PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

Download 18 Jul 2013 ... PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING SEBAGAI. UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN LOGIKA MATEMATIKA. PADA SISWA KELAS X 2 S...

1 downloads 627 Views 247KB Size
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN LOGIKA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 GARUM

ARTIKEL ILMIAH

Oleh Gutomo Wibi Ananggih NIM 109311422585

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JULI 2013

Skripsi oleh Gutomo Wibi Ananggih ini Telah dipertahankan di depan dewan penguji Pada tanggal 18 Juli 2013

Dewan penguji

Dr. Abd. Qohar, M.T. NIP 19680321 200312 1 001

,Ketua

Drs. Eddy Budiono, M.Pd. NIP 19570321 198812 1 001

,Anggota

Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D. NIP 19651208 199103 1 004

,Anggota

Mengetahui, Ketua Jurusan Matematika

Mengesahkan, Dekan Fakultas MIPA

Dr. Makbul Muksar, S.Pd, M.Si. NIP 19681103 199203 1 002

Prof. Dr. H. Arif Hidayat, M.Si. NIP 19660822 199003 1 003

Skripsi oleh Gutomo Wibi Anannggih ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Malang, Pembimbing,

Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D NIP 196512081991031004

ABSTRAK

Wibi Ananggih, Gutomo. 2013. Penerapan model pembelajaran mind mapping sebagai upaya meningkatkan pemahaman logika matematika pada kelas X 2 di SMA Negeri 1 Garum. Skripsi. Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D Kata Kunci : mind mapping, pemahaman, logika matematika Berdasarkan pengamatan dan tes awal yang dilaksanakan peneliti di kelas X 2 SMA Negeri 1 Garum. Metode yang sering digunakan guru pada pelajaran matematika adalah metode ceramah. Dengan metode pembelajaran ceramah, materi kurang diserap siswa. Hal tersebut ditunjukkan juga dari hasil riset yang dilakukan para ahli yang menyatakan bahwa mendengarkan ceramah hanya memilki prosentase penyerapan informasi sebesar 20%. Hal tersebut dapat diperlihatkan dengan hasil tes awal yang didapatkan. Sebanyak 72% siswa dari 39 siswa kelas X 2 tidak lulus standard ketuntasan belajar minimum untuk sub pokok bahasan kompetensi dasar melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pembelajaran mind mapping di kelas X 2. Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran mind mapping, siswa dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi logika matematika untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Terdapat hubungan antara pembelajaran mind mapping dengan pemahaman siswa. Pembelajaran mind mapping memuat tahapan yang berkaitan dengan indikator pemahaman: 1) Interpretasi (interpreting) yaitu siswa dapat memberikan penjelasan tentang konsep sesuai dengan bahasa sendiri. 2) Mencontohkan (exemplifying) yaitu siswa dapat memberikan contoh ataupun noncontoh dari konsep. 3) Mengklasifikasikan (classifying) yaitu siswa mengelompokkan konsep berdasar katergori atau definisi yang ada. 4) Menggeneralisasikan (summarizing) yaitu siswa dapat menentukan konsep yang umum beserta sub konsep atau poin-poin khusus yang ada di dalamnya. 5) Membandingkan (comparing) yaitu siswa menghubungkan dari konsep-konsep yang saling berkaitan. 6) Inferensi (inferring) yaitu siswa menggambarkan informasi logis yang berupa konsep. 7) Menjelaskan (explaining) yaitu siswa menjelaskan dengan menggunakan sebab-akibat. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di kelas X 2 SMA Negeri 1 Garum dan pelaksanaan pembelajaran yang telah disajikan dalam pemaparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui langkah-langkah berikut: 1) Untuk menggali kemampuan interpretasi siswa, guru mengajak siswa untuk melakukan tanya-jawab yang berhubungan dengan konsep dan masalah. 2) Untuk menggali potensi mencontohkan siswa, guru dituntut untuk memberikan contoh terlebih dahulu. 3) Untuk menggali potensi generalisasi siswa, guru berkeliling untuk membimbing tiap kelompok secara langsung. 4) Untuk menggali potensi mengelompokkan, guru membimbing pengelompokan materi secara langsung. 6)

