KAJIAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI, STATUS GIZI

Download hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi, protein, kalsium, besi, denyut nadi dan tekanan darah siswa ...

0 downloads 429 Views 569KB Size
KAJIAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, DENYUT NADI, DAN TEKANAN DARAH SISWA SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

GILANG LENGKA MUSTIKA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

ABSTRACT GILANG LENGKA MUSTIKA. Nutrition Knowledge Assessment, Consumption Patterns, Nutritional Status, Pulse rate and Blood Pressure of Pandeglang 6 Senior High School Students. Supervised by Ali Khomsan and Vera Uripi.

The objectives of this study were to assess anthropometric characteristics, nutrition knowledge assessment, consumption patterns, nutritional status, pulse rate and blood pressure of Senior High School in Pandeglang. The research was conducted by using cross sectional study design and implemented in August to September 2011. Samples were determined by purposive sampling, number of sample was 68 students. Most of the samples (90.9%) were female students. Number of sample with normal energy adequacy level was 36.7%. Sample with normal protein adequacy level was 38.2%. Sample with normal fat adequacy level was 86.8%. Systolic blood preassure students (54.4%) was normal. Diastolic blood preassure students (57.4%) was normal. Pulse rate students (77.4%) was tachycardia. The result of Spearman Rank correlation test indicates that the nutritional status (BMI / U) has significant corelation with energy adequacy level (r=0.364, p=0.002), and adequacy level of protein (r=0.247, p=0.042). But, there is no significant correlation between nutritional status (BMI / U) with nutritional knowledge (r =0.170, p =0.165), adequacy level of calcium (r =-0.146, p =0.234), adequacy level of iron (r =0.037, p =0.762), pulse rate (r=-0.184, p =0.133) and blood pressure (r=-0.034, p=0.781). The test also indicates that there was also significant correlation between fat percentage and pulse rate (r=0.346, p=0.004),but no significant correlation between fat percentage and blood pressure (r=-0.095, p=0.439).

Keywords: consumption patterns, nutritional status, pulse rate, blood pressure.

RINGKASAN GILANG LENGKA MUSTIKA. Kajian Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi, Status Gizi, Denyut Nadi, dan Tekanan Darah Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang. Dibimbing oleh Ali Khomsan dan Vera Uripi. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik antropometri, pengetahuan gizi, pola konsumsi, status gizi, denyut nadi, dan tekanan darah siswa SMAN 6 Pandeglang. Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu (1) Menganalisis karakteristik siswa, (2) Menganalisis pengetahuan gizi siswa, (3) Menganalisis status gizi dan pola konsumsi siswa, (4) Menganalisis denyut nadi dan tekanan darah siswa, (5) Menganalisis hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi, protein, kalsium, besi, denyut nadi dan tekanan darah siswa SMAN 6 Pandeglang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6 Pandeglang Provinsi Banten. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena SMA Negeri 6 Pandeglang merupakan tempat pembinaan siswa dan merupakan sekolah percontohan di Kabupaten Pandeglang. Contoh pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 6 Pandeglang kelas XI. Contoh ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria atau persyaratan bahwa contoh merupakan siswa SMA Negeri 6 Pandeglang, yaitu contoh dengan jurusan IPA sebanyak 68 orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. Selain itu, kriteria lainnya yaitu contoh berusia 16 hingga 17 tahun, dalam keadaan sehat, bersedia mengisi kuesioner, serta tidak mempunyai masalah dengan pihak sekolah. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, penyebaran kuesioner, dan pengukuran langsung. Data primer meliputi data karakteristik contoh, data pengetahuan gizi, antropometri (tinggi badan, berat badan, dan lemak tubuh), konsumsi pangan, denyut nadi, dan tekanan darah. Data sekunder yang berupa gambaran umum tempat penelitian SMA Negeri 6 Pandeglang. Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan program computer Microsoft Excell 2007 dan SPSS versi 16.0.. Proses pengolahan meliputi coding, editing, cleaning, dan analisis. Pengetahuan gizi dihitung menggunakan rekomendasi dari Khomsan (2000). Persentase lemak tubuh dihitung dengan menggunakan rekomendasi Hodgon & Beckett (1984). Nilai (IMT/U) menurut WHO (2007). Tingkat kecukupan energi dihitung berdasarkan formula dari WKNPG tahun 2004 (Hardinsyah & Tambunan 2004). Denyut nadi dihitung dengan menggunakan rekomendasi Perace (1997). Klasifikasi tekanan darah sistolik dan tekanan darah dihitung dengan menggunakan rekomendasi dari National Institutes of Health (2010). Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang yang diteliti sebagian besar adalah siswa perempuan yang berusia 16 tahun (90.9%). Usia siswa berkisar antara 1617 tahun. Rata-rata berat badan siswa laki-laki (55.5 kg) lebih besar dibandingkan dengan berat badan siswa perempuan (45.8 kg), begitu juga dengan tinggi badan siswa laki-laki (161.1 cm) lebih besar dibandingkan dengan siswa perempuan (149.1 cm). Sedangkan, rata-rata persentase lemak tubuh siswa laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan siswa perempuan. Pengetahuan gizi siswa laki-laki dan siswa perempuan termasuk dalam kategori

iv

sedang. Status gizi siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki status gizi yang normal. Kebiasaan makan siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki frekuensi 3 kali dalam sehari. Kebiasaan jajan siswa laki-laki dalam sehari adalah 2 kali, sedangkan siswa perempuan memiliki frekuensi jajan lebih dari 3 kali dalam sehari. Konsumsi air sebagian besar siswa belum sesuai dengan anjuran. Tingkat kecukupan energi siswa laki-laki tergolong defisit ringan (36.4%), sedangkan siswa perempuan memiliki tingkat kecukupan energi yang normal (52.2%). Tingkat kecukupan protein siswa laki-laki (31.8%) dan siswa perempuan tergolong normal (41.3%) tergolong normal. Tingkat kecukupan lemak siswa lakilaki (59.1%) dan siswa perempuan (100%) tergolong normal. Secara keseluruhan, tingkat kecukupan zat gizi siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan dengan siswa laki-laki. Sebagian besar siswa laki-laki (95.5%) dan siswa perempuan (73.9%) memiliki tingkat kecukupan kalsium yang kurang. Sebagian besar siswa laki-laki (100%) dan siswa perempuan (91.3%) memiliki tingkat kecukupan besi yang kurang. Sebagian besar siswa laki-laki (77.3%) dan siswa perempuan (91.3%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang cukup. Sebagian besar siswa laki-laki (86.4%) dan siswa perempuan (86.9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang kurang. Sebagian besar tekanan darah sistolik siswa laki-laki termasuk dalam kategori prehipertensi (54.5%), sedangkan siswa perempuan memiliki tekanan darah sistolik yang normal (58.7%). Tekanan darah diastolik siswa laki-laki (63.6%) dan siswa perempuan (54.3%) memiliki tekanan darah diastolik yang normal. Denyut nadi siswa laki-laki termasuk dalam kategori takikardi dan normal (50.0%), dan siswa perempuan termasuk dalam kategori takikardi, artinya siswa tersebut memiliki denyut nadi yang cepat. Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atara jenis kelamin dengan persentase lemak tubuh siswa (p<0.01). Jenis kelamin dengan tekanan darah sistolik siswa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0.05). Jenis kelamin dengan tekanan darah diastolik siswa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0.05). Jenis kelamin dengan denyut nadi siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan energi siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan protein siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan lemak siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa status gizi (IMT/U) memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kecukupan energi (r=0.364, p=0.002) dan protein (r=0.247, p=0.042). Namun status gizi (IMT/U) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan gizi (r=0.170, p=0.165), tingkat kecukupan kalsium (r=-0.146, p=0.234), tingkat kecukupan besi (r=-0.037 , p=0.762), denyut nadi (r=-0.184, p=0.133), dan tekanan darah (r=-0.034, p=0.781). Hasil uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan denyut nadi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (r=0.346, p=0.004), sedangkan uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan tekanan darah menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (r=-0.095, p=0.439).

KAJIAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, DENYUT NADI, DAN TEKANAN DARAH SISWA SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

GILANG LENGKA MUSTIKA

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Judul Skripsi : Nama Nrp

: :

Kajian Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi, Status Gizi, Denyut Nadi, dan Tekanan Darah Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang Gilang Lengka Mustika I14070096

Disetujui : Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

dr. Vera Uripi NIP. 19511207 198803 2 001

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS NIP. 19600202 198403 1 001

Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP: 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Anas Subarnas dan Ibu Iin Erni Juhaeni. Penulis dilahirkan di Pandeglang sebuah kabupaten di Provinsi Banten pada tanggal 14 Mei 1989. Pendidikan penulis dimulai dari TK Melati pada tahun 1994 sampai tahun 1995 dilanjutkan di SD Sukaratu 1 pada tahun 1995 sampai tahun 2001, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Pandeglang sampai tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan di SMAN 6 Pandeglang sampai tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi seperti kepala divisi Peningkatan Budaya, Olahraga dan Seni (PBOS) BEM FEMA periode 2009/2010, ketua pelaksana Indonesian Ecology Expo (INDEX) tahun 2010. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan HIMAGIZI, BEM FEMA, BEM KM IPB, Fakultas Ekologi Manusia, dan Departemen Gizi Masyarakat baik skala kampus maupun skala nasional. Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Profesi di Desa Curugbitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor pada tahun 2010. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Intership Dietetic di RSUD Kota Cilegon. Penulis juga pernah mengikuti PKM-Pengabdian Masyarakat dengan judul “Penaggulangan Gizi Buruk Balita Melalui Kelembagaan Swabantu Di Kelurahan Situgede, Bogor Barat”. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah yaitu Ilmu Gizi Dasar. Beasiswa yang pernah penulis dapat adalah beasiswa Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) tahun 2009, dan beasiswa BUMN dari tahun 2010-2011.

PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “Kajian Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi, Status Gizi, Denyut Nadi, dan Tekanan Darah Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang”. Banyak pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skrispsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan dr. Vera Uripi selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skrispi. 3.

dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama kegiatan belajar mengajar.

4. Papa, Mama, Adikku (Kalih) yang sudah mendoakan dan menyemangati penulis selama ini. 5. Kepala Sekolah, Dewan Guru, beserta siswa-siswi Kelas XI IPA 1 dan IPA 2 SMA Negeri 6 Pandeglang yang telah mengizinkan dan membantu penulis selama pengambilan data. 6. Beasiswa BUMN yang telah memberikan bantuan selama penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor. 7. Desi Yudianti yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat dari awal hingga akhir penelitian. 8. Teman-teman seperjuangan (Azizul, Dana, Dida, Zahra, Caca) atas semangat, doa, nasehat, saran, dan bantuannya. 9. Rekan satu bimbingan (Sumi, Stefani, Rindu, Melda) sebagai teman diskusi selama penelitian. 10. Teman-teman kosan “Pondok Salman” yang sudah mendoakan dan memberikan motivasi penulis selama menyelesaikan tugas akhir ini. 11. Seluruh teman-teman GM angkatan 44 “Luminaire” yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 12. Sahabat terbaik (Nicky dan Ricky) yang sudah membantu dan memberikan selama penulis kuliah.

ix

13. Teman-teman GM (45, 46, dan 47) dan dari berbagai departemen lainnya atas semangat dan doanya untuk penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Bogor,

November 2011

Gilang Lengka Mustika

DAFTAR ISI

Halaman  DAFTAR ISI ........................................................................................................... x  DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii  DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv  DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xv  PENDAHULUAN ................................................................................................... 1  Latar Belakang ................................................................................................... 1  Tujuan ................................................................................................................ 2  Hipotesis ............................................................................................................ 2  Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 3  TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4  Remaja ............................................................................................................... 4  Pengetahuan Gizi............................................................................................... 5  Sikap Gizi ........................................................................................................... 6  Survei Konsumsi Makanan ................................................................................ 7  Kebutuhan Zat Gizi ............................................................................................ 8  Status Gizi dan Pengukurannya ....................................................................... 11  Denyut Nadi ..................................................................................................... 13  Tekanan Darah ................................................................................................ 13  KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................................... 16  METODE PENELITIAN ....................................................................................... 19  Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ............................................................ 19  Cara Pengambilan Contoh ............................................................................... 19  Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................. 19  Pengolahan dan Analisis Data ......................................................................... 20  Definisi Operasional ......................................................................................... 24  HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 26  Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 26  Karakteristik Siswa ........................................................................................... 27  Pengetahuan Gizi............................................................................................. 31  Status Gizi ........................................................................................................ 32  Konsumsi Pangan ............................................................................................ 33  Konsumsi dan Kecukupan Gizi ........................................................................ 37  Tekanan Darah ................................................................................................ 48  Denyut Nadi ..................................................................................................... 49 

xi

Uji Korelasi antar Variabel ................................................................................ 50  KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 53  Kesimpulan ...................................................................................................... 53  Saran................................................................................................................ 54  DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 55 

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah ....................................................................... 15  Tabel 2 Cara pengumpulan data penelitian......................................................... 20  Tabel 3 Kategori pengukuran data penelitian ...................................................... 23  Tabel 4 Rekapitulasi siswa SMA Negeri 6 Pandeglang (2011/2012) .................. 27  Tabel 5 Sebaran siswa menurut usia dan jenis kelamin ..................................... 27  Tabel 6 Sebaran siswa menurut berat badan dan jenis kelamin ......................... 28  Tabel 7 Sebaran siswa menurut tinggi badan dan jenis kelamin ........................ 29  Tabel 8 Sebaran siswa menurut persentase lemak tubuh .................................. 30  Tabel 9 Sebaran siswa menurut pengetahuan gizi dan jenis kelamin................. 31  Tabel 10 Sebaran siswa menurut status gizi siswa (IMT/U)................................ 32  Tabel 11 Sebaran siswa menurut frekuensi makan dan jenis kelamin................ 33  Tabel 12 Sebaran siswa menurut kebiasaan sarapan dan jenis kelamin............ 34  Tabel 13 Sebaran siswa menurut menu sarapan dan jenis kelamin ................... 35  Tabel 14 Sebaran siswa menurut frekuensi jajan dan jenis kelamin ................... 35  Tabel 15 Sebaran siswa menurut jenis jajanan dan jenis kelamin ...................... 36  Tabel 16 Sebaran siswa menurut konsumsi air dan jenis kelamin ...................... 36  Tabel 17 Rata-rata konsumsi, kecukupan, dan tingkat kecukupan zat gizi siswa37  Tabel 18 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin .. 39  Tabel 19 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber energi ........................ 39  Tabel 20 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin . 40  Tabel 21 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber protein ....................... 41  Tabel 22 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan lemak ............................... 42  Tabel 23 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber lemak ........................ 42  Tabel 24 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan kalsium............................. 43  Tabel 25 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber kalsium...................... 43  Tabel 26 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan besi .................................. 45  Tabel 27 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber besi ........................... 45  Tabel 28 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan vitamin A .......................... 46  Tabel 29 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber vitamin A ................... 46  Tabel 30 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan vitamin C .......................... 47  Tabel 31 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber vitamin C ................... 47  Tabel 32 Sebaran siswa menurut tekanan darah sistolik dan jenis kelamin ....... 48 

xiii

Tabel 33 Sebaran siswa menurut tekanan darah diastolik dan jenis kelamin ..... 49  Tabel 34 Sebaran siswa menurut denyut nadi dan jenis kelamin ....................... 50  Tabel 35 Uji korelasi antara status gizi (IMT/U) dengan berbagai variabel ......... 51  Tabel 36 Uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan berbagai variabel51 

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian ........................................................... 18 

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Karakteristik antropometri siswa laki-laki.......................................... 60  Lampiran 2 Karakteristik antropometri siswa perempuan ................................... 61  Lampiran 3 Konsumsi zat gizi siswa laki-laki....................................................... 62  Lampiran 4 Konsumsi zat gizi siswa perempuan ................................................ 63  Lampiran 5 Kuesioner penelitian ......................................................................... 64 

PENDAHULUAN Latar Belakang Abad ke-21 ditandai dengan perubahan yang begitu cepat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Laju perubahan ini akan lebih cepat prosesnya dari abad sebelumnya serta diwarnai oleh kehidupan masyarakat yang begitu heterogen (Megawangi et al. 2004). Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal dalam pembangunan dan kemajuan suatu negara agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain, Oleh karena itu, kualitas sumberdaya manusia menentukan kemajuan dan keberhasilan kehidupan dan hal tersebut akan terwujud apabila individu-individu dalam suatu bangsa dapat survive dari tantangan dan persaingan yang ada. Generasi muda merupakan ujung tombak sebagai penerus kelangsungan hidup suatu bangsa di masa yang akan datang. Remaja sebagai calon penerus bangsa dipupuk sifat-sifat kepemimpinan dimulai dari bangku sekolah. Untuk dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh para guru, mereka harus ada dalam keadaan yang sehat baik jasmani maupun rohani. Pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan

kebiasaan

makan

seseorang.

