BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.usu.ac.id

Spondilosis . Perubahan ... Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebra lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik...

45 downloads 1056 Views 343KB Size
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Defenisi Nyeri Punggung Bawah 16, 17, 3 Dalam bahasa kedokteran Inggris, nyeri pinggang dikenal sebagai “low back

pain”. Nyeri Punggung Bawah atau Nyeri Pinggang (Low Back Pain) adalah nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka. Nyeri Punggung

Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah

punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain, atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). NPB pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Masalah NPB meliputi banyak aspek, bukan hanya penderitaan akibat nyeri yang dialami, tapi juga menimbulkan pemborosan ekonomi dan peningkatan biaya kesehatan.

2.2.

Anatomi Punggung Bagian Bawah 16, 18, 17 Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri

atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri atas masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligament di antaranya ligament

Universitas Sumatera Utara

interspinal, ligament intertansversa dan ligament flavum. Pada prosesus spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari segmen anterior dan posterior. a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga badan. Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus intervebralis yang diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di bagian depan dan limentum longitudinale posterior di bagian belakang. Sejak dari oksiput, ligament ini menutup seluruh bagian belakang diskus. Mulai L1 gamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh asalnya. b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligament serta otot. Struktur lain yang tak kalah pentingnya dalam persoalan NPB adalah discus intervertebra. Di samping berfungsi sebagai penyangga beban, discus berfungsi pula sebagai peredam kejut. Diskus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra, sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air.

Universitas Sumatera Utara

Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai seluruh tulang sacrum dan otot-otot sekitarnya. Dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1. Tulang Belakang (Kolumna Vertebralis)

2.3.

Gambar 2.1.. Struktur Kolumna Vertebralis Lumbal

Asal dan Sifat Nyeri Pinggang 18, 19 Nyeri punggung bawah dapat dibagi dalam enam jenis, yaitu: 2.3.1. Nyeri punggung lokal. Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, artikulasio dan ligament.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Iritasi pada radiks. Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan terasa pada dermatom yang bersangkutan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan proses desak ruang yang bias terletak pada foramen intervertebra atau dalam kanalis vertebra. 2.3.3. Nyeri acuan somatik Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian lebih dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial. 2.3.4. Nyeri acuan Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di dalam ruang panggul yang dirasakan di daerah punggung. 2.3.5. Nyeri karena iskemia. Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Biasanya disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteria iliaka komunis. 2.3.6. Nyeri psikogen Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi fasial yang sering berlebihan.

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah

2.4.1. Klasifikasi Menurut Penyebabnya Nyeri punggung bawah menurut penyebabnya diklasifikasikan sebagai berikut: 18 a. NPB traumatik 17 Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung bawah, semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh trauma. a.1. Trauma pada unsur miofasial Setiap hari beribu-ribu orang mendapat trauma miofasial, mengingat banyaknya pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi kesehatan badan yang kurang optimal. Juga di kalangan sosial yang serba cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak optimal karena kegemukan, terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak mengadakan gerakan-gerakan untuk mengendurkan urat dan ototnya. NPB jenis ini disebabkan oleh lumbosakral strain dan pembebanan berkepanjangan yang mengenai otot, fasia dan atau ligament. a.2. Trauma pada komponen keras Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di vertebrata torakal bawah atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat terjadi juga pada kondisi tulang belakang yang patalogik. Karena trauma yang ringan (misal jatuh terduduk dari kursi pendek), kolumna vertebralis yang sudah osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi.

Universitas Sumatera Utara

Akibat trauma dapat terjadi spondilolisis atau spondilolistesis. Pada spondilolisis istmus pars interartikularis vertebrae patah tanpa terjadinya korpus vertebra. Spondilolistesis adalah pergeseran korpus vertebra setempat karena

fraktur

bilateral

dari

istmus

pars

interartikularis

vertebra.

Pergeserannya diderajatkan sampai IV. Kalau hanya 25% dari korpus vertebra yang tergeser ke depan, maka spondolistesisnya berderajat I.