Untuk menggali potensi siswa Inferensi, guru mencontohkan secara langsung dipapan tentang cara pembuatan. 7) Untuk menggali potensi membandingkan siswa, guru menginstruksikan menghubungkan pada setiap kelompok untuk menghubungkan yang telah digambarkan menjadi bentuk mind mapping. 8) Untuk mengeksplorasi kemampuan siswa untuk menjelaskan, guru memberikan petunjuk untuk menggunakan hubungan sebab-akibat untuk mengerjakan soal. Pemahaman yang dimiliki siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Garum dalam pembelajaran logika matematika mengalami peningkatan. Dari hasil penilaian terhadap pemahaman pada akhir siklus II dapat terlihat dari kategori pemahaman yang dicapai siswa dan jumlah siswa yang memperolehnya. Semua siswa pada kedua pertemuan, memiliki kategori pemahaman diatas kategori pemahaman cukup. Nilai akhir siklus yang di dapat juga menunjukkan peningkatan dengan 89% siswa lulus SKBM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model mind mapping dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Penguji I,

ama

Dr. Abd. Qohar, M.T, Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D NIP 19651208 199103 1 200312 004 NIP 19680321 1 001

Penguji Utama,

Penguji II,

Dr. Abd. Qohar, M.T, NIP 19680321 200312 1 001

Drs. Eddy Budiono, M.Pd NIP 19570321 198812 1 001

ABSTRACT

Wibi Ananggih, Gutomo. 2013. Application of mind mapping learning models as an effort to increase understanding of mathematical logic on the X 2 class in SMA Negeri 1 Garum. Thesis. Mathematics Department, Mathematics and Science Faculty, State University of Malang. Advisors: Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D Keywords: mind mapping, understanding, mathematical logic Based on observations and research carried out preliminary tests in the class X2 SMA Negeri 1 Garum. Method often used by teachers in mathematics, is a lecture. With the lecture method of teaching, student learning materials is less absorbed. It is also shown from the results of research conducted by experts who claimed that listening to lectures only have the percentage absorption of information by 20%. This can be shown by the early test results obtained. As many as 72% of students from the X 2 class of 39 students did not pass the standard minimum passing grade for the subject sub competency in basic algebraic manipulations technical calculations related to the comparison, functions, equations, and trigonometric identities. Therefore, the researchers applied a model of learning mind mapping in the X 2 class. Expected with the implementation of mind mapping learning model, students can improve their understanding of the material mathematical logic to obtain better learning results. There is a relationship between learning mind mapping with students' understanding. Stages of learning mind mapping includes indicators relating to the understanding: 1) Interpretation (interpreting) that students can provide an explanation of the concept according to its own language. 2) Exemplifying (exemplifying) that students can give examples or noncontoh of concept. 3) Classifying that students classifying the concept based on categories or definitions. 4) summarizing that students can determine the general concepts and sub concepts or specific points in it. 5) Comparing that students relate the concepts that are interrelated. 6) Inferring that students describe logical information in the form of the concept. 7) Explaining that student describes using causation. Based on research in class X 2 SMA Negeri 1 Garum and feasibility study based mind mapping models that have been presented in the exposure of data and discussion, it can be concluded that with learning can enhance students 'understanding through the following steps: 1) To explore the students' interpretation skills, teacher encourage students for questions related to the concepts and issues. 2) To explore the potential of the students exemplifies, teachers are required to give an example first. 3) to explore the potential of students generalizing, teachers around to guide each group. 4) To explore the potential of student classifying, teachers guide the classification the material directly. 6) To explore the potential of students inferencing, the teacher exemplifies at the board about ways. 7) To explore the potential of students comparing , teachers instruct in person, to connect into mind mapping, which is

associated. 8) To explore the students' ability to explain, the teacher gives instructions for using causal relationship to do the problems. Understanding of the students class X2 SMA Negeri 1 Garum in learning mathematical logic has increased. From the results of assessment of the understanding at the end of the second cycle can be seen from the category of understanding achieved by students and the number of students who obtain it. All students at both meetings, has a understanding category above category enough understanding. Value at the end of the cycle can also show an increase with 89% of students graduating SKBM (minimum standards of passing grade). It can be concluded that the application of mind mapping learning models can improve students' understanding.

