BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DRAMA

Download Shin Won-Ho ini mengisahkan tentang kehidupan tujuh muda-mudi Korea ... bagian dari sejarah pahit bagi negara yang sebagian besar wilayahny...

0 downloads 531 Views 489KB Size
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Drama merupakan salah satu wujud karya sastra, sedangkan sastra sendiri adalah refleksi sosial (Swingewood, 1972a:43). Drama dipilih sebagai objek penelitian sebab drama dinilai dapat menyajikan gambaran visual yang cukup representatif dari realita yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Wood dan Attfield (1996 dalam (Sariana, 2010:60)), drama adalah proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh, meniru gerak pembicaraan perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan, penggunaan pengalaman serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu lakuan, dialog, monolog, guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian cerita-cerita tertentu. Melalui latar, dialog, mimik, dan gesture yang ada dalam drama, maka objek penelitian lebih mudah untuk dianalisa. Berlatar dari tahun 1994 hingga 2013, drama Reply 1994 diceritakan dengan alur maju-mundur yang unik dan penuh teka-teki. Drama yang terdiri atas 21 episode ini ditulis oleh Lee Woo-Jung dan mendapat nominasi di 50th Baeksang Arts Awards 2014 dalam beberapa kategori di antaranya kategori best drama, best director, best writing, dan best song. Drama yang merupakan sekuel dari Reply 1997 (

1

1997) ini pun berhasil

2

memikat hati pemirsanya di Korea Selatan akhir tahun 2013 lalu dan mendapat sambutan hangat di Indonesia pada pertengahan tahun 2014. Dalam durasi sekitar 60 menit setiap episodenya, drama

ini

menyuguhkan keunikan budaya lokal Korea Selatan melalui dialog-dialognya yang kental akan dialek atau dalam bahasa Korea disebut saturi (

) dan

konflik antartokoh yang berasal dari daerah yang berbeda. Drama karya sutradara Shin Won-Ho ini mengisahkan tentang kehidupan tujuh muda-mudi Korea berusia sekitar 20 tahun-an dari berbagai daerah di Korea Selatan yang dipertemukan ketika mereka tinggal satu rumah indekost di kota Seoul. Berasal dari kampung halaman yang berbeda-beda mereka melanjutkan kuliah di Seoul dan bersamasama menghadapi dinamika masa muda mulai dari persahabatan, pertengkaran, karier, percintaan, hingga pernikahan. Konflik sentimen regional pun banyak ditemukan dalam drama ini. Berbeda dengan Reply 1994 ( (

1994), serial drama Reply 1997

1997) menceritakan tentang kehidupan remaja perempuan yang

memiliki idola K-Pop pujaan beserta kisah cintanya dengan teman masa kecilnya. Cerita dalam Reply 1997 (

1997) lebih fokus mengangkat tema hallyu

yang memang membawa pengaruh besar dalam hidup remaja Korea Selatan bahkan sampai ia telah beranjak dewasa, sehingga konflik cerita ini tidak sama dengan Reply 1994 (

1994). Namun, kedua drama ini masih memiliki

benang merah yang mengaitkan cerita, yaitu menceritakan tentang masa-masa muda di tahun 90-an. Masa-masa yang penuh kenangan hangat dan tulus yang dirindukan, serta tidak mudah dilupakan. Shin Won-Ho, sang sutradara, ingin

3

mengetuk ingatan penonton generasi 90-an dan mengharapkan respon (jawaban) bila mereka mengingatnya. Sebab itulah, judul kedua drama tersebut adalah Reply 1994

