infeksi nosokomial - USU OCW

INFEKSI NOSOKOMIAL : Infeksi yang terjadi di Rumah Sakit (Hospital ... ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL (IN). 3 10 % d i l h d it di .... 1. SURVEILA...

88 downloads 835 Views 1MB Size
INFEKSI NOSOKOMIAL Hospital acquired Infections

Laboratorium Mikrobiologi g FKUSU Medan Dr. Edhie Djohan Utama, SpMK & Dr. Rahmat Sjah, SpMK

1

INFEKSI NOSOKOMIAL (IN) Bahasa Greek (Yunani) • NOSOS : Penyakit. • KOMEION : Rumah Sakit • INFEKSI NOSOKOMIAL : Infeksi yang terjadi di Rumah Sakit (Hospital acquired Infections) • Dengan angka kejadian yang cukup tinggi di RS RS di seluruh dunia ((3 – 10%)) 2

PROBLEM INFEKSI NOSOKOMIAL (IN) • Sejak awal berdirinya RS hingga kini IN masih tetap merupakan problem di RS RS • IN secara bermakna meningkatkan morbiditas dan mortalitas li pasien. i g of Stay) y) dan menambah • IN menambah LOS ((Length beban ekonomi keluarga pasien. • IN bertambah memberatkan lagi dengan adanya bakteri yang resisten / multiple drugs resistance ((MDR)) . (Hospital ( p Resistance Strain)) 3

ANGKA KEMATIAN INFEKSI NOSOKOMIAL PRA ABAD KE 18 • Pen Penyakit akit Infeksi didi RS Angka Kematian > 20% (1788) • Pada awal 1800 Pueperal Fever dengan penyebab Streptococcus saja menimbulkan 70% kematian b i ibu bagi ib yang baru b melahirkan. l hi k • 1854 CRIMEAN HOSPITAL : ANGKA KEMATIAN > 50 % (Perang Crimean, dimana tidak ada sabun, air dan linen dan makanan yang bersih) 4

POLA KUMAN PENYEBAB IN = Pra-antibiotika : Bakteri Gram (+) yg menonjol Strept. Pyogenes & S. aureus = Era Penicillin & Antibiotika ; yg menonjol S. aureus, bakteri Gram (-) spt E. coli dan Psedomonas aeruginosa = Berkembangnua k b antibiotika ibi ik spektrum k lebar l b dan d tehnik h ik invasif i if Meningkat microorganisme Gram(+) yg resisten spt. Stap.epidermidis – MRSA – EnterococciCandida. Candida Mikroorg. penyebabkan IN banyak yg opertunistik, karena infeksi terjadi pada compromised host – tindakan invasif. Masa kini paling banyak E.coli dan yg kedua adalah Staph. aureus. Virus sebagai penyebab IN kini semakin banyak diketahui dp masa lalu : Virus influenzae – RSV - Virus Measles – V V-Z Z virus – Rota virus – Virus Hepatitis – HIV. 5

ANGKA KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL (IN) • 33-10 10 % dari d i seluruh l h penderita d it yang dirawat di t di RS menjadi j di korban k b IN dan 90% IN disebabkan oleh Bakteri, selebihnya oleh virus, jamur atau oleh protozoa • DISTRIBUSI IN (83 NNIS Hospital): CDC July 1978 – June 1979 ISK (mungkin akibat kateter) 40,9 - 42% (30,3%) INFEKSI LUKA OPERASI(ILO) 21,3 - 24% (15,5%) Am.J.Infect Sal Pernapasan Bagian Bawah 15,1 - 11% (17,2%) Dec.2000. PRIMARY BACTEREMIA 4 9 – 5% (14,5%) 4,9 (14 5%) Korea Seoul Lain-lain 17,8 – 18% Cutaneous 6,0% . Burn . Enteric . CNS Lain-lain

0,5% 0,4% 0,4% 10,5%

= 17,8 %

Gastroenteritis & Hepatitis jjuga g dapat p KLB (Out ( break)) 6

Catatan : NNIS (National Nosocomial Infection Surveillance USA)

SUMBER INFEKSI • EKSOGENIK SOG : – Manusia : • Pasien lain : penderita infeksi / masa inkubasi / carrier (S.pyogenesStaphylococcus) • Petugas medik • Pengunjung (kadang2)

