EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI

Download Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias ... mana pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan bermain dapat meningkat. ... pa...

0 downloads 539 Views 331KB Size
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)

ISSN 0854-2172

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Ropun SD Negeri Negarayu 01, Brebes, Jawa Tengah Abstrak Pelaksanaan pembelajaran lompat jauh pada siswa kurang memuaskan bagi guru penjasorkes, hasil yang didapatkan siswa pada tes evaluasi akhir pembelajaran masih banyak siswa yang nilainya belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengefektifitaskan pembelajaran dengan cara pendekatan bermain atau memvariasikan berbagai macam permainan ke dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti menyimpulkan rumusan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti permainan lompat kanguru sebagai pembelajaran dapat meningkatkan minat dan kemampuan lompat jauh. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data pengamatan di lapangan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan bermain pada materi lompat jauh dengan menggunakan media botol aqua dan pralon sebagai sarana dan prasarana pembelajaran mengalami peningkatan dalam hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari tabel-tabel yang telah disajikan, yaitu pada pratindakan, siswa yang telah mencapai nilai KKM 5 anak (33,3%) dan sisanya 10 anak belum mencapai nilai KKM. Pada siklus I siswa yang telah mencapai nilai KKM 10 anak (66,7%) dan sisanya 5 anak belum mencapai nilai KKM. Pada siklus II seluruh siswa yang berjumlah 15 anak (100%) telah mencapai nilai KKM. Dari pratindakan ke siklus I jika dibandingkan terlihat hasil belajar siswa mengalami kenaikan 5 anak (33,3 %), yaitu dari 5 siswa menjadi 10 siswa dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami kenaikan 5 anak (33,3 %), yaitu dari 10 siswa menjadi 15 siswa. © 2016 Dinamika Kata Kunci: Kemampuan; Lompat Jauh; Minat; Permainan

PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani adalah pengembangan individu secara menyeluruh. Fenomena itulah yang saat ini terjadi di SD Negeri Negarayu 01 yang mana kemampuan peserta didik dalam melakukan gerak dasar lompat sangat kurang.Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya kemampuan gerak dasar di kelas IV SD Negeri Negarayu 01 tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Siswa terlihat kurang memperhatikan saat pelajaran Penjas. (2) Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas. (3) Guru 8

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)

kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam menemukan metode pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa. Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar lompat dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan. Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak adalah dunia bermain.Siswa SD/MI yang masih tergolong anak-anak bentuk aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam bentuk permainan. Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan halhal sebagai berikut: Metode pengajaran bermain adalah : pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.Pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata. Hasil belajar adalah: hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. Berawal dari permasalahan tersebut di atas, penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan bermain dapat meningkat. Dengan pendekatan bermain diharapkan dapat meningkatkan minat dan kemampuan gerak siswa, serta dengan pendekatan bermain dapat menarik dan menumbuhkan motivasi serta menjadikan rasa senang pada semua siswa untuk mengikuti pembelajaran lompat jauh. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan aktivitas lompat jauh pada siswa. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang memberikan perubahan pada orang yang belajar. Perubahan-perubahan itu dapat terjadi dalam bidang keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan lainnya. Menurut Rochman Natawidjaya (1979: 7), bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Hal senada juga diungkapkan oleh Sri Rumini (1993: 60), bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Menurut Hergenhahn (Amung Ma’mun, 2000: 40), belajar yaitu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan tanda-tanda yang disebabkan oleh pengaruh yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan atau pengaruh obat. Menurut Sukintaka (2001: 38), bentuk–bentuk pembelajaran pendidikan jasmani meliputi tiga bagian yaitu (1) tahap pendahuluan , tahap membuka pelajaran atau latihan pemanasan, (2) tahap pelajaran inti atau tahap pengembangan bahan pelajaran, dan, (3) tahap penutup atau tahap latihan penenangan. Menurut Andun Sudijandoko jurnal pendidikan jasmani Indonesia volume 7 (2010: 03), bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta keperibadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan pancasila. Menurut Bucher dalam Soni Nopembri majalah ilmiah olahraga FIK UNY volume 11 (2005: 33), menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian intergal dari proses pendidikan umum, yang bertujuan untuk mengembangkan jasmani, mental, emaosi, dan sosial anak menjadi baik, dengan aktivitas jasmani sebagai wahananya. Pendapat senada dikemukakan oleh Helmy Firmansyah (2009: 04), bahwa EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Ropun