dan Reply 1997 Adanya fenomena sentimen regional (

drama Reply 1994

) yang ditemukan dalam

dianggap sebagai hal yang menarik untuk

diteliti. Sentimen regional merupakan salah satu permasalahan sosial dari sekian banyak permasalahan yang dapat ditemukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sentimen regional secara umum merujuk pada pandangan terhadap sesuatu yang di dalamnya melibatkan emosi dan dipengaruhi oleh sifat kedaerahan. Sentimen regional juga dapat diartikan sebagai kecemburuan sosial yang melibatkan kedaerahan. Fenomena ini terjadi di banyak negara dan hal ini dapat terjadi ketika masyarakat satu bersosialisasi dengan masyarakat lain dengan latar belakang daerah yang berbeda dalam pergaulan sosial. Sentimen regional pun terjadi di Korea Selatan, meski negara ini termasuk sebagai negara homo-etnis. Sentimen regional di Korea Selatan terbilang memiliki karakter yang unik dibandingkan sentimen regional di negara-negara lain karena kemunculannya didukung oleh para elit politik masa itu. Sementara itu, Seoul yang merupakan ibukota negara komunal ini adalah tempat bertemunya semua lapisan masyarakat dari berbagai daerah. Banyaknya warga daerah yang melanjutkan pendidikan dan berkarier di kota ini membuat berbagai latar belakang, karakter, budaya daerah, dialek, dan sebagainya berkumpul di kota ini. Seoul sebagai kota metropolitan juga mendapat banyak

4

pengaruh global yang menjadikannya kota yang paling maju dan modern di Korea Selatan. Berbagai aspek tersebut menghasilkan keberagaman dan membawa dampak positif dalam segi kekayaan budaya bagi masing-masing wilayah. Di sisi lain, ternyata hal ini dapat memberikan implikasi yang salah satunya berupa sentimen regional. Adanya sentimen regional ini membawa pengaruh dalam masyarakat komunal dan terjadilah gap atau kesenjangan dalam kehidupan sosial mereka, bahkan memicu adanya diskriminasi. Walaupun sentimen regional merupakan bagian dari sejarah pahit bagi negara yang sebagian besar wilayahnya berupa daratan ini, ternyata sentimen regional pun masih dapat ditemukan wujudnya dalam kehidupan sehari-hari pada generasi muda. Melalui komunikasi yang terjadi antarmasyarakat yang terwujud dalam perbincangan ringan, dialog, debat, gurauan, sindiran, cibiran, cemooh, dan sebagainya dapat menimbulkan sentimen regional. Hal ini didukung oleh beberapa aspek di antaranya dialek, gesture, cara pandang, orientasi politik, dan lain-lain yang memiliki sasaran-sasaran yang berpotensi memunculkan sentimen regional. Serial drama Reply 1994 (

1994) dinilai menggambarkan

fenomena ini dengan cara yang berbeda berdasarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Korea Selatan. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, permasalahan sentimen regional dalam serial drama Reply 1994 (

1994)

layak diangkat sebagai objek penelitian. Sementara itu, pada penelitian ini digunakan teori sosiologi sastra yang mempertimbangkan keterlibatan struktur sosial (Ratna, 2009:25).

Ratna (2009:63)

menyatakan sosiologi sastra

5

menunjukkan interelasi nilai-nilai estetis dalam perubahan struktur sosial. Nilainilai estetis dipertimbangkan sebagai akibat interelasi tersebut. Oleh karena itu, teori ini dinilai paling tepat untuk menganalisa konflik dalam drama yang berkaitan dengan sasaran dan wujud sentimen regional.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah; a. Apa saja objek yang menjadi sasaran sentimen regional masyarakat Korea Selatan dalam serial drama Reply 1994 (

)?

b. Bagaimana bentuk-bentuk sentimen regional di kehidupan masyarakat Korea Selatan yang tercermin dalam drama Reply 1994 ?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; a. Menemukan sasaran objek-objek yang memunculkan sentimen regional masyarakat Korea Selatan dalam serial drama Reply 1994(

).

b. Mengemukakan bentuk-bentuk sentimen regional di kehidupan masyarakat Korea Selatan yang tercermin dalam drama Reply 1994

6

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapat dengan adanya penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat pragmatis. Secara teoretis, manfaat penelitian ini adalah; a. Menerapkan teori sosiologi sastra untuk memahami kebudayaan yang terkandung dalam tutur bahasa bangsa Korea. Diharapkan penelitian ini dapat mengungkapkan keterkaitan antara realita yang ada di dalam dan di luar karya sastra tersebut. b. Mengembangkan pengetahuan mengenai studi kajian terhadap karya sastra Korea berupa drama dengan menggunakan kajian sosiologi sastra.