Pengetahuan

gizi

akan

mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsinya (Harper, Deaton dan Driskel 1995).

Ketidaktahuan akan gizi

dapat mengakibatkan seseorang salah memilih bahan dan cara menyajikannya. Akan tetapi sebaliknya, seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik biasanya akan mempraktikan pola makan sehat agar terpenuhi kebutuhan gizinya (Mariani 2002). Kualitas sumberdaya manusia khususnya para siswa yang baik dapat menciptakan prestasi yang baik pula. Salah satu faktor yang penting untuk mewujudkannya adalah melalui pemenuhan zat gizi yang seimbang sesuai kebutuhan para siswa. Hal ini dapat dicapai apabila semua yang terkait yaitu para siswa sendiri telah sadar gizi. Pengaturan keseimbangan zat gizi antara asupan dan kebutuhan tubuh sangat penting oleh karena kekurangan atau kelebihan zat gizi berpengaruh pada kondisi kesehatan dan status gizi siswa tersebut. Pengaturan makanan terhadap seorang siswa

harus individual. Pemberian makanan juga harus

memperhatikan jenis kelamin, umur, berat badan, serta aktivitas fisiknya (Giam 2002). Bagi para siswa remaja, faktor gizi merupakan salah satu faktor yang

2

sangat penting untuk diperhatikan guna mempertahankan kesehatan dan untuk meningkatkan prestasi siswa tersebut dalam bidang akademik. Pada masa remaja, tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik maupun psikis yaitu perubahan unik dan banyak pula pemantapan pola-pola kedewasaan (Riyadi 2003). Oleh karena itu diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan kelompok umur lainnya. Perubahan tekanan darah terjadi seiring dengan bertambahnya umur, oleh karena itu pemerikasaan tekanan darah dan denyut nadi sangat penting dilakukan

untuk

mendeteksi

dan

mengontrol

penyakit-penyakit

yang

berhubungan dengan tekanan darah. Keadaan gizi dan kesehatan yang baik merupakan beberapa faktor yang dapat mewujudkan keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Pandeglang merupakan salah satu institusi pembinaan akademis siswa. Hal inilah yang mendasari pentingnya penelitian ini dilakukan untuk meneliti antropometri, pola konsumsi, status gizi, denyut nadi, dan tekanan darah siswa Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Pandeglang. Tujuan Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik antropometri, pola konsumsi, status gizi, denyut nadi, dan tekanan darah siswa SMAN 6 Pandeglang.

Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1. Menganalisis karakteristik siswa SMAN 6 Pandeglang. 2. Menganalisis pengetahuan gizi siswa SMAN 6 Pandeglang.. 3. Menganalisis status gizi dan pola konsumsi siswa SMAN 6 Pandeglang. 4. Menganalisis denyut nadi dan tekanan darah siswa SMAN 6 Pandeglang. 5. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi, protein, kalsium, besi, denyut nadi dan tekanan darah siswa SMAN 6 Pandeglang. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1.

Ada hubungan antara pengetahuan gizi siswa dengan status gizi

3

2.

Ada hubungan antara status gizi dengan tingkat kecukupan energi, protein, kalsium, dan besi.

3.

Terdapat hubungan antara status gizi dengan denyut nadi dan tekanan darah pada siswa SMAN 6 Pandeglang

Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi bagi siswa, guru SMAN 6 Pandeglang mengenai status gizi dan pola konsumsi siswa yang baik dengan selalu memperhatikan faktor makanan yang bergizi, berimbang, dan beragam. Hal ini penting supaya siswa mampu mengatur konsumsi makanannya. Pengaturan makanan yang baik dapat membuat siswa mampu memenuhi gizinya menjadi lebih baik sehingga mempunyai status gizi dan pola konsumsi yang baik pula. Oleh karena itu, siswa sebaiknya diberikan pendidikan yang baik pula terutama dalam hal pengetahuan gizi. Siswa yang mampu menjaga status gizi dengan baik diharapkan dapat dan mampu menunjukkan prestasi yang bagus.

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari bahasa Latin “adolescare” (kata bendanya = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Desmita 2005). Lebih lanjut, Desmita menyebutkan bahwa batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Ahmadi dan Sholeh (2005) mengungkapkan bahwa pada masa ini terdapat beberapa fase, yaitu fase remaja awal (usia 12-14 tahun), remaja pertengahan (usia14-18 tahun), fase remaja akhir (usia 18-21 tahun). Menurut banyak ahli jiwa, fase remaja akhir berkisar pada umur 17-19 tahun atau 17-21 tahun (Kartono 1990). Hurlock (2000) menyebutkan bahwa masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi oleh pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis secara bervariasi. Terdapat perubahan psikologis yang sama dan bersifat universal, yaitu : 1. Meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung paada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja. 2. Perubahan tubuh, minat dan peran diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan menimbulkan masalah baru pada tahap ini. 3. Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah; dan 4. Sebagian besar remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi pertanggungjawaban tersebut. Selanjutnya Hurlock (2000) menjalaskan bahwa remaja dianggap sebagai suatu saat terjadinya ketegangan emosi meninggi sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Namun meningginya emosi terutama disebabkan oleh kondisi sosial dan kondisi baru yang membutuhkan penyesuaian. Papalia et al (2008) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa peluang sekaligus risiko. Selain itu, masa remaja merupakan masa yang menarik perhatian, karena sifatsifat khasnya dan karena peranannya yang menetukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa (Ahmadi dan Sholeh 2005). Ahmadi dan Sholeh (2005) mengemukakan bahwa individu pada usia remaja berada pada vitalitas optimum. Perkembangan intelektualnya berada pada taraf operasional formal, sehingga kemampuan nalarnya tinggi. Atkinson et al. (1993) mengemukakan bahwa tugas penting yang dihadapi remaja ialah

5

mengembangkan persepsi identitas diri. Mencari identitas diri termasuk dalam hal memutuskan apa yang penting dan patut serta memformulasikan standar tindakan dalam mengevaluasi perilaku dirinya dan juga perilaku orang lain. Hal ini mencangkup juga perasaan harga diri daan kompetensi diri. Papalia et al (2008) mengungkapkan bahwa identitas diri muncul ketika anak muda memilih nilai, bukan sekedar mengikuti pilihan orangtuanya.

Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dan makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal ialah melalui kurikulum yang diterapkan di sekolah. Dicirikan dengan adanya tingkatan kronologis yang ketat untuk tingkat usia sasarannya. Sementara pendidikan informal tidak terorganisasi secara struktural dan tidak mengenal tingkatan kronologi menurut usia, keterampilan, dan pengetahuan, tetapi terselenggara setiap saat di lingkungan sekitar manusia (Hayati 2000). Pendidikan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Remaja yang memiliki pendidikan gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan sepenunya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan (Nasution & Khomsan 1995). Pengetahuan

gizi

merupakan

prasyarat

penting

untuk

terjadinya

perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan juga merupakan salah satu perimbangan seseorang dalam memilih dan mengkonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya akan lebih baik mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya

dibandingkan

panca

inderanya

sebelum

mengkonsumsi

makanan (Sediaoetama 1996). Mariani (2002) menyatakan bahwa ketidaktahuan akan gizi dapat mengakibatkan seseorang salah memilih bahan dan cara menyajikannya. Akan tetapi sebaliknya, seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik biasanya akan mempraktikan pola makan sehat agar terpenuhi kebutuhan gizinya. Selain itu menurut Harper, Deaton dan Driskel (1995) menyatakan bahwa pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsinya.

6

Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk siswa sangat bermanfaat karena memberikan beberapa keuntungan bagi siswa. Keuntungan itu antara lain: 1) memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam latihan, 2) memberikan informasi mengenai makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga, 3) menentukan bentuk makanan dan frekuensi makan yang tepat pada waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah pertandingan, 4) menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat badan sesuai yang diinginkan, 5) menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta kebiasaan dan daya cerna siswa.

Sikap Gizi Menurut Azwar (2004) sikap merupakan suatu bentuk respon evaluatif. Respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. Sikap seseorang dapat diketahui dan kecenderungan seseorang tersebut dalam bertingkah laku terhadap suatu objek tertentu. Sikap tersebut karena ada faktor pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agam, serta pengaruh faktor emosional (Azwar 2004). Menurut Notoatmodjo (2003) sikap akan sangat berguna bagi seseorang, sebab sikap akan mengarahkan [erilaku secara langsung. Dengan demikian sikap positif akan menumbuhkan perilaku yang positif dan sebaliknya sikap negatif akan mrnumbuhkan perilaku yang negatif saja, seperti menolak, menjauhi, meninggalkan, bahkan sampai hal-hal merusak. Di dalam sikap ada tiga komponen yaitu : 1. Komponen kognitif, yang menyangkut pengertian, kepercayaan, motif, dan sebagainya.

7

2. Komponen efektif, yang memrikan proses internal yang berkembang sebagai bagian dari emosi dan perasaan. 3. Komponen perilaku yang membentuk kecenderungan tertentu dan mengarahkannya pada suatu tindakan tertentu. Sikap bersifat relatif tetap, stabil, dan terus menerus. Suatu sikap yang sudah tumbuh dalam psikis seseorang tidak mudah akan berubah. Secara umum diketahu bahwa sikap itu terbentuk melalui pengetahuan (akal) dan pengalaman. Bahkan untuk membentuk sikap diperlukan penguatan-penguatan yang sebgaja dilakukan.

Sikap

mengandung

komponen

efektif,

sikap

terbentuk

dari

pengalaman seseorang, bertambah dan berkembang dalam psikis yang lain, merupakan proses internal, melibatkan keseluruhan pribadi dalam menanggapi objek pada suatu situasi. Sikap gizi merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan (statement) yang diajukan. Sikap gizi sering kali terkait erat dengan pengetahuan gizi. Mereka yang berpengetahuan gizi baik, cenderung akan memiliki sikap gizi yang baik pula. Sikap gizi dikategorikan ke dalam kalsifikasi kurang (<60), sedang (60-79), dan baik (≥80). Sikap gizi akan sangat berperan untuk mengubah praktik atau perilaku gizi. Hanya saja perilkau konsumsi pangan seseorang sering kali dipengaruhi oleh faktor yang lebih kompleks (Khomsan et al. 2009).

Survei Konsumsi Makanan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dalam aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang (sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Martianto 1992). Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Dalam melakukan penilaian konsumsi makanan banyak terjadi bias yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai dengan tujuan,

8

kemampuan dalam mengumpulkan data, daya ingat responden, dan daftar komposisi makanan yang digunakan tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden sehingga interpretasi hasil yang kurang tepat. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik dalam melakukan survei konsumsi makanan baik untuk individu, kelompok, maupun rumah tangga. Walaupun data konsumsi makanan sering digunakan sebagai salah satu metode penentuan status gizi, namun survei konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung (Supariasa et al. 2002). Supariasa et al. (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi makanan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Bahan Komposisi Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Kebutuhan Zat Gizi Kebutuhan Energi Aktivitas fisik seseorang membutuhkan energi. Energi diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Penyusunan menu dalam menentukan besarnya kebutuhan zat gizi untuk seorang siswa harus dimulai dengan menentukan kebutuhan energi (Depkes 1993) Energi yang tersedia serta siap dipakai untuk kontraksi otot berupa Adenosin Trifosfat (ATP) terdapat di dalam otot. Terjadinya kontraksi otot diperlukan energi yang diperoleh dari energi yang dibebaskan pada reaksi kimia terutama reaksi kimia pada perubahan ATP menjadi ADP. ATP ====> ADP + pelepasan energi Gerakan otot yang terus menerus pada saat beraktivitas dapat menyebabkan ATP habis terpakai. Supaya gerakan otot tetap berlangsung maka ATP yang telah habis terpakai harus dibentuk lagi. Pada saat awal melakukan suatu aktivitas, aliran darah belum cukup memberikan suplai oksigen ke otot maka suplai energi untuk membentuk ATP diperoleh dari energi yang dibebaskan melalui proses katabolisme anaerobik.

9

Mula-mula pembentukan ATP yang digunakan untuk kontraksi otot diperoleh dari penguraian kreatin fosfat (CP). Kreatin fosfat bekerja paling cepat untuk membentuk ATP kembali namun simpanan protein sangat terbatas sehingga energi yang dihasilkan hanya untuk kerja otot beberapa detik saja. Apabila aktivitas terus berlangsung maka pembentukan

kembali ATP berasal dari

glukosa dan cadangan glikogen hati dan otot. Pada aktivitas fisik yang berlangsung lama dan suplai oksigen telah mencukupi untuk pembebasan energi maka pembentukan kembali ATP berlangsung melalui proses aerobik. Pada awal proses aerobik, energi untuk pembentukan ATP berasal dari energi yang dibebaskan dari penguraian glikogen. Pada fase aerobik selanjutnya, ATP dibentuk dari penguraian lemak (trigliserida) dan protein terutama asam amino rantai cabang (Depkes 1993). Kebutuhan Karbohidrat Masalah utama yang sering ditemui siswa adalah kelelahan atau ketidak mampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya. Oleh karena itu pemenuhan energi dan karbohidrat harus menjadi prioritas bagi siswa yang menjalani aktivitas yang intensif (Damayanti 2000). Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan memegang peranan sangat penting untuk seorang siswa dalam melakukan aktivitas fisik. Untuk beraktivitas, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat yang terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan dalam otot dan hati. Selama beberapa menit permulaan kerja glukosa darah merupakan sumber energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan glikogen otot dan hati. Glikogen otot dipergunakan langsung oleh otot untuk pembentukan energi, sedangkan glikogen hati mengalami perubahan menjadi glukosa yang akan masuk ke peredaran darah untuk selanjutnya dipergunakan oleh otot. Pemberian karbohidrat bagi seorang siswa bertujuan untuk mengisi kembali simpanan glikogen otot dan hati yang telah dipakai pada saat kontraksi. Pada siswa yang mempunyai simpanan glikogen sangat sedikit, akan mengalami cepat lelah dan kurang berprestasi. Oleh karena itu, sebaiknya karbohidrat diberikan 60-70% dari total energi yang dibutuhkan atau sama dengan 6-10 gram/kg BB/hari. Karbohidrat dalam makanan sebagian besar harus dalam bentuk karbohidrat kompleks, sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (Depkes 1993).

10

Kebutuhan Lemak Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Selain penghasil energi, lemak merupakan alat

pengangkut vitamin

yang larut dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak

yang esensial,

misalnya asam lemak linoleat (Primana 2000). Lemak yang digunakan untuk pembentukan energi terutama berasal dari lemak endogen yaitu lemak yang dibentuk tubuh. Kebutuhan lemak berkisar antara 20-25% dari total energi perhari yang dibutuhkan seorang remaja (Depkes 1993). Lemak dalam tubuh berperan sebagai sumber energi utama pada saat melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang dalam waktu lama. Pada aktivitas sedang, lemak yang digunakan dipecah terlebih dahulu menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak bebas diangkut ke jaringan lain dan dipergunakan sebagai sumber energi. Pembentukan energi dari asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan karbohidrat (Depkes 1993). Kebutuhan Protein Protein bukan merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama beraktivitas karena hanya 5-10% dari total energi yang dikeluarkan berasal dari protein. Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh yang rusak seperti otot serta berperan dalam pembentukan

enzim,

pembentukan

sel-sel

darah

merah,

hormon,

neurotransmitter, antibodi, dan sintesa jaringan tubuh lainnya. Protein dicerna menjadi asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot dan jaringan lainnya (Husaini 2000). Protein dalam makanan dibutuhkan sebanyak 10-15% dari total energi. Namun,

siswa remaja yang yang memiliki aktivitas fisik yang sedang perlu

mengkonsumsi protein 1,0-1,2 gr/kg BB/hari. Kebutuhan protein seorang siswa remaja yang masih dalam masa pertumbuhan, kebutuhan terhadap protein lebih meningkat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 2 gr/kg BB/hari. Siswa sebaiknya mengkonsumsi makanan yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas protein. Akan tetapi, siswa remaja tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan sumber protein dalam jumlah berlebih. Asupan protein yang berlebih akan diubah menjadi lemak badan. Selain itu menyebabkan diuresis sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes 1993).