9

pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. Tujuan Pendidikan jasmani merupakan penunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI tahun 2007 adalah sebagai berikut: 1) mengemBrebesn keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih; 2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; 3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; 4) Meletakkan landasar karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan; 5) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis; 6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan; 7) memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan yang merupakan rangkaian urutan gerakan yang dilakukan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya yang merupakan hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan, dengan daya vertikal yang dihasilkan oleh daya ledak. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 90), “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Untuk mencapai jarak lompatan yang jauh, pelompat harus memahami teknik dalam lompat jauh, teknik lompat jauh, yaitu: 1) Awalan Awalan adalah gerakan-gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendpatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan/lompatan, jarak awalan yang bisa dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : untuk putra 40 - 50 m; untuk putri 30 – 45 m. Tetapi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terutama di SD hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak SD. Misalnya 15-20 m atau antara 15-25 m. 2) Tolakan Tumpuan atau tolakan adalah gerakan pada apapun tolakan dengan kaki yang terkuat yaitu meneruskan ke kecepatan horisontal ke kekuatan vertikal secara cepat. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 91), bahwa tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dapat dilakukan dengan baik dengan kaki kiri ataupun kaki kanan, tergantung kaki mana yang lebih dominan. Setelah kaki depan menumpu secara tepat pada balok tolakan segera diikuti kaki yang lain ke arah depan atas dengan dibantu oleh ayunan lengan searah dengan tolakan. 3) Sikap badan di udara Menurut Aip Syarifuddin (1992: 92-93), bahwa sikap gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan, karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi. Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh si pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat (khususnya lompat jauh), bahwa kecepatan dan kekuatan tolakan sangat besar pengaruhnya

10

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)

terhadap hasil tolakan. Tetapi dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat maka akan dapat memperbaiki hasil lompatan. Menurut Roji (1989: 16), sikap badan di udara adalah sebagai berikut: a) kedua lutut ditekuk; b) kedua tangan di depan, disamping kepala; c) pada saat akan mendarat kedua kaki lurus ke depan merapat, kedua tangan lurus ke depan, serta berat badan dibawa ke depan. 4). Sikap badan pada waktu jatuh / mendarat Melakukan pendaratan adalah bagian akhir dari lompat jauh. Keberhasilan dalam lompat jauh terletak pada pendaratan. Pada pendaratan yang mulus akan berpengaruh terhadap jarak, keselamatan dan keindahan. Pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa ke muka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran tangan ke muka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke depan, di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Berdasarkan hal tersebut untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran lompat jauh, maka perlu diterapkan suatu pendekatan pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar bermain, dan aktif terutama pembelajaran yang menyenangkan yaitu pendekatan bermain. Harapannya dengan menggunakan pendekatan bermain akan berdampak pada meningkatnya hasil pembelajaran, karena dengan model yang baru memungkinkan peserta didik kelas IV dapat melakukan gerakan yang sempurna dan gerakan yang dilakukan akan mudah dan menyenangkan METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Pada Kelas IV Semester I. Dan yanga menjadi Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV dengan peserta didik berjumlah total adalah 17 orang peserta didik dengan rincian 10 orang peserta didik laki laki dan 7 orang peserta didik perempuan. Kelas ini merupakan kelas yang heterogen karena mempunyai kemampuan yang beragam dari yang rendah sampai yang tinggi dalam penguasaan mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan. Analisis Data Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif (dengan menampilkan angka-angka sebagai ukuran prestasi), dan data kualitatif (dengan menampilkan angka sebagai perbandingan). Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran. Tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis, yaitu mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru selama proses penerapan tindakan. Hasil analisis tersebut menjadi bahan untuk menyusun rencana memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Reduksi data dilakukan dalam rangka pemilihan dan penyederhanaan data. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah seleksi data dan pembuangan data yang tidak relevan. Data-data yang relevan dengan penelitian akan diorganisasikan sehingga terbentuk sekumpulan data yang dapat memberi informasi faktual. Sebelum dilakukan penyajian data sebelumnya data dianalisis sebagai berikut : a). Hasil belajar alat bantu (bok kardus, gawang aman) dianalisis dengan menghitung prestasi pencapaian siklus I dan II, b). Keaktifan siswa dianalisis kelemahan dan kelebihan siswa ketika pembelajaran berlangsung, c). Aktivitas guru dianalisis kelemahan dan kelebihan pada saat pembelajaran, EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Ropun