Sementara itu, secara pragmatis manfaat penelitian ini adalah; a. Mengetahui tingkah laku keseharian masyarakat Korea dan cara mereka bertutur dalam kaitannya dengan interaksi sosial antardaerah melalui serial drama Reply 1994 (

1994).

b. Memahami perbedaan asumsi dan pemikiran masyarakat antardaerah di Korea Selatan, serta cara mereka memperlakukan satu sama lain melalui serial drama Reply 1994 (

1994).

c. Mengetahui bentuk dan sasaran objek yang dapat memunculkan sentimen regional (

) pada masyarakat Korea Selatan,

7

sehingga warga asing dapat mengantisipasi terjadinya konflik saat berkomunikasi dengan orang Korea. d. Meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap karya sastra Korea.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada sasaran objek-objek sentimen regional horisontal dan vertikal. Lalu, disertai dengan bentuk-bentuk sentimen regional di kehidupan masyarakat Korea Selatan yang muncul dalam drama Reply 1994 (

1994). Pembatasan ruang lingkup ini dirasa perlu untuk

menghindari pembahasan bidang kajian atau penelitian yang terlalu luas yang menjadikan penelitian ini tidak spesifik dan mendalam.

1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan obyek serial drama Korea (

Reply 1994

1994) dengan analisis sosiologi sastra belum pernah diteliti terutama

yang memfokuskan penelitiannya pada sentimen regional. Meskipun demikian, sebelumnya penelitian dengan teori analisis sosiologi-sastra telah banyak dilakukan di antaranya, yaitu oleh Nurrochmah Septin Kusuma Wardhani (2014) dengan objek kajian serial drama sekuel dengan alur cerita dan seri yang berbeda yakni serial drama Reply 1997 (

1997). Pada skripsi yang berjudul

Hallyu pada Kehidupan Masyarakat Korea dalam Drama Reply 1997 (

1997)

8

tersebut memaparkan bahwa hallyu memengaruhi kehidupan masyarakat Korea secara luas, baik masyarakat Korea yang berinteraksi langsung dengan industri budaya pop, maupun orang-orang di luarnya. Pada penelitian ini juga diungkapkan mengenai fenomena-fenomena yang merepresentasikan pengaruh hallyu, yaitu munculnya para penggemar fanatik, lahirnya klub-klub penggemar, adanya eksplorasi dalam industri budaya pop Korea, eksploitasi dengan tujuan mencari

keuntungan

semaksimal

mungkin,

dan

perlakuan

diskriminatif

antarpelaku industri budaya pop Korea. Diperlukan beberapa referensi berupa penelitian sastra sejenis lainnya untuk mengkaji serial drama Korea berjudul Reply 1994 (

1994) ini.

Ada pun penelitian-penelitian lain yang terkait dengan topik yang akan dibahas dan dapat dijadikan sebagai acuan juga pembanding, yaitu penelitian lain ditulis

Barat pada Generasi Muda Korea: Kajian Sosiologi Sastra Terhadap Puisi Gonggi Gaunde Deullyeo Ollyeojin Namja ( (

)

) dan Hasuk

Pada penelitian ini dikemukakan bahwa faktor yang

melatarbelakangi fenomena kecanduan budaya barat pada generasi muda Korea Selatan tahun 80-an adalah dampak dari kebijakan pemerintahan Presiden Park Chung-Hee yang pro-Amerika dan anti-komunis serta kebijakan sosial ekonomi Presiden Chun Do-Hwan yang meliberalisasikan pasar dan memperbolehkan 3S (Screen, Sport, Sex) di Korea Selatan pada masa itu.

Modernisme di Korea: Kajian Sosiologi-Sastra dalam Film The Way Home yang

9

ditulis oleh Nyoman Mirah Trinipastika (2013). Pada penelitian ini dipaparkan mengenai pola-pola interaksi yang terjadi antara masyarakat kota dan desa yang kemudian mengakibatkan konflik karena adanya kesalahpahaman dalam menginterpretasikan sesuatu. Fenomena modernisasi terungkap melalui makanan, mainan anak-anak, bahasa yang digunakan kedua tokoh dalam berinteraksi hingga pola pikir yang bertolak belakang.

