BAB I LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang Pangan yang cukup menggambarkan bahwa negara tersebut memiliki kebijakan ekonomi yang tepat. Logistik berkaitan dengan materi dan informasi, dan segala sesuatu mengenai pergerakan produk meliputi layanan penyimpanan bahan baku, pengelolaan bahan baku, produksi, dan pengiriman. Ruang lingkup logistik berubah sejak meningkatnya teknologi supaya mengglobal dan mendapatkan akses pasar baru, sehingga efisiensi yang lebih besar (Gunasekaran dan Ngai, 2003). Seperti negara-negara lain, pemerintah Indonesia telah membuat berbagai peraturan untuk mewujudkan sistem pangan nasional. Petani ketika pada masa panen dihadapkan pada pilihan untuk menjual segera hasil panennya. Hal tersebut dilakukan untuk segera mendapatkan modal untuk budidaya pada musim selanjutnya. Masalah berikutnya adalah bahwa terjadi peristiwa anjlok harga yakni harga jual yang ditawarkan kepada petani tidak sesuai dengan beban yang dikeluarkan atau justru lebih rendah daripada yang diharapkan. Untuk menghindari kerugian akibat rendah harga saat panen raya tersebut, petani dapat melakukan tunda jual. Tunda jual diharapkan nantinya petani dapat mendapatkan harga terbaik untuk komoditasnya. Saat ini pemerintah telah membuat program agar petani dapat melaksanakan program tunda jual tersebut yakni, dengan Sistem Resi Gudang (SRG).
1
Beberapa negara di dunia juga telah menerapkan Sistem Resi Gudang atau dapat disebut dengan Warehouse Receipt System (WRS) atau dapat juga disebut dengan Warehouse Receipt Finance. Hollinger et al., (2009), menyatakan bahwa resi gudang memiliki sejarah panjang di dunia barat dan sebagian negara berkembang dan juga di negara-negara Eropa Timur dan Asia Tengah yang diperkenalkan setelah Soviet runtuh. Jika pertanian adalah untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan ekonomi, dan petani tidak ingin ketinggalan, maka pertanian membutuhkan sistem kredit yang tepat. Kredit pascapanen dalam bentuk Warehouse Receipt Finance telah terbukti menjadi komponen penting bagi pertumbuhan sektor pertanian di negara berkembang. Demi mendukung pelaksanaan yang baik dan lingkungan yang memadai ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk membentuk Sistem Resi Gudang yang baik yakni kerangka hukum dan peraturan, lembaga pengaturan dan pengawasan, berizin dan diawasi, asuransi dan jaminan kinerja keuangan. Kemudian yang terakhir adalah bank akrab dengan penggunaan resi gudang (Hollinger et al., 2009). Pada tahun 2006, DPR RI dengan inisiasi pemerintah telah mengesahkan UU No. 9 tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang (SRG) yang kemudian diamandemenkan dengan UU No. 9 tahun 2011. Sistem Resi Gudang adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang. Sistem Resi Gudang merupakan salah satu cara untuk mendukung sistem pembiayaan yang membantu petani.
