PENGGUNAAN METODE BERCERITA SEBAGAI SARANA PENANAMAN NILAI

Download PENGGUNAAN METODE BERCERITA SEBAGAI SARANA. PENANAMAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI. DI PAUD GAJAHWONG, TIMOHO, YOGYAKARTA. ARTIKEL JUR...

0 downloads 512 Views 257KB Size
PENGGUNAAN METODE BERCERITA SEBAGAI SARANA PENANAMAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI DI PAUD GAJAHWONG, TIMOHO, YOGYAKARTA

ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

Oleh Jumiyati NIM 10102241010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2015

PER RSETUJUA AN

A Artikel Jurn nal Skripsi yang y berjuddul “Pengggunaan Metoode Bercerita Sebagai S Sarana Penaanaman Nillai Moral P Pada Anak Usia U Dini ddi PAUD Gajahwong, G T Timoho, Yoogyakarta” yang disusuun oleh Jum miyati, NIM 101022410110 ini telah d disetujui oleeh pembimbiing untuk dippublikasikann. 

Yogyakartta, 15 Oktobber 2015 P Pembimbing gI

Pembimbiing II

Dra. Nur Djaazifah ER., M. D M Si. N 19540415 198103 2 001 NIP

Dr. Puji Y Yanti Fauziaah, M. Pd. NIP 198110213 2003112 2 001

 

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 1  

PENGGUNAAN METODE BERCERITA SEBAGAI SARANA PENANAMAN NILAI MORAL PADA ANAK USIA DINI DI PAUD GAJAHWONG, TIMOHO, YOGYAKARTA THE USE OF METHODS OF STORYTELLING AS A MEANS OF CULTIVATION OF MORAL VALUES IN EARLY CHILDHOOD IN THE PAUD GAJAHWONG, TIMOHO, YOGYAKARTA Oleh: jumiyati, pendidikan luar sekolah [email protected]  Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : (1) Penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini. (2) Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode bercerita. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Penggunaan metode bercerita meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Materi cerita yang disampaikan antara lain cerita tentang Neil Amstrong, Anti-Bully, Singa dan tikus, dan Banjir. Nilai moral terkandung didalam cerita tersebut yaitu sayang teman, mandiri, bekerjakeras, berkata sopan dan menjaga lingkungan. (3) Faktor pendukung yaitu: (a) Semangat dan kerjasama antar pendidik, (b) Kreatifitas pendidik dalam membuat APE, (c) Antusias peserta didik. Faktor yang menghambat yaitu : (a) Kurangnya pendidik dan tanaga kependidikan, (b) Kelas yang sempit dan kurang rapi, (c) Konsentrasi anak mudah berubah-ubah. Kata kunci: penanaman nilai moral, metode bercerita,anak usia dini Astract This study aimed to describe: (1) The use of storytelling. (2) The supporting factors and inhibitors. This research is a descriptive qualitative approach. The results showed: (1) The use of storytelling includes the stages of planning, implementation and evaluation. The materials include story story about Neil Armstrong, Anti-Bully, lion and a mouse, and the Flood. Moral values presented are dear friends, self, work hard, speak politely and protecting the environment. (3) The supporting factors, namely: (a) The spirit and cooperation among educators, (b) Creativity educators make APE, (c) Be enthusiastic learners. Factors that inhibit namely: (a) Lack of educators and educational tanaga, (b) Class narrow and less tidy, (c) the concentration of volatile children. Keywords: cultivation of moral values, storytelling, early childhood.

PENDAHULUAN Kondisi sosial yang diakselerasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang begitu cepat menyentuh kehidupan masyarakat di negeri kita, membawa perubahan diseluruh aspek kehidupan. Fondasi mental, moral dan spiritual yang kuat mutlak diperlukan sebagai antisipasi kecenderungan imitasi suatu perilaku masyarakat kita. Masyarakat modern cenderung memiliki pola perilaku serba instan, praktis, ingin segala sesuatu serba cepat. Tidak jarang sistem instan ini dilakukan dengan menabrak koridor nilai-nilai spiritual dan nilainilai moral. Perkembangan media massa selain memberikan dampak positif disisi lain juga    

memberikan dampak negatif bagi perkembangan pribadi anak jika lingkungan sekitar tidak membantu dalam memilih informasi yang sesuai atau tidak sesuai dengan budaya masyarakatnya. Anak- anak merupakan investasi masa depan bangsa karena kemajuan atau kemunduran suatu bangsa akan ditentukan oleh bagaimana kita mendidik anak kita sekarang. Kesadaran akan pentingnya pendidikan tersebut maka kita harus membekali anak dengan pendidikan yang baik agar kelak menjadi manusia yang seutuhnya, berkualitas dan menjadi generasi yang lebih baik dari sebelumnya sehingga dapat berguna bagi sesama, keluarga dan negara.

