BAB 1 KONSEP MANAJEMEN

Download Tujuan Manajemen Pendidikan. Dilakukan Manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar...

0 downloads 565 Views 282KB Size
BAB 1 KONSEP MANAJEMEN A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN ADMINISTRASI Pengertian Administrasi Secara Etimologi Administrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu adminstrate yang berarti membantu atau melayani. Kata sifatnya adalah administrations kemudian menjadi administratio sebagai kata bendanya. Kemudian istilah itu masuk kedalam bahasa inggris sehingga menjadi administration. Istilah tersebut akhirnya diterjemahkan kedalam bahasa indonesi menjadi administrasi. Pengertian Administrasi Secara Definitif Secara definitf, administrasi dapat diuraikan secara sempit dan secara luas. Dalam arti sempit, administrasi dapat diartikan sebagai keseluruhan pencatatan secara tertulis dan penyusunan secara sistematis dari keterangan-keterangan yang ada dengan tujuan agar mudah memperoleh ikhtisarnya secara menyeluruh. Dengan kata lain dalam arti sempit administrasi itu tidak lebih dari pada sekedar serangkain aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam setiap kerjasama. Sedangkan dalam arti luas, administrasi itu bukan sekedar sebagai ketatausahaan,. Administrasi itu jauh lebih luas dan kompleks daripada ketatausahaan. Jadi dari pengertian tersebut dapat diartikan Administrasi merupakan keseluruhan proses karjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnnya ( Siagian, 1981 : 3 ). Adminstrasi adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan. ( The Liang Gie, 1983 : 9 ) Berdasarkan pengertian diatas, ada 3 ciri pokok administrasi, yaitu : 1. Administrasi merupakan proses 2. Terdapat dua orang atau lebih yang saling bekerjasama 3. Mencapai tujuan dan efisiensi B. APA YANG DIMAKSUD DENGAN MANAJEMEN Pengertian manajemen Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang batasan Manajemen , karena itu tidak mudah memberikan arti yang universal yang dapat diterima seemua orang, namun demikkian dari pikiran-pikiran ahli tentang definisi Manajemen kebanyakan menyatakan bahwa Manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan 1

kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikutialur keilmuan secara ilmiah dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang. Dengan demikian terdapat tiga focus untuk mengartikan Manajemen yaitu: 1. Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal Manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebbagai suatu ilmu menekankan perhatian kepada ketrampilan dan kemampun manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/ketrampilan teknikal,manusiawi dan konsepsual. 2. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang yang sitematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen. 3. Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (Style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lin untuk mencapai tujuan. Berikut merupakan definisi manajemen dari beberapa ahli : James AF.Stoner (1992:8) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Harsey dan Bblanchard (1988:9): merupakan suatu proses bagaimana pencapaian sasaran organisasi melalui kepemimpinan. Sudjana (2000 : 77) : Manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Banyak pendapat mengenai fungsi manajemen, diantaranya sebagai berikut : Henry Fayol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling. George R. Terry, fungsi manajemen adalah planning, organizing, actuating, dan controlling. Luther Gulllich, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan controlling. Ernest Dale, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing, innovating, representing, dan controlling. Koonts & O’donnol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing, controlling. Oey Liang Lee, fungsi coordinating,Controlling

manajemen

yaitu

planning,

organizing,

directing,

2

James Staner, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, leading, dan controlling. Dalam pembahasan ini akan diperinci empat fungsi yang paling penting yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. 1. Perencanaan ( Planning ) Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan strategi, kebijaksanaan, program, dan lain-lain. 2. Pengorganisasian ( Organizing ) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi. 3. Pengarahan ( Actuating ) Motivasi, komunikasi mengerjakan

kepemimpinan untuk mengarahkan sesuatu yang ditugaskan padanya.

karyawan

4. Pengawasan ( Controlling ) Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif

SIKLUS KEGIATAN MANAJEMEN

Perencanan

Pengorganisasian

Manajemen

Pengawasan

Pengarahan

Gambar : 1.1 Siklus kegiatan Manajemen

3

1. Fungsi dari Perencanaan a. Menjelaskan dan merinci dan tujuan yang ingin dicapai memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut. b. Organisasi menperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakannya sesuai tugas pokok fungsiyang telah ditetapkan menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktivitas yang konsisten prosedur dan tujuan. c. Memberikan batas kewenangan dan tanggung jawab bagi seluruh pelaksana. d. Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensip sehingga bisa menemukan dan memperbaiki kepemimpinan secara dini. e. Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuain antara kegiatan internal dengan situas eksternal f. Menghindari pemborosan. 2. Fungsi Pengorganisasian Pengorganisasian sangat penting dalam manajemen karena membuat posisi orang jelas dalam struktur dan pekerjaannya dan melalui pemilihan, pengalokasian dan pendistribusian kerja yang profesional dan organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 3. Fungsi Pengarahan Pemimpin lebih menekankan pada upaya mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. 4. Fungsi Pengawasan Mencakup Empat Unsur : Agar tenaga atau karyawan pada lembaga mampu mengemban tugas atau fungsinya masing-masing maka harus dilakukan suatu pengawasan. Langkah-langkah dalam melakukakan pengawasan, yaitu a. Menetapan standard pelaksanaan, b. Mengukur performa aktual. c. Pengukuran pelaksaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar. Pengertian Manajemen Pendidikan Secara sederhana manajemen Pendidikan merupakan proses menejemen dalam dalam melaksanakan tugas pendidikan dengan secara efektif. Dengan demikian Pendidikan merupakan suatu sistem yang terencana untuk menciptakan manusia seutuhnya, sistem pendidikan memiliki garapan dasar yang dikembangkan, diantaranya terdiri dari :

4

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Bidang garapan peserta didik Bidang garapan tenaga kependidikan. Bidang garapan kurikulum Bidang garapan sarana prasana Bidang garapan keuangan Bidang garapan kemitraan kepada masyarakat Bidang garapan bimbingan dan pelayanan khusus.

Mengadaptasi pengertian manajemen dan para ahli dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapakan. Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkomonikasian, pemotivasian,penggangaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas. Tujuan Manajemen Pendidikan Dilakukan Manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efisien. Perkembangan Teori Manajemen 1. Teori Manajemen Klasik Teori ini memandang bahwa segala sesuatu dalam aktivitas organisasi dan manajemen didapatkan atas target yang secara kuantitas dapat diukur yang meliputi: a. b. c. d.

Target waktu Target output / hasil Target biaya, dan Target lain yang secara rasional dapat teridentifikasi dan terukur.

Maka teori ini menekankan adanya standard baku bagi setiap aktivitas manajemen, yang meliputi : a. b. c. d.

Standard waktu Standard output Standard biaya, dan Standard sistem dan prosedur

Untuk mencapai target dan standard baku, diperlukan pengujian terlebih dahulu agar aktivitas manajemen dapat memenuhi kedua hal tersebut. Pengujian tersebut antara lain melalui: a. Studi gerak dan waktu b. pengawasan fungsional ( functional foremanship ) c. Sistem upah per-potong diferensial 5

d. e. f. g.

Prinsip pengecualian Kartu instruksi Pembelian dengan spesifikasi Standardisasi pekerjaan, peralatan serta tenaga kerja.

2. Teori Manajemen Neoklasik Teori ini mengungkapkan bahwa model yang ditawarkan F.W. Taylor kurang manusiawi karena manusia dianggap sebagai factor produksi belaka sebagaimana peralatan atau mesin. Meski ada manfaat yaitu terbentuknya anatomi organisasi yaitu pada bagan struktur organisasi. Ternyata hasil penelitiannya ini gagal karena hipotesis masing-masing kelompok tidak terbukti. Namun penelitian ini justru mengungkap model pandangan yang baru, yakni untuk mencapai produktifitas kerja. Tidak hanya bias didekati dengan model studi gerak dan waktu namun dapat didekati melalui keeratan hubungan antar pekerja, karena hasil penelitian menunjukkan bagi kelompok yang tidak terampil merasa di nomor duakan di pabrik. Sehingga mereka memacu aktivitas mereka agar tidak kalah dengan kelompok yang diambil. Perasaan inilah yang dapat menumbuhkan produktivitas. Teori demikian yang dikemukakan Elton Mayo dan disebut sebagai Pandangan Kemanusiaan (Human Movement). Teori klasik dan neoklasik diatas disebut pandangan close system. Maksudnya tumbuh dan berkembangnya manajemen didasarkan atas kemampuan internal organisasi. Dan kemampuan internal organisasilah yang mempengaruhi organisasi lain. 3. Teori Manajemen Modern Teori ini memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Teori ini memberi manajer cara memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian / subsistem dari lingkungan eksternal yang lebih luas. Teori manajemen modern cenderung memandang organisasi sebagai system terbuka, dengan dasar analisa konsepsional, dan didasarkan pada data empirik, serta sifatnya sintesis dan integrative. System terbuka pada hakekatnya merupakan proses transformasi masukan yang menghasilkan keluaran. Transformasi terdiri dari aliran informasi dan sumber-sumber daya. 4. Teori Manajemen Kesemestaan Teori ini lebih luas dari teori sebelumnya. Teori ini memandang bahwa lingkungan organisasi tidak hanya lingkungan berupa lembaga atau organisasi lain, melainkan bermakna lebih luas yaitu termasuk lingkungan semesta. Dengan demikian tumbuh dan berkembangnya manajemen tergantung seberapa jauh manajemen dapat berinteraksi secara seimbang dengan segmen lingkungan di luarnya.