Pada

pergeserannya secara mutlak, keadaannya dikenal sebagai spondilolistesis derajat IV. Pada umumnya spondilolistesis terjadi pada L.4 atau L.5. b. NPB akibat proses degeneratif 17, 19 b.1. Spondilosis Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebra berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoatritis deformans, tapi kini dinamakan spondilosis. Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan discus

dan

osteofit-osteofit

yang

dapat

menimbulkan

penyempitan

dariforamina intervetebralis. b.2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek yang dapat disusul dengan protusio discus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus

Universitas Sumatera Utara

pulposus (HNP). HNP paling sering mengenai discus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. b.3. Osteoatritis Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis terjadi degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada osteoatritis akan menyebabkan tarikan dan tekanan pada otot-otot/ ligament pada setiap gerakan sehingga menimbulkan NPB. b.4. Stenosis Spinal Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan, penarikan, benturan dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari seseorang, sudah tentu akan memperlihatkan banyak kelainan degeneratif di sekitar discus intervertebralis dan persendian fasetal posteriornya. Pada setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu satu di depan yang dibentuk oleh korpus vertebra dengan discus intervertebralis dan dua di belakang yang dibentuk oleh prosesus artularis superior dan inferior kedua korpus vertebra yang ada di atas dan di bawah discus intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif yang terjadi di sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan profilerasi jaringan kapsel persendian yang kemudian mengeras (hard lesion). Bangunan degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat dan menyempitkan foramen intervertebra.

Universitas Sumatera Utara

c. NPB akibat penyakit inflamasi 17, 19,20 c.1. Artritis rematoid Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang. Sendi yang terjangkit mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan kemudian sendi mengalami kerusakan. Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang menahun, akan terjadi kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan ligament di sendi. c.2. Spondilitis angkilopoetika Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari poliartritis rematoid yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri timbul akibat terbatasnya gerakan pada kolumna vertebralis , artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan penyempitan foramen intervertebralis. d. NPB akibat gangguan metabolisme 17 Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah patah. Menurunnya massa tulang dan memburuknya arsitektur jaringan tulang ini, berhubungan erat dengan proses remodeling tulang. Pada proses remodeling, tulang secara kontinyu mengalami penyerapan dan pembentukan. Hal ini berarti bahwa pembentukan tulang tidak terbatas pada fase pertumbuhan saja, akan tetapi pada kenyataannnya berlangsung seumur hidup. Sel yang bertanggung jawab

Universitas Sumatera Utara

untuk pembentukan tulang disebut osteoblas, sedangkan osteoklas bertanggung jawab untuk penyerapan tulang. Pembentukan tulang terutama terjadi pada masa pertumbuhan. Pembentukan dan penyerapan tulang berada dalam keseimbangan pada individu berusia sekitar 30 40 tahun. Keseimbangan ini mulai terganggu dan lebih berat ke arah penyerapan tulang ketika wanita mencapai menopause. Pada osteoporosis akan terjadi abnormalitas bone turnover, yaitu terjadinya proses penyerapan tulang lebih banyak dari pada proses pembentukan tulang. Peningkatan proses penyerapan tulang dibanding pembentukan tulang pada wanita pascamenopause antara lain disebabkan oleh karena defisiensi hormon estrogen, yang lebih lanjut akan merangsang keluarnya mediator-mediator yang berpengaruh terhadap aktivitas sel osteoklas, yang berfungsi sebagai sel penyerap tulang. Jadi yang berperan dalam terjadinya osteoporosis secara langsung adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap tulang, yang dipengaruhi oleh mediatormediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini dipengaruhi oleh kadar estrogen. NPB pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau radikular merupakan keluhan. Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang menjadi komplikasi osteoporosis tulang belakang. e. NPB akibat neoplasma 17 e.1. Tumor benigna Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat mengakibatkan nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam hari.

Universitas Sumatera Utara

Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis vertebralis dan dapat membangkitkan NPB. Meningioma merupakan suatu tumor intadural namun ekstramedular. Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan pada radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan nyeri hebat pada daerah lumbosakral. e.2. Tumor maligna Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder. Tumor primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple. Tumor sekunder yaitu tumor metastatik mudah bersarang di tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan pembuluh darah. Tumor primernya bisa berada di mama, prostate, ginjal, paru dan glandula tiroidea. f. NPB akibat kelainan kongenital 17, 19 Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebra lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus vertebra lumbalis. Pada lumbalisasi “lumbosakral strain” lebih mudah terjadi oleh karena adanya 6 ruas lumbosakral, bagian lumbal kolum vertebral seolah-olah menjadi lebih panjang, hingga tekanan dan tarikan pada daerah lumbal pada tiap gerakan lebih besar daripada orang normal. Beban yang lebih berat pada otot-otot dan ligament sering menimbulkan NPB. g. NPB sebagai referred pain 17, 20 Walaupun benar bahwa NPB dapat dirasakan seorang penderita ulkus peptikum, pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya, namun penyakit

Universitas Sumatera Utara

penyakit visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan manifestasi masingmasing organ yang terganggu. NPB yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu: g.1

Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah

g.2. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan motalitas punggung tetap baik.

Walaupun demikian sikap tubuh

mempengaruhi bertambah atau meredanya referred pain. g.3. Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya penyakit visceral. g.4. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan adanya keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain di daerah lumbal. h. NPB psikoneurotik 17 Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula bermanifestasi sebagai nyeri punggung karena menegangnya otot-ototnya. NPB karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya. Ada 3 jenis keluhan NPB pada penderita psikoneurotik. Yang pertama ialah seorang histerik. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit di pinggang, tetapi sakit

Universitas Sumatera Utara

pinggangnya merupakan ungkapan penderitaan mentalnya kepada dunia luar. Yang kedua ialah seorang pengeluh . Dalam hidupnya banyak waktu terbuang untuk merengek rengek saja. Letaknya nyerinya berubah ubah, misal di kepala, lain kali perutnya kembung, punggung bawah sakit dan seterusnya. Penyakitnya adalah sekaligus hobinya. Dan yang ketiga adalah seorang

yang dengan

keluhannya hendak memperoleh uang ganti rugi. Dan sakit pinggangnya dikenal sebagai NPB kompensantorik. j. Infeksi 13 Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). NPB yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB.

2.4.2. Diagnosis Banding 21 Berdasarkan penyebab NPB yang telah dijelaskan, masing-masing penyebab tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa diagnosis banding antara lain: a.

NPB Mekanikal NPB akibat kondisi mekanik antara lain: kongenital, degeneratif, trauma dan gangguan mekanik, dan gangguan metabolik.

b. NPB Nonmekanikal NPB akibat kondisi nonmekanik antara lain: radang, tumor, infeksi, dan problem psikoneurotik.

Universitas Sumatera Utara

c.

NPB Penyakit Viseral NPB karena penyakit viseral adalah penyakit yang berhubungan dengan organ pelvis dan alat-alat dalam lain misal nephrolitiasis, pyelenopritis, aortic anyeurym, dll.

2.5. Epidemiologi NPB 2.5.1. Distribusi NPB a. Menurut Orang 22, 13 Pada umumnya sekitar 70-80% orang dewasa diestimasikan akan pernah menderita Nyeri Punggung Bawah dalam hidup mereka. Insidensi nyeri pinggang di negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik. Hasil penelitian Perdossi (2001) pada 44 pasien penderita NPB di Jakarta diketahui bahwa kelompok umur pria yang sering menderita NPB adalah kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan pada wanita adalah kelompok umur 50-59 tahun. Berdasarkan penelitian Tavafian SS, et al (2004) pada 101 wanita penderita NBP di Iran diperoleh umur rata-rata wanita yang menderita NPB adalah 44 tahun dengan berat badan rata-rata 69 kg. b. Menurut Tempat dan Waktu Nyeri Punggung Bawah adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara dan menimbulkan banyak kerugian.16 Berdasarkan data dari penelitian Picavet dan Schouten (2001) untuk melihat prevalensi nyeri muskoletal (termasuk NPB) pada beberapa negara di dunia, diketahui prevalensi penderita NPB di Swedia pada tahun