2
Tabel 1.1 Perkembangan Sistem Resi Gudang di Negara-Negara ECA Negara
Level Perkembangan
Potensi Masa Depan
Negara dengan perkembangan baik Bulgaria
Tinggi
Baik
Kazakhstan
Tinggi
Baik
Hungaria
Tinggi
Baik
Slovakia
Tinggi
Baik
Moldova
Medium
Tinggi
Lithuania
Medium
Baik
Negara dengan perkembangan parsial Polandia
Rendah
Terbatas
Ukraina
Medium
Tinggi
Turki
Medium
Tinggi
Rusia
Rendah
Tinggi
Sumber: Hollinger et al., 2009
Tabel 1.1 menunjukkan beberapa negara dengan perkembangan baik memiliki potensi masa depan yang baik, dan negara dengan perkembangan parsial beberapa memiliki masa depan yang baik, kecuali Polandia. Seperti beberapa negara tersebut saat ini di Indonesia akses pembiayaan kepada petani juga sulit untuk dilakukan. Hal itu karena posisi tawar yang rendah terhadap petani dan umumnya jaminan yang dipersyaratkan adalah jaminan dalam bentuk fixed asset atau agunan fisik dengan sistem administrasi yang lebih kompleks. Model bisnis Sistem Resi Gudang mampu memfasilitasi pemberian kredit dengan barang (komoditas hasil pertanian) yang dapat disimpan dalam gudang. Pengelolaan Sistem Resi Gudang diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang berada di bawah Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Sistem Resi Gudang dibuat dengan misi utama untuk meningkatkan kualitas komoditi, dan yang terpenting meningkatkan penghasilan
3
dan kesejahteraan petani. Komoditas yang dapat disimpan adalah Gabah, Beras, Jagung, Kopi, Kakao, Lada, Karet, Rumput Laut, Rotan, dan Garam. Komoditi
Tabel 1.2 Transaksi Sistem Resi Gudang Menurut Komoditi 2014 Jumlah Resi Volume (ton) Nilai (Rp) Pembiayaan (Rp)
Gabah
563
18.653,35
102.482.284.200
67.405.714.000
Beras
28
797,75
6.276.600.000
3.812.888.000
Jagung
13
2.193,07
7.551.507.000
4.576.500.000
Kopi
1
5,10
204.000.000
-
Rumput Laut
-
-
-
-
605
21.649,265
116.514.391.200
75.795.102.000
Total
Sumber: Bappebti, diolah 2015
Tabel 1.2 menunjukkan transaksi tertinggi menurut komoditi di Sistem Resi Gudang dengan nilai tertinggi adalah gabah dan urutan kedua adalah beras yakni dengan nilai masing-masing 18.653,35 ton dan 797,75 ton. Sebenarnya tidak semua komoditas dapat disimpan dalam Sistem Resi Gudang. Persyaratan komoditas yang dapat disimpan di Sistem Resi Gudang adalah hasil pertanian memiliki daya simpan paling sedikit tiga bulan, kemudian jumlah minimum komoditi yang dapat disimpan dalam Gudang Sistem Resi Gudang tergantung dari jenis komoditas yang disimpan, namun sebagai contoh untuk jagung, bila dilihat dari kapasitas mesin pengering yang umum digunakan di lapangan, maka jumlah minimum yang wajar untuk disimpan di gudang adalah dua puluh ton untuk setiap resi gudang yang diterbitkan. Satu resi gudang dapat diterbitkan untuk satu kelompok tani (Bappebti, 2014). Hasil penelitian Febrian (2011), manfaat pertama untuk petani dengan resi gudang bisa mendapatkan pinjaman untuk usahataninya dengan bunga yang rendah. Manfaat ekonomi kedua bagi petani yang memanfaatkan Sistem Resi
4
Gudang adalah harga jual yang lebih baik dibandingkan petani yang tidak memanfaatkan sistem resi gudang. Anshari (2011), menyatakan manfaat Sistem Resi Gudang adalah ikut menjaga kestabilan dan keterkendalian harga komoditas. Sistem Resi Gudang memberikan jaminan modal produksi karena pembiayaan dari lembaga keuangan. Manfaat resi gudang yang begitu besar bagi petani dan pengguna gudang resi gudang, namun masih memiliki beberapa hambatan. Hasil penelitian Masnasiltie (2014), menyatakan hambatan yang terjadi dilapangan dapat dikatakan merupakan hambatan yang menyebabkan pembiayaan yang disalurkan oleh bank akhirnya tidak maksimal, dikarenakan di beberapa daerah Sistem Resi Gudang ini akhirnya memang belum dimanfaatkan oleh petani, hal tersebut dilatarbelakangi dengan berbagai hal seperti kendala fasilitas pendukungnya atau pemahaman dari para petani itu sendiri. Setiap perusahaan yang bergerak di dalam bidang bisnis memiliki tujuan untuk mendapat keuntungan dan dapat bersaing dari perusahaan lain. Beberapa perusahaan memiliki kunci sukses, sehingga perusahaan satu dengan yang lainnya memiliki key success factor. Key Success Factor (Thompson, 2014) adalah faktor faktor kompetitif pada setiap perusahaan untuk dapat bertahan di pasar, dengan strategi-strateginya, atribut produknya, pendekatan operasional, sumber daya dan kemampuannya dalam kompetitif baik yang berbeda dengan perusahaan lain. Namun, disisi lain masih terdapat gudang yang dapat dipercontohkan sebagai gudang sukses. Hal ini seperti yang dilansir oleh data Bappebti (2014), bahwa beberapa gudang Sistem Resi Gudang yang berhasil terdapat di empat