11

d). Penggunaan pendekatan teknis dianalisis kelemahan dan kelebihan siswa ketika pembelajaran berlangsung, e). Nilai hasil belajar sebelum tindakan dianalisis dengan cara membandingkan nilai yang dicapai dengan KKM, f). RPP dianalisis dengan analisis isi untuk melihat kesesuaian kompetensi dasar dengan silabus dan kurikulum serta langkah-langkah pembelajarannya. Penyajian data dilakukan dalam bentuk sekumpulan informasi, baik berupa tabel, bagan, maupun deskriptif naratif, sehingga data yang tersaji relatif jelas dan informatif. Tindakan lanjutan, penyajian data digunakan dalam kerangka menarik kesimpulan dari akhir sebuah tindakan. Kegiatan penarikan kesimpulan merupakan kegiatan tahap akhir dari proses analisis data. Penarikan kesimpulan disusun dengan mempertimbangkan secara evaluatif berdasarkan kegiatankegiatan yang ditempuh dalam dua tahap sebelumnya. Hasil Penelitian Hasil Belajar Dilihat dari hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II ada peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil pra siklus pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri Negarayu 01, Tonjong, Kabupaten Brebes yang peneliti laksanakan masih memperolah nilai yang rendah dari 17 siswa hanya 5 siswa yang tuntas dan 12 siswa yang belum tuntas. Dalam hal ini kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam memahami penulisan pantun maka perlu diulang (diperbaiki) dengan menggunakan media pembelajaran dan metode kontekstual berbasis masalah. Pada siklus I dari 17 siswa dengan nilai rata – rata 63,52 siswa yang tuntas 7 siswa dan siswa yang belum tuntas 10 siswa. Bila dibandingkan dengan hasil nilai pra siklus dengan siklus I terdapat peningkatan nilai yaitu nilai terendah meningkat dari pra siklus nilai rata-rata 59,41 menjadi 63,52 pada siklus I dan pada siklus II nilai rata-rata mencapai 74,11. Setelah dianalisa ternyata dalam perbaikan pembelajaran siklus I hasilnya belum maksimal maka perlu diadakan perbaikan dengan menekankan pada penggunaan metode kontekstual dan latihan-latihan secara insentif dimaksimalkan sehingga siswa benar-benar paham, sehingga dilanjutkan dengan perbaikan pembelajaran siklus II. Pada siklus I nilai yang diperoleh rata-rata 63,53 terdiri dari 17 siswa yang tuntas 7 siswa dan yang belum tuntas 10 siswa dengan hasil nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 80 kemudian pada siklus II nilai tertinggi tetap yaitu 90, nilai rata-rata meningkat menjadi 74,11. Dengan demikian tingkat pemahaman siswa tentang menulis pantun sudah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, maka perbaikan pembelajaran peneliti akhiri sampai pada siklus II. Proses Pembelajaran Pada Pembelajaran prasiklus terdapat pemilihan metode yang kurang tepat dari guru, guru tidak melakukan tindakan perbaikan hasil ulangan siswa yang belum tuntas, media pembelajaran, sarana dan prasarana yang tersedia kurang memadai. Pada pembelajaran siklus I Guru melakukan perbaikan hasil ulangan siswa yang belum tuntas, dan menggunakan media pembelajaran dan metode kontekstual berbasis masalah. Sedangkan pada pembelajaran siklus II Guru melakukan perbaikan hasil ulangan siswa yang belum tuntas dengan menekankan pada penggunaan media pembelajaran dan metode kontekstual berbasis masalah dimaksimalkan sehingga siswa benar-benar paham dan menggunakan media pembelajaran dan metode kontekstual yang intensif. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari tabel-tabel yang telah disajikan, yaitu pada pratindakan, siswa yang telah mencapai nilai KKM 5 anak (33,3%) dan sisanya 10 anak belum mencapai nilai KKM. Pada siklus I siswa yang telah mencapai nilai KKM 10 anak (66,7%) dan sisanya 5 anak belum mencapai nilai KKM. Pada siklus II seluruh siswa yang berjumlah 15 anak (100%) telah mencapai nilai KKM. Dari pratindakan ke siklus I jika dibandingkan terlihat hasil belajar siswa mengalami kenaikan 5 anak (33,3 %), yaitu 12

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)

dari 5 siswa menjadi 10 siswa dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami kenaikan 5 anak (33,3 %), yaitu dari 10 siswa menjadi 15 siswa. Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Kriteria

Pratindakan

Siklus I

Siklus II

Tuntas

33,3%

66,7%

100%

Belum tuntas

66,7%

33,3%

0%

JUMLAH

100%

100%

100%

Gambar 1. Hasil Belajar SIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : Pembelajaran dengan metode kontekstual berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (29,41 %), siklus I (41,17 %), siklus II (76,47 %). Penerapan metode pembelajaran kontekstual berbasis masalah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran kontekstual berbasis masalah sehingga mereka menjadi termotivasi dalam belajar. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima kasih, peneliti tujukan kepada Kepala Sekolah, Teman Guru, dan Observer SD Negeri Negarayu 01. Tonjong, Brebes

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Ropun

13

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Berg, Euwe Vd. 1991. Miskonsepsi Penjaskes dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press. Nur, Moh. 200x. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

14

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus)