1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG FRAKTUR MERUPAKAN

Download Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan ... hewan mengalami fraktur pada tulang panjang seperti tulang femur, hum...

0 downloads 540 Views 31KB Size
PENDAHULUAN

Latar Belakang Fraktur merupakan salah satu kasus yang sering terjadi pada hewan kesayangan terutama anjing dan kucing. Fraktur pada hewan, umumnya disebabkan oleh trauma seperti terbentur benda keras, tertabrak kendaraan dan jatuh dari tempat yang tinggi. Kasus fraktur sampai saat ini masih banyak dijumpai di tempat praktek dokter hewan, Klinik Hewan maupun Rumah Sakit Hewan. Kejadian kasus fraktur pada hewan di Bali, khususnya di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (RSHP FKH UNUD) mencapai 10% dari total pasien setiap tahunnya. Sebagian besar hewan mengalami fraktur pada tulang panjang seperti tulang femur, humerus, radius, ulna, tibia dan fibula. Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi tulang patah ke posisi semula (reposisi) kemudian mempertahankan posisi tersebut sambil menunggu proses penyembuhan patah tulang (immobilisasi) agar tulang tersebut dapat tersambung dengan baik dan benar. Kesembuhan fraktur secara spesifik menghasilkan perbaikan pada struktur dan fungsi jaringan tulang, berbeda dengan kesembuhan jaringan otot atau kulit, yang tidak dapat memperbaharui kerusakan tanpa adanya pembentukan jaringan parut (Dimittriou et al., 2011). Reduksi dan imobilisasi yang tepat dengan teknik reduksi spesifik menggunakan instrumen bedah serta penggunaan implan ortopedi diperlukan untuk mencapai kesembuhan tulang yang optimal dalam perbaikan fraktur (Vertenten et al., 2010).

1

2

Tulang memiliki kemampuan untuk sembuh secara spontan melalui regenerasi, namun proses ini seringkali tidak adekuat pada kebanyakan situasi klinis dan patologis yang berat (Nandi et al., 2008). Kerusakan tulang yang berat akibat trauma, disertai dengan banyaknya fragmen patahan tidak bisa dipertahankan, dapat menghambat kesembuhan tulang serta menyebabkan cacat tulang. Selain itu, kesembuhan yang terhambat (delayed union) atau komplikasi kegagalan kesembuhan (nonunion) setelah operasi juga menjadi penyebab kerusakan tulang (McCartney et al., 2010; Larsen et al., 1999; Welch et al., 1997). Untuk mengganti fragmen patahan yang hilang dan melakukan bedah rekonstruksi pada kasus delayed union atau nonunion maka diperlukan bahan cangkok pengganti tulang untuk memperbaiki kerusakan tulang (Kao, 2004). Tindakan

cangkok

tulang

bertujuan

untuk

merangsang

proses

penyembuhan tulang serta mengisi bagian tulang yang hilang (Finkemeier, 2002). Pemberian bahan cangkok tulang pada kasus fraktur memerlukan pertimbangan dalam melakukannya, karena kerusakan tulang dengan lebar kurang dari 2 mm memiliki potensi regenerasi tulang yang baik sehingga tidak diperlukan penambahan bahan cangkokan tulang, sedangkan pada kerusakan tulang dengan lebar lebih dari 2 mm secara umum memiliki potensi regenerasi tulang lebih kecil sehingga diperlukan bahan cangkok tulang untuk membantu regenerasi tulang (Fedi et al., 2005). Cangkok tulang adalah teknik operasi mengganti tulang yang hilang dengan menggunakan material tulang yang berasal dari individu yang bersangkutan (autograft), tulang yang diambil dari individu yang berbeda dengan

3

spesies yang sama (allograft), tulang yang diambil dari spesies yang berbeda (xenograft) atau dari material sintetik atau bahan alami (Greenwald et al., 2001; Parikh, 2002; Finkemeier, 2002). Bahan cangkok tulang yang ideal harus memiliki potensi untuk mempertahankan sel tetap hidup, tidak menimbulkan reaksi imunologi, mudah didapat, dan memberi kekuatan sekeliling tulang, serta tidak menyebarkan penyakit (Becker et al., 1998). Cangkok tulang autograft merupakan gold standard dalam melakukan bedah rekontruksi tulang karena memiliki tiga sifat biologis dalam proses penyembuhan tulang yaitu sebagai 1) osteokonduktif dimana autograft memiliki matrik yang berfungsi sebagai scaffold tempat deposisi tulang yang baru. 2) osteoinduktif,

dimana

autograft

mengandung

berbagai

sitokin

seperti

transforming growth factor-β (TGF-β), insulin-like growth factor (IGF), fibroblast growth factor (FGF), platelet derived growth factor (PDGF), bone morphogenetic protein (BMP) yang berfungsi menstimulasi osteoprogenitor sel untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblast yang selanjutnya akan memproduksi tulang yang baru. 3) osteogenesis dimana autograft mengandung sel osteoblast yang mempunyai kemampuan untuk memproduksi matrik tulang (Ferdiansyah et al., 2011; Albrek and Johansson, 2001). Meskipun demikian, cangkok tulang autograft juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti menimbulkan nyeri pada daerah donor, ketersediaan bahan yang terbatas, merusak saraf, dan infeksi pada bagian donor (Finkemeier, 2002). Karena keterbatasan ini, diperlukan bahan pengganti cangkok tulang dan harus memiliki satu atau lebih

4

dari ciri khas autograft seperti: osteokonduksi, osteoinduksi dan osteogenesis (Aliabadi et al., 2012). Xenograft merupakan alternatif pilihan sebagai bahan pengganti autograft. Keuntungan penggunaan bone xenograft terletak pada materinya tersedia dalam jumlah yang tidak terbatas dan memiliki sifat biologis sebagai osteoinduktif maupun osteokonduktif. Xenograft merupakan bahan cangkok yang berasal dari spesies yang berbeda maka untuk mengurangi respon imun pada resipien harus dilakukan proses penghilangan lemak (defatting) dan protein (deproteinizing) (Fernandes et al., 2010). Salah satu sumber bahan xenograft yang sering digunakan pada manusia berasal dari tulang babi (Nannmark and Sennerby, 2008; Orsini et al., 2006; Barone et al., 2005). Alasan penggunaan tulang babi karena secara makrostruktur, mikrostruktur, komposisi maupun proses remodeling tulang sangat mirip dengan tulang manusia (Pearce et al., 2007). Hasil penelitian terkini, penggunaan bahan cangkok asal tulang babi memberikan hasil paling baik dalam bedah rekonstruksi tulang pada manusia. Keberhasilan penggunaan bahan cangkok asal tulang babi pada manusia menjadi inspirasi untuk diterapkan di dunia kedokteran hewan dalam penanganan kasus bedah orthopedik pada hewan kesayangan terutama anjing. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan diteliti tentang efektivitas penggunaan demineralized porcine cortical bone xenograft (DPCBX) sebagai bahan cangkok alternatif untuk penanganan kasus fraktur pada anjing.

5

Perumusan Masalah Tingkat kejadian kasus fraktur tinggi dan komplek serta penanganan belum optimal akan menghambat proses kesembuhan atau tidak terjadi kesembuhan. Hal ini dapat dihindari jika tersedia bahan cangkok tulang. Bahan cangkok yang potensial, murah dan mudah didapat adalah yang berasal dari tulang babi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya: 1. Apakah penggunaan bahan cangkok DPCBX yang berasal dari tulang babi efektif untuk penanganan kasus fraktur pada anjing? 2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada daerah fraktur pasca pemberian bahan cangkok DPCBX?

Tujuan Penelitian 1. Mempelajari efektivitas penggunaan bahan cangkok DPCBX untuk penanganan kasus fraktur pada anjing. 2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada daerah fraktur pasca pemberian bahan cangkok DPCBX.

Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan harapan kesembuhan fraktur komplek dengan pemberian cangkok DPCBX, dan mengembangkan teknologi bahan cangkok tulang, sehingga dapat mengurangi

6

penggunaan produk impor yang mahal dengan menggunakan produk lokal yang murah dan berkualitas tinggi.

Keaslian Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan bahan cangkok asal tulang babi sudah banyak dilakukan pada manusia, tetapi pada anjing masih sangat sedikit dilakukan. Penggunaan bahan cangkok asal tulang kanselus babi pernah dilakukan oleh Kim et al. (2004) yang meneliti tentang efektivitas penggunaan tulang kanselus babi yang di implantasi pada anjing. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa tulang kanselus sangat efektif sebagai osteokonduksi. Heo et al. (2011) juga melakukan studi kasus yang berjudul Use of Porcine Cancellous Bone Graft of Radial Nounion Fracture in a Dog, memberikan hasil yang sangat baik yang dapat dilihat pada kesembuhan total pada bagian tulang yang mengalami kerusakan 16 minggu pasca operasi, meskipun demikian kajian mengenai efektivitas penggunaan demineralized porcine cortical bone xenograft (DPCBX) sebagai bahan cangkok alternatif pada anjing belum pernah dilakukan sebelumnya.