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 2 Sebagaimana tertera pada Undangundang Pasal 9 ayat 1 no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak juga menyebutkan, “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Dalam GBHN dijelaskan pula bahwa anak merupakan sumber penerus bangsa dan sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus diperhatikan dan dibina sedini mungkin agar menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa. Sebagai orang tua haruslah mempunyai tujuan untuk mendidik dan mempersiapkan anak sedini mungkin agar menjadi manusia unggul. Salah satu bagian terpenting dalam memberikan pendidikan terhadap anak usia dini adalah penanaman nilai moral melalui lembaga PAUD. Selanjutnya diharapkan melalui pendidikan ini anak akan mengerti mana yang salah dan benar, baik dan buruk sehingga dia dapat bersikap sesuai norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakatnya. Hal ini tentunya akan memudahkan anak untuk diterima di lingkungannya dan memudahkannya dalam bersosialosasi. Menurut Wahyudi (2005: 14) trend pendidikan yang masih gencar di lakukan sampai saat ini adalah kecerdasan emosional (emotionan intellegent). Daniel Goleman dalam Wahyudi (2005: 4) mengubah istilah pendidikan afektif menjadi terbalik yaitu bukan menggunakan perasaan untuk mendidik melainkan bagaimana mendidik perasaan itu menjadi cerdas dan sensitif terhadap nilai moral yang luhur untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan seharihari. Tim Advokasi Arus Bawah atau disingkat TAABAH mempelopori penyelenggaraan PAUDpendidikan anak usia dini atau PAUD yang diberi nama PAUD Gajahwong. PAUD ini ditujukan bagi warga pinggir sungai Gajahwong yang notabene warga pengemis dan pengamen agar terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai warga negara Indonesia. Dari berbagai kegiatan pemberdayaannya yang belum banyak tersentuh  

adalah keberadaan anak-anak khususnya pada anak usia dini yang setiap tahun semakin bertambah jumlahnya. Anak-anak di sekitar Sungai Gajahwong masih dilibatkan dalam urusan kebutuhan ekonomi seperti mengamen, mengemis, memulung dan lain sebagainya. Ketertarikan adanya PAUD Gajahwong tak hanya anak, namun juga orangtuanya. Seiring bangkitnya kesadaran bahwa anak tak seharusnya diajak bekerja menafkahi keluarga, para orang tua kini lebih merasa aman ketika anak-anaknya bermain di PAUD dibanding di jalan (http://ledhoktimoho.wordpress.com). Setiap anak yang tumbuh dan berkembang sebelum mendapatkan pendidikan dari PAUDsejatinya pendidikan yang paling utama dan pertama yaitu pendidikan dalam keluarga. Namun belum tentu setiap keluarga mampu dan sempat memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya dikarenakan oleh berbagai hal. Seperti warga pinggir Sungai Gajahwong yang sebagian besar warganya adalah warga miskin sehingga waktu mereka habis untuk bekerja di luar rumah antara lain sebagai pemulung, pengamen, petani kota serta pekerja ataupun buruh menyebabkan mereka tak punya waktu untuk sekedar memberikan pendidikan pada anak. Sehingga PAUD Gajahwong sebagai lembaga pendidikan untuk anak usia dini merasa mempunyai tanggung jawab untuk mendukung perkembangan fisik dan mental anak. Lingkungan yang buruk dapat menyebabkan anak memiliki kepribadian yang buruk pula. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan riil yang ada di sekitar PAUD Gajahwong yang notabene secara fisik berada di sekitar Sungi Gajahwong dengan penduduknya yang sebagian besar adalah kaum miskin kota dengan aktivitas sebagai pemulung, pengamen, petani kota serta pekerja (buruh) sehingga salah satu tujuan pendidikan di PAUD Gajahwong diantaranya yaitu adalah membantu anak agar mampu memahami dan menyesuaikan diri secara arif dan kreatif dengan lingkungannya. PAUD Gajahwong merupakan bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur nonformal

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 3  

yang berdiri 24 Januari 2011 dipelopori oleh Tim Advokasi Arus Bawah (TAABAH). Advokasi yang dilakukan yaitu untuk membawa komunitas bantaran Sungai Gajahwong agar terpenuhi hakhak dasarnya sebagai warga Indonesia. Berbagai pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang lebih baik salah satunya yaitu di bidang pendidikan anak usia dini. Sekarang ini PAUD Gajahwong memiliki dua kelas yaitu kelas akar (usia 2-3 tahun) dan kelas rumput (usia 4-6 tahun). Program pendidikan anak usia dini di PAUD Gajahwong dirancang dengan tujuan untuk mengembangkan seluruh potensi fisik dan jiwa yang anak agar anak mampu menghadapi permasalahan dimasa mendatang. Usia dini merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebudayaan, sosial, moral, agama agar mampu memahami tentang kehidupan masyarakatnya dan dunia. Banyak metode yang bisa digunakan sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada anak tentang nilai-nilai yang dianut di masyarakatnya. Penanaman nilai moral pada anak usia dini tidaklah mudah karena tidak bisa hanya disampaikan secara konseptual saja tetapi harus menggunakan metode yang tepat, di PAUD Gajahwong yaitu menggunakan metode bercerita agar anak lebih tertarik dan lebih terserap pesan nilai moral yang akan disampaikan. Menurut Muhammad Fadlillah (2012: 173) mengungkapkan bercerita adalah satu cara untuk menarik perhatian anak daripada hanya sekedar ceramah. Penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong memiliki arti tersendiri yaitu sebagai media penyampai pesan positif tentang sikap dan perilaku yang dapat diambil dari cerita yang disampaikan. Makna luhur yang terkandung dalam masing-masing cerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik yang memungkinkan dapat mengembangkan dimensi perasaan anak.    

Dalam penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini memang tidak mudah pendidik harus dapat memilih tema cerita yang sesuai dengan nilai moral yang akan mereka ajarkan selain itu teknik bercerita yang tepat juga diperlukan guna mendukung keberhasilan penanaman nilai moral pada anak. Selain itu kondisi sarana dan prasaranan PAUD Gajahwong yang masih terbatas dikarenakan keterbatasan biaya juga menjadi penyebab kurangnya dukungan terlaksananya program pembelajaran terkait pengembangan kepribadian anak. Diharapkan setelah adanya PAUD yang disebut PAUD Gajahwong dapat membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensi dan kepribadiannya menjadi manusia yang unggul yang nantinya bisa merubah tatanan kehidupan masyarakatnya menjadi lebih maju dan labih baik. Meskipun keluarga kurang dalam memberikan pendidikan pada anak tetapi jika pendidik di PAUDmempunyai cara yang tepat dalam mengembangkan setiap aspek anak usia dini termasuk dalam penanaman nilai moral pada anak usia dini dapat mengantarkan anak didik agar dapat berfikir, bersikap dan berperilaku secara baik. Dengan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka peneliti mengambil penelitian “Penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong, Timoho,Yogyakarta“. Adapun rumusan masalah yang di kaji dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. (2) Bagaimana hasil penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. (3) Apa faktor pendukung dan faktor penghambat penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta.

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 4 Sesuai dengan permasalahan yang dikemukaan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk mendeskripsikan penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. (2) Untuk mendeskripsikan hasil penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. (3) Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini di lakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2014 di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 1 pengelola PAUD Gajahwong dan 2 orang pendidik PAUD Gajahwong. Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini data berupa deskriptif yang diambil dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen utama yang di gunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang di bantu pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi terstruktur yang di buat sendiri oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang di gunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik Analisis Data Data –data yang telah terkumpul mulai dari pengamatan, catatan lapangan , wawancara dan dokumentasi di interpretasikan secara kaulitatif untuk mengetahui keabsahan data dalam penarikan kesimpulan.  