5
daerah Sistem Resi Gudang yakni di sentra produksi seperti Cianjur (Jawa Barat), Banyumas (Jawa Tengah), Barito Kuala (Kalimantan Selatan) untuk komoditi gabah dan Goa, (Sulawesi Selatan) untuk komoditi Jagung. Pada tahun 2012 Sistem Resi Gudang di Cianjur menerima penghargaan terbaik se-Indonesia dari Kementerian Perdagangan RI sebagai Sistem Resi Gudang terbaik dalam hal implementasi pengelolaan dengan simpanan sebesar 1000 ton dalam jangka setahun (Radarsukabumi, 2012). Sukses gudang Sistem Resi Gudang Cianjur terlihat penuhnya gudang, pengelolaan yang kontinyu. Kondisi kesuksesan gudang Sistem Resi Gudang di daerah percontohan menjadi serangkaian hal yang perlu dilihat oleh gudanggudang lain yang mengalami kekosongan. Dengan demikian, diharapkan nantinya gudang disetiap daerah dapat mengambil contoh operasional pengelolaan dengan baik sehingga kedepannya dapat bertahan.
1.2 Rumusan Masalah Manfaat yang begitu besar Sistem Resi Gudang terhadap stok nasional, diantaranya ikut menjaga kestabilan, keterkendalian harga komoditas, dan peningkatan kualitas komoditas. Namun, adanya kesenjangan bahwa Sistem Resi Gudang masih belum dapat dimanfaatkan, terbukti masih kosongnya gudang Sistem Resi dibeberapa daerah di Indonesia, salah satunya Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Disisi lain terdapat daerah dengan gudang Sistem Resi Gudang yang sukses, dengan demikian diperlukan penggalian faktor-faktor ketidaktertarikan pengguna Sistem Resi Gudang Bantul dan kesuksesan dari Gudang Cianjur, Jawa Barat.
6
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apa sajakah faktor-faktor kesuksesan pada gudang Sistem Resi Gudang di Cianjur, Jawa Barat? 2. Apa sajakah penyebab ketidaktertarikan pengguna pada Sistem Resi Gudang di Bantul, Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi faktor-faktor kesuksesan pada Sistem Resi Gudang Cianjur. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor ketidaktertarikan pengguna pada gudang Sistem Resi Gudang Bantul.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: Memberikan informasi yang dapat meningkatkan dan memperluas pandangan ilmiah mengenai ilmu manajemen operasional terutama dalam bidang logistik Sistem Resi Gudang. 2. Manfaat Praktisi: memberikan gambaran dan sebagai masukan bagi Dinas Perdagangan dan Dinas Pertanian di daerah guna meningkatkan kinerja Sistem Resi Gudang di masing-masing daerah.
1.6 Lingkup Penelitian Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor kesuksesan Sistem Resi Gudang di daerah dengan Gudang Sistem Resi Gudang yang berhasil dengan
7
melihat key success factor pengelolaan Gudang tersebut dan daerah dengan Gudang Sistem Resi Gudang yang kosong.
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian tesis ini akan dijabarkan ke dalam beberapa bab pembahasan, sebagai berikut : 1. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang dari masalah topik penelitian dan penelitian terdahulu mengenai Sistem Resi Gudang yang diangkat dan segala aspek permasalahan yang terkait. 2. BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang konsep mengenai operasional manajemen yang dirumuskan oleh peneliti. Kajian mengenai Sistem Resi Gudang faktor–faktor kesuksesannya juga akan dipaparkan pada bab ini. 3. BAB 3 METODA PENELITIAN Bab ini disajikan dengan memberikan pemahaman awal tentang rangkaian proses yang akan dilakukan peneliti untuk mendapatkan data dengan metode kualitatif. 4. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif di bab ini. Hal ini dilakukan untuk menjabarkan hasil penelitian dengan metode kualitatif. 5. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
8
Pada bagian ini, peneliti menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh, kendala dan implikasi sekaligus saran atau rekomendasi yang diajukan.
9