PRAKTIK PERAWATAN TALI PUSAT OLEH IBU DENGAN KEJADIAN

kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir dengan nilai p value 0,003 (α< 0,05). Kata Kunci : pratik perawatan tali pusat, infeksi tali pusat 1. PEND...

12 downloads 563 Views 72KB Size
THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

PRAKTIK PERAWATAN TALI PUSAT OLEH IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI TALI PUSAT BAYI BARU LAHIR DI SEMARANG Sri Rejeki 1, Machmudah 2,Juwarningsih3 1

Dosen Keperawatan Maternitas Fikkes UNIMUS Email : [email protected] 2 Dosen Keperawatan Maternitas Fikkes UNIMUS [email protected] 3 Praktisi keperawatan [email protected]

ABSTRAK Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi baru lahir. Risiko infeksi tali pusat mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan praktik perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir. Jenis penelitian deskripitif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dan bayi baru lahir yang bayinya lahir di RB Rumah Zakat Semarang. Sampel penelitian yang berjumlah 60 orang menggunakan teknik sampling jenuh. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa praktik perawatan tali pusat sebagian besar kurang baik sebanyak 33 responden (55,0%). Hasil penelitian: Ada hubungan yang signifikan antara praktik ibu tentang perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir dengan nilai p value 0,003 (α< 0,05). Kata Kunci : pratik perawatan tali pusat, infeksi tali pusat

menderita infeksi tali pusat, dimana penyebab utamanya adalah persalinan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih (WHO, 2009).

1. PENDAHULUAN Infeksi merupakan salah satu penyebab penting tingginya angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 4 juta anak meninggal selama periode neonatal setiap tahunnya, terutama di negara berkembang dengan infeksi sebagai penyebab utama. Sebanyak 300.000 bayi dilaporkan meninggal akibat tetanus, dan 460.000 lainnya meninggal karena infeksi berat dengan infeksi tali pusat (omfalitis) sebagai salah satu predisposisi penting. Angka infeksi tali pusat di negara berkembang bervariasi dari 2 per 1000 hingga 54 per 1000 kelahiran hidup dengan case fatality rate 0-15% (Mullany, et al, 2007). Sebagian besar kematian neonatal akibat infeksi disebabkan oleh infeksi pada tali pusat. Bayi dengan tetanus neonaturum biasanya juga

Tali pusat merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi baru lahir (Shafique, 2006). Sekitar 23% sampai 91% tali pusat yang tidak dirawat dengan menggunakan antiseptik akan terinfeksi oleh kuman staphylococcus aureus pada 72 jam pertama setelah kelahiran (Anderson, 2007). Kuman ini dapat menyebabkan pustula, konjungtivitis, pyoderma dan omfalitis atau infeksi pusat. Tanpa pengobatan, dapat terjadi kematian dalam beberapa hari (Hamilton, 2005). Laporan terbaru dari Janssen (2007) menyebutkan terjadi peningkatan angka kematian bayi dari 59% menjadi 85% akibat omfalitis. Omfalitis diartikan sebagai eritema (merah,

1145

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

bengkak, dan/ atau panas) pada kulit perut di sekitar umbilikal dengan jarak lebih dari 5mm dari umbilikus (Janssen, 2007). Risiko infeksi tali pusat pada bayi baru lahir dapat dicegah dengan perawatan tali pusat yang baik (Liyah,2013).

UAD, Yogyakarta

mengatasi masalah tingginya infeksi tali pusat pemerintah dengan melibatkan tenaga kesehatan telah melakukan pendidikan kesehatan kepda ibu bagaimana cara melakukan perawatan tali pusat yang benar. Namun hasilnya belum dilakukan penelitian. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana praktik perawatan tali pusat bayi baru lahir oleh ibu.

Perawatan tali pusat sangat penting dilakukan terutama oleh ibu melahirkan karena ibu yang lebih mengetahui perkembangan bayi ssetiap harinya. Perawatan tali pusat yang baik seperti menghindari penggunaan bedak dermatol, dan penggunaan ramuan-ramuan tradisional yang kurang memperhatikan kesterilannya (DepKes RI, 2009) sangat penting. Kenyataan di masyarakat masih banyak ibu yang mengikuti tradisi budaya yang ada di masyarakat. Misalnya meletakkan atau membalutkan ramuan tradisonal ke tali pusat supaya tali pusat cepat lepas (puput) atau ditutupi dengan koin agar pusat tidak bodong. Padahal tindakan tersebut tidak perlu dilakukan justru dapat membahayakan. Sehingga jika diberikan ramuan, bubuk kopi, koin dapat menularkan kuman. Akibatnya terjadi infeksi atau tetanus yang sangat membahayakan karena tingkat mortalitasnya tinggi (Zacharia,2008).

2. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripitif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dan bayi baru lahir yang bayinya lahir di RB Rumah Zakat Semarang berjumlah 60 orang yang diambil secara keseluruhan (total sampling). Penelitian dilakukan di RB Rumah Zakat Semarang. Alat pengumpul data dengan lembar kuesioner dan lembar observasi. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi Square.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik ibu sebagian besar berumur 20-35 tahun sebanyak 46 responden (81,7%), pendidikan ibu sebagian besar SMA sebanyak 30 responden (80,0%), jumlah anak sebagian besar 1 sebanyak 23 responden (38,3%), multigravida sebanyak 37 responden (61,7%), dan status persalinan normal sebanyak 51 responden (85,0%). Sedangkan karakteristik bayi sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 responden (58,3%), berusia rata-rata 9 bulan dan berat bayi lahir rata-rata 2906 gram.

Ibu post patum lebih mempercayakan perawatan bayi kepada orang lain yang berpengalaman. Ibu post partum sebagian besar belum mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu dikarenakan kurang percaya akan kemampuan diri mereka untuk merawat bayi yang benar, salah satunya tentang perawatan tali pusat. Fenomena tersebut merupakan masalah yang sering ditemui di masyarakat (Maylani, 2008 dan Siti 2013). Untuk

1146

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

Tabel 1 Distribusi Frekuensi kwalitas Praktik perawatan Tali Pusat oleh ibu di RB Rumah Zakat Semarang Praktik Ibu Tentang Perawatan Tali Pusat Kurang Cukup Baik Total

Frekuensi 33 21 6 60

Persentase (%) 55,0 35,0 10,0 100,0

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Infeksi Tali Pusat di RB Rumah Zakat Semarang Kejadian Infeksi Tali Pusat Infeksi Tidak Infeksi Total

Frekuensi 14 46 60

Persentase (%) 23,3 76,7 100,0

Tabel 3 Praktik Perawatan Tali Pusat oleh ibu Dengan Kejadian Infeksi Tali Pusat Bayi Baru Lahir di RB Rumah Zakat Semarang Praktik Perawatan Tali Pusat oleh ibu Kurang Cukup+Baik Total

Kejadian Infeksi Tali Pusat Infeksi Tidak Infeksi f % F % 13 39,4 20 60,6 1 3,7 26 96,3 14 23,3 46 76,7

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa praktik ibu tentang perawatan tali pusat kurang dengan kejadian infeksi tali pusat sebanyak 13 responden (39,4%), praktik perawatan tali pusat kurang dengan tidak infeksi tali pusat sebanyak 20 responden (60,6%), praktik perawatan tali pusat cukup+baik dengan kejadian infeksi tali pusat sebanyak 1 responden (3,7%) dan praktik perawatan tali pusat cukup+baik dengan tidak infeksi tali pusat sebanyak 26 responden (96,3%). Berdasarkan uji statistik menggunakan chisquare dengan continuity correction didapatkan hasil nilai ρ=0,003 berarti lebih kecil dari taraf signifikansi 5% ( ρ value : 0,003 < α : 0,05). Ini berarti Ha diterima sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir.

Total F 33 27 60

% 100,0 100,0 100,0

ρ value 0,003

PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Tali Pusat Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik ibu tentang perawatan tali pusat sebagian besar kurang sebanyak 33 responden (55,0%). Hal ini terjadi karena sebagian besar ibu merawat tali pusat tidak mengganti popok yang telah basah, tidak memberikan betadine pada tali pusat, tidak mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, ibu menaburi bedak pada tali pusat agar cepat mongering, ibu tidak membersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi, ibu tidak memandikan bayi sampai tali pusat putus, ibu tidak menutup tali pusat dengan kasa steril, ibu tidak menjaga kelembaban tali pusat dan ibu tidak menjaga tali pusat bayi agar tidak terendam saat dimandikan.

1147

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

bahwa semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin banyak pengalaman yang diterimanya. Pada umur 20-35 tahun diharapkan ibu lebih dapat menerima informasi tentang masalah kesehatan terutama tentang perawatan tali pusat.

Sesuai dengan teori menurut Wiknjosastro (2007) bahwa perawatan tali pusat dilakukan sesudah mandi, tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan dengan cara membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah sekitar dengan kain kasa yang dibasahi dengan zat antiseptik (betadine, alkohol 70%), dan yang terpenting adalah membersihkan lipatan tali pusat dengan perut.

Dilihat dari karakteristik ibu sebagian besar pendidikan SMA dengan pengetahuan tentang perawatan tali pusat kategori kurang, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan SMA tidak mempengaruhi pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat, hal ini karena informasi tentang perawatan tali pusat tidak diberikan pada pendidikan formal seperti SMA.

Perawatan tali pusat dilakukan dengan cara tali pusat dicuci dengan air bersih dan sabun bilas dan keringkan betul-betul dan pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka dan terkena udara dan tutupi dengan air bersih secara longgar (Pusdiknakes, 2013). Pada pangkal tali pusat dan tali pusat ditutup dengan kain kasa yang bersih atau steril dan diplester. Untuk mengurangi insiden infeksi perumbilikalis, seluruh kulit pada tali pusat harus dibersihkan dengan menggunakan kapas steril yang dicelupkan ke dalam air hangat dan atau larutan sabun encer. Sedangkan menurut Oswari (2005) dalam perawatan tali pusat sebaiknya di kompres dengan alkohol lalu dipasang gurita, hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Eric (Dedeh, 2005).

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda (2011) dengan hasil bahwa cara perawatan tali pusat sebagian besar kurang baik sebanyak 16 responden (57,1%). Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradewi (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan dalam kategori kurang tentang perawatan tali pusat sebanyak 16 responden (53,3%). 2. Kejadian Infeksi Tali Pusat Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian infeksi tali pusat sebagian besar tidak infeksi sebanyak 46 responden (76,7%). Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar keadaan bayi yang tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi tali pusat. Tanda dan gejala infeksi tali pusat seperti tali pusat bayi bernanah, berbau, berwarna merah, panas, bengkak dan terdapat area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah antara 20-35 tahun dengan umur terbanyak yaitu 25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur 20-35 tahun ternyata memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan tali pusat. Sebagian besar responden kurang memahami tentang perawatan tali pusat. Hal ini terjadi karena ibu belum mendapatkan informasi tentang perawatan tali pusat. Ibu yang telah mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang perawatan tali pusat cenderung lebih mengantitasipasi terjadinya infeksi tali pusat. Berbeda dengan teori Wawan dan Dewi (2010) yang menyatakan

Sesuai dengan teori bahwa tanda dan gejala infeksi tali pusat yaitu apabila timbul bau menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga berbentuk nanah di sisa tali pusat

1148

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami infeksi (Febrina, 2006). Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo, 2008). Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini merupakan tanda infeksi tali pusat (Sean, 2004).

UAD, Yogyakarta

berat badan lahir rendah, jenis kelamin dan kelainan congenital. Bayi laki-laki terpapar infeksi tali pusat 4x lebih sering dari bayi perempuan. Hasil penelitian terdapat 23,3% bayi yang mengalami infeksi tali pusat, hal ini terjadi karena masih banyak ibu bayi yang mengikuti tradisi budaya yang ada seperti meletakkan atau membalutkan ramuan tradisonal ke tali pusat supaya tali pusat cepat lepas (puput) atau ditutupi dengan koin agar pusat tidak bodong. Infeksi tali pusat juga dipengaruhi oleh ibu tidak melakukan praktik perawatan tali pusat yang baik dan benar sesuai anjuran tenaga kesehatan. Didukung oleh teori bahwa kenyataan di masyarakat masih banyak ibu yang mengikuti tradisi budaya yang ada di masyarakat. Misalnya meletakkan atau membalutkan ramuan tradisonal ke tali pusat supaya tali pusat cepat lepas (puput) atau ditutupi dengan koin agar pusat tidak bodong. Padahal tindakan tersebut tidak perlu dilakukan justru dapat membahayakan. Sehingga jika diberikan ramuan, bubuk kopi, koin dapat menularkan kuman. Akibatnya terjadi infeksi atau tetanus yang sangat membahayakan karena tingkat mortalitasnya tinggi (Zacharia,2008).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah faktor kuman, proses persalinan dan faktor tradisi (Mieke, 2006). Pusponegoro (2010) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan risiko infeksi tali pusat pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori: risiko prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatus terkena infeksi meliputi: lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf perawatan,prosedur cuci tangan dan pengetahuan dan perilaku ibu dalam perawatan tali pusat.

Ibu post patum lebih mempercayakan perawatan bayi kepada orang lain yang berpengalaman. Ibu post partum sebagian besar belum mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu dikarenakan kurang percaya akan kemampuan diri mereka untuk merawat bayi yang benar, salah satunya tentang perawatan tali pusat. Fenomena tersebut merupakan masalah yang sering ditemui di masyarakat (Maylani, 2008 dan Siti 2013).

Hasil penelitian ini sebagian besar bayi tidak mengalami kejadian infeksi tali pusat, hal ini terjadi karena dilihat dari karakteristik bayi sebagian besar bayi adalah perempuan dan sebagian besar bayi tidak mengalami berat badan bayi lahir rendah, sehingga bayi tidak mudah terpapar infeksi tali pusat. Didukung oleh teori Pusponegoro (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi tali pusat yaitu faktor neonatal meliputi:

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2010) yang menyatakan bahwa sebagian besar bayi

1149

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

(73%) tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi tali pusat.

UAD, Yogyakarta

memadai tentang cara perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan mengikat tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat di rawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan puput pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit tetanus neonatorum. Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir yang disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat baik dari alat,pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun yang di taburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2009).

3. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Tali Pusat Dengan Kejadian Infeksi Tali Pusat Bayi Baru Lahir Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir dengan nilai p value 0,003 (α< 0,05). Hal ini berarti semakin baik pengetahuan tentang perawatan tali pusat maka semakin tidak terinfeksi tali pusat bayi baru lahir, meskipun pengetahuan perawatan tali pusat baik tidak selalu bayi tidak terinfeksi tali pusat dan infeksi tali pusat yang terjadi juga tidak selalu terjadi karena pengetahuan kurang tentang perawatan tali pusat. Infeksi pada tali pusat dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor sesuai dengan teori menurut Mieke (2006) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah faktor kuman, proses persalinan dan faktor tradisi. Pusponegoro (2010) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan risiko infeksi tali pusat pada bayi baru lahir dapat dibagi menjadi tiga kategori: risiko prenatal, risiko nosokomial dan risiko neonatal. Faktor risiko prenatal meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatus terkena infeksi meliputi: lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf perawatan,prosedur cuci tangan dan pengetahuan dan perilaku ibu dalam perawatan tali pusat. Faktor neonatal meliputi: berat badan lahir rendah, jenis kelamin dan kelainan congenital. Bayi laki-laki terpapar infeksi tali pusat 4x lebih sering dari bayi perempuan.

Sebagian besar pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat baik dengan kejadian infeksi tali pusat tidak infeksi. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perawatan tali pusat berpengaruh pada kejadian infeksi tali pusat. Hal ini didukung oleh teori menurut Liyah (2013) yang menyatakan bahwa risiko infeksi tali pusat pada bayi baru lahir sebenarnya mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat. Perawatan tali pusat sangat penting diketahui oleh ibu terutama oleh ibu melahirkan (post partum) agar ibu dapat memberikan perawatan yang maksimal pada bayi sehingga bayi dapat tumbuh dengan baik dan sehat, tidak terinfeksi melalui tali pusatnya. Pengetahuan ibu yang baik tentang perawatan tali pusat akan membuat ibu lebih memahami cara melakukan perawatan tali pusat yang benar, seperti menghindari penggunaan bedak dermatol, dan penggunaan

Infeksi tali pusat tersebut mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang

1150

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

ramuan-ramuan tradisional yang kurang memperhatikan kesterilannya (DepKes RI, 2009).

Febrina, (2006).Tali pusat. Diakses dari www.menoreh.multiply.com. Tanggal 24 November 2015

Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Munjiati (2013) yang menyatakan bahwa perawatan tali pusat sebagian besar responden tidak melakukan dengan benar, dan bayi sebagian besar tidak terinfeksi tali pusat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2012) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kejadian infeksi tali pusat, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat nilai p value 0,012

Hamilton, (2005). DasarKeperawatan Maternitas..Jakarta: EGC

Dasar-

Janssen, (2007). To Dyeor Notto Dye: A Randomized, Clinical Trialofa Triple Dye /Alcohol Regime Versus Dry Cord Care PEDIATRICS, Vol.111, No.1:15-20. Diakses dari http://pediatrics.aappublications.org/ cgi/reprint/ 111/1/15.pdf. Tgl 11 April 2016 Mieke, (2006).Manajemen kebidanan pada infeksi tali pusat. Diakses dari http:ulfahsita.co.id/2013/12/ manajemen-kebidanan-pada-infeksitali-pusat.html. diakses tanggal 18 November 2015

4. KESIMPULAN Praktik perawatan tali pusat sebagian besar kurang baik sebanyak 33 responden (55,0%). Kejadian infeksi tali pusat sebagian besar tidak infeksi sebanyak 46 responden (76,7%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat dengan kejadian infeksi tali pusat bayi baru lahir dengan nilai p value 0,003 (α< 0,05).

Mullany, et al, (2006). Risk factors for umbilical cord infection among newborns of Southern Nepal. Am J Epidemiol,165:203-211 Munjiati (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Praktik Perawatan Tali Pusat Di Wilayah Puskesmas Bangetayu Kota Semarang.( Skripsi Universitas Muhammadiyah Semarang) Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

5. DAFTAR PUSTAKA Anderson, 2007). Management of the Umbilical Cord: Care Regimens, Colonization, Infection, and Separation. Articleneonatology, Vol.5,No.4:155-163. Diakses dari http://neoreviews.aappublications.or g/ cgi/reprint/5/4/e155.pdf. Diakes Tanggal 11 April 2016

Oswari (2005). Bedah dan perawatannnya. edisi 4. Jakarta : FKUI Pradewi, L. S. (2014). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Neonatus (1-7 Hari) Di Wilayah Kerja Puskesmas Temanggung Kabupaten Temanggung. (Skripsi Stikes Ngudi Waluyo)

Dedeh, (2005), Perawatan bayi baru lahir,2. http//www. tabloid-nakita.com, diperoleh tanggal 10 Januari, 2016) Depkes RI, (2009). Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Depkes RI

Prawirohardjo, (2008). Ilmu kandungan. Jakarta: YBP-SP

1151

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

Pusdiknakes, (2013). Konsep Asuhan kebidanan. Jakarta : JHPIEGO

Wawan, A dan Dewi, (2010). Pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Pusponegoro, (2010). Sepsis pada neonatus (sepsis neonatal).Sari Pediatri,Vol.2,No.2:96-102 Sari,

UAD, Yogyakarta

WHO, (2009). Care of the umbilical cord. A review of the evidence. Terdapat pada : www.who.int/csr/disease/swineflu/en /inde x.html.

I.M. (2010) Faktor-faktor risiko prenatal dan neonatal yang berhubungan dengan kejadian infeksi tali pusat diruang neonates risiko tinggi Irna dan AK RSUP dr. M.Djamil Padang. Skripsi FK. Universitas Andalas

Winda (2011). Studi Deskriptif Dukungan Keluarga Terhadap Perawatan Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Kramatsari Kota Pekalongan. Skripsi. FKM Undip, Semarang

Sean, (2004). Infeksi tali pusat. Diakses dari http://bascommetro.com/2011/10/ infeksi-tali-pusat.html diaksestanggal 18 November 2015

Wiknjosastro, (2007). Jakarta : YBP-SP

Setiadi, (2007). Konsep dan penulisan : riset keperawatan. Yogjakarta : Graha Ilmu Setyaningrum (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi tali pusat di Desa Bebekan Rw 07 Kecamatan Taman Sidoarjo. (KTI Stikes Yarsis). Shafique, (2006). Alcohol Application Versus Natural Drying of Umbilical Cord. The Journal of the Pakistan Medical Association Rawal pindi– Islamabad, Volume31,Number2,JulDec 2006. Diakses dari http://www.rmj.org.pk/RMJ_JUL_D EC_2006/PDF/ Alcohol%20Application%20Versus %20Natural%20Drying.pdf. diakses tanggal 21 Maret 2016 Siti, S. (2013). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Di BPS Finulia Sri Surjati Banjarsari Surakarta Tahun 2013. Http://Digilib.Stikeskusumahusada. Ac.Id/Files/Disk1/9/01-GdlSitisutini-436-1-Sitisut-2.Pdf diakses tanggal 21 Maret 2016

1152

Ilmu

kebidanan.