PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS DALAM MENINGKATKAN

Download pembelajaran kimia. Salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, melalui penerapan model pembelajaran Talking Chips. Ha...

1 downloads 658 Views 326KB Size
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017

ISBN 978-602-50939-0-6 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 MEUREUBO ACEH BARAT Gusliana Sari1, Ramli Abdullah2, Teuku Badlisyah2 1Program

Studi Pendidikan IPA PPs Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111 Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh 23111

2Fakultas

1Email:

[email protected]

Abstrak. Secara umum gambaran yang dapat diambil di SMA Negeri 1 Meureubo setelah melakukan observasi menunjukkan siswa kurang termotivasi dalam mempelajari kimia. Hal ini ditunjukkan banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru ketika kegiatan pembelajaran kimia berlangsung, strategi pembelajaran yang dilaksanakan masih berorientasi pada guru, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat kurang, kurangnya minat siswa dalam memahami materi kimia dan konsentrasi siswa kurang terfokus pada kegiatan pembelajaran kimia. Salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, melalui penerapan model pembelajaran Talking Chips. Hasil belajar siswa dengan penerapan model Talking Chips pada materi asam basa di SMAN 1 Meureubo. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 s/d 08 April 2017. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Recearch). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA B yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, angket dan pemberian soal tes yang berbentuk multiple choice. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Persentase aktivtas guru pada siklus I (84,37%) dan pada siklus II (94,79%). (2). Persentase aktivitas siswa pada siklus I (82,29%) dan pada siklus II (93,79%). (3). Respon siswa dikategorikan sangat tertarik yaitu dengan persentase 91,15% pada pembelajaran dengan menggunakan model Talking Chips pada materi asam basa. (3). Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari (68,85) pada siklus I menjadi (82,31) pada siklus kedua. Kata kunci: Talking Chips, asam basa, aktivitas siswa, hasil belajar Abstract. Based on the preliminary observation that was done in SMA Negeri 1 Meureubo, generally, the writer found that the students had no motivation in learning chemistry. It showed by the students’ behavior which was not paying attention to the explanation of teachers when the chemistry learning activities take place. The learning strategy was too focused on teacheroriented, while the students’ activity in the learning process was very limited. Consequently, the students were not focus and could not understand the lesson well. In that case, the writer proposed an alternative strategy to solve the problem by applying Talking Chips learning model. This research was conducted on 29 March 2017 to 08 April 2017. This research was a classroom action research. The subjects in this study were students of class XI IPAB that consisted of 26 students. The data collection techniques was using observation techniques, questionnaires and giving test questions in the form of multiple choices. The results of the study were analyzed by using the percentage formula. The results showed that: (1) The percentage of teacher activity in the cycle I was (84.37%) while on the cycle II was (94,79%). (2) The percentage of student activity in the cycle I was (82,29%) while on the cycle II was (93,79%). (3) The students’ responses were categorized as ‘very interested’ with the percentage of 91.15% by using Talking Chips learning model on the acid-base material. (3) the average of students learning outcomes has increased from 68,85 in the first cycle to 82,31 in the second cycle. Keywords: Talking Chips, acid-base, student’s activity, and learning outcome.

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara.. Oleh sebab itu, pendidikan perlu mendapat perhatian baik dalam usaha pengembangan maupun peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat (Wibawa, dkk., 2016). Upaya 161

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017

ISBN 978-602-50939-0-6 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari kualitas kegiatan belajar mengajar yang ada dikelas. Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa suatu keadaan ke keadaan baru yang lebih baik. (Herawati, dkk., 2013). Salah satu komponen terpenting yang harus dimiliki dalam mewujudkan proses pembelajaran di sekolah adalah guru dan model pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan yang menentukan kualitas pembelajaran (Wulandari, & Surjono, 2013). Adapun peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas, pembelajaran yang dihadirkan oleh guru akan menjadi lebih efektif. (Widayati, 2008). Dibandingkan dengan bidang lain, kimia sering terkesan lebih sulit. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa SMA Negeri 1 Meureubo pada tanggal 30 Januari 2017 yang menyatakan bahwa mata pelajaran kimia itu sulit. Pada umumnya, siswa cenderung belajar kimia dengan cara menghafal, baik materi yang bersifat matematis atau non matematis. Konsep– konsep kimia yang abstrak akan semakin kabur bagi siswa sehingga tidak dapat mengetahui konsep–konsep kunci yang diperlukan untuk memahami suatu konsep kimia. Akibatnya, siswa tidak dapat membangun pemahaman konsep kimia yang mendasar pada awal mereka mempelajari kimia. Padahal, sebagian besar materi kimia saling berkaitan atau satu materi menjadi pembangun materi yang lain, contohnya adalah materi larutan asam dan basa (Addin, dkk., 2014). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI di SMA Negeri 1 Meureubo bahwa pembelajaran kimia yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah dan diskusi, sehingga prosesnya hanya berpusat pada guru dan sebagian siswa pasif. Proses pembelajaran seperti ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena tidak semua siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Sehingga hanya sebagian siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini terlihat dari nilai ujian semester genap tahun 2015/2016 yang diperoleh rata-rata ≤70. Sedangkan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan adalah 70. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu diterapkan model pembelajaran yang tepat dan disenangi oleh siswa. Salah satu model pembelajaran yang digunakan ialah cooperative learning dengan teknik talking chips. Pembelajaran cooperative learning merupakan model dimana siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan 4-6 orang siswa. Cooperative learning merupakan model yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur (Yanda, dkk., 2013). Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe talking chips adalah salah satu tipe model yang masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain (Hariyanto, dan Asto, 2015). METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom). Penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian yang berkonteks kelas yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. (Widayati, 2008). Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti dan guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran dan dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Peneliti dan guru secara refleksi dapat menganalisis dan mensintesis terhadap apa yang dilakukan di kelas. (Sanubari, dkk., 2014).

162

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017

ISBN 978-602-50939-0-6 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Penelitian Tindakan Kelas dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena setelah meneliti kegiatannya sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri, melalui sebuah tindakantindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan belajar pembelajaran (Ahmad, 2009). Adapun Rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan terdiri atas 4 tahap penelitian yaitu perencanaan (planningg), pelaksanaan (action), observasi (Observation), dan refleksi (Reflection). (Kuriawan, 2013). Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Meureubo Aceh Barat. Tahun ajaran 2016/2017. Bertempat di gampong Paya Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Adapun subyek dalam penelitian pada penerapan model pembelajaran Talking Chips pada materi asam basa ini adalah siswa kelas XI IPAB SMAN 1 Meureubo tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 26 orang siswa yang terdiri dari 21 orang siswa perempuan dan 5 orang siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur pengetahuan siswa pada aspek kognitif. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diteliti (Widodo dan Widayanti, 2013). Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya diuji dengan menggunakan rumus persentase. Analisis Data Aktivitas Guru sebagai pendidik profesional, seorang guru dituntut untuk menguasai sejumlah kompetensi. Adapun kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya (Mahmudi, 2009). Adapun rumus yang digunakan yaitu:

Bi =

𝑛 x 100% 𝑁

Keterangan : bi : Persentase nilai aktivitas guru n : Jumlah aktivitas guru yang dilakukan N : Jumlah aktivitas seluruhnya. Analisis Data Aktivitas Siswa Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktifitas siswa selama pembelajaran mencerminkan adanya motivasi ataupun keinginan siswa untuk belajar (Mufidah, dkk., 2013). Adapun rumus yang digunakan yaitu:

P=

f x 100% N

Keterangan: P = angka persentase f = frekuensi aktivitas siswa N = jumlah aktivitas keseluruhan siswa

Analisis Respon Siswa Respon siswa terhadap proses pembelajaran merupakan tanggapan siswa selama mengikuti proses pembelajaran, sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku siswa dan dapat diungkapkan dalam bentuk pernyataan dari siswa tersebut (Sari, dkk., 2013)

163

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017

ISBN 978-602-50939-0-6 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Adapun rumus yang digunakan yaitu:

P=

A

𝑥 100%

B

Keterangan: P : Persentase siswa dengan kriteria tertentu A : Banyak siswa yang menjawab setuju B : Jumlah siswa dalam kelas Tabel 1. Kriteria penilaian observasi aktivitas siswa Aktivitas Siswa (%) 80 – 100 66 – 79 56 – 65 40 – 55 30 – 39 (Sumber: Arikunto, S. 2006)

Kategori Penilaian Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal

Analisis Data Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan suatu proses pembelajaran, banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya faktor intern dan faktor ekstern. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan atau menggunakan metode belajar dalam proses pembelajaran (Harsono, dkk., 2009). Adapun rumus yang digunakan yaitu:

KI =

T Tt

𝑥 100%

Keterangan: KI : Ketuntasan Individu T : Jumlah skor yang diperoleh Tt : Jumlah skor total

siswa

Adapun rumus yang digunakan untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah: KS

=

ST N

𝑥 100%

Keterangan: KS : Ketuntasan Klasikal ST : Jumlah siswa yang tuntas N : Jumlah siswa dalam kelas (Somadayo, S. 2013) Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 70%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Trianto, 2009).

