PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA SOSIOLOGI PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
SUKMA ASTRIANA NIM: 100569201025
JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini: Nama
: Sukma Astriana
Nim
: 100569201025
Jurusan/Prodi : Sosiologi Alamat
: JL. Bukit Barisan No. 37 Kota Tanjungpinang
Email
:
[email protected]
Judul Naskah : Perilaku Konsumtif Mahasiswa Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
Menyatakan bahwa julud tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 02 September 2015 Yang menyatakan.
Ketua Komisi Pembimbing
Sri Wahyuni, M.Si NIDN. 1016047701
Anggota Komisi Pembimbing
Muhammad Yusuf HM, M.Ed NIDN. 1005058007
PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA SOSIOLOGI PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI Sukma Astriana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji 2015 ABSTRAK Penampilan modis sering ditemukan pada mahasiswa di perguruan tinggi sama seperti di lingkungan. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji (Fisip Umrah) Tanjungpinang. sebelumnya tidak banyak mahasiswa yang mengutamakan penampilan. Penampilan mahasiswa yang fashionable diikuti dengan berkembangnya media massa yang menjual berbagai macam barang untuk menunjang penampilan mereka. Mahasiswa selalu ingin berpenampilan menarik dan modis mengikuti pusat gaya (trend center). penelitian ini mengenai perilaku konsumtif mahasiswa sosiologi di Fisip Umrah Tanjungpinang dalam membeli tas, sepatu dan baju yang berlebihan dan bagaimana trend mempengaruhi mahasiswa dalam berpenampilan Penelitian ini termasuk penelitian pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif, pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara, dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles & Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. hasil analisis disimpulkan bahwa dalam perilaku konsumtif yang lebih mendominasi adalah konsumsi melibatkan hasrat yaitu keinginan mahasiswa untuk tampil cantik dan menarik dengan menggunakan barang-barang yang bagus untuk memenuhi hasrat dan rasa tidak puas dalam diri mahasiswa serta adanya pengaruh dari teman sebaya yang membuat mahasiswa semakin konsumtif. Dilihat dari Tanjungpinang banyak terdapat tempat-tempat yang menjual berbagai macam model baju, sepatu serta tas yang menarik sehingga membuat mahasiswa semakin puas untuk membeli barang yang dianggap penting untuk penampilannya. Kata Kunci: Mahasiswa, Konsumtif
PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA SOSIOLOGI PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI Sukma Astriana Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji 2015 ABSTRACT Fashionable appearance often found on student at college. same as at Faculty of Social and Political Science University Maritime Raja Ali Haji (Fisip Umrah) Tanjungpinang. Fashionable appearance student followed by the development of mass media which sells various items to support their appearance. the Students always want to looking attractive and fashionable to follow the trend center, This research about consumer behavior sociology student at Fisip Umrah Tanjungpinang. The purpose of this research to find out how consumer behavior for students Faculty of Social and Political Science University Maritime Raja Ali Haji (Fisip Umrah) Tanjungpinang, to buy bags, shoes and clothes excessive and how trends affecting for student in appearance. This research uses the theory of Nanang Martono. Jean Baudrillard in this theory said humans buy not based needs, but because of the desire and dissatisfaction in having items that can be divided into three, namely, rationality Consumption, Consumption Involving Desire, and Aspect of Human Unconscious. This research includes research and descriptive qualitative approach, data collection is done using observation, interview, using interview guideline, and documentation. Analysis of the data of this research using a model of Miles & Huberman of data reduction, data presentation, conclusion and verification. The results of this study indicate that there are several reasons that affect students in buying and fashionable dressed. the results of the analysis concluded that the more dominate consumer behavior is consumption involves passion the desire of students to look beautiful and attractive by using good items to meet the desires and dissatisfaction inside the student and the influence of peers who make students more consumptive. Seen from Tanjungpinang there are many places that sell a variety of a model clothes, shoes and bags are attractive that makes the students more satisfied to buy items that are considered important for his performance. Keywords: Student, consumptive
masyarakat.
A. Latar Belakang Pada mulanya belanja merupakan
Terkadang seseorang
membeli sesuatu bukan di dasarkan
suatu konsep yang menunjukan suatu
pada
sikap untuk mendapatkan barang
melainkan
dengan
yang
dilakukan
semata-mata
menjadi
keperluan
untuk
kebutuhan
sebenarnya, kebutuhan demi
sehari-hari dengan jalan menukarkan
kesenangan, sehingga menyebabkan
sejumlah uang sebagai pengganti
seseorang
barang tersebut, akan tetapi pada
dikenal
konsep belanja sekarang ini telah
konsumtif atau konsumerisme.
berkembang
menjadi
sebuah
menjadi dengan
menunjukan
dikalangan
dicirikan
Belanja
istilah
Konsumerisme
cerminan gaya hidup dan rekreasi masyarakat.
boros
diri
yang
disimbolkan
oleh
merupakan gaya hidup tersendiri
atribut-atribut
tertentu.
yang
secara
sadar
bahkan
menjadi
suatu
tidak
perilaku
demikian
identitas
atau
yang
Shopping membentuk
kegemaran oleh sejumlah orang.
impian dan kesadaran semua para
(Haris, 2005).
konsumen dan akhirnya melahirkan
Dalam
kehidupan
para
pola-pola komsumerisme yang tidak
mahasiswa telah mengenal gaya
akan ada habisnya. Akhirnya belanja
hidup yang modis, hal itu dapat
juga
terlihat
mereka
pekerjaan, sebuah aktifitas sosial dan
mengenakan barang-barang atau pun
suatu saat menjadi kompetisi untuk
pakaian yang bermerk, dan tidak
diri sendiri memutuskan membeli
menutup
atau
dari
cara
kemungkinan
barang-
dianggap
tidak
juga
sebagai
sebuah
terlebih
untuk
barang tersebut kebanyakan didapat
kompetisi pada teman dan anggota
dari belanja di mall dengan harga
masyarakat yang lain sebagai symbol
yang mahal di bandingkan dengan
status, gengsi, dan image manusia
barang-barang yang di jual di luar
modern dan tidak ketinggalan zaman.
mall.
Seiring
perubahan globalisasi, dalam
dengan
terjadinya
perekonomian terjadinya
perilaku
dan
perubahan
membeli
pada
Pada mahasiswa
masa yang
Tanjungpinang
sekarang ada
ini
di
kota
khususnya
di
perguruan tinggi Universitas Maritim
Raja Ali Haji cenderung mempunyai
Seperti
mahasiswa
jurusan
sifat perilaku konsumtif. Perilaku
sosiologi yang ada di perguruan
konsumtif yang berlebihan akan
tinggi Universitas Maritim Raja Ali
mengakibatkan hal yang lebih besar
Haji, dengan berbagai fashion yang
contohnya seperti sifat boros, yang
di pakai pada saat mereka kuliah dan
menghambur hamburkan uang dalam
ketika mereka jalan-jalan ke pasar,
arti hanya menuruti nafsu belanja
maupun
dan keinginan semata.
cenderung ketika melihat barang
toko
baju.