Korea Selatan tahun 1987-1998: Sentimen Kedaerahan dalam Jalan Menuju Konso

yang ditulis oleh Widyonugrahanto

(1999). Pada tesis ini dikemukakan bahwa sentimen kedaerahan sebetulnya berakar sejak rezim otoritarianisme berhasil melakukan industrialisasi di Korea Selatan, akan tetapi di sisi lain tidak berhasil melakukan pemerataan pembangunan, sehingga timbul daerah yang terkucilkan dalam kemajuan pembangunan. Sentimen kedaerahan tersebut menyebabkan munculnya politik kedaerahan, yakni suatu sistem politik yang berdasarkan daerah-daerah di negara tersebut. Pada penelitian ini diketahui bahwa politik kedaerahan tersebut terjadi karena munculnya sentimen kedaerahan di tiga daerah yaitu Gyeongsang, Jeolla, dan Chungchong yang kemudian menghalangi tercapainya konsolidasi demokrasi di Korea Selatan. Serial Drama Korea berjudul Reply 1994 (

1994) yang

mengisahkan dinamika kehidupan remaja usia 20 tahun-an dengan latar tahun 1994 hingga 2013 ini sangat populer di masyarakat Korea Selatan dan kalangan penggemar drama Korea di Indonesia. Meskipun serial drama Reply 1994

10

(

1994) dan Reply 1997 (

1997) memiliki benang merah cerita,

tapi keduanya memiliki alur yang berbeda dan keduanya mengangkat masalah yang berbeda pula. Peneliti pun melakukan analisis dengan menggunakan teori sosiologi sastra dan sentimen serta regionalisme untuk mengupas permasalahan dalam objek penelitian, sehingga akan ditemukan hasil penelitian yang baru dan berbeda.

1.7 Landasan Teori 1.7.1 Sosiologi Sastra Sosiologi berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata Yunani yakni sosio (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Namun, dalam perkembangannya terjadi perubahan makna yakni socio/ socius berarti masyarakat dan logi/logos berarti ilmu, sehingga sosiologi memiliki makna ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sementara itu, sastra berasal dari akar kata sas (Sansekerta) yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Namun, makna sastra menjadi lebih spesifik setelah menjadi kata jadian yaitu kesusastraan, artinya kumpulan karya yang baik (Ratna, 2009:1).

11

Sosiologi dan sastra merupakan dua ilmu yang sebenarnya memiliki objek yang sama yaitu manusia dalam masyarakat. Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangatlah berbeda bahkan bertentangan. Menurut Ratna (2009:2), sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini (das sein), bukan apa yang seharusnya terjadi (das sollen). Sebaliknya, karya sastra jelas bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif. Objek sosiologi dan sastra secara institusional adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-gejala alam. Teori-teori sosial sastra sesungguhnya telah ada sejak zaman Plato/Aristoteles (abad ke-5/4 SM) yang merupakan filsuf Yunani. Dalam buku yang berjudul Ion dan

Republik

digambarkan

mekanisme

antarhubungan

sastra

dengan

masyarakatnya. Sastra dalam pembicaraan ini hanya meliputi puisi, sesuai dengan kondisi zamannya semua bentuk sastra ditulis dalam bentuk genre tersebut. Sementara menurut Plato, karya seni semata-mata merupakan tiruan (mimesis) yang ada dalam dunia ide. Jadi, karya seni merupakan tiruan dari tiruan, secara hierarkis seni berada di bawah kenyataan. Dalam menuliskan kenyataan, selain melalui refleksi sebagai cermin, juga dengan cara refraksi sebagai jalan belok. Seniman tidak semata-mata melukiskan keadaan yang sesungguhnya, tetapi mengubahnya sedemikian rupa sesuai kualitas kreativitasnya (Ratna, 2009:4). Sosiologi sastra secara harfiah harus ditopang oleh dua teori yang berbeda, yaitu teori sosiologi dan teori sastra. Dalam sosiologi sastra yang mendominasi jelas teori-teori yang berkaitan dengan sastra, sedangkan teori-teori yang berkaitan dengan sosiologi berfungsi sebagai komplementer. Terdapat tiga

