perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user FAKTOR

digilib.uns.ac.id commit to user. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN. PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN. PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4...

21 downloads 212 Views 5MB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri)

TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH : DARMINING NIM: S540809204

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri) Disusun Oleh : DARMINING NIM : S540809204 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal :

Dewan Penguji Jabatan

Nama

Ketua

: Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr. MM. M.Kes. ........................... PAK .. NIP. 19480313197610 1 001 : Dr. Nunuk Suryani, MPd ........................... NIP. 1966110819900320 2 001 : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd ........................... NIP. 19440404197603 1001 . : Dr. Hermanu J, M.Pd NIP. 19560303198603 1001 ...........................

Sekretaris

Anggota

Tanda tangan

Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana UNS

Surakarta, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Drs. Suranto. Msc. Ph.D Prof. Dr. Didik Gunawan NIP. 19570820198503 1 004 Tamtomo, Dr. MM. M.Kes. PAK commit to NIP. user 19480313197610 1 001

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN

Nama NIM

: Darmining : S540809204 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Dalam Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah kerja puskesmas Ngletih Kota Kediri” adalah karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh tersebut.

Surakarta, 11 Novenber 2010 Yang membuat pernyataan

Darmining

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada iv Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencagahan Komplikasi (P4K) Dalam Menurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri”. Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga pada Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mengalami kesulitan namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan teratasi, untuk itu peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsulhadi, Sp. Kj. ( K ), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan penelitian ini. 2. Prof. Drs. Suranto, M. Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universita Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penyelesaian pendidikan pada program studi Magister Kedokteran Keluarga. 3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku Ketua Program Studi Magister kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. 4. Pancrasia Murdani, dr. MHPEd, selaku Ketua Minat Program studi Magister Kedokteran Keluarga Universitan sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin penelitian ini. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

5. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan penelitian ini. 6. Dr. Hermanu J, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam usulan penelitian ini. v senantiasa memberikan dorongan dan 7. Suami dan anakku tercinta yang semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. 8. Teman seperjuangan mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas dalam menempuh Universitas Sebelas Maret Surakarta. Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Tuhan Ynag Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih.

Surakarta, Nopember 2010

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI vi HALAMAN SAMPUL ........................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................

iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................

v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

x

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

xi

ABSTRAK ........................................................................................................... xii ABSTRACT ......................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................

7

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ....................................................................................

9

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...................................................... 45 commit to user C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 46

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

vii

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................................... 48 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 48 C. Sumber Data dan Teknik Sampling ............................................... 49 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 50 E. Uji Kredibilitas ............................................................................... 51 F. Teknik Cuplikan ............................................................................. 52 G. Teknik Analisa Data ....................................................................... 53 H. Prosedur Kegiatan ............................................................................ 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 56 B. Temuan Penelitian .......................................................................... 62 C. Pembahasan ..................................................................................... 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 103 B. Implikasi .......................................................................................... 109 C. Saran ............................................................................................... 111 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112 LAMPIRAN – LAMPIRAN

commit to user

viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir …………………………………………….. 46 Gambar 2. Siklus Analisa Data …………………………………………… 54 Gambar 3 Rencana persalinan pada kehamilan sekarang ………………….78

commit to user

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian …………………………………………………117 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ………………………...118 Lampiran 3. Pedoman Wawancara …………………………………………….119 Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Karakteristik Informan …………………… …123 Lampiran 5. Hasil Wawancara …………………………………………………125 Lampiran 6. Pengamatan Aktivitas Subyek Peneliti …………………………...133 Lampiran 7. Stiker Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat .......................134 Lampiran 8. Amanat Persalinan ……………………………………………......135 Lampiran 9. Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Pendonor Darah ………….136 Lampiran 10 Surat Persyaratan Kesediaan Menjadi Ambulan Desa ………......137 Lampiran 11. Daftar Nama Pendonor Darah …………………………………..138 Lampiran 12. Daftar Pemilik Ambulan Desa ………………………………….139 Lampiran 13. Stiker Ibu Hamil ………………………………………………...140 Lampiran 14. Dokumentasi dan Contoh format Pendataan Ibu Hamil ……….141

commit to user

x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Tenaga puskesmas ………………………………………………59 Tabel 4.2 Data partisipasi masyarakat …………………………………………..59 Tabel 4.3 Data cakupan pelayanan KIA ………………………………………...60 Tabel 4.4 Data penerapan P4K ……………………………………….................61 Tabel 4.5 Data derajat kesehatan ……………………………………................. 61 Tabel 4.6 Data bidan wilayah yang mendapatkan peningkatan Ketrampilan ………………………………………………..................62 Tabel 4.7 Data kader yang mendapatkan pelatian P4K …………………………62

commit to user

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK Darmining, S540809204. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi(P4K ) Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu. Tesis, Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nopember 2010. Tujuan 1) Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 2) Untuk medeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ngletih, 3) Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih. Metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data digunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, bidan wilayah, kader P4K, ibu hamil, suami atau keluarga, tokoh masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Ngletih. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang meliputi tahap pengumpulan data, sajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil yaitu : 1) Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar 100 %; 2) Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas dari 33 kasus komplikasi, 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat; 3) Prosentase ibu bersalin di tenaga kesehatan mendapat pelayanan nifas 100%; 4) Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 %. Kesimpulan hasil penelitian diatas dipahami bahwa keberhasilan penerapan Program Perencanan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih dapat berjalan meskipun ada beberapa kendala. Kata Kunci : Penerapan program Perencanaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Kader P4K, Pemantauan kesehatan.

commit to user

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT Darmining, S540809204. The factors affecting the Successful Implementation of Program Childbirth Planning and Prevention of Complications (IPCPPC) in Reducing Maternal Mortality. Thesis. Family Medical Program, Post Graduate Sebelas Maret University Surakarta, November 2010. Goal 1. Describing the implementation of PCPPC in working area of Ngletih Society Health Center (clinic)., 2. Describing the attained success and the factor affecting the successful implementation of PCPPC in reducing maternal mortality in working area of Ngletih clinic., 3. Describing the existing obstacles in IPCPPC in working area of Ngletih clinic. Method qualitative descriptive by using data collection techniques such as deep interviews, observation and documentation. The Informants were the head of clinic, region midwives, PCPPC cadres, pregnant women, their husbands or families, community leaders in the working area of Ngletih clinic. Data Analysis technique was interactive analysis covering data collection, data display, data reduction and drawing conclusions or verification. Results 1. Percentage of given sticker pregnant women who received antenatal care according to the standard was 100%., 2. Percentage of pregnancy, and parturition of 33 complications cases, the 33 cases were 100% handled quickly and adequately., 3. Percentage of childbirth that got maternity care in the health workers was 100%., 4. Percentage of using Family Planning method after childbirth was 60%. Conclusion This study indicated that although there were some obstacles the successful of IPCPPC in the working area of Ngletih society health center ran well. Key words: The Implementation of Program Childbirth Planning and Prevention of Complications (PCPPC), PCPPC Cadres, Health monitoring.

commit to user

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kcmampuan hidup sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), umur harapan hidup dan angka kematian balita (Depkes Rl, 1991). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara sehingga hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 selain prioritas lain seperti pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk dan krisis kesehatan akibat bencana serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan serta pulau-pulau terluas (Depkes RI, 2009). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009, AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009). Menurut Menkes RI, dr. Siti Fadilah Supari menyebutkan bahwa angka kematian ibu mengalami penurunan yang signifikan dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Di tahun 2007, angka kematian ibu berkisar 248 per 100.000 commit to user

1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id 2

kelahiran hidup, padahal di tahun 2004, angka kematian ibu sekitar 270 per 100.000 kelahiran hidup (UGM, 2009). Menurut Dr. Ieke Irdjiati, MPH Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Mengenai penyebab kematian, Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, toksemia gravidum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes RI, 2004). Tingginya angka kematian maternal ini mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga dan masyarakat. Kematian seorang wanita saat melahirkan sangat

mempengaruhi kelangsungan

hidup

bayinya, karena bayi yang

bersangkutan akan mengalami nasib yang sama dan keluarganya bercerai berai (L. Ratna Budiarso et al, 1990). Oleh karena itu, persalinan ibu harus mendapatkan fasilitas dan partisipasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat setempat dan lainnya. Penyebab kematian ibu ini sangat kompleks. Komplikasi obstetri, yang merupakan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya terjadi pada saat persalinan atau sekitar persalinan. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ibu adalah kejadian keterlambatan di tingkat masyarakat yang dikenal sebagai 3 terlambat yaitu (1) Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan ; (2) Terlambat mencapai tempat rujukan; (3) Terlambat mendapat penanganan di tempat rujukan. Banyaknya faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut antara lain: ketidaktahuan ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya saat hamil, persalinan dan nifas, ketidaktersediaan transportasi, hambatan biaya, ketidakberadaan tenaga kesehatan untuk menolong ibu bersalin, ketidaksetaraan gender sehingga ibu tidak mempuyai wewenang untuk memutuskan sendiri kemana akan bersalin sampai kepada

ketidaksiapan

dalam

penanganan

di

tingkat

rujukan

termasuk

ketidaktersediaan donor darah. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan percepatan penurunan Angka Kematian Ibu, Departemen Kesehatan yang memiliki visi ”Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat” dengan Misi “Membuat Rakyat Sehat” serta dengan salah satu strategi “Menggerakan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat” berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi tingginya, yang tertuang di dalam salah satu strategi pelaksanaan MPS yaitu melibatkan peran serta perempuan, suami dan masyarakat. Untuk itu semua komponen harus siap setiap saat untuk menjaga keadaan kesehatan ibu hamil dan mengantar ke fasilitas pelayanan kesehatan bila terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Keadaan masyarakat ini disebut dengan Siap Antar Jaga, yang meliputi 4 kegiatan utama yaitu : 1) Notifikasi Ibu Hamil; 2) Tabungan Ibu commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

44 digilib.uns.ac.id

Bersalin atau Tabulin dan Dana Sosial Ibu Bersalan atau Dasolin; 3) Transpotasi; 4) Ketersediaan Donor Darah. Pencanangan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007 dengan stiker yang merupakan “upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan siaga dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir (DepKes RI, 2009). Melalui P4K dengan stiker masyarakat diharapkan dapat mengembangkan norma sosial bahwa cara yang aman untuk menyelamatkan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan memeriksakan kehamilan ke bidan atau tenaga terampil di bidang kebidanan, sehingga kelak dapat mencapai dan mewujudkan Visi Departemen Kesehatan, yaitu ”Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat” (Depkes RI,2009). Amanat persalinan dengan stiker dimaksudkan untuk menginventaris atau mendata ibu hamil dengan menggunakan stiker. Hal ini merupakan salah satu upaya percepatan penurunan AKI, karena dengan terdatanya ibu hamil secara tepat dan akurat serta di pantau secara intensif, maka setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapat berjalan dengan aman dan selamat, sehingga tidak ada kematian. Perencanan persalinan dan pencegahan komplikasi dilakukan bersama oleh bidan, bumil, keluarga dan kader yang diwujudkan dalam sebuah kesepakatan commit to user

5 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

atau amanat persalinan. Selanjutnya bumil dengan bantuan bidan dan kader dapat mengakses sumber daya yang berkaitan dengan masalah kehamilan dan persalinannya. Diharapkan dengan perencanaan persalinan yang baik dan siapnya sumber daya yang dibutuhkan oleh ibu hamil apabila terjadi masalah kehamilan dan persalinan akan menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan sehingga kualitas kesehatan ibu, bayi dan balita dapat meningkat menjadi lebih baik (Dinkes Propinsi Jatim, 2007). Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000 adalah komitmen internasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals / MDGs) pada tahun 2015 sebagai solusi dari ketergantungan antar negara dalam meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia. Target Nasional yang terkait dengan sasaran MDGs adalah menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar ¾ dari Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 1990 (450 per 100.000 kelahiran hidup) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes, 2008). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, namun Angka Kematian Ibu di Indonesia saat ini masih yang tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Dari data Laporan Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak (LB3 KIA) Propinsi Jawa Timur tahun 2007 AKI 72/100.000 KH ,tahun 2008 AKI 83/100.000 KH, sedangkan tahun 2009 AKI 90/100.000 KH (Dinkes Propinsi Jatim, 2009). Dari data Laporan Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak (LB3 KIA) Kota Kediri AKI tahun 2007 commit to user

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

151/100.000 KH, tahun 2008 AKI 97/100.000 KH, sedangkan pada tahun 2009 AKI 176/100.000 KH. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa di Kota Kediri sudah ada peningkatan jumlah bidan termasuk bidan yang telah mengikuti pelatihan APN di puskesmas, telah dilaksanakannya program P4K yang melibatkan suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat sekitar. Namun pada kenyataannya dalam dua tahun terakhir, angka kematian ibu di Kota Kediri mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan angka kematian ibu ini hampir merata di wilayah kerja puskesmas di Kota Kediri tetapi berbeda dengan Puskesmas Ngletih mulai tahun 2007 sampai sekarang Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 0 (nol) atau tidak ada kematian ibu karena kehamilan, persalinan ataupun nifas. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang Faktor – Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

Program

Perencanaan

Persalinan

dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) dalam menurunkan Angka kematin ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1.

Bagaimana penerapan P4K di Wilayah kerja Puskesmas Ngletih ?

2.

Bagaimana keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan Angka Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih?

3. Bagaimana kendala dalam penerapan di wilayah kerja puskesmas Ngletih? commitP4K to user

7 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C. 1.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum Mengevaluasi keberhasilan penerapan program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih Kota. 2.

Tujuan Khusus

a.

Untuk mendeskripsikan penerapan P4K di wilayah kerja

Puskesmas

Ngletih. b.

Untuk mendeskripsikan keberhasilan yang dicapai dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi

keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan

Angka Kematian Ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih. c.

Untuk mendeskripsikan kendala yang ada dalam pelaksanaan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih.

D. 1.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian dalam pengembangan program kesehatan ibu dan bayi dari tinjauan kesehatan masyarakat.

2.

Manfaat Praktis Menambah khasanah pengetahuan peneliti tentang factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan program P4K dalam menurunkan Angka kematian ibu (AKI) baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat penerapan P4K di masyarakat. commit to user

8 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.

Manfaat Aplikatif Sebagai masukan Kepala Puskesmas dan fihak penentu kebijakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program P4K di Wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri dalam menurunkan Angka kematian ibu (AKI) sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penerapan P4K di tempat lain.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

KAJIAN TEORI

1.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

a.

Pengertian Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa/kelurahan dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan Keluarga Berencana pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).

b.

Tujuan

1)

Tujuan umum Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat. commit to user

9

perpustakaan.uns.ac.id

10 digilib.uns.ac.id

2)

Tujuan khusus

a)

Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.

b)

Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.

c)

Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

d)

Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, dukun bayi, kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing.

c.

Manfaat penerapan P4K adalah :

1)

Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.

2)

Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar.

3)

Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.

4)

Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.

5)

Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.

6)

Meningkatnya peserta KB pasca persalinan.

7)

Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

8)

commit user ibu dan bayi. Menurunnya kejadian kesakitan danto kematian

11 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d.

Sasaran penerapan P4K adalah:

1)

Penanggung jawab program KIA propinsi dan kabupaten/ kota.

2)

Bidan koordinator.

3)

Kepala Puskesmas.

4)

Dokter.

5)

Perawat.

6)

Bidan.

7)

Kader.

8)

Forum Peduli KIA (Forum P4K/ Pokja Posyandu, dan lain sebagainya).

e.

Kegiatan penerapan P4K meliputi :

1)

Pendataan Ibu Hamil Dengan Stiker Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan, pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Kegiatan ini dilakukan melalui kunjungan rumah, yaitu kunjungan bidan/kader ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi; disamping itu untuk memfasilitasi ibu nifas dan

suaminya dalam memutuskan penggunaan alat/obat

kontrasepsi setelah persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama oleh pasangan tersebut. Setelah melakukan konseling, stiker diisi commit to user

12 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

oleh bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu hamil diberikan

buku KIA untuk

dipahami isinya. 2)

Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin) Tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya, yang pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan, saat antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan. Besar simpanan / nominal, tergantung dari perkiraan biaya persalinan normal atau sesuai dengan kesepakatan. Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan prinsip gotong-royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan tujuan

membantu

pembiayaan

mulai

antenatal,

persalinan,

dan

kegawatdaruratan. Sumber dana dan cara pengumpulannya ditentukan dengan kesepakatan. Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan kesepakatan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pertemuanpertemuan bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan dan penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan pelaporan dana.

commit to user

13 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3)

Calon Donor Darah Calon donor dar ah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh ibu, suami,

keluarga

dan

masyarakat

yang

sewaktu-waktu

bersedia

menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan. Syarat donor darah sukarela adalah: a)

Usia 17 sampai 60 tahun.

b)

Berat badan minimal 49 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan.

c)

Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg.

d)

Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%.

e)

Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll).

f)

Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit.

g)

Tidak mempunyai luka/infeksi.

h)

Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed consent Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI)

yang dapat dipakai untuk semua kebutuhan kegawatdaruratan. Warga akan didaftar dan diperiksa golongan darahnya. Ada 2 (dua) jenis donor darah yaitu : a)

Pendonor darah tetap, rutin tiap 3 bulan donor darah di PMI.

b)

Bank darah desa, yaitu daftar relawan yang bersedia donor darah sewaktu-waktu, utamanya untuk kegawatan ibu hamil dan melahirkan. Kebutuhan untuk keadaan ini harus cepat dipenuhi sementara waktu commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

14 digilib.uns.ac.id

yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3 jam. 4)

Ambulan Desa /Transportasi Ambulan desa / transportasi adalah alat transportasi dari masyarakat sesuai kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan, terutama yang kesulitan angkutan atau ibu mengalami kegawatan perlu dirujuk segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar selamat. Bentuk ambulan desa bermacam-macam, tergantung jenis yang dimiliki oleh warga dan mengikhlaskan kendaraannya dipinjam warga bergiliran (dibuat jadwal kendaraan, pengemudi, BBM, dsb). Bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda motor, tandu, perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan Desa yang mengatur jadwal sesuai kesepakatan warga.

f.