– Lingkungan (environment) • Cairan antiseptik / desinfektan • Makanan

• ENDOGENIK : – Flora Fl normall : self lf infection i f ti / auto t infection i f ti • Kulit, hidung : – Staphylococcus (umumnya) – Streptococcus

• Mulut : Streptococcus • Usus : – – – –

Basil Coliform, Basil as Gas Ga Gangrene, g e e, B.tetanus, Bacteroides

7

SUMBER INFEKSI NOSOKOMIAL Dokter

Petugas kesehatan

Pasien lain

Udara AC

Makanan minuman Tamu

Alat medis

Flora normal Air K Kecoak k

Kateter Alat tulis

8

SUMBER INFEKSI • Tindakan pemasangan infus, pembedahan, ppenyuntikan, y , ppemasangan g kateter urine dll • Udara melalui AC • Makanan & minuman dan sumber air mandi • Alat alat RS • Serangga : kecoak / semut dll • Flora normal pasien p • Pengunjung RS • Pasien lain dan Petugas RS 9

CARA PENULARAN • INFEKSI SILANG – Dari pasien lain atau petugas kesehatan

• INFEKSI LINGKUNGAN – Reservoir hidup atau benda mati dilingkungan RS

• AUTO - INFEKSI – Dari diri pasien sendiri

• KONTAK – Terkontaminasi 10

CARA PENULARAN • Kontak : Langsung

: Stap. aureus kulit Streptococcus Batang Gram (-) Shigella & Hepatitis A (fecal oral) Tak Langsung : Salmonella - Pseudomonas

• Vehicle : = Makanan : Salmonella – Campylobacter = Darah & produknya : HBV – HIV = Cairan C i invus i : Batang B t Gram G (-) () = Larutan desinfektan : Pseidomonas aeruginosa

• Mel. Mel Udara : M. M tbc – Legionella – Aspergillus (spora) – V-Z V Z virus – RSV – Strepto. Pyogenes – Virus influenzae,

• Vektor a.l a l : semut – lipas – kecoak - dll 11

PEMBAGIAN MIKROORGANISME PENYEBAB (WHO) • MO Patogen Konvensional : – Terjadi karena pasien tidak ada kekebalan spesifik terhadap MO tsb. (Staph. Aureus, Streptococc. Pyogenes, E.coli, Salmonella, g , C.diphtherieae, p , M.tuberculosis,, Virus hepatitis p dll. Shigella,

• MO Patogen Kondisional : – Penyakit kalau ada faktor predisposisi (daya tahan turun, MO masuk k llangsung ke k jaringan j i tubuh t b h yang biasanya bi adalah d l h steril) t il) Staph.epidermidis, Pseudomonas, Proteus, Klebsiella, dsb.

• MO Patogen g Opertunistik p : – Karena daya tahan yang sangat turun / rendah : Mycobacterium atypic (non tuberculosis – Nocardia)

12

KERENTANAN O.S. TERHADAP PENYAKIT INFEKSI • Pasien yang Immunocompromised : adalah o.s. yang sangat rentan terhadap infeksi, karena : – Penyakit dengan penurunan daya tahan tubuh (a.l. AIDS) – Obat-obatan : O.s. yang menggunakan obat anticancer dll – immaturity : bayi lahir prematur yang daya tahan tubuhnya rendah sebab sistim imun yang belum tumbuh sempurna. – Stress St : menurunkan k daya d t h dan tahan d respon imun. i

• Antibiotic-resistant strains – Menggunakan secara rutin antibiotika tertentu di RS menyebabkan seleksi strain RS (Hospital strain) yang MDR (Multiple Drugs Resistance). Resistance) 13

MASALAH – AKIBAT IN 1.

Menyebabkan peny. Jadi berat

kematian

2.

Length of stay – masa rawatan bertambah lama

3.

Beban diagnostik dan pengobatan bertambah

4.

Biaya yg hrs dikeluarkan bertambah beban ekonomi keluarga pasien.

5.

