HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA YANG MENGIKUTI CCSA TENTANG PRAKTIK KLINIS DENGAN MOTIVASI UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Nurul Sya’bani1 F.Sri Susilaningsih1 Hana Rizmadewi Agustina1 1
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Pendidikan profesi merupakan bagian dari pendidikan profesional yang harus dilalui sebelum menjadi perawat. Namun masih ada mahasiswa yang keberatan melanjutkan pendidikan profesi ini. Pada tahun 2012, 19% lulusan angkatan 2007 tidak melanjutkan pendidikan profesi. Comprehensive Clinical System Analysis (CCSA) merupakan pemaparan praktik klinis secara dini bagi mahasiswa sebagai bekal sebelum menempuh pendidikan profesi dengan tujuan meningkatkan keterampilan klinis dasar mahasiswa. Keluhan yang timbul dari mahasiswa mengenai CCSA meliputi beban kerja, target tindakan dan koordinasi di lapangan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi mahasiswa yang telah mengikuti CCSA tentang praktik klinis dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif dilakukan kepada 60 mahasiswa angkatan 2008 FIK Unpad yang diambil secara random. Persepsi dan motivasi mahasiswa diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Penelitian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui besarnya korelasi, dan uji t untuk pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukan 56,7% mahasiswa memiliki persepsi positif tentang praktik klinis,86,67% memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan profesi dan tidak terdapat hubungan bermakna antara persepsi mahasiswa tentang praktik klinis dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan profesi. Meskipun demikian 13,3% dari mahasiswa masih memiliki motivasi yang rendah untuk melanjutkan pendidikan profesi sehingga dibutuhkan sosialisasi program profesi sebagai integral dari pendidikan professional secara dini. Kata kunci: persepsi, praktik CCSA, motivasi, pendidikan profesi ABSTRACT Internship program is a part of professional education that must done before being a nurse . Unfortunately, some students do not interest to do this. Comprehensive Clinical System Analysis (CCSA) is an early clinical exposure for students before doing clinical internship program. This study aims to find out the correlation between perception of students followed CCSA fowards clinical practice and students motivation to continue study of clinical internship at Nursing Faculty of Padjadjaran University. This research used correlational descriptive with quantitative approach. Sampling technique used random sampling with 60 students as participants. Perception and motivation of students were investigated by quetionare. Research result was analyzed Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
1
statistically by using rank spearman’s correlation. Research result show that 56,7% students have positive perception, 86,67% students have high motivation and there is no correlation between perception of students followed CCSA fowards clinical practice and students motivation to continue study of clinical internship at Nursing Faculty of Padjadjaran University. Nevertheless, 13,3% students still have low motivation, there for it is urgent to conduct early introduction internship program as an integral of professional education among students during their campus orientation program. Keywords: perception, motivation, early clinical exposure, undergraduate nursing PENDAHULUAN Perawat sebagai anggota profesi bertanggung jawab untuk memberi pelayanan perawatan sesuai dengan wewenang yang dimiliki secara kolaborasi dan mandiri, dengan demikian perawat diharuskan memiliki ilmu dan kiat keperawatan yang mendasari praktik profesionalnya (Ake, J. 2003). Sehingga pendidikan yang memadai merupakan hal yang sangat penting untuk meletakan dasar-dasar profesional bagi para praktisinya. Langkah
awal
yang
perlu
ditempuh
oleh
perawat
profesional
adalah
mengembangkan Pendidikan Tinggi Keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015, mayoritas pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (Ners) (Nursalam, 2007). Reilly (2002) yang membagi pendidikan keperawatan menjadi dua disiplin yaitu disiplin akademik dan disiplin profesional. Disiplin akademik lebih menekankan pada pengetahuan dan pada teori yang bersifat deskriptif , sedangkan disiplin profesional diarahkan pada tujuan praktis, sehingga menghasilkan teori preskriptif dan deskriptif. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (FIK Unpad) adalah salah satu institusi pendidikan perawat di Indonesia. FIK Unpad mempunyai visi menjadi lembaga Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
2
pendidikan tinggi keperawatan sebagai pusat pengembangan ilmu dan profesi keperawatan yang mampu berkompetensi global dengan unggulan keperawatan kritis dan keperawatan komunitas. Semenjak tahun 2007 FIK Unpad telah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam proses belajar mengajar. KBK merupakan salah satu metode student learning yang diadobsi dari teori belajar atau Social Learning Theory. Bandura menyatakan bahwa tingkah laku manusia tidak hanya didorong oleh kekuatan dari dalam dirinya melainkan dalam diri orang lain yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif. Interaksi yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan akan membentuk tingkah laku manusia (Bandura, 1977; Weiten 2011). Untuk mengasah kemampuan kognitif ini maka dibuatlah metode pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu metode instruksional untuk memberi kemampuan kepada peserta didik melalui penyelesaian masalah (Nursalam, 2008). Tujuan utama PBL adalah memberi keterampilan dan informasi kepada peserta didik yang akan diterapkannya nanti dalam pekerjaan, baik selama belajar maupun saat menjalankan profesinya (Nursalam, 2008). Metode pembelajaran berbasis masalah ini diintegrasikan pada Early Clinical Exposure (ECE). Konsep ECE merupakan pemaparan awal mahasiswa pada dunia klinis dalam bentuk praktik klinis. Praktik klinis merupakan bagian integral dari pendidikan keperawatan. ECE diberikan untuk mempersiapkan mahasiswa agar dapat melakukan dan mengetahui prinsip-prinsip dalam praktik klinis dan merangsang mahasiswa untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis mereka untuk memecahkan masalah.
Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
3
Early Clinical Exposure ini telah diberikan semenjak pendidikan akademik dalam bentuk praktik klinis. Di FIK Unpad Early Clinical Exposure diterapkan pada mata kuliah Comprehensive Clinical System Analysis (CCSA) dan praktik keperawatan komunitas III. Praktik keperawatan komunitas dilaksanakan
diwilayah binaan
puskesmas yang tempatnya telah ditentukan sebelumnya oleh fakultas. Namun dalam kesempatan kali ini peneliti lebih memfokuskan kepada praktik yang diselenggarakan dirumah sakit karena praktik dirumah sakit sudah mencakup atau mewakili semua komponen klinik yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mengenal dunia profesi keperawatan. Praktik klinis adalah bekal bagi mahasiswa untuk nanti melanjutkan pendidikan profesi. Mata kuliah CCSA dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sasikin Bandung (RSUP Dr. Hasan Sadikin). Mata kuliah ini memfasilitasi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan klinik dasar yang terkait semua sistem yang telah dipelajari pada semester-semester sebelumnya. Mata kuliah ini merupakan program baru yang baru dua kali diterapkan di FIK Unpad. Pertama kali diterapkan kepada program A angkatan 2007 pada tahun 2010 diikuti oleh 130 mahasiswa dan yang kedua pada program A 2008 pada tahun 2011 yang diikuti oleh 149 mahasiswa (FIK Unpad,2012). Setelah lulus pendidikan akademik, mahasiswa yang telah mendapat pemaparan awal terhadap lingkungan klinik pada saat menjalani mata kuliah CCSA, akan melanjutkan pendidikan profesi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ada dua tahapan yang harus dilalui untuk menjadi perawat profesional. Tujuan profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan adalah menghasilkan Ners yang berpengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku baik yang mampu memberikan Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
4
layanan
kesehatan
dengan
menerapkan
prinsip-prinsip
keperawatan
dalam
mengutamakan keselamatan klien, diri, dan lingkungan mengacu pada sistem pelayanan kesehatan nasional dan dapat bersaing secara global (FIK Unpad, 2012). Dalam penyelenggaraannya, praktik klinik ini menimbulkan berbagai keluhan dari mahasiswa. Ada mahasiswa yang mengeluhkan bingung dengan proses mata kuliah ini, ada yang mengeluhkan koordinasi yang kurang jelas antara mahasiswa dengan dosen, dan ada pula yang mengeluhkan beratnya pekerjaan yang dilakukan oleh perawat dilapangan. Selain itu ada juga yang jadi ragu-ragu untuk melanjutkan pendidikan profesi, dan bahkan berpikir tidak akan memilih lingkup pekerjaan klinis. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 10 orang mahasiswa keperawatan Unpad angkatan 2008, ketika ditanya bagaimana penilaian mahasiswa terhadap praktik klinis CCSA dari 10 orang yang diwawancarai 6 orang mahasiswa memiliki penilaian yang kurang baik terhadap CCSA alasannya yaitu karena beratnya beban dan tugas yang harus dilaksanakan. Sehingga CCSA ini menjadi salah satu stressor bagi mahasiswa. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Desideranto, 1976; Rakhmat, J., 2007). Persepsi yang terbentuk oleh komponen kognitif seseorang dapat menjadi positif atau negatif. Jika banyak mahasiswa yang memiliki persepsi negatif tentang praktik klinis ini, maka akan membatasi keinginan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan klinik mereka. Hal ini dapat mengakibatkan minimnya pengalaman klinis mahasiswa dilahan praktik yang akan berdampak pada tidak tercapainya kompetensi-kompetensi tertentu dalam proses pembelajaran klinik. Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
5
Fenomena ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Firmansya, Marindra (2011) dalam tulisannya yang berjudul early clinical experience menyebutkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap early clinical experience adalah rendah. Masalah dikemukakan pada komponen struktur dan isi, proses bimbingan, pengalaman belajar dan evaluasi mahasiswa. Farkhondeh Sharif and Sara Masoumi (2005) dalam tulisannya a qualitative study of nursing student experience of clinical practice mengidentifikasi empat point of view dalam praktik klinis awal mahasiswa yaitu: (1) kecemasan klinis awal, (2) kesenjangan teori dan praktik, (3) supervisi klinis, dan (4) peran professional. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa mahasiswa keperawatan tidak puas dengan komponen klinis dari pendidikan mereka. Mereka mengalami kecemasan sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten dan kurangnya keterampilan keperawatan profesional dan pengetahuan untuk mengurus pasien dalam pengaturan klinis. Pengalaman klinis mahasiswa akan membentuk persepsi positif ataupun negatif dan akan menghasilkan sikap yang hasilnya dapat terlihat dalam perilaku yang ditunjukkan. Berdasarkan fenomena yang ditemukan dan didukung dengan penelitian yang sudah ada peneliti menduga persepsi mahasiswa tentang praktik klinis cenderung ke arah negatif. Hal yang ditakutkan adalah persepsi negatif ini akan menghasilkan sikap yang arahannya negatif seperti rendahnya motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi. Menurut data yang didapat dari SBA Fakultas Keperawatan Unpad, mahasiswa program A angkatan 2007 yang melanjutkan pendidikan profesi Ners adalah 116 orang dari 143 mahasiswa yaitu sekitar 81 % . Ada sekitar 19 % lulusan S1 yang tidak Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
6
melanjutkan pendidikan profesi padahal seharusnya pendidikan keperawatan ini tidak berhenti dipendidikan akademis. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti kepada mahasiswa keperawatan angkatan 2008 yang telah mengikuti CCSA melalui wawancara, saat ditanya apakah setelah lulus sarjana mereka akan melanjutkan program profesi Ners, 5 dari 10 mahasiswa menyatakan ragu akan melanjutkan program profesi ners, dan ada 1 orang yang menyatakan tidak akan mengambil program profesi, kalau pun jadi diambil itu berarti karena terpaksa. Berdasarkan wawancara peneliti dengan mahasiswa program A 2007, setelah menjalani praktik CCSA banyak teman-temannya yang merasa jera dengan tugas perawat dirumah sakit dan menjadi ragu untuk melanjutkan pendidikan profesi dengan anggapan tugas saat profesi akan lebih berat. Sedangkan mahasiswa yang akhirnya memutuskan tetap melanjutkan profesi, banyak yang menjalaninya dengan malasmalasan. Pada dasarnya terdapat banyak hal yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi. Menurut Ismani (2001) minat ini dipengaruhi oleh faktor keluarga, keinginan untuk meningkatkan pengetahuan, tuntutan pekerjaan, kondisi sosial ekonomi, dan untuk mendapatkan legilasi. Namun, selain itu ada satu lagi hal yang sangat penting yaitu motivasi dari diri mahasiswa tersebut untuk melanjutkan pendidikan profesi. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Notoatmodjo, 2005).
Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
7
Berdasarkan fenomena ini, peneliti tertarik meneliti hubungan persepsi mahasiswa yang telah mengikuti CCSA tentang praktik klinis dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan program profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. METODA PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang diteliti (Nursalam, 2008). hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa yang mengikuti CCSA tentang praktik klinis dengan motivasi untuk melanjutkan program profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Ha : Terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa yang mengikuti CCSA tentang praktik klinis dengan motivasi untuk melanjutkan program profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Variable dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa tentang praktik klinis dan motivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan profesi Ners. Dalam penelitian ini penulis menetapkan populasi adalah mahasiswa angkatan 2008 program A Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran yang telah mengikuti mata kuliah CCSA. Jumalh sampel yang diambil adalah sebanyak 60 orang dengan teknik pengambilan simple random sampling.
Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
8
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner. Jenis kuisioner berupa angket tertutup, dimana responden dapat membubuhkan tanda checklist (√) sebagai alternatif jawaban yang dipilih dalam skala Likert dengan 4 pilihan jawaban. Kuisioner yang digunakan ada dua, yaitu kuisioner untuk mengukur persepsi mahasiswa mengenai praktik klinis dan kuisioner untuk mengukur motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi Ners. Kuisioner yang digunakan peneliti adalah hasil dari pengembangan teori dan telah dilakukan uji content dengan ahli. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman, dan uji t untuk pengujian hipotesis. Penelitian ini mengambil tempat di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran yang dilaksanakan pada mei 2012. Surat persetujuan dari responden ditandatangani oleh mahasiswa yang menjadi sampel setelah mendapatkan penjelasan tentang maksud, tujuan dan manfaat penelitian. Responden berhak untuk menolak sebagai sampel penelitian. Segala informasi yang didapat dari responden dijaga kerahasiaanya serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi persepsi mahasiswa Hasil analisis mengenai persepsi mahasiswa tentang praktik klinis dapat dilihat pada tabel berikut: Table 1 distribusi persepsi mahasiswa Persepsi F % Positif 34 56,7 Negatif 26 43,3 jumlah 60 100 Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
9
Berdasarkan tabel 1 sebagian besar mahasiswa memiliki persepsi yang positif mengenai praktik klinik yaitu sebanyak 56,7%. Distribusi motivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan profesi Ners Hasil analisis mengenai motivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan profesi Ners dapat dilihat pada table berikut: Table 2 distribusi motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi Ners Motivasi F % Tinggi 52 86,67 Rendah 8 13,33 jumlah 60 100 Table 2 menampilkan data mengenai motivasi mahasiswa melanjutakn pendidikan profesi Ners. Dapat dilihat hampir seluruh mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan profesi Ners yaitu sebanyak 86,67%. Hubungan persepsi mahasiswa tentang praktik klinis dengan motivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan profesi Ners Table 3 hasil analisa hubungan persepsi mahasiswa tentang praktik klinis dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi ners Motivasi Koefisien Koefisien Total Tinggi Rendah Persepsi korelasi determinasi (rs2) (rs) f % F % f % 29 85,29 5 14,71 34 100 Positif -0,029 0,000841 23 88,46 3 11,54 26 100 Negatif Besarnya koefisien korelasi yang ditemukan adalah sebesar -0,029. Menurut kriteria termasuk kedalam kategori hubungan sangat rendah. Analisis korelasi dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi yaitu dengan mengkuadratkan koefisien yang ditemukan. Besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 0,000841, Hal ini berarti varian yang terjadi pada variabel motivasi 0,084% ditentukan oleh varian yang terjadi pada Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
10
variabel persepsi. Hasil ini dapat juga diartikan pengaruh persepsi mahasiswa tentang praktik klinis terhadap motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi ners hanya sebesar 0,084% , sisanya 99,916% lagi ditentukan oleh faktor lain. Pada bagian pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Korelasi Rank Spearman, menyimpulkan bahwa H0 gagal tolak dengan nilai |t hitung| < t tabel = 0,219 < 1,672.
Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa yang
mengikuti CCSA tentang praktik klinis dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Salah satu tujuan praktik klinis pada tahap pendidikan akademik adalah untuk memperkenalkan mahasiswa dengan lingkungan praktik dan sebagai bekal mereka sebelum menjalani pendidikan profesi. Dalam penelitian ini didapatkan data 85,29% mahasiswa yang memiliki persepsi positif akan memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan profesi dan 88,46% dari mahasiswa yang memiliki persepsi negatif juga memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini berarti mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan profesi belum tentu memiliki persepsi positif mengenai praktik klinis. Pada dasarnya sebagian besar sikap, tingkah laku tersebut dan penyesuaiannya ditentukan oleh persepsi. Persepsi merupakan faktor yang sangat menentukan terbentuknya sikap atau perilaku individu, juga merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktifitas yang intergrated dalam diri individu (Walgito, 2002).
Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
11
Banyak faktor yang menentukan persepsi seseorang yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Persepsi juga ditentukan bukan dari jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu, dan ditentukan juga oleh kebutuhan biologis seseorang, serta suasana emosional saat mempersepsi suatu hal. Dalam uraian hasil penelitian didapatkan nilai kontribusi persepsi mahasiswa tentang praktik klinis terhadap motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi hanya sebesar 0,089% . Hal ini berarti persepsi bukan faktor utama yang dapat berkontribusi terhadap motivasi mahasiswa melanjutkan pendidikan profesi. Persepsi mahasiswa dapat masuk ke dalam faktor kondisi peserta didik, namun kontribusinya dalam membentuk motivasi tidak terlalu besar. Masih ada 99,916 % lagi faktor-faktor lain yang akan berkontribusi dalam membentuk motivasi mahasiswa dalam melanjutkan pendidikan profesi. Untuk mengetahui hal ini lebih jelas dapat dilakukan penelitian lebih lanjut. Begitu pula halnya dengan motivasi. Banya faktor yang menentukan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi ini. Faktor-faktor tersebut adalah citacita dan aspirasi, kemampuan, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar, unsurunsur dinamis dalam pembelajaran, serta upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik (Nursalam, 2008). Wafak (2009) meneliti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi mahasiswa semester akhir untuk melanjutkan ke program ners di Universitas Muhammadiyah Semarang. Mungkin saja mahasiswa yang awalnya memiliki tidak
Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
12
memiliki motivasi namun karena mendapat dukungan dari keluarga, mahasiswa tersebut jadi termotivasi untuk melanjutkan pendidikan profesi. Faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi adalah rentang antara praktik klinis yang telah dilakukan oleh mahasiswa dengan penelitian ini cukup lama yaitu 5 bulan. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga hasil penelitian ini tidak sesuai dengan fenomena. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang praktik klinis dengan motivasi mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan profesi Ners. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan mahasiswa secara mental sebelum memasuki lahan praktik klinik dengan baik berupa kepercayaan diri dan motivasi. b. Diharapkan institusi pendidikan dapat memberi gambaran riil tentang prospek profesi ners di masa mendatang dan mampu memenuhi harapan masyarakat pada pendidikan profesi ners, sehingga minat dan motivasi mahasiswa sarjana keperawatan untuk melanjutkan pendidikan profesi ners semakin besar dan meningkat. c. Institusi diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi TPBK dan dosen wali untuk menggali lebih dalam alasan-alasan mahasiswa memiliki motivasi rendah untuk melanjutkan pendidikan profesi selain dari persepsi mereka mengenai praktik klinis yang sebelumnya pernah mereka hadapi. Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
13
DAFTAR PUSTAKA Ake, J. 2003. Malpraktek Dalam Keperawatan, EGC : Jakarta FIK Unpad. 2012. Profil Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Available online at http://www.fkep.unpad.ac.id/profil/ (diakses tanggal 15 Januari 2012) Firmansyah, Marindra. 2011. Early Clinical Experience [Online] Available at http://dokterindra.com/early-clinical-experience/ (diakses tanggal 5 Januari 2012) Ismani, N. 2001. Etika Keperawatan. Widya medika : Jakarta Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek Professional, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. _______. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu KeperawatanPedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika _______. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Reilly & Obermann.2002. Pengajaran Klinis dalam Pendidikan Keperawatan.Jakarta:EGC Sharif, F., Masoumi, S.. 2005. A Qualitative Study of Nursing Student Experiences of Clinical Practice. [Online] BMC Nurs.2005;4;6 doi: 10.1186/1472-6955-4-6 Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1298307/ (diakses pada tanggal 15 Januari 2012) Wafak, M. Abdul. 2010. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Mahasiswa Semester Akhir untuk Melanjutkan Program NERS di Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Walgito, Bimo. 2002. Psikologi Sosial.Yogyakarta: Andi Offset Weiten, W., Dana S. Dunn, Elizabeth Yost Hamme. 2011. Psychology Applied to Modern Life: Adjustment in the 21st Century. USA: Wadsworth
Nurul Sya’bani, S.kep Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung – Sumedang KM 21, Jatinangor, Sumedang) Email :
[email protected] telp: 085287770288
14