12

pembagian mengenai sosiologi dan sastra oleh Alan Swingewood (1972a). Pertama, melihat karya sastra sebagai dokumen sosiobudaya yang mencerminkan suatu zaman. Kedua, pendekatan dari R. Escarpit (1967) yang melihat segi penghasilan karya sastra, terutama kedudukan sosial seorang penulis. Ketiga, pendekatan yang dihubungkan dengan Leo Lowenthal (1964), yang melihat penerimaan suatu masyarakat terhadap suatu karya atau karya dari seorang penulis tertentu (Junus, 1986:1). Karya dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur sosiobudaya karena setiap unsur di dalamnya dianggap mewakili secara langsung sebuah unsur sosiobudaya. Sementara itu, yang berhubungan dengan (unsur) sosiobudaya bukanlah setiap unsurnya, melainkan keseluruhannya sebagai suatu keasatuan. Karya sastra dilihat sebagai dokumen sosiobudaya mencatat kenyaataan sosiobudaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu. Karya sastra tidak dilihat sebagai suatu keseluruhan. Pendekatan ini hanya tertarik kepada unsur-unsur sosiobudaya di dalamnya yang dilihat sebagai unsur-unsur yang lepas (dari kesatuan karya). Ia hanya mendasarkan pada cerita tanpa mempersoalkan struktur karya. Dengan begitu, terjadi keadaan-keadaan sebagai berikut: a. Suatu unsur dalam karya sastra diambil terlepas dari hubungannya dengan unsur lain. Unsur ini secara langsung dihubungkan dengan suatu unsur sosiobudaya karena karya itu hanya memindahkan unsur itu ke dalam dirinya. b. Pendekatan ini boleh mengambil image perempuan, lelaki, orang asing, tradisi, dunia modern, dan lain-lain

13

dalam satu karya atau dalam beberapa karya yang mungkin dilihat dari perspektif perkembangan. Bila terdapat dua unsur di dalamnya dilihat dalam suatu hubungan, maka pembicaraan tak lagi tentang citra c. Pendekatan ini bisa juga mengambil motif atau tema, yang keduanya berbeda secara gradual. Tema lebih abstrak, sedangkan motif lebih konkrit sehingga motif dapat dikonkritkan dengan pelaku, penerima perbuatan dan perbuatan (S. Thompson (dalam Junus, 1986:4)). Pendekatan ini melihat hubungan langsung (one-to-one correspondence) antara unsur dalam satu karya dengan unsur dalam masyarakat yang digambarkan dalam karya itu, suatu pendekatan positivistik menurut pembagian Swingewood. Dengan mengambil satu dari lima unsur dan tema

unsur budaya, peristiwa, citra, motif,

dari sebuah karya, seseorang akan dapat membuat hubungannya

dengan kenyataan sosiobudaya yang sesuai dengan tujuan penelitiannya. Swingewood melihat dua corak penelitian sosiologi menggunakan data sastra. Pertama, sosiologi sastra (sociology of literature). Pembahasan dimulakan dengan lingkungan sosial untuk masuk kepada hubungan sastra dengan faktor luaran seperti yang terbayang dalam karya sastra. Penelitian ini melihat faktor

masyarakat tertentu). Kedua, sosiologi sastra (literary sociology) yang menghubungkan struktur karya kepada genre dan masyarakat (Junus, 1986:2). Oleh karena itu, berdasarkan pada corak sosiologi sastra (sociology of literature) sosiobudaya memiliki pengaruh terhadap penciptaan karya sastra.

14

Setiap zaman memiliki masanya dan mengenal pertentangan kelas serta hasil sastra menyuarakan suara kelas tertentu (Swingewood, 1972a:41; Eagleton,5), sehingga ia merupakan alat perjuangan kelas. Pengaruhnya jauh lebih luas dari sekadar menyebut pertentangan kelas. Sastra adalah refleksi sosial (Swingewood, 1972a:43) dan kesan pertentangan kelas ini akan ditemui juga dalam karya sastra, sehingga tokoh-tokoh di dalamnya merupakan tokoh yang representatif (representative figure) yang mewakili kelas sosial tertentu (Swingewood, 1972a: 48-49). Goldmann (dalam Junus, 1986:25) juga beranggapan bahwa seseorang (individu) tidak mungkin mempunyai pandangan dunianya (worldview) sendiri. Dia menyuarakan pandangan dunia suatu kelompok sosial (transindivisual subject). Sastra pun berkembang melalui pembaharuan. Setiap perkembangan dan pembaharuan itu dapat dihubungkan dengan latar belakang sosiobudaya.

Sentimen Regional Sentimen regional termasuk bagian dalam dokumen sosiobudaya yang mencerminkan suatu zaman. Sentimen regional secara umum memiliki makna pemikiran atau pandangan terhadap sesuatu yang di dalamnya melibatkan emosi dan dipengaruhi oleh sifat kedaerahan. Sentimen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pendapat atau pandangan yang didasarkan pada perasaan yang berlebih-lebihan terhadap sesuatu (bertentangan dengan pertimbangan pikiran). Makna lainnya adalah emosi yang berlebihan atau iri hati, tidak senang, dendam. Dapat diartikan pula sebagai reaksi yang tidak menguntungkan.