Jadi sumber infeksi di RS dan masyarakat. y

memberatkan

14

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA IN •

Faktor intrinsik (Host factors) – Usia – Seks – Penyakit dasar



- Hygienis perorangan - Gizi - Terapi imuno-supresif

Faktor ekstrinsik – – – – –

Tehnik tidak septik/tidak antiseptik - Alat2 tdk steril Pemakaian AB yg tidak rasional - Tempat tidur pasien yg rapat / Disain ruang / bangsal - Sanitasi lingkungan Lama rawatan - Banyak pengunjung Tindakan invasif / instrumentasi = Kateter urin dan lamanya kateter = Tube endotracheal = Ventilasi mekanik = Bedah thoraco-abdominal thoraco abdominal = Tube nasogastrik = Rawatan luka pasca bedah = Pencukuran pasca bedah = Tingkat kontaminasi luka = Adanya benda asing = Kanula intravascular = Lamanya kanula

ISK

PENCEGAHAN :

Pneumonia

= Eradikasi sumber infeksi = Putuskan mata rantai inf. = Tingkatkan kekebalan pasien

ILO (Infeksi Luka Operasi) Bakteremia primer

15

PENCEGAHAN •

E dik i sumber Eradikasi b infeksi i f k i: – Sukar karena sumber infeksi banyak • Manusia : – karier – Flora normal

sukar dideteksi

• Vehicle : kontaminasi dari manusia



Putuskan mata rantai infeksi : – – – –

Tehnik aseptik dan antiseptik yg benar. Disain bangsal Isolasi penderita menular dan rentan menular Adm yg baik : • spesimen : kontainer & labeling yg benar

– Monitoring petugas dapur dan – pembuangan sampah



Tingkatkan kekebalan pasien : – Imunisasi aktif dan pasif pada : • Immunocompromised host • Proteksi P t k i jangka j k pendek d k : imunisasi i i i pasif if 16

• PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS YANG SESUAI : Kecendrungan antibiotika profilaksisnya : – Spektrum luas – Terlalu lama

- Terlalu sering - Kurang tepat

• TEHNIK INVASIF : – Hampir 1/3 bakteremia : • Umumnya flora normal kulit : Stap Stap.epidermidis epidermidis – Stap. Stap Aureus – Enterococci – Diphtheroid – Batang Gram (-) – Candida

• MENURUNKAN RESIKO INFEKSI PASCA BEDAH – – – –

Rawatan pre-operatif sesingkat mungkin Terapi peny.dasar sebelum operasi ; misalnya ISK pre reseksi prostat Tehnik operasi p yg baik (p (pembedahan yg sesingkat g mungkin) g ) Debridement jaringan mati dan nekrose dgn baik, draenase yg adekwat, suplay darah yg cukup agar mekanisme pertahanan tubuh optimal. 17

KOMISI PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL (K O P I N) • Investigasi IN adalah tanggung jawab KOPIN • Tugas lain : – SURVEILANCE • Pengamatan yg terus menerus menerus, secara teliti dam sistimatis terhadap semua aspek suatu penyakit yg berkaitan dgn pengendalian yg efektip. – – – –

Data dasar frekwensi dan jjenis IN Perobahan pola kuman Deteksi dini adanya KLB Deteksi tingkat resistensi bakteri thd AB

– Menetapkan & memonitoring kebijakan / policy & desain prosedur pencegahan INm – deteksi KLB 18

SUMBER DATA SURVEILANCE • Hasil pemeriksaan mikrobiologi klinik rutin • Ronda ke bangsal (ward round) • Sumber data lainnya : – – – –

Laporan autopsi Data kesehatan staf Survey pasien yg telah pulang dll

19

DETEKSI KLB • • •

Pada KLB (atau epidemik) terdapat insidens infeksi naik Tak ada cara rutin yg universal utk deteksi KLB, tapi p ppada pprinsipnya p y ada 2 unsur yang terlobat : epidemiologik dan mikrobiologik Epidemiologik : – – – – –



Berapa jmlh penderita Kapan masuk RS Kapan timbul gejala infeksi Apakah dari bangsal yg sama Apakah diterapi / bedah yg sama

Mikrobiologik : – Isolasi identifikasi MO penyebab : species & polakepekaan / terapi rasional – Membuktikan penyebab KLB : strain – typing – sumber – cara penularan – Staf yg terbukti sebagai karier (sementara tdk bertugas sblm diterapi) – Staf yg vertugas dibangsal yg satu nggak boleh bertugas di bangsal lain.

20

MASALAH DALAM PENGENDALIAN IN • • • • • • •

Dana terbatas Vektor banyak Pemakaian AB tak rasional Hygiene & sanitasi masih kurang Kesadaran petugas RS kurang Kapasitas p ruangan g terbatas Disiplin pengunjung kurang 21

INFEKSI NOSOKOMIAL DAPAT DICEGAH DENGAN

PELAYANAN KESEHATAN YANG PRIMA

SUMBER I.N. Mikroorganisme i i penyebab :

INFEKSI NOSOKOMIAL

= 90% bakteri = Jamur = Virus Disinfectant Antiseptic

TREATMENT Rasional Antibiotika 22

PERAN MIKROBIOLOGI KLINIK PADA IN 1 1.

SURVEILANS a.

Pemeriksaan mikrobiologi rutin : (sampai tingkat species) = Mikroskopis – Kultur – Uji serologi

b. c.

Polakepekaan p bakteri thdpp antibiotika Nonkultur : = pemeriksaan serologis : aglutinasi – ELISA – FAT – DNA probe

2.

DETEKSI KLB : a. b. c c.

3.

Identifikasi sp tingkat strain : Sero-typing / Bio – typing / Phage – typing / Bacteriocin – typing / Molecular – typing. Deteksi sumber infeksi & Cara penularan Uji kepekaan / seleksi antibiotik

EVALUASI : a.

Sterilisator : a. b.

b.

autoclav : uji spora B.stearothermophilus (sekali seminggu) Oven : uji spora : B. subtilis (sekali sebulan)

Psoes penggunaan desinfektan / antiseptik a a.

In-use test (sekali seminggu) 23

DAFTAR ANTISEPTIK DAN DISINFEKTAN No

Jenis bahan

Penggunaan gg untuk

I

Savlon

a. Mencuci luka pada kulit / kebakaran. b. Untuk preoperative membersihkan kulit c. Antiseptika kulit

II

Ethyl alcohol 70% Povidone Iodine d. d Antiseptika untuk kulit dan luka Hibiscrub e. Antiseptika kulit & untuk cuci tangan P Presept t (tablet (t bl t f U f. Untuk t k semua ttujuan j 2,5 gm) antiseptika Jodium tinctur Obat luka Mercurochroom Obat luka Savlon Untuk desinfektan alat (instrument) Lysol Desinfektan lantai dan kloset. Formalin Pemeriksaan patologi

Cara p penyediaan y / konsentrasi bahan / penyimpanan : a. 10 ml s/d 33 ml dalam 1 liter air. b. 33 ml dalam 1 Liter ethyl alcohol 70%. Note : disimpan pada suhu 25 o C c. Sesuai dengan kemasan 70% d larutan 10 % d. e. larutan 4 % dalam botol 500 ml ( 4 gram dalam 100 ml air )

10 ml dalam 1 liter air dan alat direndam selama 30 menit. Larutan 5 % Larutan 40 % 24

SAMPAI JUMPA LAGI

25

TINDAKAN PENANGGULANGAN IN 1 Membuat Tata 1. Tata-tertib/Panduan tertib/Panduan (guidance) untuk penanggulangan IN (BUKU PEDOMAN IN) 2 T 2. Tata-tertib ib cucii tangan dan d kebersihan k b ih lingli kungan RS (pelaksanaan harus diawasi ketat) 3. Tata-tertib pemasangan alat : infus / transfusi, kateterisasi urin, luka operasi, isolasi pasien dengan penyakit menular. 4. Pembuangan g sampah p seperti p jjarum suntik,, alat alat tajam, sampah laboratorium, produk darah dll Perlu pengawasan terhadap pelaksanaannya 26 Melakukan surveilens untuk evaluasi & antisipasi

Hospital Infection Control Program Infection Control mempunyai banyak aspek disamping pencegahan juga pengawasan / pengamatan (surveillance) untuk penyakit antar pasien, antara pasien dengan petugas kesehatan dan penentuan jumlah serta jenis mikroorganisme yang viable di lingkungan RS. Karena itu di RS perlu ada petugas terdiri dari Infection Control Officer - Infection Control Committee - Petugas Laboratorium bagi usaha pencegahan dan penanggulangan IN secara 27 terpadu dan berkesinambungan.