11

Kebutuhan Vitamin dan Mineral Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim, dan kofaktor. Pada keadaan defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut air (vit. B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi. Vitamin dan mineral yang penting diperhatikan dalam kaitannya dengan aktivitas fisik seperti vitamin A, B, C, D, E, dan K. Siswa remaja memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk pembakaran karbohidrat yang menghasilkan energi terutama pada saat beraktivitas. Untuk mengangkut oksigen (O2) ke otot diperlukan Hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang cukup. Untuk membentuk Hb yang cukup tubuh memerlukan zat besi (Fe) yang bersumber dari daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Oleh karena itu, siswa remaja tidak boleh menderita anemia, agar dapat berprestasi. Siswa yang masih remaja memerlukan kalsium yang relatif lebih tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Sumber kalsium bisa didapatkan dari susu (rendah lemak). Oleh karena itu, siswa siswaik yang masih remaja sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu setiap hari agar mencapai tinggi badan optimal. Ikan juga merupakan sumber kalsium terutama ikan yang dikonsumsi dengan tulangnya (contoh: ikan teri). Kebutuhan kalsium pada remaja usia 15 tahun adalah 1200 mg dan pada remaja dengan usia 16-18 tahun adalah 1000 mg (Rumawas 2000).

Status Gizi dan Pengukurannya Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier 2004). Menurut Harper, Deaton & Driskel (1996) status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan. Demikian pula menurut Riyadi (2003) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok

orang

yang

diakibatkan

oleh

konsumsi,

penyerapan

dan

penggunaan zat gizi. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokomia, dan klinis. Antropometri merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri ini berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

12

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai parameter atau jenis ukuran tubuh yang digunakan sebagai indikator status gizi seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan

antara

asupan

protein

dan

energi.

Gangguan

ketidakseimbangan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa et al. 2002). Tujuan dari pengukuran antropometri adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1) penapisan status gizi, 2) survei status gizi, dan 3) pemantauan status gizi (Arisman 2004). Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu serta faktor-faktor yang berkaitan. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu. Menurut Roedjito (1988) ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan status gizi. Atas dasar ini ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk negara-negara berkembang. Hal ini sangat penting karena cara penilaian status gizi lain lebih sulit dan lebih mahal. Pada orang dewasa, status gizi dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (Riyadi 2003). Namun demikian, menurut Damayanti (2000) Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dibuat untuk populasi umum, tidak cocok digunakan pada remaja, Siswa remaja dengan lean body mass yang meningkat mungkin mempunyai kadar lemak yang rendah, namun IMTnya melebihi batas yang dianjurkan. IMT masih dapat digunakan untuk perkiraan pertama tentang interval berat badan yang diinginkan, atau pada siswa wanita yang mengharapkan berat badan yang tidak realistik misalnya. Status gizi sangat mempengaruhi prestasi akademik. Menurut Moelek (1995) untuk mencapai prestasi akademik yang baik, banyak

faktor yang

berperan, antara lain kapasitas fungsional, status gizi, dan status psikologi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh kondisi fisik yang prima.

13

Denyut Nadi Denyut nadi atau denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba disuatu tempat dimana arteri melintas di sebelah depan pergelangan tangan. Darah yang di dorong ke arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah, tapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang bertekanan meregang dinding arteri sepanjang perjalanannya dan regangan dapat diraba sebagai denyut (Ganong & Hall 1998). Denyut yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Pearce 1997). Denyut nadi diukur dengan menghitung jumlah denyutan pada pergelangan tangan selama satu menit. Adapun kecepatan normal denyut nadi (denyut dalam satu menit) pada orang dewasa yaitu 60-80 denyut/menit (Pearce 1997). Takikardi berarti denyut jantung yang cepat, penyebab umum takikardi adalah tekanan suhu tubuh, ransangan jantung oleh syaraf simpatis dan keadaan toksik pada jantung. Demam menyebabkan takikardi karena kenaikan suhu tubuh akan meningkatkan derajat metabolisme nodus sinus, yang selanjutnya langsung meningkatkan eksitabilitas dan kecepatan irama jantung. Sedangkan bradikardi berarti denyut jantung yang lambat (Ganong & Hall 1998).

Tekanan Darah Tekanan darah arterial ialah kekuatan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini beubah-beubah pada setiap tahap siklus jantung. Selama sistol ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistol. Selama diastol tekanan turun, yaitu nilai tekanan terendah yang dicapai. Pusat vasomotorik mengatur tahanan periferi untuk mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan. Sebaliknya tekanan darah diukur selalu sewaktu oranynya tenang, istirahat dan sebaliknya dalam sikap rebahan (Pearce 1997). Tinggi rendahnya tekanan darah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu curahan jantung (cardiac output) dan tekanan resistensi pembuluh darah perifer. Menurut Budiman (1999) tingginya tekanan sistol berhubungan dengan besarnya curah jantung dan tingginya tekanan diastol berhubungan dengan resistensi perifer. Tekanan darah ini selalu berubah-ubah, tergantung waktu dan keadaan.

14

Moerdowo (1994) menyatakan bahwa kegelisahan atau adanya tekanan mental dapat meningkatkan tekanan darah, begitu pula temperatur yang dingin. Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah, yaitu : 1. Kekuatan memompa jantung Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-atrial, kemudian kedia atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui betkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis yaitu kontraksi (sistol) atau pengendoran (diastol). 2. Banyaknya darah yang beredar Untuk membuat tekanan dalam suatu susunan tabung maka tabung perlu diisi dengan penuh. Oleh karena itu, dinding pembuluh darah elastik dan dapat menggembung, maka harus diisi lebih supaya dapat dibangkitkan suatu tekanan. 3. Viskositas (kekantalan) darah Viskositas darah disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah tekanan darah. Misaknya dalam anemia jumlah sel dalam darah berjurang dan dengan sendirinya tekanan menjadi lebih rendah, seandainya jantung dan sistema vaskomotorik tidak bekerja lebih giat unruk mengimbanginya. 4. Elastisitas dinding pembuluh darah Didalam arteri tekanan lebih besar dibandingkan dalam vena, sebab otot yang membungkus arteri lebih elastik dari pada pada vena. 5. Tahanan tepi (resistensi periferi) Tahanan tepi adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada dalam arteriol, dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga menghasilkan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena (Pearce 1997).

15

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi tk. 1 140-159 90-99 Hipertensi tk. 2 ≥160 ≥100 Sumber : National Institutes of Health (2010) Tekanan darah rendah terjadi apabila tekanan darahnya di bawah normal. Kebanyakan orang yang tekanan darahnya rendah tidak memperlihatkan gejala dan hanya diketahui apabila tekanan darah diukur pada waktu pemeriksaan rutin. Tekanan darah tinggi biasanya kedua tekanan

itu menaik, walaupun

untuk

orang tua hanya tekanan sistol yang mungkin naik. Secara keseluruhan, suatu peningkatan dalam tekanan diastol jauh lebih serius dibandingkan dengan suatu peningkatan tekanan sistol (Smith 1996).

KERANGKA PEMIKIRAN Siswa di SMAN 6 Pandeglang membutuhkan energi yang sesuai untuk melakukan aktivitas pada saat belajar. Untuk mendapatkan kebutuhan gizi yang cukup maka siswa harus melakukan pengaturan makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi makro maupun mikro sesuai dengan ukuran tubuh, usia, dan aktivitas. Pengaturan makanan yang baik maka siswa mampu mendapatkan gizi secara optimal sehingga mampu menjaga stamina dan mempertahankan status gizi siswa tersebut. Berbagai jenis aktivitas fisik membutuhkan asupan zat gizi khususnya energi yang cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh. Energi dan zat gizi lainnya diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan zat gizi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan karakteristik fisik, fisiologis, dan aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot yang mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik terdiri dari ativitas selama bekerja, istirahat, dan pada waktu senggang. Pola konsumsi bertujuan untuk memenuhi kecukupan energi dan zat-zat gizi makro maupun mikro. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang didukung oleh pengetahuan gizi. Kebiasaan makan yang baik akan membuat pola konsumsi juga menjadi baik. Konsumsi pangan siswa SMAN 6 Pandeglang disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi individu yang diatur melalui pengaturan makanan. Seorang siswa dengan pengaturan makanan yang baik akan mampu mendapatkan gizi secara optimal dan mempertahankan status gizinya. Pendidikan gizi bagi siswa penting untuk memberikan pengetahuan dalam hal memilih makanan yang akan dikonsumsi untuk status gizi optimal. Status gizi siswa dapat dilihat dari ukuran tubuh (antropometri) dan hal ini dipengaruhi oleh tingkat kecukupan zat gizi siswa. Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi (Riyadi 2003). Penilaian status gizi pada orang dewasa dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), yakni dapat menaksir cadangan energi dalam tubuh dengan asumsi bahwa semakin kurus seseorang, semakin sedikit adanya cadangan energi dalam tubuh. Berbagai parameter atau jenis ukuran tubuh yang digunakan sebagai indikator status gizi seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit.

17

Tingkat kecukupan zat gizi siswa dihitung dengan cara membandingkan antara konsumsi zat gizi dari makanan (energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dengan angka kecukupan zat gizi siswa. Perhitungan kecukupan zat gizi siswa berdasarkan karakteristik siswa, ukuran tubuh (atropometri), dan aktivitas fisik yang dilakukan. Kecukupan zat gizi siswa yang baik menunjukkan terpenuhinya kebutuhan zat gizi siswa dengan optimal. Kesehatan fisik juga dapat mempengaruhi konsumsi pangan siswa. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

18

Pengetahuan Gizi

Kebiasaan Makan

Karakteristik Siswa

Pola Konsumsi

Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Kesehatan

Status Gizi

Denyut Nadi

Tekanan D h Prestasi

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6 Pandeglang Provinsi Banten. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive karena SMA Negeri 6 Pandeglang merupakan tempat pembinaan siswa dan merupakan sekolah percontohan di Kabupaten Pandeglang.

Cara Pengambilan Contoh Contoh pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 6 Pandeglang kelas XI. Contoh ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria atau persyaratan bahwa contoh merupakan siswa SMA Negeri 6 Pandeglang, yaitu contoh dengan jurusan IPA sebanyak 68 orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 46 siswa perempuan. Selain itu, kriteria lainnya yaitu contoh berusia 16 hingga 17 tahun, dalam keadaan sehat, bersedia mengisi kuesioner, serta tidak mempunyai masalah dengan pihak sekolah. Pertimbangan memilih siswa kelas XI adalah bahwa siswa kelas yang bersangkutan telah mengikuti pendidikan dalam kondisi stabil dan telah beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Siswa kelas X tidak dipilih dengan alasan masih membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan sekolah dan siswa kelas XII akan mempersiapkan untuk kegiatan Ujian Nasional (UN).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, penyebaran kuesioner dengan contoh dan pengukuran langsung. Data primer ini meliputi data karakteristik contoh, data pengetahuan gizi, antropometri (tinggi badan, berat badan, dan lemak tubuh), konsumsi pangan, denyut nadi, dan tekanan darah. Data sekunder yang berupa gambaran

umum

tempat

penelitian

SMA

Negeri

pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

6

Pandeglang.

Cara

20

Tabel 2 Cara pengumpulan data penelitian No

Jenis data

Variabel

1.

Karakteristik Contoh

1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Kelas

2.

Pengetahuan Gizi Antropometri Contoh dan Status Gizi

Pertanyaan mengenai bidang gizi 1. Berat Badan/BB (kg) 2. Tinggi badan/TB (cm) 3. Lemak Tubuh (%) 4. IMT/U

4.

Konsumsi Pangan

1. Jumlah Konsumsi 2. Kebiasaan makan 3. Recall 2x24 jam

5.

Denyut Nadi dan Tekanan Darah

1. Denyut Nadi 2. Tekanan Darah

3.

Cara pengumpulan data Wawancara dan pengamatan langsung

Wawancara dengan menggunakan kuisioner 1. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak Bathromm Scale 2. Tinggi badan diukur menggunakan Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm 3. Lemak tubuh dihitung dengan menggunakan Body Fat Monitor tipe Omron HBF-306 4. IMT/U dihitung WHO Anthroplus 2007 1. Wawancara jenis dan frekuensi pangan dengan menggunakan metode Recall 2x24 jam 2. Konversi URT ke dalam gram sesuai dengan yang disajikan Denyut nadi dan tekanan darah diukur menggunakan Automatic Blood Pressure Monitor tipe OMRON HEM780

Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik inferensia. Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Kemudian data dimasukan ke dalam tabel yang sudah ada (entry). Setelah itu, dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007 dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16.0. Perbedaan antar

21

variabel menggunakan uji beda t (Independent Samples T-test). Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Data pengetahuan gizi contoh yang diperoleh dengan memberikan kuisioner sebanyak 20 pertanyaan tentang pangan dan gizi dinilai dengan cara jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0 sehingga total nilai sebesar 20. Persentase hasil dari nilai pengetahuan gizi contoh dibandingkan dengan persentase skor berdasarkan Khomsan (2000) yaitu : rendah jika kurang dari 60% (<60%), sedang jika 60 – 80%, dan tinggi jika lebih dari 80% (>80%). Data antropometri diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan (kg) menggunakan timbangan injak Bathroom Scale. Kemudian, pengukuran tinggi badan (cm) dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Kadar lemak tubuh contoh diukur dengan menggunakan Body Fat Monitor. Menurut Hodgon & Beckett (1984), kategori persentase lemak tubuh untuk laki-laki yaitu rendah jika kurang dari 14% (<14%), normal jika 14-18%, agak tinggi jika lebih dari 18% (>18%), dan tinggi jika lebih dari 25% (>25%) lemak dari berat badan total. Sedangkan, untuk perempuan yaitu rendah jika kurang dari 21% (<21%), normal jika 21-25%, agak tinggi jika >25%, dan tinggi jika lebih dari 30% (>30%) dari lemak dari berat badan total. Data status gizi contoh ditentukan berdasarkan data yang sudah diperoleh yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan software Anthroplus 2007. Nilai Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) yaitu (WHO 2007) : Kurus

= -3 SD < Z-score < -2 SD

Normal

= -2 SD < Z-score < +1 SD

At Risk

= +1 SD < Z-score < +2 SD

Gemuk

= +2 SD < Z-score < +3 SD

Obesitas

= Z-score ≥ +3 SD

Kecukupan energi contoh didapatkan hasil perkalian dari AMB (Angka Metabolisme Basal (AMB) berdasarkan formula dari Harris Benedict (1919) dengan faktor aktivitas siswa. Formula yang digunakan yaitu: AMB Laki-laki

= 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

AMB Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U) AMB

= Angka Metabolisme Basal (Kal)

U

= Usia (tahun)

BB

= Berat Badan (kg)

22

TB

= Tinggi Badan (meter) AKE = AMB x FA

AKE

= Angka Kecukupan Energi (Kal)

AMB

= Angka Metabolisme Basal (Kal)

FA

= Angka Kegiatan Fisik (sangat aktif bagi anak laki-laki usia 9-18

tahun yaitu 1.42 dan perempuan 1.31) Data konsumsi pangan yang diperoleh dikonversikan untuk menentukan zat gizi contoh yang terdiri dari energi, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, zat besi (Fe), vitamin A, dan vitamin C dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994) Kgij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100) Keterangan : Kgij

= Kandungan zat gizi –I dalam bahan makanan –j

Bj

= Berat makan –j yang dikonsumsi (g)

Gij

= Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan ke –j

BDD j

= Bagian bahan makanan –j yang dapat dimakan

Untuk menentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) contoh yang dicari digunakan rumus: AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan: AKGI

= Angka kecukupan zat gizi contoh yang dicari

Ba

= Berat badan aktual sehat (kg)

Bs

= Berat badan patokan (kg)

AKG = Angka kecukupan energi atau protein yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG 2004) Untuk mineral dan vitamin dihitung langsung dengan angka kecukupan tanpa menggunakan AKGI. Selanjutnya, tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya yaitu dengan menggunakan rumus tingkat kecukupan zat gizi yang di bawah ini: TKG = (K/AKGI) x 100% Keterangan: TKG

= Tingkat kecukupan zat gizi

23

K= Konsumsi zat gizi (recall) AKGI

= Angka kecukupan zat gizi contoh yang dicari

Denyut nadi dan tekanan darah diperiksa dengan menggunakan Automatic Blood Pressure Monitor. Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat digembungkan, secara otomatis kantong karet akan memompa dan tekanan akan naik. Kemudian secara otomatis pula tekanan darah dan denyut nadi akan dapat diketahui. Menurut Perace (1997) denyut nadi dapat dikategorikan kedalam : bradikardi (<60 denyut/menit), normal (60-80 denyut/menit), takikardi (>80 denyut/menit). Kategori pengukuran data penelitian dapat dilihat pada Tabeol 3. No 1. 2.

3.

4.

Jenis Data

Tabel 3 Kategori pengukuran data penelitian Variabel Kategori Pengukuran

Karakteristik Contoh Pengukuran Antropometri dan Status Gizi

1. 2. 1. 2. 3.

Usia Jenis Kelamin Tinggi Badan Berat Badan Lemak Tubuh

Disesuaikan dengan data

Lemak tubuh (Hodgon & Beckett 1984) : Laki- laki 1. Rendah <14% 2. Normal 14-18% 3. Agak Tinggi 18-25% 4. Tinggi > 25% Perempuan 1. Rendah <21% 2. Normal 21-25% 3. Agak tinggi >25% 4. Tinggi >30% IMT/U dengan kategori (WHO 2007): Kurus = -3 SD < Z-score < -2 SD Normal = -2 SD < Z-score < +1 SD At Risk = +1 SD < Z-score < +2 SD Gemuk = +2 SD < Z-score < +3 SD Obesitas = Z-score > +3 SD Pengetahuan Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi (Khomsan 2000) : Gizi 1. Rendah <60% 2. Sedang 60-80% 3. Tinggi >80% Tingkat konsumsi energi dan protein (Depkes Konsumsi 1. Jumlah 1996) : Pangan Konsumsi 1. Defisit tingkat berat (<70%) 2. Kebiasaan 2. Defisit tingkat sedang (70-79%) makan 3. Recall 2x24 3. Defisit tingkat ringan (80-89%) 4. Normal (90-119%) jam 5. Kelebihan (>120%) Tingkat konsumsi vitamin dan mineral (Gibson 2005): 1. Kurang (<77% AKG) 2. Cukup (≥77% AKG)

24

Lanjutan tabel 3 5.

Denyut Nadi dan Tekanan Darah

2. Denyut Denyut nadi ( Pearce 1997) : Nadi 1. Bradikardi (<60 denyut/menit) 2. Normal (60-80 denyut/menit) 3. Takikardi (>80 denyut/menit) Tekanan darah sitolik (National Institutes of Health 2010) : 2. Tekanan Darah 1. Normal (<120 mmHg) 2. Prehipertensi (120-139 mmHg) 3. Hipertensi tk. 1 (140-159 mmHg) 4. Hipertensi tk. 2 (≥160 mmHg) Tekanan darah diastol (Institutes of Health 2010) : 1. Normal (<80 mmHg) 2. Prehipertensi (80-89 mmHg) 3. Hipertensi tk. 1 (90-99 mmHg) 4. Hipertensi tk. 2 (≥100 mmHg)

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data karakteristik siswa, status gizi, pengetahuan gizi, pola konsumsi, tingkat kecukupan gizi, denyut nadi, dan tekanan darah. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji beda t (Independent Samples T-test) dan uji korelasi Rank Spearman. Uji beda t (Independent Samples T-test) digunakan untuk menganalisis perbandingan antara peubah pada penelitian ini, yaitu tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, denyut nadi, dan tekanan darah berdasarkan jenis kelamin.

Analisis statistik uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk

mengetahui hubungan antara staus gizi dengan pengetahuan gizi, status gizi dengan tingkat kecukupan energi, status gizi dengan tingkat kecukupan protein, status gizi dengan tingkat kecukupan lemak, status gizi dengan tingkat kecukupan kalsium, status gizi dengan tingkat kecukupan besi, status gizi dengan denyut nadi, dan status gizi dengan tekanan darah. Definisi Operasional Remaja adalah siswa usia 16-17 tahun yang berada di SMAN 6 Pandeglang. Contoh adalah siswa SMAN 6 Pandeglang yang merupakan siswa berumur 1617 tahun. Umur adalah usia contoh pada saat pengambilan data ketika penelitian dilakukan (dalam tahun). Konsumsi gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi tubuh setelah mengkonsumsi pangan.

25

Tingkat kecukupan gizi perbandingan konsumsi dari rata-rata zat gizi makro maupun gizi mikro terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) dan dinyatakan dalam persen. Pola konsumsi pangan adalah gambaran mengenai kebiasaan makan contoh yang pada akhirnya akan menentukan tingkat kecukupan gizi remaja melalui konsumsi pangan. Kebiasaan makan adalah perilaku makan contoh yang kemudian akan mempengaruhi konsumsi pangan, baik jumlah maupun jenis. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan tunggal atau beragam yang dikonsumsi oleh contoh yang akan menentukan tingkat kecukupan gizi. Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung yaitu tinggi badan, berat badan, lemak tubuh. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dan dikelompokkan menjadi 5 kategori: Kurus = -3 SD < Z-score < -2 SD, Normal = -2 SD < Z-score < +1 SD, At Risk = +1 SD < Z-score < +2 SD, Gemuk = +2 SD < Z-score < +3 SD, Obesitas = Z-score > +3 SD. Pengetahuan gizi contoh adalah pengetahuan gizi contoh yang diukur dengan cara menanyakan sebanyak 20 pertanyaan mengenai gizi secara umum. Denyut nadi adalah banyaknya denyut jantung contoh dalam satu menit yag diukur dengan menghitung jumlah denyutan pada pergelangan tangan dalam posisi duduk dan isttirahat. Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah contoh terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang terdiri dari tekanan sistol dan diastol.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Pandeglang terletak di Jl. Pendidikan No. 2 Ciekek Pandeglang. Sekolah ini didirikan pada tanggal 8 Oktober 2001. Sekolah yang dipimpin oleh Drs. H. Suherman, M.Pd ini memiliki visi : Unggul dalam prestasi, teladan dalam imtaq. Misi dari sekolah ini adalah : a). Manajemen partisipasi dalam melibatkan semua warga

sekolah, komite,

guna meningkatkan budaya kerja, disiplin, dan tertib administrasi dalam pengelolaan sekolah dengan bernuansa Ahklakul Karimah. B). Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien, untuk meningkatkan mutu yang mampu bersaing dengan dilandasi iman yang kuat. C). Menumbuhkan aktivitas warga sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler, baik akademik maupun non akademik sehingga

menghasilkan

prestasi

terbaik

dibidangnya.

D).

Meningkatkan

kerjasama melalui jaringan teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan sekolah dan masyarakat yang bernuansa islami. E). Meningkatkan sarana perpustakaan dan laboratorium untuk menumbuhkan budaya membaca dan sikap ilmiah sebagai upaya peningkatan mutu sumber daya manusia madani. F). Menciptakan lingkungan yang BERKAH (Bersih, Elok, Ramah, Kuat, Aman,dan Hidup) sehingga terbentuk suasana belajar yang kondusif. SMA Negeri 6 Pandeglang memiliki luas tanah sebesar 6.850 m² dengan luas bangunan 2.032 m². Bangunan SMA terdiri dari 24 kelas, 3 laboratorium. Selain itu, sekolah ini dilengkapi dengan ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang kesenian, ruang koperasi siswa, ruang osis, ruang BK/BP, musholla, lapangan basket, lapangan futsal, lapangan voli, pos satpam, dan ruang PDS. Sekolah ini telah terakreditasi A, serta telah menerapkan kurikulum KTSP sejak tahun 2008. Jumlah guru di sekolah ini adalah 60 orang, yang terdiri dari 48 guru tetap (PNS), 1 orang guru kontrak, 6 orang guru tidak tetap (GKK), serta 5 orang guru Tenaga Kerja Kontrak (TKK). Jumlah staf Tata Usaha (TU) berjumlah 18 orang. Untuk jumlah siswa sekolah ini berjumlah 1009 siswa, yang terdiri dari 400 siswa kelas X, 309 siswa kelas XI, dan 300 siswa kelas XII. Rekapitulasi siswa SMA Negeri 6 Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 4.