Dalam melakukan analisis data akan melalui tahapan-tahapan. Analisis data dalam penelitian ini di laksanakan dalam 3 tahap yaitu reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Penggunaan Metode Bercerita Sebagai Sarana Penanaman Nilai Moral Pada Anak Usia Dini di PAUD Gajahwong Ada berbagai aspek pada anak yang perlu dikembangkan dengan baik sesuai dengan tahap perkembangannya. Salah satu aspek yang sangat penting yang harus diajarkan pada anak usia dini yaitu tentang nilai moral. Dengan diajarkan tentang nilai moral sejak dini diharapkan pada kehidupan selanjutnya anak akan mengetahui tentang benar atau salah, baik atau buruk sehingga dia dapat menerapkan dalam kehidupan seharihari agar mampu bersosialisasi secara baik dengan masyarakat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun awal biasanya dapat menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam penanaman nilai moral untuk anak usia dini, di PAUD Gajahwong yaitu menggunakan metode bercerita. a. Alasan Penggunaan Metode Bercerita Sebagai Sarana Penanaman Nilai Moral Pada Anak Usia Dini di PAUD Gajahwong. PAUD Gajahwong sebagai lembaga pendidikan untuk anak usia dini memiliki beberapa program yang terkait dengan fungsinya yaitu untuk membantu anak dalam dalam memahami dan menyesuaikan diri secara arif dan kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang di maksud mengandung pemahaman yang luas yaitu segala sumber yang ada dalam lingkungan anak mulai dari lingkungan fisik,lingkungan sosial dan lingkungan budayanya. Agar anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 5  

dengan lingkungannya maka anak sejak dini harus di ajarkan tentang nilai moral yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Metode cerita dinilai sebagai alat pendidikan untuk mengajarkan budi pekerti paling mudah di mengerti oleh anak di samping teladan yang lihat anak setiap hari. Dengan cerita yang tentang nilai moral yang di berikan oleh pendidik dapat menjadi contoh kepada anak bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan dengan baik sekaligus memberi pelajaran pada anak cara mengendalikan keinginan-keinginan yang nilai negatif oleh anak sehingga akan memberikan kesan yang mendalam bagi anak dan memahami perilaku moral lewat cerita yang di berikan, Selain itu penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral di PAUD Gajahwong juga untuk mengembangkan ketrampilan lain anak seperti berbicara, membaca menulis dan menyimak. Anak akan menyimak cerita yang di sampaikan oleh pendidik dan ketika ada sesuatu hal yang menarik hal ini akan merangsang anak untuk bertannya atau memberikan pendapatnya. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Muh. Nuh Mustakim (2005: 160) bahwa cerita tentang moral yang di ungkapkan oleh pendidik akan memberikan kesan yang mendalam kepada anak. Anakanak memahami cerita yang sampaikan oleh orang tua atau guru mereka. Perilaku moral yang ada di dalam cerita dapat mempengaruhi perkembangan moral anak dalam kehidupan sehari-hari. b. Alokasi Waktu Penggunaan Metode Bercerita Sebagai Sarana Penanaman Nilai Moral Pada Anak Usia Dini di PAUD Gajahwong. Hasil data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode bercerita seabagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong merupakan bagian dari    

rangkaian pembelajaran berbasis lingkungan yang di laksanakan secara rutin. Penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong bersifat fleksible dan sesuai dengan minat atau kemauan anak. Pembelajaran menggunakan metode bercerita di PAUD Gajahwong bersifat fleksible dan sesuai dengan minat atau kemauan anak. Dalam pelaksanaannya pembelajaran menggunakan metode cerita sebagai salah satu metode untuk menanamkan nilai moral pada anak usia dini di laksanakan 2 jam pembelajaran di mulai pukul 07.3011.00 WIB. c. Perencanaan Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai hal pertama yang harus di lakukan yaitu melakukan perencanaan. Perencanaan perlu di lakukan agar pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya guna mencapai hasil yang telah di tentukan.Perencana pertama yang di lakukan PAUD Gajahwong yaitu membuat RPP (Rencana Program Pembelajaran). RPP yang di buat di PAUD Gajawong bersifat flexible. Rencana program pembelajaran ini tidak menjadi dasar yang kaku bagi anak dan pendidik untuk melaksanakan pembelajaran. Kegiatan yang sudah di rencanakan di laksanakan sesuai keinginan dan kesepakatan anak pada hari tersebut. d. Pelaksanaan Dari hasil penelitian, penggunanaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral dilakukan dalam beberapa pijakan yang berisi sejumlah pengalaman belajar peserta didik melalui gerak, lagu dan bermain yang diberikan kepada anak usia dini berdasarkan minat dan potensi anak dan tugas perkembangan yang harus dikuasai anak. Kegiatan ini mencakuo 3 tahap yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup : 1) Pembuka

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 6 Kegiatan pembuka di PAUD Gajahwong dilakukan di dalam kelas yaitu di mulai dengan bermain di dalam lingkaran dengan gerak lagu dan dolanan. Kemudian di lanjutkan dengan kegiatan mengkondisikan anak untuk duduk melingkar secara tertib dan tenang agar anak dapat fokus terhadap kegiatan yang akan di lakukan. Kemudian setelah tenang anak-anak berdoa, absensi dan bercerita kabar. 2) Inti Melakukan atau mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita sesuai dengan aturan bermain yang telah disepakati sebelumnya. Pendidik melaksanakan pembelajaran berdasarkan tahapan bermain. Pada awal pelaksanaan pembelajaran pendidik berusaha menarik minat anak dengan mengaitkan tema cerita dengan pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar anak. Agar pembelajaran tidak pasif atau hanya searah saja maka pendidik sesekali memberikan pertanyaan dan bercakap-cakap dengan peserta didik yang dapat di tanggapi anak secara spontan. Hal ini di lakukan agar pendidik dapat mengetahui sejauhmana peserta didik memahami tentang inti dan pesan dari cerita yang di sampaikan. Setelah kegiatan ini selesai peserta didik dan pendidik membereskan alat permainan serta membersihkan tempat yang telah di gunakan. Setelah rapi pendidik melakukan refressing dengan menyanyikan lagu dan yel-yel. Selanjutnya pendidik melakukan refleksi yaitu dengan cara wawancara. Refleksi dilakukan dengan cara bercakap-cakap dengan anak selama dan setelah kegiatan bercerita selesai. Pertanyaan yang di ajukan yaitu yang sesuai dengan cerita yang telah di sampaikan. Setelah kegiatan refleksi selesai kemudian di lanjutkan dengan  

berdoa sesudah belajar untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. 3) Penutup Setelah kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita selesai di tutup dengan kegiatan makan siang bersama, kegiatan makan siang selesai diakhiri dengan doa selesai makan dan doa penutup yang dipimpin salah satu peserta didik. Selanjutnya agar anak- anak tertib saat pulang pendidik mensiasati dengan cara memberikan pertanyaan atau tebaktebakkan sehingga yang dapat menjawab terlebih dahulu maka boleh pulang dahulu. Selanjutnya peserta didik pulang dengan mengucap salam dan berjabat tangan dengan pendidik dan asisten pendidik. e. Evaluasi Astin dalam Anita Yus (2005:29) penilaian merupakan suatu proses mengumpulkan informasi secara sistmatik untuk membuat keputusan tentang individu. Keputusan yang di ambil berdasarkan informasi yang di peroleh berdasarkan aturan tertentu. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan yang telah dicapai peserta didik selama mengikuti kegiatan di PAUD Gajahwong. Penilaian terhadap penggunakan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong masuk dalam penilaian yang dilakukan secara keseluruhan.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di PAUD Gajahwong teknik penilaian yang digunakan antara lain observasi, narasi, percakapan dan unjuk kerja. 2. Hasil Penanaman Nilai Moral pada Anak Usia Dini melalui Metode Cerita di PAUDGajahwong Penanaman nilai moral pada anak usia dini melalui metode cerita di PAUD Gajahwong di arahkan untuk mengembangkan perilaku anak sesuai dengan kebiasaan masyarakatnya. Seperti yang di kemukakan oleh Menurut Sutarjo Adisusilo