SURVEILLANCE S Surveilens i meliputi i i: •

Pasien dengan infeksi dari kartu data (medical record) oleh petugas (Infection Control Officer = ICO) : – – – – –



Surveilens kesehatan Petugas Kesehatan – – – –

• • • •

Type infeksi, infeksi sejak masuk RS kalau ada Jika terjadi IN, tanggal kejadian, kelamin, umur pasien Patogen (bakteri) yang diisolasi Prosedur tindakan dan antibiotika yang diperoleh pasien sebelum IN Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan infeksi Catatan imunisasi petugas Petugas yang resiko tinggi kena infeksi Program edukasi Pemerksaan sample kuman untuk investigasi wabah jika perlu

Surveilens kebersihan lingkungan Surveilens bacterial count udara dan permukaan lantai ruang tertentu Surveilens hasil sterilisasi Surveilens sumber air, cairan infus, minuman bayi dll

• Tabulasi data, Resistensi bakteri / Pola-kepekaan RS (Hospital strain) untuk menentukan antibiotika di RS

28

PENGAWASAN (SURVEILLANCE) dan KETERLIBATAN LAB. MIKROBIOLOGI • Surveillance pasien : – Type yp infeksi & Kriteria Infeksi Nosokomial – MO yang diisolasi dan pola kepekaan terhadap AM – AB yang digunakan sesuai pola pola-kepekaan kepekaan bakteri RS (Hospital Strain) serta Uji kepekaannya terhadap AM.

• Surveillance petugas RS – Melakukan pemeriksaan nasal swab & finger print

• Uji Sterilitas hasil sterilisasi (Instalasi Sterilisasi) • Uji j efektivitas desinfektan yang y g digunakan g • Pencatatan (Medical record) secara lengkap 29

Hampir Seluruh Petugas di Instalasi dan Unit Terlibat dalam Pencegahan Pengendalian IN • • • • • • • • • •

Instalasi Rawat Inap, Rawat Jalan Instalasi Bedah Sentral Instalasi ICU – ICCU - NICU Unit Gawat Darurat Unit Sterilisasi Unit Kebersihan Unit Cuci dan Jahit Unit Dapur Unit / Instalasi Farmasi Unit Laboratorium

30

PENANGGULANGAN IN (akreditasi RS) • Rumah Sakit Membuat Pedoman Pengendalian IN • Membuat Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian IN • Membuat Prosedur tetap (Protap) dan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) – – – – – – – –

Protap Pencegahan IN Protap Penggunaan & Penyediaan antibiotika Protab Sterilisasi barang metal, linen dan bahan karet. Juklak Penyimpanan dan distribusi alat dan bahan yang telah steril Juklak Penyediaan Desinfektant dan antiseptik Juklak Cuci tangan Juklak Pencucian alat dan bahan linen Juklak Tata-tertib pemasangan alat & : infus/transfusi, kateterisasi urin luka operasi, urin, operasi isolasi pasien dengan penyakit menular – Juklak Pembuangan sampah seperti jarum suntik, alat alat tajam, 31 sampah laboratorium, produk darah lainnya

Handwashing / Cuci Tangan : • Akan mengurangi jumlah dan penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya. Tangan harus digosok dengan sabun sekurang kurangnya selama 10 detik dan dibilas dengan air mengalir. • Harus dilakukan sebelum dan sesudah merawat pasien atau neonatus, sebelum dan sesudah merawat luka dan sebelum melakukan pprosedur osedu pe penyuntikan yu t a dan da pemasangan pe asa ga infus us / transfusi t a s us darah. da a . • Bila berkontak dengan darah, cairan darah, secret luka, pus, atau material yg mungkin infeksius, maka tangan harus dicuci untuk 2-3 menit dengan desinfektan. • Surgerical scrub adalah hal yang rutin dilakukan dan dengan urutan yang bisa bervariasi, bervariasi akan tetapi tangan dan lengan harus disikat dengan sabun kira kira 10 menit, lalu dibilas dengan air mengalir dan dengan cairan antiseptik. • REKOMENDASI CDC : HAND WASHING MENGGUNAKAN 32 CAIRAN MENGANDUNG ALCOHOL

KEBERSIHAN TANGAN (CDC) • Sabun dan air harus digunakan jika tangan terlihat berminyak y ((visibly y soiled)) • Penggunaan sarung tangan tidak berarti mengenyampingkan kebersihan tangan itu sendiri (hand hygiene) • Sarung tangan meniadakan kontaminan sekitar 70% - 80% • Hand rub harus dilakukan dan sarung tangan digunakan dan di ti sebelum diganti b l dan d sesudah d h kontak k t k dengan d pasien. i • Bahan Alkohol digosokkan (rub) keseluruh permukaan tangan dan jari sehingga bahan mengering. mengering • Petugas Kesehatan tidak boleh mempunyai kuku lebih panjang p j g lebih dari 0,6 , cm dan tidak boleh menggunakan gg kuku palsu. 33

BAHAN CUCI TANGAN MENGANDUNG ALKOHOL • Bahan antiseptik untuk tangan yang mengandung alkohol biasanya mengandung isopropanol, ethanol, n-propanol atau kombinasi produk ini. • Alkohol Alk h l ddengan kkonsentrasi t i 60% s/d /d 90% paling li efektip. f kti Konsentrasi lebih tinggi tidak efektip sebab protein tidak mudah mengalami denaturasi jika tidak ada air. • Alkohol mempunyai aktifitas germicidal invitro yang baik sekali untuk bakteri Gram (+) maupun Gram (-) termasuk juga untuk patogen yang MDR. Selain itu juga untuk virus virus. • Penelitian membuktikan bahwa alcohol secara efektip mengurangi bacterial count pada tangan. • Akan tetapi alcohol tidak baik bila digunakan pada tangan yang kelihatan kotor (visibly dirty ) atau tangan terkontaminasi dengan bahan bahan protein (darah, cairan tubuh) • Untuk U t k mengurangii ttangan menjadi j di k kering i ( sering i menggunakan alcohol cuci tangan) dicampur glycerol 1% - 3%. 34

DAFTAR ANTISEPTIK DAN DISINFEKTAN No

Jenis bahan

Penggunaan gg untuk

I

Savlon

a. Mencuci luka pada kulit / kebakaran. b. Untuk preoperative membersihkan kulit c. Antiseptika kulit

II

Ethyl alcohol 70% Povidone Iodine d. d Antiseptika untuk kulit dan luka Hibiscrub e. Antiseptika kulit & untuk cuci tangan P Presept t (tablet (t bl t f U f. Untuk t k semua ttujuan j 2,5 gm) antiseptika Jodium tinctur Obat luka Mercurochroom Obat luka Savlon Untuk desinfektan alat (instrument) Lysol Desinfektan lantai dan kloset. Formalin Pemeriksaan patologi

Cara p penyediaan y / konsentrasi bahan / penyimpanan : a. 10 ml s/d 33 ml dalam 1 liter air. b. 33 ml dalam 1 Liter ethyl alcohol 70%. Note : disimpan pada suhu 25 o C c. Sesuai dengan kemasan 70% d larutan 10 % d. e. larutan 4 % dalam botol 500 ml ( 4 gram dalam 100 ml air )

10 ml dalam 1 liter air dan alat direndam selama 30 menit. Larutan 5 % Larutan 40 % 35

SANITASI LINGKUNGAN RS Penggunaan bahan disinfektansia dengan konsentrasi yang adekuat Pembersihan lantai dan permukaan serta menggunak air kan i dan d detergen d (mengurangi ( i kontaminasi k i i MO) O) Pemeriksaan mikrobiologis untuk mengetahui popu populasi mikroorganisme dari ruangan di RS (Hospital Strain) dan pola resistensi kuman. PENGAWASAN (SURVEILLANCE) melakukan observasi b i yang sistimatis i i i 36

SABUN DAN KEKURANGANNYA • Sabun yg non antimikrobiologis (plain soap) : • Sabun ini ternyata gagal untuk meniadakan bakteri patogen dari tangan, malahan ternyata menambah bacterial count. Sabun ini bisa terkontaminasi dan menyebabkan tangan petugas kesehatan mengalami kolonisasi oleh bakteri batang Gram negative.