Mahasiswa
Melihat dengan jumlah uang
yang dianggap bagus dan menarik
kiriman dari orang tua yang besar
hasrat untuk memiliki barang yang
akan muncul keinginan yang kuat
mereka
untuk mencoba hal-hal baru yang
dompet dan harga yang ditawarkan.
membuuat
Hal
mahasiswa
semakin
lihat
ini
tanpa
terjadi
melihat
di
isi
Kota
komsumtif. Hal ini dapat dilihat dari
Tanjungpinang
ditempatkannya faktor trend, sebagai
mahasiswa
bahan
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
pertimbangan
dalam
memutuskan untuk membeli suatu
di
khususnya Perguruan
Tinggi
Mahasiswa cenderung mengikuti
produk, hampir tidak memperhatikan
gaya
masalah harga ataupun kebutuhan
diangggap modis. Peranan teman-
dan membuat mahasiswa menjadi
teman
konsumtif.
mahasiswa
terutama berkaitan dengan sikap,
dalam berbelanja sebagian besar
pembicaraan, minat, penampilan dan
tidak
memperoleh
perilaku. Remaja sering kali menilai
kepuasan tersendiri dengan membeli
bahwa bila dirinya memakai pakaian
barang
yang sama modelnya dengan anggota
Perilaku
lain
yang
ingin
dapat
memenuhi
teman
sebaya
terhadap
remaja
kelompok
Selain itu juga mahasiswa ingin
kesempatan baginya untuk diterima
menikmati suasana yang nyaman
oleh
dalam
semakin besar. Demikian pula bila
ditawarkan.
barang
yang
populer,
yang
kebutuhannya serta rasa kepuasan.
membeli
yang
sebayanya
teman-teman
maka
sebayanya
teman sebayanya membeli barang yang
dianggap
modis
maka
mahasiswa cenderung mengikutinya.
tampil cantik dan modis. Sehingga
Hal ini berarti menunjukkan bahwa
mahasiswa,
kuatnya pengaruh teman sebaya.
membeli produk yang ditawarkan
berlomba-lomba
Keinginan untuk tampil cantik
untuk tampil cantik dan menarik
dan menarik dilakukan mahasiswa
seperti model, untuk menunjukkan
dengan menggunakan busana dan
eksistensinya di depan para laki-laki.
aksesoris, seperti sepatu, tas, dan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
baju
yang
dapat
menunjang
teknologi juga membawa pengaruh
penampilan mereka. Para mahasiswa
yang
juga
untuk
perubahan sosial, ekonomi dan sosial
membeli barang yang menarik dan
budaya di tengah masyarakat, baik
tidak
segan-segan
trend
mengikuti berkembang,
yang
karena
sedang
jika
cukup
dilingkungan
besar
terhadap
masyarakat
primitif
tidak
maupun masyarakat modern. Salah
mereka akan dianggap kuno, kurang
satu bentuk kemajuan IPTEK (Ilmu
gaul dan tidak trendi. Akibatnya,
Pengetahuan
para
tidak
teknologi, melihat penjualan di bbm,
memperhatikan kebutuhannya ketika
facebook, selain itu hadirnya toko-
membeli barang mereka cenderung
toko yang menjual berbagai model
membeli
barang
yang
mereka
barang tas, sepatu dan baju
juga
inginkan
bukan
yang
mereka
turut
gaya
mahasiswa
Teknologi)
mempengaruhi
adalah
butuhkan secara berlebihan dan tidak
penampilan secara langsung akan
wajar.
membawa masuknya budaya asing
Mahasiswa
juga
mulai
memperhatikan
lawan
jenisnya,
sehingga
mereka
berusaha
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat ketimuran. Berkembangnya dapat
menarik. Selain itu, mahasiswa harus
seringkali menempatkan mahasiswa
menyesuaikan diri dengan teman
sebagai konsumen yang mau tidak
sebaya dan orang di luar lingkungan
mau harus mengkonsumsi media
keluarga.
juga
dalam jumlah yang besar untuk
mempengaruhi perasaan selalu ingin
mengetahui segala perubahan atau
jenis
temui
di
mana
massa
berpenampilan sebaik mungkin agar
Lawan
di
media
saja,
perkembangan yang ada. handphone,
keunggulan
televisi, dan leptop, masing-masing
Perkembangan
memiliki pengaruh yang berdampak
ditampilkan pada media sosial juga
pada budaya konsumen. Dampak
menyebabkan
yang
konsumsi.
ditimbulkan
tidak
selalu
negatif, tetapi juga tidak sepenuhnya positif. Peran media yang begitu
tersendiri. fashion
tingginya
yang
budaya
B. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
besar membuat mahasiswa tidak
masalah yang telah diuraikan di atas,
dapat lepas dari media, rasa ingin
maka
tahu akan suatu hal mempengaruhi
masalah yaitu: “Bagaimana Perilaku
tingginya
Konsumtif Mahasiswa Sosiologi Di
tingkat
konsumsi
dapat
diambil
mahasiswa setiap orang memiliki
Perguruan
sikap konsumtif yang berbeda-beda.
Maritim Raja Ali Haji”
Keputusan
C. Tujuan
mahasiswa
dalam
mengkonsumsi suatu produk atau kebiasaan juga dipengaruhi oleh karakteristik yang
pribadi
meliputi
Usia
Tinggi
perumusan
Universitas
dan
Kegunaan
Penelitian 1. Tujuan Penelitian
mahasiswa,
Tujuan
kehidupan
penelitian
penulis ini
melakukan
adalah
untuk
eknomi, gaya hidup, gengsi, dan
mengetahui Perilaku Konsumtif di
konsep diri yang berbeda pada setiap
kalangan Mahasiswa di Perguruan
mahasiswa menyebabkan bedanya
Tinggi Universitas Maritim Raja Ali
persepsi akan informasi yang didapat
Haji Tanjungpinang”.
dari media. Mahasiswa bukan hanya sebagai sasaran penjualan produk,
2. Kegunaan Penelitian
namun mahasiswa juga berperan
1. Secara Teoritis
sebagai
pelaku
yang
memiliki
Secara Teoritis diharapkan dapat
kriteria tersendiri bagi pilihannya.
menjadi referensi maupun acuan
Banyaknya
informasi dalam penelitian-penelitian
iklan
yang
ada
mendorong mahasiswa untuk hidup
berikutnya
konsumtif, karena setiap produk
yang sama serta menjadi referensi
yang
diiklankan
memiliki
dengan
permasalahan
pustaka bagi kebutuhan penelitian
menggambarkan bagaimana perilaku
lanjutan.
konsumtif di kalangan mahasiswa
2. Secara Praktis
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Secara praktis hasil dari penelitian ini
diharapkan
dapat
membantu
Sosial
dan
Maritim
Politik
Raja
Universitas
Ali
Haji
Kota
memberikan sumbangan pemikiran
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan
serta dapat membantu sebagai bahan
Riau.
informasi
Lokasi Penelitian
mengenai
Perilaku
dikalangan
mahasiswa
Penelitian ini berlokasi di FISIP
Jurusan Sosiolgi Fakultas Ilmu Sosial
UMRAH, mahasiswa yang dikaji
dan Politik Universitas Maritim Raja
dalam
Ali Haji Tanjungpinang.
perilaku
Metode Penelitian
mahasiswa Di Fakultas Ilmu Sosial
Jenis Penelitian
dan Politik Universitas Maritim Raja
Konsumtif
Penelitian ini adalah kualitatif, yakni
berupaya
Ali
penelitian
Haji
ini
konsumtif
Kota
mengenai dikalangan
Tanjungpinang.
menyajikan
Penentuan lokasi dilakukan secara
gambaran yang terperinci mengenai
sengaja dengan alasan penampilan
suatu
mahasiswa
situasi
khusus
di
lokasi
yang
modis
dan
penelitian. Menurut Mely G.Tan
fashionable dengan mengikuti trend.