Indikator Program P4K meliputi :

1)

Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker.

2)

Persentase ibu hamil mendapat stiker.

3)

Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar (semua ibu hamil mendapat kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan 5 T).

4)

Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan.

5)

Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi tertangani.

6)

Persentase penggunaan metode KB pasca persalinan. commit to user

15 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

7)

Persentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas.

8)

Output P4K dengan Stiker.

Output yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1)

Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.

2)

Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar.

3)

Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk KB yang dibuat bersama dengan penolong persalinan.

4)

Bidan menolong persalinan sesuai standar.

5)

Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai standar.

6)

Keluarga menyiapkan

biaya persalinan, kebersihan

dan kesehatan

lingkungan (sosial-budaya). 7)

Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan Forum Peduli KIA/Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk KB pasca persalinan sesuai dengan perannya masing-masing.

8)

Ibu mendapat pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.

9)

Adanya kerjasama yang mantap antara Bidan, Petugas Pustu, Forum Peduli KIA atau Posyandu dan (bila ada) dukun bayi, pendamping persalinan.

g.

Tahap kegiatannya meliputi :

1)

Orientasi P4K dengan stiker Orientasi ditujukan untuk pengelola program dan stakeholders terkait di tingkat Propinsi, Kab/Kota, Puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang tujuan; manfaat; mekanisme pelaksanaan; commit to user

16 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sistem pencatatan & pelaporan serta dukungan apa saja yang disiapkan dan diperlukan agar P4K dengan stiker dapat terlaksana di lapangan. 2)

Sosialisasi Sosilisasi ditujukan kepada kepala desa/lurah, bidan, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi perempuan, PKK serta lintas sektor di tingkat desa/kelurahan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang tujuan; manfaat dan mekanisme pelaksanaan agar mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanannya di lapangan.

3)

Operasionalisasi P4K dengan stiker ditingkat Desa / Kelurahan

4)

Memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa/kelurahan. Pertemuan dipimpin oleh kepala desa/lurah, dan dihadiri bidan di desa, kader,

dukun, tokoh masyarakat, bertujuan untuk

meningkatkan

partisipasi aktif keluarga dan masyarakat dalam membantu mempersiapkan persalinan yang aman bagi ibu yang diwujudkan dengan mendata jumlah ibu hamil yang ada di wilayah desa, serta membahas dan menyepakati calon donor darah, transport dan pembiayaan (Jamkesmas, Jamkesda, Tabulin, dasolin). Pertemuan ini juga dapat dipakai untuk mengembangkan forum yang telah ada sebelumnya, seperti Pokja Posyandu, forum GSI yang ditujukan untuk melaksanakan program P4K dengan stiker ini. 5)

Mengaktifkan Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Forum Peduli KIA ini diharapkan memanfaatkan forum-forum yang sudah ada di masyarakat, antara lain: Gerakan Sayang Ibu (GSI), Forum commit to user

17 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Desa Siaga, Pokja Posyandu dan lain - lain. Apabila di daerah tersebut belum terbentuk forum seperti itu bisa dilakukan pembentukan dengan menggunakan metode berikut ini. Pemilihan anggota Forum Peduli KIA ini sebaiknya didahului dengan kesepakatan kriteria bagi orang-orang yang akan dipilih. Kriteria diserahkan sepenuhnya kepada unsur masyarakat yang hadir. Umumnya kriteria yang muncul antara lain adalah punya waktu dan punya kemauan. Pemilihan kemudian dilakukan dengan teknik partisipatif dimana fasilitator pertemuan membagi unsur masyarakat yang hadir dalam kelompok-kelompok dan kemudian masing-masing kelompok mengajukan orang-orang yang dipercaya untuk dipilih sebagai anggota kelompok masyarakat dan disepakati bersama. Umumnya orang-orang ini adalah kader potensial di tingkat desa. Biasanya ketua Forum Peduli KIA adalah kepala desa/lurah. 6)

Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker Bidan di desa bersama kader dan/atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker, termasuk

pemakaian

Keluarga

Berencana

(KB)

pasca

persalinan.

Ketrampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan yang melakukan kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker. Mereka harus mampu memberikan penjelasan/konseling kepada keluarga tentang pentingnya perencanaan

persalinan

serta

bagaimana mempersiapkan ibu hamil dan keluarga bila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam berkomunikasi, tenaga kesehatan commit to user

18 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bisa menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai alat bantu karena di dalamnya berisi penjelasan tentang tanda bahaya persalinan dan kehamilan; petunjuk perawatan masa kehamilan dan menyusui serta data kesehatan ibu saat mulai hamil. Ditambah dengan menggunakan buku-buku pedoman yang ada seperti “Ibu sehat Bayi Sehat”. 7)

Pemasangan stiker di rumah ibu hamil Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh Bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu hamil diberikan Buku KIA untuk dipahami isinya. Stiker P4K ini memuat informasi tentang nama ibu hamil, nama suami, golongan darah ibu hamil, nama pendamping persalinan diarahkan agar suami yang mendampingi (tulis namanya), nama tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan, rencana nama pendonor darah yang akan diminta bila ibu hamil mengalami kegawatdaruratan dan rencana transportasi/ambulan desa yang akan dipakai bila

ibu

hamil mengalami kegawatdaruratan, rencana pembiayaan

(Jamkesmas, Tabulin, Dasolin). Hal penting dalam pengembangan mekanisme P4K dengan stiker adalah kerjasama antara Bidan-DukunKader-Forum Peduli KIA agar semua pihak berperan aktif dalam melakukan penggalian informasi yang dibutuhkan pada stiker dari ibu hamil yang ada di wilayahnya, dan

peran menempelkan stiker yang telah diisi bidan

tersebut di masing-masing rumah ibu hamil yang juga akan berguna sebagai notifikasi (penanda) rumah ibu hamil tersebut. Serta pemantauan kepada commit to user

19 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

setiap ibu hamil yang telah berstiker untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar. Program pemasangan stiker ini menjadi media utama dalam P4K. 8)

Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa dilakukan setiap bulan secara teratur untuk up-dating, dan disampaikan pada setiap pertemuan bulanan. Kemudian pemberian konseling kepada ibu hamil, dilanjutkan dengan penempelan stiker di rumah ibu hamil dan pemberian Buku KIA kepada ibu hamil tersebut.

9)

Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa. Dalam rangka pengelolaan donor darah ini, dikembangkan upaya bukan hanya untuk mengganti darah pada ibu bersalin tetapi lebih berorientasi untuk menggalang tersedianya calon pendonor darah untuk mengisi persediaan darah di Unit Transfusi Darah atau Unit Transfusi Darah RS. Untuk memastikan kegiatan donor darah dan ambulan desa berjalan dengan maksimal maka perlu dilakukan upaya partisipatif bidan bekerja sama dengan Forum Peduli KIA dan dukun, dipimpin Kepala Desa atau Lurah mewujudkan komitmen bersama di masyarakat dalam penyediaan donor darah,

sarana transportasi. Komitmen masyarakat terhadap

pelaksanaan donor darah dan sarana transportasi atau ambulan desa dapat diwujudkan dengan pembuatan Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Pendonor Darah atau Sarana Transportasi atau Ambulan Desa bagi warga yang bersedia dan ikhlas sebagai calon pendonor darah atau pemakaian kendaraannya

sewaktu-waktu bila diperlukan commit to user

dalam

situasi

perpustakaan.uns.ac.id

20 digilib.uns.ac.id

kegawatdaruratan. Surat Pernyataan Kesediaan tersebut dapat dituangkan dalam satu lembar kertas yang memberikan informasi tentang nama, alamat atau no HP atau no telp, umur, golongan darah atau jenis kendaraan. Selajutnya surat pernyataan tersebut harus menjelaskan bahwa surat dibuat secara sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Terakhir surat pernyataaan harus ditandatangani oleh yang membuat pernyataan dan diketahui oleh Kepala Desa atau Lurah wilayah setempat. Setelah adanya surat pernyataan kesediaan menjadi pendonor darah atau sarana transportasi atau ambulan desa, maka langkah selanjutnya yang perlu dikembangkan adalah membuat daftar tertulis tentang orang-orang yang bersedia menjadi pendonor darah dan atau sarana transportasi atau ambulan desa. Daftar ini bisa dibuat di atas kertas karton besar atau di papan tulis dan kemudian disosialisasikan kepada masyarakat luas di desa atau kelurahan. Umumnya di pedesaan sosialisasi dilakukan dengan penempelan daftar nama-nama orang yang bersedia menjadi pendonor darah dan atau sarana transportasi atau ambulan desa di papan pengumuman desa. 10)

Penggunaan, pengelolaan dan pengawasan Tabulin atau Dasolin Untuk mekanisme pelaksanaan komponen Tabulin atau Dasolin, bidan bersama dengan forum peduli KIA dan dukun harus bekerja hati-hati. Karena pelaksanaan komponen ini berkaitan erat dengan uang atau sumber daya yang lain. Ini merupakan hal yang sensitif bagi sebagian besar masyarakat, sehingga perlu upaya yang partisipatif dan komunikatif dalam melaksanakan komponen Tabulin atau Dasolin tersebut. Hal pertama yang commit to user

21 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

perlu dilakukan adalah melakukan pertemuan-pertemuan bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan dan Pembuatan dan Penandatanganan Amanat Persalinan: Amanat persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta dengan suami dan atau keluarga atas komponen-komponen penyimpanan dana, penggunaan dana, serta pengawasan dan pelaporan dana. P4K dengan Stiker. Amanat persalinan juga melibatkan warga yang sanggup menjadi pendonor darah, warga yang memiliki sarana transportasi atau ambulan desa, proses pencatatan perkembangan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir, rencana inisiasi menyusui dini, kesiapan bidan untuk kunjungan nifas, termasuk upaya penggalian dan pengelolaan dana. Dalam Amanat Persalinan akan tertulis lengkap informasi kesiapan dana, transportasi, dan pendonor yang akan membantu ibu yang melahirkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam lembar itu juga ditulis bidan yang akan menolong persalinan. Kesahihan kesepakatan ini ditentukan oleh tanda tangan ibu hamil, suami/keluarga terdekat dan bidan. Amanat persalinan ini akan sangat membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat dibutuhkan pada saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya. Dokumen Amanat Persalinan ini memperkuat pencatatan ibu hamil dengan stiker. Stiker berfungsi sebagai notifikasi atau pemberi tanda kesiapsiagaan, sementara Amanat Persalinan memperkuat komitmen ibu hamil dan suami. commit to user

22 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

h.

Rekapitulasi Laporan

1)

Data yang telah didapat dari isian stiker dan data pendukung lainnya, bidan di desa melakukan pencatatan di buku KIA untuk disimpan dan dipelajari oleh ibu hamil sebagai alat pantau kesehatan ibu selama hamil, bersalin dan nifas, bayi yang dilahirkan sampai dengan umur 5 tahun. Disamping itu juga dicatat di kartu ibu serta kohort ibu untuk disimpan di fasilitas kesehatan. Bidan di desa memberikan pelayanan sesuai standar dan pemantauan ibu hamil, serta melaporkan hasil pelayanan kesehatan ibu di wilayah desa (termasuk laporan dari dokter dan bidan praktek swasta di desa tersebut) ke Puskesmas setiap bulan termasuk laporan kematian ibu, bayi lahir hidup dan bayi lahir mati.

2)

Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari seluruh bidan di desa/kelurahan dan juga laporan dari Rumah Bersalin Swasta serta melakukan Pemantauan Wilayah Setempat tentang KIA (PWS-KIA) dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab atau Kota setiap bulan.

3)

Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari seluruh Puskesmas di wilayahnya dan laporan Yankes ibu dari rumah sakit pemerintah dan swasta, serta melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS-KIA), evaluasi dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi setiap bulan.

4)

Dinas Kesehatan Propinsi melakukan rekapitulasi dan analisa dari seluruh laporan Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota di wilayahnya dan commit to user

23 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

melakukan pemantauan, fasilitasi dan evaluasi

secara berkala serta

melaporkan ke tingkat pusat setiap 3 bulan. 5)

Tingkat melakukan rekapitulasi dan analisa laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi dan

melakukan pemantauan berkala, fasilitasi,

evaluasi P4K

dengan stiker dalam rangka PP-AKI. 6)

Forum Komunikasi Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing tingkat wilayah dari Puskesmas, kabupaten atau Kota dan Provinsi mempunyai wadah Forum Komunikasi yan meliputi lintas program dan lintas sektor

2.

Pemeriksaan Kehamilan

a.

Pengertian Pengertian dari K1 Kehamilan telah berubah, dulu tepatnya diawal tahun 1990an ketika dipelajari dalam program KIA, pengertian K1 Kehamilan adalah pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar untuk pertama kalinya pada semester pertama kehamilan, tetapi sekarang, pengertian dari K1 Kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Hal ini membuktikan bahwa penyelenggaraan program KIA dengan pengertian indikator K1 telah salah dan tidak mendukung peningkatan mutu kehamilan dan persalinan yang aman dan selamat. commit to user

24 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pemeriksaan kesehatan (termasuk gizi) pertama pada semester pertama kehamilan sebagaimana diketahui dan diperdalam

dalam

pendekatan epidemiologi dan ilmu gizi adalah sudah sangat jelas yaitu ibu hamil sejak ditahu kehamilan atau kurang lebih usia kehamilan 6 minggu sampai 12 minggu kehamilan (1-3 bulan kehamilan), sudah harus memeriksakan kehamilannya, apabila sang ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada masa kehamilan ini (1-3 bulan kehamilan) itu artinya sang ibu hamil tersebut telah mangkir/lalai (default) atau dulunya disebut dengan istilah DO (Drop Out) pada semester pertama kehamilan, tetapi istilah DO ini kurang tepat digunakan karena ada kecenderungan sang ibu hamil tidak akan dilayani lagi untuk bulan-bulan kehamilan berikutnya, sehingga istilah default (mangkir) lebih tepat digunakan.

Sementara itu pengertian pemeriksaan kesehatan pertama (K1) semasa kehamilan dalam pengertian selama kehamilan (usia kehamilan 1-9 bulan/atau mendekati

lahir) walaupun

sesuai standar pemeriksaan

kehamilan, sangatlah sulit untuk dimengerti, karena standar pemeriksaan kesehatan (termasuk gizi) pada semester pertama, kedua dan ketiga pada prinsipnya berbeda, keadaan hamil pada semester pertama jelas berbeda pada semester kedua dan juga ketiga, walaupun standar yang dipakai adalah 5T tetapi pada pemeriksaannya tetap berbeda, berat badan ibu hamil pada semester pertama kehamilan jelas berbeda pada berat badan pada semester ketiga kehamilan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

25 digilib.uns.ac.id

Standar 5 T adalah standar pemeriksaan /perawatan kehamilan (ANC = Antenatal Care) yang dimaksud adalah:

1)

Pemeriksaan/pengukuran tinggi dan berat badan

2)

Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah

3)

Pemeriksaan/pengukuran tinggi fundus

4)

Pemberian imunisasi TT

5)

Pemberian tablet besi

Setiap kali pemeriksaan /perawatan kehamilan selalu berbeda setiap semesternya. Istilah K1 atau Kunjungan pertama ibu hamil pada dasarnya satu paket dengan istilah K4 atau Kunjungan ke empat ibu hamil. K4 itu sendiri mempunyai pengertian dari beberapa sumber yaitu:

1)

Berdasarkan indikator MDGs goal 5 Indikator lokal untuk memonitoring kemajuan kabupaten dan kecamatan. Menyebutkan bahwa Kunjungan ibu hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2)

Berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan tahun 2009 Depkes RI 2009. Menyebutkan bahwa Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu commit to user

26 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3)

Sementara itu berdasarkan Pedoman SPM Bidang Kesehatan

Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebagai penjabaran dari SPM Bidang Kesehatan Depkes RI, Kunjungan ibu hamil K 4 adalah: ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5 T dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali.