164

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017

ISBN 978-602-50939-0-6 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

HASIL DAN PEMBAHASAN Data observasi aktivitas guru Nilai = =

(40+41)/2 48

(45+47)/2 48

total skor maksimal

x 100% = 84,37% Nilai =

=

(Skor pengamat I+skor pengamat II)/2

(Siklus I)

(Skor pengamat I+skor pengamat II)/2 total skor maksimal

x 100% = 94,79%

x 100%

x 100%

(Siklus II)

Seorang guru harus memiliki keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas dengan sebaik-baiknya agar siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal (Nurhaeni, Y. 2011). Dari data diatas menunjukkan bahwa aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I. Data observasi aktivitas siswa Nilai = = = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

(39+40)/2 48

(Skor pengamat I+skor pengamat II)/2 total skor maksimal

x 100% = 82,29%

(Skor pengamat I+skor pengamat II)/2 total skor maksimal

=

(44+46)/2 48

x 100%

(Siklus I)

𝑥100%

x 100% = 92,79%

(Siklus II)

Persentase seluruh aktifitas siswa yang dicapai pada siklus I adalah 82,29% sedangkan pada siklus II adalah 92,79% dan dikategorikan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus II tergolong aktif. Data hasil belajar Adapun data ketuntasan klasikal ialah: KS =

Jumlah siswa yang tuntas

KS =

17

Jumlah siswa dalam kelas

26

x 100%

x 100%

KS = 65,38% (Siklus I) Jumlah siswa yang tuntas KS = x 100% Jumlah siswa dalam kelas

KS =

23 26

x 100%

KS = 88,46%

(Siklus II)

Adapun hasil persentase ketuntasan klasikal belajar siswa pada siklus I adalah 65,38%. Pada siklus II dari 26 siswa hanya 3 siswa yang tidak tuntas sedangkan 23 orang siswa lainnya dinyatakan tuntas sehingga hasil persentase ketuntasan klasikal belajar siswa pada siklus II mencapai 88,46%. Dari persentase tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan

165

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III

ISBN 978-602-50939-0-6

Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017

www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------siklus I. Sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar secara klasikal dinyatakan tuntas/tercapai apabila 85% siswa tuntas secara klasikal. Data Respon Siswa Data perhitungan respon siswa setelah penerapan Model Talking Chips pada materi asam basa dianalisis dengan menggunakan rumus: P=

A B

x 100%

Dari hasil analisis dengan menggunakan rumus persentase di atas maka didapatkan hasil sebesar 91,15% siswa menyatakan menyukai model pembelajaran Talking Chips yang diterakan, sedangkan 8,85% lainnya menyatakan tidak. Tabel 2. Indikator Ketercapaian Penelitian No 1 2 3

Siklus-I (%)

Siklus-II (%)

Peningkatan (%)

Aktivitas Guru

84,37

94,79

10,42

Aktivitas Siswa

82,29

93,79

11,50

Hasil Belajar

65,38

88,46

23,08

Aspek

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada siklus II terhadap siklus I baik aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar dan respon siswa terhadap model talking chips pada materi asam basa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking chips pada materi asam basa dapat meningkatkan hasil belajar siswa selain itu peningkatan lainnya juga terjadi pada aktivitas guru, aktivitas siswa dan respon yang diperoleh juga dikategorikan sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Addin, I. Dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) Pada Materi Pokok Larutan Asam Dan Basa Di Kelas XI Ipa 1 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal pendidikan Kimia, 3(4): 7-16. Ahmad, K. 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Jurnal Pendidikan Penabur,12 :50-56. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hariyanto, Y., dan Asto, I.G.P. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran Tipe Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Memahami Model Atom Bahan Semi Konduktor Di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 4(3): 999-1005. Harsono, B. dkk. 2009, Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode Ceramah Konvensional Berbantuan Media Animasi Pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan Dan Pemasangan Sistem Rem. Jurnal PTM, 9(2):71-79. Herawati, R.F. dkk. 2013. Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal pendidikan Kimia(JPK), 2(2) : 38-43.

166

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017

ISBN 978-602-50939-0-6 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kurniawan, A.D. 2013. Metode Inkuiri Terbimbing Dalam Pembuatan Media Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Siswa Smp, Jurnal Pendidikan Ipa Indonesia (JPII), 2(1) :8-11. Mahmudi, A. 2009, Mengembangkan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study, Forum Kependidikan, 28(2): 84-89. Mufidah, L. Dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Matriks. Jurnal Pendidikan Matematika Stkip Pgri Sidoarjo,1(1) :117-125. Nurhaeni, Y. 2011. Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IX SMPN 43 Bandung. Jurnal penelitian pendidikan, 12(1):77-89. Sanubari, F. dkk. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya Dilengkapi Dengan Media Interaktif Flash Untuk Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi Ipa 1 Sma Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 3(4):145-154. Sari, Y.dkk. 2013. Pramesti. Penerapan Pendekatan Open-Ended Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Ditinjau Darirespon Siswa Terhadap Pembelajaran Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi, 1(1): 8-17. Somadayo, S. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudijono, A. 2007. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta : Raja Wali Press. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Wibawa, L.P.A.N. dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V. Jurnal PGSD, 4(1): 1-11. Widayati, A. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 4(1): 87 – 93. Widodo, dan Widayanti, L. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, 17(49) :32-35. Wulandari, B. & Surjono, H.D. 2013 Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC Di Smk . Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2): 178-191. Yanda, A.B . dkk. 2013. Pengaruh Peggunaan Teknik Talking Chip Terhadap Hasil Belajar Ipa Fisika Siswa Kelas VII Smpn 1 IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, Pillar Of Physics Education, Vol. 1. :97-103.

167