dirinya dan menyerah pada situasi. Berkaitan dengan plagiat yang menekankan pada kondisi-kondisi lingkungan sebagai pengaruh yang lebih besar. Individu cenderung menyerah untuk kompetisi yang sah, namun ia jeli mengamati peluang dari kelemahan lingkungan atau sistem yang ada. Peraturan-peraturan yang tidak jelas, tidak rinci dan sering berganti-ganti merupakan kemungkinan besar untuk terjadinya pelang garan. Para pelaku plagiat sering mendapatkan kemudahan untuk meminjam tugas dari teman dan sahabatnya, alasan yang biasa dipergunakan adalah untuk contoh atau gambaran cara mengerjakan. Tidak jarang oleh mahasiswa pelaku plagiat hal tersebut justru

diplagiat secara keseluruhan. Kemampuan mahasiswa plagiat dalam membedakan dosen yang hanya memberikan tugas sebagai suatu formalitas dan yang tidak sebagai suatu hal yang formal, merupakan “celah” tersendiri untuk melakukan perilaku plagiat ini. Beberapa penulis (Hughes, 1981; Britell, 1981; Hechinger, 1980; dalam Baron dan Byrne, 1987) penelitian yang telah dilakukan, pembedaan untuk para pelaku plagiat dan bukan pelaku akan lebih dapat dibedakan pada kondisi kejujuran atau etika atau moralitas. Penggunaan skala kepribadian untuk perilaku plagiat dalam penelitian ini ternyata tidak tepat. Selain tidak tepatnya penggunaan skala dalam penyebaran pengisian skala yang diminta mengisi adalah mahasiswa psikologi, besar kemungkinan mereka segera mengetahui tes yang diberikan adalah tes kepribadian, sehingga dapat justru menimbulkan kesan yang baik atau buruk. Generalisasi sementara dalam penelitian ini adalah tekanan untuk pembenahan pada sistem lingkungan agar lebih disiplin dalam memberantas bentuk-bentuk ketidakjujuran akademis khususnya plagiat. Penelitian ini menjadi tambahan wawasan dalam menanggulangi perilaku plagiat dengan kontrol dari lingkungan. Lingkungan harus mengontrol agar mahasiswa tidak dapat menjadi pelanggar yang terus menerus. Dengan peraturan yang ditegakkan dan terapan hukuman yang benarbenar dilaksanakan diharapkan plagiat dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Selain itu, mahasiswa dapat diberi pemahaman dan kesadarannya untuk tidak melakukan perilaku plagiat pada saat pertemuan kelas pertamakali pada awal semester dan pada kuliah kode etik. Tindakan lain, pihak universitas dapat melakukan pembuatan peraturan yang rinci dan terapan hukuman yang benar-benar dilaksanakan.

Perbedaan Profil Kepribadian ................. (Hartosujono)

\ 125[ [

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Tidak ada perbedaan penyimpangan kepribadian yang pasti antara mahasiswa pelaku plagiat dengan mahasiswa yang tidak melakukan plagiat. Tidak adanya perbedaan ini disebabkan karena penggunaan skala yang tidak tepat 2. Individu pelaku plagiat mempergunakan perbedaan persepsi dan kelemahankelemahan ketidakjujuran akademis di kelas tempat mereka belajar. Ketidakjelasan ini bukan perilaku yang menyimpang, melainkan kejelasan pada peraturan akademis sebagai kontrol eksternal, untuk menekankan apa yang boleh dan yang tidak boleh. 3. Peraturan dan hukuman yang sudah ada harus benar-benar ditegakkan. Penegakan peraturan dan hukuman dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan jaman. Peraturan dan hukuman jangan sampai menjadi sesuatu yang hanya sekedar: galak di luar, namun lemah di dalam. Kelemahan, ketidakdisiplinan dan toleransi yang besar justru menjatuhkan integritas akademis.4. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, J. S. (1983). Cheating in Management Science. Interface. 13 (4), p 20-29. Baron, R. A. dan Byrne, Donn (1987). Social Psychology: Understanding Human Interaction. 5th Edition, Massachuseetts: Allyn and Bacon, Inc. Beadle, D.J. (1999). What type of Student More Likely to Cheat? Departement of Psychology – Missouri Werstern College. Available at \ 126[ [

http://clearinghouse.mwc.edu/manuscripts/ asp Bogle, K. (2000). Effect of Type of Student and Gender on the Attribution of Cheating. Proceeding of The Oklahoma Academy of Science. Vol 80, p.91-97. Available at http://digital.library.okstate.edu/oas/ oas_pdf/v80/p91_97 Darthmouth College. (2002). Academic Integrity at Dartmouth College: A survey Executive Summary. 18 April 2002. Available at http://www.dartmouth.edu/ ~deancoll/documents/integrity.html Hardin , C., dan Bader, C., (2001). Your Cheat’ Heart: Dishonest or Misinformed? P.1-4. Available at http://www.nade.net/documents/SCP99/ SCP99.3 Kurtines, W.M., dan Gewirtz, J.L. (1984). Morality, Moral Behavior, and Moral Development. New York: A WileyInterscience Publication. Manual Skala Kepribadian Universitas Gadjah Mada, (tanpa tahun). Bagian Psikologi Klinis. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Niels, G.J. (2002). Academic Practices, School Culture and Cheating Behavior. Winchester Thurston School. Peters, R.S. (1981). Moral Development and Moral Education. First Published. London: George Allen & Unwin Publishers Rusnak, J.R., Cramer, K.M., Page, S., dan Campbell, I.G. (2002). Academic Indiscretion in Hypothetical Scenarios: Identifying Situasional Variables Conducive to Cheating. Journal of

Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No. 2 Agustus 2005 : 119 - 127

Psuchology an the Behavioral Sciences. Volume 16. Available at http:// alpha.fdu.edu/psychweb/vol16/ rusnak.pdf Schneider, A. (1999). Why Proffessor Don’t Do More to Stop Students Who Cheat. The Chronicle of Higher Education. Available at http://chronicle.com

Soer jabrata, S. (1971). Psychology Kepribadian. Yog yakarta: RAKE Press.

Thorpe, M. F., Pittenger, D. J., dan Reed, B. D. (1999). Cheating the researcher: A study of the relation between personality measures and self-reported cheating. College Student Journal, 33, 4959. Available at http://www. findarticles. com/cf_0/m0FCR/1_33/ 62894053/p1/article.html Villa Julie College (2002). Plagiarism Tips. VJC home: Library home. Available at h t t p : / / w w w. v j c . e d u / l i b r a r y / librry_service/plagiarism.htm.

Stillerud, B. (2002). Behavioral Assumptions in Marketing Organizations: An Explorations of Dimensions of Governance, Role Stress and Organizational Outcomes. University of Kentucky. Gatton College of Business and Economics., unpublished manuscript.

Perbedaan Profil Kepribadian ................. (Hartosujono)

\ 127[ [