15

Sentimen, meskipun istilah ini secara etimologis berasal dari kata bahasa Inggris sense, tetapi ia cenderung digunakan jauh lebih luas, yakni sebuah pemikiran kompleks berdasarkan perasaaan seseorang terhadap orang lain, situasi, ide, dsb. Sebuah sentimen lebih umum dan kompleks daripada sikap dan perasaan. Selain itu, perilaku sentimen lebih dari sekedar kondisi afektif yang didasarkan pada perasaan dan terjadi secara spontan, tetapi juga melibatkan tindakan. Contohnya, seseorang dengan sentimen nasionalistik yang kuat akan cenderung membela nama negerinya kapan pun jika terjadi penghinaan dari luar. Dari sudut pandang ilmu psikologi, sentimen juga merupakan istilah R.B. Cattell 1 untuk struktur watak dinamis yang dipelajari, berfokus kepada dan menjembatani atensi dan reaksi bagi kelas-kelas objek dengan cara-cara yang khas. Sementara itu, regionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu pengetahuan tentang daerah (kedaerahan). Sedangkan, regional memiliki makna bersifat daerah, kedaerahan. Dalam studi ilmu hubungan internasional, regionalisme merupakan seperangkat sikap, kesetiaan, dan ide-ide yang menyatukan pikiran individu dan kolektif dari masyarakat atas apa yang mereka persepsikan sebagai wilayahnya 2 . Regionalisme juga bermakna wujud kesetiaan yang mengarah pada kecenderungan minat terhadap wilayah tertentu. Menurut sudut pandang antropologi, regionalisme atau kesadaran wilayah merupakan korelasi ideologis dari konsep yang berkembang dari rasa

1

R.B. Cattell atau Raymond Bernard Cattell, PhD, DSc adalah seorang psikolog berdarah Inggris Amerika yang lahir pada 20 Maret 1905 di Hilltop, Inggris. Dia dikenal melalui penelitiannya tentang psikometrik hingga struktur psikologis interpersonal serta eksplorasinya dalam berbagai bidang psikologi empiris. 2 https://kopiitudashat.wordpress.com/2009/06/12/kajian-berbagai-teori-dalam-studi-tentangregionalisme/

16

identitas diri yang menyatu dengan wilayah tertentu 3 . Sementara menurut kacamata ilmu sosiologi, regionalisme memiliki kesamaan sifat dengan etnosentrisme yang merupakan pengaruh adanya diferensiasi sosial. Soekanto (1990) menjelaskan bahwa etnosentrisme berwujud sikap yang menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sentimen regional merupakan sebuah pikiran yang didorong oleh gairah atau perasaan atau keadaan pikiran dalam pandangan beberapa subjek; perasaan merendahkan atau meninggikan beberapa orang atau hal menyangkut asumsi yang mendorong tindakan atau ekspresi yang didasarkan atas wilayah atau region tertentu. Di Korea Selatan sentimen regional disebut jiyeok gamjeong (

).

Jiyeok gamjeong di Korea Selatan lebih menegaskan tentang diskriminasi terhadap daerah tertentu atas kepentingan politik, sehingga dilihat sebagai konotasi negatif. Berbeda dengan diskriminasi ras pada masyarakat multietnik. Kim Wang-Bae (2003:5) dalam jurnal ilmiahnya berjudul Origin and Substance with Compet

menerangkan bahwa

gerakan regionalisme di Korea Selatan didukung oleh faktor yang terbagi menjadi dua, yakni kesadaran sukarela ingin membuat masyarakat daerahnya menjadi lebih baik dan kesadaran kritis yang menolak adanya ketidakmerataan pengembangan daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat di Seoul. Regionalisme dapat diartikan sebagai sebuah pemikiran kolektif (ideologi) masyarakat yang ingin meningkatkan kehidupan daerahnya dan

3

http://www.britannica.com/topic/regionalism-anthropology

17

mencapai sebuah identitas wilayah yang mandiri. Kim Wang-Bae (2003:9) mengklasifikasikan regionalisme di Korea Selatan menjadi dua tipe, yakni regionalisme vertikal antara Seoul (sebagai ibukota negara) dengan daerah lain (jibang) dan regionalisme horisontal yang terjadi antara Gyeongsang-do (Yeongnam) dengan Jeolla-do (Honam). Kemunculan regionalisme merupakan reaksi politis terhadap pembedaan terhadap wilayah yang diintervensi oleh pemerintah pusat di Seoul.