Penanaman nilai moral....(Jumiyati) 7  

(2012:70) Pendidikan nilai merupakan pendidikan yang berusaha mengembangkan pola perilaku anak sesuai kehendak atau kebiasaan suatu masyarakat. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi nilai-nilai dan kehidupan nyata yang berada dalam masyarakat. Beberapa cerita yang di sampaikan dalam upaya penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong antara lain yaitu Neil Amstrong, Anti-BullyI,Singa dan tikus, Banjir. Adapun nilai moral yang terdapat pada cerita tersebut antara lain sayang teman, mandiri, bekerja keras dan menjaga lingkungan. Sesuai dengan konsep perkembangn moral anak Syamsu Yusuf (2006: 134) salah satunya yaitu dengan melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar atau salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Disamping itu, yang paling penting dalam penanaman moral ini adalah keteladanan dari orang tua atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral. Jadi selain penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada nak usia dini keteladanan dari orang dewasa di sekitar anak juga penting untuk mendukung perkembangan kepribadian anak. Penanaman nilai moral pada anak sejak dini sangat penting untuk dilaksanakan yaitu sebagai awal agar anak mempunyai karakter yang baik. Melalui cerita yang disampaikan pada anak diharapkan anak dapat mengambil pesan-pesan yang ada didalamnya atau paling tidak mampu menambah wawasan anak dalam mengembangkan kepribadian yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan alasan Muh. Nuh Mustakim (2005: 160) mengungkapkan cerita tentang moral yang diungkapkan oleh pendidik akan memberikan kesan yang mendalam kepada anak. Anakanak memahami cerita yang disampaikan oleh orang tua atau guru mereka. Perilaku moral    

yang ada didalam cerita dapat mempengaruhi perkembangan moral anak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam cerita digambarkan bagaimana moral anak dibina dan dikembangkan lewat cerita realistik dalam cerita moral baik dan buruk menjadi bahan apresiasi anak. Anak dapat membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang agung dan jahat, mana yang berhasil dan gagal dan bagaimana membandingkan antara perilaku sendiri dengan orang lain. 3.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Penggunaan Metode Bercerita Sebagai Sarana Penanaman Nilai Moral Pada Anak Usia Dini di PAUD Gajahwong, Timoho, Yogyakarta. a. Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam setiap kegiatan pembelajaran merupakan kekuatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut. Adapun faktor yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita di PAUD Gajahwong antara lain: 1) Semangat dan kerjasama antar pendidik untuk terus belajar dan mengembangkan pembelajaran. 2) Kreatifitas pendidik dalam membuat APE sederhana. 3) Antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menggunakan metode bercerita. b. Faktor Penghambat Adapun faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita di PAUD Gajahwong antara lain : 1) Kurangnya pendidik dan SDM di PAUD Gajahwong. 2) Kelas yang sempit dan kurang rapi sehingga membat anak kurang leluasa dan nyaman.

Jurnal Pendidikan Luar Sekolah 8 3) Konsentrasi anak yang mudah berubahubah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dalam penelitian ini yaitu : Kesimpulan Pelaksanaan penggunaan metode bercerita sebagai sarana penanaman nilai moral pada anak usia dini di PAUD Gajahwong melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan yaitu dengan membuat rencana program pembelajaran serta persiapan materi cerita, (pelaksanaan terdiri dari kegiatan pembuka, inti dan penutup, evaluasi meliputi observasi, narasi, percakapan dan unjuk kerja. Materi cerita yang disampaikan anta lain cerita tentang Neil Amstrong, Anti-Bully, Singa dan Tikus, dan Banjir. Dari kegiatan tersebut nilai moral yang ditanamkan yaitu sayang teman, mandiri, bekerja keras dan menjaga lingkungan. Faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode bercerita yaitu: Semangat dan kerjasama antar pendidik untuk terus belajar dan mengembangkan pembelajaran, Kreatifitas pendidik dalam membuat APE sederhana, Antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menggunakan metode bercerita. Faktor yang menghambat yaitu : kurangnya pendidik dan tenaga kependidikan di PAUD Gajahwong, kelas yang sempit dan kurang rapi sehingga membuat peserta didik kurang leluasa dan nyaman, konsentari anak yang mudah berubah-ubah. Saran 1. Menambah jumlah pendidik dan tenaga kependidikan. 2. Pendidik hendaknya membersihkan dan merapikan kelas sebelum dan sesudah pembelajaran di laksanakan. 3. Agar pembelajaran lebih kondusif dan menarik minat anak, hendaknya pendidik lebih kreatif dalam membuat materi cerita dan merancang kegiatan pembelajaran yang  

menyenangkan agar konsentrasi anak tetap fokus. DAFTAR PUSTAKA Anita Yus. (2005). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas. Muhammad Fadlillah. (2012). Desain pembelajaran PAUD. Jakarta: Ar-ruzz media. Muh. Nur Mustakim. (2005). Peranan cerita dalam pembentukan perkembangan anak TK. Jakarta : Depdiknas Sutarjo Adisusilo. (2012).Pembelajaran NilaiKarakter. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syamsu yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya