PENGARUH MENONTON FILM DRAMA KOMEDI KOREA TERHADAP EMOSI

Download skripsi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pretest and posttest control ... Kata Kunci : emosi positif, film drama komedi Korea, maha...

6 downloads 778 Views 315KB Size
Pengaruh Menonton Film Drama Komedi Korea terhadap Emosi Positif pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi

Afnia Rosa Zuchrufia Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Semaki, Yogyakarta [email protected] Abstract The goal of this research is to find out the influence of watching korean drama komedy movie toward university student which is take on thesis. This research was conducted using Pre-test and Post-test Control Group Design. Outcome of the positive emotion will be analysed by parametric statistics Independent-Samples T-Test method and assisted by SPSS 17.0 for windows. Different test results from the gained score between the experimental group and the control group obtained value t = 12.370, p = 0.000 (p <0.01), it means that there are differences in positive emotion score was very significant between the experimental group and the control group. Key word: positive emotion, Korean drama comedy movie, university student take on thesis. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menonton film drama komedi Korea terhadap emosi positif pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pretest and posttest control group design. Skor hasil dari skala emosi positif akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik parametrik Independent-Samples T-Test dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Hasil uji beda gained score antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai t=12,370; p=0,000 (p<0,01) yang berarti bahwa terdapat perbedaan peningkatan skor emosi positif yang sangat signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kata Kunci : emosi positif, film drama komedi Korea, mahasiswa yang sedang menempuh skripsi

PENDAHULUAN Mahasiswa adalah sesorang yang telah lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan sedang menempuh pedidikan di perguruan tinggi (Daldiyono, 2009). Ada beberapa tahapan yang harus dilalui seorang mahasiswa agar dapat lulus dari perguruan tinggi dan menyandang gelar sarjana. Salah satunya adalah dengan menyusun karya tulis ilmiah yang disebut skripsi. Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku (Hamid dan Rachman). Menurut informasi dari Biro Skripsi (Rohmah, 2006) diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa tergolong lama dalam mengerjakan skripsi diantaranya dikarenakan oleh lamanya mencari judul skripsi dan lambat dalam menyelesaikan revisi proposal setelah seminar proposal dilakukan. Hal itu didukung oleh data yang diperoleh dari diskusi kelompok terarah (Focus Group Dicussion) yang telah dilakukan Rohmah (2004). Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan skripsi mengaku mengalami gejala-gejala emosi, diantaranya adalah perasaan jengkel karena dosennya sulit ditemui dan tidak menepati janji, cemas, pesimis, mudah marah, mudah putus asa, merasa tegang dan tertekan, malu, dan sering menangis. Menurut Hurlock (1999), pengalaman akan membuat remaja akhir lebih kritis dan lebih tahu mana yang benar-benar penting untuk dirinya. Adanya penilaian kritis remaja akhir cenderung menstabilkan minatnya dan membawanya ke dalam masa dewasa, dan sejalan dengan hal tersebut, emosi remaja akan terus mengalami perubahan dan perbaikan. Namun ternyata, tidak sedikit orang yang berada pada fase remaja akhir yang mengalami ketegangan emosi berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya. Ketegangan emosi sering ditampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan dan kekhawatiran tersebut bergantung pada sejauh mana kesuksesan atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan. Salah satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah emosi tersebut positif atau negatif (Isen, 2003). Fredrickson (1998) membagi emosi positif menjadi empat macam, yaitu joy (kebahagiaan), interest (ketertarikan), contentment (kepuasan hati), dan love (cinta). Joy berupa happiness (kebahagiaan) , amusement (hiburan), elation (kegirangan), dan gladness (suka cita) sebagai kondisi yang muncul berkaitan dengan kecenderungan aksi berupa aktivitas yang berhubungan dengan orang lain. Interest atau ketertarikan artinya selalu memiliki motivasi dalam apa yang dikerjakan. Interest berperan penting dalam mengeksplorasi dan meningkatkan pengetahuan. Interest dapat berupa perasaan curiousity (rasa ingin tahu), intrigue, exciment (gairah/semangat), wonder (rasa heran), dan intrinsic motivation (motivasi intrinsik). Interest sebagai suatu hasil yang menyokong minat bereksplorasi juga membangun gudang pengetahuan dan kemampuan individu. Contentment terkait dengan perasaan seseorang terhadap dunia dan

pandangan yang lebih terintegrasi antara diri dan dunia. Contentment berhubungan dengan suatu kesadaran emosi yang mencakup kesadaran diri dan keterbukaan terhadap pengalaman. Contentment biasanya diidentikkan dengan perasaan tenang. Cinta kasih dapat menjadikan seseorang merasa memberi dan mendapatkan kebahagiaan, yang merupakan bentuk dari emosi positif. Love berperan dalam menguatkan ikatan sosial dan kedekatan. Love merupakan aspek emosi positif lainnya yang memfasilitasi interaksi sosial dan kedekatan pada setiap pembentukan hubungan. Sedangkan menurut Lazarus (1991) macam-macam emosi positif yaitu happiness (kebahagiaan), love (cinta), pride (rasa bangga) dan relief (perasaan lega). Kata happiness sering digunakan bergantian dengan suka cita joy. Happiness adalah rasa senang yang dirasakan oleh individu yang disebabkan antara lain oleh mencapai tujuan atau mengalami kemajuan. Kebahagiaan juga mewakili suatu bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan. Manusia dapat merasa bahagia sendiri dan bahagia untuk diri sendiri, tetapi di sisi lain manusia tersebut juga dapat merasa bahagia karena orang lain dan bahagia untuk orang lain. Pride adalah rasa bangga yang dirasakan oleh individu yang ditimbulkan karena tercapainya atau diraihnya sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Pride terkadang bertolak belakang dengan humility (kerendahan hati), karena pride terkadang menunjukkan perasaan sombong. Namun Lazarus menjelaskan bahwa seseorang tidak akan merasa sombong terhadap hal-hal yang dirasakan sederhana, kecuali untuk pembelaan diri. Jadi, pride bukan suatu kebenaran objektif, melainkan perasaan emosi yang bersifat subjektif pada seseorang. Love adalah perasaan kasih sayang yang dirasakan oleh seorang individu yang ditunjukkan dengan cara antara lain, selalu berusaha untuk berada di dekat orang atau teman yang disayangi, atau berusaha untuk membahagiakan orang lain. Love sebagai emosi merupakan suatu proses atau keadaan sesaat atau sebuah reaksi yang datang dan pergi. Relief adalah perasaan lega yang dialami oleh individu dikarenakan kondisi yang ditimbulkan oleh stres telah hilang atau berubah menjadi lebih baik. Relief merupakan ciri emosi positif yang unik, hal ini disebabkan karena emosi ini selalu dimulai dengan adanya goal incongruent emotions (emosi negatif) terlebih dahulu, dan jika kemudian emosi negatif tersebut berkurang atau berubah, maka relief ini akan muncul. Emosi positif hendaklah senantiasa ditumbuhkan dalam diri setiap manusia. Hal ini karena emosi positif dapat meningkatkan motivasi, memperluas perhatian dan kognisi, juga memicu kreatif, eksplorasi pendekatan dan memperluas jangkauan pemikiran dan tindakan (Fredrickson, 1998). Menurut Plutchick (Mashar, 2008), baik emosi positif maupun emosi negatif dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu faktor kematangan (maturation) dan faktor belajar. Pentingnya faktor kematangan terhadap pembentukan emosi terkait dengan masa kritis perkembangan yaitu saat-saat ketika individu telah siap menerima sesuatu dari luar. Kematangan yang telah dicapai sebaiknya dioptimalkan dengan pemberian stimulus yang tepat. Selain itu, faktor belajar juga sangat penting dalam perkembangan emosi karena belajar merupakan faktor yang dapat dikendalikan. Lingkungan dalam proses belajar sangat mempengaruhi

perkembangan emosi, terutama lingkungan yang paling dekat dengan individu khususnya, seperti orangtua (keluarga) dan teman sebaya. . Peneliti telah melakukan wawancara kepada sepuluh mahasiswa tingkat akhir dari Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan yang sedang menempuh skripsi. Hasil wawancara tersebut menunjukkan adanya emosi positif yang rendah pada sebagian besar mahasiswa tersebut, seperti ketidakpercayaan diri akan judul skripsinya, adanya perasaan pesimis, merasa cemas dan takut tidak akan sanggup menyelesaikan skripsinya tepat waktu, gelisah, sedih, murung, mudah lelah dan mudah putus asa, yang kemudian menimbulkan adanya keinginan untuk menunda pengerjaan skripsi, malas berinteraksi dengan teman, malas mencari referensi mengenai tema skripsi yang diambil, dan jenuh terhadap skripsi. Beberapa mahasiswa juga mengaku ingin mengganti judul skripsinya, ingin mengganti dosen pembimbing, bahkan ada yang mengaku tidak ingin meneruskan pengerjaan skripsi karena merasa sudah terlalu lama melebihi target waktu yang telah ditentukan. Emosi positif hendaklah senantiasa ditumbuhkan dalam diri setiap manusia. Hal ini karena emosi positif dapat meningkatkan motivasi, memperluas perhatian dan kognisi, juga memicu kreatif, eksplorasi pendekatan dan memperluas jangkauan pemikiran dan tindakan. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan emosi positif pada seseorang, salah satunya adalah dengan memasukkan hiburan ke dalam jadwal harian, seperti menonton film-film yang menyenangkan. Hal ini seperti yang dipaparkan Fredrickson (Norville, 2007) dalam penelitiannya mengenai emosi positif, yang hasilnya menyebutkan bahwa orang-orang yang melihat film positif, tekanannya lebih cepat berkurang. Melihat film yang menyenangkan akan membuat seseorang merasakan perasaan bahagia dan bersemangat. Gambargambar dalam film melepaskan efek fisik dari stres secara mencolok. Stres ini disebabkan oleh emosi negatif yang tidak segera dikendalikan, yang menyebabkan tanda-tanda fisik dari stres tersebut muncul, dan tanda-tanda fisik itu adalah tekanan darah meningkat, serta detak jantung dan pernapasan yang semakin cepat. Menurut Bandura (Dahar, 2011) menonton merupakan salah satu proses belajar yang menggunakan gambaran kognitif dari tindakan. Dalam teorinya, hal ini disebut belajar melalui pengamatan yang terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Dalam hal ini, film merupakan gambaran kondisi kehidupan manusia yang dibuat sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang menonton film tertentu akan merefleksikannya dalam kehidupan nyata, dan inilah yang disebut belajar melalui peniruan. Menonton berarti aktivitas melihat sesuatu dengan tingkat perhatian tertentu (Danim, 1995). Sardji (1991) menjabarkan bahwa menonton adalah suatu proses yang disadari atau tidak disadari dimana menonton diletakan pada alam yang samar yang dihadapkan pada tumpuan cahaya dan membantu menghasilkan ilusi di atas layar yang akan menimbulkan emosi, pikiran dan perhatian manusia yang dipengaruhi tayangan – tayangan yang ditonton. Menurut Bandura (Dahar, 2011), perilaku menonton, mengamati dan melihat merupakan salah satu proses belajar

yang menggunakan gambaran kognitif dari tindakan. Proses belajar dari mengamati ini mempunyai empat tahapan yaitu perhatian, mengingat, reproduksi gerak, dan motivasi. Film memiliki banyak genre atau jenis, seperti horror, komedi, drama, aksi, epik sejarah, dan sebagainya. Jenis-jenis film tersebut juga dapat saling berkombinasi seperti jenis film drama dan komedi. Menurut Pratista (2008), film drama komedi merupakan film kombinasi antara film drama dan film komedi. Artinya, film tersebut adalah film dengan tema, cerita, setting, karakter serta suasana yang memotret kehidupan nyata, namun banyak mengandung unsur humor didalamnya. Salah satu film dari berbagai belahan dunia yang menawarkan genre drama komedi adalah film yang berasal dari Korea. Walaupun film Korea ini menawarkan berbagai genre, tetapi film Korea dengan genre drama komedi adalah film yang paling banyak diminati dan paling banyak diproduksi dari yang lainnya. Menurut harian Analisa pada hari Jum’at tanggal 30 Desember 2011, munculnya film drama komedi di layar televisi seperti Protect the Boss, Full House, Pasta, My Fair Lady, My Princess, dan Dream High membuktikan bahwa film dengan genre ini banyak diminati masyarakat Indonesia, khususnya kaum Banyak orang merasa dapat disenangkan dengan hal-hal yang dianggap lucu. Sebagian orang dapat menjadi sangat senang dengan lelucon yang mengalir begitu saja tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu. Sebagian besar industri hiburan (perfilman) didekasikan untuk membangkitkan emosi ini, sehingga seseorang bisa dengan mudah memilih menonton film ketika ia ingin merasa senang (Ekman, 2003). Film tidak hanya menjadi salah satu bentuk hiburan, namun juga dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran. Adanya permasalahan yang dihadapi tokoh dalam film, dapat menjadi pelajaran bagi para penontonnya. Begitu juga dengan film drama komedi Korea yang memberikan gambaran mengenai kenyataan hidup manusia, dan disajikan dengan humor didalamnya yang bersifat menghibur dan menyenangkan. Unsur humor yang mengundang tawa tersebut dapat menimbulkan emosi positif, sebab humor menjadikan seseorang dapat tersenyum ataupun tertawa dan memunculkan ekspresi wajah positif (Hasanat & Subandi dalam Fitriani & Hidayah, 2012). Selain itu, gambaran konflik serta penyelesaiannya yang disajikan di dalam film mampu merefleksikan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seseorang yang menonton film tersebut akan mencerna dan memaknai setiap adegan yang dimainkan oleh tokoh. Proses belajar akan terjadi di dalam pemaknaan tersebut, yaitu ketika seseorang dapat memilih, mengambil dan merefleksikan nilai-nilai positif yang terkandung pada isi cerita ke dalam dirinya. Nilai-nilai positif itulah yang akan menjadikan motivasi bagi kehidupan serta membentuk emosi-emosi positif sesuai dengan nilai-nilai positif yang terkandung didalam isi cerita tersebut, seperti kebanggaan dan sikap menerima akan keadaan diri sendiri dan apa yang dimiliki, sikap tenang dalam menghadapi permasalahan, sabar, berkorban dan berjuang karena cinta, semangat untuk mau belajar, dan sebagainya. Oleh sebab itulah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Menonton Film Drama Komedi Korea terhadap Emosi Positif pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh menonton film drama komedi Korea terhadap emosi positif pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh menonton film drama komedi Korea terhadap emosi positif pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen pretest-posttest control group design. Dalam desain ini, subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi dan kelompok kontrol yang tidak memperoleh perlakuan (Latipun, 2010). Rancangan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.1. Tabel 1. Rancangan Penelitian KE

Y1

X

Y2

KK

Y1

-

Y2

Keterangan tabel 1: KE: Kelompok Eksperimen KK: Kelompok Kontrol Y1: Pengamatan awal (pretest) Y2: Pengamatan setelah perlakuan (posttest) X : Pemberian perlakuan Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penskalaan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala emosi positif yang disusun peneliti berdasarkan macam-macam emosi positif menurut Fredrickson (1998) yaitu joy (kegembiraan), interest (ketertarikan), contentment (kepuasan hati), dan love (cinta), serta macam-macamemosi positif menurut Lazarus (1991) yaitu happiness (kebahagiaan), love (cinta), pride (rasa bangga) dan relief (perasaan lega). Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan macammacam emosi positif menurut kedua ahli tersebut untuk dijadikan acuan penyusunan skala emosi positif, dikarenakan macam-macam emosi positif tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga emosi positif pada seseorang akan lebih terungkap. Metode penskalaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rating yang dijumlahkan. Stimulus yang digunakan dalam skala ini berupa kalimat-kalimat pernyataan, dan pilihan jawaban yang disediakan untuk masingmasing pernyataan tersebut terdiri dari empat kemungkinan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Masing-masing jawaban akan memiliki skor yang berbeda karena menunjukkan adanya perbedaan tingkat emosi positif yang dialami subjek. Dari perhitungan

dengan rumus Spearman-Brown telah didapatkan hasil koefisien realibilitas sebesar 0,9 maka harus ada 30 aitem dengan kualitas yang ditunjukkan indeks daya beda aitem sebesar 0,4. Sebelum skala dikenakan pada subjek penelitian, terlebih dahulu dilakukan ujicoba pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama pada populasi penelitian. Hasil ujicoba digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur yang dipakai, sehingga skala dapat digunakan dalam penelitian. Berikut adalah tabel Blue print skala emosi positif. Tabel 2. Blue Print Skala Emosi Positif No.

Aspek

Bobot (%)

1.

Joy (suka cita)

16,66

2.

Contentment (kepuasan hati)

16,66

3.

Love (cinta)

16,66

4.

Interest (ketertarikan)

16,66

5.

Pride (rasa bangga)

16,66

6.

Relief (perasaan lega)

16,66

Total

100

Selain skala emosi positif, peneliti menggunakan beberapa alat untuk mendukung pelaksanaan penelitian seperti film drama komedi Korea, observasi dan modul. Film yang dipilih menjadi instrumen penelitian adalah jenis film drama komedi Korea yang berjudul Protect the Boss. Film ini dipilih peneliti sebagai salah satu instrumen penelitian karena film tersebut mampu menggambarkan kehidupan yang terjadi sehari-hari, dan mempunyai nilai-nilai moral yang serupa dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia, sehingga akan memudahkan subjek dalam melakukan proses pembelajaran. Film ini juga dikemas dengan sentuhan komedi yang memberikan kesan membahagiakan, serta mengandung nilai-nilai positif yang dapat membangkitkan emosi-emosi positif bagi penontonnya, seperti rasa bangga terhadap diri sendiri dan apa yang dimiliki, rasa ingin berkorban dan berbuat sesuatu atas dasar cinta, perasaan sayang dan cinta terhadap sahabat dan keluarga, keinginan untuk menjadi yang lebih baik, dan sebagainya. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipan dengan metode pencatatan anecdotal record, yaitu mencatat secara sistematis perilaku-perilaku yang dimunculkan oleh subjek selama pemberian perlakuan. Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi. Pedoman observasi berisi aspek-aspek umum seperti ekspresi wajah, kontak mata, dan perubahan postur tubuh atau perilaku. Modul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah panduan penelitian berupa prosedur penelitian yang meliputi kegiatan penelitian, tujuan perlakuan, prosedur perlakuan, dan durasi perlakuan. Kegiatan penelitian meliputi hal-hal yang dilakukan pada saat penelitian dilaksanakan. Tujuan perlakuan merupakan sasaran yang akan menjadi alat ukur dari perlakuan tersebut. Durasi perlakuan adalah berapa lama perlakuan akan diberikan kepada

subjek. Sedangkan prosedur perlakuan merupakan suatu deskripsi rangkaian kegiatan perlakuan yang disusun secara rinci dan mendetail. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Independent-Samples T-Test yang dilakukan berdasarkan perubahan skor atau selisih skor posttest dan pretest atau disebut dengan gained score. Sebelum dilakukan uji hipotesis, data yang diperoleh ditabulasikan dan dikenai uji asumsi terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Keseluruhan komputasi data diolah dengan SPSS 17.0 for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum peneliti melakukan penelitian yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba, baik terhadap modul maupun skala penelitian. Uji coba modul berupa menonton film drama komedi Korea dilakukan selama tiga hari. Peneliti melakukan uji coba modul sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki pada modul tersebut. Uji coba pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 20 November 2012 pukul 14.00 WIB, uji coba kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 21 November 2012 pukul 20.00 WIB, dan uji coba ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 22 November 2012 pukul 19.00 WIB. Uji coba ini dikenakan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan yang berjumlah 8 orang pada sebuah home cinema di Moviebox jalan Gejayan nomor 31 Yogyakarta. Berdasarkan uji coba yang dilakukan, diketahui bahwa pemberian perlakuan akan lebih efektif saat malam hari. Hal ini disebabkan karena di waktu siang hari, banyak subjek yang mengantuk sebelum dan selama perlakuan diberikan. Uji coba ini juga menunjukkan bahwa film yang disajikan sudah cukup efektif dari segi isi ceritanya yang mudah untuk diambil makna dan nilainya. Begitu juga dengan pertanyaan-pertanyaan pada materi evaluasi yang diberikan sudah cukup efektif menjelaskan respon dari subjek. Hal tersebut terlihat dari jawaban-jawaban yang ditulis subjek yang sudah menggambarkan refleksi dari film yang diberikan. Pada uji coba skala, peneliti membagikan 50 eksemplar skala emosi positif kepada 50 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan yang dilakukan secara langsung. Keseluruhan skala tersebut kemudian diskor dan ditabulasikan sehingga mendapat hasil yang lebih lanjut. Data uji coba skala emosi positif dianalisis sebanyak enam tahap sampai tidak ada lagi aitem yang bisa dibuang. Pada tahap pertama, aitem yang gugur adalah aitem nomor 1, 2, 8, dan 13. Putaran tahap kedua, aitem yang gugur adalah aitem nomor 7, 9, 10, 23, 25, 26, 30, 34, 36, 43, 47, dan 58. Pada putaran tahap ketiga, aitem yang gugur yaitu aitem nomor 3,16, 29, 39, 40, 48 52, 53, dan 56. Putaran tahap keempat, aitem yang gugur hanya aitem nomor 35. Sedangkan pada

putaran kelima, aitem yang gugur adalah aitem nomor 11 dan 59. Pada putaran keenam inilah tidak ada aitem yang gugur lagi. Peneliti selanjutnya melakukan tahap penyetaraan agar masing-masing aspek memiliki jumlah aitem yang sama. Tujuan dilakukannya penyetaraan aitem adalah untuk menegakkan atau mendapatkan content validity dengan memenuhi spesifikasi blue print skala yang mencakup seluruh kawasan isi yang hendak diukur oleh alat tes tersebut. Selanjutnya peneliti menyusun kembali atau melakukan penomoran ulang pada skala emosi positif yang telah dianalisis sehingga skala tersebut siap digunakan untuk penelitian. Skala emosi positif memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,917. Indeks daya beda aitem tertinggi adalah 0,670 yaitu pada aitem nomor 7 dan nomor 55, sedangkan indeks daya beda aitem terendah adalah 0,264 yaitu pada aitem nomor 35. Rata-rata indeks daya beda aitem sebesar 0,421. Pada pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengambilan data pre-test untuk mengetahui emosi positif subjek sebelum perlakuan diberikan. Peneliti menggunakan mahasiswa program studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan sebagai subjek penelitian. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan pamflet yang dibuat peneliti sendiri di lingkungan kampus program studi Bimbingan Konseling tersebut. Awalnya, subjek penelitian berjumlah 23 orang, namun sebelum data penelitian dilakukan, ternyata tiga orang diantaranya menyatakan tidak dapat mengikuti jalannya penelitian hingga akhir, sehingga jumlah subjek yang tersisa adalah sebanyak 20 orang. Pengambilan data pre-test dilakukan pada hari Kamis, 29 November 2012. Subjek kemudian dirandom untuk dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah itu, pemberian perlakuan berupa menonton film drama komedi Korea yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 30 November 2012 (hari Jumat), 1 Desember 2012 (hari Sabtu) dan tanggal 2 Desember 2012 (hari Minggu). Selama pemberian perlakuan tersebut, peneliti melakukan observasi untuk mengamati perilaku yang tampak pada subjek ketika penelitian ini dilakukan. Aspek-aspek yang digunakan peneliti dalam melakukan observasi merupakan aspek-aspek umum yang meliputi kontak mata, konsentrasi dan ekspresi wajah. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data post-test terhadap kedua kelompok, untuk mengetahui tingkat emosi positif pada kelompok yang diberikan perlakuan maupun yang tidak diberi perlakuan. Pengambilan data post-test dilakukan setelah pemberian perlakuan yang terakhir, yaitu pada hari Senin, tanggal 3 Desember 2012 Berdasarkan hasil perhitungan pada data pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diketahui bahwa pada kelompok eksperimen memiliki nilai tertinggi sebesar 94, dan nilai terendah sebesar 63. Hasil perhitungan pada

kelompok kontrol diketahui bahwa nilai tertinggi sebesar 86, dan nilai terendah sebesar 73. Sedangkan perhitungan data post-test menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada kelompok eksperimen adalah 109, dan nilai terendeh adalah 87. Nilai post-test tertinggi pada kelompok kontrol adalah 83, dan nilai terendahnya adalah 72. Rincian deskripsi data statistik pre-test, post-test dan gained score dapat dilihat pada table 4.5. Tabel 3. Data Statistik Penelitian Kelompok eksperimen No Subjek

Jumlah skor pre-test

1

Kelompok kontrol

Gained score

No Subjek

Jumlah skor pre-test

85

Jumlah skor posttest 107

Gained score

73

Jumlah skor posttest 78

22

1

2 3

75 81

105 105

30 24

2 3

86 82

83 83

-3 1

4

73

95

22

4

78

77

-1

5 6 7

69 72 76

97 94 92

28 22 16

5 6 7

83 75 79

79 78 78

-4 3 -1

8

66

87

21

8

81

79

-2

9 10

94 64

109 90

15 26

9 10

75 73

80 73

5 0

5

Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan uji beda, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data yang telah dikumpulkan yang meliputi uji normalitas dan homogenitas. Tujuan dilakukannya uji normalitas sebaran adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Santoso, 2010). Uji normalitas yang dilakukan pada data pretest kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan teknik analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov mendapatkan hasil indeks normalitas K-SZ = 0,563 dan p = 0,909 (p>0,05) bagi kelompok eksperimen dan K-SZ = 0,578 dan p = 0,892 (p>0,05) bagi kelompok kontrol. Melihat hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut normal. Berdasarkan hasil uji normalitas maka teknik statistik yang digunakan adalah parametrik. Uji homogenitas digunakan untuk melihat apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama atau tidak (Arikunto, 2006). Uji homogenitas dilakukan pada data pre-test kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan teknik analisis Levenne Test. Hasil dari uji Levenne Test pada dua kelompok tersebut menghasilkan nilai p = 0,122 (p>0,05), dari hasil

tersebut menunjukkan bahwa baik kelompok kontrol maupun eksperimen berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama atau bisa disebut juga homogen. Data yang diuji pada tahap uji hipotesis adalah data gained score pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai gained score merupakan nilai selisih antara data pre-test dengan data post-test pada kedua kelompok tersebut. Metode statistik yang digunakan adalah metode statistik parametrik IndependentSamples T-Test, yaitu untuk menguji perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis uji-t pada nilai gained score kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan nilai t=12,370; p = 0,000 (p<0,01) yang berarti bahwa ada perbedaan perubahan skor emosi positif yang sangat signifikan pada kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol), atau dengan kata lain, bahwa kelompok eksperimen memiliki skor emosi positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan skor emosi positif yang sangat signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal tersebut berarti bahwa pemberian perlakuan berupa menonton film drama komedi Korea secara sangat signifikan mampu menaikkan emosi positif. Meningkatnya emosi positif pada kelompok eksperimen disebabkan oleh terjadinya proses pembelajaran yang mencakup pemaknaan dan penafsiran selama perlakuan diberikan, seperti yang disebutkan Bandura (Dahar, 2011) bahwa menonton merupakan salah satu proses belajar yang menggunakan gambaran kognitif dari tindakan. Hal ini disebut belajar melalui pengamatan yang terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Pada saat menonton film, informasi hasil dari pengamatan tersebut akan diterima oleh indera, kemudian informasi ini akan diteruskan ke otak untuk dipilih dan dipilah, lalu dikaitkan dan diasimilasikan dengan fakta dan pengalaman di dalam struktur kognitif, dan inilah yang disebut dengan pemaknaan atau penilaian (Ausubel dalam Dahar, 2011). Film drama komedi Korea yang berjudul Protect the Boss pada penelitian ini merupakan media yang dijadikan sasaran atau objek pengamatan dan pemaknaan yang digunakan untuk meningkatkan emosi positif. Film ini dipilih karena mengandung nilai-nilai yang diasumsikan dapat mempengaruhi peningkatan emosi positif, seperti adanya rasa bangga terhadap diri sendiri, perasaan tenang saat menghadapi masalah, berkorban atas dasar kecintaan terhadap orang lain, dan kemauan berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Nilai-nilai ini tercermin dari adegan-adegan yang diperankan tokoh di dalam film. Hasil penelitian inipun menunjukkan bahwa film tersebut secara sangat signifikan dapat meningkatkan emosi positif. Hal ini telah dibuktikan melalui uji beda data gained score emosi positif pada kedua kelompok, dan hasilnya menyatakan bahwa kelompok eksperimen atau kelompok yang diberi perlakuan mempunyai skor emosi positif yang lebih tinggi dari kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberi perlakuan. Hal ini juga didukung dengan hasil media evaluasi yang menunjukkan adanya proses pembelajaran yang mencakup pemaknaan dan penafsiran pada subjek kelompok eksperimen. Pemaknaan dan penafsiran yang dimaksud dalam

penelitian ini terlihat dari kemampuan subjek dalam mengambil nilai-nilai yang ada dalam film, yang dituliskan subjek dalam media evaluasi, seperti penerimaan dan kebanggaan terhadap kemampuan diri sendiri, perasaan tenang saat menghadapi masalah, berkorban atas dasar kecintaan terhadap orang lain, dan kemauan berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Proses belajar yang terjadi saat menonton film juga dipengaruhi oleh faktorfaktor internal pada diri individu. Hal ini selaras dengan pendapat Slameto (2003) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang dimaksud antara lain kondisi fisik, sikap, konsentrasi, dan penghayatan. Berdasarkan hasil observasi terhadap subjek kelompok eksperimen, terlihat bahwa subjek yang menonton film dengan penghayatan dalam kondisi yang sehat, penuh perhatian (konsentrasi) dan penghayatan, memiliki skor emosi positif yang lebih tinggi dari subjek yang pada saat menonton film sedang dalam kondisi kurang sehat, sering bermain handphone, bahkan terkadang terlihat mengantuk. Hasil penelitian mengenai emosi positif sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Stimulasi ‘Aku Anak Ceria’ terhadap Peningkatan Emosi Positif pada Anak Usia Dini” yang disusun oleh Mashar (2008) telah menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan skor emosi positif yang sangat signifikan antara tes awal (pre-test) dengan tes akhir (post-test). Mashar dalam penelitiannya juga mengungkapkan bahwa adanya peningkatan skor emosi positif tersebut disebabkan oleh proses belajar yang dialami subjek terhadap stimulasi yang diberikan. Namun selain itu, ada faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan emosi positif pada subjek, yaitu diantaranya adalah pengaruh lingkungan sekitar subjek seperti interaksi subjek dengan orang lain, kejadian-kejadian lain yang dialami subjek diluar perlakuan, dan sebagainya. Penelitian inipun tidak dipungkiri bahwa ada kemungkinan keterkaitan lingkungan subjek juga dapat berpengaruh pada perubahan emosi positif baik pada subjek kelompok eksperimen maupun subjek pada kelompok kontrol. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak ada upaya untuk mengetahui variabel ekstranous atau variabel diluar variabel penelitian.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menonton film drama komedi Korea berpengaruh terhadap peningkatan emosi positif pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan skor emosi positif yang sangat signifikan pada subjek kelomok eksperimen sebelum dan sesudah pemberian perlakuan berupa tayangan film drama komedi Korea. Peningkatan emosi positif yang terjadi pada subjek kelompok eksperimen disebabkan oleh adanya proses pembelajaran yang melibatkan proses pemaknaan dan penafsiran terhadap isi cerita film. Proses tersebut tentu saja juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang ada di dalam diri individu, seperti

penghayatan, konsentrasi, dan sikap yang tenang saat menonton sehingga juga mempengaruhi meningkatnya emosi positif pada subjek.