1.8 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2011:910). Pada umumnya dalam penelitian sastra dipergunakan teknik (metode) penelitian kualitatif. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, seperti yang digunakan dalam penelitian ini, menitikberatkan pada segi alamiah dan berdasarkan pada karakter yang terdapat dalam data. Penelitian kualitatif sering

angka-angka (Moleong, dalam Jabrohim (ed), 2001: 25). Djojosuroto dan Sumaryati (2010: 10-11) menyebut penelitian kualitatif sebagai penelitian yang mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris. Jenis penelitian ini dinilai mampu menjawab semua masalah humaniora, termasuk bahasa dan sastra.

18

1.8.1 Metode Pengumpulan Data Tahapan awal dalam pengumpulan data penelitian ini dimulai dengan menonton secara keseluruhan dari target yang telah ditentukan secara acak sebagai objek material penelitian, yakni film dan drama Korea. Cakupan populasi yang memungkinkan penelitian ini dipersempit menjadi film dan drama Korea yang mengandung saturi (

) dalam dialognya. Lalu, didapatlah beberapa

film dan drama yang cukup kental dengan dialek atau saturi di antaranya Sseoni , Dancing Queen

, Haeundae

, Gukje Sijang

Reply 1997 (

Chingu

Baram dan Reply 1994

. Kemudian, menemukan

dengan

keunikan

menetapkan

yang

dapat

didapatkanlah serial drama Reply 1994 (

beberapa

diangkat

kriteria

dalam

permasalahannya,

rangka akhirnya

1994) sebagai objek material

dalam penelitian ini yang dinilai memiliki intensitas konflik sentimen regional cukup. Pemilihan objek ini sebagai data didapatkan dengan mempertimbangkan kemahsyuran cerita, intensitas konflik regional sepanjang drama, keberagaman jenis dialek atau saturi yang dipergunakan dalam dialog, serta konflik berupa sentimen regional yang tidak hanya menampilkan tipe horisontal saja tetapi juga tipe vertikal. Secara umum, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan (library research). Diawali dengan mencari drama Reply 1994 (

1994) serta teks dialog terjemahan berbahasa Korea atau Korean

19

subtittle (

) di sebuah situ menonton gratis (streaming) terkemuka

YouTube guna mengumpulkan data 4 . Wujud data utama dalam penelitian ini berupa dialog dan scene (potongan adegan) dalam serial drama Reply 1994 (

) yang dianggap mengandung unsur sentimen regional, sehingga

peneliti pun menggunakan beberapa perangkat lunak (software) yakni KMPlayer dan Hansoft Hangul guna mempermudah analisis dialek atau saturi pada tahap selanjutnya. Kemudian, peneliti juga mengumpulkan data-data pendukung penelitian berupa bahan-bahan kepustakaan yang memiliki relevansi dan bersifat menunjang penelitian seperti buku-buku yang berkaitan dengan metode penelitian, teori-teori sosiologi sastra, jurnal hasil penelitian mengenai regionalisme di Korea Selatan 5, skripsi atau tesis yang memiliki topik maupun pendekatan yang terkait, artikelartikel pemberitaan mengenai serial drama Reply 1994 (

1994) di

majalah maupun yang bersumber dari internet yang dianggap membantu dalam penyediaan informasi terkait objek penelitian. Pengumpulan data ini bertujuan untuk memudahkan langkah penelitian selanjutnya.

1.8.2. Metode Analisis Data Data-data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan teknik analisis sosiologi sastra. Secara umum, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap untuk memudahkan proses penelitian, mulai dari pengumpulan data, analisis data,

4 5

http//:www.naver.com/kisabi http//:www.riss.kr/search

20

hingga penyajian data dalam bentuk laporan penelitian. Tahapan analisis penelitian tersebut adalah sebagai berikut; a. Setelah dilakukan pemilihan dan penentuan objek material sebagai bagian dari proses pengumpulan data, langkah yang dilakukan selanjutnya

ialah

merumuskan

masalah

penelitian,

kemudian

melakukan studi kepustakaan terstruktur. Studi kepustakaan dilakukan guna mendapat pengetahuan dan pemahaman mendalam untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan demi mempermudah analisis data selanjutnya. b. Mengidentifikasi data dengan cara memisahkan potongan-potongan dialog dan adegan/ scene yang menunjukkan adanya unsur-unsur sentimen regional dengan dialog-dialog yang tidak terkait. c. Data-data yang telah diperoleh dikelompokkan ke dalam kategori berdasarkan pembagian jenis sentimen regional menurut Kim Wang Bae (2009:9), yaitu vertikal dan horisontal. Pembagian ini didasarkan pada lokasi administratif terjadinya sentimen regional di Korea Selatan. d. Data yang telah terbagi dalam kategori sentimen regional vertikal dan sentimen regional horisontal, lalu diklasifikasikan lagi berdasarkan bentuknya, yaitu fisik (berwujud) dan non-fisik (tak berwujud). Fisik mencakup hal-hal yang dapat dilihat dan diraba wujudnya oleh panca indera. Sedangkan non-fisik mencakup hal-hal yang tidak dapat dilihat dan diraba oleh panca indera, tetapi dapat dirasakan keberadaannya.

21

e. Diperoleh klasifikasi yang mempertimbangkan sasaran sentimen regional vertikal sebagai berikut; 1)

Sentimen regional vertikal

fisik

Sentimen terhadap penampilan fisik, wilayah administrasi, produk makanan, sarana publik, kondisi lingkungan, dan pekerjaan. 2)

Sentimen regional vertikal non-fisik Sentimen terhadap dialek, tingkah laku, kultur, karakter, pengetahuan.

f. Diperoleh pula klasifikasi yang mempertimbangkan sasaran sentimen regional horisontal sebagai berikut; 1)

Sentimen regional horisontal berwujud Sentimen terhadap daerah asal, fasilitas umum, makanan khas, keadaan lingkungan, dan tokoh terkenal.

2)

Sentimen regional horisontal tak berwujud Sentimen terhadap preferensi politik dan logat.

g. Lalu, tahapan selanjutnya yakni penerjemahan dimulai dari pencarian arti tiap kosakata melalui kamus cetak, kamus elektronik maupun kamus online6. Penerjemahan keseluruhan dialog serial drama Reply 1994 (

1994) yang telah diklasifikasikan dilakukan dengan

teknik foreignizing translation (penerjemahan berorientasi pada bahasa sumber), strategi pungutan (borrowing), dan strategi transposisi guna 6

dic.naver.com alldic.daum.net

22

meminimalisasi kemungkinan adanya perubahan makna (pesan) tersembunyi dalam teks. Setelah penerjemahan dalam tataran arti selesai dilakukan, pembacaan kembali terhadap teks dialog yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dilakukan secara berulang (pembacaan retroaktif) sampai diperoleh teks terjemahan akhir. h. Mendeskripsikan bentuk-bentuk implementasi (wujud) sentimen regional yang ditemukan pada drama Reply 1994 (

1994)

berdasarkan sasaran-sasaran yang telah diklasifikasikan.. i.

Menyusun dan menyajikan data hasil penelitian mengenai bentuk dan sasaran sentimen pada masyarakat Korea Selatan dalam drama Reply 1994

ke dalam laporan ilmiah berupa skripsi.

1.9 Sistematika Penyajian Data Penelitian ini secara keseluruhan terbagi atas empat bab dengan sistematika penyajian data sebagai berikut; Bab I merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian data. Kemudian, Bab II berisi tentang tinjauan umum mengenai sentimen regional dalam masyarakat Korea Selatan. Bab III berisi analisis bentuk-bentuk sentimen regional dan sasarannya yang tercermin dalam Reply 1994

. Lalu, Bab IV merupakan

penutup yang berisi simpulan atas analisis dan interpretasi yang telah dilakukan dalam penelitian dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, serta saran terkait

23

penelitian yang mungkin dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya di kemudian hari. Selain itu, disajikan pula lampiran lampiran pendukung yang berisi ringkasan isi skripsi dalam bahasa Inggris dan bahasa Korea (

).