ANALISA PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS

Download Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta”, sebagai syarat untuk mendapat ... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan. D. Kon...

0 downloads 567 Views 381KB Size
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

PENGARUH LIKUIDITAS DAN RENTABILITAS TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWAKARTA

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah

Oleh: FATMA RIDHA Nomor Pokok : 10010204023

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2008 M / 1430 H

PERSETUJUAN

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Neneng Nurhasanah, Dra, MH.

Nunung Nurhayati S.E., M.Si., Ak.

Mengetahui:

Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah

Neneng Nurhasanah, Dra, MH.

Dekan Fakultas Syariah

H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH

ii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dimunaqasyahkan oleh tim penguji skripsi pada hari Rabu, Tanggal 04 Februari 2009 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Syariah Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah Universitas Islam Bandung.

Bandung, 04 Februari 2009 M 08 Safar 1430 H

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua

Sekretaris

H. M. Zainuddin, Drs., Lc., Dipl., MH

Neneng Nurhasanah, Dra, MH.

TIM PENGUJI

1. H.M. Zainuddin, Drs.LC.Dipl.MH

________________________

2. H.C. Najmuddin HS, Drs.MH

________________________

3. H. Asep Ramdan H, Drs.M.Si

________________________

iii

MOTTO

ya,, Allah jadikanlah aku hambaMU yang berjiwa seharmonis system periodic, sestabil gas mulia, sekuat ikatan kimia dan buatlah tekadku tidak mudah terionisasi luruskan niatku dan sempurnakan ikhtiarku jadikan waktu relativitasku lebih bermakna dihadapanMU semoga inspirasi dan ekspirasiku hanya untuk ridhoMU dan lobus frontalisku senantiasa bekerja mencari cara untuk meraih CINTAMU

Kupersembahkan hasil karya ini sebagai rasa syukurku .. Kepada kekuatan tertinggiku, Allah Swt.. Kekasih tercinta, Rasulullah.. Untuk dakwah dan Islam... Bakti dan kasihku kepada Ayah dan Ibu... Orang-orang terkasih ...

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmatd an hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, tabi’in dan para pengikut setia beliau hingga akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Tingkat Rentabilitas terrhadap Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta”, sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung. Dengan penuh kerendahan hati perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Papa dan Mamaku yang tercinta dirumah serta kakak-kakakku, dan sepupusepupuku yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material selama penulis menjalani studi di bangku kuliah. 2. Ibu Neneng Nurhasanah, Dra,MH, selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahannya demi terselesaikannya skripsi ini.

v

Kata Pengantar

3. Ibu Nunung Nurhayati, S.E.,Msi.,Ak, selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahannya demi terselesaikannya skripsi ini 4. Bapak HM. Zaenuddin, Lc.,Dipl.,MH, selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 5. Bapak Zaini Abdul Malik, S.Ag, selaku wali akademik yang telah membimbing, nasehat, dan memberikan pengarahan demi terselesaikannya skripsi ini 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung yang dengan penuh pengabdian telah memberikan ilmu dan pengetahuan. 7. My friend DJ, thanks to support me waktu susah ataupun senang dan jadi teman curhat yang baik sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 8. Tata “Tuyul”, Irma “Mairot”, Wince, Zhe “Pao Ndoet”, Willy, Emmon, dan Nyung “Onying”, my friends thanks to support me sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini and I’ll miss you all.. 9. Teman-temanku Jurusan Keuangan Perbankan Syari’ah angkatan 2004 yang telah memberikan bantuan, semangat, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kakak-kakak kedokteranku, Ravi dan Tristan, thank to support, to make me happy and enjoy to writing and finished my essay. 11. Teman-teman UNPAD Dewi, Handre, Rika, Nia, dan lain-lain terima kasih semangatnya.

vi

Kata Pengantar

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, pendapat dan koreksi akan sangat bermanfaat dalam melengkapi dan menyempurnakan langkah-langkah lanjut demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandung, 18 Januari 2009 Penulis

Fatma Ridha

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1

B. Identifikasi Masalah

6

C. Tujuan Penelitian

7

D. Kegunaan Penelitian

7

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

8

1. Kerangka Pemikiran

8

2. Hipotesis

14

F. Metode Penelitian

14

1. Jenis Penelitian

14

2. Sumber Data

14

3. Teknik Pengumpulan Data

15

4. Operasionalisasi Variabel

16

5. Alat Analisis Data

16

6. Uji Hipotesis

17

v

7. Lokasi Penelitian

18

G. Sistematika Pembahasan

18

20

BAB II LANDASAN TEORI

20

A. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas

20

2. Fungsi Likuiditas

21

3. Sumber-sumber Likuiditas

24

4. Indikator-indikator Likuiditas

26

5. Strategi Perbankan Menghadapi Krisis Likuiditas

29 33

B. Rentabilitas 1. Pengertian Rentabilitas

33

2. Tujuan Analisis Rentabilitas

37

3. Cara Meningkatkan Rentabilitas

39

4. Indikator-indikator Rentabilitas

40 43

C. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan

43

2. Tujuan Pembiayaan

44

3. Fungsi Pembiayaan

44

4. Jenis Pembiayaan

45

5. Analisis Pembiayaan

51

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan

54

D. Kondisi Likuiditas, Rentabilitas dan Pembiayan di Bank Syariah

vi

56

BAB III OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN

59

A. Sejarah Bank Syariah Mandiri

59

B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

62

C. Budaya Perusahaan

63

D. Produk yang Ditawarkan

64 64

1. Produk Penghimpunan Dana a. Tabungan

64

b. Deposito

68

c. Giro

69

d. Obligasi

72

2. Produk Pembiayaan

72

3. Produk Jasa Layanan Bank

76

a. Jasa Produk

77

b. Jasa Operasional

79

c. Jasa Investasi

81

E. Sumber Daya Insani

82

F. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta

83

G. Metode Penelitian

84

1. Metode yang Digunakan

84

2. Operasionalisasi Variabel

84

3. Jenis dan Sumber Data

85

4. Teknik Pengumpulan Data

86

vii

H. Rancangan Uji Hipotesis

87

1. Penetapan Hipotesis Null (Ho) I. Pemilihan Uji Statistik dan Perhitungan Nilai Uji Statistik

87 88

1. Pemilihan Uji Statistik

88

2. Analisis Regresi Sederhana

88

J. Pengujian Hipotesis dan Penetapan Tingkat Signifikansi

89

1. Penetapan Uji t

89

2. Penetapan Tingkat Signifiksi

90

3. Penarikan Kesimpulan

90 92

BAB IV PEMBAHASAN A. Kondisi Likuiditas di Bank Syariah Mandiri

92

B. Kondisi Rentabilitas di Bank Syariah Mandiri

93

C. Kondisi Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri

94

D. Pengaruh Likuiditas dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di

96

Bank Syariah Mandiri 1. Analisis Regresi Sederhana

99

2. Uji Keberartian Pengaruh (Regresi) dengan Uji t

103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

110

A. Kesimpulan

110

B. Saran

111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

viii

Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel

85

4.1 Data Tingkat FDR, ROA dan Pembiayaan di Bank Syariah

95

Mandiri 4.2 Data Penelitian

98

4.3 Data Variabel X1 dan Y

99

4.4 Data Variabel X2 dan Y

101

xv

Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Musyarakah

48

2.2 Skema Pembiayaan Ijarah

49

3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta

83

4.1 Gambar Uji t dengan Tingkat Signifikasi  = 0.05

106

xvi

Daftar Lampiran

Daftar Lampiran

Daftar Bimbingan Skripsi Surat Keputusan Bimbingan Skripsi Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta Feleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah

xvii

Bab I: Pendahuluan

PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS DAN TINGKAT RENTABILITAS TERHADAP PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWAKARTA

A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia yang semakin meningkat telah mengakibatkan peningkatan permintaan akan kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun, dana yang dimiliki pemerintah yang bersumber dari APBN sangat terbatas untuk menutupi kebutuhan dana pembangunan, karenanya pemerintah mendorong pihak swasta untuk ikut serta berperan dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa. Akan tetapi dana yang dimiliki oleh pihak swasta, baik secara individual maupun kelembagaan, juga terbatas untuk memenuhi operasional dan pengembangan usahanya. Dengan keterbatasan finansial lembaga negara dan swasta tersebut, maka perbankan nasional memegang peranan penting dan strategis dalam kaitannya untuk menyediakan dana permodalan pengembangan sektor-sektor produktif. Bank sebagai lembaga jasa perantara keuangan ( financial intermediary), yang tugas pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat, diharapkan dengan dana yang dimaksud dapat memenuhi kebutuhan dana pembiayaan yang tidak disediakan oleh dua lembaga sebelumnya (swasta dan negara). Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai

1

Bab I: Pendahuluan

tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan moralitasnya. Sistem bank yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik bunga (free interest banking). Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis sangatlah penting, namun dalam pelaksananya harus menghilangkan adanya ketidakadilan, ketidakjujuran, dan “penghisapan” dari satu pihak ke pihak lain (bank dan nasabahnya). Kedudukan bank syariah dalam hubungan dengan para nasabahnya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank pada umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur. Dalam pelaksanaan pembiayaan , bank syariah harus memenuhi 2 aspek (Muhammad, ”Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 16), yaitu: 1. Aspek syariah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara lain tidak mengandung unsur maisir, gharar, dan riba serta bidang usahanya harus halal). 2. Aspek ekonomi, berarti di samping mempertimbangkan hal-hal syariah bank syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun bagi nasabah bank syariah. Pembiayaan

berfungsi

untuk

meningkatkan

perekonomian

umat,

meningkatkan tingkat produktivitas dalam masyarakat, membuka lapangan kerja baru, meningkatkan daya guna uang dan barang, dan meningkatkan stabilitas ekonomi suatu negara. Agar tercapainya tujuan pembiayaan tersebut maka volume pembiayaan harus ditingkatkan.

2

Bab I: Pendahuluan

Aspek-aspek yang mempengaruhi volume pembiayaan adalah tingkat keuntungan bank, tingkat kredit macet, dana pihak ketiga, tingkat likuiditas bank, promosi pembiayaan yang dilakukan oleh bank, financing deposit ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, modal bank, baik modal sendiri maupun modal cadangan, serta dana yang berasal dari masyarakat luas. Tingkat keuntungan yang tinggi dapat mengakibatkan tingginya volume pembiayaan. Volume pembiayaan yang tinggi dan berlebihan dapat menimbulkan bencana pada masa yang akan datang

bagi

bank,

dan

memberikan

dampak

persaingan

yang

tidak

menguntungkan bagi nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Pemberian pembiayaan yang berlebihan merupakan salah satu masalah klasik yang mengakibatkan krisis perbankan. Pengelolaan kredit merupakan masalah yang sangat pelik bagi manajemen perbankan. Jika manajemen perbankan ingin memperbesar likuiditas berarti volume pembiayaan yang dapat diberikan harus diperkecil untuk memperbesar cadangan kas, yang berarti dana yang dapat dihasilkan untuk pencapaian rentabilitas berkurang. Rentabilitas dapat diperbesar jika pemberian pembiayaan diperbesar, dan berarti posisi likuiditas diperkecil karena sebagian dana diperuntukkan untuk dana produktif (loaknable found). Bank dalam memberikan jumlah penyaluran dana pembiayaan yang begitu besar bahkan melebihi 80% dari total asset yang dimilikinya akan berakibat terganggunya likuiditas bank, karena sumber dana simpanan masyarakat tersedot dengan jumlah pemakaian kredit. Jumlah dana pembiayaan yang disalurkan berasal dari dana simpanan masyarakat dianggap sehat oleh Bank Indonesia

3

Bab I: Pendahuluan

sebesar 85%-110%. Dengan demikian, pemberian pembiayaan yang berlebihan mengandung resiko pada manajemen bank. Resiko yang mungkin timbul adalah tersendatnya

pembayaran

tagihan

pembiayaan

(NPL

yang

besar

akan

mengakibatkan kredit macet). Kondisi ini akan mengakibatkan kinerja likuiditas terganggu dan mengakibatkan bekunya operasional bank. Realita yang sering terjadi adalah tidak semua nasabah potensial bersedia meminjamkan uangnya berdasarkan prinsip kemitraan atau musyarakah. Pada umumnya nasabah lebih suka menyimpan dananya berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam mudharabah, jika terjadinya kerugian maka bank akan menanggung kerugian yang lebih besar dibandingkan partnernya. Hal ini akan menyebabkan tingginya tingkat likuiditas, dimana bank lebih cenderung menyimpan dana untuk menanggulangi resiko dan menjaga kepuasan nasabah potensial. Selain itu tingginya tingkat kehati-hatian bank dalam memilih nasabah pembiayaan juga akan menyebabkan banyaknya kas yang menganggur, yang akan berdampak pada tingginya biaya pengelolaan kas. Tingkat likuiditas yang tinggi juga akan mengakibatkan tingginya biaya pengelolaan kas yang menganggur dan berkurangnya keuntungan yang diperoleh bank. Untuk mencapai pembiayaan yang sehat, maka bank harus memperhatikan tingkat likuiditas dan rentabilitasnya. Karena tingkat likuiditas dan rentabilitas ini akan berpengaruh terhadap banyaknya pembiayaan yang dapat disalurkan oleh bank syariah. Tingkat likuiditas yang dapat dihitung dengan menggunakan rasio LDR dan Cash Ratio. LDR menunjukkan tingkat likuiditas bank yang berkenaan

4

Bab I: Pendahuluan

dengan kegiatan utama bank. Semakin tinggi tingkat LDR suatu bank maka semakin kecil tingkat likuiditasnya karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar. Sedangkan Cash Ratio menunjukkan kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar dengan alat likuid yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat CR suatu bank maka semaki tinggi tingkat likuiditas bank tersebut (Rachmat Firdaus, Manajemen Dana Bank, 2001: 197). Tingkat rentabilitas yang dapat dihitung dengan menggunakan rasio ROA. ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha secara keseluruhan. Semakin tinggi tingkat ROA suatu bank semakin baik tingkat rentabilitas suatu bank (www. Skrip.com). Pada Januari 2007 LDR Bank Syariah Mandiri sebesar 86,42%, laba yang dihasilkan sebesar Rp.22.000.000.000,-, ROA yang dihasilkan sebesar 3,84% dan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 7.368.093.000.000,-. Akan tetapi, pada Februari 2007 tingkat LDR Bank Syariah Mandiri sebesar 85,97%, tingkat LDR pada bulan ini lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat LDR pada Januari 2007, ROA yang dihasilkan pada bulan ini sebesar 2,73% dan laba yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 31.483.000.000,-, dan pembiayaan yang disalurkan lebih besar dibandingkan dengan bulan Januari 2007, yitu sebesar Rp. 7.381.931.000.000,- (www. syariahmandiri.co.id). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pembiayaan yang disalurkan dipengaruhi oleh tingkat likuiditas dan laba. Likuiditas pada Januari 2007 lebih tinggi dibandingkan dengan likuiditas

5

Bab I: Pendahuluan

Februari 2007, sedangkan laba dan pembiayaan yang disalurkan pada Januari 2007 lebih kecil dibandingkan dengan laba dan pembiayaan yang disalurkan pada Februari 2007 (www. syariahmandiri. co.id). Pada Oktober 2007 LDR Bank Syariah Mandiri sebesar 95,42%, laba yang dihasilkan sebesar Rp.32.745.000.000,-, ROA yang dihasilkan 0,66%, dan pembiayaan yang disalurkan Rp. 7.418.505.000.000,-. Sedangkan pada Desember 2007, LDR Bank Syariah Mandiri adalah 92,98%, laba yang dihasilkan pada bulan ini adalah sebesar Rp.115.455.000.000,-, ROA yang dihasilkan 1,53%, dan pembiayaan

yang

disalurkan

adalah

Rp.

10.326.374.000.000,-

(www.

syariahmandiri. co.id). Selain itu terjadinya penurunan tingkat likuiditas pada Bank Syariah Mandiri pada Februari 2006, yaitu sebesar 81,98%. Tingkat LDR ini tidak sesuai dengan standar likuiditas yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Untuk mencapai pembiayaan yang sehat, bank juga harus memperhatikan tingkat likuiditas dan laba yang dihasilkan oleh bank tersebut. Maka dengan alasan tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang pembiayaan, dalam sebuah penelitian yang diberi judul: ”Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Tingkat Rentabilitas Terhadap Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta”.

B. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

6

Bab I: Pendahuluan

1. Bagaimana keadaan Likuiditas Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta? 2. Bagaimana

keadaan

Rentabilitas

Bank

Syariah

Mandiri

Cabang

Purwakarta? 3. Bagaimana kondisi

pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang

Purwakarta? 4. Bagaimana Pengaruh likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; 1. Untuk menganalisis kondisi likuiditas Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta. 2. Untuk menganalisis kondisi rentabilitas Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta. 3. Untuk menganalisis kondisi pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta. 4. Pengaruh likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri Cabang Purwaakarta.

D. Kegunaan Penilitian 1. Dapat memberikan konstribisi positif dalam rangka menyediakan informasi tentang kondosi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta dan mensosialisasikannya kepada masyarakat.

7

Bab I: Pendahuluan

2. Dapat memberikan pengetahuan bagi penulis tentang analisa pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta. 3. Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung.

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran Pembiayaan atau kredit dalam prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Muhammad, ”Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 15). Kredit dalam prinsip konvensional adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian atau kesepakatan pinjam meminjam, peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga yang telah ditetapkan (Bambang Tri Cahyono, “Analisis Bank Syariah”, 2002: 82). Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana/atau pembiayaan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah. Firman Allah dalam surat An Nisaa’: 29

8

Bab I: Pendahuluan

|ESÅV" DU +Y¯ ©#°¼›WÙ¯ 0ÁR<ØoW 1ÅVšXSÙ%U ßSÉ ÁÚ V" Y SÄ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS: An Nisaa’: 29)

Firman Allah dalam surat Shaad: 24

qªÓ×XkV °ÄV¼Q ÉcÙ ]C°K% 
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh”. (QS : Shaad : 24)

Ayat di atas menjelaskan hubungan kerjasama antara satu pihak dengan pihak lain. Dalam perbankan ayat di atas menjelaskan tentang hubungan dalam produk pembiayaan. Dimana dalam proses pembiayaan terdapat hubungan antara bank dengan pihak peminjam. Produk pembiayaan yang terdapat dalam bank syariah adalah pembiayaan murhabahah, mudharabah, musyarakah, ijarah, istisna’, salam. Pembiayaan mengandung berbagai unsur dan tingkat resiko yang kemungkinan dapat mengenai usaha nasabah dan juga membahayakan prospek pelunasan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank. Jenis resiko itu adalah(Muhammad, ”Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005:67):

9

Bab I: Pendahuluan

1. Risiko makro, berkaitan dengan hal: a. Menurunnya daya beli konsumen b. Berkurangnya anggaran belanja pemerintah c. Gejolak valuta asing d. Deregulasi pasar e. Pembatasan ekspor/impor 2. Risiko mikro, berkaitan dengan hal: a. Hilangnya/berkurangnya pangsa pasar b. Pengurangan/penghentian fasilitas pembiayaan dari supplier c. Kekurangan bahan baku d. Usangnya persediaan barang dagangan e. Meninggalnya para pengelola kunci Untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan yang sehat, bank perlu berpedoman kepada prinsip-prinsip yang dikenal secara umum, yaitu prinsip 3R yang terdiri dari Return Principle, Repayment Capacity, Risk Bearing, prinsip 5C yang terdiri dari Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral, prinsip 4P, yang terdiri dari Personality, Purpose, Prospec, serta Payment. Setiap bank mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri, bagaimana cara melakukan penilaian terhadap permohonan pembiayaan. Biasanya telah tersedia formulir standar yang harus diisi oleh analisis pembiayaan. Selain memperhatikan aspek-aspek

untuk

menciptakan

pembiayaan

yang

sehat,

bank

juga

memperhatikan keuntungan yang muncul dari pemberian pembiayaan tersebut.

10

Bab I: Pendahuluan

Pembiayaan merupakan aplikasi lain dari dana yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan. Karena pembiayaan menggunakan prinsip bagi hasil yang merupakan pendapatan bagi bank, maka pembiayaan itu merupakan aktiva yang menghasilkan (earning assets). Pembiayaan dapat dikelompokkan menjadi pembiayaan yang bersifat konsumtif dan pembiayaan yang bersifat peroduktif. Pembiayaan yang bersifat konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan terhadap benda-benda yang digunakan secara pribadi, sedangkan pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang diberikan kepada sektor bisnis. Pembiayaan

juga

dapat

dikelompokkan

menurut

kualitas

atau

kolektibilitasnya. Pembiayaan menurut kualitasnya terdiri dari 5 jenis, yaitu pembiayaan lancar, pembiayaan dalam perhatian khusus, pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan dan pembiayaan macet. Tingkat pembiayaan dipengaruhi oleh tingkat likuiditas dan rentabilitas suatu bank. Tingkat likuiditas adalah tingkat kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dan utang-utang jangka pendeknya, dapat membayar kembali semua deposannya dan dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Bank dikatakan likuid jika memiliki kas yang besarnya sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, memiliki asset yang dapat diuangkan sewaktu-waktu, dan mempunyai kemampuan untuk menciptakan kas baru melalui utang. Tingkat rentabilitas adalah tingkat kemampuan bank untuk mendapatkan laba atau keuntungan. Dengan analisis rentabilitas dapat diukur tingkat efisiensi

11

Bab I: Pendahuluan

usaha serta profitabilitas yang dicapai oleh bank. Dalam analisis ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada income statemen dan pos-pos neraca bank. Tingkat likuiditas suatu bank dapat diukur dengan menggunakan rasio LDR dan rasio kas, sedangkan tingkat rentabilitas suatu bank dapat diukur dengan menggunakan rasio ROA. ROA (Return on Asset) merupakan salah satu rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitababilitas dan mengelola efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik tingkat profitabilitas suatu bank. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu bank maka semakin tinggi tingkat alokasi volume pembiayaannya (Bambang Tri Cahyono, “Analisis Bank Syariah”, 2002: 53). Rasio Return on Asset =

laba setelah pajak total harta

Analisis rentabilitas ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha serta profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis ini akan mencari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada income statement dan pos-pos neraca bank yang bersangkutan (Rachmat Firdaus, “Manajemen Dana Bank”, 2001: 205). LDR

(Loan

to

Deposit

Ratio)

merupakan

rasio

antara

pembiayaan/pinjaman yang diberikan terhadap simpanan bank yang bersangkutan. Rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank berkenaan dengan kegiatan utama bank. Semakin besar rasio ini maka tingkat likuiditas bank semakin kecil karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiayaan semakin besar.

12

Bab I: Pendahuluan

Sebaliknya jika semakin kecil rasio ini maka akan semakin tinggi tingkat likuiditas bank yang bersangkutan, namun penggunaan dana semakin kurang efisien (Bambang Tri Cahyono, “Analisis Bank Syariah”, 2002: 47). Loan Deposite Ratio =

Kredit yang Disalurkan ×100% Dana Pihak Ketiga

CR (Cash Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan bank untuk melunasi kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar dengan alat-alat likuid yang dimilikinya (ibid, 2002: 46). Cash Ratio =

Liquid Assets ×100% Short Term Borrowing

Dari variable diatas dapat disimpulkan bahwa LDR dan ROA mempunyai pengaruh yang positif terhadap volume pembiayaan, sedangkan CR berpengaruh negative terhadap volume pembiayaan. Jika tingkat likuiditas tidak tercapai maka akan mengakibatkan bank tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Hal ini disebabkan oleh (Robert Tampubolon, “Risk Management Pendekatan Kuantitatif untuk Bank Komersil”, 2004: 180): 1. Tidak dapat menjual atau mencairkan assets. 2. Tidak mendapakan dana yang cukup (funding liquidity risk). 3. Tidak dapat menjual market securities yang dimilikinya tanpa menurunkan harganya secara drastis misalnya karena harga pasar jatuh (market securities risk). 4. Tidak mendapatkan tambahan modal dari pemegang saham. 5. Meningkatnya tingkat NPL.

13

Bab I: Pendahuluan

2. Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan dengan merumuskan suatu hipotesis, yaitu bahwa: “Terdapatnya Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas Terhadap Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri”. H0 = Tidak ada pengaruh antara tingkat likuiditas dan rentabilitas terhadap volume pembiayaan. Ha = Terdapat pengaruh antara tingkat likkuiditas dan rentabilitas terhadap volume pembiayaan.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode yang digunakan untuk mengetahui analisa pengaruh tingkat likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan pada bank syariah Mandiri ini adalah metode analisis korelational dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam melakukan pengumpulan dan penginventarisasian data yang berhubungan dengan angka, rumus, dan rasio, yang diperoleh dari data laporan keuangan bulanan di Bank Syariah Mandiri. Sedangkan metode analitik digunakan untuk menganalisis hubungan, peranan, dan pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

14

Bab I: Pendahuluan

a. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Uma Sekaran, “Metodologi Penelitian untuk Bisnis”, 2006: 77). Jenis data primer yang digunakan penulis adalah data laporan keuangan periodik tahunan Bank Syariah Mandiri pada periode 2003-2007. b. Data Sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Beberapa sumber data sekunder antara lain bulentin statistik, publikasi pemerintah, informasikan yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dari dalam atau luar perusahaan, data-data online, situs Web, dan internet (Ibid, 2006: 77). 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: a

Metode dokumenter, yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen yang digunakan adalah dokumen resmi ekstern, yaitu berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga.

b

Studi Pustaka, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data yang bersifat teoritis berupa artikel ilmiah yang didapat dari surat kabar dan internet.

c

Wawancara, teknik pengumpulan informasi melalui sumber-sumber yang relevan dengan cara berbicara langsung dengan beberapa orang dalam konteks kerja atau klien.

15

Bab I: Pendahuluan

d

Quitioner, teknik pengumpulan informasi yang menggunakan sejumlah pertanyaan

dan di dapat melalui sumber-sumber yang relevan dalam

konteks kerja atau klien. 4. Operasionalisasi Variabel Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih, yaitu: “Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas Terhadap Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri maka terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1.

Tingkat likuiditas dan rentabilitas, sebagai independent variable (variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas), dan

2.

Pembiayaan, sebagai dependent variable (variabel yang dipengaruhi atau variabel terikat).

5. Alat Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Analisa ini digunakan intuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Analisa data ini untuk mengetahui pengaruh besarnya pengaruh variabel

X1 terhadap Y dan X2 terhadap Y. Kekuatan hubungan variabel X1 terhadap Y dan X 2 terhadap Y untuk selanjutnya ditujukan dengan suatu bilangan, yang disebut dengan koefisien regresi sederhana. Rumus yang digunakan untuk mengukur koefisien regresi sederhana yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Y= a + bX +

16

Bab I: Pendahuluan

6. Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t dengan bantuan software SPSS uji t, yaitu untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen. Populasi yang digunakan dalam ui hipotesis ini adalah laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri cabang Purwakarta dan sampel yang digunakan adalah laporan keuangan bulanan pada tahun 2005-2007. Uji t merupakan suatu prosedur yang mana hasil sampel dapat digunakan untuk verifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis nul (Ho). Keputusan untuk menerima atau menolak Ho dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data. Hal yang penting dalam hipotesis penelitian yang menggunakan data sampel dengan menggunakan uji t adalah masalah penelitian apakah menggunakan dua sisi atau satu sisi. Prosedur uji t pada koefisien regresi parsial pada regresi sederhana sama dengan prosedur uji koefisien pada regresi sederhana. Adapun prosedur uji t dengan satu sisi adalah sebagai berikut: 1. membuat hipotesis melalui uji satu sisi o Uji hipotesis positif satu sisi Ho : 1  0 Ha : 1 > 0 o Uji hipotesis negatif satu sisi Ho : 1  0 Ha : 1 < 0 2. Kita ulangi langkah pertama tersebut untuk 2

17

Bab I: Pendahuluan

3. Menghitung nilai t hitung untuk 1 dan 2 dan mencari nilai t kritis dari tabel distribusi t. Nilai t hitung dicari dengan formula sebagai berikut: t=

b−β Sb

Dimana 1* merupakan nilai pada hipotesis nul 4. Bandingkan nilai t hitung untuk masing-masing estimator dengan t kritisnya dari tabel. Keputusan menolak atau menerima Ho untuk uji hipotesis positif 1 pihak sebagai berikut: • Jika nilai t hitung > nilai t kritis maka Ho ditolak atau menerima Ha • Jika nilai t hitung  nilai t kritis maka Ho diterima atau menolak Ha Keputusan menolak atau menerima Ho untuk uji hipotesis negatif 1 pihak sebagai berikut: ƒ

Jika nilai t hitung  nilai -t kritis maka Ho diterima atau menolak Ha

ƒ

Jika nilai t hitung < nilai -t kritis maka Ho ditolak atau menerima Ha

Dimana t kritis = t

/2

7. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta terletak di Jl. Ibrahim Singadilaga No. 88 Purwakarta.

G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini disusun ke dalam 5 bab, yaitu:

18

Bab I: Pendahuluan

Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bab II Landasan Teori Bab ini terdiri dari Pengertian Pembiayaan, Pengertian Likuiditas, Pengertian Rentabilitas. Bab III Objek Penelitian Bab ini terdiri dari Sejarah Bank Syariah Mandiri, Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri, Struktur Organisasi, Uraian Jabatan, Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri, dan Keadaan Likuiditas, Rentabilitas dan Pembiayaan di Bank Syariah . Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini terdiri dari Hasil Penelitian Analisa Hubungan Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas Terhadap Pembiayaan, Uji Regersi dan Pembahasan Penelitian. Bab V Penutup Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

19

Bab I: Pendahuluan

20

Bab II: Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI

A. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, ini berarti bahwa likuiditas merupakan kemampuan bank untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas. Likuiditas menurut Howard D. Crosse dan George W. Hempel adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/penitip. Dengan kata lain, suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban panarikan uang dari pihak penitip dana maupun dari pihak peminjam/debitur (Julius Ratu Marissa,” Mengenal Aspekaspek Operasi Bank Umum”,, 1999:19). Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan, juga berarti pembatasan kesempatan dan tindakan manajemen. Masalah likuiditas yang parah dapat mencerminkan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar dan dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan dalam bentuk yang lebih parah, mengarah pada insolvensi dan kebangkrutan. Likuiditas merupakan jantung utama perbankan karena jika sekali saja pemilik uang tidak dapat mengambil uangnya yang disimpan di bank yang

20

Bab II: Landasan Teori

bersangkutan, maka masyarakat akan tidak percaya pada bank tersebut dan para deposan akan menarik dananya yang disimpan pada bank tersebut. Jika hal ini terjadi, bank tersebut dapat mengalami kebangkrutan karena terjadinya rush (penarikan uang dari bank secara besar-besaran). Demikian juga dengan bank yang mempunyai likuiditas yang terlalu tinggi akan menimbulkan biaya bagi bank tersebut. Hal ini diasumsikan bahwa untuk membentuk posisi likuiditas yang berlebihan, bank harus menggunakan dana jangka panjang. 2. Fungsi Likuiditas Menurut Sinkey, ada lima fungsi utama likuiditas bank, yaitu sebagai berikut (Idem, 1999:20): 1) Menunjukkan dirinya sebagai tempat aman untuk menyimpan uang. Pada umumnya para penyimpan dana di bank bersikap risk averse (menghindari resiko), karena itu faktor keamanan merupakan faktor utama. Jika kondisi likuiditas bank tersebut lancar maka nasabah tidak akan ragu-ragu menyimpan dananya pada bank tersebut. Akan tetapi jika terjadi masalah dengan likuiditasnya maka para deposan akan menarik dana mereka meskipun belum jatuh tempo 2) Memungkinkan bank memenuhi komitmen pinjamannya. Pada dasarnya bank melakukan hubungan bisnis dengan nasabah. Jika bank menolak untuk menyediakan dana atas permohonan pembiayaan yang telah disepakati (committed), mungkin debitur akan lari ke bank lain. Hal akan mengakibatkan bank tersebut kehilangan nasabah. Untuk memelihara hubungan

21

Bab II: Landasan Teori

yang

baik

dengan

debitur

khususnya

yang

mempunyai

tingkat

kolektibilitas/klasifikasi yang prima, sebaiknya bank mampu mangantisipasi kebutuhan-kebutuhan debitur tersebut di masa mendatang. 3) Untuk menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan. Dalam posisi likuid yang cukup berat, bank mungkin tidak dapat memperpanjang pinjaman yang diterima dari bank lain. Apalagi jika pinjaman tersebut telah jatuh tempo karena bank tersebut tidak mampu menciptakan rasa aman kepada para pemilik dana. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menjual surat berharga yang umumnya dengan harga murah (merugi), hal ini akan memperburuk tingkat modal bank tersebut 4) Untuk menghindari diri dari penyalahgunaan kemudahan atau kesan “negatif” dari penguasa moneter karena meminjam dana likuiditas dari bank sentral. 5) Memperkecil penilaian resiko ketidakmampuan membayar kewajiban penarikan dana. Semakin sering suatu bank menggunakan fasilitas discount window, semakin tidak bebas manajemen bank tersebut menentukan dan melaksanakan kebijakan usahanya. Ini disebabkan karena bank sentral akan mengawasi manajemen bank tersebut dan bahkan harus melakukan restrukturisasi neraca untuk memperbaiki tingkat kesehatan bank. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban dan utang-utang jangka pendeknya, dapat membayar kembali semua deposannya dan dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi

22

Bab II: Landasan Teori

penangguhan. Oleh karena itu bank dikatakan likuid apabila (Bambang Tri Cahyono,” Analisis Bank Syariah”, 2001: 44) : 1) Bank tersebut memiliki kas sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya. 2) Bank tersebut memiliki kas yang lebih kecil dari kas di atas, tetapi memiliki asset lainnya yang dapat diuangkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya. 3) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan kas baru melalui berbagai bentuk utang. Pemicu utama kebangkrutan yang dialami oleh bank, besar atau kecil, bukanlah

karena

kerugian

yang

dideritanya,

melainkan

lebih

kepada

ketidakmampuan bank memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Likuiditas secara umum dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan transaksi-transaksi bisnis sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan permintaan nasabah terhadap pinjaman, dan memberikan fleksibilitas dalam meraih kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan. Likuiditas yang tersedia harus cukup, tidak boleh terlalu kecil sehingga mengganggu kebutuhan operasional sehari-hari, tetapi tidak boleh terlalu besar karena akan menurunkan efisiensi dan berdampak pada rendahnya tingkat profitablitas.

23

Bab II: Landasan Teori

Likuiditas bank syariah banyak tergantung pada: 1) Tingkat kelabilan (volatility) dari simpanan (deposit) nasabah, kepercayaan pada dana-dana non-PLS. 2) Kompetensi teknis yang berhubungan dengan pengaturan struktur liabilitas. 3) Ketersediaan asset yang siap dikonversikan menjadi kas. 4) Akses kepada pasar antar bank dan sumber dana lainnya, termasuk fasilitas lender of last resort dari bank sentral. Teknik duration gap management dapat diaplikasikan oleh bank syariah, bukan dalam rangka menghindari risiko tingkat bunga, melainkan untuk mengatur cash flow atau mengendalikan likuiditasnya. 3. Sumber-sumber Likuiditas Manajemen bank harus mampu mengidentifikasi jenis sumber-sumber likuiditas yang cocok dengan kebutuhan banknya. Besar kecilnya reputasi dan posisi likuiditas bank akan mempengaruhi jenis sumber likuiditas yang dapat dipilih. Namun, secara umum sumber-sumber likuiditas bank dapat digambarkan sebagai berikut (Idem, 1999:21): 1) Asset bank yang akan segera jatuh tempo Pinjaman kepada debitur atau cicilan pinjaman yang akan jatuh tempo dapat dianggap sebagai sumber likuiditas. Kondisi likuiditas suatu bank akan rawan apabila keseluruhan portofolio kreditnya evergreen. Surat-surat berharga, instrumen pasar uang seperti Bank Acceptance, sertifikat Bank Indonesia (SBI), sertifikat deposito pada bank lain yang akan segera jatuh tempo juga dapat dianggap sumber likuiditas.

24

Bab II: Landasan Teori

2) Pasar uang Tidak semua bank mempunyai kemampuan masuk pasar uang. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya suatu bank dan presepsi pasar atas credit worthiness bank tersebut. Para investor yang ingin meminjamkan uangnya ke bank dalam jumlah yang cukup besar akan sangat selektif dalam mengevaluasi tingkat, konsistensi dan perkembangan pendapatan bank, kualitas dari asset (berapa tinggi persentasi Loan Deposit Ratio-nya), reputasi kesehatan manajemennya, dan kekuatan modal bank. 3) Sindikasi kredit Di samping tujuan untuk mengatasi legal lending limit (3L), menyebarkan risiko dan upaya untuk meningkatkan ROA, sindikasi kredit digunakan pula untuk menjalin hubungan dengan bank-bank lain. Akhirnya pada saat mengalami kesulitan dalam posisi likuiditasnya (ilikuid), bank tersebut dapat menyindikasi sebagian potofolio kreditnya kepada bank lain dalam upaya mengatasi masalah tersebut. Perlu diingat bahwa semakin aktif suatu bank ikut serta dalam sindikasi kredit (strategi pemasaran sindikasi) bank tersebut semakin dikenal oleh bankbank lain. 4) Cadangan likuiditas Khusus bank yang tidak segera memperoleh dana pada saat diperlukan, bank tersebut perlu mempunyai cadangan likuiditas. Bank tersebut tidak perlu menjual assetnya dengan harga yang rendah (merugi).

25

Bab II: Landasan Teori

5) Sumber dana yang sifatnya last resort Sumber likuiditas last resort ini penting untuk berjaga-jaga apabila sumber-sumber likuiditas yang lain ternyata tidak mampu menutupi kebutuhan likuiditas yang ada. Salah satu sumber yang umum digunakan oleh kebanyakan adalah fasilitas line of credit dari bank lain. Bank yang menjalin hubungan koresponden dengan bank lain kemungkinan dapat meminta fasilitas stand by line of credit dari bank lain tersebut. 4. Indikator-indikator Likuiditas Untuk menilai likuiditas suatu bank terdapat beberapa indikator, yaitu (Rachmat Firdaus,I”Manajemen Dana Bank”, 2001: 195): 1. Quick Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali simpanan para nasabahnya dengan alat-alat paling likuid yang dimilikinya, yang dapat dihitung dengan rumus: Quick Ratio=

Cash Assets X 100% Total Assets

2. Investing Policy Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajiban kepada para nasabahnya dengan melikuidasi surat-surat berharga, yang dapat dihitung dengan rumus: Investing Policy Ratio=

Securities X 100% Total Deposit

26

Bab II: Landasan Teori

3. Banking Ratio Rasio ini digunakan untuk megukur tingkat likuiditas bank yang banyak digunakan karena mendekati sifat dan kegiatan bank yang murni. Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin kecil tingkat likuiditas, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Banking Ratio=

Total Loans X 100% Total Deposit

4. Assets to Loans Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank, semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin rendah tingkat likuiditas bank. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Asset to Loan Ratio=

Total Loans X 100% Total Assets

5. Liquidity Risk Ratio Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam menanggulangi resiko likuiditasnya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Liquidity Risk Ratio=

Liquid Assets − Short Term Borrowing X 100% Total Deposit

6. Cash Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan bank untuk melunasi kewajibankewajiban yang harus segera dibayar dengan alat likuid yang dimilikinya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

27

Bab II: Landasan Teori

Cash Ratio=

Liquid Assets X 100% Short Term Borrowing

7. Credit Risk Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya dengan jalan mengadakan pergeseran/penaikan kreditnya yang sedang beredar untuk memenuhi permintaan akan kredit lainnya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan akan mengalami kesulitan likuiditas yang semakin tinggi pula. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Credit Risk Ratio=

Bad Debts X 100% Total Loans

8. Loan Deposit Ratio Loan Deposit Ratio (LDR) adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat mengukur tingkat likuiditas. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (Loan-up) atau relatif tidak likuid (ilikuid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat memberikan isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi. Loan to Deposit Ratio=

Kredit yang Disalurkan X 100% Dana Pihak Ketiga

28

Bab II: Landasan Teori

Bank yang mempunyai tingkat likuiditas yang terlalu kecil (ilikuid) akan memyebabkan bank tersebut tidak mampu melaksanakan beberapa atau bahkan mungkin seluruh fungsi likuiditasnya. Bank tersebut tidak mampu untuk memanfaatkan kesempatan yang baik untuk memiliki asset yang lebih menguntungkan. Untuk memperbaiki posisi likuiditasnya, bank harus menjual assetnya dengan harga yang rendah dan membatalkan pemberian kredit atas permohonan nasabah yang telah disetujui. 5. Strategi Perbankan Menghadapi Krisis Likuiditas Krisis likuiditas bagi suatu bank lebih berbahaya daripada bila bank tersebut memberikan pelayanan yang kurang baik. Likuiditas sama dengan kepercayaan nasabah terhadap bank. Oleh karena itu pengelolaan likuiditas merupakan hal paling mendasar bagi bank. Ironisnya hal ini kadang-kadang terlupakan oleh top manajemen demi mengejar laba yang besar untuk jangka pendek. Ciri-ciri terjadinya krisis likiditas adalah (Julius R. Latumaerissa, “Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum”, 1999:32): 1. Loan to Deposit di atas 100% Loan to Deposit Ratio (LDR) dikenal sebagai salah satu cara untuk mengukur tingkat likuiditas suatu bank. Semakin tinggi angka tersebut semakin tidak likuid posisi suatu bank. Hal ini terjadi karena pinjaman yang diberikan bukan hanya dibiayai dari dana deposito berjangka, tetapi juga berasal dari dana current account. Sifat current account yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh

29

Bab II: Landasan Teori

pemiliknya dapat mengakibatkan krisis likuiditas suatu bank karena dananya masih tertanam di pinjaman yang belum jatuh tempo. 2. Money Center Bank Istilah ini dipakai untuk menyebutkan bank yang banyak mengandalkan operasinya dari pasar uang. Bank yang demikian ini biasanya mempunyai ciri bahwa jumlah dana yang dikumpulkan lewat pasar uang relatif lebih besar dibandingkan dengan uang yang dikumpulkan dari masyarakat. Dalam situasi uang ketat, pinjaman dari pasar uang yang sudah jatuh tempo sulit untuk diperpanjang lagi. Apabila dana pasar uang tersebut masih tertanam pada kredit, maka bank tersebut mungkin akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 3. Patuh Secara Kaku Terhadap Reserve Requepment 2% Pada awalnya reserve requipment (dana simpanan) ditetapkan untuk menjaga likuiditas dan keselamatan bank. Sesuai dengan tujuannya, angka nasabah yang menarik uang kasnya. Namun demikian, saat ini banyak orang menganggap bahwa ketentuan ini merupakan instrumen moneter yang dipakai oleh bank sentral untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Oleh karenanya, banyak bank yang menganggap dapat bekarja secara kaku seperti yang ditetapkan oleh penguasa moneter. Tanpa mempertimbangkan kebutuhan kas yang sebenarnya sesuai dengan kebiasaan nasabah dalam menarik dana, bank yang bersangkutan dapat mengalami kalah kliring. Kebutuhan atau kebiasaan nasabah dapat berbeda antara satu bank dengan bank yang lainnya sehingga kepatuhan secara kaku terhadap angka reserve requipment sebesar

30

Bab II: Landasan Teori

2% dapat menimbulkan persoalan likuiditas. Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa semakin besar aktiva suatu bank semakin besar posisi kas yang dijaga. Untuk bank yang relative besar dapat terjadi bahwa kas yang dipegang harus lebih besar daripada ketentuan legal reserve requipment agar dapat memenuhi kebutuhan penarikan kas dari nasabah. 4. Ekspansi Kredit yang Berlebihan Banyak manajemen bank yang berpikir bahwa kredit yang besar dapat menghasilkan keuntungan yang besar pula. Dengan berpikiran seperti itu, para bankir dapat menyetujui permohonan pinjaman sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan jumlah dana yang dikumpulkan. Apabila hal ini terjadi akan mengakibatkan terjadinya kalah kliring karena nilai cek masuk (dari para debitur) yang ditarik atas banknya jauh lebih besar daripada cek keluar (nasabah bank lain yang menyetor dana ke bank tersebut). 5. Lemahnya Manajemen Secondary Reserve Industri perbankan yang sudah maju biasanya banyak sekali muncul inovasi keuangan (financing innovation). Walaupun relatif kecil, industri perbankan di Indonesia tergolong maju terutama setelah diregulasi sehingga muncul banyak instrumen baru memungkinkan munculnya secondary reserve yaitu aktiva yang menghasilkan tetapi sifatnya relatif likuid. Dalam situasi uang ketat, peranan secondary reserve dapat segera kembali ke posisi likuid. Krisis likuiditas yang nyaris terjadi akan dapat ditolong apabila bank yang bersangkutan tidak lemah manajemen secondary reserve. 6. Evergreening Loan

31

Bab II: Landasan Teori

Istilah ini digunakan untuk menunjukkan pinjaman yang selalu diperpanjang pada saat jatuh tempo sehingga sifat pinjamannya menjadi abadi. Dalam situasi uang ketat, mungkin bank membutuhkan dana hasil pencairan pinjaman guna memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Apabila pinjaman tersebut selalu diperpanjang pada saat jatuh tempo dan ini berlaku untuk semua fasilitas kreditnya, bank seperti ini akan mengalami krisis likuiditas pada situasi uang ketat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebetulnya krisis likuiditas sangat besar kemugkinannya dihindari. Hal ini karena sumber-sumber likuiditas sangat banyak jenisnya dan gejala-gejala awal krisis amat jelas terlihat. Oleh karena itu, krisis likuiditas terjadi karena manajemen lupa pada falsafah dasar bank yaitu bisnis adalah kepercayaan atau memang manajer likuiditas kurang berpengalaman pada bidangnya. Apalagi dengan munculnya bank-bank baru, tenaga-tenaga manajer likuiditas juga baru, sehingga bank-bank baru seharusnya bersikap lebih konservatif daripada bank-bank yang sudah mapan. Secara sederhana, Sinkey mendefinisikan manajemen likuiditas sebagai proses menyiapkan dana guna memenuhi kewajiban pembayaran kas dengan tingkat harga yang wajar. Proses manajemen dimaksud dapat dibeda-bedakan menurut dimensi waktunya, antara lain sebagai berikut (Idem, 1999: 34): 1. Pengendalian likuiditas harian. 2. Pengendalian likuuiditas jangka menengah. 3. Pengendalian likuiditas jangka panjang.

32

Bab II: Landasan Teori

Dikaitkan dengan resiko timbulnya krisis likuiditas, pengendalian krisis likuiditas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Idem, 1999: 34): 1. Strategi preventif, yaitu usaha untuk menghindarkan diri agar tidak terjadi krisis likuiditas. Strategi ini adalah usaha untuk mengelola likuiditas dengan menjauhi unsur-unsur spekulatif sehingga krisis likuiditas dapat dijauhi. Proses yang dilakukan dalam strategi ini adalah: 1) Pengendalian harian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya kekurangan uang kas. 2) Pengendalian jangka menengah. Dengan strategi ini bank akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dan likuiditas lebih mudah terjaga karena jumlah uang di pasar cukup tersedia. 3) Pengendalian jangka panjang. Dengan strategi ini bank akan berusaha membenahi penyebab dasar tejadinya krisis likuiditas dan bank diharapkan secara terus-menerus dapat terhindar dari krisis likuiditas. 2. Strategi repsesif, yaitu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis likuiditas yang mulai dialami oleh suatu bank. Beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu; 1) Meminjam dari pasar uang. 2) Mengkonversi dana valuta asing yang dimiliki. 3) Meminjam valuta asing dari pasar uang internasional. 4) Memanfaatkan fasilitas Discount Window-I. 5) Memanfaatkan fasilitas Discount Window-II.

33

Bab II: Landasan Teori

Likuiditas bank perlu dijaga agar bank dapat memberikan pembiayaan yang aman bagi para nasabahnya, sebagaimana pendapat Muchdarsyah Sinungan dalam bukunya “Manajemen Dana Bank”, “titik berat manajemen likuiditas adalah pada pemberian pembiayaan yang dapat dilakukan dengan unsur “safety” sebagai penunjang utama (Muchdarsyah Sinungan, “Manajemen Dana Bank”, 2000: 144)”.

B. Rentabilitas 1. Pengertian Rentabilitas Rentabilitas adalah kemampuan suatu bank untuk menghasilkan laba atau keuntungan (Rachmat Firdaus, “Manajemen Dana Bank”, 2001: 205). Rentabilitas bisnis perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk memperoleh laba berdasarkan investasi yang dilakukannya (Komaruddin Sastradipoerna, “Strategi Manajemen Bisnis Perbankan”, 2004: 274). Rentabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank dan merupakan tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi resiko yang ada. Analisis rentabilitas adalah analisis yang mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank. Dalam analisis ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam laporan laba rugi dengan pos-pos neraca guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk

34

Bab II: Landasan Teori

mengukur efisiensi dan profitabilitas suatu bank (Bambang Tri Cahyo, “Analisis Bank Syariah “, 2001: 50). Rentabilitas bisnis perbankan yang tinggi akan menguntungkan bank, karena (Komaruddin Sastradipoera, “ Strategi Manajemen Bisnis Perbankan”, 2004: 274): 1. Dapat menarik calon investor untuk menanamkan modal atau cadangannya dengan membeli saham yang diterbitkan bank. Dengan modal itu bisnis perbankan dapat memperbesar dayanya untuk melayani nasabahnya. Sebaliknya, rentabilitas yang rendah akan menyulitkan penjualan saham, atau mendorong para persero yang ada bahkan menjual kembali sahamnya sehingga karenanya kurs saham akan tertekan di bursa saham. 2. Dapat menambah cadangan bisnis perbankan sehingga kredibilitas nasabah terhadap bank itu pun akan bertambah besar. Sebaliknya, rentabilitas yang rendah akan menurunkan kredibilitas nasabah terhadap manajemen bisnis perbankan. Oleh karena itu soliditas (mutu kepastian) manajemennya juga akan menurun. Rentabilitas bisnis perbankan yang baik bukan saja menguntungkan bank itu sendiri, namun juga menguntungkan masyarakat, karena (Idem, 2004: 275): 1. Bagi para peminjam. Jika bisnis perbankan ternyata berhasil memupuk cadangan (dari laba yang ditahan), maka para debitur mempunyai peluang yang lebih besar untuk memperoleh pinjaman sehingga likuiditas masyarakat akan bertambah. Bertambahnya likuiditas masyarakat akan ‘menghangatkan’ pasar.

35

Bab II: Landasan Teori

2. Bagi para penyimpan. Cadangan bank yang semakin besar (artinya, posisi permodalan semakin kokoh) menyebabkan semakin terjaminnya titipan para penyimpan. 3. Bagi masyarakat keseluruhan. Arus uang akan semakin bertambah karena keluar-masuknya uang dari dan kepada masyarakat semakin lancar. Arus uang yang lancar dapat menolong kelancaran arus barang, jika produksi dalam masyarakat itu cukup elastis terhadap kenaikan harga dan laba (besaran kesempatan kerja belum mencapai titik kesempatan kerja penuh) dan arus barang itu pun tidak mengalami masalah “leher botol” (bottlenecks). 4. Bagi personalia bank. Rentabilitas bisnis perbankan yang baik merupakan kesempatan bagi komisaris, debitur, manajer dan para pegawai untuk menerima tanciem dari laba yang diperoleh bank. Tanciem merupakan bagian laba bagi para karyawan yang dapat meninggikan motivasi kerja dan “perasan memiliki” (sense of belonging) para karyawan itu terhadap bank. Rentabilitas adalah kemampuan bank untuk mencari laba (profitabilitas). Dalam arti teknis, laba merupakan kelebihan harga jual barang atau jasa di atas biayanya atau selisih yang timbul pada saat pendapatan total suatu bisnis lebih besar daripada total. Laba dapat didefinisikan dengan tiga cara (Idem, 2004: 269): 1. Dalam arti umum, laba adalah kelebihan harga jual di atas semua biaya dan pengeluaran yang terjadi dalam penjualan itu. Laba merupakan salah satu penggerak perekonomian swasta (private enterprise economy) yang beusaha untuk mengalokasikan sumber-sumber daya di antara penggunaan akhir yang saling bersaing sejalan dengan permintaan konsumen.

36

Bab II: Landasan Teori

2. Dalam investasi, laba adalah selisih antara harga jual dan harga beli komoditi atau sekuritas jika harga jualnya lebih tinggi.kenaikan laba tergantung pada perubahan yang terjadi pada kedua variabel tersebut (harga jual dan harga beli). Keberhasilan investasi dihitung oleh “hasil atas investasi” (Return on Investment). 3. Dalam bisnis perbankan laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank. Kebanyakan orang menganggap laba adalah sisa (residu). Karena itulah laba disebut “pendapatan residual”. Maksimalisasi laba dapat dijelaskan dengan dua kemungkinan, yaitu (Idem, 2004: 269): 1. Ketika pendapatan total melebihi biaya total. 2. Ketika pendapatan marginal sama dengan biaya marginal. 2. Tujuan Analisis Rentabilitas Analisis rentabilitas ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha serta profitablitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Dalam hal ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada income statement dan pos-pos neraca bank yang bersangkutan. Untuk memantau perkembangan bisnis perbankan diperlukan analisis terhadap laporan rugi-laba. Laporan laba rugi (profit and loss statement, atau income statement, atau operating statement, atau expense statement) merupakan rangkuman pemasukan, biaya, dan pengeluaran bisnis perbankan sepanjang satu periode akuntansi. Bersama-sama dengan neraca perbankan per akhir periode akuntansi, kedua dokumen itu menjadi laporan keuangan bisnis perbankan

37

Bab II: Landasan Teori

tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui besarnya laba, manajemen bisnis perbankan perlu memperinci unsur-unsur pendapatan dan unsur-unsur biaya (Idem, 2004: 270): 1. Unsur pandapatan. unsur-unsur pendapatan biasanya meliputi: a. Bunga pinjaman yang diperoleh dari nasabah. b. Kompensasi (feel) atas jasa (pelayanan) yang diberikan oleh bank, seperti konsultasi untuk menyusun kajian kelayakan. c. Laba atas investasi potepel (kumpulan sekuritas yang dimiliki oleh atau atas nama investor; daftar sekuritas). 2. Unsur biaya. Unsur-unsur biaya dalam bisnis perbankan biasanya meliputi: a. Bunga yang harus dibayar kepada para penitip (deposan). b. Gaji atau upah personalia bank. c. Biaya operasional lainnya, seperti biaya inkaso dan biaya kontrak kredit. Bisnis perbankan mengejar margin laba (profit margin) yang merupakan selisih antara harga jual (production cost) jasa dan biaya penjualannya (selling cost). Setiap manajemen bank harus memperhatihan rasio laba terhadap nilai bersih (profit on net worth ratio). Yang dimaksud dengan rasio laba terhadap nilai bersih adalah rasio rentabilitas (laba bersih setelah pajak dibagi oleh nilai bersih) yang menggambarkan sejauh mana keberhasilan bank tersebut menggunakan dana yang diivestasikannnya.

38

Bab II: Landasan Teori

3. Cara Meningkatkan Rentabilitas Adapun beberapa cara untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan antara lain seperti yang dikemukakan oleh Alex S. Nitisemito adalah sebagai berikut (www.guruvalah.20m.com): a. Menaikkan profit margin yaitu dengan jalan mengusahakan kenaikan net sales lebih besar daripada kenaikan operating expenses. b. Menaikkan profit margin dengan mengusahakan penurunan sales dengan harapan hal ini disertai dengan turunnya operating expenses yang jauh lebih besar. c. Menaikkan turnover of operating assets yaitu dengan mengusahakan kenaikan net sales yang jauh lebih besar daripada kenaikan operating assets. d. Menaikkan turnover of operating assets dengan menurunkan net sales dengan harapan operating assets dapat diturunkan lebih banyak. e. Menaikkan profit margin dan sekaligus turnover of operating assets yaitu mengusahakan kenaikan profit margin dan sekaligus turnover of operating assets. Menurut Bambang Riyanto, bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu (www.guruvalah.20m.com): a) Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales, perbandingan mana dinyatakan dengan persentase. b) Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan perputarannya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover

39

Bab II: Landasan Teori

tersebut dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating assets. 4. Indokator-indikator Rentabilitas Indikator-indokator yang berhubungan dengan tingkat rentabilitas adalah sebagai berikut (Idem, 2001:51): a. Profitability Ratio Rasio-rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas suatu bank dalam menghasilkan laba bersih. Hal tersebut penting karena tingkat pengembalian yang sangat diperlukan untuk menunjang sumber permodalan bagi bank yang bersangkutan. Rasio-rasio tersebut adalah: 1. Net Profit Margin Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan usaha pokoknya. Net Profit Margin=

Net Income X 100% Operating Income

2. Return on Profit Capital Bagi para pemegang saham bank yang bersangkutan, maka rumus ini mempunyai arti yang sangat penting untuk menilai kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Bagi manajemen bank yang mampu menaikkan retun on equity merupakan petunjuk bahwa manajemen tersebut mampu meningkatkan income bank. Bagi pemegang saham berarti deviden yang diterima meningkat pula dan tak jarang nilai saham yang bersangkutan pun menjadi naik pula dipasar modal.

40

Bab II: Landasan Teori

Retun on Equity Capital=

Net Income X 100% Equity Capital

3. Net Interest Margin Ratio Rasio ini mengukur tingkat penghasilan (return) atas earning asset dan sensivitas pengembalian terhadap market yield. Net Interest Margin Ratio=

Interest Income − Interest Expense X 100% Earning Asset

4. Operating Expensses Ratios Disamping mengukur efektifitas income yang diperolehya, analisis rentabilitas juga mengukur pendistribusikan serta tingkat biaya yang dikeluarkan. Operating Expensses Ratios=

=

Operating Expenses X 100% Operating Income

=

Salaries and Employee Benefit X 100% Operating Expenses

=

Total Interest Expenses X 100% Operating Expenses

Non Interest Expenses − Non Interest Income X 100% Earning Asset

5. Rate of Return on Securities Rumus ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola penanaman kelebihan dananya dalam surat-surat berharga sebagai salah satu cara memperoleh tambahan laba. Rate of Return on Securities=

Interest on Securities X 100% Total Securities

41

Bab II: Landasan Teori

6. Rate of Return on Loan Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam mengelola penanaman kelebihan dananya dalam surat-surat barharga sebagai salah satu cara memperoleh tambahan laba. Rate of Return on Securities=

Interest on Securities X 100% Total Securities

7. Leverage Multiplier Rumus ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam mengelola aktivanya dengan mengingat bahwa atas penggunaan aktiva tersebut bank harus membayar sejumlah biaya tetap. Leverage Multiplier=

Total Assets X 100% Total Equity

8. Assets Utilization Penggunaan rasio ini adalah untuk mengetahui sejauh mana manajemen suatu bank dalam mengelola assetnya, yang dipercayakan kepadanya dalam menghasilkan operating income dan non operating income. Assets Utilization=

Operating Income − Non Operating Income X 100% Total asset

Cadangan kas yang dihasilkan dari profitabilitas suatu bank (sebagai hasil yang diperoleh dari tingkat rentabilitas suatu bank) sangat berpengaruh dalam menambah volume pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank kepada nasabahnya

(Kamaruddin

Sastradipoera,

Perbankan”, 2004: 275).

42

“Strategi

Manajemen

Bisnis

Bab II: Landasan Teori

C. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Bisnis merupakan aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan

barang

(produksi).

Bisnis

merupakan aktivitas berupa pengembangan aktivitas ekonomi dalam bidang jasa, perdagangan dan industri guna mengoptimalkan nilai keuntungan. Pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku bisnis tidak memiliki modal secara cukup, maka ia akan berhubungan dengan pihak lain, seperti bank, untuk mendapatkan suntikan dana, dengan melakukan pembiayaan. Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 17). Pembiayaan

adalah

penyediaan

uang

atau

tagihan

yang

dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Andria Permata, 2005: 3)

43

Bab II: Landasan Teori

Pembiayaan diberikan atas dasar kepercayaan, hal ini berarti bahwa presetasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh peminjam sesuai dengan dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. 2. Tujuan Pembiayaan Secara umum tujuan pembiayaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembiayaan untuk tingkat makro dan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro pembiayaan berfungsi untuk (Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 17): 1) Peningkatan ekonomi umat. 2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha. 3) Meningkatan produktivitas. 4) Membuka lapangan kerja baru. 5) Terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara mikro, pembiayaan berfungsi untuk (Idem, 2005: 67): 1) Upaya memaksimalkan laba. 2) Upaya meminimalkan risiko. 3) Pendayagunaan sumber ekonomi. 4) Penyaluran kelebihan dana. 3. Fungsi Pembiayaan Sesuai dengan tujuan pembiayaan di atas, menurut pembiayaan secara umum memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Meningkatkan daya guna uang. 2) Meningkatkan daya guna barang.

44

Sinungan (1983)

Bab II: Landasan Teori

3) Meningkatkan peredaran uang. 4) Menimbulkan kegairahan berusaha. 5) Stabilitas ekonomi. 6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. 4. Jenis Pembiayaan Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki banyak jenis pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, yaitu (Idem, 2005:22): 1. Pembiayaan menurut tujuan: Pembiayaan menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. 2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. 2. Pembiayaan menurut jangka waktu: Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi: 1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai 5 tahun. 3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.

45

Bab II: Landasan Teori

Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu: a.

Jenis aktiva produktif pada bank syariah, dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut: 1). Pembiayaan dengan pinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a) Pembiayaan Mudharabah, yaitu pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan ini dapat disalurkan untuk berbagai jenis usaha seperti ; perdagangan, perindustrian, pertanian serta jasa. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontrribusi 100% modal kas dari shaahibul mall dan keahlian dari mudharib. Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul mall dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul mall dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk mencapai laba optimal.

46

Bab II: Landasan Teori

Mudharabah merupakan suatu transaksi pembiayaan berdasarkan syariah, yang juga digunakan sebagai transaksi pembiayaan perbankan Islam, yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan. Dalam mudharabah, suatu transaksi pembiayaan yang melibatkan sekurang-kurangnya 2 (dua) pihak : 1)

Pihak yang memiliki dan menyediakan modal guna membiayai proyek atau usaha yang memerlukan pembiayaan.

2)

Pihak pengusaha yang memerlukan modal dan menjalankan proyek atau usaha yang dibiayai dengan modal dari shahibul mal, pihak tersebut disebut mudharib.

b) Pembiayaan Musyarakah, yaitu perjanjian di antara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

47

Bab II: Landasan Teori

Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Musyarakah

Nasabah

Bank

Proyek Usaha

Keuntungan

Bagi hasil Keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah)

Sumber: Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek”, 2001: 94 2). Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi: a) Pembiayan Murabahah, yaitu perjanjian jual beli antara bank dan nasabah di mana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.

48

Bab II: Landasan Teori

b) Pembiayaan Salam, yaitu perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan

syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga

terlebih dulu. c) Pembiayaan Istishna, yaitu perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. 3). Pembiayaan dengan prinsip sewa. Jenis pembiayaan ini meliputi: a) Pembiayaan Ijarah, yaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Ijarah

menyewakan jasa

BANK

NASABAH bayar cicilan

Sumber: Modul Sies 2 Studi Intensif Ekonomi Syariah 2007: 3 b) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik/Wa Iqtina, yaitu perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa. 4). Surat Berharga Syariah, yaitu surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang dan/atau pasar modal

49

Bab II: Landasan Teori

antara lain wesel, obligasi syariah, sertifikat dana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan prinsip syariah. 5). Penempatan, yaitu penanaman dana bank syariah pada bank syariah lainnya dan/atau Bank Perkreditan Syariah. 6). Penyertaan Modal, yaitu penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah, termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memilliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. 7). Penyertaan Modal Sementara, yaitu penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, termasuk dalam surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity option) atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank syariah memiliki atau akan memilliki saham pada perusahaan nasabah. 8).

Transaksi Rekening administratif, yaitu komitmen dan kontinjensi (of balance sheet) berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen, Irrevocable Letter of Credit (L/C), yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, standby L/C, dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah.

50

Bab II: Landasan Teori

9).

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yaitu sertifikat yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah.

b. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktiva pembiayaan adalah berbentuk pinjaman, yang disebut dengan: 1) Pinjaman Qardh atau talangan, yaitu penyediaan dana dan/atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembiayaan sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu. 5. Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan merupakan langkah penting untuk realisasi pembiayaan di bank syariah. Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pelaksana pembiayaan di bank syariah, dimaksudkan untuk (Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, 2005: 59): 1. Menilai kelayakan usaha calon peminjam. 2. Menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan. 3. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Dalam menganalisis pembiayaan digunakan beberapa pendekatan, yaitu sebagai berikut (Idem, 2005: 60): 1.

Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selallu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam.

51

Bab II: Landasan Teori

2.

Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguhsungguh terkait dengan karakter nasabah.

3.

Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya bank menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil.

4.

Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya bank memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam.

5.

Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yag disalurkan.

Untuk melaksanakan kegiatan pembiayan yang sehat, bank perlu berpedoman kepada beberapa prinsip-prinsip yang dikenal secara umum adalah: 1. Prinsip 5C, yaitu (Idem, 2005: 60): 1) Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman. 2) Capital, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil. 3) Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. 4) Collateral, artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada bank. 5) Condition, artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.

52

Bab II: Landasan Teori

Untuk bank syariah, dasar analisis 5C belumlah cukup. Sehingga perlu memperhatikan kondisi sifat amanah, kejujuran, kepercayaan diri dari masing-masing nasbah. 2.

Prinsip 3R, yaitu (Bambang Tri Cahyono,”Analisis Bisnis Bank Syariah”, 2002: 82): 1) Return Principle Bank harus menilai apakah kredit itu akan menghasilkan tambahan

pendapatan

sehingga

calon

nasabah

mampu

memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan pembiayaan. 2) Repayment Capacity Kemampuan calon nasabah untuk membayar kembali pokok pinjaman tepat pada waktunya. 3) Risk Bearing Tingkat

resiko

yang

dihadapi

proyek

yang

dibiayai

pembiayaan. 3. Prinsip 5P, yaitu: 1) People, yaitu penilaian terhadap orang-orang terkait dalam usaha nasabah. 2) Purpose, yaitu sasaran dan tujuan diberikan pembiayaan. 3) Payment, yaitu sumber dan jangka waktu pembiayaan. 4) Protection, yaitu upaya untuk mengatasi resiko apabila terjadi kegagalan.

53

Bab II: Landasan Teori

5) Prespective, yaitu analisis kondisi usaha dan prospek ke depan usaha nasabah. Dalam pemberian pembiayaan, harus memperhatikan karakter pembiayaan tersebut. Ada lima karakter pembiayaan, yaitu: 1) Lancar 2) Dalam perhatian khusus, dimana nasabah telat melakukan pembayaran tagihan pembiayaannya dalam jangka waktu 1-90 hari. 3) Kurang

lancar,

dimana

nasabah

telat

melakukan

pembayaran

pembiayaannya dalam jangka waktu 90-180 hari. 4) Tidak

lancar,

dimana

nasabah

telat

melakukan

pembayaran

pembiayaannya dalam jangka waktu 180-270 hari 5) Macet,

dimana

nasabah

tidak

melakukan

pembayaran

tagihan

pembiayaannya > 270 hari. Pembiayaan hanya dapat diberikan pada nasabah yang berada pada karakter lancar, hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat pembiayaan bermasalah. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan adalah: 1) Dana pihak ketiga. Bank adalah pelayan masyarakat dan wadah perantara keuangan masyarakat. Karena itu bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan pada masyarakat yang kekurangan. Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan

54

Bab II: Landasan Teori

keyakinan masyarakat bahwa bank akan menyelenggarakan sebaik-baiknya masalah keuangannya, merupakan suatu keadaan yang diharapkan semua bank. Itulah sebabnya bank selalu memberikan pelayanan yang mmuaskan pada masyarakat. Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank adalah merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari 3 jenis, yaitu (Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, 2000: 88): a. Giro, yaitu simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. b. Deposito, yaitu simpana pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. c. Tabungan, yaitu simpana pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. 2) Tingkat likuiditas bank. Tingkat likuiditas adalah tingkat kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dan utang-utang jangka pendeknya, dapat membayar kembali semua deposannya dan dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. 3) Tingkat solvabilitas bank. Tingkat solvabilitas adalah tingkat kemampuan bank untuk membayar kewajiban-kewajibannya/utang-utangnya apabila dilikuidasi.

55

Bab II: Landasan Teori

4) Tingkat rentabilitas bank. Tingkat rentabilitas adalah tingkat kemampuan bank untuk mendapatkan laba atau keuntungan. 5) Modal bank. Modal bank adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Modal bank ini terdiri dari (Idem, 2000: 84): a.

Modal yang dosetor, yaitu jumlah uang yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada saat bank berdiri.

b.

Cadangan-cadangan, yaitu sebagan laba bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup timbulnya resiko di kemudian hari.

c.

Laba yang ditahan atau Retained Earning yang mestinya milik para pemegang saham, tapi oleh mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukkan kembali dalam modal kerja.

6) Tingkat kredit bermasalah

D. Kondisi Likuiditas, Rentabilitas dan Pembiayaan di Bank Syariah Penyaluran kredit yang terlalu besar, yaitu melebihi 80% dari asset yang dimiliki bank akan berakibat terganggunya likuiditas bank, karena dana simpanan masyarakat tersedot dengan jumlah pemakaian kredit. Jumlah dana pembiayaan yang disalurkan berasal dari dana simpanan masyarakat dianggap sehat oleh Bank Indonesia sebesar 85%-110%. Dengan demikian, pemberian pembiayaan yang berlebihan mengandung resiko pada manajemen bank. Resiko yang mungkin

56

Bab II: Landasan Teori

timbul adalah tersendatnya pembayaran tagihan pembiayaan (NPL yang besar akan mengakibatkan kredit macet). Kondisi ini akan mengakibatkan kinerja likuiditas

terganggu

dan

mengakibatkan

bekunya

operasional

bank

(www.skrip.pdf). Likuiditas merupakan jantung utama perbankan, likuiditas yang rendah akan menghalangi perusahaan dalam memperoleh laba yang diinginkan dan menghalangi bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Sedangkan tingkat likuiditas yang terlalu tinggi dapat menimbulkan biaya bagi bank. Kondisi likuiditas yang sehat akan memperngaruhi tingkat rentabilitas dan tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Semakin sehat tingkat likuiditas suatu bank maka semakin besar jumlah laba yang diperoleh suatu bank dan semakin besar jumlah dana pembiayaan yang dapat disalurkan oleh bank tersebut. Akan tetapi, jika tingkat likuiditas suatu bank tidak sehat juga akan mempengaruhi besarnya laba yang dapat diperoleh suatu bank dan jumlah dana yang dapat disalurkan untuk pembiayaan semakin kecil. Tingkat rentabilitas yang rendah akan menyulitkan penjualan saham karena kurs saham akan tertekan dibursa saham dan mengakibatkan penurunan kredibilitas nasabah terhadap manajemen bisnis perbankan. Tingginya tingkat rentabilitas suatu bank akan menghasilkan peluang yang besar bagi para debitur untuk mendapatkan pinjaman dari bank, terjaminnya titipan para nasabah dan lancarnya arus uang yang beredar di masyarakat.

57

Bab II: Landasan Teori

Bank syariah harus menjaga tingkat likuiditasnya untuk menjaga kepercayaan para nasabahnya dan tidak terganggunya kebutuhan operasional sehari-hari. Selain tingkat likuiditas, bank juga harus menjaga tingkat rentabilitasnya karena akan sangat berpengaruh dalam menambah volume pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank kepada para nasabahnya. Volume pembiayaan yang tinggi akan menghasilkan laba yang besar bagi bank, dan bank dapat menjaga kelancaran arus uang. Sedangkan volume pembiayaan yang rendah akan menghasilkan laba yang kecil bagi bank dan mengakibatkan terganggunya kelancaran arus uang .

58

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

BAB III OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN

A. Sejarah Bank Syariah Mandiri Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di

Indonesia.

Undang-Undang

tersebut

memungkinkan

bank

beroperasi

sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. PT. Bank Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank

59

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero). PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (Persero).

60

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia. PT Bank Syariah Mandiri mulai beroperasi sejak tanggal 1 nopember 1999 sebagai bank umum yang melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.1/24/KEP.GBI/1999 tanggal 25 Oktober 1999. Perseroan sebelumnya merupakan bank umum konvensional dengan nama PT Bank Susila Bakti, yang saat itu dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan PT Bank Dagang Negara (Persero) – salah satu bank yang bergabung ke dalam PT Bank Mandiri (Persero), kemudian berubah kegiatan usahanya menjadi bank umum berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri. Perubahan kegiatan usaha tersebut merupakan respon positif dari PT Bank Mandiri (Persero) sebagai pemegang saham atas lahirnya Undang-undang No.10 Tahun 1998 dimana bank diijinkan untuk beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. Sejak awal beroperasinya, PT Bank Syariah Mandiri telah ditetapkan oleh pemegang saham untuk turut serta berperan aktif dalam mendukung pengembangan ekonomi Indonesia dan menjadi lead bank dalam perekonomian syariah di Indonesia.

61

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri a. Visi Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha. b. Misi 1) Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang dengan mendorong tercapainya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik. 2) Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan memberikan kemaslahatn bagi masyarakat luas. 3) Mempekerjakan

pegawai yang professional dan sepenuhnya mengerti

operasional perbankan syariah. 4) Menunjukkan komitmen terhadap standard kerja operasional perbankan dengan pemanfaatan tekhnologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian. 5) Mengutamakan

mobilisasai

pendanaan

dari

golongan

masyarakat

menengah dan ritel, memperbesar portfolio penyaluran dana untuk skala menengah dan kecil serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq dan shodaqoh yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian social. 6) Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain, segenap lapisan masyarakat dan investor lain.

62

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

C. Budaya Perusahaan Nilai-nilai yang diyakini adalah nilai-nilai luhur Al-quran dan Al-hadits yang merupakan nilai yang dijunjung tinggi oleh umat Islam sebagai landasan syariah, dari kesemuanya itu menjadikan Bank Syariah Mandiri menjunjung tinggi nilai kemurnian syariah dalam sistem dan operasional perbankannya. Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah Islam menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima pilar yang disingkat SIFAT, yaitu : a. Siddiq (Integritas) Menjaga Martabat dengan Integritas. Awali dengan niat dan hati tulus, berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan. b. Istiqomah (Konsistensi) Konsisten adalah Kunci Menuju Sukses. Pegang teguh komitmen, sikap optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri. c. Fathanah (Profesionalisme) Profesional adalah Gaya Kerja Kami. Semangat belajar berkelanjutan, cerdas, inovatif, terampil dan adil. b. Amanah (Tanggung-jawab) Terpercaya karena Penuh Tanggung Jawab. Menjadi terpercaya, cepat tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.

63

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

c. Tabligh (Kepemimpinan) Kepemimpinan

Berlandaskan

Kasih-Sayang.

Selalu

transparan,

membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan

D. Produk yang Ditawarkan Produk Syariah Mandiri terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu; Produk Penghimpunan Dana, Produk Pembiayaan, dan Produk Jasa. 1. Produk Penghimpunan Dana a. Tabungan a) Tabungan Berencana BSM Tabungan Berencana BSM adalah tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris untuk memperoleh dananya sesuai target pada waktu yang diinginkan Manfaat : a) Bagi Hasil yang menguntungkan, lebih tinggi dari tabungan biasa. b) Nisbah bagi hasil dengan pola berjenjang (progresif). Semakin besar saldo maka semakin besar nisbah bagi hasil yang didapat. c) Menggunakan sistem autodebet untuk mendisiplinkan pola menabung nasabah. d) Polis biaya premi asuransi jiwa ditanggung bank. e) Perlindungan asuransi jiwa sampai dengan Rp 200 juta. f) Setoran minimum hanya Rp 100 ribu per bulan.

64

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

Fitur : a) Jangka waktu minimum 1 tahun dan maksimum 10 tahun. b) Santunan asuransi senilai selisih target dana dengan jumlah maksimum Rp 200 juta. c) Setoran bulanan berlaku tetap minimal Rp 100.000,- yang tidak bisa dicairkan hingga jatuh tempo (akhir masa kontrak). d) Bebas biaya administrasi bulanan. Akad : Akad yang digunakan adalah akad mudharabah mutlaqah. Akad mudharabah mutlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini mudharib (bank) diberikan kuasa penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syariah. 2) Tabungan Simpatik BSM Tabungan Simpatik BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. 3) Tabungan BSM Tabungan BSM adalah simpanan yang penarikannya berdasarkan syaratsyarat tertentu yang disepakati. Manfaat : a) Sarana investasi jangka pendek.

65

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

b) Aman dan terjamin. c) Bagi hasil kompetitif. d) Setor dan tarik tunai on-line diseluruh cabang BSM. Fasilitas : a) Kartu ATM, sehingga bisa ditarik kapan saja. b) SMS Banking, sehingga bisa bertransaksi dimana saja. c) Autosave. d) Layanan standing order. e) Penyaluran zakat, infaq dan shadaqah. Akad : Akad yang digunakan adalah akad mudharabah muthlaqah.Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syariah. 4) Tabungan BSM Dollar Tabungan BSM Dollar adalah simpanan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM dengan menggunakan slip penarikan. Manfaat : a) Aman dan terjamin. b) Dapat ditarik sewaktu-waktu.

66

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

c) Bonus yang kompetitif. Fasilitas : a) Setor dan tarik tunai on-line diseluruh cabang BSM b) Buku tabungan untuk memantau mutasi transaksi c) Layanan standing order Akad : Akad yang digunakan adalah akad wadi'ah yad adh-dhamanah. Wadi'ah yad dhamanah adalah akad penitipan uang antara pihak yang mempunyai uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keutuhan uang, dimana pihak penerima titipan berhak memanfaatkannya berikut bertanggung jawab atas pengembalian kepada pihak yang menitipkan. 5) Tabungan Mabrur BSM Tabungan Mabrur adalah simpanan investasi yang bertujuan membantu masyarakat untuk merencanakan ibadah haji & umrah. Tabungan ini dikelola berdasarka prinsip mudharabah mutlaqah atau wadiah. Bank Syariah Mandiri juga menyediakan sarana untuk pengambilan cash uang Saudi Riyal di Jeddah, Mekkah atau Madinah bagi nasabah yang kemudian berangkat haji atau umrah, berupa kartu Saudi Umrah & Haj Card (SUHC). Dengan membawa kartu SUHC ini maka para jemaah akan terbebas dari resiko kehilangan uang cash dan dapat menunaikan ibadah dengan lebih aman dan nyaman.

67

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

6) Tabungan BSM Investa Cendekia Sebagai orant tua, tentu Anda menyadari bahwa pendidikan adalah bekal terpenting bagi si buah hati untuk menghdapi persaingan di era globalisasi. Namun,

akhir-akhir

ini

biaya

pendidikan

menjadi

semakin

mahal.

Mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin tentunya merupakan tindakan bijaksana. Melalui Tabungan BSM Investa Cendekia dari Bank Syariah Mandiri, Anda dapat merencanakan dengan tepat dan cermat, memenuhi kebutuhan dana pendidikan bagi si buah hati hingga jenjang perguruan tinggi. Selain itu, Tabungan BSM Investa Cendekia juga memberikan perlindungan asuransi, sehingga kelangsungan biaya penddikan buah hati Anda lebih terjamin. b. Deposito 1) Deposito BSM Deposito BSM adalah roduk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. Deposito BSM ini menggunakan prinsip mdharabah mutlaqah. Manfaat : a) Sarana investasi terarah sesuai syariah. b) Pilihan jangka waktu : 1, 3, 6, dan 12 bulan. c) Aman dan terjamin. d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan. e) Bagi hasil kompetitif. Fasilitas : a) Automatic Roll Over (ARO).

68

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

b) Bagi hasil dapat ditambahkan ke nilai pokok deposito, transfer atau pemindahbukuan. Akad : Akad yang digunakan adalah akad mudharabah muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi. 2) Deposito BSM Valas Deposito

BSM

Valas

adalah

produk

investasi

berjangka

yang

penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan dalam bentuk valuta asing. Manfaat : a) Sarana investasi terarah sesuai syariah. b) Pilihan jangka waktu : 1, 3, 6, dan 12 bulan. c) Aman dan terjamin. d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan. e) Bagi hasil kompetitif. Fasilitas : a) Automatic Roll Over (ARO). b) Bagi hasil dapat ditambahkan ke nilai pokok deposito, transfer atau Pemindahbukuan.

69

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

Akad : Akad yang digunakan adalah akad mudharabah muthlaqah. Mudharabah muthlaqah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan, yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini, mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi. c. Giro 1) Giro BSM Giro BSM adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad adh-dhamanah. Manfaat: a)

Memudahkan bertransaksi dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

b)

Dana aman dan terjamin.

c)

Diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah.

d)

Bank sesuai dengan kebijakannya dapat memberikan bonus.

Fasilitas : a) Buku cek dan/atau Bilyet Giro. b) Layanan standing order. c) Autosave. d) Fasilitas ATM (khusus untuk perorangan).

70

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

Akad : Akad yang digunakan adalah akad wadi'ah yad adh-dhamanah. Wadi'ah yad dhamanah adalah akad penitipan uang antara pihak yang mempunyai uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keutuhan uang, dimana pihak penerima titipan berhak memanfaatkannya berikut bertanggung jawab atas pengembalian kepada pihak yang menitipkan. 2) Giro BSM EURO Giro Euro adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang Euro yang disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan/badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro

nasabah

diperlakukan

sebagi

titipan yang

dijaga

keamanan

dan

ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. 3) Giro BSM Valas Giro BSM Valas adalah simpanan dalam mata dollar amerika yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad ad-dhamanah. 4) Giro BSM Singapore Dollar Giro Singapore Dollar adalah simpanan dalam mata Dollar Singapore yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad adh-dhamanah.

71

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

d. Obligasi 1) Obligasi Bank Syariah Mandiri (Mudharabah) Surat berharga jangka panjang berdasar prinsip syariah yang mewajibkan Emiten (bank Syariah Mandiri) untuk membayar Pendapatan Bagi Hasil / Kupon dan membayar kembali Dana Obligasi Syariah pada saat jatuh tempo. Manfaat : a) Memperoleh nisbah yang lebih tinggi dibandingkan dengan simpanan dana pihak ketiga lainnya. b) Dapat diperjualbelikan. Fasilitas : a) Jangka waktu 5 tahun dengan pemberian nisbah setiap 3 bulan. b) Pendapatan yang dibagihasilkan hanya berdasarkan pendapatan dari pembiayaan murabahah yang dihitung secara proposional dengan nisbah 77,5% untuk pemegang obligasi. c) Jumlah minimal yang dapat diperjualbelikan sebesar Rp. 10 juta. d) Bukti kepemilikan Obligasi Syariah.

2. Produk Pembiayaan 1) Pembiayaan Resi Gudang Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu Gudang atau tempat yang terkontrol secara independen (independently controlled warehouse).

72

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

2) PKPA Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan. Pola penyaluran yang dipergunakan adalah executing (kopkar sebagai nasabah), sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada anggotanya dilakukan dan menjadi tanggung jawab penuh kopkar. 3) Pembiayaan Edukasi BSM Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan menengah

yang

digunakan

untuk

memenuhi

kebutuhan

uang

masuk

sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah. 4) BSM Implan BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan

oleh

bank

kepada

karyawan

tetap

Perusahaan/Kopkar

yang

pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para anggota koperasi karyawan atau karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.

73

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

5) Pembiayaan Dana Berputar Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktuwaktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah. 6) Pembiayaan Griya BSM Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer, dengan sistem murabahah. 7) Gadai Emas BSM Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat. Manfaat : a) Proses cepat. b) Proses mudah. c) Jaminan keamanan. Akad : Akad yang digunakan adalah akad Qardh wal Ijarah. Qardh wal Ijarah adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.

74

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

8) Pembiayaan Mudharabah BSM Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. Manfaat : a) Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah. b) Nisbah bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah. c) Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi usaha nasabah (revenue sharing). 9) Pembiayaan Musyarakah BSM Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. Manfaat : a) Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil. b) Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha. 10) Pembiayaan Murabahah BSM Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.

75

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

Manfaat : a) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif seperti mesin produksi, pabrik dan lain-lain. b) Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. 11) Pembiayaan Talangan Haji BSM Pembiayaan Talangan Haji BSM merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. Manfaat : a) Dapat dipenuhinya kebutuhan dana secara mendadak untuk menutupi kekurangan dana sebagai persyaratan dalam memperoleh porsi haji atau pelunasan BPIH. b) Proses pinjaman relatif cepat dan mudah. Akad : Akad yang digunakan adalah akad Qardh wal Ijarah. Qardh wal Ijarah adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan

3. Produk Jasa Layanan Perbankan Dalam produk jasa layanan perbankan Bank Syariah Mandiri, di bagi menjadi tiga kategori yaitu :

76

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

a. Jasa Produk 1) ATM Kartu / ATM BSM merupakan sarana untuk melakukan transaksi pada ATM Syariah Mandiri. Manfaat : a) Penarikan tunai dengan cepat. b) Penarikan beberapa kali, juga saat bank tutup. c) Pemindahbukuan. d) Praktis dan aman. 2) Sentra Bayar BSM 3) BSM SMS Banking BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. Manfaat : a) Transaksi kapan dan dimana saja. b) Pendaftaran gratis di seluruh cabang BSM. c) Biaya transaksi murah. 4) Jual Beli Valas BSM Pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau mata uang asing dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan nasabah. 5) Bank Garansi BSM

77

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

6) BSM Electronic Payroll Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel. 7) SKBDN BSM Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau order-nya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen (untuk saat ini khusus BSM dengan BSM). 8) BSM Letter of Credit Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau order-nya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen. 9) BSM SUCH (Saudi Umrah & Haj Card) BSM SUHC adalah kartu prabayar dalam mata uang Saudi Arabiyan Riyal.

78

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

b. Jasa Operasional 1) Kliring BSM Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. Karakteristik : a) Hasil kliring dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke rekening nasabah di bank lain. b) Valuta rupiah. c) Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila warkat tersebut ditolak bank tertarik, maka Bank Syariah Mandiri tidak bertanggung jawab. 2) Layanan Kiriman Uang Domestik dan Luar Negeri Western Union Adalah jasa pengiriman uang/penerimaan kiriman uang secara cepat (real time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara (domestik). 3) Inkaso BSM Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah. Karakteristik : a) Nasabah harus memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri. b) Mata uang rupiah atau valuta asing lainnya (USD, SGD). c) Hasil inkaso dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke rekening nasabah di bank lain.

79

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

d) Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila terjadi kesalahan/keterlambatan hasil inkaso, maka Bank Syariah Mandiri tidak bertanggung jawab. 4) Intercity Clearing Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring 5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement) Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer ekfektif dalam hitungan menit. 6) Transfer Dalam Kota (LLG) Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring local. 7) Transfer Valas BSM Transfer valas terdiri dari: a) Transfer ke luar yaitu pengiriman valas dari nasabah BSM ke nasabah bank lain baik dalam maupun luar negeri. b) Transfer masuk yaitu pengiriman valas dari nasabah baik lain baik dalam maupun luar negeri ke nasabah BSM. 8) Pajak Online BSM 9) Pajak Import BSM 10) Referensi Bank BSM Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri atas dasar permintaan dari nasabah untuk tujuan tertentu.

80

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

11) BSM Standing Order Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Syariah Mandiri kepada nasabah yang dalam transaksi financialnya harus memindahkan dari suatu rekening ke rekening lainnya secara berulang-ulang. Dalam pelaksanaannya nasabah memberikan instruksi ke bank hanya satu kali saja. 12) Transfer BSM Western Union yaitu mengirim dan menerima uang ke belahan dunia manapun menjadi lebih cepat dan aman. c. Jasa Investasi ƒ

Reksa Dana BSM Investa Berimbang BSM Investa Berimbang adalah reksadana Campuran (Mix Fund /

Balanced Fund) berbasis instrument pasar uang, pasar obligasi dan pasar saham dengan ketentuan investasi sesuai Syariah. BSM Investa Berimbang juga dikelola, diadministrasikan, disimpan dan didistribusikan (dijual) oleh sinergi 3 (tiga) kekuatan besar, yaitu: Mandiri Investasi sebagai manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar di Indonesia), Deutsche Bank (sebagai bank kustodi reksa dana terbesar di Indonesia yang sudah berperan aktif sebagai kustodi reksa dana konvensional maupun Syariah) dan Bank Syariah Mandiri (sebagai agen penjual yang merupakan bank Syariah terbesar di Indonesia) BSM Investa Berimbang sesuai syariah karena diawasi penuh oleh DPS (Dewan Pengawas Syariah) independen yang berada di bawah naungan DSN (Dewan Syariah Nasional). Dana anda akan diinvestasikan pada instrumen-instrumen syariah seperti deposito syariah, obligasi syariah dan saham-saham perusahaan yang masuk pada JII

81

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

(Jakarta Islamic Index) atau saham-saham diluar JII yang telah diberikan ijin untuk diinvestasikan oleh Dewan Pengawas Syariah. BSM Investa Berimbang nyaman bagi Anda karena pengelolaan dan administrasinya sudah diwakilkan oleh pihak yang professional dibidangnya, yaitu Mandiri Investasi, Bank Syariah Mandiri dan Deutsche Bank. BSM Investa Berimbang dijual secara ekslusif hanya di Bank Syariah Mandiri karena kami merupakan agen tunggal penjual Reksa Dana BSM Investa Berimbang. BSM Investa Berimbang Transparan dalam memberikan pelaporan (report) bulanan dan triwulanan (berkenaan dengan kinerja portfolio dan kondisi pasar) serta terawasi secara penuh oleh Bapepam dan DPS (Dewan Pengawas Syariah).

E. Sumber Daya Insani Karyawan adalah aset perusahaan. Bagi manajemen PT Bank Syariah Mandiri, hal itu bukan sekadar slogan. Dengan visi "Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha", manajemen PT Bank Syariah Mandiri sadar dan sangat peduli untuk memastikan kelangsungan bisnis Bank Syariah Mandiri, membangun Bank Syariah Mandiri untuk mencapai visi tersebut. Salah satu kunci penting untuk mencapai Visi tersebut adalah karyawan Agar

dapat

mencapai

pertumbuhan

dan

keuntungan

yang

berkesinambungan serta menjadi bank syariah terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas, Bank Syariah Mandiri mempekerjakan

82

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional perbankan syariah. Sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah Islam, Bank Syariah Mandiri menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap "akhlaqul karimah" (Perilaku mulia). Pengembangan Sumber Daya Insani, sesuai dengan misinya akan mendukung dan meningkatkan dukungannya secara aktif melalui sebuah sistem yang dapat menjadikan setiap pegawai Bank Syariah Mandiri bangga menjadi bagian dari Bank Syariah Mandiri. Jumlah pegawai Bank Syariah Mandiri pada saat ini sebanyak 2139 orang yang tersebar di Kantor Pusat, Kantor Cabang serta Kantor Cabang Pembantu.

F. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Purwakarta KEPALA CABANG

MARKETING MANAGER

ACCOUNT OFFICER

AMO

OPERASIONAL MANAGER

COSTOMER SERVICE

LOAN ADM CLERK

TRADE CERVISE CLERK

MASSANGER

OFFICE BOY

Sumber: www. syariahmandiri.co.id

83

INTERNAL CONTROL & COMPLIANCE OFFICER

BACK OFFICE

SECURITY

HR & GA CLERK

DRIVER

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

G. Metode Penelitian 1. Metode yang Digunakan Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Likuiditas dan Rentabilitas terhadap pembiayaan di Bank Syariah Mandiri cabang Purwakarta adalah metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam melakukan pengumpulan dan penginventarisasian data yang berhubungan dengan angka, rumus, dan rasio, yang diperoleh dari data laporan keuangan bulanan di Bank Syariah Mandiri selama periode 2005-2007, yang kemudian akan diolah dan dianalisis secara sistematis dan akurat untuk menguji kebenaran hipotesis, sampai pada penyajian hasil disertai interpretasi dalam memberi gambaran tentang hubungan variabel yang diteliti sehingga akhirnya akan didapatkan gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan. Sedangkan metode analitik digunakan untuk menganalisis hubungan, peranan, dan pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti. 2. Operasionalisasi Variabel Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih, yaitu: “Pengaruh Likuiditas dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri cabang Purwakarta ”, maka terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1.

Likuiditas, sebagai independent variable (variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas),

2.

Rentabilitas, sebagai independent variable (variabel yang mempengaruhi atau variabel bebas),

84

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

3.

Pembiayaan , sebagai dependent variable (variabel yang dipengaruhi atau variabel terikat).Untuk mengetahui lebih jelas mengenai variabel-veriabel tersebut, maka pada tabel di bawah ini disajikan mengenai operasionalisasi variabel penelitian. Tabel 3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel Variabel

Konsep Variabel

Likuiditas (Independent variabel/X1)

¾ Suatu kondisi yang menunjukkan tingkat kemampuan bank untuk memenuhi kewajibankewajiban jangka pemdeknya. ¾ Suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan bank untuk memperolah profitabilitas dan efisiensi suatu bank ¾ Suatu kondisi yang menunjukkan jumlah dana yang disalurkan bank untuk membiayai produk pembiayaan

Rentabilitas (Independent variabel/X2)

Pembiayaan (Dependent variabel/Y)

Indikator ¾

Ukuran

Total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah Total dana pihak ketiga yang diperoleh oleh bank syariah

Satuan angka persentase

Laba bersih yang diperoleh bank syariah ¾ Total semua asset/harta yang dimiliki oleh bank syariah

Satuan angka persentase

¾

Satuan mata uang

¾

¾

Sejumlah dana yang disalurkan untuk pembiayaan oleh bank syariah

Skala Data Rasio

Rasio

3. Jenis dan Sumber Data Jenis data dan sumber data yang diperoleh meliputi: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari observasi lapangan dengan survey langsung pada Bank Syariah Madiri cabang Purwakarta, dan log on internet ke situs www.bi.go.id atau situs www.syariahmandiri.co.id.

85

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

2. Data skunder, yaitu teori-teori pendukung, yang diperoleh dari pustaka buku, diktat penelitian, makalah seminar, majalah bursa, brosur, skripsi terdahulu, dan log on internet. 4. Teknik Pengumpulan Data Data-data yang ada dikumpulkan dari: a

Metode dokumenter, yaitu metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen yang digunakan adalah dokumen resmi ekstern, yaitu berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga.

b

Riset Kepustakaan (Library Reseach), seperti: literatur-literatur, bukubuku, majalah, internet, diktat penelitian, brosur, majalah bursa, penelitian terdahulu, dan log on internet, yang berkaitan dengan teori-teori dan informasi lainnya yang mendukung penelitian..

c

Wawancara, teknik pengumpulan informasi melalui sumber-sumber yang relevan dengan cara berbicara langsung dengan beberapa orang dalam konteks kerja atau klien.

d

Quitioner, teknik pengumpulan informasi yang menggunakan sejumlah pertanyaan

dan di dapat melalui sumber-sumber yang relevan dalam

konteks kerja atau klien. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mempelajari hubungan dan pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

86

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

H. Rancangan Uji Hipotesis 1. Penetapan Hipotesis Null (Ho) Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh dari variabel X1 (variabel bebas) terhadap variabel Y (variabel terikat)dan variabel X2 (variabel bebas) terhadap variabel Y (variabel terikat). Agar dapat diketahui apakah ada pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas (terikat) maka dibuat hipotesishipotesis yang menguji pengaruh dari masing-masing variabel. Hipotesis Null (Ho) merupakan hipotesis yang menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan hipotesis penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hipotesis Null (Ho) yang ditetapkan adalah hipotesis, dengan kaidah yang ditetapkan sebagai berikut: Ho: =0,

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari likuiditas dan Rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri cabang Purwakarta.

Ha:

0,

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari likuiditas dan Rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri cabang Purwakarta.

87

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

I. Pemilihan Uji Statistik dan Perhitungan Nilai Uji Statistik 1. Pemilihan Uji Statistik Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian secara kuantitatif, yang menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Pengujian analisis tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel independen (variabel terikat). 2. Analisis Regresi Sederhana Variabel-variabel yang diteliti akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana, dengan persamaan:

Y= a + bX + Keterangan: Y = Pembiayaan yang disalurkan a = Konstanta yang merupakan nilai variabel Y pada saat nilai variabel X adalah nol b = Koefesien regresi antara variabel X dan Y X = Nilai hedging = nilai residual (nilai yang mempengaruhi variabel Y selain variabel X)

Persamaan di atas memperlihatkan bagaimana perubahan variabel Y sebagai akibat adanya perubahan dalam variabel X1 dan X2. Akan tetapi, hal itu tidak menjamin adanya hubungan antara kedua variabel. Arti tanda koefisien regresi adalah jika koefisien regresi bernilai positif (+), maka hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel

88

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Dengan kata lain peningkatan bebas akan diikuti oleh peningkatan variabel terikat. Demikian sebaliknya, jika nilai koefisien regresi negatif (-), maka hal tersebut menunjukkan hubungan berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan variabel independen akan diikuti oleh penurunan variabel terikat, dan sebaliknya, setiap penurunan nilai variabel bebas akan diikuti oleh kenaikan variabel terikat.

J. Pengujian Hipotesis dan Penetapan Tingkat Signifikansi 1. Penetapan Uji t Untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji t, dengan menbandingkan antara t tabel dengan t hitung dengan menggunakan rumus:

t=

b−β Sb

Kriteria uji yang dipakai adalah sebagai berikut : o Uji hipotesis positif satu sisi Ho : 1  0 Ha : 1 > 0 o Uji hipotesis negatif satu sisi Ho : 1  0 Ha : 1 < 0 Dengan catatan, apabila Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa suatu pengaruh adalah tidak signifikan, artinya tidak ada pengaruh antara variabel

89

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

independen terhadap variabel dependen, sedangkan apabila Ho ditolak maka dapat disimpulkan bahwa suatu pengaruh adalah signifikan, yang berarti adanya pengaruh yang kuat dari variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Penetapan Tingkat Signifikansi Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 5% ( = 0,05) atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi 10% ( = 0,10) atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 90% . Tingkat signifikansi 5% ( = 0,05) dipilih karena angka ini dinilai cukup tepat untuk menguji hipotesis dengan tingkat kepercayaan yang paling tinggi, sehingga kesimpulan pengujian didasarkan atas tingkat kepercayaan yang paling ketat. Tingkat signifikansi 10% ( = 0,10) dipilih untuk memberikan toleransi yang lebih longgar dari pada tingkat signifikansi 5% ( = 0,05), dengan maksud supaya mempertegas kesimpulan akan signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada hakekatnya, angka-angka ini dipilih karena dinilai cukup tepat untuk mewakili dalam pengujian variabel dan merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan terutama dalam penelitian ilmu-ilmu sosial (M.Nazir, 2003 : 460). 3. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Likuiditas dan

90

Bab III: Objek dan Metodelogi Penelitian

Rentabilitas sebagai variabel independen tarhadap besarnya pembiayaan yang disalurkan sebagai variabel dependennya

91

Bab IV: Pembahasan

BAB 1V PEMBAHASAN

A. Tingkat Likuiditas di Bank Syariah Mandiri Tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri yang fluktuatif dari bulan ke bulan

sangat berpengaruh pada tingkat rentabilitas dan besarnya dana yang

disalurkan oleh bank untuk membiayai produk pembiayaannya. Bank Indonesia telah menetapkan tingkat kesehatan likuiditas suatu bank, yaitu 85%-110%. Jika tingkat

likuiditas

suatu

bank

kurang

dari

85%

akan

mengakibatkan

ketidakmampuan pada bank memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Demikian juga dengan bank yang mempunyai likuiditas yang melebihi 110% akan menimbulkan biaya bagi bank. Hal ini diasumsikan bahwa untuk membentuk posisi likuiditas yang berlebihan, bank harus menggunakan dana jangka panjang. Bank Syariah Mandiri pada Januari 2005 mengalami tingkat likuidtas di bawah tingkat likuiditas yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar 82,53%. Akan tetapi Bank Syariah Mandiri dapat memperbaiki tingkat likuiditasnya, ini terbukti dari naiknya tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri pada Februari 2005 menjadi 87,88%. Tetapi tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri kembali mengalami penurunan pada Desember 2005, yaitu 83,09% dan menurun drastis pada Januari 2006 menjadi 79.88%, dan akhirnya mengalami kenaikan pada Februari 2006 menjadi 81,98%.

92

Bab IV: Pembahasan

Dari data yang terdapat pada tabel 4.1, diketahui bahwa sebagian besar data likuiditas Bank Syariah Mandiri untuk periode 2005-2007 dapat digolongkan pada kriteria tingkat likuiditas yang sehat, yaitu di atas 85% yang sesuai dengan tingkat likuiditas yang dianggap sehat oleh Bank Indonesia.

B. Tingkat Rentabilitas di Bank Syariah Mandiri Tingkat rentabilitas suatu bank dapat diukur dengan menggunakan rasio ROA. Tingkat rentabilitas suatu bank yang tinggi sangat menguntungkan bagi bank karena dengan tingginya rentabilitas, bank dapat memperbesar dayanya untuk melayani nasabahnya serta dapat memperbesar kredibilitas nasabah terhadap bank tersebut. Sedangkan tingkat rentabilitas yang rendah menyebabkan kesulitan dalam penjualan saham dan mengakibatkan kredibilitas nasabah menurun. Rentabilitas Bank Syariah Mandiri yang fluktuatif sangat berpengaruh terhadap jumlah dana yang dapat disalurkan untuk produk pembiayaan. Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan yang drastis pada Januari 2006, yaitu sebesar 0.31%. Akan tetapi Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikan tingkat rentabilitas pada bulan berikutnya, yaitu sebesar 1.09%. Hal ini terjadi kembali pada Januari 2007, Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikan tingkat rentabilitas pada Januari 2007, yaitu sebesar 3.84%. Dari data yang terdapat pada table 4.1, diketahui bahwa sebagian besar tingkat rentabilitas Bank Syariah Mandiri berada dalam posisi yang tingkat

93

Bab IV: Pembahasan

fluktuatisinya tidak terlalu tinggi karena tidak terjadi penurunan dan kenaikan yang signifikan, sehingga dapat dikategorikan stabil.

C. Tingkat Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Menurut ketentuan Bank Indonesia besarnya dana pembiayaan yang disalurkan oleh bank tidak boleh lebih dari 80% dari total asset yang dimiliki oleh bank tersebut. Jika besarnya dana pembiayaan melebihi 80% dari total asset yang dimiliki oleh bank, dapat mengganggu tingkat likuiditas bank karena sumber dana simpanan masyarakat tersedot dengan jumlah pemakaian kredit. Produk andalan Bank Syariah Mandiri adalah produk pembiayaan. Bank Syariah Mandiri menyalurkan dana yang cukup besar untuk produk pembiayaan ini. Hal ini dapat dibuktikan dari perbandingan antara besarnya dana yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri untuk pembiayaan dan besarnya dana yang diperoleh Bank Syariah Mandiri dari dari pihak ketiga. Pada Juni 2007, Bank syariah

Mandiri

memperoleh

dana

dari

pihak

ketiga

sebesar

Rp.

8.851.328.000.000,- dan dana yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri untuk produk pembiayaan pada bulan ini adalah Rp. 8.465.492.000.000,-. Pada Juli 2007, Bank Syariah Mandiri memperoleh dana dari pihak ketiga sebesar Rp. 9.017.073.000.000,-, dan besarnya dana yang disalurkan Bank Syariah Mandiri pada bulan ini untuk produk pembiayaan adalah sebesar Rp. 8.619.098.000.000,-. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh dana yang diperoleh Bank Syariah Mandiri dari pihak ketiga disalurkan untuk membiayai produk pembiayaan.

94

Bab IV: Pembahasan

Bank Syariah Mandiri menyalurkan dana terbesar untuk produk pembiayaan pada Desember 2007, yaitu sebesar Rp. 10.326.374.000.000,- dan dana yang berhasil dihimpun Bank Syariah Mandiri dari pihak ketiga pada bulan ini adalah sebesar Rp. 11.105.978.000.000,-. Pada Maret 2005, dana yang disalurkan Bank Syariah Mandiri untuk membiayai produk pembiayaan adalah sebesar Rp. 6.179.437.000.000,-, jumlah ini lebih besar dari dana yang berhasil dihimpun Bank Syariah Mandiri dari pihak ketiga, yaitu sebesar Rp. 6.057.812.000.000,-

dengan tingkat LDR sebesar 91,19% dan ROA sebesar

3.15%. Dari data yang terdapat pada table 4.1, diketahui bahwa tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri tergolong tinggi, hal ini dapat dilihat dari besarnya dana pembiayaan yang melebihi dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank Syariah Madiri. Akan tetapi, tingkat pembiayaan Bank Syariah Mandiri berada pada posisi tingkat pembiayaan yang sehat karena dana yang digunakan untuk pembiayaan tidak melebihi 80% dari jumlah asset yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri. Table 4.1 Data tingkat FDR, ROA dan Pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri Periode Januari 2005 - Desember 2007 Tahun/Bulan

FDR (%)

ROA (%)

2005/1 2005/2 2005/3 2005/4 2005/5

82. 53 87. 88 91. 19 103. 39 103. 40

2. 41 10. 91 3. 15 2. 83 2. 82

95

Pembiayaan yang disalurkan (dalam triliun rupiah) 5. 467320 5. 708993 6. 179437 6. 320639 6. 470600

Bab IV: Pembahasan

2005/6 2005/7 2005/8 2005/9 2005/10 2005/11 2005/12 2006/1 2006/2 2006/3 2006/4 2006/5 2006/6 2006/7 2006/8 2006/9 2006/10 2006/11 2006/12 2007/1 2007/2 2007/3 2007/4 2007/5 2007/6 2007/7 2007/8 2007/9 2007/10 2007/11 2007/12

103. 40 99. 54 99. 39 101. 16 99. 32 97. 39 83. 09 79. 88 81. 98 87. 75 90. 54 91. 52 93. 68 98. 07 95. 38 95. 43 95. 42 94. 38 90. 18 86. 42 85. 97 87. 32 87. 95 87. 39 95. 64 95. 59 96. 62 94. 23 95. 42 95. 30 92. 98

2. 82 2. 40 2. 41 2. 37 2. 00 1. 95 1. 83 0. 31 1. 09 1. 26 1. 28 0. 88 1. 10 1. 08 0. 83 0. 95 0.66 0. 84 1. 10 3. 84 2. 73 2. 03 1. 58 1. 53 1. 75 1. 64 1. 66 1. 65 0. 66 1. 49 1. 53

6. 387596 6. 189983 6. 205901 6. 007824 5. 959817 5. 712784 5. 847598 5. 595441 5. 790537 6. 176829 6. 373222 6. 671231 6. 914027 7. 015759 7. 140364 7. 223266 7. 418505 7. 448333 7. 414757 7. 368093 7. 381931 7. 644903 7. 738999 7. 881104 8. 465492 8. 619098 8. 993233 9. 295479 7. 418505 9. 836986 10. 326374

D. Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Pengaruh tingkat likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan dapat diketahui berdasarkan uji statistik. Oleh karena itu penggunaan uji statistik regresi sederhana sangat berfungsi untuk memperoleh besarnya pengaruh dan hubungan variabel yang diuji tersebut.

96

Bab IV: Pembahasan

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah tingkat likuiditas (variabel X) terhadap pembiayaan (variabel Y) dan tingkat rentabilitas (variabel X) terhadap pembiayaan (variabel Y). Data-data tersebut diperoleh dari perhitungan tingkat likuiditas dan rentabilitas yang diilustrasikan pada pembahasan analisis aplikasi tingkat likuiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan, yakni aplikasi tingkat likuidtas dan rentabilitas pada periode Januari 2005-Desember 2007.Data diperoleh dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri, adapun data yang digunakan dalam analisis ini adalah : 1. Data FDR (Financing to Deposit Ratio) Data variabel independen yang pertama dalam penelitian ini adalah FDR, data tersebut bersumber dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri periode Januari 2006 – Desember 2008. Data FDR diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan kepada deposan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. pinjaman jangka pendek yang diberikan kepada deposan. 2. Data ROA (Return on Asset) ROA (Return on Asset) merupakan salah satu rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitababilitas dan mengelola efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Data ROA diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara laba yang diperoleh bank setelah dikurangi pajak dengan jumlah harta yanh dimiliki oleh bank.

97

Bab IV: Pembahasan

3. Data pembiayaan yang disalurkan bank Data variabel dependen dalam penelitian ini adalah besarnya pembiayaan yang disalurkan, data tersebut bersumber dari laporan keuangan Bank Syariah Mandiri periode Januari 2006 – Desember 2008. Tabel 4.2 Data Penelitian Januari 2005 – Desember 2007 Tahun/Bulan 2005/1 2005/2 2005/3 2005/4 2005/5 2005/6 2005/7 2005/8 2005/9 2005/10 2005/11 2005/12 2006/1 2006/2 2006/3 2006/4 2006/5 2006/6 2006/7 2006/8 2006/9 2006/10 2006/11 2006/12 2007/1 2007/2 2007/3 2007/4 2007/5 2007/6 2007/7

FDR (dalam %) 82. 53 87. 88 91. 19 103. 39 103. 40 103. 40 99. 54 99. 39 101. 16 99. 32 97. 39 83. 09 79. 88 81. 98 87. 75 90. 54 91. 52 93. 68 98. 07 95. 38 95. 43 95. 42 94. 38 90. 18 86. 42 85. 97 87. 32 87. 95 87. 39 95. 64 95. 59

98

ROA (%)

Pembiayaan (dalam %)

2. 41 10. 91 3. 15 2. 83 2. 82 2. 82 2. 40 2. 41 2. 37 2. 00 1. 95 1. 83 0. 31 1. 09 1. 26 1. 28 0. 88 1. 10 1. 08 0. 83 0. 95 0.66 0. 84 1. 10 3. 84 2. 73 2. 03 1. 58 1. 53 1. 75 1. 64

77.18679 80.97687 83.99408 83.22619 84.30564 82.58104 80.02623 81.58626 82.06127 81.09813 79.66244 70.68322 67.59328 70.21764 75.07417 77.18817 78.05575 79.34709 82.89938 81.18453 81.13381 81.7009 80.77794 77.60107 73.01975 72.23656 73.66839 74.21294 74.27095 81.09989 80.60166

Bab IV: Pembahasan

2007/8 2007/9 2007/10 2007/11 2007/12

96. 62 94. 23 95. 42 95. 30 92. 98

82.21943 80.54716 81.7009 81.96208 80.14017

1. 66 1. 65 0. 66 1. 49 1. 53

Sumber : data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (data diolah)

1. Pengujian Regresi Sederhana a. Analisis Regresi Tingkat Likuiditas Terhadap Pembiayaan Tabel 4.3 Data Variabel X1 dan Y No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

X 82. 53 87. 88 91. 19 103. 39 103. 40 103. 40 99. 54 99. 39 101. 16 99. 32 97. 39 83. 09 79. 88 81. 98 87. 75 90. 54 91. 52 93. 68 98. 07 95. 38 95. 43 95. 42 94. 38 90. 18 86. 42 85. 97 87. 32 87. 95 87. 39 95. 64

Y 77.18679 80.97687 83.99408 83.22619 84.30564 82.58104 80.02623 81.58626 82.06127 81.09813 79.66244 70.68322 67.59328 70.21764 75.07417 77.18817 78.05575 79.34709 82.89938 81.18453 81.13381 81.7009 80.77794 77.60107 73.01975 72.23656 73.66839 74.21294 74.27095 81.09989

X2 6811.201 7722.894 8315.616 10689.49 10691.56 10691.56 9908.212 9878.372 10233.35 9864.462 9484.812 6903.948 6380.814 6720.72 7700.063 8197.492 8375.91 8775.942 9617.725 9097.344 9106.885 9104.976 8907.584 8132.432 7468.416 7390.841 7624.782 7735.203 7637.012 9147.01

99

Y2 5957.801 6557.253 7055.005 6926.599 7107.441 6819.628 6404.197 6656.318 6734.052 6576.907 6346.104 4996.118 4568.852 4930.517 5636.131 5958.014 6092.7 6295.961 6872.307 6590.928 6582.695 6675.037 6525.076 6021.926 5331.884 5218.121 5427.032 5507.56 5516.174 6577.192

XY 6370.226 7116.247 7659.42 8604.756 8717.203 8538.88 7965.811 8108.858 8301.318 8054.666 7758.325 5873.069 5399.351 5756.442 6587.758 6988.617 7143.662 7433.235 8129.942 7743.38 7742.599 7795.9 7623.822 6998.064 6310.367 6210.177 6432.724 6527.028 6490.538 7756.393

Bab IV: Pembahasan

31 32 33 34 35 36 Total

95. 59 96. 62 94. 23 95. 42 95. 30 92. 98 3346.7

80.60166 82.21943 80.54716 81.7009 81.96208 80.14017 2835.842

9137.448 9335.424 8879.293 9104.976 9082.09 8645.28 312501.1

6496.628 6760.035 6487.845 6675.037 6717.783 6422.447 224025.3

Keterangan:

n = 36

Σx i 2 = 312501.1

Σx i = 3346.7

Σ y i 2 = 224025.3

Σ y i = 2835.842

Σx i y i = 264435.8

yˆ = a + bx

∑x ∑y a= n∑ x i

a=

2

2

i

i

− ∑ xi ∑ xi yi

− (∑ x i ) 2

(312501.1)( 224025.3) − (3346.7)(264435.8) 36(3346.7) − (3346.7) 2

a = 23.753 b=

b=

n∑ x i y i − ∑ x i ∑ y i n∑ x i − ( ∑ x i ) 2

36(264435.8) − (3346.7)(2835.824) 36(3346.7) − (3346.7) 2

b = 0.593 Jadi nilai regresinya: y = 23.753 + 0.593 X

100

7704.713 7944.041 7589.959 7795.9 7810.986 7451.433 264435.8

Bab IV: Pembahasan

Coefficients

a

Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant)

Std. Error 23.753

5.722

.593

.062

X

Standardized Coefficients T

Beta

.855

Sig.

4.151

.000

9.633

.000

a. Dependent Variable: Y

Setelah data diolah sesuai dengan variabel yang dikehendaki dan dilakukan tabulasi dan analisis data, baik dengan cara manual maupun dengan menggunakan software SPSS 12.0 for window, diperoleh bentuk persamaan dari regresi adalah: Y = 23.753 + 0,593 X + Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat likuiditas akan mempengaruhi setiap pembiayaan yang disalurkan sebesar 0,593 kali.

b. Analisis Regresi Tingkat Retabilitas Terhadap Pembiayaan Tabel 4.4 Data Variabel X2 dan Y No

X2

Y

X 2Y

1

2,41

77,18679

186,02016

5,80810

5.957,80055

2

10,91

80,97687

883,45765

119,02810

6.557,25347

3

3,15

83,99408

264,58135

9,92250

7.055,00548

4

2,83

83,22619

235,53012

8,00890

6.926,59870

5

X22

Y2

2,82

84,30564

237,74190

7,95240

7.107,44094

6

2,82

82,58104

232,87853

7,95240

6.819,62817

7

2,40

80,02623

192,06295

5,76000

6.404,19749

8

2,41

81,58626

196,62289

5,80810

6.656,31782

9

2,37

82,06127

194,48521

5,61690

6.734,05203

10

2,00

81,09813

162,19626

4,00000

6.576,90669

11

1,95

79,66244

155,34176

3,80250

6.346,10435

12

1,83

70,68322

129,35029

3,34890

4.996,11759

13

0,31

67,59328

20,95392

0,09610

4.568,85150

14

1,09

70,21764

76,53723

1,18810

4.930,51697

1,26

75,07417

94,59345

1,58760

5.636,13100

15 16

1,28

77,18817

98,80086

1,63840

5.958,01359

17

0,88

78,05575

68,68906

0,77440

6.092,70011

18

1,10

79,34709

87,28180

1,21000

6.295,96069

101

Bab IV: Pembahasan 19

1,08

82,89938

89,53133

1,16640

6.872,30720

20

0,83

81,18453

67,38316

0,68890

6.590,92791

21

0,95

81,13381

77,07712

0,90250

6.582,69513

22

0,66

81,70090

53,92259

0,43560

6.675,03706

23

0,84

80,77794

67,85347

0,70560

6.525,07559

24

1,10

77,60107

85,36118

1,21000

6.021,92607

25

3,84

73,01975

280,39584

14,74560

5.331,88389

26

2,73

72,23656

197,20581

7,45290

5.218,12060

27

2,03

73,66839

149,54683

4,12090

5.427,03169

28

1,58

74,21294

117,25645

2,49640

5.507,56046

29

1,53

74,27095

113,63455

2,34090

5.516,17401

30

1,75

81,09989

141,92481

3,06250

6.577,19216

31

1,64

80,60166

132,18672

2,68960

6.496,62759

32

1,66

82,21943

136,48425

2,75560

6.760,03467

33

1,65

80,54716

132,90281

2,72250

6.487,84498

0,66

81,70090

53,92259

0,43560

6.675,03706

1,49

81,96208

122,12350

2,22010

6.717,78256

1,53

80,14017

122,61446

2,34090

6.422,44685

71,37

2.835,84177

5.658,45288

245,99590

224.025,30261

34 35 36 Total

Keterangan:

n = 36

Σx i 2 = 245,99590

Σx i = 71,37

Σ y i 2 = 224025.303

Σ y i = 2835.842

Σx i y i = 5.658,45288

yˆ = a + bx

∑x ∑y a= n∑ x i

a=

2

2

i

i

− ∑ xi ∑ xi yi

− (∑ x i ) 2

(245,99590 )(224025 .303) − (71,37 )(5.658,4528 8) 36(71,37 ) − (71,37 ) 2

a = 78.083 b=

n ∑ xi y i − ∑ xi ∑ y i n ∑ xi − (∑ xi ) 2

102

Bab IV: Pembahasan

b=

36(5.658,4528 8) − (71,37)(224025.303) 36(71,37) − (71,37) 2

b = 0.348 Jadi nilai regresinya: y = 78.083 + 0.384 X

Coefficients

a

Standardized Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant) X

Std. Error 78.083

1.095

.348

.419

Coefficients t

Beta

.141

Sig.

71.291

.000

.831

.412

a. Dependent Variable: Y

Setelah data diolah sesuai dengan variabel yang dikehendaki dan dilakukan tabulasi dan analisis data, baik dengan cara manual maupun dengan menggunakan software SPSS 12.0 for window, diperoleh bentuk persamaan dari regresi adalah: Y = 78.083 + 0,348 X + Persamaan tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat rentabilitas akan mempengaruhi setiap pembiayaan yang disalurkan sebesar 0,070 kali. 2. Uji Keberartian Pengaruh (Regresi) dengan Uji t a. Pengujian t tingkat Likuiditas terhadap Pembiayaan Pengujian t dilakukan untuk membuktikan ada atau tidak adanya pengaruh antara variabel X dengan variabel Y, dengan ketentuan hipotesis sebagai berikut:

103

Bab IV: Pembahasan

Ho: =0,

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat likuiditas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri

Ha:

0,

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat likuiditas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri.

b−β Sb

t=

S

2 y/x

∑y =

2

−b∑ xy

n−2

∑x = ∑X 2

2

(∑ X ) 2



n

(3346.7) 2 = 312501.136 = 1378.85306

∑ y = ∑Y 2

2



(∑ Y ) 2 n

= 224025.3 -

(2835.842) 2 36

=636.4153

∑ xy = ∑ XY −

(∑ X ∑ Y )

= 264435.8 -

n (3346.7)(2835.842) 36

= 804.8994

S y2 / x =

(636.4153) − (0.593)(804.8994) 36 − 2

= 4.679705

104

Bab IV: Pembahasan

Pendugaan 

∑S ∑x

2 y/x

S b2 =

=

2

4.679705 1378.85306

= 0.003394

Sb =

0.003394

= 0.05826

Nilai uji statistik: t=

=

b−β Sb 0.593 − 0 = 9.633 0.05826 Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Model 1

B (Constant) X

Std. Error 23.753

5.722

.593

.062

Standardized Coefficients T

Beta

.855

Sig.

4.151

.000

9.633

.000

a. Dependent Variable: Y

Setelah dilakukan pengolahan data, baik secara manual maupun menggunakan software SPSS 17.0 for Window, diperoleh besarnya t hitung adalah 9.633 Dengan tingkat signifikansi

=0,05, dan uji dilakukan dua sisi, maka

diketahui t tabel adalah 2.042. Apabila merujuk pada kriteria pengujian, di mana: Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < - t tabel maka Ho ditolak, dan

105

Bab IV: Pembahasan

Jika t hitung < t tabel atau t hitung > - t tabel maka Ho ditolak Maka, diperoleh hasil uji t, yaitu: t hitung = 9.633 > t tabel =2,042, maka H0 Ditolak Gambar 4.1 Grafik uji t dengan tingkat signifikansi =0,05

daerah penerimaan H0

daerah penolakan H0

0

2.080

2.203

Kesimpulan: Karena t hitung terletak pada daerah Ho ditolak, maka dapat disimpulkan

bahwa

tingkat

likuiditas

berpengaruh

signifikan

terhadap

pembiayaan. Dasar pengambilan keputusan: Jika probabilitas > 0,05,

maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05,

maka Ho ditolak

Keputusan: Karena angka probabilitas (Sig. 2 tailed adalah 0.00), di mana 0,00 < 0.05, maka Ho ditolak atau dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat likuiditas terhadap pembiayaan.

b. Pengujian t Tingkat Rentabilitas terhadap Pembiayaan Pengujian t dilakukan untuk membuktikan ada atau tidak adanya pengaruh antara variabel X dengan variabel Y, dengan ketentuan hipotesis sebagai berikut:

106

Bab IV: Pembahasan

Ho: =0,

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri

Ha:

0,

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat rentabilitas terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. t=

b−β Sb

S y2 / x =

∑y

2

−b∑ xy

n−2

∑x = ∑X 2

2

(∑ X ) 2



n (71.37 ) 2 = 245.99590 36 = 104.5049

∑ y = ∑Y 2

2



(∑ Y ) 2

n (2835.842) 2 = 224025.3 36 =636.4153

∑ xy = ∑ XY −

(∑ X ∑ Y )

n (71.37 )(2835.842) = 5658.4528836 = 36.39611

S y2 / x =

S y2 / x =

∑y

2

−b∑ xy

n−2

(636.4153) − (0.348)( 36.39611) 36 − 2

= 18.34557

107

Bab IV: Pembahasan

Pendugaan  S

2 b

∑S = ∑x

2 y/x

=

2

18.34557 104.5049

= 0.175547

Sb =

0.175547

= 0.4189833

Nilai uji statistik: b−β t= Sb 0.348 − 0 = 0.4189833 = 0.831 Coefficients

a

Standardized Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant) X

Std. Error 78.083

1.095

.348

.419

Coefficients t

Beta

.141

Sig.

71.291

.000

.831

.412

a. Dependent Variable: Y

Setelah dilakukan pengolahan data, baik secara manual maupun menggunakan software SPSS 17.0 for Window, diperoleh besarnya t hitung adalah 0.831 Dengan tingkat signifikansi

=0,05, dan uji dilakukan dua sisi, maka

diketahui t tabel adalah 2.042. Apabila merujuk pada kriteria pengujian, di mana: Jika t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel maka Ho ditolak, dan Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > t tabel maka Ho ditolak

108

Bab IV: Pembahasan

Maka, diperoleh hasil uji t, yaitu: t hitung = 0.831 < t tabel =2,042, maka H0 Ditolak Kesimpulan: Karena t hitung terletak pada daerah Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat rentabilitas yang diukur dengan menggunakan rasio ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pembentukan harga. Dasar pengambilan keputusan: Jika probabilitas > 0,05,

maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05,

maka Ho ditolak

Keputusan: Karena angka probabilitas (Sig. 2 tailed adalah 0.04), di mana 0,412 < 0.05, maka Ho diterima atau dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara tingkat rentabilitas yang diukur dengan

menggunakan rasio ROA terhadap pembiayaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui hubungan antara tingkat likuiditas dan rentabilitas dari data periode Januari 2005Desember 2007, dapat disimpulkan baahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat likuiditas dan tingkat rentabilitas terhadap pembiayaan. Tingkat pembiayaan yang besar akan berakibat pada besarnya tingkat likuiditas dan rentabilitas. Tingkat rentabilitas terendah yang dimiliki Bank Syariah Mandiri terjadi pada Januari 2005, yaitu sebesar 2.63%, hal ini juga mempengaruhi tingkat pembiayaan dan tingkat likuiditas bank yang juga mengalami penurunan.

109

Bab V: Kesimpulan dan Saran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh tingkat likiditas dan rentabilitas terhadap pembiayaan sebagaimana telah dikemukakan dalam bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat Likuiditas di Bank Syariah Mandiri Secara keseluruhan, tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri berada dalam kondisi sehat. Hal ini dapat dilihat dari besarnya FDR yang diperoleh Bank Syariah Mandiri yang sesuai dengan kriteria tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu 85%-110%. 2. Tingkat Rentabilitas di Bank Syariah Mandiri Tingkat rentabilitas Bank Syariah Mandiri berada dalam posisi yang tingkat fluktuatisinya tidak terlalu tinggi karena tidak terjadi penurunan dan kenaikan yang signifikan, sehingga dapat dikategorikan stabil. 3. Tingkat Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Tingkat pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah Mandiri masih tergolong sehat karena jumlah dana yang disalurkan bank untuk membiayai produk pembiayaan tidak melebihi ketetapan Bank Indonesia, yaitu sebesar 80% dari total asset yang dimiliki bank.

110

Bab V: Kesimpulan dan Saran

4. Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Rentabilitas terhadap Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri a.

Hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan hasil pengujian kuantitatif dengan hipotesis Null (Ho) dengan perhitungan uji t, menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat likuiditas yang diukur dengan menggunakan rasio FDR dan tingkat rentabilitas yang diukur dengan menggunakan rasio ROA terhadap pembiayaan, terhadap pembiayaan.

b. Setiap perubahan tingkat likuiditas akan menambah dana pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 0,593 kali. c. Setiap perubahan tingkat rentabilitas akan menambah dana pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 0.348 kali.

B. Saran a. Bagi bank, sebaiknya menjaga kesehatan tingkat likuiditasnya karena tingkat likuiditas mencerminkan kondisi suatu bank. b. Produk pembiayaan merupakan produk utama bank, sebaiknya bank memperbesar jumlah dana yang disalurkan untuk pembiayaan dan tetap mempertahankan prinsip kehati-hatian untuk megurangi terjadinya pembiayaan macet.

111

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

Anonim 1. 2008. “Profil Bank Syariah Mandiri” dalam www.syariahmandiri.co.id Anonim

2.

2008.

“Produk

dan

Jasa

Bank

Syariah

Mandiri”

dalam

Mandiri”

dalam

www.syariahmandiri.co.id Anonim

2.

2008.”Visi

dan

Misi

Bank

Syariah

www.syariahmandiri.co.id Anonim 3. 2008. “Budaya Perusahaan Bank Syariah Mandiri’ dalam www.syariahmandiri.co.id Aninom 4. 2008. “Manajemen dan Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri” dalam www.syariahmandiri.co.id Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahan. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media Firdaus, Rahmat. 2001. Manajemen Dana Bank. Edisi Pertama. Bandung: STIE Inaba Indriani,

Diah.

2008.

“Uji

Parsial

Koefisien

Regresi”

dalam

www.regresilinierberganda.ppt Intensive Study Division. 2007. Modul Short Course Bank Syariah. Bandung: The Syaria Banking Trainimg Centre (STBC) Khadafi, Leo.2007 Handouts Analisa Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Edisi Pertama. Bandung: Unisba Mahrinasari. 2004. “Pengelolaan Kredit pada Bunk Pengkreditan Rakyat di Bandarlampung” dalam www.skrip.pdf

xviii

Daftar Pustaka

Mardiasmo. 2000. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi 3. Jilid I. Yogyakarta: BPPE Muhammad. 2002. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Nikmat, Yaumil. 2004. “Analisis Rentabilitas untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Perusahaan

pada

CV.

Pandan

Harum

di

Balikpapan”

dalam

www.guruvalah.20m.com Nurhayati, Nunung dan Tasya Aspiranti. 2004. Dasar-dasar Statistika Bisnis. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung R. Latumaerissa, Jullius. 1999. Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum. Jakarta: Bumi Aksara Sastradipoera, Komaruddin. 2004. Strategi Menejemen Bisnis Perbankan. Bandung: Kappa Sigma Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi I. Jilid I. Jakarta: Salemba Empat Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Edisi II. Jakarta: PT. Bumi Aksara Somantri, Anting dan Sambas Ali Muhidin.2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Edisi

2.

Yogyakarta: Ekonisia Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani

xix

Daftar Pustaka

Tampubolon, Robert. 2004. Risk Management Pendekatan Kuantitatif untuk Bank Komersial. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Tri Cahyono, Bambang. 2002. Analisis Bank Syariah. Jakarta: Badan Penerbit IPWI

xx