37

HOSPITAL DISINFECTION and STERILIZATION :

• RS menggunakan alat alat disposible : jarum suntik, thermometer, hypodermic needle, sarung tangan, tutup hidung. • Sampah RS yang infeksius harus dibakar dalam incinerator atau harus di autoclave sebelum dibuang didaerah pembuangan sampah. sampah • Sampah RS termasuk jarum dan alat alat yang tajam, sampah dari mikrobiologi dan laboratorium pathologi serta produk darah lainnya memerlukan pengawasan khusus 38

HOSPITAL ENVIRONTMENT SANITATION • Memusnahkan semua mikroorganisme merupakan tujuan akhir sanitasi RS. • Mikrobiologist secara berkala melakukan pemeriksaan sample l permukaan k untukk mencarii dan d melakukan l k k identiid i fikasi populasi mikroorganisme. • Sebelum dan sesudah dilakukan pembersihan lantai memmem bros lantai dan permukaan dengan baik menggunakan air dan detergen untuk mengurangi kontaminasi oleh microorganisme. organisme • Agar efektip maka jumlah bahan disinfektan yang digunakan konsentrasinya harus cukup/adekuat dan untuk waktu yang cukup. k • Cairan disinfectant harus sering di-ganti untuk melap permukaan alat alat dan lantai. • Uji aktifitas desinfektan bisa dilakukan 39

Laboratorium Mikrobiologi dalam IN Data tentang adanya wabah suatu infeksi di RS berasal dari Lab.mikrobiologi • Lab.mikrobiologi melakukan investigasi IN • Lab.mikro b ik juga j memegang peran dalam d l pencegahan h IN, dengan membuat guidance dalam pemilihan dan pemakaian antiseptik dan desinfektan dan melakukan uji hasil sterilisasi serta berperan dalam menentukan jenis antibiotika yyangg disediakan RS • Lab.mikro sendiri potensial sebagai sumber infeksi sehingga ada safety measure (aturan pengamanan) yang harus diikuti untuk mencegah IN. 40

KAMAR ISOLASI PASIEN • ISOLASI KETAT – Diphtheria, Di h h i smallpox, ll varicella, i ll demam d Lassa L

• ISOLASI KONTAK – Go conjunctivitis, herpes simplex, influenza, pneumonia, penyakit kulit, luka, luka bakar

• ISOLASI RESPIRATORI – Meales, meningitis, mumps, whooping cough

• ISOLASI tbc : Pulmonary tbc 41

PANITIA PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL (PPIN) • TUGAS DAN KEWAJIBAN – Membuat guidline (protab) untuk diajukan ke Direktur RS melalui Komite Medik RS – Memonitor efektivitas program dan melaporkan ke Direktur melalui Komite Medik RS – Komitte Medik / PPIN terdiri dari : • • • •

Komittee Pengambil g Kebijakan j Kommitte Pengendalian Penyakit Infeksi Nosokomial Laboratorium Mikrobiologi Petugas kesehatan (Infection Control Officer) 42

STRUKTUR ORGANISASI SEKSI PIN Ka.bag. Penunjang Medis

Kepala Seksi Sekretaris

Koordinator Ruangan A Anggota t

Tim PIN Instalasi-Ruangan

43

Tugas dan Tanggung Jawab Pengendalian Infeksi Nosokomial Instalasi • M Menyelenggarakan l k kkegiatan i t pencegahan h infeksi i f ki nosokomial di instalasi sesuai dengan pedoman / petunjuk t j k yang ditetapkan. dit t k • Memantau dan evaluasi hasil pemeriksaan pengendalian infeksi nosokomial instalasi. • Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial Rumah Sakit. 44

PERAN PARAMEDIS ™MENJAGA KEBERSIHAN / SANITASI RS : Kebersihan ruanganlantai, pembuangan & pemusnahan sampah, antiserangga, alat makan, alat alat medis, kebersihan dan kesehatan petugas RS dll ™MEMBANTU DOKTER MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS SECARA ASEPTIK : Cuci tangan, tindakan operatip di kamar bedah/bersalin / UGD / ICU / NICU. ™MELAKUKAN TUGAS PENGAWASAN DAN PENCATATAN DENGAN AKURAT : ppendataan kasus, pengambilan sample, dll. 45

Contoh sebuah Juklak : JUKLAK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS RUANGAN JUKLAK ini harus menuliskan (isinya) : • Pengertian : • Tujuan : • Kebijakan : • Prosedur Kerja : – Cara Pengambilan sample – Cara Pemeriksaan mikrobiologis g – Media yang digunakan

• Unit sasaran : (instalasi Bedah – Instalasi UGD, ICU, NICU dll) • Juklak di SK SK-kan kan dan sahkan oleh Direktur RS • Disosialisasikan : SK Sosialisasi dari Direktur Catatan : JUKLAK = Petunjuk Pelaksanaan 46