Examiner I

ama

Dr. Abd. Qohar, M.T, Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D NIP 19651208 199103 1 004 NIP 19680321 200312 1 001

Principle Examiner,

Examiner II,

Dr. Abd. Qohar, M.T, NIP 19680321 200312 1 001

Drs. Eddy Budiono, M.Pd NIP 19570321 198812 1 001

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN LOGIKA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 GARUM Gutomo Wibi Ananggih Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang Pembimbing: Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si, Ph.D Dosen Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Perlu suatu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan pemahaman terhadap materi logika matematika sangatlah diperlukan untuk SMA Negeri 1 Garum khususnya kelas X 2. Hal tersebut diperlihatkan dari daya serap UN untuk materi logika matematika tahun 2011 masih dibawah rata-rata daya serap UN tingkat nasional. Terlebih dengan hasil tes awal yang dilaksanakan didapatkan 72% dari siswa yang tidak mencapai nilai standard minimal. Dengan penerapan model pembelajaran mind mapping diupayakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Pembelajaran mind mapping sendiri mencakup 7 indikator yang dapat dikembangkan dalam peningkatan kognitif pemahaman. Tujuh indikator tersebut seperti yang dinyatakan Bloom dalam Anderson, at.al (2001) adalah: 1) Interpretasi (interpreting). 2) Mencontohkan (exemplifying). 3) Mengklasifikasikan (classifying). 4) Menggeneralisasikan (summarizing). 5) Membandingkan (comparing). 6) Inferensi (inferring). 7) Menjelaskan (explaining). Kata Kunci: Mind Mapping, Pemahaman, Logika Matematika

Dapat disadari bahwa pembelajaran logika matematika disekolah SMA Negeri 1 Garum masih memiliki hasil yang kurang. Dilihat dari data (PSNP) Dinas Pendidikan Kabubaten Blitar, capaian yang diperoleh sekolah dalam ujian nasional pada tahun 2011 daya serap ujian nasional untuk materi logika matematika masih dibawah dari daya serap ujian nasional tingkat nasional untuk materi yang sama yaitu logika matematika. Tes awal yang dilaksanakan sebelum melaksanakan penelitian juga menunjukan hasil yang buruk. Hal ini membuktikan terdapat masalah yang perlu diatasi pada pembelajaran dengan materi logika yang terjadi pada SMA Negeri 1 Garum khususnya pada kelas X 2 SMA Negeri 1 Garum untuk pembelajaran materi logika matematika. Berdasarkan taksonomi bloom, hasil belajar dapat dicapai melalui bebagai ranah, antara lain ranah kognitif dimana ranah kognitif itu sangat berpengaruh terhadap aspek pemahaman. Seperti halnya yang di nyatakan Daniko Purnomo (2012), ada hubungan yang signifikan antara pemahaman materi ajar terhadap prestasi belajar, dengan demikian semakin tinggi pemahaman materi ajar siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa tersebut. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa adalah salah satu akibat dari kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang ada. Kegiatan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan memberikan tes awal untuk melihat pengetahuan siswa kelas X 2 di SMA Negeri 1 Garum. Tes awal dilaksanakan dengan memberikan materi soal kompetensi dasar yang telah

ditempuh sebelumnya yaitu kompetensi dasar melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri ditemukan fakta bahwa banyak siswa yang tidak lulus SKBM yang ditetapkan sekolah, yakni 75 pada rentang nilai 0-100. Hasil dari pengambilan nilai awal tersebut secara klasikal antara lain 72% siswa kelas X 2 di SMA Negeri 1 Garum tidak lulus SKBM (standard kriteria belajar minimum) untuk ulangan harian pokok bahasan persamaan. Terdapat kaitan antara pembelajaran mind mapping dengan pemahaman siswa. Pembelajaran mind mapping memuat tahapan yang berkaitan dengan indikator pemahaman: 1) Interpretasi (interpreting) yaitu siswa dapat memberikan penjelasan tentang konsep sesuai dengan bahasa sendiri. 2) Mencontohkan (exemplifying) yaitu siswa dapat memberikan contoh ataupun noncontoh dari konsep. 3) Mengklasifikasikan (classifying) yaitu siswa mengelompokkan konsep berdasar katergori atau definisi yang ada. 4) Menggeneralisasikan (summarizing) yaitu siswa dapat menentukan konsep yang umum beserta sub konsep atau poinpoin khusus yang ada di dalamnya. 5) Membandingkan (comparing) yaitu siswa menghubungkan dari konsep-konsep yang saling berkaitan. 6) Inferensi (inferring) yaitu siswa menggambarkan informasi logis yang berupa konsep. 7) Menjelaskan (explaining) yaitu siswa menjelaskan dengan menggunakan sebabakibat. Masalah yang muncul pada siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Garum adalah banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang sangat kurang hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran matematika. Dengan menerapkan metode pembelajaran mind mapping diharapkan dalam pembelajaran siswa dapat mendapat pemahaman yang lebih dengan memproduksi kembali yang telah dipelajari, melainkan melibatkan proses atau kegiatan mental sehingga pemahaman relasional dapat diperoleh. Dengan peningkatan pemahaman diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut di atas. Mind Mapping merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak. (Prayudi: 2008). Kemampuan matematik itu sendiri dapat dikembangkan dengan berbagai cara salah satunya dengan mind mapping. Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki (199: 152) juga menjelaskan, mind mapping merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan atau pemahaman yang lebih dalam. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Mulyasa (2009:11) mengemukakan bahwa (PTK) adalah suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan dalam PTK dilakukan peserta didik dibawah bimbingan guru dengan maksut untuk memperbaiki kualitas pemahaman dalam pembelajaran matematika. Suhardjono (2009;57) juga mengemukakan bahwa pengertian PTK yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat mengajar dengan menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan dan praktis pembelajaran.

Menurut Kemmis dan Mc Taggart penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya diikuti dengan siklus spiral berikutnya dengan langkah yang hampir sama dengan siklus yang sebelumnya. Tetapi dilakukan dengan perbaikan berdasarka refleksi yang telah dilaksanakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan dua siklus. Dari paparan data hasil penelitian didapatkan garis besar proses pembelajaran mind mapping Sebagai upaya meningkatkan pemahaman logika matematika kelas X2 SMA Negeri 1 Garum pada setiap pertemuannya sebagai berikut: Kegiatan awal dimulai dengan guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Kemudian guru memberikan motivasi belajar dengan menghubungkan materi pembelajaran pada setiap pertemuanya dengan kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan dengan guru memberikan apersepsi, yaitu mengingat kembali materi tentang bab sebelumnya untuk mengingatkan siswa, selain itu juga materi pembelajaran logika merupakan materi yang berkesinambungan. Sehingga di perlukan ingatan tentang materi sebelumnya. Berikut ini adalah tahapan-tahapan pembelajaran mind mapping dan kegiatan inti dalam petemuan ketiga dilaksanakan dalam 3 bagian sebagai berikut: a) Eksplorasi Kegiatan dimulai dengan Guru membagi siswa dalam bentuk kelompok (tiap kelompok beranggotakan 3-4 siswa). Terlihat bahwa pada saat pembagian kelompok siswa enggang membentuk kelompok. Hal tersebut ditunjukkan siswa menggerutu disaat diminta membentuk kelompok. Kemudian siswa diminta duduk sesuai dengan kelompoknya. Pada pembagian kelompok, kelas menjadi gaduh. Guru memberi tindakan dengan memperingatkan agar tidak gaduh dan menjelaskan bahwa kegaduhan tersebut dapat mengganggu pembelajaran dikelas lain. Semua siswa mendapatkan sudah berkumpul dan menempati bangku sesuai dengan kelompok yang telah dibagi. Untuk mengatasi hal tersebut siswa dijanjikan akan diberi hadiah. Untuk siswa yang ramai saat pembentukan kelompok guru memperingat kan bahkan menegur secara langsung Kemudian guru memberikan LKS yang berisi pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan pemahaman siswa dan kemudian memperkenalkan pembelajaran mind mapping kepada siswa. Pada eksplorasi memuat tahap yang merupakan pelaksanaan kegiatan untuk menggali kemampuan interpretasi menafsirkan siswa. - Interpreting ( Menafsirkan ) Untuk membuat siswa melakukan interpretasi atau penafsiran tindakan diberikan guru diawali dengan mengemukakan konsep dan permasalahan yang berkaitan dengan materi pernyataan dalam matematika dan ingkaran atau negasi terlebih dahulu. Diawali dengan guru mengemukakan kunci untuk membedakan kalimat pernyataan dan bukan pernyataan adalah dapat atau tidaknya kalimat tersebut ditentukan nilai kebenarannya. Dilanjutkan dengan menjelaskan apabila dalam proses tanya jawab terdapat siswa yang masih belum mengerti dilihat dari jawaban siswa saat proses tanya jawab. Setelah pemberian penjelasan diharap siswa dapat mengemukakan konsep dengan bahasa sendiri.

b) Elaborasi Pada elaborasi memuat tahap yang merupakan untuk menggali kemampuan pemahaman siswa yaitu exemplifying (mencontohkan), summarizing (menggeneralisasikan), classifying (mengklasifikasikan), inferring (inferensi), comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan). - Exemplifying (Mencontohkan) Dimulai dengan menginstruksikan siswa untuk memberikan contoh dan noncontoh dari konsep materi yang dipelajari. Dalam tahap ini sangat diperlukan terlebih dahulu guru memberikan contoh dan noncontoh. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat membuat membuat contoh dan noncontoh dengan benar. - Summarizing ( Menggeneralisasikan ) Diteruskan dengan membimbing dengan menjelaskan terlebih dahulu tentang bahasan konsep yang akan digeneralisasi dan diberikan contoh. Kemudian siswa diinstruksikan untuk menuliskan konsep beserta subkonsep yang ada di dalam materi yang dibahas pada hari tersebut. - Classifying ( Mengklasifikasikan ) Kemudian siswa diarahkan dengan memberikan contoh terlebih dahulu untuk mengelompokkan materi berdasarkan konsep, sub konsep atau pun contoh dan noncontoh yang termuat didalamnya pada materi yang di bahas pada pembelajaran. - Inferring (inferensi), Diteruskan dengan mengistruksikan siswa untuk menggambarkan konsep,subkonsep beserta contoh dan noncontoh yang sudah dikelompokkan sebagai suatu bagian yang terpisah materi pembelajaran yang telah di buat sebelumnya. Yang terlebih dahulu guru memberikan contoh yang telah dibuat sebelumnya. - Comparing (Membandingkan), Siswa diinstrusikan untuk menghubungkan konsep-konsep ataupun contoh dan noncontoh yang telah digambarkan menjadi suatu rangkaian mind mapping yang saling berkaitan. Pada saat pengerjaan dalam lembar kerja terdapat sebagian siswa yang kurang memiliki tanggung jawab dikarenakan mengobrol sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut guru sering megingatkan tentang durasi waktu pengerjaan. Disamping itu hal-hal semacam mengobrol dan melamun dapat membuat waktu pengerjaan menjadi lama dan tidak selesai sesuai dengan batas waktu yang diinginkan.

Gambar 1. Hasil Kegiatan Mind Mapping -

Explaining (Menjelaskan). Guru mengistrusikan siswa untuk mengerjakan latihan soal yang terdapat pada kegiatan 3 dalam LKS. Pada kegiatan 3 terdapat soal yang jawabannya menggunakan penjelasan sebab-akibat. siswa untuk menjelaskan dengan mengkostruksi dengan sebab-akibat yang berkaitan dengan konsep materi yang dibahas. Untuk memperoleh hasil bahwa siswa dapat menjawab soal dengan menggunakan penjelasan sebab akibat, guru dituntut untuk memberikan gambaran terlebih dahulu dengan meberikan contoh. c) Konfirmasi Kegiatan ini dilaksanakan dengan Guru menunjuk kelompok untuk membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan hasil diskusi siswa yang masih kurang benar, kemudian guru menjelaskan kembali dan membimbing siswa yang masih kurang mengerti terhadap materi dengan tanya jawab. Terdapat beberapa siswa mengajukan tanggapan serta pertanyaan dalam proses penyampaian hasil diskusi yang. Semua pertanyaan dan pembenaran telah dibahas bersama dan telah disimpulkan pembenarannya. Kegiatan akhir dilaksanakan dengan Guru melakukan refleksi pembelajaran dengan meminta siswa untuk memberikan respon dan kesan siswa terhadap pembelajaran yang baru dilaksanakan. Dilanjutkan dengan memberikan penjelasan tentang pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Dan diakhiri dengan menutup kegiatan pembelajaran. Siswa terlihat tertarik dengan pembelajaran mind mapping. Siswa yang pada awalnya tidak antusias yang diperlihatkan dengan siswa yang telat masuk kedalam kelas. Dari hasil akumulasi nilai dari kegiatan pembelajaran pada siklus yang dilaksanakan menunjukkan

peningkatan dengan 89% siswa lulus SKBM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model mind mapping dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dengan data sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pembelajaran Siklus 2 Keterangan Banyak siswa Tuntas belajar 35 Tidak tuntas belajar 4

Presentase 89,7 10,3

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini didapatkan bahwa pembelajaran terhadap materi logika matematika yang dilaksanakan terhadap siswa kelas X 2 dapat dikembangkan sebagai sarana peningkatan pemahaman siswa terhadap materi logika matematika. dilihat dari hasil yang diperoleh dalam siklus satu dan dua pembelajaran mind mapping. Terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar seperti halnya yang dinyatakan oleh Damiko (2012), peningkatan pemahaman dapat mengakibatkan peningkatan prestasi belajar. Pemahaman siswa kelas X 2 SMA Negeri 1 Garum dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan. Dari hasil penilaian terhadap pemahaman pada akhir siklus II dapat terlihat dari kategori pemahaman yang dicapai siswa dan jumlah siswa yang memperolehnya. Semua siswa pada kedua pertemuan memiliki kategori pemahaman diatas kategori pemahaman cukup. Nilai akhir siklus yang di dapat juga menunjukkan peningkatan dengan 89% siswa lulus SKBM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model mind mapping dapat meningkatkan pemahaman siswa. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang diberikan oleh peneliti sebagai berikut: 1) Guru dapat menggunakan model pembelajaran mind mapping sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran di sekolah. 2) Dalam penerapan model pembelajaran mind mapping diperlukan pengelolaan waktu yang baik dan sesuai dengan porsi materi yang disajikan agar tercapai pembahasan dan pemahaman materi yang optimal. 2) Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama, dapat menerapkan model pembelajaran mind mapping untuk mata pelajaran matematika ataupun mata pelajaran lainnya, sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa.

DAFTAR RUJUKAN Anderson, Lorin W. & Krathwohl, David R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: a Revision of Bloom’s Taxonomy. New York. Longman Publishing. http://www.kurwongbss.qld.edu.au/thinking/Bloom/blooms.htm Akbar Hawadi. Reni. 2001. Psikologi Perkembangan Anak mengenal Sifat, Bakat dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Grasindo, Hudojo, Herman. 1985. Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud. Ibrahim, Muslimin dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:University Kemmis, S. dan R. Mc Taggart. 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University. Prayudi. 2008. Mind mapping. Online:http://prayudi.wordpress.com/mindmapping/. (diakses 5 februari 2013) Purnomo, Daniko. 2012. Hubungan AntaraPemahaman Materi, Motivasi Belajar, Dan Prestasi Belajar. Fakultas Psikologi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Mengetahui Pembimbing

Drs. Tjang Daniel Chandra, M.Si,Ph.D NIP 19651208 199103 1 004 Mahasiswa,

GutomoWibi Ananggih NIM 109311422585