(Silalahi,2010:28)
Jenis Data
bahwa
penelitian
menjelaskan yang
bersifat
deskriptif bertujuan menggambarkan secara keadaan,
tepat
sifat-sifat
yang
diperoleh
peneliti
secara
langsung dari informan yang dapat
tertentu antara suatu gejala dengan
berupa wawancara langsung dengan
gejala lainnya dalam masyarakat.
informan penelitian. Informan dalam
Berdasarkan pada data-data yang
penelitian
didapatkan serta pemahaman yang
Jurusan Sosiologi semester empat
berkembang diantara para informan,
FISIP UMRAH.
maka hasil penelitian ini dianalisis
b. Data Sekunder
bentuk
atau
Data perimer merupakan data
kelompok
dalam
gejala,
individu,
a. Data Primer
uraian
yang
ini
yaitu
mahasiswa
Data sekunder yaitu data yang di
mahasiswa
Jurusan
peroleh dari Staf Sosiologi FISIP
Semester
Universitas Maritim Raja Ali Haji
informan kunci merupakan subjek
Tanjungpinang, yang menyangkut
sumber peneliti dalam mendapatkan
data
informasi
tentang
jumlah
mahasiswa
empat
Sosiologi
yang
sebagai
menjadi
data
yang
keseluruhan dan jumlah mahasiswa
diperlukan
sesuai
dengan
laki-laki dan perempuan/tahunnya.
permasalahan
Populasi dan Sampel
penelitian yaitu perilaku konsumtif
dan
kebutuhan
Sesuai dengan jenis penelitian
mahasiswa sosiologi pada Fakultas
bahwa penelitian kualitatif tidak
Ilmu Sosial dan Politik Universitas
menggunakan populasi dan sampel,
Maritim
tetapi
Tanjungpinang.
menggunakan
pendekatan
Raja
Ali
Haji
secara intensif ke informan yang
Teknik dan Alat Pengumpulan
akan dijadikan sebagai sumber data
Data
dalam
penelitian
Penentuan
Pengumpulan data adalah segala
dengan
kegiatan yang di lakukan dalam
menggunakan purposive sampling
usaha untuk mengumpulkan data-
yaitu pemilihan informan yang ada
data atau informasi yang menunjang
dalam
informan
di
ini. lakukan
porsi
memberikan dibutuhkan.
terbaik
dalam
penelitian di antaranya pengetahuan
informasi
yang
mengenai permasalahan dan data
Pemilihan
berdasarkan
informan
penilaian
atau
yang
berhubungan
belakang
dengan
informan
latar
terhadap
karakteristik yang di peroleh data
penelitian. Adapun teknik dan alat
sesuai dengan maksud penelitian
pengumpul
(Silalahi, 2010: 272).
observasi, dan wawancara.
Dalam Penelitian ini informan berjumlah
8
mahasiswa
data
yaitu
berupa
1. Observasi
yang
Observasi yang di maksud dalam
berperilaku konsumtif dilihat dari
penelitian ini adalah mengamati
itensitas mereka berbelanja dengan
alasan atau tujuan mahasiswa dalam
mengikuti
membeli
trend
yang
sedang
berkembang. yang di tetapkan adalah
tas,
sepatu
dan
baju.
Pengaruh dari membeli tersebut serta
adanya
media
yang
Tanjungpinang. Dokumentasi dari
membuat
asal kata dokumen, yang artinya
mahasiswa semakin mudah untuk
barang-barang tertulis, berdasarkan
mencari
hal ini metode dokumentasi adalah
terkandung
massa
didalamnya
berbagai
mengenai
bentuk
informasi fashion
yang
metode
yang
digunakan
untuk
menarik dan dengan mudah untuk
mencari data seperti buku-buku,
diperoleh.
majalah,
2. Wawancara
(Arikunto, 2006:158).
Wawancara
mendalam
merupakan
suatu
cara
atau
catatan
harian.
Teknik Analisa Data Proses
analsis
data
dimulai
mengumpulkan data atau informasi
dengan menelaah seluruh data yang
dengan cara langsung bertatap muka
tersedia, yaitu wawancara, observasi,
dengan informan, dengan maksud
dan dokumentasi yang menggunakan
mendapatkan
metode deskriptif kualitatif. Peneliti
tentang
gambaran
topik
yang
lengkap di
teliti.
akan
mendeskripsikan
Wawancara langsung dan mendalam
menggambarkan
dengan
gejala yang terjadi yang berkaitan
menggunakan
penelitian
berupa interview guide. Interview
dengan
guide
mahasiswa.
yang
berisikan daftar pertanyaan sifatnya
konsumtif
Miles dan Huberman (Silalahi,
menjadikan
2010: 339) kegiatan analisis terdiri
wawancara yang di lakukan agar
dari tiga alur yang terjadi secara
lebih terarah bertujuan menggali
bersamaan, yaitu:
informasi yang akurat dari informan.
1. Reduksi data yaitu suatu bentuk
untuk
yang
perilaku
gejala-
di
gunakan
terbuka
tentang
atau
3. Dokumentasi Peneliti
proses
menggunakan metode
analisis
menajamkan,
yang
menggolongkan,
ini untuk mengumpulkan data dalam
mengarahkan, membuang yang
penelitian yang berbentuk dokumen
tidak
resmi dari Staf Sosiologi Fakultas
pemusatan
Ilmu Sosial dan Politik Universitas
penyederhanaan dan transformasi
Maritim
dari
Raja
Ali
Haji
perlu,
catatan
pemilihan,
perhatian
data
pada
dengan
sedemikian rupa hingga dapat di
produsen.
tarik
perseorangan
kesimpulan-kesimpulan
akhir dan di verifikasi.
kegiatan
2. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi
adanya dan
Perusahaan yang
atau
melakukan
konsumsi
disebut
konsumen. Baudrillard (Nanang,2012:134),
kemungkinan
rasionalitas konsumsi dalam sistem
kesimpulan
masyarakat konsumen telah jauh
tindakan
berubah, karena saat ini masyarakat
penarikan pengambilan
melalui data yang di sajikan
membeli
berdasarkan pemahaman yang di
upaya untuk memenuhi kebutuhan
dapat
(needs)
dari
penyajian
data
tersebut.
ketika
bukan
namun
pemenuhan
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi yaitu
barang
sebagai
lebih
sebagai
hasrat
(desire).
Kebutuhan mungkin dapat dipenuhi
kegiatan
dengan konsumsi objek, sebaliknya
pengumpulan data di lakukan
hasrat justru tidak akan pernah
dengan mula-mula kesimpulan
terpenuhi.
yang belum terlalu jelas tetapi
hasrat,
kemudian kian meningkat lebih
konsumsi
bukan
terperinci.
proses
ekonomi,
Konsumsi
oleh
karena
melibatkan itu
hanya
proses sekedar
melainkan
melibatkan proses psikologis, aspek
Konsumsi Konsumsi berasal dari bahasa
bawah sadar manusia yang dapat
Belanda yaitu ‘consumptie’, yang
dikaji
melalui
berarti suatu kegiatan yang bertujuan
psikoanalisis.
mengurangi atau menghabiskan daya
Piliang
(Nanang,
2012:134),
guna suatu benda, baik berupa
satu-satunya
barang
untuk
memenuhi hasrat adalah objek hasrat
memenuhi kebutuhan dan kepuasan
yang muncul secara bawah sadar
secara langsung. Konsumsi adalah
secara imajiner, dan objek hasrat ini
suatu
atau
telah menghilang dan hanya mampu
menggunakan suatu produk barang
mencari subtitusi-subtitusinya dalam
maupun
aktifitas
jasa,
memakai
atau jasa yang dihasilkan oleh para
objek
perspektif
yang
dapat
dunia
objek
dari
simbol-simbol
konsumsi.
barang yang di belinya, karena merek tersebut sekaligus membawa
Masyarakat ”membeli”
konsumsi
akan
status bagi orang yang memakainya.
simbol-simbol
yang
Orang lebih suka membeli barang di
melekat pada suatu objek, sehingga
supermarket
objek-objek konsumsi banyak yang
membeli barang dipasar tradisional
terkikis nilai guna dan nilai tukarnya.
membeli barang di pasar tradisional
Nilai simbolis kemudian menjadi
karena berbelanja di supermarket
sebuah komoditas. Untuk menjadi
lebih memiliki prestise yang berbeda.
objek konsumsi, suatu objek harus
Orang lebih suka nongkrong di cafe
menjadi tanda (sign), karena hanya
atau makan di restoran terkenal
dengan cara demikian, objek tersebut
daripada
dapat dipersonalisasi dan dapat di
lesehan atau makan di ”warung
konsumsi. Hal ini bukan semata-
tegal”.
mata karena materialnya, melainkan
Baudrillard dengan ”orang lebih suka
karena objek tersebut berbeda dari
mengkonsumsi ’tanda’ daripada nilai
lainnya. Simbol dan citra dalam
guna barang yang di konsumsinya”.
sistem masyarakat saat ini memang semakin
mengalahkan
Penampakan
lebih
kenyataan.
penting
dari
terkenal
nongkrong
Inilah
yang
daripada
di
di
warung
maksud
Bila pada awalnya konsumsi di maknai
sebagai
pemenuhan
sebuah
kebutuhan
pokok
esensi, citra mampu mengubah objek
manusia,
yang
konsumsi dialihfungsikan sebagai
fungsinya
sama
menjadi
berbeda. Citra membedakan satu
sarana
objek
seseorang
dapat
bernilai
tinggi
di
namun,
proses
kemudian,
mengekspresikan dan
identitas
posisi kultural
bandingkan dengan yang lainnya.
seseorang di dalam masyarakat, yang
Citra
memotivasi
di konsumsi tidak sekedar objek atau
seseorang untuk rela berkorban demi
barang, namun juga makna-makna
mengkonsumsi sebuah benda yang
sosial yang tersembunyi di baliknya
tidak signifikan fungsinya.
konsumsi
juga
mampu
telah
beralih
makna
Banyak orang yang lebih suka
menjadi ”suatu proses menghabiskan
membeli ”merek”, daripada manfaat
atau mentransformasikan nilai-nilai
yang
tersimpan
sebuah
Konsumsi adalah sistem yang
barang” Piliang (Nanang, 2012:136).
menjalankan urutan tanda-tanda dan
Riesman
dalam
(Baudrillard,2004:86),
perilaku-perilaku
yang
itu sekaligus sebuah moral (sebuah
kelihatanya diarahkan, diorientasikan
sistem nilai ideologi) dan sistem
pada objek kenikmatan, kenyataan
komunikasi,
sesuai dengan tujuan lain tujuan
Mengenai hal itu dan kenyataan
ekspresi metafora atau menyimpang
bahwa
dari
organisasi struktural jauh melampui
keinginan,
dengan diferensial,
konsumsi
penyatuan kelompok. Jadi konsumsi
tujuan
melintasi
tanda-tanda
dan
sosial
ini
memaksa
dan
mereka
mengikuti paksaan sosial yang tak di
fungsi
sadari, yang bida di dasarkan atas
individual yang menarik (untuk di
sebuah hipotesa teoretis yang bukan
simak) melalui korpus objek, yang
pertunjukan angka-angka juga tidak
merupakan
metafiris deskriptif.
ini
kode
individu
fungsi
pertukaran.
sosial
nilai.jadi
dengan
produksi,
struktur
bukanlah
determinan,
fungsi
tersebut seketika itu menjadi sosial, fungsi
pertukaran,
fungsi
Menurut hipotesa ini, dan juga paradoks
mengenai
hal
itu
komunikasi, distribusi nilai melalui
munculnya konsumsi di definisikan
korpus tanda-tanda.
sebagai kenikmatan yang eksklusif.
Kebenaran karenakan
ia
konsumsi
Sebagai
logika
sosial,
sistem
fungsi
konsumsi di dirikan atas dasar
kesenangan, tetapi fungsi produksi
pengingkaran kenikmatan. Di sana
dan
produksi
kenikmatan tidak lagi muncul sama
meterial sebuah fungsi yang bukan
sekali sebagai tujuan yang rasional,
individual, tetapi secara langsung
tetapi sebagai rasionalisasi individu
dan
kolektif.
pada suatu proses yang bertujuan
Tanda membalikkan data atau bahan
lain. Kenikmatan akan memberikan
tradisional, langkah untuk membahas
batasan
teori masih mungkin dari beberapa
otonom dan akhir konsumsi. Padahal
cara yang diambil, kita kembali pada
konsumsi tidak pernah seperti itu.
fenomenologi kenikata.
Orang
semuanya
semuanya
bukanlah
di
sebagai
bersifat
konsumsi
bagi
bernikmat-nikmat
dirinya,
untuk
dirinya sendiri, tetapi ketika kita
kemulut dengan cara relatif cepat
mengkonsumsi, kenyataannya tidak
atau berita yang menyebar luas
bisa sendirian (inilah ilusi konsumen,
secara cepat dan tidak di tunjang
yang di jaga dengan cermat oleh
dengan fakta.
semua
pembicaraan
terhadap
nilai,
di
ideologi
mana
semua
Gaya (fad) atau mode (fashion) adalah
seperangkat
norma
yang
konsumen di libatkan secara timbal
untuk keberlakuannya membutuhkan
balik tanpa menghiraukan mereka
suatu konformitas tetapi hanya untuk
sendiri).
jangka waktu yang tidak lama. Suatu
Masyarakat
konsumsi,
juga
gaya
merupakan
folkways
suatu
merupakan masyarakat pembelajaran
(kebiasaan yang diulang dalam pola
konsumsi, pelatihan sosial dalam
yang sama) yang berlaku untuk
konsumsi artinya sebuah cara baru
sementara waktu dan di terima luas
dan
dalam
dalam masyarakat. Sedangkan model
munculnya
adalah folkways yang berlaku untuk
kekuatan-kekuatan produktif baru
sementara waktu dan di terima hanya
dan
oleh
lingkungan
sistem ekonomi para produktivitas
sosial
tertentu.
yang tinggi.
hanya memainkan paranan hanya
spesifik
hubungannya
bersoalisasi dengan
re-strukturisasi
Termasuk
momopolistik
perilaku
kolektif
dalam
atau
kelompok
Biasanya
kehidupan
model
yang
adalah rumor, gaya dan mode,
mengadopsinya. Namun beberapa
kegemaran,
model
histeria
massa,
menjadi
kepanikan, publik dan opini publik,
mengasyikan
dan
kegemaran.
kerumunan
(desas-desus)
massa.
merupakan
Rumor
suatu
yang
dan
menjadi
Histeria
mencakup
suatu
penyebaran yang cepat akan rasa
bentuk perilaku kolektif sekaligus
takut dan aktivitas hiruk pikuk di
suatu elemen penting dalam tipe-tipe
kalangan sejumlah besar orang yang
perilaku
merasa
kolektif
yang
lain.
terancam
oleh
sesuatu
(Zanden,1990). Desas-desus (rumor),
kekuatan misterius. Panik mencakup
yakni sekeping informasi yang sulit
pelarian tak beraturan orang-orang
diverivikasi yang beredar dari mulut
karena takut akan terjadi bahaya.
Fashion
tidak
merujuk
pada
lebih mendahulukan keinginan dari
segala sesuatu yang nyata, bahkan ia
pada kebutuhan. Kata konsumtif
juga tidak mengiring kemanapun.
sering diartikan sama dengan kata
Fashion tidak menciptakan segala-
‘konsumerisme’. Padahal kata yang
galanya, tetapi hanya menciptakan
terakhir ini mengacu paa segala
kode. Artinya, fashion tidak di
sesuatu yang berhubungan dengan
ciptakan
konsumen.
tidak
menurut
Sedangkan
konsumtif
determinasinya sendiri, melainkan
lebih khusus menjelaskan keinginan
dari
untuk mengkonsumsi barang-barang
model
sebabnya,
itu
ia
sendiri
tidak
itulah di
yang sebenarnya kurang diperlukan
ciptakan, tetapi selalu serta merta
secara berlebihan untuk mencapai
direproduksi.
kepuasan yang maksimal.
Model
pernah
itu
sendiri
menjadi satu-satunya sistem rujukan. Baudrillard
(George
Ritzer,
2003:160).
moralitas.
konsumtif
sebagai
Ia
diartikan
kecenderungan
mengkonsumsi
Fashion juga tidak memiliki nilai dan
Perilaku
barang
berlebihan
tanpa
secara berbagai
cenderung
pertimbangan, dimana masyarakat
menyebar laksana virus dan kanker.
hanya melihat dari sisi kesenangan
Fashion menciptakan apa yang di
dan mementingkan prioritas daripada
sebut oleh postmodernis ”pastiche” :
kebutuhan.
”fashion
masyarakat tidak akan terlepas dari
bersama-sama
Di
sisi
memperhalus, dari tahun ke tahun
berbagai
macam
berikutnya, apa yang telah, menjadi
tersebut
dapat
masalah kebebasan kombinatif yang
kehidupan
sehari-hari
sangat besar” Baudrillard, (George
bagaimana
cara
Ritzer, 2003:160).
memenuhi
kebutuhan
kehidupan,
kebutuhan, kita
lihat
hal dari
mengenai
individu
untuk
hidupnya
dengan berbagai cara. Ada yang Perilaku Konsumtif Mahasiswa Konsumtif adalah perilaku yang
memenuhi
kebutuhan
dengan
sewajarnya, namun ada juga yang
boros yang mengkonsumsi barang
memenuhi
atau jasa secara berlebihan, yang
berlebihan.
kebutuhan
dengan
Bagian dari pola hidup konsumtif
untuk dipengaruhi media massa.
salah satunya adalah kontrol diri dari
Sebagaimana yang diungkapkan oleh
setiap
Sarwono (2005: 25) bahwa usia
individu.
pengendalian
Lemahnya
diri
membuat
remaja
merupakan
seseorang mudah tergiur terhadap
perkembangan
suatu objek. Perilaku yang konsumtif
Dalam proses tersebut remaja akan
tidak hanya memberikan dampak
“mencari” identitas diri. Pada proses
pada ekonomi, namun berdampak
pencarian jati diri tersebut maka
pada kehidupan sosial yang akhirnya
lingkungan eksternal lebih banyak
menimbulkan
digunakan
persaingan
dan
bagi
tahap
oleh
diriremaja.
remaja
sebagai
kecemburuan sosial. Sikap inilah
acuan. Teman sepermainan (peer
yang mendorong setiap kalangan,
group) dan media massa sekarang ini
tanpa memandang status ekonomi di
menjadi sarana utama remaja dalam
dalam masyarakat bersaing tanpa
prosespencarian jati diri. Melalui
akal sehat untuk menunjukkan harga
media massa remaja “membentuk”
dirinya.
jati dirinya termasuk gaya hidup
Pengertian definisi mahasiswa dalam
Peraturan
Pemerintah
remaja.
RI
Berfikir
kritis
dan
bertindak
No.30 tahun 1990 adalah peserta
cepat dan tepat merupakan sifat yang
didik yang terdaftar dan belajar di
cenderung
perguruan
tertentu.
mahasiswa, yang merupakan prinsip
mahasiswa
yang saling melengkapi. Mahasiswa
adalah setiap orang yang secara
adalah manusia yang tercipta untuk
resmi
selalu
Selanjutnya
tinggi menurut
terdaftar
untuk
mengikuti
melekat pada setiap
berfikir
yang
pelajaran di perguruan tinggi dengan
melengkapi
batas usia sekitar 18 sampai 30
2007:121). Mahasiswa adalah orang
tahun. (Sarwono,:2005)
yang belajar di perguruan tinggi,
Mahasiswa sebagai remaja juga
(Dwi
saling Siswoyo,
mereka yang terdaftar sebagai murid
menjadi konsumen media massa.
di
perguruan
tinggi.Karakteristik
Usia remaja yang masih dalam tahap
mahasiswa
pekembangan akan lebih mudah
stabilitas dalam kepribadian yang
secara
umum
yaitu
mulai
meningkat,
karena
serta komitmen untuk lebih mandiri.
berkurangnya gejolak-gejolak yang
Kecenderungan
ada
mahasiswa ini sering di pandang
di
dalam
cenderung
perasaan.Mereka
memantapkan
dan
berfikir.
sikap
negatif
sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang berada di sekelilingnya seperti
Mahasiswa
umumnya
amat
perasaan ingin di hargai. Tekanan
rentan terhadap pengaruh-pengaruh
tersebut
eksternal. Hal ini disebabkan karena
perbedaan antara dirinya dengan
sebagian besar mahasiswa khususnya
teman-temannya yang menyebabkan
mahasiswa baru, masuk kedalam
timbulnya
kategori remaja akhir yang berusia
kemudian
sekitar 18 – 21 tahun (Monks dkk,
terhadap kelompok sosial masing-
2001:262). Mereka mudah sekali
masing.
berubah-ubah
karena
proses
Sejalan
biasa
muncul
rasa
karena
minder
untuk
menyesuaikan
dengan
itu,
diri
perilaku
pencarian jati diri mereka. Selain itu,
konsumtif tidak lagi memandang
mahasiswa juga cenderung mencari
fungsi dari suatu barang, melainkan
sosok panutan yang sesuai dengan
mendahulukan keinginan daripada
diri
mudah
kepentingan. Teman sebaya sangat
terpengaruh oleh gaya hidup umum
berperan penting karena mahasiswa
di
mencari
mereka.
sekitarnya
Mereka
karena
kondisi
dukungan
terhadap
kejiwaan yang labil. Mereka juga
perubahan yang di alami. Mereka
cenderung mengambil jalan pintas
lebih cenderung meniru dan berbuat
dan tidak mau memikirkan dampak
sesuai dengan keinginan ataupun
negatifnya (Suyanto Dan Bagong,
harapan dari teman sebaya atau
2005).
kelompok.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya
bahwa
Walaupun
perbedaan
tidak ditunjukan secara nyata namun
mahasiswa
timbul beberapa sugesti dari dalam
merupakan komoditas utama dalam
diri individu untuk menyamakan diri
budaya
dengan teman sebaya.
konsumtif.
Pencapaian
identitas melibatkan kecenderungan
Bagi produsen, kelompok usia
berkurangnya kontrol dari orangtua
remaja adalah salah satu pasar yang
potensial.
Alasannya
antara
lain
orang
lain
yang
sebaya
itu
karena pola konsumsi seseorang
menyebabkan remaja berusaha untuk
terbentuk pada usia remaja. Di
mengikuti
samping itu, remaja biasanya mudah
sedang berkembang saat ini.
terbujuk rayuan iklan, suka ikut-
Hasil Temuan
ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung
boros
dalam
berbagai atribut yang
Menurut Sarwono (2005: 25) bahwa usia remaja merupakan tahap
menggunakan uangnya. Sifat-sifat
perkembangan
remaja inilah yang dimanfaatkan
Dalam proses tersebut remaja akan
oleh
untuk
“mencari” identitas diri. Pada proses
memasuki pasar remaja. Di kalangan
pencarian jati diri tersebut maka
remaja yang memiliki orang tua
lingkungan eksternal lebih banyak
dengan kelas ekonomi yang cukup
digunakan
berada, terutama di kota-kota besar,
acuan. Teman sepermainan (peer
mall sudah menjadi rumah kedua.
group) dan media massa sekarang ini
sebagian
Mereka
produsen
oleh
diri
remaja
remaja.
sebagai
menunjukkan
menjadi sarana utama remaja dalam
bahwa mereka juga dapat mengikuti
proses pencarian jati diri. Melalui
mode yang sedang berkembang.
media massa remaja “membentuk”
Sedangkan mode itu sendiri selalu
jati dirinya termasuk gaya hidup
berubah sehingga para remaja tidak
remaja.
pernah
puas
dimilikinya.
ingin
bagi
dengan Sehingga
apa
yang
munculah
Sebagai seorang mahasiswi harus memperhatikan
gaya
berpakaian,
perilaku yang konsumtif. Perilaku
artinya seorang mahasiswi harus bisa
konsumtif pada remaja sebenarnya
dipercaya dan ditiru dalam hal
dapat dimengerti bila melihat usia
positif, baik dari segi keilmuan yang
remaja sebagai usia peralihan dalam
dikuasainya
mencari identitas diri. Remaja ingin
berpakaian. Pakaian yang dipakai
diakui eksistensinya oleh lingkungan
juga bisa mengikuti trend asalkan
dengan berusaha menjadi bagian dari
masih
lingkungan itu. Kebutuhan untuk
mahasiswa. Gaya hidup mahasiswa
diterima dan menjadi sama dengan
zaman sekarang beraneka ragam,
maupun
menunjukkan
dari
cara
karakter
dimulai dengan gaya berpakaian, dan
diciptakan
berpenampilan seperti penggunaan
Berpenampilan yang modis serta
pernak pernik tas, sepatu yang
fashionable dan kemudian menjadi
berlebihan.
kebiasaan
Gaya hidup konsumtif tercermin dari
cara
berpakaian
dan
oleh
mahasiswa.
dalam
keseharian
mahasiswa. Berpenampilan cantik dan
menarik
menjadi
trend
berpenampilan atau fashion pada
dikalangan
mahasiswa.
Kecenderungan
mahasiswa berlomba-lomba untuk
mahasiswi yang mengikuti trend
tampil cantik dan menarik agar
sehingga berdampak terhadap status
mendapatkan pujian dari teman atau
sosial
pun
mereka
di
kampus.
Berdasarkan fenomena tersebut dapat memicu
terjadinya
kalangan menunjukkan melalui
kompetisi
mahasiswi status fashion.
di
yang
mahasiswa,
orang
yang
setiap
melihatnya
di
lingkungan kampus. Fashion dikalangan mahasiswa memiliki
banyak
faktor
yang
sosialnya
mempengaruhi, salah satunya adalah
Semakin
peniruan.
Hal
ini
merupakan
fashionable penampilan yang mereka
cerminan bahwa setiap orang bebas
tunjukkan maka status sosial yang
menjadi siapa saja sesuai dengan apa
dimilikinya sehingga menunjukan
dan siapa yang ditirunya, baik itu
bahwa mereka berada pada kelas
dari kalangan artis maupun teman
menengah ke atas. Dalam memenuhi
sebayanya.
standar gaya hidup, banyak cara
bahwa
yang dilakukan mahasiswi baik itu
kecenderungan imitasi yang bisa
dalam bergaul, berpakaian hingga
mengakibatkan
berpenampilan yang memperlihatkan
sendiri, dalam hal ini adalah individu
sebuah identitas dari gaya hidup
tidak memiliki kemampuan untuk
mahasiswi itu sendiri.
bebas
Konsumtif telah menjadi budaya dikalangan
mahasiswa
FISIP
UMRAH. Hal ini ditandai dengan banyaknya gaya penampilan yang
Pengamatan fashion
berekpresi
Simmel
mewujudkan
kerusakan
dan
diri
berkreasi
disesuaikan dengan karakter masingmasing
individu.
2008: 207).
(Feaatherstone,
Mahasiswa sangat erat kaitannya
senang bergonta ganti penampilan
dengan konsumtif, berbagai macam
dalam kesehariannya maka biaya
fashion yang diciptakan mahasiswa
dalam membeli pun tidak terlalu di
setiap harinya. Media masa juga
perhatikan.
berpengaruh dalam konsumerisme.
terpenuhi dalam membeli yang sudah
Media
tidak rasional lagi.membeli bukan di
masa
informasi
selalu
memberikan
tentang
berpenampilan
cara
agar
kelihatan
karenakan
Asal
keinginannya
kebutuhan,
karena keinginan dan serta hasrat
fashionable, bermacam-macam gaya
yang menggebu.
fanshion
Rasionalitas Konsumsi
yang
diciptakan
setiap
harinya sehingga menjadi gaya hidup sehari-hari. Selain
Mahasiswa bukan
itu
di
membeli
dasarkan
barang
kebutuhan
kondisi
melainkan lebih kepada pemenuhan
ketahui
hasrat untuk memiliki barang yang di
sangat banyak toko-toko busana
dinginkan seperti tas sepatu dan baju.
yang menjual berbagai macam model
Hasrat untuk memiliki baju pun
busana
pun
muncul di dalam diri mahasiswa
menarik perhatian konsumen. Seperti
ketika melihat model dan warna baju
model tas terbaru, sepatu terbaru
tersebut. Sepatu dan tas juga di
serta model baju terbaru yang sedang
belinya ketika melihat modelnya
trend di Tanjungpinang. Melihat
yang bagus dan menarik di tambah
dengan banyaknya toko-toko yang
lagi dengan warna yang sama antara
ada di Tanjungpinang yang menjual
sepatu,
berbagai
keserasian antara sepatu, baju dan tas
Tanjungpinang
serta
melihat
melainkan
yang
di
kemasannya
macam
model-model
baju,
dan
Adanya
terbaru tidak menutup kemungkinan
membuat
memberikan
untuk membeli serta memiliki barang
pengaruh
dalam
membeli terhadap mahasiswa. Mahasiswa
senang
bergonta-
mahasiswa
tas.
tersebut
tanpa
kebutuhan
lain
terpengaruh
memikirkan selain
membeli
ganti penampilan, agar tidak bosan di
barang yang di inginkanya itu.
lihat
maupun
Membeli barang seperti sepatu, baju
mahasiswa
dan tas bukan di dasarkan dengan
dirinya
teman
sebayanya
sendiri.karena
kebutuhan
melainkan
untuk
bisa membeli beragam tas, sepatu
untuk
dan baju melalui system online.
memiliki barang yang diinginkan
Artinya, bisa mendapatkan produk
tersebut.
busana
terbaru
melalui
internet
dengan
mudah
memilih
busana
memenuhi
hasrat
mahasiswa
saja
membeli
didasarkan
pada
melainkan
karena
bukan
kebutuhan rasa
bosan
memakai baju, sepatu dan tas yang
seperti sepatu, tas dan baju yang telah di sediakan. Seperti halnya mahasiswa yang
itu-itu saja. Dan ingin menciptakan
menggunakan
suasana baru dengan membeli tas,
memiliki alasan-alasan seperti ingin
sepatu
mendapatkan
dan
baju
yang
baru.
media
karena
informasi-informasi
Mengkonsumsi tas, sepatu dan baju
yang selalu up to date. Mencari
karena
ingin
informasi yang sekiranya penting
menciptakan Suasana baru dalam
baginya. Dan tidak ingin di katakan
berpenampilan.
kurang
di
dorong
mahasiswa
rasa
Yang
bukan
gaul
dan
ketinggalan
di
informasi-informasi seputar tentang
melainkan
fashion yang bisa di akses di internet
karena untuk memenuhi hasrat dalam
atau televisi dan majalah yang bisa
membeli sapatu, tas dan baju.
menunjang penampilannya menjadi
dasarkan
membeli
membuat
kebutuhan
Mahasiswa
mempunyai
cantik sesuai dengan yang mereka
keinginan untuk menserasikan antara
inginkan dalam memakai tas, sepatu
tas,
dan baju yaitu ingin tampil menarik,
sepatu
dan
baju
dalam
penampilannya. Selain itu media massa
juga
fashionable dan modis.
menjadi
faktor
Semakin berkembangnya gaya
mahasiswa
dalam
hidup yang di namis, modern dan
informasi-informasi
modis yang dipaparkan di media
tentang fashion yang keren. Adanya
massa juga mendorong keinginan
media massa ini maka mahasiswa
mahasiswa
dengan bebas mencari informasi
menarik, utamanya bagi kaum wanita
mengenai fashion terbaru dengan
dan tak terkecuali pada wanita yang
cepat dan mudah. Mahasiswa juga
kurang
pendukung mendapatkan
untuk
memikirkan
tampil
lebih
penampilan.
Serta semakin banyak cara untuk
walau sebenarnya tidak terlalu di
bisa tampil modis. Salah satunya
butuhkan produk tersebut.
adalah dengan mengkreasikan cara
Konsumsi melibatkan hasrat
memakai antara tas, sepatu dan baju
Konsumsi
melibatkan
hasrat
yang, menarik yang kini telah begitu
yang di maksud peneliti adalah
banyak
keinginan mahasiswa untuk tampil
dipasarkan
mengkreasikan
atau
dengan
dengan aksesoris
cantik
dan
menarik
dengan
lainnya sesuai dengan kemampuan
mengkonsumsi barang-barang yang
masing-masing mahasiswa.
di anggap bagus untuk memenuhi
Perilaku konsumtif dalam hal ini
hasrat yang muncul di dalam dirinya.
bukan semata-mata karena ingin
Rasa tidak puas dalam memiliki
memakai tas, sepatu dan baju karena
barang terus melekat di dalam diri
kebutuhan
mahasiswa.kebutuhan mungkin bisa
melainkan
karena
memenuhi hasrat yang tidak akan
terpenuhi
pernah puas untuk memiliki barang
barang, akan tetapi hasrat atau rasa
tersebut.
lebih
tidak puas untuk memiliki suatu
perkembangan
barang justru tidak akan pernah
sekedar
Mengkonsumsi mengikuti
yang sedang trend. Mengkonsumsi
Ancok (1995:60), menjelaskan
mengkonsumsi
terpenuhi.
lebih mementingkan emosi dan rasa tidak puas, bukan karena kebutuhan.
dalam
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan dalam penelitian ini, selain keinginan untuk tampil cantik
bahwa perilaku konsumtif adalah
dan
kecenderungan
semakin
konsumtif.
melakukan konsumsi tiada batas,
mahasiswa
suka
tidak
barang-barang yang di anggap bagus
manusia
jarang
menusia
untuk
lebih
menarik
mahasiswa
juga Karena
mengkonsumsi
mementingkan faktor emosi dari
menarik dan membelinya
pada faktor rasionalnya. Atau lebih
untuk memenuhi hasrat yang ada di
mementingkan keinginan dari pada
dalam dirinya. Keinginan dan rasa
kebutuhan.Manusia
lagi
tidak puas memiliki barang terus
membeli barang hanya semata-mata
melekat di dalam diri mahasiswa
untuk membeli dan mencoba produk,
setiap hari. Rasa tidak puas untuk
tidak
hanya
memiliki barang seperti sepatu, tas
menunjang penampilannya sebagai
dan
mahasiswa.
baju
tidak
akan
pernah
terpenuhi.
Mahasiswa tidak akan penah
Keinginan
yang
sangat
kuat
puas dengan apa yang mereka miliki,
muncul dalam diri mahasiswa ketika
karena konsumsi melibatkan hasrat
melihat
adalah keinginan untuk tampil cantik
barang
yang
dapat
menunjang penampilannya sebagai
dan
mahasiswa yang fashionable yang
mengkonsumsi barang-barang yang
membuat mahasiswa itu menjadi
di anggap bagus untuk menunjang
konsumtif.
Membeli
di
penampilannya sebagai mahasiswa
dasarkan
dengan
kebutuhan
dan lebih mendahui hasrat dari pada
karena
keinginan.
kebutuhan. Keinginan membeli yang
Keinginan untuk di puji dan adanya
muncul secara tiba-tiba di dalam
rasa bangga dengan memakai tas,
dirinya membuat mahasiswa tidak
sepatu dan baju.
bisa
melainkan
Mahasiswa
bukan
yang
mengontrol
dengan
belanjanya.
rasa
Mahasiswa semakin boros ketika
bangga pada diri sendiri dengan
melihat barang seperti tas, sepatu dan
memiliki barang seperti tas, sepatu
baju yang menarik dan rasa ingin
dan baju dengan dengan model yang
memiliki barang tersebut pun tidak
sama warna yang berbeda. Sehingga
bisa di tahan sehingga membeli pun
adanya
di lakukan.
rasa
mengkonsumsi sebenarnya
untuk
tetap
barang
yang
Rasa tidak puas dalam memiliki
butuhkan.
barang terus melekat di dalam diri
berlomba-lomba
mahasiswa, kebutuhan mungkin bisa
kurang di
Mahasiswa berpanampilan agar
mempunyai
menarik
secantik
mendapatkan
mungkin
terpenuhi
penilaian
barang, akan tetapi rasa tidak puas
tersendiri bagi siapa saja
bila
mengkonsumsi
yang
untuk memiliki barang justru tidak
melihatnya.Setiap mahasiswa ingin
akan pernah terpenuhi. Rasa tidak
tampil modis dengan barang-barang
puas
yang di anggap penting dalam
semakin konsumtif, boros dan tidak
akan
membuat
mahasiswa
berpikir terlebih dahulu sebelum
membeli.
Mahasiswa
semakin
mudah di pengaruhi oleh hadirnya media massa yang menjual berbagai
membelinya tanpa berfikir terlebih dahulu. Mahasiswa membeli bukan di
macam sepatu, baju dan tas yang
dasarkan
bermacam-macam bentuk modelnya.
karena keinginan yang membuat
Perilaku konsumtif lebih khusus
mahasiswa itu semakin konsumtif.
menjelaskan
keinginan
kebutuhan
melainkan
untuk
Sifat boros yang melekat pada diri
mengkonsumsi barang-barang yang
mahasiswa tidak akan pernah hilang
sebenarnya
perlukan
sampai kapan pun. Mahasiswa lebih
secara berlebihan untuk mencapai
mementingkan keinginan dari pada
kepuasan
kebutuhan.
kurang
di
yang
maksimal
(Tambunan, 2001).
mahasiswa membeli di karenakan uang jajan mahasiswa yang lebih
Aspek bawah sadar Masyarakat konsumsi akan akan membeli
simbol
simbol
membuat
mahasiswa
semakin
yang
konsumtif. Konsumtif di kalangan
melekat pada suatu objek, sehingga
mahasiswa FISIP UMRAH dapat di
objek-objek
lihat
komsumsi
banyak
dari
gaya
fashion
serta
terkikis nilai guna dan nilai tukarnya.
penampilan mahasiswa yang berbeda
Nilai dari tanda yang dimaksud
dari teman-temannya. Salah satunya
dalam penelitian ini adalah di mana
yaitu perilaku konsumtif di kalangan
mahasiswa membeli suatu barang
mahasiswa yang terpengaruh oleh
berdasarkan merek yang melekat
teman sebaya. Seperti terlihat telah
pada
mengikuti
barang
tersebut
tanpa
trend
yang
sedang
mengetahui nilai guna dari suatu
berkembang dan gaya fashion yang
barang
menarik
tersebut
dan
seperti
sehingga
mendapatkan
mahasiswa membeli tas, baju dan
pujian dari teman-teman atau pun
sepatu di karenakan merek saja,
siapa saja yang melihatnya.
padahal sebenarnya tas, baju dan
Sedangkan perilaku konsumtif
sepatu yang di milikinya cukup
mahasiswa dalam membeli barang
banyak. Akan tetapi karena melihat
tas, sepatu dan baju karena adanya
mereknya maka mahasiswa tersebut
pengaruh dari teman sebaya serta
media massa sangat berpengaruh
dipenuhi dengan konsumsi objek,
mahasiswa
sebaliknya hasrat justru tidak akan
dalam
mengkonsumsi
barang yang sebenarnya kurang di
pernah
butuhkan.
melibatkan hasrat, oleh karena itu
Mahasiswa
membeli
terpenuhi.
bukan di dasarkan dengan kebutuhan
proses
melainkan karena keinginan dan rasa
sekedar proses ekonomi, melainkan
tidak puas memiliki barang yang di
melibatkan proses psikologis, aspek
anggap
bawah sadar manusia yang dapat
penting
dalam
berpenampilan.
konsumsi
Konsumsi
dikaji
Mengkonsumsi barang separti tas, sepatu dan baju yang berlebihan
bukan
melalui
hanya
perspektif
psikoanalisis. Kebutuhan
mungkin
yang di lakukan oleh mahasiswa
terpenuhi
karena adanya pengaruh dari teman
barang seperti tas, sepatu dan baju
sebayanya
dari
akan tetapi keinginan untuk memiliki
keluarga yang sangat mendukung
barang tersebut pun tidak akan
mahasiswa
pernah puas. Perilaku konsumtif
yang
serta
dukungan
dalam
menarik.
berpenampilan
mengkonsumsi
adanya
terjadi karena adanya pengaruh dari
pengaruh dari teman sebaya dan
teman sebaya serta mahasiswa juga
keluarga mahasiswa juga mempunyai
mempunyai
alasan dalam berpenampilan yang
mahasiswa
menarik.
Mahasiswa di lingkungan FISIP
Dari
Selain
dengan
dapat
konsumtif
mengapa
menjadi
konsumtif.
di
UMRAH dengan berbagai macam
Baudrillard
gaya serta penampilan modis yang
rasionalitas
menjadi kebiasaan-kebiasaan yang
konsumsi dalam sistem masyarakat
telah di lakukan oleh mahasiswa
konsumen telah jauh berubah, karena
sebelumnya,
saat ini masyarakat membeli barang
keinginan
bukan
mengikuti serta meniru gaya fashion
kemukakan
oleh
(Nanang,2012:134),
sebagai
yang
alasan
upaya
untuk
memenuhi kebutuhan (needs) namun lebih
sebagai
pemenuhan hasrat
(desire). Kebutuhan mungkin dapat
sehingga atau
teman-temannya.
timbulnya
perasaan
ingin
Dengan
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
gaya
membuat
yang
fashionable
mahasiswa
semakin
tersebut, maka dapat di simpulkan
percaya diri sehingga mahasiswa
bahwa
suka
para
merupakan
informan
mahasiswa
yang
Sosiologi
untuk
membeli
dan
mengkonsumsi barang yang yang
FISIP UMRAH menunjukan bahwa
dianggap
mereka mengkonsumsi nilai tanda
penampilanya.
yang melekat pada merk baju, sepatu
Saran
dan tas yang menurut mereka dengan
1. Menumbuhkan kesadaran dalam
merek tersebut mereka lebih percaya
diri mahasiswa mengapa mereka
diri. Mahasiswa dalam membeli di
berperilaku konsumtif. Apakah
pengaruhi oleh keinginan, hasrat
perilaku itu benar-benar untuk
serta rasa tidak puas untuk memiliki
memenuhi kebutuhan atau hanya
barang. Keinginan mahasiswa untuk
sekedar
tampil cantik dan menarik dengan
keinginan dan kesenangan sesaat
mengkonsumsi barang-barang yang
saja.
di anggap bagus untuk memenuhi
membuang
hasrat dan rasa tidak puas yang
emosional dalam mengkonsumsi
melekat di dalam diri mahasiswa.
barang.
serta adanya adanya pengaruh dari teman
seusia
yang
membuat
mahasiswa semakin konsumtif. Selain itu media massa juga
menarik
untuk
untuk
memenuhi
Mahasiswa
perlu
jauh-jauh
sikap
2. Mahasiswa harus menanamkan sikap percaya diri sejak dini dan tidak terlalu memfokuskan diri pada model yang sedang trend
berpengaruh dan berperan sebagai
yang
pendukung
mahasiswa tidak menjadi boros
dalam
informasi-informasi
memberikan yang
terbaru
dalam
di
tawarkan
sehingga
membelanjakan
uang
tentang fashion. Penampilan modis
sakunya untuk membeli barang-
yang
bermacam-macam
barang yang sebenarnya kurang
gaya fashion yang menarik, yang
di butuhkan dan hanya sebagai
membuat
keinginan sesaat saja.
memiliki
mahasiswa
itu
sendiri
semakin cantik dan fashionable.
3. Dalam sebuah keluarga orang tua tentunya dapat berperan penting
sejenisnya hendaknya lebih di lakukan secara mendalam agar
dan sebagai contoh yang baik bagi anaknya dalam membeli. 4. Bagi peneliti apabila melakukan penelitian dengan judul atau tema
lebih mendapatkan hasil yang maksimal dan lengkap.
Daftar Pustaka Ahmadi, Abu, 2009. Ilmu sosial budaya dasar. Jakarta :RinekaCipta Ancok, D. 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Ritzer George, 2003. Teori Sosial Postmodern.Yogyakarta : Kreasi Wacana Baudrillard Jean, 2004. MasyarakatKomsumsi. Yogyakarta : Kreasi Wacana Lash, S. (2004) Sosiologi Posmodernisme. Yogyakarta : Kanisius. Martono, Nanang, 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Monks F.J Koners AMP. Haditomo SR 2001. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press Syahrial Syarbaini Rusdiyanta, 2009. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta : Graha Ilmu Siswoyo, dwi, 2007. Ilmu pendidikan. Yogyakarta : UNY pers Silalahi, ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama: Bandung Suyanto, Bagong, 2005. Metode penelitians osial: berbagai alternative pendekatan. Jakarta: prenada media WirawanSarwono, Sarlito, 2005. Psikologi Sosial (psikologi kelompok dan psikologi terapan). Jakarta: Balai Pustaka
Situs web : Haris, (2005) http://www.freewebs.com/kolektifbunga/konsumerisme.htm Tambunan, R. 2001. RemajadanPerilakuKonsumtif.http://www.e-psikologi. comdiakses 17 januari 2015. Widiastuti, R. 2003. KonsumerismeVsKonsumtivisme.http://www.kompas.com/ kompas-cetak/0303/17/swara/179355.htm diakses 17 januari 2015.