6

Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut : 1. Aktifitas manajemen yang tepat guna 2. Keperpihakan pada strata bawah 3. Pemberian hak secara profesional baik bagi para pelaku manajemen internal maupun lingkungannya 4. Semua aktifitas manajemen didasarkan atas komitmen untuk bekerja lebih baik, seimbang, dan sehat. Baik sehat bagi anggota organisasi yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan organisasi dan manajemen. Ada dua sisi pendekatan dalam teori manajemen kesemestaan, yaitu : a. Sisi makro, dan b. Sisi mikro. a. Sisi Makro Sebagaimana istilah yang dipakai yaitu “kesemestaan”, artinya manusia dan organisasi merupakan satu kesatuan bagian dari semesta sehingga keseimbangan atau rusaknya semesta tergantung dari manusia dan seringkali pandangan sekulerisme menganggap bahwa semesta dan seisinya semata-mata diperuntukkan pada manusia. Sehingga banyak masalah terjadi adanya eksploitasi, baik pada sumber daya alam maupun sesama manusia. Seperti banyak kasus penjajahan secara fisik maupun intelektual. Pandangan sekuler baru ada sedikit kesadaran untuk menumbuhkembangkan secara seimbang antara manusia semesta, apabila nyata telah terjadi gejolak dihadapan mereka. Pandangan manajemen berbasis semesta keseimbangan dan tumbuhberkembangnya memunculkan kesadaran berjangka panjang.

ini mensyaratkan adanya sebuah semua pihak secara wajar. Dan

b. Sisi Mikro Pandangan ini terkait dengan tumbuh berkembangnya sisi manusia dalam berorganisasi. Sosok manusia merupakan sosok yang tumbuh dan berkembangnya saling memberikan manfaat, baik secara spiritual maupun intelektual, baik secara rohani maupun jasmani. Yang keduanya berperan penting dalam menumbuhkembangkan manajemen dan organisasi. Secara spesifik ada beberapa unsur daya potensi ditumbuhkembangkan. Faktor/ unsur tersebut yaitu : 1. Unsur rasa ( feeling ) 2. Unsur hati ( deep feeling ) 3. Unsur akal ( frame thinking ) 4. Unsur keinginan diri (motive, desire, motivation )

manusia

yang

dapat

Ketidak berfungsinya unsur daya potensi ini mengakibatkan gejolak dalam diri manusia yang bersangkutan. Sehingga dalam setiap arah dari sisi pengambil keputusan itu sendiri tak pernah tepat, sehingga berujung pada konflik manajemen seperti perselisihan ketenagakerjaan, ketidak puasan kerja, stress, mogok kerja, tingginya kecelakaan kerja, tingginya konflik antara manajemen dan karyawan, dan sebagainya. 7

Ada beberapa metode rekruitmen yang seringkali dipakai untuk menentukan imbalan pada para pekerja. Metode tersebut, yaitu : 1. Merid system Yaitu metode yang didasarkan atas prestasi. Hanya yang memiliki kecakapan dan kemampuan sajalah yang diterima seleksi dalam hal ini yang menerima imbalan. 2. Nepotism Yaitu metode dalam rekruitmen atau juga biasa dipakai untuk memberikan imbalan karena factor segolongan atau memiliki hubungan lain yang disetarakan dengan itu. 3. Spoil system Yaitu metode rekruitmen yang didasarkan atas faktor keluarga atau kekerabatan atau disetarakan dengan hal tersebut. LINGKUNGAN BUDAYA DAN ORGANISASI Konsep Budaya dan Organisasi ( Corporate Culture ) Biasa diberikan pengertian yang menyangkut norma yang dianut oleh seluruh anggota organisasi dari atasan hingga anggota organisasi yang paling bawah. Pembentuk kebudayaan bisa dari pemilik organisasi, manajemen, anggota, serta visi dan misi manajemen. Lingkungan Eksternal Yaitu semua segmen lingkungan organisasi yang mempengaruhi organisasi / perusahaan, yang terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

memiliki

potensi

untuk

Lingkungan organisasi Suplier / bahan baku Market / pasar Teknologi Perekonomian Lembaga keuangan Hukum Masyarakat

Ada tiga jenis lingkungan, yaitu : 1. Lingkungan selalu berubah.Yaitu adanya kecepatan dan percepatan perubahan lingkungan yang secara umum mempengaruhi organisasi. Perubahan bersifat acak, sering berubah, dan banyak elemen yang mempengaruhi. 2. Lingkungan yang stabil. Yaitu lingkungan yang jumlah dan frekuensi perubahannya tidak menunjukkan angka atau perubahan besarannya mencolok.

8

3. Lingkungan yang dinamis, Yaitu lingkungan yang mempunyai potensi mempengaruhi organisasi, senantiasa berubah dengan frekuensi yang cepat. Sehingga perlu organisasi mengantisipasinya dengan cepat dan sesuai. C. APA SAJA LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN Banyak pakar manajemen dan administrasi pendidikan yang mengidentifikasikan langkah-langkah manajemen. Tiga pakar manajemen dan admistrasi pendidikan diantaranya adalah Flippo (1966), Gorton( 1976), dan Sergiovani (1987). Menurut Gorton manajemen itu pada hakekatnya merupakan proses pemecahan masalah, sehingga langkah-langkah manajemen tidak ubahnya sebagaimana langkah-langkah pemecahana masalah Langkah-langkah manajemen menirut Gorton : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.

Identifikasi masalah Diagnosis masalah Penetapan tujuan Pembuatan keputusan Perencanan Pengorganisasian Pengkoordinasian Pendelegasian Pengkomunikasian Kerja dengan kelompok-kelompok Penilaian

Lasngkah-langkah manajemen menurut sergioivani : 1. 2. 3. 4.

Perencanaan (planning) Pengorganisasian (Organizing) Pengerahan (Leading) Pengawasan (Controlling)

Menurut Flifo empat langkah manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan merupakan kegiatan fungsi-fungsi organik manajemen, artinya keempat kegiatan tersebut harus dilakukan dalam setiap administrasi. D. TUJUAN MANAJEMEN Efektivitas Pertama, tujuan manajemen itu diupayakan dalam rangka mencapai efektivitas. Suatu program kerja dikatakan efektif apabila program kerja tersebut dapat mencapai tujuan, yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, tujuan diterapkannya manajemen pada sebuah program adalah agar program tersebut dapat mencapai tujuan. Efisiensi

9

Kedua, manajemen itu dilakukan dalam rangka mencapai efisiensi dalam pelaksanaan setiap program. a. Efisisiensi ditinjau dari usaha / pelaksana program Apabila dari segi pelaksanaan, sebuah program dapat dikatak efisien apabila hasilnya dapat dicapai melalui upaya yang sekecil-kecilnya dan sehemat-hematnya. Upaya yang dimaksudkan adalah dalam penggunaan komponen seperti, tenaga, waktu pelaksanaan, sarana dan prasarana serta keuangan. b. Efisiensi ditinjau dari hasil program. Ditinjau dari segi hasil, penyelenggaraan sebuah program dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha tertentu memperoleh hasil yang sebanyakbanyaknya. Upaya yang dimaksudkan adalah dalam penggunaan komponen seperti, tenaga, waktu pelaksanaan, sarana dan prasarana serta keuangan. Produktivitas Adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh(output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan(input) produktivitas dapat dinyatakan secara kaulitas maupun kuantitas. Kualitas Menunjukan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang(products) dan/jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektiv atas bobot dan/atau kinerja(Pfeffer end Coote, 1991). Jasa atau produk tersebut harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelangannya.

10

BAB 2 SEPUTAR SEKOLAH DASAR DI INDONESIA

A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEKOLAH DASAR Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelengarakan pendidikan enam tahun, sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Pengertian pendidikan dasar menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). 1. Pentingnya Manajemen Sekolah Dasar Sekolah dasar tidak ubahnya sebagai sebuah institusi atau lembaga. sekolah mengemban misi tertentu yaitu melakukan proses edukasi, proses sosialisasi, dan proses transformasi anak didik, dalam rangka mengantarkan mereka siap mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. Oleh karena demikian misinya, maka sekolah dasar dapat dikategorikan sebagai institusi atau lembaga pendidikan. Sebagai institusi atau lembaga pendidikan, sekolah dasar menyelenggarakan berbagai aktivitas pendidikan bagi anak didik dan melibatkan banyak komponen, sehingga aktivitas maupun komponen pendidikan di sekolah dasar menuntut adanya manajemen yang baik dalam rangka mencapai tujuan institusional sekolah dasar. Secara garis besar aktivitas pendidikan di sekolah dasar, baik negeri maupun swasta dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, aktivitas pembelajaran kurikuler, seperti pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN), pembelajaran Pendidikan Agama (PA), pembelajaran Bahasa Indonesia (BI), pembelajaran Matematika (Mat), pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); pembelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertakes), pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), pembelajaran Muatan Lokal (Mulok). Kedua, aktivitas pembelajaran ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, usaha kesehatan sekolah (UKS), olah raga, kesenian, dan patroli keamanan sekolah (PKS). Ketiga aktivitas pembelajaran lainnya dalam bentuk upacara bendera yang diselenggarakan pada setiap hari senin dan senam pagi. Namun semua aktivitas pembelajaran harus dipadukan sedemikian rupa dan diarahkan kepada pencapaian satu tujuan, tepatnya tujuan institusional sekolah dasar. Demikian pula, agar antara aktivitas pembelajaran satu dan lainnya tidak tumpang tindih, dan fasilitas sekolah dapat didayagunakan secara optimal maka sekolah dasar menuntut adanya manajemen yang baik. Di sinilah letak pentingnya manajemen yang baik di sekolah. Tampaknya, tidak ada kesuksesan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar tanpa adanya manajemen yang baik di dalamnya.

11

Pelaksanaan semua aktivitas pembelajaran di atas dilibatkan banyak komponen, tidak saja komponen manusia melainkan juga komponen bukan manusia. Komponen manusia di sekolah dasar cukup banyak. Dalam kondisi normal komponen manusia sekolah dasar terdiri dari seorang kepala sekolah, enam orang guru kelas, seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama, seorang guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan seorang pesuruh sekolah. Jadi secara keseluruhan terdapat sepuluh personil sekolah dasar. Sedangkan komponen bukan manusia di sekolah dasar terdiri dari enam ruang kelas, satu ruang kepala sekolah yang juga difungsikan sebagai ruang administrasi, buku teks, buku penunjang, buku bacaan, berbagai alat peraga, dan uang. Agar dapat didayagunakan secara optimal dalam mencapai tujuan institusional sekolah dasar, semua komponen tersebut dikelola dengan sebaik-baiknya. Semakin banyak personil dan fasilitas yang didayagunakan semakin menuntut adanya manajemen sekolah dasar yang baik. 2. Pengertian Manajemen Sekolah Dasar Banyak pakar administrasi pendidikan yang berpendapat bahwa manajemen itu merupakan kajian administrasi ditinjau dari sudut prosesnya. Para pakar administrasi pendidikan, seperti Sergiovanni, Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) mendefinisikan manajemen sebagai process of working with and through others to accomplish organizational goals efficienctly, yaitu proses kerja dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Manajemen itu merupakan proses, terdiri atas kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan kerjasama (administrasi) secara efisien. Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Gorton (1976) yang menegaskan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Manajemen sekolah dasar pada dasarnya merupakan penerapan manajemen sekolah di sekolah dasar. Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas manajemen sekolah dasar merupakan proses di mana kepala sekolah dasar selaku administrator bersama atau melalui orang lain berupaya mencapai tujuan institusional sekolah dasar secara efisien. Apabila definisi tersebut dikaji secara saksama, ada beberapa makna tersirat berkenaan dengan konsep manajemen sekolah dasar. 1. Manajemen sekolah dasar merupakan proses, dalam arti serangkaian kegiatan yang diupayakan kepala sekolah bagi kepentingan sekolahnya. 2. Rangkaian kegiatan yang diupayakan oleh kepala sekolah bersama orang lain dan atau melalui orang lain misalnya guru, dan mendayagunakan semua fasilitas yang ada. Jadi kepala sekolah tidak bekerja sendiri. Bahkan, yang baik adalah kepala sekolah selalu berusaha untuk menugaskan orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolahnya. Pada hakikatnya manajemen sekolah dasar merupakan segala proses pendayagunaan semua komponen, baik komponen manusia maupun komponen bukan manusia yang dimiliki sekolah dalam rangka mencapai tujuan secara efisien. 3. Tujuan manajemen sekolah dasar adalah mencapai tujuan institusional sekolah dasar, yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota ummat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Dengan manajemen sekolah dasar yang baik 12

diharapkan sekolah dasar menjadi lembaga pendidikan yang baik dalam segala aspek. B. BERBAGAI JENIS SEKOLAH DASAR Ada beberapa jenis Sekolah Dasar di Indonesia yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

SD Konvensional SD Percobaan SD Inti SD Kecil SD Satu Guru SD Pamong SD Terpadu

SD. Konvesional SD Konvensional adalah sekolah dasar biasa, yang mmenyelengarakan pendidikan enam tahaun, terdiri atas enam kelas, dengan enam orang guru kelas, satu orang guru mata pelajaran pendidikan agama, satu orang guru mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, satu orang Kepala Sekolah, dan satu orang pesuruh. Jumlah siswa dan guru dalam satu kelas umumnya berbanding 40 : 1 SD percobaan SD Percobaan pada dasarnya sama dengan SD Konvensional, hanya SD Percobaab ini diberikan kewenangan untuk melalakukan percobaan-percobaan tertentu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar. SD Inti SD Inti pada dasarnya sama dengan SD Konvensional, hanya saja sekolah dasar ini ditunjuk sebagai pusat pengembangan sekolah dasar lain disekitarnya pada tingkat gugus. Dalam rangka pengembangan sekolah dasar disekitarnya. SD Inti ini dilengkapi dengan satu ruang Kelompok Kerja Guru(KKG), satu ruang perpustakaan sekolah, dan satu ruang serbaguna. SD Kecil SD Kecil pada umumnya terdapat di daerah terpencil dengan sistem pendidikan yang berbeada dengan SD Konvensional. Jumlah siswa maksimal hanya 60 orang (kelas 1 sampai dengan 4 kelas) dengan dua orang guru kelas dan satu orang kepala sekolah. Proses belajar mengajar diselenggarakan dengan menggunakan modul, pengabungan kelas,dan tutor sebaya. SD Satu Guru SD Satu Guru adalah sekolah dasar yang pada umumnya terdapat di daerah terpencil dengan sistem pendidikan yang berbeda dengan SD Konvensional, jumalah siswanya maksimal hanya 30 orang (kelas 1 sampai dengan kelas 4) dengan satu orang guru kelas 13

yang sekaligus merangkap sebagai kepala sekolah. Proses belajar mengajar diselengarakan dengan mengunakan modul, pengabungan kelas, dan tutor sebaya. SD Pamong SD Pomong adalah lembaga pendidikan yang diselengalarakan oleh masyarakat, orang tua, dan guru untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi anak putus sekolah dasar atau anak lain yang karena satu atau lain hal, tidak dapat datang secara teratur belajar disekolah. SD Terpadu SD Terpadu adalah sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan anak normal dan penyandang cacat maupun normal secara bersama-sama dengan mengunalkan kurikulum sekolah dasar konvisional C. LANDASAN YURIDIS SEKOLAH DASAR Di Indonesia penyelenggara sekolah dasar berpijak pada beberapa perundang-undangan sebagai landasan yuridis, ada tiga peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis penyelenggara sekolah dasar yaitu : Undang-Undang Dasar ( UUD ) 1945. Bab XII pasal 31 ayat (2) ditegaskan bahwa pemerintah mengusahakan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang. Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem pendidikan nasional. Setiap warga negara berhak atas kesemptan yang seluas-luasnya mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara denga dengan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan tamatan pendidikan dasar (Bab III Pasal 6). Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan-pengetahuan dan ketrampilan dasar yaang diperlukan untuk k;ehidupan dalam masyarakat serta menyiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah (Bab III Pasal13). Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Pendidikan dasar merupakan pendidikkan semblilan tahun, terdiri atas Program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) D. TUJUAN INTITUSIONAL SEKOLAH DASAR Dalam buku I Kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994 dijelaskan bahwa pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.

14

E. APA SAJA KOMPONEN SEKOLAH DASAR 1. Masukan sumber daya manusia (SDM) yaitu meliputi keseluruhan personel, misalnya kepala sekolah, guru dan pesuruh. Dalam kondisi normal, personel sekolah dasar terdiri dari seorang guru mata pelajaran pendidikan agama, seorang guru mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, dan seorang pesuruh sekolah. Material : Kurikulum, Gedung, alat peraga, Dana, dll

SDM: Kepala sekolah, guru, dan pesuruh

PROSES PENDIDIKAN

SISWA

Anak siap memasuki pendidikan selanjutnya

Lingkungan : Orang Tua Masyarakat Penda/Dinas

Gambar 2.1 Masukan/komponen di Sekolah Dasar 2. Masukan Material Masukan Material adalah komponen instrumnetal yang meliputi kurikulum, dana, dan segala komponen sekolah selain manusia, yang bisa disebut juga dengan sarana dan prasarana sekolah. 3. Masukan Lingkungan Menurut Hanson ( 1985) sekolah merupakan sebuah sistem terbuka(open system) dan bukan sistem tertutup (closed input). Menurutnya sekilah itu merupakan sebuah sistem yang terkait dengan sebuah jaringan organisasi lain diluar sekolah, seperti pusat pelatihan guru, badan akreditasi kontraktor bangunan, departemen keuangan, penerbit buku, dan sebagainya. 4. Proses Pendidikan Komponen ini tidak berbentuk kasat mata melainkan bebrbentuk perangkat lunak.proses pendidikan ini mencakup keseluruhan kegiatan belajar yang diikuti siswa sejak pagi sampai anak pulang dari sekolah, meliputi : 15

a. b. c. d. e.

Upacara Bendera Senam Pagi Kegiatan Kurikuler Kegiatan Ekstra Kurikuler Kegiatan pendisiplinan siswa, dll

Siswa. Merupakan komponen mentah. Artinya setiap siswa dengan segala karakteristik awalnya merupakan subjek yang akan dididik melalui berbagai kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga menjadi keluaran atau lulusan sebagaimana diharapkan. F. PENTINGNYA SEKOLAH DASAR YANG BERMUTU Sekolah satu bentuk pendidikan dasar, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaannya(Collier dkk.,1971). Setiap orang mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau yang sederajat.Berikut diuraikan pentingnya sekolah dasar dalam perspektif yuridis, teoritik, dan global. 1. Perspektif Yuridis Apabila didasarkan pada PP Nomor 28 Tahun 1990, khususnya pasal 3, di sini ada dua fungsi sekolah dasar. melalui sekolah dasar anak didik dibekali kemampuan dasar, Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan yang memmberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. 2. Perspektif Teoritik Menurut Stoops dan Johnson (1967), yaitu bahwa pendidikan. Keberhasilan seorang anak didik mengikuti pendidikan disekolah menengah dan pergurun tinggi sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam mengikuti pendidikan disekolah dasar. 3. Perpestik Global Besarnya peranan pendidikan di sekolah dasar sangat disadari oleh semua negara di dunia dengan semakin meningkatnya investasi pemerintah pada sektor pendidikan dasar tersebut.

16

BAB 3 SEKOLAH DASAR YANG BAIK A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEKOLAH DASAR YANG BAIK Sebagai satuan pendidikan sekolah dasar tidak ubahnya sebagai sebuah institusi atau lembaga, dalam hal ini lembaga pendidikan yang mengemban misi tertentu dalam rangka mencapai tujuan kelembagaan (tujuan institusi pendidikan). Oleh karena itu, sekolah dasar dapat dikatakan bermutu baik apabila mampu mengemban misinya dalam rangka mencapai tujuan kelembagaannya. Sepanjang perkembangan teori manajemen pendidikan, ada dua model teoritik sebagai pendekatan yang sangat berguna dalam menerapkan sekolah yang baik, sebagaimana dikemukakan oleh Hoy & Ferguson, yaitu model sistem dan model tujuan. 1. Model Tujuan Model tersebut didasarkan pada pandangan tradisional tentang keefektifan organisasi. Dimana, organisasi dikatakan efektif apabila ia mcapai tujuan yang telah ditetapkan (Sergiovanni, 1987). Sehingga pengukurannya melalui melihat tujuan operasional yang telah dicapai organisasi ( Daft and Steers, 1986 ). Sekolah pada dasarnya merupakan sebuah organisasi. Dengan demikian sekolah dapat dikatakan baik apabila mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Model Sistem Model tersebut berdasarkan kepada konsep sistem terbuka, biasa digunakan khususnya oleh para analisis yang memandang sebuah organisasi sebagai sebuah sistem terbuka yang terdiri dari masukan, transformasi dan keluaran.( Hoyand Miskel : 1982 ). Dimana, keefektifan organisasi dilihat bukan dari tingkat pencapaian tujuannya sebagaimana dalam perspektif model tujuan malainkan konsistensi internal, efisiensi penggunaan semua sumber yang ada, dan kesuksesan dalammekanisme kerjanya. 3. Model Tujuan dan Sistem Kedua model tersebut sangat tampak berbeda. Model tujuan lebih menekankan pada keberhasilan pencapaian tujuan dalam menerapkan baik tidaknya sekolah, sementara model sistem lebih memperhatikan karakteristik, proses dan kondisi konsistensi internal, kesuksesan mekanisme kerja dan efisiensi dalam mendayagunakan semua sumber yang tersedia dalam menetapkan baik tidaknya sekolah. Walaupun dipertentangkan, namun keduanya saling melengkapi sehingga mungkin dan perlu dikombinasikan agar dapat menghasilkan satu konsep sekolah yang baik yaitu Model Tujuan dan Sistem.

17

Menurut Teori Parsons ( 1960 ) Parsosn telah mengembangkan sebuah model keefektifan organisasi yang mengkombinasikan kedua moel atau pendekatan tujuan dan sistem. Model Parsons menegaskan bahwa keefektifan organisasi itu dapat dilihat dari empat (4) dimensi, yaitu: a. b. c. d.

Adaptasi Pencapaian tujuan Integrasi, dan Latensi

Menurut Teori Postman dan Weingartner Dua orang pakar lainnya yang pernah mengemukakan secara lengkap, dengan mengkombinasikan model tujuan dan model sistem entang indikator sekolah yang baik adalah Postman and Weingartner ( 1979 ). Fungsi yang tidak boleh tidak harus dimiliki setiap sekolah. Fungsi – fungsi esensial tersebut adalah : a. Penstrukturan waktu b. Penstrukturan aktivitas yang harus diikuti siswa c. Pendefinisian kecerdasan, kemampuan intelektual, prestasi, dan perilaku yang baik d. Penilaian e. Pemisahan peran dan tanggung jawab antara guru dan siswa f. Pertanggung jawaban. B. SEKOLAH DASAR YANG BAIK MENURUT DIREKTORAT TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR Menurut Direktorat Pendidikan Dasar ( sekarang Direktorat Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, 1997 ), ada tiga misi yang diemban oleh setiap sekolah dasar, yaitu : Proses Edukasi, Proses Sosialisasi dan Proses Transformasi. Dengan proses edukasi anak didik diharapkan menjadi orang yang terdidik ( educated person ). Dengan proses sosialisasi, anak didik diharapkan dapat mencapai kedewasaannya secara mental maupun ssosial. Sedangkan dengan proses transformasi, anak didik diharapkan mampu memiliki berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk juga kebudayaan bangsa. Dengan demikian sekolah dasar dapat dikatakan baik apabila menghasilkan lulusan terdidik (berbudi pekerti luhur), mencapai kedewasaannya secara mental maupun ssosial dan memiliki berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, yang membuatnya siap memasuki sekolah lanjutan tingkat pertama Dalam menghasilkan lulusan yang dikehendaki tersebut maka perlu melalui Proses Edukasi, Proses Sosialisasi dan Proses Transformasi yang baik pula dalam bentuk proses belajar mengajar yang bermutu. Menurut Direktorat TK dan SD ( 1997 ) ada lima komponen yang menetukan mutu pendidikan, yaitu : 1. Kegiatan belajar mengajar 2. Manajemen pendidikan yang efektif dan efisien 18

3. Buku dan sarana belajar yang memadai dan selalu dalam kondisi yang siap pakai 4. Fisik dan penampilan sekolah yang baik 5. Partisipasi aktif masyarakat Keterkaitan kelima komponen dalam rangka menghasilkan sekolah yang baik dapat dilihat pada gambar 2.1. yang menunjukan bahwa direktorat TK dan SD, dan menengah, Departemen pendidikan dan kebudayaan, beranggapan bahwa sekolah dasar bermutu akan dapat terwujud jika kegiatan belajar mengajar yang berlangsung disekolah tersebut bermutu, dan kegiatan belajar mengajar yang bermutu itu ini ditunjang oleh beberapa komponen, yaitu manajemen yang bermutu, mengadaan dan pemanfaatan buku dan sarana belajar yang bermutu, keberadaan fisik dan penampilan sekolah yang bermutu serta partisipasi masyarakatyang tinngi.

2 Manajemen 3 Buku dan Sarana Belajar

1 Kegiatan Belajar Mengajar

SD BERMUTU HASIL BERMUTU

4 Fisik Sekolah 5 Partisipasi Masyarakat

Gambar 3.1 Komponen-komponen SD yang bermutu 1. Pembinaan Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari keseluruhan pprogram pendidikan di sekolah. Di SD, kegiatan belajar mengajar ditekankan pada pembinaan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung(colistung). Ketiga kegiatan tersebut merupakan kemampuan dasar yang pertama kali harus diperkenalkan dan ditanamkan kepada siswa sekolah dasar. Ketiga kemampuan ini sangat diperlukan untuk dapat mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengikuti perkembangan zaman. Kemampuan dasar tersebut juga diperlukan oleh para siswa untuk menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknolo;gi dikemudian hari. Untuk dapat menguasai ketiga kemampuan dasar tersebut satrategi pembelajaran yang dikembangkan adalah strategi yang lebih berorientasi pada keaktifan dan kemandirian 19

siswa untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan mengamati, merumuskan dugaan awal, melakukan percobaan pengujian dan menarik kesimpulan, ini diperlukan kemampuan seorang guru untuk mengelola kegiatan belajar mengajar tersebut atau diperlukan guru yang profesianal. Guru yang profesional harus menguasai dibawah ini : a. b. c. d.

Menguasai kurikulum serta perangkat pedoman pelaksanaannya. Menguasai materi yang harus diajarkan Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai metode yang bervariasi Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran e. Terampil menyelenggarakan evaluasi proses dan hasil kerja f. Memili rasa tanggung jawab dan dedikasi guru terhadap tugasnya, dan disiplin dalam melaksanakan tugasnya. 2. Pembinaan Mnajemen Pendidikan Manajemen pendidikan untuk sekolah dasar ditekankan pada manajemen kelas, sekolah, dan gugus. Manajemen Kelas Yaitu bagaimana cara mengatur siswa di dalam kelas yang bervariasi untuk dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa secara aktif Manajemen Sekolah Manajemen Sekolah ini lebih ditujukan kepada kepala sekolah dasar untuk dapat meningkatkan kemampuannya mengelola srekolah dasar yang dipimpinnya. Manajemen Gugus Materi pembinaaan manajemen gugus antara lain pemanfaatan Pusat Kegiatan Guru(KKG)beserta fdasilitas dan peralatannya. 3. Pembinaan Buku dan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasaran merupakan unsur esensial yang tidak dapat diabaikan dalam dalam rangka meningkatkan meningkatkan mutu pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar sulit untuk dipelihara mutunya apabila tifdak ditunjang dengan buku dan sarana belajar yang memadai. Buku yang seharusnya ada atau disediakan disekolah dasar terdiri atas buku pelajaranatau buku teks, buku bacaan, dan buku pegangan(buku sumber)

20

a. Buku Teks Buku teks terdiri dari atas buku teks pokok (disediakan oleh pemerintah/departemen pendidika dan kebudayaan) dan buku teks penunjang ( yang dibeli oleh siswa menurut kebutuhannya). b. Bacaan Buku bacaan adalah selain buku teks yang dipergunakan untuk mendorong minat baca siswa c. Buku Sumber/Pegangan Buku-buku selain buku teks dan buku bacaan, biasanya dijadikan sebagai bagi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. 4. Pembinaan Fisik dan Penampilan Sekolah Pembinaan peanampilan Fisik sekolah yang mendukung upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya mengutamakan penampilan fisik sekolah yang megah tapi lebih mengutamakan kebefungsian fisik sekolah. Sekolah didorong untuk menyediakan ruang guru, di mana guru dapat beristirahat dan menyimpan barang-barangnya serta dapat digunakan untuk konsultasi antar guru. 5. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat,dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut bukan merupakan tanggung jawab bersama melainkan tanggung jawab yang bersifat komplementer. Disini masyarakat ikut mengawasi pelaksanaan jam wajib belajar.

21

BAB 4 SEKOLAH DASAR BERWAWASAN KEUNGGULAN Sejak tahun 1993 Bangsa Indonesia memasuki era baru, era Pembangunan jangka Panjang Kedua (PJP II). Banyak kegiatan pembangunan telah diupayakan bangsa indonesia selama PJP II dan mencapai keberhasilan yang sangat mengebirakan. Banyak indikasi keberhasilan PJP I, namun masih banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sela era PJP II. Disatu sisi, kenyataan menunjukan bahwa PJP I belum dapat menyelesaikan masalah berkenaan dengan sumber daya manusia, misalnya masalah ketenagakerjaan. A. HAKEKAT WAWASAN KEUNGGULAN Wawasan keunggulan merupakan cara pandang bangsa Indonesia untuk mewujudkan gagasan,ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang terbaik menurut kemampuan warga negara secara konsisten dan berdisiplin dalam rangka pembangunan bangsa. Adapun wawasan keunggulan itu meliputi, yaitu : a. b. c. d.

Iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kemandirian yang mampu menghadapi era globalisasi Kenggulan yang dapat menghasilkan karya yang bermutu Keahlian dan profesionalisme dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dengan wawasan keunggulan itu diharapkan bangsa Indonesia mencapai keunggulan dalam percaturan internasional (Depdikbud, 1996). Oleh Karena itu, wawasan keunggulan yang telah menjadi kebijakan pemerintah perlu dibudayakan dalam penyelengaraan pendidikan. B. IMPLEMENTASI WAWASAN KEUNGGULAN DI SD Banyak alternative yang sudah ditempuh dalam rangka mengimplementasikan wawasan keunggulan melalui system pendidikan di sekolah dasar. Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan nomor 0487/U/1992, pasal 15, maka penerapannya bisa melalui program percepatan, program khusus, program kelas khusus, dan program pendidikan khusus, yang merefleksikan pendidikan keunggulan. 1. Sekolah Unggulan Satu alternatif yang dapat ditempuh dalam mengimplementasikan wawasan keunggulan di sekolah dasar adalah pengembangan sekolah keunggulan. Idealnya implementasi wawasan keunggulan di sekolah dasar itu melalui system persekolahan unggulan. Untuk mengembangkan system persekolahan yang unggul dituntut adanya tenaga, fasilitas, dan dana yang memadai yang tidak semua sekolah dapat 22

memenuhinya. Secara teknis, pembangan sekolah unggulan menuntut adanya tenaga professional dan fasilitas yang memadai. 2. Kelas Unggulan Alternatif lain dari implementasi wawasan keunggulan di sekolah dasar adalah melalui pengembangan kelas unggulan, yaitu sejumlah siswa yang karena prestasinya menonjol, dikelompokan dalam kelas teretentu. Berkaitan dengan kelas unggulan tersebut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, melalui suratnya Nomor 0302/CS/1996. Secara rinci tujuan pengembangan kelas unggulan di SD inti adalah : Mempersiapkan siswa yang cerdas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sehat jasmani dan rohani. Memberikan kesempatan pada siswa yang memiliki kecerdasan diatas rata – rata normal untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan potensinya. Memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih cepat mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan pembangunan Memberikan pengharapan kepada siswa yang berprestasi baik; Mempersiapkan lulusan kelas unggulan menjadi siswa unggulan dalam bidang pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan mental anak. Direktorat Pendidikan Dasar Tahun 1996, mengeluarkan berbagai ketentuan sebagai berikut: a. Siswa peserta kelas unggulan adalah siswa yang bersekolah di SD inti dan imbas pada gugusnya b. Siswa peserta kelas unggulan adalah siswa pada jenjang kelas tinggi ( dapat dimulai pada kelas 5) pada tahun ajaran baru. c. Siswa peserta kelas unggulan adalah siswa yang berprestasi disekolahnya dan memiliki rangking satu sampai dengan sepuluh terutama pada semester 2 di kelas 3 d. Lulus seleksi tes kemampuan Akademik dan Kesehatan (untuk keperluan ini perlu disediakan seleksi yang telah terstandar). e. Memiliki bakat dan berprestaasi yang konsisten sejak kelas 1 sampai dengan kelas 3 melaui rekomendasi pengamatan dan tes psikologi f. Mendapatkan kesempatan kepala sekolah tempat asal siswa bersekolah g. Mendapatkan izin termasuk dari orang tua/wali siswa yang isinya bersedia patuh mengikuti tata tertib penyelenggaraan kelas unggulan h. Bersedia dikembalikan pada kelas/sekolah semula (sebelum direkrut/dipilih masuk kelas unggulan) apabila pada setiap akhir tahun ajaran tidak mampu menunjukan keberhasilan prestasi belajarnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

23

3. Pembelajaran Unggulan Secara konseptual, sekolah unggulan maupun kelas unggulan memang baik, melalui kelas unggulan dimungkinkan untuk melahirkan lulusan yang unggul pula, namun secara teknis maupun psikologis pengembangan kelas unggulan tersebut perlu dicermati lebih lanjut. Kelas unggulan untuk mengajar mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris. Fenomena menunjukan bahwa sekolah – sekolah yang menyelenggarakan kelas unggulan cenderung memprioritaskan program pada kelas unggulannya. Bahkan anak – anak yang ada pada kelas bukan unggulan merasa rendah diri bilamana berhadapan dengan anak kelas unggulan. Pembelajaran unggulan adalah proses belajar mengajar yang dikembangkan dalam rangka membelajarkan semua siswa berdasarkan perbedaan tingkat keunggulannya (individual differences), untuk menjadikannya beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ada tiga indicator pembelajaran unggulan yang direkomendasikan melalui buku ini. pertama, pembelajaran dikatakan unggulan apabila dapat melayani semua siswa (bukan hanya pada sebagian siswa). Kedua, dalam pembelajaran unggulan semua anak mendapatkan pengalaman belajar semaksimal mungkin. Namun, indicator ketiga, walaupun semua siswa mendapatkan pengalaman belajar maksimal, prosesnya sangat bervariasi bergantung pada tingkat kemampuan anak yang bersangkutan. C. PROFESIONALISASI GURU SEKOLAH DASAR Pengembangan proses pembelajaran unggulan tanpa didukung oleh keberadaan guru yang secara terus menerus berupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap yang terbaik dalam tugasnya sebagai pendidik. Guru merupakan unsur keberhasilan pendidikan ( Adler, 1982 ). Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari – hari di sekolah. Perilaku dan sikapnya dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga tercipta system pembelajaran terbaik bagi siwanya. Sudah barang tentu, mengingat keterbatasan guru sebagai manusia, pengembangna gagasan, ide, dan pemikiran tersebut akan lebih maksimal bila melaui forum – forum sharing of idea. Disinilah letak pentingnya Kelompok Kerja Guru (KKG) yang telah dikembangkan selama ini. Tindak lanjut dalam proses belajar mengajar : Kegiatan evaluative guru berbentuk upaya gurur secara kontinu menilai proses keberhasilan pembelajaran yang dikembangkannya. Guru secara kontinu menganalisis kelebihan dan kelemahan materi pendekatan, metode teknik, strategi, dan media pembelajaran yang digunakan dalam membelajarkan murid. Kegiatan reaktif/proaktif guru berbentuk upaya mencari materi pendekatan, metode teknik, dan strategi yang lebih baik sebagai reaksi terhadap hasil kegiatan evaluasi sebelumnya. Kegiatan implementatif guru berbentuk upaya menerapkan materi, pendekatan, metode, teknik, strategi, dan media yang lebih unggul dalam proses belajar mengajar.

24

BAB 5 KONSEP MANAJEMEN SD A. PENTINGNYA MANAJEMEN DI SEKOLAH DASAR Sekolah Dasar tidak ubahnya sebagai sebuah institusi atau lembaga. Sebagai sebuah institusi atau lembaga, sekolah mengemban misis teretentu, yaitu melakukan proses edukasi, proses sosialisasi, dan proses transformasi anak didik, dalam rangka mengantarkan mereka siap mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya, yaitu sekolah lanjutan tingkat pertama. Sebagai institusi atau lembaga pendidikan, sekolah dasar menyelanggarakan berbagai aktivitas pendidikan bagi anak didik dan melibatkan banyak komponen, sehingga aktivitas maupun komponen pendidikan di sekolah dasar menuntut adanya manajemen yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan institusional sekolah dasar. 1. Aktivitas Pendidikan Secara garis besar, aktivitas pendidikan di sekolah dasar, baik negeri maupun swasta, dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, aktivitas pembelajaran kurikuler seperti pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( PPKn), pembelajaran Pendidikan Agama (PA), pembelajaran Bahasa Indonesia (BI), pembelajaran Matematika (Mat), pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pembelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertakes), pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), Pembelajaran Muatan Lokal (Mulok), Kedua, aktivitas pembelajaran ekstrakulikuler, seperti kegiatan Pramuka, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), olahraga, kesenian dan Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Ketiga, aktivitas pembelajaran lainnya adalah upacara bendera yang diselenggarakan pada setiap hari senin dan senam pagi. 2. Komponen Sekolah Komponen manusia di sekolah dasar cukup banyak. Dalam kondisi normal komponen manusia sekolah dasar terdiri atas seorang kepala sekolah, enam orang guru kelas, seorang guru mata pelajaran pendidikan agama, seorang guru Penjaskes, dan seorang pesuruh sekolah. Sedangkan komponen bukan manusia disekolah dasar terdiri atas enam ruang kelas, satu ruang kepala sekolah yang juga difungsikan sebagai ruangan administrasi, buku teks, buku penunjang, buku bacaan, berbagai alat peraga dan uang. B. APAKAH MANAJEMEN SEKOLAH DASAR ITU Sebagaimana didefinisikan oleh Sergiovanni, Burlingame, Coombs, dan Thurston, bahwa manajemen merupakan process of working with and through other to accomplish organizational goals efficientely. Kemudian juga dikemukakan oleh Gorton, bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator dalam melakukan tugas – tugas teretentu untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan kedua definisi diatas tersebut manajemen sekolah dapat diartikan sebagai proses dimana kepala 25

sekolah dasar selaku administrator bersama atau melebihi orang lain berupaya mencapai tujuan institusional sekolah dasar secara efisien. Konsep manajemen sekolah dasar : Manajemen sekolah dasar merupakan proses, dalam arti serangkaian kegiatan yang diupayakan kepala sekolah bagi kepentingan sekolahnya. Rangkaian kegiatan dupayakan oleh kepala sekolah bersama orang lain dan atau melalui orang lain, misalnya guru dan mendayagunakan semua fasilitas yang ada. Tujuan manajemen sekolah dasar adalah mencapai tujuan institusional sekolah dasar, yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. C. KEGIATAN MANAJEMEN SEKOLAH DASAR Semua Orang yang dilibatkan atau fasilitas yang digunakan. Agar mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Namun para pakar administrasi pendidikan telah mencoba mengklasifikasi komponen – komponen terbatas menjadi beberapa gugusan subtansi, yaitu gugusan – gugusan subtansi kurikulum atau pembelajaran, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana, keuangan, lingkungan masyarakat, dan layanan teknis. a. Komponen kurikulum atau pembelajaran mencakup kegiatan intrakulikuler dan kegiatan ekstrakulikuler. b. Komponen kesiswaan mencakup kegiatan peneriman siswa baru, pengelompokan siswa, sampai dengan pelulusan siswa. c. Komponen kepegawaian mencakup kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran agama Islam, guru mata pelajaran Penjaskes, serta pesuruh sekolah. d. Komponen sarana dan prasarana mencakup lahan sekolah, gedung, alat peraga, perabot, buku paket, dan buku pelengkap. e. Komponen keungan mencakup : keuangan dari subsidi pemerintah, biaya operasioanal pendidikan, uang BP3, dan sumbangan masyarakat. f. Komponen masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan masyarakat, seperti orang tua siswa, tokoh masyarakat, warga masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan, dan lembaga pemerintah maupun swasta. g. Komponen layanan teknis mencakup Unit Kesehatan Sekolah, asrama siswa, antarjemput siswa dan makan siang. Dengan kata lain, manajemen sekolah dasar meliputi : a. b. c. d. e. f. g.

Manajemen pembelajaran Manajemen kesiswaan Manajemen kepegawaian Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Manajemen keuangan Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat dan Manajemen layanan khusus

Pendapat Sergiovanni, manajemen meliputi perencanan (planning), pengorganisasian (organizing), Pengerahan (leading), dan pengawasan (Controlling). 26

Dalam konteks sekolah dasar di Indonesia kegiatan manajemen sekolah dasar dapat dirinci sebagai berikut : Manajemen Pembelajaran : 1. Perencanaan a. Analisis materi pelajaran (AMP) b. Penyusunan kalender pendidkan c. Penyusunan program tahunan (prota) dengan memperhatikan kalender pendidkan dan hasil analisis materi pelajaran d. Penyusunan program catur wulan atau semester atau program tahunan yang telah di susun e. Penyusunan program satuan belajaran (PSP) f. Penyusunan program pembelajaran (RP) g. Penyusunan rencana bimbingan dan penyuluhan 2. Pengorganisasian a. b. c. d. e. f.

Pembagian tugas mengajar dan tugas lain Penyusunan jadwal pelajaran Penyusuna jadwal kegiatan perbaikan Penyusunan jadwal kegiatan pengayaan Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler Penyusunan jadwal kegiatan bimbingan dan penyuluhan

3. Pengerahan a. b. c. d.

Pengaturan pelaksanaan kegiatan pembukaan tahun ajaran baru Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Supervisi pelaksanaan pembelajaran Supervisi pelaksanaan dan bimbingan dan penyuluhan.

4. Pengawasan a. b. c. d.

Supervisi pelaksanaan pembelajaran Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan Evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran Evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan

Manajemen Kesiswaan 1. Perencanaan a. b. c. d. e.

Sensus anak usia prasekolah Perencanaan daya tamping Perencanaan penerimaan siswa baru Penerimaan siswa baru

27

2. Pengorganisasian a. Pengelompokan siswa berdasarkan pola tertentu 3. Pengerahan a. b. c. d.

Pembinaan disiplin belajar siswa Pencatatan penghadiran siswa Pengaturan permindahan siswa Pengaturan kelulusan siswa.

4. Pengawasan a. Pemantauan siswa b. Penilaian siswa Manajemen kepegawaian 1. Perencanaan a. Analisis pekerjaan di sekolah b. Penyusunan prmasi guru dan pegawai c. Perencanaan dan pengadaan guru dan pegawai baru 2.

Pengorganisasian a. Pembagian tugas guru dan pegawai

3. Pengerahan a. b. c. d. e.

Pembinaan profesialisme guru dan pegawai Penggunaan karir guru dan pegawai Pembinaan kesejahteraan guru dan pegawai Pengaturan perpindahan guru dan pegawai Pengaturan pemberhentian guru dan pegawai

4. Pengawasan a. Pemantauan kinerja guru dan pegawai b. Penilaian kinerja pemberhentian guru dan pegawai c. Manajemen dan Sarana / Prasarana Manajemen Sarana Dan Prasarana 1. Perencanaan a. Alisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah b. Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasana sekolah c.

28

2. Pegorganisasian a. Pendistribusian sarana dan prasarana sekolah b. Penataan sarana dan prasarana sekolah 3. Pengerahan a. b. c. d.

Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efesien Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah Inventarisasi sarana dan prasarana sekolah Penghapusan sarana dan prasrana sekolah

4. Pengawasan a. Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah b. Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah Manajemen Keuangan 1. Perencanaan a. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah ( RAPBS )

2. Pengorganisasian a. Pengadaan dan pengalokasian anggaran berdasarkan 3. Pengerahan a. Pelaksanaan anggaran sekolah b. Pembukuan keuangan sekolah c. Pertanggung jawaban keuangan sekolah 4. Pengawasan a. Pemantauan keuangan sekolah b. Penilaian kinerja manajemen keuangan sekolah Manajemen Humas 1. Perencanaan a. Analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah b. Penyusunan program hubungan sekolah dengan masyarakat 2. Pengorganisasian a. Pembagian tugas melaksanakan program hubungan sekolah dengan masyarakat 29

3.

Pengerahan a. b. c. d. e.

Menciptakan hubungan sekolah dengan orang tua siswa Mendorong orang tua menyediakan lingkungan belajar yang efektif Mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakat Mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta Mengadakan kerja sama dengan organisasi social keagamaan

4. Pengawasaan a. Pemantauan hubungan sekolah dengan masyarakat b. Penilaian kinerja hubungan sekolah dengan masyarakat Manajemen Layanan Khusus 1. Perencanaan a. Analisis kebutuhan program layanan khusus bagi warga sekolah b. Penyususnan program layanan khusus bagi warga sekolah 2. Pengorganisasian Pembagian tugas melaksanakan program layanan khusus bagi warga sekolah 3. Pengerahan a. b. c. d. e.

Pengaturan pelaksanaan antar jemput siswa Pengaturan pelaksanaan asrama siswa Pengaturan pelaksanaan makan siang siswa Pengaturan pelaksanaan program koperasi sekolah Pengaturan pelaksanaan program layanan khusus lainnya

4. Pengawasan a. Pemantauan program layanan khusus b. Penilaian kinerja program layanan khusus bagi warga sekolah

30

BAB 6 HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT Semakin majunya perkembangan jaman, serta tumbuh kembangnya masyarakat atas desakan kebutuhan lembaga untuk semakin perkembang guna menjawab tantangan serta kebutuhan masyarakat sehingga pada gilirannya masyarakat akan menentukan pilihan lembaga mana yang layak untuk diberikan kepercayaan mendidik masyarakat peserta didik. Desakan kebutuhan masing-masing baik lembaga ataupun masyarakattentu berbeda walaupun pada prinsip dasarnya memiliki kesamaan yakni mencerdaskan kehidupan anak bangsa yakni mendidik manusia indonesia seutuhnya, dan cita-cita akan tanpak hanya sebagai sebuah angan-angan jka antara masyarakat dan lembaga pendidkan tidak terjalin komonikasi dengan baik, sehingga lajim dikatakan bahwa keduanya merupakan simbiosis mutualisme, yakni sebagai suatu keharusan yang menyatukan visi dan misi diantara keduanya sehingga satu dengan yang lainnya tidak dapat melepaskan diri. A. KONSEP DASAR HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT Hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan komonikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik, baik dalam rangka mendukung funsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama (International public relation assosiation). Proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki sekolah, hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama. 1. Pengertian Hubungan Sekolah Dengan Msyarakat Istilah hubungan dengan masyarakat dikemukakan pertama kali oleh presiden Amerika Serikat, Thomas Jefferson tahun 1807 dengan istilah Public Relations. Adapun pengertian hubungan dengan masyarakat menurut Abdurrachman ialah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan dari publik suatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya ( Suryusubruto, 2004 : 155 ) 2. Faktor Pendukung Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat a. b. c. d.

Adanya program dan perencanaan yang sistematis Tersedia basis dokumntasi yang langkap Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang memadai Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat 31

3. Tujuan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Hubunga sekolah dengan masyarakat dibangun mencari tujuan popularitas sekolah di mata masyarakat. Popularitas sekolah akan tinggi jika mampu menciptakan programprogram sekolah yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dan cita-cita bersama dan dari program tersebut mampu melahirkan sosok-sosok individu yang mapan secara intelektual dan spritual. Adapun tujuan yang lebih kongkrit hubungan sekolah dan masyarakat antara lain : a. Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik b. Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sekaligus menjadi dessakan yang dirasakan saat ini c. Berguna dalam mengembangkan program-program sekolah kearah yang lebih maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan lasung oleh masyarakatsebagai penguna jasa pendidikan. Komite Sekolah Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidkan sekolah maupun jalur pendidikan diluar sekolah. Tujuan pembentukan komite sekolah adalah : a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pend8idikan b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan demokr4atis dalam penyelanggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. Adapun peran Komite Sekolah yaitu: a. b. c. d.

Pemberi pertimbangan ( Advisory Agency) Pendukung ( Supporting Agency ) Pengontrol ( Controlling Agency ) Mediator antara pemerintah dan fihak sekolah

Komunikasi yang dapat dilakukan hubungan antara sekolah dengan masyarakat diantaranya adalah : a. Transparansi Laporan keuangan sekolah terhadap orang tua murid b. Buletin sekolah, surat kabar, pameran sekolah c. Kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa d. Gambaran keadaan sekolah melalui siswa e. Melalu radio dan televisi f. Laporan tahunan g.

32

B. IMPLEMTASI DI LAPANGAN Kenyataan dilapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti diantaranya: 1. 2. 3. 4.

Tujuan komonikasi yang kurang jelas Saluran komonikasi yang transparan dan profesional Ketrampilan komonikasi yang kurang mmendukung Tindak lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur dan berkesinambungan.

Tujuan komonikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyaraakat yang dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic commonication sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan dukungan masyarakathanya untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan semata, bahkan kesan lain yang muncul kepermukaan bahwa lembaga hanya ingin mendapatkan keuntungan semata, sementara kebutuhan masyarakat terhadap lembaga kurang diperhatikan. Jadi komonikasi yang harus dilakukan antara pihak sekolah dan masyarakat melalui beberapa saluran diantaranya adalah : 1. Transparansi laporan keuangan sekolah terhadap orang tua murid 2. Buletin sekolah 3. Surat kabar 4. Pameran sekolah 5. Open hause 6. Kunjungan antar sekolah 7. Kunjungan ke rumah siswa 8. Penjelasan oleh staff sekolah 9. Gambaran keadaan sekolah melalui siswa 10. Melalui radio dan televisi 11. Laporan tahunan dan lain-lain.

33

BAB 7 SUPERVISI PENDIDIKAN A. KONSEP DASAR SUPERVISI 1. Pengertian Supervisi Secara Morfologis Supervisi berasal dari bahasa inggris yaitu supervision : Super = atas dan vision = visi Secara bahasa Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbIngan atau tuntutan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Pada rambu-rambu penilaian kinerja kepala sekolah ( SD ), yaitu : a. Kemampuan menyususn program supervisi pendidikan b. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan c. kemampuan memanfaatkan hasil supervisi Willes ( 1975 ), supervisi bertujuan untuk memelihara atau mengaakan perubahan operasional sekolah, dengan cara mempengaruhi tenaga pengajar secara langsung demi mempertinggi kegiatan belajar siswa. Ross. L ( 1980 ), bahwa sypervisi adalah pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan memberikan perbaikan pengajaran, perbaikan kurikulum atau perbaikan pembelajaran Sesuai dengan pengertian diatas, maka kegiatan yang dapat disimpulkan dalam supervisi pendidikan sebagai berikut : a. Membangkitkan dan marangsang semangat guru-guru menjalankan tugasnya terutama dalam pembelajaran b. Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar c. Upaya pembinaan dalam pembelajaran Pentingnya Sumber Daya Guru Dengan Supervisi Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya, sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek ”guru” dan tenaga kependidikan lainnya dalam satu manajemen pendidikan yang profesional. Pentingnya pengembangan sumber daya guru, guru harus terus menambah ilmu pengetahuan mengenai apa yang di ajarkannya agar dapat memberikan materi dan pembelajaran yang akan diajarkannya. Selain itu perlu adanya pertumbuhan pribadi guru maupun pertumbuhan profesi guru, agar dapat menghasilkan output pendidikan yang berkualitas. Menurut Supandi ( 1986 : 252 ) ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam pendidikan : 1) Perkembangan kurikulum merupakakn gejala kemajuan pendidikan. 2) Pengembangan 34

personel, pegawai, atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus-menerus dalam suatunorganisasi. Prinsip – Prinsip Supervisi Pendidikan a. Prinsip – prinsip fundamental Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan. b. Prinsip – prinsip teknis Negatif ( tidak otoriter, tidak berasas kekuasaan, tidak lepas dari tujuan pendidikan, bukan mencari kesalahan, tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil ) Positif ( konstruktif dan kreatif, sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri, profesional, sanggup mengembangkan potensi guru, progresif, mempertimbangkan kesanggupan supervied, sederhana dan informal B. FUNGSI DAN TUJUAN SUVERVISI 1. Funsi Suvervisi Pendidikan Dalam pelaksanaannya, suvervisi pendidikan perlu memahami fungsi-fungsi suvervisi yang merupkan tugas pokok sebagai suvervisi pendidikan. Fungsi-fungsi utama suvervisi pendidikan adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan inspeksi Inpeksi tersebut dimaksudkan sebagi usaha mensurvai seluruh sistem pendidikan yang ada, guna menemukan masalah-masalah, kekurangankekurangan, baik pda guru, muruid, perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidkan, metode mengajar,nmaupun perangkat lain i sekitar keadaan proses belajarmengajar b. Penelitian Hasil Infeksi Berupa Data Data tersebut kemudian diolah dan dijadikan bahan penelitian dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan penyelenggaraan pemberian bantuan kepada guru, sehingga suvervisi dapat berhasil dengan memuaskan. Langgkah-lankah dalam melakukan suvervisi adalah : -

Menemukan masalah yang ada pada situasi belajar mengajar Mencoba mencari pemecahan yang diperlukan Mencoba cara baru

35

-

Merumuskan pola perbikan yang ada standar untuk pemekaian yang lebih luas.

c. Penilaian Kegiatan penilaian berupausaha untuk mengetahui segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraaan dan hasilpengajaran d. Latihan Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan atau hal peninkatan yang ada hubungannya denga pembelajaran e. Pembinaan Pembinaan ini ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan, penelitian, termasuk guru-guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru. 2. Tujuan Suvervisi Pendidikan a. Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu. b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif. c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas dan kesulitan mengajar serta menolong mereka merencanaka perbaikan. d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga sekolah lainya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong. e. Memperbesar ambisi guru untuk meningkatkan mutu layananya secara maksimal dalam bidang keahlianya (profesi). f. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan. g. Membantu kepala sekolah dan guru untuk dapat mengevaluasi aktifitasnya. h. Mengembangkan ‘esprit de corps’ guru yaitu adanya rasa persatuan dan kesatuan (kolegalitas) antar guru. 3. Teknik-teknik Supervisi Pendidikan Beberapa teknik supervise yang dapat digunakan suvervisor pendidika antara lain; a. Kunjuangan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar di kelas. b. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan masalah khusus yang dihadapi guru. c. Rapat antara supervisor dengan para guru. d. Kunjuan antar kelas atau antar sekolah merupakan kegiatan yang utama.

36

e. Pertemuan-pertemuan di kelompok kerja penilik, kelompok kerja kepala sekolah, serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan guru. C. Prosedur Kegiatan Supervisi Pengajaran /Pelayanan Profesional Guru Prosedur Supervisi Pendidikan 1. Pengumpulan data tentang keseluruhan Dengan cara/teknik: situasi belajar: Observasi/ kunjungan kelas - Murid Pertemuan pribadi - Guru Studi laporan dan dokumen - Program Pengajaran Kuesioner - Alat/fasilitas - Situasi 2. Penyimpulan/penilaian:

Dengan cara:

Keberhasilan murid

Menentukan kriteria bersama

Keberhasilan guru

Pertemuan pribadi

Faktor penunjang dan pemhambat dalam Diskusi antara guru PBM 3. Diskusi kelemahan: Dengan cara: Penampilan guru di kelas

Pertemuan pribadi

Penguasaan materi

Rapat staf

Penguasaan metode

Konsultasi dengan narasumber/ ahli

Hubungan antar personel Administrasi kelas 4. Memperhatikan kelemahan/ meningkatkan Dengan cara: kemampuan dalam hal: Informasi langsung - Kelemahan/ kekurangan yang telah dikemukakan bersama Demokratis Inter class dan inter school visit Tugas bacaan Penataran dalam berbagai bentuk 37

5. Bimbingan dan pengembangan: Penerapan hasil usaha Peningkatan/penataran 6. Penilaian Kemajuan:

Dengan cara: Kunjungan kelas Pertemuan pribadi Dengan cara:

- Perubahan yang telah dicapai sebagai Kunjungan ke kelas hasil peningkatan dan bimbingan Pertemuan pribadi Observasi Diskusi

1. Perilaku-perilaku Etik yang Perlu Dimiliki Supervisor Pendidikan Salah satu pendukung keberhasilan dalam melaksanakan suvervisi adalah perilaku suvervisi sendiri, suvervisi yang berhasil adalah mereka mereka yang dapat melaksanakan tugasnya berkenaan dengan diri ”suvervisee”(orang yang melakukan suvervisi). Ia memiliki sifat-sifat kepribadian yang diterikma dalam pergaulan sesama kerabat kerja. Sifat utama yang harus dimiliki supervisor terdiri dari: a. Sifat yang berhubungan dengan kepribadian 1. 2. 3. 4. 5. 6.

memperhatikan perbuatan nyata dalam segala hal, bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dalam segala hal, keterbukaan, tidak menyembunyikan dalam segala hal, tidak kehabisan inisiatif, penuh prakarsa, tekun dan ulet dalam mengerjakan pekerjaan, mempunyai daya tahan psikis yang tinggi dan tidak cepat putus asa.

b. Sifat yang berhubungan dengan profesi Sifat-sifat ini dikemukakan oleh Edgar H. Schein (1972: 8-9) sebagai berikut: 1. Seorang professional harus bekerja full time di bidang profersinya dan sebagai sumber kehidupan. 2. Seorang professional memiliki motifasi yang kuat untuk bekerja dfalam bidangnya, yang merupakan dasar bagi pilihan jabatan tersebut, sehingga jabatan tersebut akan dikerjakan dengan sepenuh hati. 3. Memiliki pengetahuan khusus dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan yang cukup lama. 4. Membuat keputusan-keputusan dalam tindakanya demi kepentingan klien, bukan harus bekerja tanpa pamrih. 5. Pelayanan atas dasar kebutuhan yang objektif dari klien. 38

6. Seorang professional harus berorientasi pada pelayanan klien. 7. Seorang professional mempunyai otonomi dalam bertindak mengenai apa yang baik bagi klien. 8. Menjadi anggota organisasi profesi yang diseleksi melalui ukuran-ukuran tertentu, seperti standar pendidikan atau ukuran-ukuran lain yang sejenis. 9. Mempunyai pengetahuan yang spesifik 10. Seorang profesioanal tidak boleh mengiklanklan untuk mendapatkan pasaran luas. c. Sifat-sifat Supervisor yang dikehendaki ‘survisee’ Menurut Pendapat dan Harapan Supervisi Pada Umumnya Supervisor Hendaknya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan di sekolah. Bersikap simpatik dan mempunyai perhatian terhadap murid. Mempunyai sikap terbuka. Mempunyai daya humor dan tidak cepat tersinggung. Percaya pada diri sendiri. Tidak terlalu mencari masalah-masalah kecil. Dapat mengajak dan menimbulkan rasa ingin tahu. Kritis, tetapi bersifat membangun dan memberikan saran. Luas pengetahuanya tentang masalah-masalah pendidikan dan masalah administratif organisatoris. 10. Dapat mengemukakan ide-ide baru 11. Sehat fisik dan terpelihara, serta berpakaian rapi.

d. Supervisor yang demokratis Suvervisi yang demokratis diharapkan selalu berusaha secara kontinu menjalin kesatuan yang optimal diantara guru-guru. Suvervisor yang kritis memiliki cirriciri sebagai berikut : Ciri-ciri Supervisor Otokratis dan demokratis: No Supervisor Otokratis 1. Beranggapan bahwa ia dapat melihat dan menemukan semua segi masalah yang dihadapinya 2. Tidak tahu atau tidak mau memanfaatkan pengalaman orang lain 3. Tidak mau melepaskan kekuasaan dari tanganya 4. Tertarik pada pekerjaan rutinya, hingga sukar melihat masalah-masalah yang lebih besar 5. Berprasangka terhadap ide baru 6. 7.

Supervisor Demokratis Menyadari bahwa kemampuan anggota stafnya merupakan potensi yang dapat melebihi kemampuanya. Dapat dan beruhasa memanfaatkan pengalaman orang lain Tahu bagaimana mendelegasikan tugas dan tanggung jawabnya Dapat melepaskan diri dari tugas rutin, sehingga dapat mengembangkan kepemimpinan yang kreatir Mengakui dan menghargai ide orang lain Mempunyai sifat sebagai orang yang Memelihara sifat yang ramah sebagai lebih tahu penolong dan penasehat Tidak mengakui bahwa ia memiliki sifat Selalu berusaha menerapkan cara-cara yang otokratis yang demokratis 39

8.

Kutang memberikan kesempatan kepada Selalu berusaha melaksanakan tugas orang lain untuk jadi pemimpin memimpin adalah menimbulkan kepemimpinan yang dipimpin.

e. Supervisi Kelompok Mengajar secara berkelompok merupakan langkah awal dalam supervise kelompok. Dalam pengajaran seperti itu, beberapa orang guru akan mengajarkan suatu bidang studi bersama. Masing-masing guru memberikan satu aspek tertentu dari bidang studi itu kepada para murid. Sehingga studi itu dengan menyeluruh aspeknya dapat diterima dengan relative sempurna poleh muridmurid. Sebab masing-masing aspek diberikan oleh seorang guru yang ahli dalam aspek itu. (Made Pidarta, 1992:245) f. Supervisi Klinis Acheson dan gall menyatakan supervise adalah proses membina guru untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku seharusnya atau yang ideal. Lucio (1979:20) Membatasi maksud supervise klinis hanya untuk menolong guru-guru agar mengerti inovasi dan mengubah performa mereka agar cocok dengn inovasi itu. g. Implementasi di Lapangan Implementasi dilapangan banyak ditemikan masalah-masalah yang menghambat terlaksananya supervise, antara lain: 1. 2. 3. 4.

Sistem kerja sentralisasi yang masih melekat. Persaingan mutu sekolah terasa semakin berat. Masih adanya anak mas untuk guru yang dinilai dan baik. Tuntutan akuntabilitas penyelenggaraan sekolah dari masyarakat semakin tinggi. 5. Transparansi manajemen sekolah yang sering terjadi benturan kebijakan sekolah, menyebabkan kesulitan bergerak untuk kelancaran tugas-tugas rutin. 6. Transparansi pengelolaan keuangan sekolah yang pembukuan dan buktibuktinya menyita waktu lama.

Usaha untuk kelancaran dan keberhasilan pemecahan masalah yang ditempuh dalam kegiatan supervise oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

Penyamaan visi dan misi Pengelolaan supervise yang baik Perlibatan guru secara individual dalam pelaksanaan supervise. Perlibatan organisasi guru.

40

BAB 8 MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH (MPMBS ) DAN IMPLEMENTASI MPMB Seiring dengan perubahan zaman dan tingkat perkembangan masyarakat, terutam sejak adanya multi krisis yang melanda bangsa indonesia sampai akhirnya terjadi badai reformasi yang menuntut perbaikan di segala bidang, termasuk pendidikan, maka reformasi melahirkan format-format baru dalam penataan sistim pendidikan nasional dengan tidak merubah tujuan utama pendidikan nasional. Format-format baru tersebut selanjutnya dikenal dengan Undang-Undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Daerah, serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom yang selanjutnya menjadi landasan Yuridis bagi penataan sistim pendidikan nasional secara keseluruhan. Makna yang terkandung dari ketiga peraturan tersebut adalah adanya pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara profesional. Adapun konsepsi pendidikan, kiranya komunitas Perguruan Tinggi ini sudah memakluminya. Definisi formal tertera dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Definisi ini merupkan penafsiran formal dari ungkapan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Suatu tafsiran yang utuh tidak meredusir atau mengkerdilkan manusia hanya sekedar cerdas secara intelektual (IQ), tetapi secara emosional (EQ), secara spiritual (SQ), dan secara fisikal (PQ). Definisi ini juga mengimplikasikan bahwa pendidikan bukan sekedar menyiapkan tenaga kerja (SDM) yang trampil, melainkan juga merupakan suatu proses pembudayaan dan transformasi nilai-nilai budaya bangsa, serta menyiapkan warga masyarakat bangsa dan negara yang baik (a good citizen) Penyelenggaraan pendidikan dapat dijalankan lebih demokratis, meningkatnya peranserta masyarakat, terwujudnya pemerintah dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 terisyarat bahwa otonomi daerah merupakan penyerahan wewenang beberapa urusan pemerintah pusat kepada daerah termasuk dalam bidang pendidikan, maka daerah akan memiliki wewenang dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan sendiri pembangunan pendidikan. Hal ini memberikan implikasi bahwa daerah harus mampu membiaya sendiri segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam menggali berbagai potensi dan menggunakan segala sumber daya serta kemampuan mendorong masyarakat agar ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk mewujudkan kehendak tersebut, maka perlu diterapkan suatu model pengelolaan sekolah yang ada pada satu sisi memberikan keleluasan pengelolaan sekolah kepada pihak sekolah( 41

kepala sekolah dan guru) dan disisi lain memberikan peluang untuk turut serta kepada masyarakat. Model pengelolaan itu disebut denga istilah ” Manajemen Berbasis Sekolah ” (School Based Management) disingkat dengan MBS atau SBM. Namun demikian salah satu kunci sukses untuk mengpenerapkan MBS di tingkat SMA, selain kemamampuan kepala sekolah mengambil keputusan juga tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam penyelenggara pendidikan di sekolah, sebagaimana yang dikemukakan oleh N.A Ametembun (1994: bahwa: Keberhasilan sekolah dalam mengpenerapankan MBS selain kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan secara tepat juga terletak pada tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan demikaian jelas bahwa kedua aspek tersebut mamilaki peranan yang sangat penting. Selanjutnya secara khusus mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan untuk setiap daerah tentunya memiliki tingkat yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat disebab oleh faktor ekonomi, sosial dan budaya serta tingkat kepedulian masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan. Namun yang jelas bahwa faktor- faktor tersebut hanya dapat diatasi dengan satu cara yaitu melalui proses kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah. Konsep peran serta ini menunjukkan suatu keadaaan yang ada dab telah dilakukan, namun perl ditingkatkan secara lebih baik, termasuk peninggkatan masyarakat dalam bidang pendidikan. Memang secara yuridis keterlibatan masyarakat dalam penyelanggaraan pendidikan telah ada, namun dala, konteks MBS hal tersebut perlu terus ditingkatkan mengingat kunci keberhasilan penyelenggaraan pendidikan salah satunya ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat. Pasal 31 UUD 1945 menyatakan bahwa: • Tiap- tiap warga negara berhak mendapat pengajaran; dan • Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sisitem pengajaran Nasional yang diatur Undang- undang Melihat ketentuan- ketentuan tersebut membuktikan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang berarti bahwa pendidikan itu merupakan hak asasi manusia. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal, maka pemeritah mengusahakan dan mnyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang tlah diatur dalam bentuk perundangan- undangan. Usaha pncapainan tujuan tersebut dilakukan melalui satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Pelakanaan dan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah yang melibatkan masyakat secara aktif dalam setiap langkah yang ditempuh oleh pihak sekolah adalah merupakan pemaknaan dari penerapam konsep Manajemen Berbasis Sekolah, namun disebabkan hal tersebut adalah suatu konep yang baru, sehingga perlu untuk melakukan suatu kajian untuk melihat keaktifan masyarakat dalam menghadapi penerapan konsep Manajemen Berbasis Sekolah.

42

A. DEFINISI MPMBS Secara konseptual MPMBS, dapat didefinisikan sebagai proses manajemen sekolah yang diarah pada peningkatan mutu pendidikan, secara otonomi derencanakan, diorganisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi melibatkan semua stockeholder sekolah. Sesuai dari konsep tersebut, MPMBS itu pada hakekatnya merupakan pemberian otonomi kepada sekolah untuk secara aktif serta mandiri mengembangkan dan melakukan dan melakukan berbagai program peningkatan mutu pendidikan sesuai kebutuhan sekolah sendiri, oleh karena itu maka banyak sekali pakar manajemen pendidikan dari berbagai negara menyebut MPMBS atau MBS sebagai otonomi sekolah, atau kewenangan yang didesentralisasikan tidak saja ketingkat kabupaten dan kota, melainkan juga sampai ke sekolah.

MPMBS Otonomi Sekolah Dalam Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan Untuk MENCAPAI SASARAN MUTU PENDIDIKAN

Gambar : 8. 1 Proses MPMBS B. DEFINISI OPERASIONAL MPMBS Secara operasional MPMBS dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pendayagunaan keseluruhan komponen pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang diupayakan sendiri oleh kepala sekolah bersama semua pihak yang terkait atau kepentingan dengan mutu pendidikan. Istilah ”komponen” mencakup kurikulum dan pembelajaran kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana, dan keuangan. Istilah dikelola sendiri (self managing), dirancang sendiri (self design), diorganisasi sendiri (self organizing), diarahkan sendiri(self direction), dan dicontrol/dievaluasi sendiri (self control). Sudah barang tentu kemandirian tersebut tidak dapat diartikan sebagai kebebasan penuh, sehingga tetap diperlukan adanya mekanisme kontrol dari dari pemerintah. Sedang yang dimaksud dengan fihak terkait atau kepentingan dengan mutu pndidikan adalah kepala sekolah, guru, orang tua,siswa, masyarakat sekitar sekolah, perusahaan yang akan memakai lulusan sekolah.

43

C. TUJUAN MPMBS Menurut Directorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (2000), MPMBS bertujuan untuk mendirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang, keluwesan, dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan kemandirianny, diharapkan : 1. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya,untuk kemudian dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolah. 2. Sekolah dapat mengembangkan sendiri program-program sesuai dengan kebutuhannya. 3. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah. 4. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan. D. MODEL MPMBS Menurut Tenner dan De Toro (1992) dalam sebuah bukunya yang berjudul Total Quality Management memandang bahawa sebenarnya manajemen mutu terpadu merupakan proses peningkatan mutu secara utuh, dan bila prosesnya dilakukan secara mandiri maka manajemen mutu terpadu terdiri dari tiga tahap peningkatan mutu secara kontinu(three steps to continuous improvement), yaitu : 1. Perhatian penuh kepada pelanggan, baik pelangga internal maupun eksternal 2. Pembinaan proses 3. Keterlbatan secara total Jadi dalam konteks MPMBS, maka model tersebut dapat diterjamahkan sebagai berikut: Pertama dengan perhatian terhadap pelanggan, berarti sekolah mengidentifikasi keinginan dan harapan para orang tua akan mutu sekolah. Apakah mutu proses maupun hasil pendidikan di sekolah telah memenuhi keinginan dan harapan orang tua?, adakah kelemahan-kelemahan dalam proses pendidikan disekolah yang dirasakan oleh orang tua?, Langkah pertama MPMBS adalah: 1. Menyusun profil pendidikan, sebagaimana diharapkan oleh masyarakat pengguna jasa pendidikan. 2. Merumuskan kondidsi pendidikan yang ada selama ini, baik kelemahankelemahan maupun kelebihan-kelebihannya. 3. Analisis kemungkinan-kemungkinan atau peluang pemecahan kelemahankelemahan sekolah sesuai dengan kondidsi yang dimiliki sekolah yang bersangkutan. Langkah kedua, dengan dengan pembinaan proses, sekolah menyusun proses pembinaan mutu. Pada tahap kedua ini, sekolah menyusun aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam rangka mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki sekolah, 44

Aktivitas-aktivitas yang dimaksud, misalnya, pengadaan buku bacaan, melatih guru, menambah ruang kelas, menembah fasilitas Komputer, dan sebagainya, secara keseluruhan harus direncanakan sesuai dengan atau berbasis pada kondisi yang bersangkutan. Langkah ketiga, dengan keterlibatan total, berarti dalam rangka keseluruhan proses peningkatan mutu pendidikan dituntut partisipasi aktif dan mandiri dari semua pihak, dan masyarakat, partisipasi tersebut baik dalam bentuk pemikiran, tenaga, dan juga dalam hal keuangan. E. PROSES MPMBS Proses MPMBS terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pengembangan visi sekolah Evaluasi diri dalam rangka mengidentifikasi berbagai kebutuhan pngembangan Identivikasi kbutuhan-kebutuhan pengembangan Perumusan tujuan Penyusunan program peningkatan Implmentasi program Evaluasi diri untuk kepentingan peningktan mutu

F. EMPAT PILAR KEBERHASILAN MPMBS 1. Pilar Mutu dalam MPMBS MPBMS merupakan suatu pendekatan manajemen yang menempatkan mutu pendidikan sebagai “kiblat” aktivitas manajemen kurikulum, kesiswaan, kepegawaian sarana/prasarana, keuangan, dan peran serta masyrakat dengan sekolah. Dan tujuan kelembagaan sekolah yang mefleksikan konsep-konsep sekolah yang baik (the good school), sekolah yang efektif (the effective school), sekolah yang unggul (the exellen school), dan sekolah masa depan (the fiture school). 2. Pilar kemandirian dalam MPMBS MPMBS merupakan sebuah model pengelolaan sekolah yang sangat menuntut adanya kemandirian seluruh personel sekolah untuk maju denan sendirinya. Oleh karena itu konsep mengelola sendiri, merencanakan sendiri, mengorganisasi sendiri aktivitas sekolah, mengarahkan sendiri, dan mengontrol sendiri seluruh program sekolah. Dengan demikian penerapan, MPMBS tampak diberi wewenang atau otonomi untuk mertencanakan sendiri, melaksanakan sendiri, dan mengevaluasi sendiri keseluruhan program kerjanya dengan melibatkan seluruh elemen terkait dengan peningkatan mutu pendidikan. 3. Pilar Partisipasi dala MPMBS MPMBS merupakan suatu model penglolaan sekolah yang sangat menekankan pada partisipasi seluruh elemen terkait dengan pendidikan mutu pendidikan sekolah. Elemen

45

yang terkait yaitu orang tua siswa, masyarakat umum, tokoh agama,tokoh masyarakat, tokoh adat, lembaga swadaya masyrakat, perusahaan, lembaga social. 4. Pilar Transparansi dalam MPMBS MPMBS merupakan satu model pengelolaan sekolah yang menutut adanya adanya transparansi keuangan, Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orang tua dan masyarakat dalam menyelengarakan seluruh program pendidikan di sekolah. manajemen keuangan yang professional, termasuk di dalamnya adalah akuntansi keuangan sekolah.

46

BAB 9 PAMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, EFEKTIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM)

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan. Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002). Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas. Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk 47

menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru. Penulis terilhami menuangkan tulisan ini dengan maksud untuk dikembangkan menjadi visi misi sekolah sebagai prioritas untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mudahmudahan tulisan singkat ini dapat menjadi bahan masukan bagi para guru untuk menengok lingkungan sekitar yang penuh arti sebagai sumber belajar dan informasi yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Model pendekatan ini pun relevan dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga pada gilirannya dapat mencetak siswa yang cerdas dan cinta lingkungan. Siswa boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara lokal. Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan mencari hikmah dari berbagai macam pengalaman bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, namun pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut dijadikan sebagai pembelajaran dalam tindakan di lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and error yang berkepanjangan, melainkan kita belajar dari kesalahankesalahan orang lain, sementara kita sekadar meneruskan kerja dari paradigma yang benar. Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah belajar ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi sekitar dapat menjadi laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan sembari melakukan pemberdayaan (empowering) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sementara si pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik dan efisien. Mohamad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh adalah orang yang banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan ekonomi. Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. A. Dasar Pemikiran Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada: 1. Berpusat pada peserta didik 2. Mengembangkan kreativitas peserta didik 3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna 4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) 5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna 6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat 7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan 8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah

48

B. Pengertian PAIKEM PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajarmengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. C. Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 49

5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian. Kemampuan Guru Guru merancang mengelola KBM mendorong siswa berperan aktif pembelajaran

Kegiatan Belajar Mengajar dan Guru melaksanakan KBM dalam yang kegiatan yang beragam, misalnya: untuk dalam Percobaan Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan/cerita/puisi

Berkunjung keluar kelas Guru menggunakan alat bantu Sesuai mata pelajaran, dan sumber yang beragam. menggunakan, misalnya:

guru

Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Guru memberi kesempatan Siswa: kepada siswa untuk mengembangkan Melakukan percobaan, keterampilan pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri. 50

Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri. Guru memberi kesempatan Melalui: kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya Diskusi sendiri secara lisan atau tulisan Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan anak sendiri Guru menyesuaikan bahan • Siswa dikelompokkan sesuai dan kegiatan belajar dengan dengan kemampuan (untuk kemampuan siswa kegiatan tertentu) • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.

Guru mengaitkan dengan pengalaman sehari-hari.

• Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan. KBM • Siswa menceritakan atau siswa memanfaatkan pengalamannya sendiri.

• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari Menilai KBM dan kemajuan • Guru memantau kerja siswa. belajar siswa secara terusmenerus • Guru memberikan umpan balik. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Beberapa pemikiran dalam rangka upaya untuk mengembangkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran. Pokok-pokok pikiran ini merupakan bagian dari visi dan misi sekolah. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan 51

lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan. Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya. Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan. Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002). Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas.

52