Universitas Sumatera Utara

1998 adalah sebesar 56%, Norwegia pada tahun 1997 sebesar 21,6%, Spanyol pada tahun 1999 sebesar 23,7%, dan di Belanda pada tahun 2001 adalah sebesar 26,9% dari total populasi. 8 Pada tahun 1998, prevalensi penderita NPB di Inggris adalah 40% dalam 1 tahun terakhir. Ada sedikit peningkatan dibandingkan tahun 1996 dengan prevalensi NPB 35%. Pada tahun 1992 prevalensi NPB hanya 10%. 38 Menurut Altinel Levent, et al (2008), prevalensi penduduk Turki menderita NPB adalah 51% selama hidup mereka. 37 Di Rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, proporsi pasien baru yang berkunjung di Divisi Rehabilitasi Medik pada tahun 1995 adalah sebanyak 20% (276 orang) dengan keluhan NPB dengan 5 orang harus menjalani operasi. Pada bulan Mei tahun 2000 di tempat yang sama didapatkan 52 penderita (5%) NPB dari 1092 pasien baru yang berkunjung di RS ini. 23 Menurut Harsono (1991) di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita NPB meliputi kurang dari 5,5% dari jumlah pengunjung, sementara proporsi NPB rawat inap 8-9%. 24

2.5.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah Faktor pencetus untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, pekerjaan, faktor psikososial, riwayat cedera punggung sebelumnya, aktivitas/ olahraga dan kebiasaan merokok. 27

Universitas Sumatera Utara

a. Usia Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah memperlihatkan bahwa resiko dari NPB meningkat pada pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai usia sekitar 65 tahun resiko akan berhenti meningkat. Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena NPB. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini ini semakin beresiko mengalami nyeri punggung akibat menghabiskan terlalu banyak waktu membungkuk di depan komputer atau membawa tas sekolah yang berat dari dan ke sekolah. 6 Dalam penelitian Louw, Q.A, et al (2007) di Afrika ditemukan bahwa populasi yang paling banyak menderita NPB meliputi kelompok usia pekerja/ produktif (48%). Kelompok usia sekolah yang menderita NPB adalah 15% dari total penderita NPB. Prevalensi anak-anak dan remaja untuk menderita NPB adalah 33% sedangkan prevalensi orang dewasa menderita NBP adalah 50%. 39 Menurut penelitian Jones, G.T (2004) di Inggris ditemukan bahwa pada anakanak dan remaja memiliki resiko yang sama seperti orang dewasa dalam menderita NPB dengan prevalensi 70-80%. Walaupun banyak kasus anakanak yang dilaporkan aktivitas sehari-harinya terhambat karena menderita NPB, namun gangguan serius/parah jarang ditemukan sehingga konsultasi kesehatan dan rawat inap masih jarang dilakukan. 12

Universitas Sumatera Utara

b.

Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri punggung bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NPB, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya NPB. Berdasarkan penelitian Altinel, Levent, et al (2007) di Turki didapatkan bahwa prevalensi NPB pada perempuan adalah 63,2% dan pada laki-laki sebesar 33,8% setidaknya satu kali dalam hidup mereka untuk menderita NPB. 37

c.

Obesitas Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya NPB. Obesitas dapat diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan rumus BB(kg)/TB2(m). WHO telah menetapkan standar obesitas pada orang Asia yaitu dengan ukuran IMT ≥ 25kg/m2. 40 Inggris memiliki prevalensi obesitas yang pertumbuhannya paling cepat di negara Barat dan hal ini mungkin berperan terhadap masalah punggung pada tahun-tahun yang akan datang. Frekuensi obesitas orang dewasa hampir empat

Universitas Sumatera Utara

kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Tiga perempat orang Inggris memiliki berat badan berlebih. 25 Menurut penelitian Putri Perdani (2010) dengan desain penelitian kasus kontrol terhadap 110 responden didapat orang yang mempunyai postur tubuh piknik beresiko 6,9 kali (OR=6,9 ) untuk timbulnya nyeri punggung bawah. Dengan adanya berat badan berlebih, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan tekanan pada daerah tersebut meningkat. 26 d.

Pekerjaan Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab NPB. Berdasarkan penelitian Punnet Laura, et al (2005) dengan desain Kohort pada 1.404 subjek, diperoleh bahwa kategori pekerjaan pekerja sales (RR=1,38) operator (RR=2,39), pekerja pelayanan jasa (RR=2,67), dan petani (RR=5,17) memiliki hubungan dalam menimbulkan NPB. 33

e. Faktor Psikososial Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB. Kecemasan, depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan risiko NPB kronis.

Universitas Sumatera Utara

Menurut penelitian Muto Shigeki et al (2005) di Jepang pada 975 subjek yang bekerja sebagai guru sekolah dengan desain penelitian cross sectional didapatkan bahwa jumlah kasus guru berjenis kelamin pria yang menderita NPB dan mengalami depresi dalam pekerjaannya ada sebanyak 58 kasus (59,2% dibandingkan dengan jumlah subjek pria seluruhnya), sedangkan guru perempuan penderita NPB yang mengalami depresi dalam pekerjaan ada sebanyak 121 kasus (59,9% dibandingkan dengan jumlah seluruh guru wanita yang diteliti). Berdasarkan penelitian tersebut, kasus NPB yang dilaporkan dengan gejala depresi jumlahnya lebih banyak (proporsi 60%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi. 34 f. Riwayat cedera/trauma Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma. Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk mengalami NPB dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut berlangsung kronis. 41 g. Aktivitas/ olahraga Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menyebabkan NPB. Misalnya seorang pelajar/ mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang.

Universitas Sumatera Utara

Posisi mengangkat beban dengan berdiri lalu langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah. Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam sehari, melakukan aktivitas dengan duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, dapat pula meningkatkan resiko timbulnya NPB. Pada penelitian Putri Perdiani (2010) dengan desain penelitian kasus kontrol terhadap 110 responden didapat bahwa posisi duduk memiliki hubungan yang bermakna dengan nyeri punggung bawah (OR= 6,01), orang yang mempunyai posisi duduk beresiko 6,01 kali untuk timbulnya NPB. 26 h. Merokok Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh darah arteri. Menurut penelitian Sarnad, Nurul I, dkk (2010) di Malaysia ditemukan bahwa perokok beresiko 1,32 kali (OR=1,32) untuk menderita NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok. 5

Universitas Sumatera Utara

2.6. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah 2.6.1. Pencegahan Primer 16, 28, 20 Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat (tetap memiliki faktor resiko) agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan: a. Lakukan aktivitas yang cukup yang tidak terlalu berat b. Selalu duduk dalam posisi yang tepat.”Duduk harus tegap, sandaran tempat duduk harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi duduk berarti membebani tulang belakang 3-4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat. Sementara pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu setengah kali berat badan normal. c. Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam hingga dua jam. Setelah itu, sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan dan duduk lagi lima menit kemudian. d. Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat badan agar seimbang pada kaki. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan permukaan pekerjaan berada pada ketinggian yang nyaman untuk bekerja. e. Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik, misalnya yang memiliki matras (kasur) yang kuat (firm), sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling baik adalah tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut yang dibengkokkan. Bila tidur terlentang sebaiknya diletakkan bantal kecil di bawah lutut.

Universitas Sumatera Utara

f. Lakukan olah raga teratur. Pilih olah raga yang berfungsi menguatkan otot-otot perut dan tulang belakang, misalnya sit up. Postur tubuh yang baik akan melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan, karena beban disebarkan merata keseluruh bagian tulang belakang. g. Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak. h. Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke belakang hingga posisi tungkai hampir lurus. i.

Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.

j.

Jangan mengangkat dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk lutut dan berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus dekatkan objek ke tubuh. Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong daripada menarik ketika harus memindahkan benda berat. Minta bantuan orang lain bila mengangkat benda yang berat.

k. Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah berat badan berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D membantu menjaga pertumbuhan tulang baru. l.

Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang punggung bagian bawah dan menyebabkan cakram tulang belakang mengalami degenerasi.

2.6.2. Pencegahan Sekunder

30, 24, 31

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah sakit. Pencegahan sekunder ini

Universitas Sumatera Utara

dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang cepat dan tepat. a. Diagnosis Klinis NPB Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. a.1. Anamnesis Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ lain yang terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor penyebab NPB, maka anamnesis terhadap setiap keluhan NPB akan merupakan sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan dalam anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, mengalami gangguan tidur, menstruasi atau libido, disertai nyeri pada tungkai atau menjalar ke tungkai, diperberat oleh batuk/bersin, memiliki riwayat tuberkulosis, keganasan/operasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten, bekerja dengan sikap yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan cemas atau gelisah, memiliki riwayat demam atau gangguan buang air kecil/besar, atau memiliki rasa kesemutan pada tungkai. Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Letak atau lokasi nyeri

Universitas Sumatera Utara

b) Penyebaran nyeri c) Sifat nyeri d) Pengaruh aktivitas terhadap nyeri e) Pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh f) Trauma g) Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya h) Obat-obat analgetika yang pernah diminum i) Kemungkinan adanya proses keganasan j) Riwayat menstruasi k) Kondisi mental/emosional a.2. Pemeriksaan Umum Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: a) Inspeksi b) Palpasi dan perkusi c) Pemeriksaan tanda vital (vital sign) a.3. Pemeriksaan Neurologik Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan. a.4. Pemeriksaan dengan alat-alat Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimaging dengan menggunakan alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone scan, mielografi, CT Scan (Computerized Tomography), MRI (Magnetic

Universitas Sumatera Utara

Resonance Imaging), ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal, densitometri tulang. b. Pengobatan NPB Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB: konservatif dan operatif. a. Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), mobilisasi, medikamentosa, fisioterapi, dan traksi pelvis. 1) Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tidur di atas tempat tidur dengan alas keras dan atau bisa juga dengan posisi semi Flowler. Posisi ini berguna untuk mengelimir gravitasi, mempertahankan kurvatura anatomi vertebra, relaksasi otot, mengurangi hiperlordosis lumbal, dan mengurangi tekanan intradiskal. 2) Mobilisasi, pada fase permulaan, mobilisasi dilakukan dengan bantuan korset. Manfaat pemakaian korset adalah untuk membatasi gerak, mengurangi aktivitas otot (relaksasi otot), membantu mengurangi beban terhadap vertebra dan otot paraspinal, dan mendukung vertebra dengan peninggian tekanan intra abdominal. Mobilisasi sebaiknya dimulai dengan gerakan-gerakan ringan untuk jangka pendek. Kemudian diperberat dan diperlama. 3) Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat yang bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal. 4) Pada fisioterapi, biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam). Terapi panas bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara

memperbaiki sirkulasi lokal, merelaksasi otot, memperbaiki extensibilitas jaringan ikat. 5) Traksi pelvis, bermanfaat untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis serta memaksa penderita melakukan tirah baring total. Bukti-bukti menunjukkan bahwa traksi tidak bermanfaat untuk meregangkan discus yang menyempit. Traksi pelvis dilarang dilakukan jika ada infeksi tulang, keganasan tulang, adanya kompresi mielum. Beban yang umum digunakan berkisar antara 10-25 kg. b. Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif selama 2-3 minggu tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik.

2.6.3. Pencegahan Tersier

16, 32

Pencegahan tersier dimaksudkan untuk

mengurangi komplikasi dan

mengadakan rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik dan menolong penderita NPB agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapat menjalani kehidupan yang lebih normal. a. Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita NPB menghindari pekerjaan atau aktivitas berat. b. Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan, atau stress yang dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya NPB. c. Bagi penderita NPB yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet untuk menurunkan berat badan.

Universitas Sumatera Utara

d. Untuk mengurangi dissabilitas dan perbaikan fungsional direkomendasikan dengan program back exercise. e. Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang benar. f. Menggunakan perabotan yang dibuat berdasarkan prinsip ergonomik.

Universitas Sumatera Utara