SARAN-SARAN 1. Saran Praktis Berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan di atas, menonton film drama komedi Korea dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan emosi positif terutama bagi mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. 2. Saran Teoritis Bagi peneliti yang tertarik untuk mengambil tema yang sama, dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan subjek penelitian dengan karakteristik yang berbeda dari penelitian ini. Selain itu, dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain selain menonton film drama komedi Korea, sehingga dapat diketahui faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi emosi positif. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk dapat mengupayakan pengontrolan terhadap variabel-variabel ekstranous atau variabel selain variabel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Afifuddin & Saebani, B. A. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineke Cipta. Azwar, S. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Azwar. S. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyahkarta : Pustaka Pelajar. Bealer, B. K. 2002. The Miracle of Caffein. New York : The Free Press. Chatarina, Wahyurini & Yahya Ma’sum. 2006. Iiiih… Emosi Banget Dah. Jakarta : Pustaka Gramedia. Compton, W. C. 2005. Introduction to Positive Psychology. United States of America: Thomson Wadsworth. Dahar, R. W. 2011. Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : PT. Erlangga. Danim, S. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Daldiyono. 2009. How to Be a Real and Successful Student. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Diponegoro, A. M. 2008. Psikologi Konseling Islami dan Psikologi Positif. Yogyakarta : UAD Press. Ekman, Paul. 2007. Membaca Emosi Orang. Yogyakarta : Penerbit Think. Feldman, R. S. 2008. Understanding Psychology. New York : McGraw-Hill Companies. Feist, J. dan Feist, J. G. 2008. Theory of Personality. Alih Bahasa (2006). Santoso. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Fitriani, A. dan Hidayah, N. 2012. Kepekaan Humor dengan Depresi pada Remaja Ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Humanitas. 9:76-82. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Fredrickson, B. L. and Branigan, C. (2005). Positive emotions broadens the scope of attention and thought-action repertoires. Cognitive and Emotion. USA : Psychology Press Taylor & Francis Group. Fredrickson, B. L. 1998. What Good Are Positive Emotions. Review of General Psychology. 2 : 300-319. Harymawan. 1993. Dramaturgi. Bandung : Remaja Rosda Karya. Hidayati. 2009. Analisis Pragmatik Humor Nasrudin Hoja. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Sastra Universitas Diponegoro. Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Erlangga. Huppert, F. A. 2005. Positive Emotions and Cognition : Developmental, Neuroscience and Health Perspectives. New York : Psychology Press. Imanjaya, E. 2006. A to Z About Indonesian Film. Bandung : Mizan. Iskak, A dan Yustinah. 2008. Bahasa Indonesia kelas XI. Jakarta : PT. Erlangga. Isen, A. M. 2003. Positive Affect as a Source of Human Strength. Washington DC : American Psychological Association. Kartono, K dan Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung : Pionir Jaya.

Latipun. 2010. Psikologi Eksperimen. Malang : UMM Press. Lazarus, R. S. 1991. Emotion and Adaptation. New York : Oxford University Press. Marliyah, L dkk. 2004. Persepsi terhadap Dukungan Orangtua dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja. Jurnal Provitae. 5:59-77. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Mashar, R. 2008. Pengaruh Stimulasi Aku Anak Ceria terhadap Peningkatan Emosi Positif Anak Usia Dini. Jurnal Humanitas. 5:149-164. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Mayne, T. J. & Bonanno G. A. 2001. Emotions. United States of America : The Guilford Press. Moehartojo, S. G. 2008. Representasi Kekerasan Rasial pada Film “American History X”. Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra. Monks. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Norville, D. 2007. Thank You Power. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Poerwadarminta. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pratista, H. 2008. Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka. Rohmah, F. A. 2006. Pengaruh Diskusi Kelompok untuk Menurunkan Stres pada Mahasiswa yang Sedang Skripsi. Jurnal Humanitas. 3:50-60. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Rohmah, F. A. 2007. Efektivitas Diskusi Kelompok dan Pelatihan Efikasi Diri untuk Menurunkan Stres Mahasiswa yang Sedang Skripsi. Jurnal Humanitas. 59-69. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Saiin, H. 2011. Hubungan antara Intensitas Mengkaji Al-Qur’an dengan Emosi Positif pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Sardji, A. 1991. Penyiaran dan Masyarakat. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. Simangunsong, E. F. 2011. Transmission of Values pada Serial Drama Korea Bread, Love, and Dreams. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara. Sholichatun, Y. 2008 . Hidup Setelah Menikah, Mengurai Emosi Positif dan Resiliensi pada Wanita Tanpa Pasangan. Jurnal Egalita. 3:1-17. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Urbayatun, S. 2008. Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek Positif dan Afek Negatif pada Lansia. Jurnal Humanitas. 3:63-72. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Urbayatun, S. 2008. Studi Tentang Sifat Bipolaritas dan Monolaritas Afek pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UAD. Jurnal Humanitas. 5:97-102. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.