Jadi Karena adanya istilah K4 berarti ada istilah K1, K2 dan K3 serta tentunya K4. Dari pengertian K4 diatas, maka pengertian K1 sudah sangat jelas yaitu Pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester pertama, K2 dalam pengertian K(1+1=2) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester pertama dan kedua kehamilan, K3 adalah pemgertian K(1+1+1=3) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada trimester pertama, kedua dan ketiga kehamilan. Dan K4 itu sendiri K3 tambah pemeriksaan ketika mendekati persalinan. Penjelasan ini menunjukkan pelayanan pemeriksaan ibu hamil dalam ilmu epidemiologi menggunakan pendekatan prospektif atau biasa dikenal dengan istilah kohort atau dalam program pencatatan dan pelaporan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) adalah buku register kohort. commit to user

27 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Buku register kohort ini maksudnya adalah buku pencatatan dan pelaporan seorang bidan yang menyelenggarakan pelayanan ANC dan merupakan suatu skill dan keterampilan yang harus dikuasai bukan saja keahlian melakukan persalinan, ketika seorang ibu telah hamil maka ibu hamil ini harus datang atau didatangi untuk dicatat dan dipantau serta diperiksa selama masa kehamilannya selesai, penjelasannya adalah :

1)

Jika sang ibu hamil datang-didatangi pada trimester pertama kehamilan maka ia diperiksa dan dicatat pada kolom semester pertama dan selanjutnya disarankan atau diupayakan datang-didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada trimester –trimester berikutnya. Inilah yang diharapkan sesuai dengan standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.

2)

Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya dating − didatangi pada trimester

kedua kehamilan ( tidak datang − didatangi pada trimester

pertama) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester kedua buku register kohort, dan selanjutnya tetap disarankan atau diupayakan datang, didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada trimester – trimester berikutnya. Inilah yang tidak diharapkan karena telah lalai atau mangkir tidak masuk dalam standar cakupan pelayanan minimal K1 maupun K4

3)

Jika ibu hamil tersebut untuk pertama kalinya datang-didatangi pada trimester ke tiga kehamilan (tidak dating − didatangi pada trimester pertama dan kedua) tetap diperiksa dan dicatat pada kolom trimester ketiga buku commit to user register kohort, dan selanjutnya tetap disarankan atau diupayakan datang-

perpustakaan.uns.ac.id

28 digilib.uns.ac.id

didatangi untuk diperiksa dan dicatat pada saat mendekati persalinan sebagai pemeriksaan yang terakhir kalinya. Ini juga tidak masuk dalam standar cakupan pelayanan minimal K1 dan K4.

4)

Dengan sistem registrasi kohor ini maka setiap saat atau setiap bulan dapat di evaluasi sesuai dengan standar cakupan pelayanan K1 dan K4. Cakupan atau target K1 dan K4 yang diharapkan berkisar antara 80 − 95%, sebaliknya standar cakupan ibu hamil yang ditoleransi mangkirnya (default toleration) normalnya berkisar 5 − 20%, bila standar cakupan pelayanan dan toleransi mangkir ini tidak terpenuhi, maka pada dasarnya pelaksanaan program ANC (Antenatal Care) sangat jelek dan tidak terkendali.

Perubahan pengertian K1 rupanya berhubungan dengan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak, Bukan sistem pencatatan dan pelaporan kohort Ibu dan Bayi. Sebagaimana pengertian K1 menyebutkan cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Disini keterangan disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu lebih ditekankan pada sistem pencatatan dan pelaporan PWS. Dalam pengertian ini K1 bukan merupakan paket dari Pelayanan dan pemeriksaan K4. K1 menunjukkan kegiatan ( diberi simbol “K”) pelayanan antenatal untuk pertama kalinya (diberi simbol “1″) pada masa kehamilan, kalau yang commit user yang dimaksud adalah semua dimaksud K1 adalah demikian makatostandar

29 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ibu hamil terdata, mempunyai buku KIA (atau KMS Bumil) dan dilakukan pemeriksaan sesuai standar untuk pertama kalinya kemudian dicatat dalam buku register PWS.( Depkes RI 2009 : Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ).

3.

Prosedur Asuhan Persalinan Normal (APN) Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan

persalinan normal sebagai berikut (Dinkes Propinsi Jatim, 2003) : 1.

Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2.

Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai 3 ml ke dalam wadah partus set.

3.

Memakai celemek plastik.

4.

Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

5.

Menggunakan sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6.

Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.

7.

Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas bersih dengan gerakan vulva ke perineum.

8.

Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. commit to user

30 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

9.

Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam lautan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10.

Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).

11.

Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12.

Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13.

Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14.

Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15.

Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16.

Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17.

Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18.

Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. commit to user

31 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

19.

Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.

20.

Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21.

Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22.

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

23.

Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

24.

Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

25.

Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).

26.

27.

Melakukan penilaian selintas : a.

Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan.

b.

Apakah bayi bergerak aktif.

Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk lain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.

commit to user

32 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

28.

Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

29.

Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

30.

Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

31.

Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

32.

Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

33.

Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

34.

Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

35.

Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

36.

Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

37.

33 digilib.uns.ac.id

Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

38.

Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

39.

Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

40.

Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).

41.

Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantung plastik yang tersedia.

42.

Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. commit to user

34 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

43.

Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervagina.

44.

Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

45.

Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 sebanyak 1 mg intramuskuler dipaha kiri anterolateral.

46.

Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

47.

Melanjutkan pemantauan kontraksi

dan mencegah perdarahan

pervagina. 48.

Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan mesase uterus dan menilai kontraksi.

49.

Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

50.

Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama kemudian 30 menit pada 1 jam kedua.

51.

Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

52.

Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

53.

Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

commit to user

35 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

54.

Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

55.

Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.

56.

Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

57.

Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

58.

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan melengkapi partograf.

4.

Profesi Bidan

a.

Pengertian Profesi Profesi (Abraham Flexman, 1995) adalah aktifitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk tujuan praktek pelayanan, dapat dipelajari, terorganisir secara internal dan aktristik, mendahulukan kepentingan orang lain. Sedangkan menurut Mavis Kirkham (1996), profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu atau seni khususnya dan hal yang dipelajari dalam profesi yaitu hukum, ilmu agama atau pengobatan, namun dalam kenyataannya sosial sangat komplek. commit to user

36 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Namun

menurut

Suessman,

profesi

berorientasi

pada

pelayanan,memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari kelompok pelaksana.

b.

Karakteristik dan ciri-ciri Profesi

1)

Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan.

2)

Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.

3)

Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar.

4)

Pengedalian terhadap standar praktek.

5)

Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikan.

6)

Karir seumur hidup yang mandiri.

c.

Pengertian Bidan

1)

Menurut Ikatan Bidan Indonesia(IBI). Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicacat, diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktik.

2)

Kepmenkes No 900 / Menkes /SK/ VII/ 2002 BAB I Pasal 1 Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. commit to user

37 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3)

Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui secara yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh ijin melaksanakan praktek kebidanan.

4)

International Confederation of Midwife Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk melaksanakan praktek kebidanan di Negara itu.

d.

Pengertian Kebidanan Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu atau multi disiplin, yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen, untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, hamil, bersalin, post partum, dan bayi baru lahir. Pelayanan kebidanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Kebidanan

adalah

seni dan

praktek

yang menkombinasikan

keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau ketetapan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya commit to user

38 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga dan atau orang yang berarti lainnya. (Lang, 1979).

e.

Peraturan dan Perundangan yang Mendukung Keberadaan Profesi Bidan.

1)

Kepmenkes No. 49/1968 tentang Peraturan Penyelenggaraan Sekolah Bidan

2)

No. 363/Menkes /Per / IX /1980, 27 September 1980 tentang Wewenang Bidan.

3)

No. 623/Menkes/Per/IX/1989, 25 September 1989 tentang perubahan atas

4)

No. 363/Menkes/Per/IX/1980, 27 September 1980 tentang

Wewenang

Bidan. 5)

Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek.

f.

Peran dan Fungsi Bidan

1)

Peran Bidan

a)

Pelaksanaan Asuhan dan Pelayanan Kebidanan. Dalam

tugasnya

mandiri,melakukan

sebagai

pelayanan

pelaksana,bidan

kebidanan

primer

dapat

bekerja

sesuai

dengan

wewenangnya dan menentukan perlunya dilakukan rujukan,disamping itu perannya dalam pelayanan kolaboratif sebagai mitra dalam pelayanan medis terhadap Ibu,Bayi dan Anak bidan tetap berpegang pada falsafah yang dianutnya dengan pendekatan pemecahan masalah dan prinsip-prinsip management kebidanan.

commit to user

39 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b)

Pengelola Sebagai

pengelola

bidan

memimpin

dan

mengkoordinasikan

pelayanan kebidanan sesuai dengan wewenangnya didalam tim, Unit pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, klinik Bersalin, Praktek Bidan dan Polindes. c)

Pendidik Sesuai tugasnya bidan melakukan penyuluhan individu, keluarga dan kelompok masyarakat. Disamping itu ia diharuskan pula membimbing siswa bidan, dukun bayi, kader desa di dalam pelayanan kebidanan.

d)

Peneliti Bidan dengan dasar keilmuan yang dimiliki dapat melakukan penelitian baik secara mandiri atau bersama atau sebagai anggota kelompok peneliti dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga.

2)

Fungsi Bidan

a)

Pelaksana (1)

Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga dan masyarakat remaja pra perkawinan.

(2)

Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu hamil normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu dan kehamilan dengan resiko tinggi.

(3)

Menolong persalinan normal dan kasus patologis tertentu.

(4)

Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi resiko tinggi.

(5)

Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu nifas.

(6)

Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui. commit to user

40 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

(7)

Melakukan pelayanan KB sesuai dengan wewenangnya.

(8)

Memberikan bimbingan dan pelayanan kesehatan terhadap gangguan sistim reproduksi termasuk wanita pada klimakterium internal dan menopause sesuai wewenangnya.

b)

Pengelola (1)

Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat sesuai kondisi kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyaraka

(2)

Menyusun rncana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.

(3)

Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh bidan.

(4)

Melakukan kerjasama dan komunikasi inter dan antar sektor dalam kaitannya dengan pelayanan kebidanan.

(5)

Mengevaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh bidan.

c)

Pendidik (1)

Memberikan penyuluhan pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam kaitan pelayanan kebidanan di ruang lingkup kesehatan keluarga berencana.

(2)

Membimbing dan melatih dukun bayi dan kader kesehatan sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

(3)

41 digilib.uns.ac.id

Memberikan bimbingan kepada peserta didik bidan dalam kegiatan praktek di klinik di masyarakat.

(4)

Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.

d)

Peneliti (1)

Melakukan evaluasi, survei dan penelitian kelompok, dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.

(2)

Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

5.

Kematian Ibu

a.

Definisi Kematian Ibu Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dalam ICD X mendefinisikan kematian ibu sebagai kematian wanita saat hamil sampai 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada umur kehamilan dan letak kehamilan di dalam atau di luar kandungan disebabkan oleh kehamilannya atau kondisi tubuhyang memburuk akibat kehamilan atau disebabkan oleh kesalahan dalam persalinan, tetapi tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh kecelakaan dan kelalaian (Sarimawar Djaja, 1997). Kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi pada saat melahirkan antara lain: perdarahan, eksklamsia (keracunan kehamilan), proses persalinan lama, komplikasi menggugurkan kandungan dan infeksi. Kematian ibu hamil paling banyak disebabkan oleh perdarahan pada saat melahirkan (28%). Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

42 digilib.uns.ac.id

budaya, dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga kontribusi secara tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasikan sebagai “3T” (terlambat), pertama adalah terlambat mengenali tanda bahaya selama kehamilan, persalinan dan nifas serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal, kedua terlambat merujuk ke faslitas kesehatan karena kondisi wilayah atau sulitnya transportasi, ketiga terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan. Berdasarkan SKRT dan Profil Kesehatan 2003, penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), eksklamsia (24%), komplikasi peurperium (8%), trauma obstretik (5%), partus macet/lama (5%), emboli obstretik (3%) dan lain-lain (11%). Masalah-masalah yang menyebabkan kematian ibu hamil itu hanya dapat ditangani di fasilitas kesehatan yang memadai. Pelayanan obstretik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu. (Dinkes Kota Kediri, 2006).

b.

Rumus Angka Kematian Ibu Jumlah kematian Bumil,Bulin,Bufas dalam satu tahun x 100.000 KH Jumlah kelahiran hidup dalam satu tahun Secara garis besar penyebab kematian ibu dapat dikategorikan dalam penyebab langsung dan tidak langsung (WHO, 1998) :

1)

Penyebab langsung (Direct obstetric deaths) adalah kematian ibu yang langsung disebabkan oleh commit komplikasi obstetric pada masa hamil, bersalin to user

43 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dan nifas, atau kematian yang disebabkan oleh suatu tindakan, atau berbagai hal yang terjadi akibat tindakan tersebut yang dilakukan selama hamil, bersalin atau nifas, seperti perdarahan, toxemia dan infeksi. 2)

Penyebab tak langsung (Indirect obstetric deaths) adalah kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamiian, persalinan dan nifas. Sarimawar Djaja dan kawan-kawan, (1997) melaporkan bahwa 84% kematian ibu disebabkan oleh komplikasi obstetrik langsung dan di dominasi oleh tiga sebab utama (trias klasik), yaitu perdarahan (46,7%), toxaemia (14,5 %) dan infeksi (8%). Kematian ibu akibat perdarahan dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum, perdarahan post partum, kehamilan ektopik, perdarahan akibat robekan rahim dan abortus (Erika Royston dan Sue Amstrong, 1994). Kematian ibu akibat toxemia (keracunan kehamilan) dapat terjadi karena pre-eklampsi dan eklampsi. Kematian

ibu

akibat

infeksi

dapat

terjadi

karena

tractus

genitourinarius (infeksi saluran genital), baik setelah persalinan atau pada saat masa nifas. Infeksi ini dapat terjadi oleh berbagai cara, antara lain melalui penolong persalinan yang tangannya tidak bersih dan menggunakan instrumen yang kotor, memasukkan benda asing ke vagina selama persalinan seperti jamu/ramuan. Selain trias klasik penyebab lain dari kematian ibu adalah ketuban pecah dini, uri tunggal tanpa perdarahan, robekan jalan lahir, persalinan macet (biasanya karena tulang panggul ibu commit to user

44 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

terlalu sempit) dan ruptura uteri serta psikosis masa nifas (Sarimawar Djaja, 1997). Penyebab tak langsung kematian ibu meliputi penyakit-penyakit sistim sirkulasi saperti emboli (segala sesuatu yang menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah), penyakit saluran pernafasan, infeksi dan parasit, terutama akibat penyakit menular seksual, dan anemia. (Erika Roystone and Sue Amstrong , 1994; Sarimawar Djaja et al, 1997). Departemen Kesehatan RI (1994) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dalam 3 faktor, yaitu: a)

Faktor medik Beberapa faktor medik yang melatarbelakangi kematian ibu adalah faktor resiko tinggi (high risk group), yaitu primigravida (umur < 20 tahun atau > 35 tahun), jumlah anak > 4 orang dan jarak persalinan terakhir < 2 tahun, tinggi badan < 145 cm, berat badan < 38 kg atau lingkar lengan atas (lila) < 23,5 cm, riwayat penyakit Keluarga dan kelainan bentuk tubuh, riwayat obstetric buruk dan penyakit kronis. Selain itu komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas adalah penyebab langsung kematian maternal, yaitu perdarahan pervaginum, infeksi, keracunan kehamiian, komplikasi akibat partus lama dan trauma persalinan. Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk keadaan ibu pada saat hamil yang berperan dalam kematian ibu adalah kekurangan gizi dan anemia (Hb' < 8 gr%) serta bekerja fisik berat selama kehamiian, yang memberikan dampak kehamilan yang kurang baik berupa bayi berat lahir rendah dan prematuritas. commit to user

45 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b)

Faktor non medik Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu dan menghambat upaya penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal, terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamiian resiko tinggi, ketidakberdayaan sebagian besar ibu-ibu hamil di pedesaan dalam pengambilan keputusan untuk dirujuk dan membiayai biaya transportasi dan, perawatan di rumah sakit.

c)

Faktor pelayanan kesehatan Faktor pelayanan kesehatan yang memicu tetap tingginya angka kematian maternal adalah belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan kelompok resiko, masih rendahnya cakupan pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah oleh dukun yang tidak mengetahui tanda-tanda bahaya.

B. Penelitian yang Relevan 1.

Penelitian yang dilakukan Ekowati Retnoningsih,(April, 2009) yang berjudul Kontribusi pemilihan penolong persalinan untuk mencegah kematian ibu di Propinsi Sumatra Selatan. Penelitian dilakukan di 4 kabupaten yaitu : Musibanyuasin, Muara Erin, Ogan Ilir dan Palembang. Perbedaannya penelitian yang dilakukan Ekowati dengan penelitian sekarang yaitu dalam 1 (satu) wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri.

2.

Penelitian yang dilakukan Darmining ( November 2009), Studi Penerapan Program perencanaan Persalnan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Pasca commit to user

46 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pelatihan Kader Di Kelurahan Campurejo Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh dengan jumlah 40 responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisa. Dari hasil analisa diperoleh gambaran 1) Penerapan pendataan, penandaan dan pemetaan ibu hamil, bayi baru lahir dan balita dalam kategori kurang baik (51,39%); 2) Penerapan Tabulin dan Dasolin dalam kategori baik (87,50%); 3) Penerapan Penggalangan calon donor darah dalam kategori kurang baik (31,25%); 4) Penerapan Penggalangan transportasi/ ambulan desa dalam kategori kurang baik (16, 62%). 3.

Penelitian yang dilakukan Arulita Ika Fibriana, Pasca Sarjana Undip (2007), tentang Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kematian Maternal yang dilakukan di kabupaten Cilacap dengan hasil pada 52 kasus kematian maternal di Kabupaten Cilacap tersebar di 18 wilayah kecamatan dari 24 kecamatan yang ada. Sebagian besar disebabkan oleh perdarahan (34,6%) disusul

penyakit

yang

memperburuk

kondisi

ibu

(26,9%),

pre

eklamsi/eklamsi (23,1%) dan infeksi nifas (7,7%). 81,6% ibu meninggal dalam waktu <48 jam setelah masuk RS disebabkan karena keterlambatan rujukan dan penanganan.

C. Kerangka

berpikir

Kerangka Berpikir

disusun

untuk

mempermudah

penulis

dalam

mengarahkan langkah – langkah penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini diawali dari kebijakan Dinas Kesehatan Kota Kediri yang telah merencanakan commit to user

47 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan sebagai pembina adalah puskesmas sesuai dengan wilayah kerja, dengan kegiatan : (1) Notivikasi, penandaan, pemetaan; (2) Tabulin dan Dasolin; (3) Donor darah; (4) Transportasi. Dalam pelaksanaannya bisa terdapat beberapa kendala yaitu dukungan dari pemerintah kelurahan, partisipasi masyarakat, pengetahuan, pemahaman dan partisipasi kader P4K, serta pembinaan dari petugas kesehatan. Pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dipengaruhi oleh dua factor antara lain: 1). faktor internal, 2). faktor eksternal. Keterangan diatas dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini :

Puskesmas

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Penerapan P4K 1.Notifikasi,penand aan,pemetaan. 2.Tabulin dan Dasolin. 3.Donor darah. 4. Transportasi

Hasil yang dicapai

Kendala

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Bentuk dan Strategi Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yang disusun secara lentur dan terbuka untuk bisa disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang dijumpai di lapangan studi. Penelitian kualitatif lebih mementingkan deskriptif proses tentang mengapa dan bagaimana sesuatu bisa terjadi, yang mengarah pada pemahaman makna. Penelitian yang akan dilakukan adalah bentuk studi kasus tunggal ( embedded research ). Studi kasus tunggal artinya penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran dengan satu karakteristik ( satu lokasi atau satu subyek).

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi atau site selection berkenaan dengan penentuan unit, bagian, kelompok dan tempat dimana orang – orang terlibat di dalam kegiatan atau peristiwa yang ingin ditiliti. Satuan yang dipilih hendaknya yang secara nyata dimana kegiatan – kegiatan tersebut efektif dilaksanakan (Sukmadinata, 2006 : 102). Penelitian lokasi berkaitan dengan penelitian kualitatif yang bersifat penelitian lapangan dalam bentuk studi kasus. Lokasi dalam hal ini juga bisa dikaitkan dengan pembatasan masalah, terutama bila pembatasannya mengenai keleluasaan daerah penelitiannya ( Sutopo, 2006 : 178 ).Lokasi penelitian ini commit to user

48

49 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dilakukan di Kota Kediri di wilayah kerja puskesmas Ngletih.Waktu penelitian mulai tanggal 4 – 25 Oktober 2010.

C.

Sumber Data dan Teknik Sampling

Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau kedalaman informasi yang diperoleh. Sumber data yang dipilih menggunakan perspektif

emic, artinya

mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya ( Bisma Murti, 2008). Peneliti tidak bisa memaksakan kehendak untuk mendapatkan data yang diinginkan.Sumber data dalam penelitian ini adalah 1). informan atau sumber yang terdiri dari Kepala Puskesmas, kader, ibu hamil, ibu bersalin, suami, keluarga, bidan, tokoh masyarakat, pendamping persalinan dan lain sebagainya yang terlibat dalam penerapan P4K, dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. 2). Tempat dan kegiatan / aktivitas dalam penelitian ini di Wilayah kerja puskesmas Ngletih, semua kegiatan pelaksanaan kegiatan P4K seperti : 1.

Notifikasi/pendataan,penandaan,pemetaan.

2.

Tabulin dan Dasolin.

3.

Donor

4.

Transportasi/Ambulan desa.3). Dokumen : Buku KIA, stiker, laporan kasus, rekam medik, foto-foto, buku monitoring, Laporan Pemantahuan Wilayah Setempat (PWS) KIA dan lain sebagainya. commit to user

50 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategi dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai natural setting ( kondisi alamiah ), berbagai sumber ( sumber data primer dan sekunder ) dan berbagai cara. Secara umum terdapat

empat

macam teknik pengumpulan data, yaitu

observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan / triangulasi. Pada penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang lebih banyak berperan adalah observasi partisipan (participant observation ), wawancara mendalam (in - depth interview) dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview ( wawancara ) kepada informan atau responden.Jenis interview yang digunakan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam katagori in – depth interview, yaitu dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Selain interview dalam pengumpulan data peneliti juga melakukan observasi. Sanafiah Fasial dalam Sugiono (2010) mengklasifikasikan onbservasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara commit to user

51 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

terang-terangan dan tersamar (over observation dan covert observation) dan observasi tak berstruktur (instructured observation). Dalam penelitian ini peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian, jadi yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti, tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini dilakukan untuk menghindari kalau suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Selain teknik wawancara dan observasi, bila terdapat data dari informan yang memerlukan klarifikasi maka hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan dokumen data dari tempat asal, sebagai pelengkap dalam teknik pengumpulan data. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini juga digunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode, triangulasi data, triangulasi teori atau peneliti. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

E.

Uji Kredibilitas Data

Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara: 1.

Meningkatkan ketekunan. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara menuliskan data dari rekaman wawancara dalam bentuk transkrip maka kepastian data dan urutan commit to user

52 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

peristiwa akan dapat dicatat secara pasti dan sistimatis. Pengujian kredibilitas data ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian (transkrip) dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Dengan demikian deskripsi data dapat dipaparkan dengan akurat dan sistimatis tentang apa yang diamati/diteliti. 2.

Triangulasi Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan triangulasi sumber dengan cara cross check dengan informan yang berbeda dengan topic yang sama, meliputi triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi teori dan triangulasi peneliti.

F.

Teknik Cuplikan ( sampling )

Cuplikan berkaitan dengan pemilihan dan pembatasan jumlah serta jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian, mengingat selalu terdapat beragam keterbatasan yang dihadapi peneliti, misalnya waktu, tenaga, biaya dan mungkin hal – hal lainnya. Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan sumber data dalam penelitian yang mengarah pada seleksi cuplikan dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kecenderungan peneliti untuk memperoleh informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahan secara commit to user

53 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap, atau yang lebih tepat disebut criterion – based selection (Goetz dan Le Compte, 1984).

G.

Teknik Analisis Data

Proses analisis penelitian kualitatif bersifat induktif, dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data, seperti pengamatan, wawancara, dokumentasi, diskusi kelompok terfokus, dan melakukan beragam teknik refleksi bagi pendalaman dan pemantapan data. Semua data dan informasi yang diperoleh dianalisis. Setiap data yang diperoleh akan dikomparasikan, setiap unit atau kelompoknya untuk melihat keterkaitan sesuai dengan tujuan penelitian. Pemantapan dan pendalaman data, proses yang dilakukan selalu dalam bentuk siklus, sebagai usaha verifikasi. Teknik yang digunakan dalam proses analisis dengan menggunakan model analisis ini interaktif (Miles dan Huberman,1984). Model analisis ini, meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data diartikan sebagai proses penelitian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan – catatan lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan,

membuang

yang

tidak

perlu

dan

mengorganisasikan data hingga kesimpulan dan verifikasi. Bagian kedua dari analisis adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, yang ditampilkan dalam bentuk teks naratif. Bagian terakhir dari analisis adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda – benda, pola – pola, penjelasan, konfigurasi yang to user mungkin, alur sebab – akibat, dancommit proposisi.

54 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Sajian Data

Penarikan Simpulan / verifikasi

( Siklus analisis data kualitatif menurut Miles dan Huuberman )

H.

Prosedur Kegiatan

Kegiatan penelitian ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut : 1.

Persiapan

a.

Mengurus perijinan penelitian pada Dinas kesehatan Kota Kediri.

b.

Berkonsultasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri berkaitan dengan informan yang berkompeten yang akan memberikan informasi berkaitan dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan.

2.

Pengumpulan Data

a.

Mengumpulkan data dilokasi studi dengan melakukan wawancara mendalam, observasi dan mencatat dokumen atau arsip. commit to user

55 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Melakukan review, pembahasan beragam data yang telah terkumpul dengan melaksanakan refleksinya. Menentukan strategi pengumpulan data – data yang dipandang paling tepat, dan menentukan fokus, serta pendalaman dan pemantapan data, pada proses pengumpulan data berikutnya.

c.

Mengatur data dalam kelompok untuk kepentingan analisis, dengan memperhatikan semua variabel yang terlibat yang tergambar pada kerangka pikir.

3.

Analisis Data

a.

Melakukan analisis awal bila unit data sudah cukup lengkap.

b.

Mengembangkan bentuk sajian data,dengan menyusun koding dan matrik bagi kepentingan analisis lanjut.

c.

Melakukan analisis tiap variabel dan mengembangkan matrik antar variabel.

d.

Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data. Bila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara lebih fokus.

e.

Melakukan analisis antar kasus dan dikembangkan sajian datanya bagi susunan laporan.

f.

Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

g.

Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Ngletih Kota Kediri. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional dan merupakan pusat pengembangan, pembinaan, dan pelayanan kesehatan. Puskemas Ngletih merupakan salah satu dari 9 Puskesmas yang ada di Kota Kediri. Puskesmas ini mempunyai 3 puskesmas pembantu yang tersebar di 4 kelurahan. Data selengkapnya dapat disajikan dalam diskripsi berikut : Nomor Kode Puskesmas :

3571 0303

Nama Puskesmas

:

Puskesmas Ngletih

Alamat

:

Jl. Raya Ngletih – Bawang Km 02 Telp. (0354) 695643 Email : [email protected]

Kelurahan

:

Ngletih

Kecamatan

:

Pesantren

Kota

:

Kediri

Propinsi

:

Jawa Timur

commit to user

56

57 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1.

Visi Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.

2.

Misi

a.

Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

b.

Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, nasyarakat dan lingkungannya.

c.

Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

d.

Menjalin kerjasama lintas sektor.

e.

Meningkatkan kesejahteraan karyawan Puskesmas Ngletih.

3.

Tujuan

a.

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya Kota Kediri.

b.

Menurunkan Angka kesakitan dan kematian ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, balita.

c.

Memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif bagi warga masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ngletih.

4.

Data Wilayah

a.

Batas Wilayah

1)

Utara

:

Desa Tugurejo, Kecamatan Gampengrejo

2)

Selatan

:

Desa Janti, Kecamatan Wates

3)

Timur

:

Desa Silir, Kecamatan Wates

4)

Bara

: Kelurahan Betet, Kecamatan Pesantren commit to user

58 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Jumlah Kelurahan

: 4 kelurahan

1)

Kelurahan Ketami

2)

Kelurahan Tempurejo

3)

Kelurahan Ngletih

4)

Kelurahan Bawang Sedangkan data sarana dan prasarana Puskesmas Ngletih sebagai berikut :

a.

Sarana Kesehatan

1)

Puskesmas Pembantu

: 3 buah

2)

Bidan Praktek Swasta

: 3 orang

b.

Data Fisik Puskesmas

1)

Ruang Loket

2)

Ruang UGD

3)

Ruang Operasi

4)

Ruang Rawat Inap

5)

Ruang Poli Umum

6)

Ruang Poli KIA

7)

Ruang Bersalin

8)

Ruang Nifas

9)

Ruang Gizi

10)

Ruang Imunisasi

11)

Ruang Poli Gigi

12)

Ruang Laboratorium

13)

Ruang Poli TB

commit to user

59 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

14)

Ruang Radiologi

15)

Ruang Pertemuan

16)

Ruang Data

17)

Ruang IPS (Instalasi Perbaikan Saluran listrik)

18)

Mushola

19)

Dapur ( Sumber : Data Profil Puskesmas Ngletih )

b.

Tenaga Puskesmas Tabel 4.1 : Data Tenaga kesehatan Puskesmas Ngletih No Jenis Tenaga Nama Pustu Ketami

Tempurejo

Ngletih

Bawang

1.

Dokter Umum

1

1

2

1

2.

Dokter gigi

-

-

2

-

3.

Bidan

3

3

3

3

4.

Perawat

1

1

18

1

Sumber : Laporan Semesteran Sarana dan Prasarana Puskesmas Ngletih bulan Oktober tahun 2010.

Tabel 4.2 Data Partisipasi Masyarakat Puskesmas Ngletih No Jenis Tenaga Kelurahan

1.

Kader

Ketami

Tempurejo

Ngletih

Bawang

27

32

22

42

Kesehatan 2.

Guru UKS

5

5

5

5

3.

Kader

25

30

20

40

Posyandu/ P4K Sumber : Laporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Puskesmas Ngletih bulan Oktober tahun 2010. commit to user

60 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Adapun data cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai berikut : Tabel 4.3 Data Cakupan pelayanan KIA Puskesmas Wilayah Ngletih No Jenis Kegiatan Kelurahan Ketami

Tempurejo

Ngletih

Bawang

1.

Sasaran Ibu Hamil

58

59

30

75

2..

Jumlah

50

66

25

78

50

60

25

78

hamil

14

28

16

39

hamil

9

18

3

21

3

5

-

6

7

16

5

5

oleh

50

59

25

78

Persalinan nakes di

50

59

25

78

46

59

23

74

ibu

hamil

kontak pertama kali dengan nakes 3.

Jumlah ibu hamil 4x kunjungan

4.

Jumlah

ibu

resiko tinggi 5.

Jumlah

ibu

dengan Hb < 11gr % 6.

Jumlah

ibu

hamil

dengan LILA < 23,5 cm 7.

Jumlah

ibu

hamil

dengan

komplikasi

kebidanan 8.

Persalinan nakes

9.

fasilitas kesehatan 10.

Pelayanan Nifas

Sumber : Laporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Puskesmas Ngletih bulan Oktober 2010.

commit to user

61 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.4 Data Penerapan P4K di wilayah kerja Puskesmas Ngletih No Jenis Kegiatan Kelurahan

1.

Ketami

Tempurejo

Ngletih

Bawang

50

66

25

78

dan

50

66

25

78

donor

111

144

68

163

Ambulan desa/

103

134

55

159

Pendataan, penandaan dan pemetaan bumil

2.

Tabulin Dasolin

3.

Calon darah

4.

transportasi Sumber : Dokumentasi kegiatan P4K Wilayah Kerja Puskesmas Ngletih bulan Oktober tahun 2010.

Sedangkan data derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ngletih sebagai berikut : Tabel 4.5 Data Derajat Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ngletih No Jenis Kegiatan Kelurahan Ketami Tempurejo Ngletih Bawang 1. Kematian ibu 0 0 0 0 2. Kematian perinatal 0 0 0 0 3. Kematian neonatal 0 0 0 0 4. Lahir hidup 50 59 25 77 5. Lahir mati 0 0 0 1 6. Kematian bayi 0 0 0 0 7. Kematian balita 0 0 0 0 Sumber : Laporan bulanan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Puskesmas Ngletih bulan oktober tahun 2010. commit to user

62 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.6 Data bidan di wilayah Puskesmas Ngletih yang sudah mendapatkan peningkatan ketrampilan. No 1 2

Jenis Pelatihan

Jumlah Bidan

Asuhan Persalinan Normal Asfiksia

12

Jumlah yang mendapat Pelatihan 5

12

5

Sumber : Laporan Semesteran Sarana dan Prasarana Puskesmas Ngletih bulan Oktober 2010. . Tabel 4 .7 Data kader yang sudah mendapatkan pelatian P4K No Jenis Kegiatan Kelurahan Ketami

Tempurejo

Ngletih

Bawang

1.

Desa Siaga

10

10

10

10

2.

P4K

25

30

20

40

Sumber : Laporan bulanan P4K di masing- masing kelurahan bulan Oktober tahun 2010.

B. 1.

Penerapan

Program

Temuan Penelitian Perencanaan

persalinan

dan

Pencegahan

Komplikasi (P4K). a.

Pengertian Setelah peneliti melakukan wawancara pada tanggal 10 Oktober 2010 pukul 08.30 WIB dengan bidan T, didapatkan hasil bahwa makna Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan komplikasi (P4K) adalah suatu kegiatan dimasyarakat dengan melibatkan peran aktif suami atau keluarga dan masyarakat yang dilaksanakan oleh kader dengan bimbingan bidan commit to user wilayah untuk melaksanakan pendataan pada semua ibu hamil, setelah ada

63 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kesepakatan

dilakukan

pemasangan stiker agar persalinannya dapat

direncanakan sehingga bisa mencegah terjadinya komplikasi baik ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas dan setiap bulan hasilnya dilaporkan kebidan wilayah. Menurut bidan D, pengertian program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi adalah suatu kegiatan atau program pemerintah yang sangat baik untuk mencegah terjadinya komplikasi baik pada waktu hamil, persalinan dan nifas. Menurut tokoh masyarakat bapak M, pengertian P4K adalah program pemerintah yang sangat bagus untuk menurunkan angka kematian ibu. Menurut kader Ny N, bahwa program P4K sangat bagus, itu merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat tapi sekaligus menggugah atau menumbuhkan rasa kepedulian masyarakat terhadap sesama khususnya kaum perempuan yang hamper semuanya mengalami proses persalinan. (Sumber: wawancara pada bidan, kader, tokoh masyarakat di lapangan).

b.

Tujuan

1)

Tujuan Umum Hasil wawancara dari bidan T, D dan kader Ny E, diperoleh pendapat yang sama bahwah tujuan umum penerapan P4K adalah meningkatkan cakupan ibu hamil dengan K1 dan K4 sampai dengan persalinan, dengan melibatkan peran aktif suami dan keluarga untuk dapat merencanakan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

64 digilib.uns.ac.id

persiapan persalinan yang aman sehingga ibu dan bayi lahir sehat dan selamat. (Sumber : wawancara dengan bidan dan kader wilayah Puskesmas Ngletih).

2).

Tujuan Khusus Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada bidan T, bahwa tujuan khusus penerapan P4K adalah sebagai berikut :

a)

Terdatanya ibu hamil dan terpasang stiker di depan rumah ibu hamil masing -masing yang isinya : nama ibu, taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah.

b)

Adanya perencanaan persalinan termasuk pemakaian alat kontrasepsi 42 hari pasca bersalin sesuai dengan kesepakatan antara ibu hamil, suami dan bidan yang dituangkan dalam surat pernyataan.

c)

Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat bila terjadi komplikasi kebidanan.

d)

Meningkatnya kepedulian tokoh masyarakat, kader, suami atau keluarga dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi Sedangkan menurut kader Ny N, tujuan penerapan P4K adalah terdatanya semua ibu hamil dan dipasang stiker agar persalinan aman dan selamat, apabila ada resiko tinggi dan komplikasi secepatnya diketahui dan di rujuk ke bu bidan atau Rumah Sakit. (Sumber : wawancara dari bidan, kader dan tokoh masyarakat wilayah kerja puskesmas Ngletih ). commit to user

65 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c.

Manfaat Penerapan P4K adalah : Peneliti melakukan wawancara 10 Oktober 2010 pukul 9.30 WIB kepada

bidan T, kader Ny E dan tokoh masyarakat bapak M, dan dilakukan observasi dilapangan pukul 11.00 WIB, bahwa manfaat penerapan P4K diperoleh jawaban hampir sama yaitu meningkatnya cakupan ibu hamil dengan K1 dan K4, meningkatnya cakupan ibu bersalin di tenaga kesehatan, tertanganinya kejadian komplikasi secara dini, meningkatkan peserta KB pasca persalinan, terpantaunya kejadian kesakitan dan kematian ibu, menurunnkan

kejadian kesakitan dan

kematian ibu, meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan yang ada dilingkungannya dibuktikan banyaknya pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan oleh kader P4K. (Sumber: Dokumen P4K, wawancara kader P4K dan observasi dilapangan).

d.

Sasaran Penerapan P4K adalah :

1)

Kepala Puskesmas.

2)

Bidan wilayah.

3)

Kader P4K

4)

Forum peduli KIA ( Forum P4K atau posyandu dan lain sebagainya) (Sumber : wawancara pada kader P4K).

commit to user

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

e.

Kegiatan Penerapan P4K meliputi :

1)

Pendataan ibu hamil dengan Stiker Setelah melihat dokumen dari pencatatan pelaporan kegiatan P4K peneliti melakukan wawancara dengan kader Ny N dan Ny E pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul 08.30 WIB, kemudian observasi dilapangan pukul 9.30 WIB, bahwa semua ibu hamil didata oleh kader P4K dengan cara : Dalam kegiatan di kelurahan Ketami, kelurahan Tempurejo, kelurahan Ngletih, kelurahan Bawang di masing – masing kelompok RW terdapat 5 kader P4K, dari 5 kader ini salah satunya sebagai ketua atau koordinator tetapi dilapangan mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau kesehatan ibu hamil di wilayah kelompok RW masing – masng. Pertama-tama kader P4K mempunyai kesepakatan dengan pembagian tugas, yaitu semua kader mendata ibu hamil dengan kunjungan rumah kerumah kemudian setelah ibu hamil terdata dan dengan motivasi maksud dan tujuan dari pendataan dilakukan kesepakatan pemasangan stiker didepan rumahnya dan ditempelkan didepan cendela atau didepan pintu. Setelah tercatat dan telah dilakukan pemasangan stiker menyambut persalinan aman sebagai bukti adalah pernyataan rencana persalinan. Selain itu ditandai juga dengan bendera sesuai dengan faktor resiko. Bendera warna merah untuk ibu hamil beresiko tinggi dan bendera warna hijau untuk ibu hamil beresiko rendah, kemudian dipetakan menurut lokasi ibu hamil sehingga jika terjadi komplikasi kebidanan, petugas bisa langsung commit to user

67 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

mendeteksi dan memantau perkembangan kesehatan ibu hamil sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Salah satu contoh, yaitu ada buku pendataan ibu hamil yang isinya nama ibu, nama suami, umur, pekerjaan, hamil anak ke berapa, riwayat kehamilan pernah abortus atau lahir premature, menstruasi terakhir, perkiraan persalinan, golongan darah, rencana persalinan dimana, periksa di bidan atau dokter, dapat buku KIA atau tidak, sudah dipasang stiker, donor darah siapa, transportasi, melahirkan dimana, tanggal berapa, ditolong bidan atau dokter, lahir secara nolmal atau tindakan, rencana KB apa, keterangan bisa diisi ibu atau bayi meninggal dan lain – lain. (Sumber : Pencatatan dan Pelaporan P4K, wawancara pada kader P4K dan observasi dilapangan).

2)

Tabulin (Tabungan Ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin). Setelah peneliti melihat dokumen P4K di masing – masing kelurahan pada kegiatan penggalangan Tabulin dan Dasolin pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul 9.00 WIB sudah tercatat, bisa dilihat hampir semua ibu hamil menabung. Cara dan jumlah tabungan

sangat variatif, atas saran dan

motivasi dari kader untuk mencegah jangan sampai terjadi gangguan psikologis pada waktu proses persalinan maka biaya dan lain – lain untuk kebutuhan pada waktu persalinan harus sudah dipersiapkan. Tabungan ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri, dikelurahan Ketami ada yang setiap bulan menabung Rp 5000,00; ada yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

68 digilib.uns.ac.id

Rp 10.000,00; ada yang Rp 25.000,00; dikelurahan Tempurejo setiap bulan ada yang menabung Rp 5000,00; ada yang Rp 10.000,00; ada yang Rp 15.000,00 dan ada yang Rp 50.000,00; dikelurahan Ngletih setiap bulan ada yang menabung Rp 5000,00; ada yang Rp 10.000,00; ada yang Rp 20.000,00 dan dikelurahan Bawang ada yang Rp 5000,00; ada yang Rp 15.000,00; ada yang 13.000,00 dan ada Rp 20.000,00. Disamping itu, ada juga yang menabung dirumah baik berupa barang maupun uang yang penting disiapkan sesuai biaya persalinan normal kurang lebih Rp 700.000,00 tetapi bagi ibu hamil yang mampu tidak masalah karena dana sudah tersedia dan ditabung di bank. Bagi ibu hamil yang kurang mampu untuk menabung disesuaikan dengan kemampuan baik dirumah maupun di kader P4K dan apabila sudah melahirkan, uang tabungan tersebut diberikan semua pada ibu penabung tanpa dikurangi. Untuk memenuhi kebutuhan operasional P4K juga untuk membantu ibu bersalin yang kurang mampu kader P4K di setiap kelurahan juga mencari dana lagi yaitu dari uang jimpitan yang dipeoleh pada waktu ada kegiatan posyandu dan pada waktu ada pertemuan PKK dan pertemuan kader kesehatan. Selain itu, kader juga mencari dana donator dari masyarakat setempat yang dianggap mampu dan mau menyumbangkan uang atau barang dengan sukarela dan ikhlas guna membantu biaya persalinan bagi ibu hamil yang kurang mampu dengan sebutan dana sosial ibu bersalin (Dasolin), tetapi kader tidak dapat menemukan donator tetap untuk menambah dana Dasolin. commit to user

69 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dengan terkumpulnya dana dasolin dari jimpitan masyarakat sampai sekarang, bagi keluarga ibu hamil yang kurang mampu bila bersalin berhak mendapatkan bantuan dari dana dasolin sesuai dengan plafon yang sudah disepakati dari kelompok kader P4K di masing – masing kelurahan. Untuk kelurahan Ketami terkumpul dana dasolin sampai dengan bulan Oktober 2010 sebesar Rp 510.000,00 dan besaran plafon perorang Rp 20.000,00; kelurahan Tempurejo sampai bulan Oktober terkumpul Rp 425.000,00 dan plafon perorang Rp 25.000,00; kelurahan Bawang sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 321.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 10.000,00; kelurahan Ngletih sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 483.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 15.000,00. Untuk biaya persalinan bagi yang mampu tidak ada kendala tetapi bagi ibu bersalin yang tidak mampu juga dapat bantuan dari pemerintah melalui Jamkesmas atau Jamkesda. (Sumber: Data pencatatan pelaporan P4K kelurahan, wawancara kader dan observasi dilapangan). 3)

Calon Donor Darah Selain melihat data dari pencatatan dan pelaporan, peneliti juga melakukan

wawancara dengan kader P4K dan tokoh masyarakat yang

menjadi calon donor darah pada tanggal 16 Oktober 2010, pukul 9.30 WIB. Setiap ibu hamil direncanakan mendapat dua calon donor darah, golongan darah harus sama dengan golongan darah ibu hamil, kenyataan setelah dilakukan observasi dilapangan jam 10.15 WIB, yang menjadi calon donor darah adalah dari keluarga ibu hamil itu sendiri. Di masing – masing commit to user

70 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kelurahan, kader P4K melakukan pendataan, setelah didata siapa saja yang mau menjadi calon donor darah kemudian dilakukan pemeriksaan golongan darah

dari

tim

kesehatan

puskesmas

biaya

gratis

dan

sebagai

penanggungjawab adalah bidan wilayah masing – masing kelurahan dan setiap calon donor darah menandatangani surat pernyataan bahwa sanggup menjadi pendonor darah apabila sewaktu waktu dibutuhkan. Dari pemeriksaan itulah bisa diketahui bahwa sebagai calon donor darah kebanyakan dari keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada pendonor tetap yaitu setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11 orang, kelurahan tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan Bawang 18 orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan oktober diwilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan salah satunya adalah kasus perdarahan dari kelurahan Bawang, karena keadaan tersebut membutuhkan waktu cepat dan adekuat

dalam

penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini dipenuhi dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Kediri. Jadi, untuk calon donor di wilayah puskesmas Ngletih belum berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh program P4K, oleh karena itu untuk ibu hamil yang mampu bisa langsung membeli tetapi bagi ibu hamil yang tidak mampu gratis karena diganti oleh pemerintah melalui kartu Jamkesmas atau Jamkesda untuk pemenuan kebutuhan darah bagi ibu hamil yang membutuhkan tranfusi darah. Dan hasil wawancara dengan kepala Puskesmas tanggal 11 Nopember kelihatannya di Rumah Sakitpun di Kota Kediri baru bulan Nopember 2010 commit to user

71 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

ada Mou dengan Palang Merah Indonesia tentang Bank darah di setiap Rumah Sakit. (Sumber: Data pencatatan pelaporan P4K kelurahan, wawancara kader, kepala Puskesmas dan observasi dilapangan). 4)

Ambulan Desa atau Transportasi Sementara melihat dari data atau dokumen P4K, peneliti juga melakukan wawancara dengan kader P4K pada tanggal 16 oktober 2010 pukul 9.30 WIB, dan dilakukan obsevasi dilapangan pukul 16.00 WIB, dengan ibu hamil Ny F dan calon transportasi bapak H, setiap ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Ngletih dipersiapkan dua calon transportasi, yang pertama adalah suami yang kedua adalah saudara atau keluarga. Selain itu di masing – masing kelurahan juga ada Ambulan desa yang mana semua warga

yang

punya

mobil

didata

kemudian

dengan

kesepakatan

menandatangani surat pernyataan untuk bersedia mengantar sewaktu waktu ibu mau melahirkan atau terjadi kegawadaruratan. Jumlah ambulan desa mobil di kelurahan Ketami 3 buah, kelurahan Tempurejo 2 buah, kelurahan Bawang 4 buah dan kelurahan Ngletih 5 buah. Sampai bulan Oktober 2010 dengan jumlah ibu melahirkan untuk kelurahan Ketami 50 orang, kelurahan Tempurejo 59 orang, kelurahan Ngletih 25 orang dan kelurahan Bawang 78 orang. Dalam proses transportasi untuk mengantar ibu mau melahirkan

ketempat pelayanan kesehatan selain

diantar oleh suami atau keluarga juga dapat menggunakan fasilitas ambulan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

72 digilib.uns.ac.id

desa yang sudah dipersiapkan, semua itu dapat teratasi dengan lancar tidak ada kendala. Sebagai contoh di kelurahan Bawang pada bulan Juni 2010 setelah dilakukan crosscheck dilapangan atas nama Ny E, umur 34 tahun ibu hamil anak ketiga dengan usia kehamilan 9 bulan mengalami komplikasi kebidanan karena kasus perdarahan dan tidak mungkin diantar suami memakai sepeda motor maka segera menghubungi ambulan desa untuk mengantar agar secepatnya mendapat pertolongan

di Rumah Sakit

Gambiran Kediri. Di Kelurahan Ketami, Tempurejo, dan Ngletih Ambulan desa belum pernah dipakai, karena selain dekat puskesmas juga bukan merupakan kasus kegawadaruratan obstetri yang membutuhkan pertolongan cepat misalnya ketuban pecah dini, pre eklamsi, serotinus, cepalo pelvic disproportion (CPD), kehamilan premature, abortus, post seksio. (Sumber: Dokumen P4K, wawancara dan observasi dilapangan ).

2.

Keberhasilan yang dicapai dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan P4K.

a.

Keberhasilan Penerapan P4K

1)

Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil Dilihat dari data laporan P4K dan peneliti juga melakukan wawancara dan sekaligus observasi kelapangan pada tanggal 10 Oktober pukul 10.00 WIB, bahwa semua ibu hamil sudah tercatat dan dipasang stiker P4K didepan rumahnya, terbukti dengan jumlah kesenjangan antara target commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

73 digilib.uns.ac.id

dengan cakupan yang rendah. Untuk tenaga kader P4K dilapangan telah memenuhi kebutuhan, yaitu satu kelompok RW 5 kader P4K dan salah satunya menjadi ketua atau koordinator. Setiap bulan melaksanakan pendataan, penandaan dan pemetaan dan dilaporkan ke bidan wilayah. Pencatatan dan pelaporan yang ada begitu lengkap dan terinci dengan hasil cakupan yaitu di Kelurahan Ketami sampai dengan Oktober 2010 tercapai 86,21% (50 ibu hamil dari 58 target ibu hamil), kelurahan tempurejo melampaui target sebesar 11,86% (66 ibu hamil dari 59 target ibu hamil), Kelurahan Ngletih pencapaian ibu hamil sebesar 83,33% (25 ibu hamil dari 30 target ibu hamil) dan untuk Kelurangan Bawang pencapaian ibu hamil melebihi target sebesar 4% (78 ibu hamil dari 75 target ibu hamil). Ditinjau dari sumber daya yang ada, baik tenaga kesehatan (Bidan) maupun tenaga kader P4K yang ada di lapangan cukup terpenuhi. Secara ideal satu kelurahan satu bidan, namun pada kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ngletih rata-rata 3 orang Bidan. Untuk tenaga kader P4K dilapangan telah memenuhi kebutuhan. (Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara).

2).

Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu bersalin). Keberhasilan dari kegiatan tabulin dan dasolin

peneliti melihat

dokumen P4k dari empat kelurahan pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB dan melakukan observasi dilapangan pukul 11.00 WIB bahwa commit to user

74 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kegiatan berjalan baik dan lancar. Hal ini ditunjukkan dengan terpenuhinya pembiayaan persalinan, baik secara pribadi maupun dengan memakai fasilitas bantuan Pemerintah berupa Jamkesmas atau Jamkesda. Tabungan ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri, dikelurahan Ketami ada ibu hamil yang setiap bulan menabung Rp 5000,00 ada yang Rp 10.000,00 ada yang Rp 25.000,00; dikelurahan Tempurejo setiap bulan ada yang menabung Rp 5000,00 ada yang Rp 10.000,00 ada yang Rp 15.000,00 dan ada yang Rp 50.000,00; di kelurahan Ngletih setiap bulan ada yang menabung Rp 5000,00 ada yang Rp 10.000,00 ada yang Rp 20.000,00 dan dikelurahan Bawang ada yang Rp 5000,00 ada yang Rp 15.000,00 ada yang 13.000,00 dan ada yang Rp 20.000,00. Bahkan bagi keluarga ibu bersalin yang kurang mampu juga mendapat bantuan atau santunan dari dana Dasolin sesuai dengan kemampuan yaitu kelurahan Ketami terkumpul dana Dasolin sampai dengan bulan Oktober 2010 sebesar Rp 510.000,00 dan besaran plafon perorang Rp 20.000,00; kelurahan Tempurejo sampai bulan Oktober terkumpul Rp 425.000,00 dan plafon perorang Rp 25.000,00; kelurahan Bawang sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 321.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 10.000,00; kelurahan Ngletih sampai bulan Oktober 2010 terkumpul Rp 483.000,00 dan plafon perorang sebesar Rp 15.000,00. Dana dasolin sudah dipergunakan untuk memberikan santunan pada ibu bersalin yang kurang mampu di kelurahan Ketami sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo commit to user

75 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sebanyak 7 orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang sebanyak 16 orang. (Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara ). 3)

Calon Donor Darah. Dari hasil penelitihan dilihat dari dokumen P4K dan wawancara pada kader P4K tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB, empat kelurahan untuk kegiatan penggalangan calon donor darah sampai dengan Oktober 2010 belum berjalan sesuai dengan harapan dari kegiatan P4K meskipun telah tercatat sesuai kebutuhan, yaitu satu orang ibu hamil dengan dua orang calon donor darah, tetapi

belum ada ibu bersalin yang membutuhkan

tranfusi darah diambil dari calon donor darah yang sudah dipersiapkan semua dipenuhi oleh palang merah Indonesia (PMI) dan sampai dengan bulan Oktober 2010 semua kasus komplikasi dapat tertangani dan tidak terjadi kematian. Setelah dilakukan observasi dilapangan tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.30 WIB,

bahwa sebagai calon donor darah kebanyakan dari

keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada pendonor tetap yaitu setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11 orang, kelurahan tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan Bawang 18 orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan Oktober diwilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan salah satunya adalah ada seorang ibu hamil dengan kasus perdarahan dengan diagnose plasenta previa dari kelurahan Bawang yang terjadi pada bulan Juni 2010, karena keadaan tersebut membutuhkan waktu cepat dan adekuat dalam commit to user

76 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini dipenuhi dari Palang Merah Indonesia (PMI). Dan hasil wawancara dengan kepala Puskesmas tanggal 11 Nopember kelihatannya di Rumah Sakitpun di Kota Kediri baru bulan Nopember 2010 ada Mou dengan Palang Merah Indonesia tentang Bank darah di setiap Rumah Sakit. Alhamdulillah dengan keadaan ibu dan anak dibisa tertangani dan sehat sampai sekarang. (Sumber : Dokumen P4K kelurahan dan wawancara dengan kader dan Kepala Puskesmas). 4)

Ambulan Desa atau Transportasi. Sedangkan untuk penggalangan transportasi atau

ambulan desa

setelah peneliti melihat dokumen P4K pada tanggal 16 Oktober 2010 pukul 10.00 WIB sudah berjalan dengan baik. Terbukti dari jumlah transportasi atau ambulan desa di kelurahan Ketami 103 buah, kelurahan Tempurejo 134 buah, kelurahan Bawang 55 buah dan kelurahan Ngletih 159 buah. Sampai bulan oktober 2010 dengan jumlah ibu melahirkan untuk kelurahan Ketami 50 orang, kelurahan Tempurejo 59 orang, kelurahan Ngletih 25 orang dan kelurahan Bawang 78 orang. Kemudian dilakukan observasi dilapangan pukul 16.30 WIB, diwilayah kerja

Puskesmas Ngletih kebanyakan

kebutuhan transportasi ibu bersalin terpenuhi oleh suami atau keluarga. Sedangkan ambulan desa digunakan untuk kebutuhan transportasi mendadak yang membutuhkan posisi tidur dan penanganan cepat seperti kasus yang terjadi di kelurahan Bawang. commit to user

77 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan harus mendapatkan penanganan serius di Rumah Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa yang tersedia, maka transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar ibu hamil

untuk secepatnya mendapatkan pertolongan pada tempat

pelayanan kesehatan yang cepat dan adekuat. Semua itu dilakukan oleh pemilik ambulan desa dengan ikhlas tanpa pengganti uang transportasi. Dengan uraian diatas dan data yang ada terlihat bahwa dengan adanya program P4K dapat mencegah keterlambatan dalam rujukan sekaligus dapat mengurangi resiko kematian pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Dan di wilayah Puskesmas Ngletih, sampai dengan Oktober 2010 tidak ada kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas (0). (Sumber: Dokumen P4K kelurahan dan wawancara)

b.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan P4K adalah :

1)

Faktor Internal

a)

Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan terlaksana pertemuan kader P4K yang dilaksanakan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, tempat di balai kelurahan masing – masing bersama bidan wilayah yang selalu memberikan pembinaan baik administrasi P4K maupun memberikan materi – materi yang di anggap penting diketahui oleh kader khususnya dalam kegiatan P4K yaitu cara menyekor faktor resiko pada ibu hamil dan lain – lain yang mengacu pada buku KIA. Contoh cara menyekor memakai kartu skor Poedji Rochjati adalah : ibu hamil datang anak kedua commit to user

78 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

yang hamil pertama abortus pada usia kehamilan 3 bulan, hamil ini usia kehamilan 6 bulan keadaan ibu dan bayi sehat. Dengan keadaan ibu hamil seperi ini kader hanya boleh atau bisa menilai faktor resiko dengan memakai kartu skor Poedji Rochjati sebagai berikut : Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang I

II

KEL. F.R.

NO.

( Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI ) III Masalah / Faktor Resiko SKOR

Skor Awal Ibu Hamil Telalu muda, hamil < 16 th Terlalu tua, hamil > 35 th Terlalu lambat hamil I, kawin > 4tahun 3 Terlalu lama hamil lagi (>10 th ) 4 Terlalu cepat hamil lagi ( < 2 th ) 5 Terlalu banyak anak, 4/ lebih 6 Terlalu tua, umur > 35 th 7 Terlalu pendek <145 cm 8 Pernah gagal kehamilan 9 Pernah melahirkan dengan : a. Tarikan / vacuum b. Uri dirogah c. Diberi infus / Tranfusi 10 Pernah operasi sesar II 11 Penyakit pada ibu hamil : a. Kurang darah b. Malaria c. TBC Paru d. Payah Jantung e. Kencing manis ( Diabetes ) f. Penyakit Menular Seksual 12 Bengkak pada muka / tungkai dan tekanan darah tinggi 13 Hamil kembar 2 atau lebih 14 Hamil kembar air ( hydramnion ) 15 Kehamilan lebih bulan 16 Bayi mati dalam kandungan 17 Letak sungsang 18 Letak Lintang III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 20 Preeklamsi berat / kejang-2 JUMLAH SKOR Bila SKOR 14 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/DSOG I

1 2

commit to user

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4

IV Tribulan III. I II 1

III. 2

4

4

4

4

4

4

4

4

10

10

10

10

4 4 4 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 8 8 8 8

79 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hanya itu yang bisa di deteksi atau dicatat oleh kader yang selanjutnya dianjurkan segera periksa ke puskesmas atau bidan terdekat dan dilanjutkan oleh bidan sesuai hasil pemeriksaan. (Sumber: wawancara dan observasi dilapangan) b)

Jumlah kader P4K dari masing – masing kelompok RW berjumlah 5 orang dan salah satunya menjadi ketua atau koordinator tetapi di lapangan mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau kesehatan ibu hamil di wilayah masing – masing kelompok RW. Bisa dilihat dibuku absen dan wawancara pada kader P4K. (Sumber: wawancara kader dan dokumen P4K kelurahan)

c)

Sesuai hasil wawancara dan observasi dikelurahan maka diketahui peneliti bahwa ketua pengurus P4K dari masing – masing kelurahan bersama bidan wilayah selalu mengadakan pendekatan kepada perangkat kelurahan mengingat seringnya pergantian kepala desa, dalam 3 tahun terakhir ini terjadi 2 kali pergantian kepala kelurahan. Setiap pergantian kepala kelurahan bidan wilayah bersama kader memberikan informasi dengan menjelaskan

bahwa kegiatan bidang kesehatan yang ada dikelurahan

khususnya kegiatan P4K baserta cara pelaksanaannya. Agar semua kegiatan dalam pemberdayan masyarakat selalu mendapat dukungan dari pemerintah kelurahan. (Sumber: Dokumen P4K dan wawancara kader serta observasi lapangan) d)

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan bidan dan kader, maka diketahui bahwa kader P4K dalam melaksanakan tugas commit to user

di masyarakat

80 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dengan rasa sukarela dan ikhlas. Kegiatan berjalan tanpa ada imbalan karena semua merupakan ibadah yang dapat menolong kepada sesama dan kader mendapat pahala dari Tuhan yang Maha Esa kecuali bila ada undangan pelatihan atau pertemuan baik di Dinas Kesehatan maupun mungkin diluar kota itu memang mendapat uang saku. (Sumber: wawancara kader serta observasi lapangan). e)

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan kader P4K setiap bulan, hal itu bisa dilihat dari buku administrasi P4K seperti buku rencana kegiatan, buku kegiatan, buku pendataan, penandaan dan pemetaan, buku Tabulin dan Dasolin, buku

penggalangan calon donor darah, buku penggalangan

ambulan desa atau transportasi, buku tamu, buku absen kader, buku kas, buku data pasien yang mendapat bantuan dari dana dasolin, buku notulen dan arsip laporan bulanan P4K masing – masing kelurahan. Setiap bulan kader P4K melaporkan kegiatannya ke bidan wilayah. (Sumber : wawancara kader serta observasi lapangan). 2)

Faktor Eksternal

a)

Bantuan biaya persalinan dari pemerintah melalui jamkesmas dan jamkesda bagi ibu yang kurang mampu dapat dilihat dari laporan jumlah ibu bersalin yang mendapat bantuan dari dana dasolin. Berdasarkan laporan, di kelurahan Ketami ada sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo sebanyak 7 orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang sebanyak 16 orang. commit to user

81 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b)

Tingginya rasa kepedulian dari masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkunganya. Kader P4K dalam melaksanakan tugas di masyarakat dengan rasa sukarela dan ikhlas. Kegiatan berjalan tanpa ada imbalan karena semua merupakan ibadah yang dapat menolong kepada sesama dan kader mendapat pahala dari Tuhan yang Maha Esa, kecuali bila ada undangan pelatihan atau pertemuan baik di Dinas Kesehatan maupun mungkin diluar kota itu memang mendapat uang saku.

c).

Adanya peran aktif dari ibu hamil, suami dan keluarga sehingga tidak terjadi keterlambatan apabila ada komplikasi kebidanan. Sebagai contoh seperti kasus yang terjadi di kelurahan Bawang. Seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan harus mendapatkan penanganan serius di Rumah Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa yang tersedia, maka transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar ibu hamil untuk secepatnya mendapatkan pertolongan pada tempat pelayanan kesehatan yang cepat dan adequat. (Sumber : wawancara kader serta observasi lapangan ).

3.

Kedala – Kedala dalam Penerapan P4K : Peneliti melakukan wawancara pada kader P4K ditemukan kendala dalam

penerapan P4K adalah : a.

Tidak ada dana untuk transportasi kader pada waktu pendataan, penandaan dan pemetaan. commit to user

82 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Pada ibu 42 hari setelah bersalin kurang lebih 40% tidak mau memakai alat atau obat kontrasepsi karena kepercayaan yang beranggapan bahwa bila ibu setelah bersalin belum menstruasi dan ikut KB itu berbahaya karena darah belum keluar bisa menyebabkan penyakit.

c.

Kader sudah berusaha mencari tambahan untuk dana dasolin melalui kunjungan rumah bagi orang yang diaggap mampu dapat menjadi donator tetap, tetapi tidak berhasil sehingga hanya memberikan bantuan dana dasolin dari jimpitan warga saja.

d.

Tidak adanya bank darah di kelurahan. Juga tidak ada kesepakatan antara kepala kelurahan dengan PMI, bahwa pendonor darah rutin bukan merupakan tabungan darah yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk membantu apabila ada masyarakat setempat yang membutuhkan transfusi darah.

e.

Meskipun ada pendonor tetap, tetapi pasien tetap bayar Rp 175.000 alasan untuk mengganti kolpeknya. (Sumber: wawancara kader serta observasi lapangan).

C. Pembahasan 1.

Penerapan

Program

Perencanaan

persalinan

dan

Pencegahan

Komplikasi (P4K). a.

Pengertian Berdasarkan hasil wawancara pada Kader P4K, tanggal 10 Oktober 2010,

pukul 09.00 WIB dan dokumen Kader, diperoleh bahwa yang dimaksud dengan commit to user

83 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Program Perencanaan persalinan dan Pencegahan komplikasi (P4K) adalah suatu kegiatan dimasyarakat dengan melibatkan peran aktif suami atau keluarga dan masyarakat yang dilaksanakan oleh kader dengan bimbingan bidan wilayah untuk melaksanakan pendataan pada semua ibu hamil, setelah ada kesepakatan dilakukan pemasangan stiker agar persalinannya dapat direncanakan sehingga tidak terjadi keterlambatan apabila ada kelainan. Sedangkan menurut teori yang dikutip dari Depkes RI 2009, pengertian Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa/kelurahan dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan Keluarga Berencana pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir. Dari hasil wawancara dan teori yang ada, maka ada sinkronisasi tentang pengertian P4K, yakni suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau kelurahan dengan pemasangan stiker yang difasilitasi oleh Bidan Wilayah dalam rangka peningkatan kesehatan ibu hamil agar persalinannya aman dan tidak mengalami komplikasi kebidanan serta dapat merencanakan program keluarga berencana pasca persalinan.

commit to user

84 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Tujuan

1)

Tujuan Umum Berdasarkan wawancara dengan Kader P4K diketahui bahwa tujuan Umum P4K adalah meningkatkan cakupan ibu hamil dengan K1 dan K4 sampai dengan persalinan, dengan melibatkan peran aktif suami dan keluarga untuk dapat merencanakan persiapan persalinan yang aman sehingga ibu dan bayi lahir sehat dan selamat. Berdasarkan

teori, tujuan umum dari P4K adalah meningkatkan

cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan

peran

aktif

keluarga dan

masyarakat

dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat (Depkes RI, 2009). Hal di atas terlihat bahwa tujuan P4K telah dipahami oleh kader, yaitu meningkatkan kesehatan ibu hamil sampai dengan persalinan, yang melibatkan peran aktif suami dan keluarga agar persalinannya aman sehingga ibu dan bayi lahir sehat dan selamat. Hal ini juga didukung oleh adanya pembinaan kader P4K dan kader kesehatan oleh petugas kesehatan/ Bidan Wilayah melalui pertemuan rutin setiap bulan dibalai kelurahan masing - masing. 2)

Tujuan Khusus Tujuan khusus P4K yang diutarakan Kader saat wawancara, antara lain sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

a)

85 digilib.uns.ac.id

Terdatanya ibu hamil dan terpasangnya stiker di depan rumah ibu hamil masing – masing, yang isinya : nama ibu, taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah.

b)

Adanya perencanaan persalinan termasuk pemakaian alat kontrasepsi 42 hari pasca bersalin sesuai dengan kesepakatan antara ibu hamil, suami dan bidan yang dituangkan dalam surat pernyataan.

c)

Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat bila terjadi komplikasi kebidanan.

d)

Meningkatnya kepedulian tokoh masyarakat, kader, suami atau keluarga dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Sedangkan berdasar teori tujuan khusus dari P4K adalah :

a)

Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.

b)

Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.

c)

Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

d)

Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, dukun bayi, kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat commit to user

86 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing. Sehingga dapat dijelaskan bahwa tujuan khusus dari P4K adalah terdatanya status ibu hamil dengan terpasangnya stiker P4K di rumah ibu hamil masing – masing, dimana didalam stiker tersebut terdapat perencanaan persalinan dan pasca persalinan antara ibu hamil, suami, keluarga dan

bidan. Dengan

adanya perencanaan

tersebut maka

pengambilan keputusan dapat lebih cepat dan tepat apabila sewaktu – waktu terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Dari sini keterlibatan masyarakat baik formal maupun non formal dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi serta perencanaan KB pasca persalinan dapat ditingkatkan.

c.

Manfaat Penerapan P4K Manfaat penerapan P4K bersadar hasil wawancara dengan Kader, ada 8

yaitu: 1)

Terlihat nyata kegiatan Desa Siaga P4K

2)

Meningkatnya cakupan ibu hamil dengan K1 dan

3)

Meningkatnya cakupan ibu bersalin ditenaga kesehatan.

4)

Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.

5)

Meningkatnya peserta KB pasca persalina

6)

Terpantaunya kejadian kesakitan dan kematian ibu.

7)

Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu. commit to user

87 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

8)

Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan yang ada dilingkungannya. Sedangkan Manfaat penerapan P4K berdasarkan teori adalah:

1)

Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.

2)

Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar.

3)

Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.

4)

Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.

5)

Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.

6)

Meningkatnya peserta KB pasca persalinan.

7)

Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

8)

Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Dari wawancara maupun teori diperoleh beberapa kesamaan bahwa manfaat penerapan P4K benar – benar dapat membantu masyarakat, khususnya bagi ibu hamil untuk meningkatan kesehatan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.

d.

Sasaran Penerapan P4K Berdasarkan teori sasaran penerpan P4K adalah :

1)

Penanggung jawab program KIA propinsi dan kabupaten/ kota.

2)

Bidan koordinator.

3)

Kepala Puskesmas.

4)

Dokter.

5)

Perawat.

commit to user

88 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

6)

Bidan.

7)

Kader

8)

Forum Peduli KIA (Forum P4K/ Pokja Posyandu, dan lainnya) Dan sasaran P4K berdasar wawancara Kader adalah :

1)

Kepala Puskesmas.

2)

Bidan wilayah.

3)

Kader P4K

4)

Forum peduli KIA ( Forum P4K atau posyandu dan lain sebagainya). Dari hal tersebut diatas terlihat adanya kesamaan antara hasil wawancara kader dengan teori yang ada sehingga dapat disimpulkan bahwa semua kader sudah mengerti dan paham benar tentang siapa saja yang merupakan sasaran dalam penerapan program P4K.

e.

Kegiatan Penerapan P4K meliputi :

1.

Pendataan ibu hamil dengan Stiker Berdasarkan

teori yang dimaksud dengan pendataan ibu hamil dengan

stiker adalah suatu kegiatan pendataan, pencatatan dan pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Kegiatan ini dilakukan melalui kunjungan rumah, yaitu kunjungan bidan/kader ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan keluarganya membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Disamping itu, untuk commit to user

89 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

memfasilitasi ibu nifas dan suaminya dalam memutuskan penggunaan alat/ obat kontrasepsi setelah persalinan sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama oleh pasangan tersebut. Setelah melakukan konseling, stiker diisi oleh bidan, kemudian stiker tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu hamil diberikan buku KIA untuk dipahami isinya. Sedangkan dari hasil wawancara, dokumen serta observasi peneliti di lapangan bahwa semua ibu hamil yang terlapor di masing- masing kelurahan memang sudah dilakukan pemasangan stiker didepan rumahnya dan ditempelkan di depan jendela atau di depan pintu. Setelah tercatat dan telah dilakukan pemasangan stiker menyambut persalinan aman sebagai bukti adalah pernyataan rencana persalinan. Selain itu ditandai juga dengan bendera sesuai dengan faktor resiko. Bendera warna merah untuk ibu hamil beresiko tinggi dan bendera warna hijau untuk ibu hamil beresiko rendah, kemudian dipetakan menurut lokasi ibu hamil sehingga jika terjadi komplikasi kebidanan, petugas bisa langsung mendeteksi dan memantau perkembangan kesehatan ibu hamil sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Hal tersebut menunjukan bahwa masing- masing kader P4K sudah mengerti dan mengetahui, mau dan mampu untuk melaksanakan tugasnya dalam kegiatan pendataan, penandaan dan pemetaan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

2.

90 digilib.uns.ac.id

Tabulin (Tabungan Ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin). Pada kegiatan penggalangan Tabulin dan Dasolin di masing – masing kelurahan sudah tercatat, bisa dilihat dari dokumen dan laporan bulanan hampir semua ibu hamil menabung, Kelurahan Ketami 50 orang, Kelurahan Tempurejo 66 orang, Kelurahan Ngletih 25 orang dan Kelurahan Bawang 78 orang. Cara dan jumlah tabungan sangat variatif, atas saran dan motivasi dari kader untuk mencegah jangan sampai terjadi gangguan psikologis pada waktu proses persalinan maka biaya dan persiapan yang lain– lain untuk kebutuhan pada waktu persalinan. Tabungan ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri ada yang setiap bulan menabung Rp 5000,00; Rp 10.000, ada yang menabung Rp 50.000,00 juga ada yang menabung dirumah yang penting disiapkan sesuai biaya persalinan normal kurang lebih Rp 700.000,00 tetapi bagi ibu hamil yang mampu tidak masalah karena dana sudah tersedia dan ditabung di bank bagi ibu hamil yang kurang mampu untuk menabung disesuaikan dengan

kemampuan baik dirumah maupun di kader P4K dan apabila

sudah melahirkan uang tabungan tersebut diberikan semua pada ibu penabung tanpa dikurangi. Untuk memenuhi kebutuhan operasional P4K juga untuk membantu ibu bersalin yang kurang mampu maka kader P4K juga mencari dana lagi yaitu dari uang jimpitan yang dipeoleh pada waktu ada kegiatan posyandu dan pada waktu ada pertemuan PKK dan pertemuan kader kesehatan. Selain commit to user

91 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

itu, kader juga mencari dana donator dari masyarakat setempat yang dianggap mampu dan mau menyumbangkan uang atau barang dengan sukarela dan ikhlas guna membantu biaya persalinan bagi ibu hamil yang kurang mampu dengan sebutan dana sosial ibu bersalin (Dasolin). Dengan terkumpulnya dana dasolin tersebut sampai sekarang bagi keluarga ibu hamil yang kurang mampu bila bersalin berhak mendapatkan bantuan dari dana dasolin sesuai dengan plafon yang sudah disepakati dari kelompok kader P4K di masing – masing kelurahan tidak sama, ada yang memberi santunan sebesar Rp 10.000,00 ada yang Rp 20.000,00 ada juga yang Rp 25.000,00. Dan plafon bisa berubah sesuai kemampuan dana dasolin di masing – masing wilayah kelurahan. Berdasarkan teori, tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga

atau

pengelola

tabulin

secara

bertahap

sesuai

dengan

kemampuannya, yang pengelolaannya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan, saat antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan. Besar simpanan / nominal, tergantung dari perkiraan biaya persalinan normal atau sesuai dengan kesepakatan. Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan prinsip gotong royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan tujuan

membantu

pembiayaan

mulai

antenatal,

persalinan,

dan

kegawatdaruratan. Sumber dana dan cara pengumpulannya ditentukan dengan kesepakatan. Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan kesepakatan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

92 digilib.uns.ac.id

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pertemuanpertemuan bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan dan penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan pelaporan dana.

3.

Calon Donor Darah Yang dimaksud Calon donor darah secara teoritis adalah orang-orang yang

dipersiapkan oleh ibu, suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu melahirkan. Syarat donor darah sukarela adalah : a)

Usia 17 sampai 60 tahun.

b)

Berat badan minimal 49 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan.

c)

Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg.

d)

Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%.

e)

Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll).

f)

Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit.

g)

Tidak mempunyai luka/infeksi.

h)

Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed consent. Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI) yang dan

melahirkan. Kebutuhan untuk keadaan ini harus cepat dipenuhi sementara waktu yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3 jam. Penggalangan calon donor darah, peneliti selain melihat data juga melakukan wawancara dengan kader P4K dan tokoh masyarakat yang menjadi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

93 digilib.uns.ac.id

calon donor darah. Setiap ibu hamil direncanakan mendapat dua calon donor darah, golongan darah harus sama dengan golongan darah ibu hamil, kenyataan dilapangan yang menjadi calon donor darah adalah dari keluarga sendiri. Mula – mula didata siapa saja yang mau menjadi calon donor darah kemudian dilakukan pemeriksaan golongan darah dari tim kesehatan puskesmas biaya gratis dan sebagai penanggungjawab adalah bidan wilayah masing – masing kelurahan. Dari pemeriksaan itulah bisa diketahui bahwa sebagai calon donor darah kebanyakan dari keluarga ibu hamil sendiri. Selain keluarga juga ada pendonor tetap yaitu setiap 3 bulan sekali ke PMI dari kelurahan Ketami 11 orang, kelurahan tempurejo 12 orang, kelurahan Ngletih 7 orang, kelurahan Bawang 18 orang. Selama tahun 2010 sampai dengan bulan Oktober diwilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat 33 kasus komplikasi kebidanan salah satunya adalah kasus perdarahan dari kelurahan Bawang, karena keadaan tersebut membutuhkan waktu cepat dan adekuat dalam penanganan sehingga kebutuhan darah selama ini dipenuhi dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Kediri. Jadi, untuk calon donor di wilayah puskesmas Ngletih belum

berjalan

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh program P4K, yang sebaiknya ada kesepakatan dari pihak kelurahan dengan Palang Merah Indonesia untuk ketersediannya Bank darah dikelurahan. Tetapi kelihatannya di Rumah Sakitpun di Kota Kediri baru bulan Nopember 2010 ada Mou dengan Palang Merah Indonesia tentang Bank darah di setiap Rumah Sakit. oleh karena itu selama ini untuk ibu hamil yang mampu bisa langsung membeli tetapi bagi ibu hamil yang tidak mampu gratis karena diganti oleh pemerintah melalui kartu Jamkesmas atau commit to user

94 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jamkesda dalam pemenuan kebutuhan darah bagi ibu hamil yang membutuhkan tranfusi darah.

4.

Ambulan Desa atau Transportasi Yang dimaksud Ambulan desa / transportasi secara teori adalah alat

transportasi dari masyarakat sesuai kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan, terutama yang kesulitan angkutan atau ibu mengalami kegawatan perlu dirujuk segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit agar selamat. Bentuk ambulan desa bermacam-macam, tergantung jenis yang dimiliki oleh warga dan mengikhlaskan kendaraannya dipinjam warga bergiliran (dibuat jadwal kendaraan, pengemudi, BBM, dan sebagainya. Bisa berupa mobil, ojek, becak, sepeda motor, tandu, perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan Desa yang mengatur jadwal sesuai kesepakatan warga. Penggalangan Ambulan Desa atau transportasi, dilihat dari data atau dokumen peneliti juga melakukan wawancara dilapangan dengan ibu hamil dan calon transportasi. Setiap ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Ngletih dipersiapkan dua calon transportasi, yang pertama adalah suami yang kedua adalah saudara atau keluarga. Tetapi di masing – masing kelurahan juga ada Ambulan desa yang mana semua warga yang punya mobil didata kemudian dengan kesepakatan menandatangani surat pernyataan untuk bersedia mengantar sewaktu waktu ibu mau melahirkan atau terjadi kegawadaruratan. commit to user

95 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jumlah ambulan desa mobil di kelurahan Ketami 3 buah, kelurahan Tempurejo 2 buah, kelurahan Bawang 4 buah dan kelurahan Ngletih 5 buah. Contoh di kelurahan Bawang pada bulan juni 2010 ada ibu hamil mengalami komplikasi kebidanan karena kasus perdarahan dan tidak mungkin diantar suami memakai sepeda motor maka segera menghubungi ambulan desa untuk mengantar agar secepatnya mendapat pertolongan di Rumah Sakit Gambiran Kediri. Di Kelurahan Ketami, Tempurejo, dan Ngletih Ambulan desa belum pernah dipakai, karena

selain dekat puskesmas juga bukan merupakan kasus

kegawadaruratan obstetri yang

membutuhkan pertolongan cepat misalnya

ketuban pecah dini, pre eklamsi, serotinus, cepalo pelvic disproportion (CPD), kehamilan premature, abortus, post seksio.

2.

Keberhasilan Penerapan P4K

a.

Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil Dilihat dari data laporan P4K dan peneliti juga melakukan wawancara dan

sekaligus observasi kelapangan bahwa semua ibu hamil sudah tercatat dan dipasang stiker P4K didepan rumahnya, terbukti dengan jumlah kesenjangan antara target dengan cakupan yang rendah. Untuk kelurahan Ketami sampai dengan Oktober 2010 tercapai 86,21% (50 ibu hamil dari 58 target ibu hamil), kelurahan tempurejo melampaui target sebesar 11,86% (66 ibu hamil dari 59 target ibu hamil), Kelurahan Ngletih pencapaian ibu hamil sebesar 83,33% (25 ibu hamil dari 30 target ibu hamil) dan untuk Kelurangan Bawang pencapaian ibu hamil melebihi target sebesar 4% (78 ibu hamil dari 75 target ibu hamil). commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

96 digilib.uns.ac.id

Ditinjau dari sumber daya yang ada, baik tenaga kesehatan (Bidan) maupun tenaga kader P4K yang ada di lapangan cukup terpenuhi. Secara ideal satu kelurahan satu bidan, namun pada kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ngletih rata-rata 3 orang Bidan. Untuk tenaga kader P4K dilapangan telah memenuhi kebutuhan, yaitu satu kelompok RW lima kader P4K dan setiap bulan melaksanakan pendataan, penandaan dan pemetaan dan dilaporkan ke bidan wilayah.

b.

Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu bersalin). Keberhasilan dari kegiatan tabulin dan dasolin berjalan baik dan lancar. Hal

ini ditunjukkan dengan terpenuhinya pembiayaan persalinan. Baik secara pribadi maupun dengan memakai fasilitas bantuan Pemerintah berupa Jamkesmas atau Jamkesda. Bahkan bagi keluarga ibu bersalin yang kurang mampu diberikan santunan berupa uang sebesar Rp 10.000, Rp 20.000 dan ada juga yang Rp 25.000 untuk setiap persalinan, dengan sumber dana dasolin.

c.

Calon Donor Darah. Untuk kegiatan penggalangan calon donor darah sampai dengan Oktober

2010 belum berjalan sesuai dengan harapan dari kegiatan P4K meskipun telah tercatat sesuai kebutuhan, yaitu satu orang ibu hamil dengan dua orang calon donor darah, tetapi belum ada ibu bersalin yang membutuhkan tranfusi darah diambil dari calon donor darah yang sudah dipersiapkan semua dipenuhi oleh commit to user

97 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

palang merah Indonesia (PMI) dan sampai dengan bulan Oktober 2010 semua kasus komplikasi dapat tertangani dan tidak terjadi kematian.

d.

Ambulan Desa atau Transportasi. Sedangkan untuk penggalangan transportasi atau ambulan desa juga telah

berjalan dengan baik. Diwilayah Puskesmas Ngletih kebanyakan kebutuhan transportasi ibu bersalin terpenuhi oleh suami atau keluarga. Sedangkan ambulan desa digunakan untuk kebutuhan transportasi mendadak yang membutuhkan posisi tidur dan penanganan cepat seperti kasus yang terjadi di kelurahan Bawang. Seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan harus mendapatkan penanganan serius di Rumah Sakit terdekat, dengan adanya ambulan desa yang tersedia, maka transportasi ambulan desa tersebut dapat mengantar ibu hamil untuk secepatnya mendapatkan pertolongan pada tempat pelayanan kesehatan yang cepat dan akurat. pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Dan di wilayah Puskesmas Ngletih, sampai dengan Oktober 2010 tidak ada kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu Dengan uraian diatas dan data yang ada terlihat bahwa dengan adanya program P4K dapat mencegah keterlambatan dalam rujukan sekaligus dapat mengurangi resiko kematian nifas (0).

commit to user

98 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Keberhasilan Penerapan P4K dapat kita lihat yaitu : 1)

Prosentase ibu hamil dengan stiker 100 %.

2)

Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar (semua ibu hamil mendapatkan kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan 5T) dari 4 kelurahan yaitu kelurahan Ketami, Bawang dan Ngletih 100% tetapi kelurahan Tempurejo dari jumlah 66 ibu hamil, 60 ibu yang sudah mendapatkan kunjungan K4 dan 5T karena memang umur kehamilannya belum seharusnya mendapatkan kunjungan tersebut. Arti dari K4 adalah kunjungan tribulan pertam 1 kali, tribulan kedua 1 kali, tribulan ketiga 2 kali sedangkan 5T adalah setiap kali datang periksa, ibu hamil mendapatkan pelayanan : ukur berat badan, ukur tinggi badan pada pertama kali datang, ukur tinggi fundus uteri, beri immunisasi TT dan beri tablet tambah darah.

3)

Prosentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan 100%.

4)

Prosentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi tertangani 100%. Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas dari 33 kasus komplikasi, 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat.

5)

Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 % karena masih ada kepercayaan bahwa setelah melahirkan kalau belum haid dan ikut KB menyebabkan penyakit karena darah tidak bisa keluar.

6)

Prosentase ibu bersalin di tenaga kesehatan 100%.

commit to user

mendapat pelayanan nifas

99 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan P4K adalah: 1)

Faktor Internal

a)

Adanya pembinaan dari petugas kesehatan setiap bulan bersamaan dengan pertemuan kader sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, tempat di balai kelurahan masing – masing bersama bidan wilayah yang selalu memberikan pembinaan baik administrasi P4K maupun memberikan materi – materi yang di anggap penting diketahui oleh kader khususnya dalam kegiatan P4K. Dengan adanya keaktifan pembinaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau bidan wilayah, maka dapat menumbuhkan motivasi kader P4K dalam melaksanakan kegiatan P4K baik secara administratif maupun penyuluhan – penyuluhan.

b)

Jumlah kader P4K dari masing – masing kelompok RW berjumlah 5 orang dan salah satunya menjadi ketua atau koordinator tetapi di lapangan mempunyai tugas yang sama yaitu mendata dan memantau kesehatan ibu hamil di wilayah masing – masing kelompok RW sehingga kegiatan P4K dapat berjalan maksimal.

c)

Ketua pengurus P4K dari masing – masing kelurahan bersama bidan wilayah diketaui selalu mengadakan pendekatan kepada perangkat kelurahan mengingat seringnya pergantian kepala desa, dalam 3 tahun terakhir ini terjadi 2 kali pergantian kepala kelurahan. Setiap pergantian kepala kelurahan bidan wilayah bersama kader memberikan informasi dengan menjelaskan

bahwa kegiatan bidang kesehatan yang ada

dikelurahan khususnya kegiatan P4K baserta cara pelaksanaannya. Agar commit to user

100 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

semua kegiatan dalam pemberdayan masyarakat selalu mendapat dukungan dari pemerintah kelurahan. d)

Semua kader P4K dalam melaksanakan tugas di masyarakat dengan rasa sukarela dan ikhlas, tanpa ada imbalan karena semua merupakan ibadah yang dapat menolong

kepada sesama dan kader mendapat pahala dari

Tuhan yang Maha Esa. Hal tersebut menjadikan motivasi bagi kader sehingga kegiatan P4K merupakan kegiatan kemanusiaan atau kegiatan sosial. e)

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan kader P4K setiap bulan, hal itu bisa dilihat dari buku administrasi P4K seperti buku rencana kegiatan, buku kegiatan, buku pendataan, penandaan dan pemetaan, buku Tabulin dan Dasolin, buku

penggalangan calon donor darah, buku penggalangan

ambulan desa atau transportasi, buku tamu, buku absen kader, buku kas, buku data pasien yang mendapat bantuan dari dana dasolin, buku notulen dan arsip laporan bulanan P4K masing – masing kelurahan. Setiap bulan kader P4K melaporkan kegiatannya ke bidan wilayah. Dari hasil pencatatan dan pelaporan di atas, maka baik kader maupun bidan wilayah bisa mengevaluasi hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu dan selajutnya dapat membuat rencana tindak lanjut apa saja kegiatan yang belum terlaksana atau tercapai.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

101 digilib.uns.ac.id

2)

Faktor Eksternal

a)

Bantuan biaya persalinan dari pemerintah melalui jamkesmas dan jamkesda bagi ibu yang kurang mampu dapat dilihat dari laporan jumlah ibu bersalin yang mendapat bantuan dari dana dasolin. Berdasarkan laporan, di kelurahan Ketami ada sebanyak 8 orang, kelurahan Tempurejo sebanyak 7 orang, kelurahan Ngletih sebanyak 11 orang, kelurahan Bawang sebanyak 16 orang. Dengan hal tersebut di atas dapat meringankan beban psikologis ibu bersalin yang tidak mampu dalam menghadapi persalinan.

b)

Tingginya rasa kepedulian dari masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkunganya sehingga dapat membantu atau mendukung proses kegiatan P4K.

c)

Adanya peran aktif dari ibu hamil, suami dan keluarga sehingga tidak terjadi keterlambatan apabila ada komplikasi kebidanan. Peran aktif adalah sesuatu yang bisa diterima oleh seseorang secara terbuka dan adanya imbal balik yang positif sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan. Pada kegiatan P4K dapat menurunkan Angka Kematian Ibu.

3.

Kendala – Kendala dalam Penerapan P4K : Setelah peneliti melihat dokumen, kemudian peneliti melakukan wawancara dan observasi di lapanganan, diketahui bahwa dalam penerapan P4K di wilayah kerja puskesmas Ngletih terdapat beberapa kendala, meskipun dalam penerapannya dapat berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu. Adapun beberapa kendala tersebut, yaitu : commit to user

102 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

a.

Tidak ada dana untuk transportasi kader pada waktu pendataan, penandaan dan pemetaan.

b.

Pada ibu 42 hari setelah bersalin kurang lebih 40% tidak mau memakai alat atau obat kontrasepsi karena kepercayaan yang beranggapan bahwa bila ibu setelah bersalin belum menstruasi dan ikutm KB itu berbahaya karena darah belum keluar bisa menyebabkan penyakit.

c.

Kader sudah berusaha mencari tambahan untuk dana dasolin melalui kunjungan rumah bagi orang yang diaggap mampu dapat menjadi donator tetap, tetapi tidak berhasil sehingga hanya memberikan bantuan dana dasolin dari jimpitan warga saja.

d.

Tidak adanya bank darah di kelurahan, atau kesepakatan antara kepala kelurahan dengan PMI bahwa pendonor rutin bukan merupakan tabungan darah yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk membantu apabila ada masyarakat setempat yang membutuhkan transfusi darah.

e.

Meskipun ada pendonor tetap, tetapi pasien tetap bayar Rp 175.000,00 alasan untuk mengganti kolpeknya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Kesimpulan

1.

Penerapan P4K

a.

Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil Pendataan, penandaan, pemetaan ibu hamil, pencatatan dan pelaporan,

melalui penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli KIA/Pokja Posyandu dan dukun). Yaitu kunjungan ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan keluargan membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi juga penggunaan alat atau obat kontrasepsi setelah persalinan. b.

Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu bersalin). Penggalangan Tabulin dan Dasolin di masing – masing kelurahan sudah

tercatat terlaksana dengan baik, jumlah tabungan sangat variatif. Tabungan ibu bersalin (Tabulin) dilakukan oleh ibu hamil sendiri ada yang dirumah yang penting disiapkan sesuai biaya persalinan normal kurang lebih Rp 700.000,00. Ibu hamil yang mampu tidak masalah karena dana sudah ditabung di bank, bagi ibu hamil yang kurang mampu menabung disesuaikan dengan kemampuan baik dirumah maupun di kader P4K dan bila sudah melahirkan uang tabungan diberikan tanpa dikurangi.

commit to user

103

104 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan prinsip gotong royong. Sumber dana dikumpulkan dari jimpitan, cara pengumpulan, pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan kesepakatan. c.

Calon Donor Darah. Kegiatan pendonor darah

di wilayah kerja puskesmas Ngletih belum

berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh program P4K, oleh karena tidak ada Bank darah yang ada di kelurahan. Ibu hamil yang mampu bisa langsung membeli darah ke PMI tetapi bagi ibu hamil yang tidak mampu gratis karena diganti oleh pemerintah melalui kartu Jamkesmas atau Jamkesda. d.

Ambulan Desa atau Transportasi. Setiap ibu hamil diwilayah kerja puskesmas Ngletih dipersiapkan dua calon

transportasi, yang pertama adalah suami yang kedua adalah saudara atau keluarga. Tetapi di masing – masing kelurahan juga ada Ambulan desa yang mana semua warga yang punya mobil didata kemudian dengan kesepakatan menandatangani surat pernyataan untuk bersedia mengantar sewaktu waktu ibu mau melahirkan atau terjadi kegawadaruratan.

2.

Keberhasilan Penerapan P4K

a.

Pendataan, Penandaan dan Pemetaan ibu hamil Bahwa semua ibu hamil sudah tercatat dan dipasang stiker P4K didepan

rumahnya, terbukti dengan jumlah kesenjangan antara target dengan cakupan yang rendah. commit to user

105 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Tabulin (Tabungan ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial ibu bersalin). Keberhasilan dari kegiatan tabulin dan dasolin berjalan baik dan lancar. Hal

ini ditunjukkan dengan terpenuhinya pembiayaan persalinan. Baik secara pribadi maupun dengan memakai fasilitas bantuan Pemerintah berupa Jamkesmas atau Jamkesda. Bahkan bagi keluarga ibu bersalin yang kurang mampu diberikan santunan dari dana dasolin berupa uang yang masing – masing kelurahan tidak sama disesuaikan dengan kemampuan juga kesepakatan. c.

Calon Donor Darah. Kegiatan penggalangan calon donor darah satu orang ibu hamil dengan dua

orang calon donor darah, tetapi

belum ada ibu bersalin yang membutuhkan

tranfusi darah diambil dari calon donor darah yang sudah dipersiapkan semua dipenuhi oleh palang merah Indonesia (PMI). d.

Ambulan Desa atau Transportasi. Sedangkan untuk penggalangan transportasi atau

ambulan desa

telah

berjalan dengan baik. Diwilayah Puskesmas Ngletih kebanyakan kebutuhan transportasi ibu bersalin terpenuhi oleh suami atau keluarga. Sedangkan ambulan desa digunakan untuk kebutuhan transportasi mendadak menuju ke Rumah Sakit rujukan yang membutuhkan penanganan cepat dan adequat seperti kasus perdarahan yang terjadi di kelurahan Bawang. Hasil yang dicapai dari penerapan P4K dapat disimpulkan sebagai berikut : a.

Prosentase ibu hamil mendapat stiker 100 %

commit to user

106 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Prosentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar (semua ibu hamil mendapatkan kunjungan K4 dan memperoleh pelayanan 5T ) dari 4 kelurahan yaitu kelurahan Ketami, Bawang dan Ngletih 100%.

c.

Prosentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan 100%.

d.

Prosentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi tertangani 100%. Prosentase kehamilan, persalinan dan nifas dari 33 kasus komplikasi 33 kasus tertangani dengan cepat dan adekuat.

e.

Prosetase penggunaan metode KB pasca persalinan 60 % karena masih ada kepercayaan bahwa setelah melahirkan kalau belum haid dan ikut KB menyebabkan penyakit karena darah tidak bisa keluar.

f.

Prosentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas 100%.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan P4K adalah : a.

Faktor Internal

1)

Adanya pembinaan dari petugas kesehatan setiap bulan bersamaan dengan pertemuan kader diketahui peneliti dari dokumen buku tamu dan notulen kegiatan P4K

2)

Jumlah kader P4K dari masing – masing kelompok RW berjumlah 5 orang dilihat dari buku absen kader P4K.

3)

Peran kader yang aktif dalam kegiatan P4K. Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan setiap bulan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

4)

107 digilib.uns.ac.id

Ketua pengurus P4K dari masing – masing kelurahan bersama bidan wilayah selalu mengadakan pendekatan kepada perangkat kelurahan mengingat seringnya pergantian kepala desa.

5)

Dengan rasa sukarela dan ikhlas kader P4K, kegiatan berjalan tanpa ada imbalan karena semua merupakan ibadah kepada sesama.

b.

Faktor Eksternal

1)

Bantuan biaya persalinan dari pemerintah melalui jasmkesmas, jamkesda bagi ibu yang kurang mampu.

2)

Tingginya rasa kepedulian dari masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkunganya.

3)

Adanya peran aktif dari suami dan keluarga sebagai pendamping persalinan sehingga tidak terjadi keterlambatan apabila ada komplikasi kebidanan.

4)

Pendataan, Pencatatan dan pelaporan sarana dan prasarana pendukung kegiatan P4K.

3.

Kedala – Kedala dalam Penerapan P4K :

a.

Tidak ada dana untuk transportasi kader pada waktu pendataan, penandaan dan pemetaan.

b.

Pada ibu 42 hari setelah bersalin kurang lebih 40% tidak mau memakai alat atau obat kontrasepsi karena kepercayaan yang beranggapan bahwa bila ibu setelah bersalin belum menstruasi dan ikutm KB itu berbahaya karena darah belum keluar bisa menyebabkan penyakit. commit to user

108 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c.

Kader sudah berusaha mencari tambahan untuk dana dasolin melalui kunjungan rumah bagi orang yang diaggap mampu dapat menjadi donator tetap, tetapi tidak berhasil sehingga hanya memberikan bantuan dana dasolin dari jimpitan warga saja.

d.

Tidak adanya bank darah di kelurahan, atau kesepakatan antara kepala kelurahan dengan PMI bahwa pendonor rutin bukan merupakan tabungan darah yang sewaktu – waktu dapat dipakai untuk membantu apabila ada masyarakat setempat yang membutuhkan transfusi darah.

e.

Meskipun ada pendonor tetap, tetapi pasien tetap bayar Rp 175.000 alasan untuk mengganti kolpeknya.

B.

IMPLIKASI

Dengan memperhatikan hasil penelitian diatas maka masalah tersebut dapat berimplikasi pada beberapa aspek bila tidak ditangani oleh pihak-pihak tertentu, oleh sebab itu perlu diuraikan implikasi dan saran yaitu: 1.

Implikasi

a.

Pembuat kebijakan Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu evaluasi terhadap langkah-

langkah yang sudah diambil apakah sesuai dengan kondisi lapangan, dengan adanya evaluasi tersebut selanjutnya dapat ditetapkan suatu kebijakan yang sesuai dan lebih efektif dalam mencapai target yang ditetapkan. Dengan keberhasilan wilayah kerja puskesmas dalam menurunkan angka kematian ibu meskipun masih terdapat beberapa kendala dalam penerapan program perencanaan persalinan dan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

109 digilib.uns.ac.id

pencegahan komplikasi tetapi pengambil kebijakan tetap bisa mengadopsi keberhasilan tersebut dapat diterapkan ke wilayah puskesmas se Kota Kediri dalam upaya penurunkan angka kematian ibu. b.

Peran bidan Dengan kesadaran seluruh pihak yang terkait dapat mengurangi

beban kerja bidan sehingga bidan dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas lebih berkualitas sesuai dengan tupoksinya. c.

Terhadap penerapan program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi. Secara langsung atau tidak pelaksanaan

penerapan program

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi akan memberikan kontribusi positif yaitu dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. d.

Kwalitas pelayanan di Puskesmas Ngletih Secara langsung atau tidak kuwalitas pelayanan kesehatan di puskesmas

Ngletih merupakan tempat pelayanan kesehatan dan penanganan obstetri neonatal emergency dasar bagi masyarakat. Dengan adanya pelayanan kesehatan yang berkualitas selama 24 jam menunjukkan kesiapsiagaan dalam menerima pasien kegewatdaruratan kasus komplikasi kebidanan dan apabila tidak mampu memberikan penanganan, cepatnya untuk melaksanakan rujukan ke rumah sakit yang memikiki fasilitas yang lebih lengkap. e.

Peningkatan kepedulian masyarakat Kepedulian masyarakat merupakan modal utama dalam keberhasilan

penerapan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, dalam arti adanya kerja sama antara petugas kesehatan, kelurahan, kader, tokoh masyarakat, ibu hamil dan masyarakat kelurahan setempat. Sebagai tindak commit to user

110 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

lanjutnya masyarakat bisa mengevaluasi sampai dimana keberhasilan program tersebut.

2.

Saran

a.

Untuk

pemerintah,

dari

hasil

penelitian

ini

diharapkan

bisa

mengimplementasikan keberhasilan penerapan P4K dalam menurunkan angka kematian ibu di wilayah kerja puskesmas Ngletih ke wilayah kerja puskesmas sekota Kediri. b.

Adanya kebijakan antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, PMI dan Kelurahan untuk terlaksananya kesepakatan adanya Bank Darah di Kelurahan.

c.

Bidan selaku penanggung jawab pelaksanaan penerapan P4K di wilayah kelurahan diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dengan selalu mengadakan sosialisasi, pembinaan dan evaluasi program yang dilaksanakan.

d.

Ibu hamil, masyarakat, kader dan tokoh masyarakat. Lebih berperan aktif dalam setiap kegiatan yang dimotori oleh bidan wilayah sehingga masyarakat semakin berdaya dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat itu sendiri.

commit to user