27

Tabel 4 Rekapitulasi siswa SMA Negeri 6 Pandeglang (2011/2012) Jenis Kelamin Kelas Laki-laki Perempuan n % n % X 174 39.5 219 38.9 XI 147 33.3 196 34.9 XII 120 27.2 147 26.2 Total 441 100 562 100 Karakteristik Siswa Karakteristik siswa merupakan gambaran mengenai siswa yang meliputi ciri fisik (antropometri). Karakteristik ini diperlukan sebagai gambaran yang jelas mengenai siswa yang dijadikan contoh dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan sebagai penjelasan dalam memahami karakter siswa. Karakteristik siswa meliputi usia, berat badan, tinggi badan, dan persentase lemak tubuh. Usia Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang Kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 berjumlah 70 orang sehingga seluruh populasi digunakan sebagai contoh dalam penelitian dengan metode purposive sampling, namun dalam perjalanan pengambilan data dua orang mengalami drop out karena sedang sakit ataupun ketidaklengkapan data. Dengan demikian, jumlah siswa yang dijadikan contoh dan dianalisis adalah 68 orang, yang terdiri dari 46 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki. Usia siswa dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Sebaran siswa menurut usia dan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Usia (tahun) n % n % 16 20 90.9 45 97.8 17 2 9.1 1 2.2 Total 22 100 46 100 Rata-rata 16.1 ± 0.3 16.0 ± 0.1 Seluruh populasi siswa berada pada usia 16 dan 17 tahun. Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa perempuan (97,8%) berusia 16 tahun. Sebanyak 90.9% siswa laki-laki berada pada kelompok usia 16 tahun. Sebanyak 9,1% siswa laki-laki berada pada kelompok usia 17 tahun dan 2,2% siswa perempuan berusia 17 tahun. Usia semua siswa yang diteliti tergolong ke dalam usia remaja yaitu antara 10-18 tahun (Hardinsyah & Tambunan 2004)

28

Karakteristik Antropometri Metode

antropometri

merupakan

pengukuran

ukuran

tubuh

dan

komposisi tubuh secara kasar. Pengukuran ini dipengaruhi oleh faktor usia, selain itu jenis kelaminpun mempengaruhi. Antropometri merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri mempunyai keuntungan dalam menyediakan informasi status gizi masa lampau yang tidak dapat diperoleh dengan teknik penilaian yang lain (Gibson 2005). Menurut Roedjito (1988) ukuran fisik seseorang berhubungan dengan status gizi. Oleh karena itu, ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang paling baik dan dapat diandalkan dalam penentuan status gizi. Berat Badan. Siswa yang diteliti dilakukan pengukuran antropometri meliputi tinggi badan, berat badan, dan persentase lemak tubuh. Berat badan siswa diukur menggunakan timbangan injak bathscale. Berat badan siswa dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Sebaran siswa menurut berat badan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Berat Badan Laki-Laki Perempuan (Kg) n % n % 35-49 1 4.5 37 80.4 50-65 19 86.4 7 15.2 > 65 2 9.1 2 4.3 Total 22 100 46 100 Rata-rata 55.5 ± 7.5 45.9 ± 6.1 Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa perempuan (80,4%) memiliki berat badan antara 35-49 kg. Sebanyak 86,4% siswa laki-laki memiliki berat badan antara 50-65 kg. Secara keseluruhan berat badan siswa laki-laki lebih berat daripada berat badan siswa perempuan. Rata-rata berat badan siswa laki-laki adalah 55,5 kg dan siswa perempuan adalah 45,9 kg. Hasil ini sudah memenuhi berat badan standar untuk remaja sesuai dengan Widya Karya Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 2004 yaitu laki-laki 48-80 kg dan perempuan 36-65 kg (Hardinsyah & Tambunan 2004). Tinggi Badan. Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tubuh yang menggambarkan pertumbuhan skeletal (Supariasa et al 2002). Pengukuran ini dengan menggunakan microtoise yang ditempel di dinding. Menurut Arisman (2004) tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung

29

dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Tinggi badan siswa dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Sebaran siswa menurut tinggi badan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Tinggi Badan Laki-Laki Perempuan (cm) n % n % ≤140 0 0 4 8.7 141-150 0 0 21 45.7 151-160 6 27.3 19 41.3 ≥161 16 72.7 2 4.3 Total 22 100 46 100 Rata-rata 161.1 ± 6.5 149.1 ± 5.8 Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa perempuan (45,7%) memiliki tinggi badan antara 141-150 cm. Sebagian besar siswa laki-laki memiliki tinggi badan lebih dari 161 cm yaitu sebanyak 72,7%. Sebanyak 41,3% siswa perempuan memiliki tinggi badan antara 151-160 cm dan 27,3% siswa laki-laki memiliki tinggi badan 151-160 cm. Secara keseluruhan tinggi badan siswa lakilaki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Rata-rata tinggi badan siswa laki-laki adalah 161,1 cm dan siswa perempuan adalah 149,1 cm. Tinggi badan siswa ini belum memenuhi tinggi badan standar untuk usia 16-18 tahun sesuai dengan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 bagi orang Indonesia yaitu untuk laki-laki adalah 165 cm dan untuk perempuan adalah 156 cm. Persentase Lemak Tubuh. Lemak sangat dibutuhkan tubuh untuk cadangan zat gizi dan mengubahnya ke dalam bentuk energi. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai penyekat panas, penyerap guncangan, dan fungsi lainnya (Macmillan 1993). Persentase lemak tubuh adalah proporsi jumlah lemak di dalam tubuh berdasar total berat seseorang, termasuk lemak esensial dan lemak simpanan. Lemak esensial yaitu jumlah lemak tubuh minimal yang dibutuhkan untuk fungsi fisiologis normal (pada pria sekitar 3% dari total berat dan pada perempuan sekitar 12%). Lemak simpanan yaitu bagian lemak tubuh yang lebih dan disimpan dalam jaringan adiposa (Hoeger & Hoeger 2005). Persentase lemak tubuh diukur dengan menggunakan body fat monitor. Persentase lemak tubuh siswa dapat dilihat pada tabel 8.

30

Tabel 8 Sebaran siswa menurut persentase lemak tubuh dan jenis kelamin Frekuensi Persentase Lemak Tubuh n % Laki-Laki - Normal (14-18%) 2 9.1 - Agak Tinggi (18-25%) 17 77.3 - Tinggi (> 25%) 3 13.6 Total 22 100 Rata-rata 21.8 ± 4.0 Perempuan - Rendah (< 21%) 2 4.3 - Normal (21-25%) 12 26.1 - Agak Tinggi (> 25%) 20 43.5 - Tinggi (> 30%) 12 26.1 Total 46 100 Rata-rata 27.2 ± 4.0 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki (77,3%) memiliki persentase lemak tubuh agak tinggi yaitu 18-25% lemak dari berat badan total, bahkan (13,6%) siswa laki-laki memiliki peresentase lemak tubuh yang termasuk tinggi yaitu melebihi 25%, sebanyak 13,6% siswa laki-laki tersebut memiliki rata-rata tingkat kecukupan energi sebesar 92,3%. Sebagian besar siswa perempuan (43,5%) memiliki persentase lemak tubuh agak tinggi yaitu >25% lemak dari berat badan total, bahkan (26,1%) siswa perempuan memiliki persentase lemak tubuh yang termasuk tinggi yaitu melebihi 30%, sebanyak 26,1% siswa perempuan tersebut meiliki rata-rata tingkat kecukupan energi sebesar 112,8% . Rata-rata persentase lemak tubuh siswa laki-laki adalah 21,8% dan siswa perempuan adalah 27,2%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase lemak tubuh siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atara jenis kelamin dengan persentase lemak tubuh siswa (p<0,01). Komposisi tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, diet, dan aktivitas. Perempuan memiliki lemak tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan lakilaki karena keperluan reproduksi (Williams 1995). Lemak dalam tubuh harus terdapat dalam keadaan normal, sebab jika melebihi kadar normal, dapat terjadi kelainan-kelainan dalam tubuh, seperti kegemukan, arterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

31

Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan kualitas gizi dan makanan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang tepat dan benar mengenai gizi, seseorang akan mengetahui dan berupaya mengatur pola makanannya sedemikian rupa sehingga seimbang dan cukup jumlahnya. Pendidikan gizi bagi siswa penting untuk memberikan pengetahuan dalam hal memilih makanan yang akan dikonsumsi untuk status gizi optimal. Siswa dinilai pengetahuan gizinya dengan cara diberikan soal pengetahuan gizi sebanyak 20 soal yang berhubungan dengan pengetahuan gizi secara umum. Penilaian akan dibuat dalam bentuk persentase dan akan dibandingkan dengan standar skor tingkat pengetahuan gizi yaitu kurang (<60%), cukup (60-80%), dan baik (>80%) (Khomsan 2000). Pengetahuan gizi siswa dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Sebaran siswa menurut pengetahuan gizi dan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Nilai Pengetahuan Gizi n % n % Rendah (< 60%) 1 4.5 2 4.3 Sedang (60-80%) 12 54.5 29 63.0 Baik (> 80%) 9 40.9 15 32.6 Total 22 100 46 100 Rata-rata 77.7 ± 10.2 76.5 ± 10.9 Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki pengetahuan gizi yang termasuk dalam kategori sedang (54,5%). Sebanyak (63,0%) siswa perempuan memiliki pengetahuan gizi yang sedang. Sebanyak 40,9% siswa laki-laki memiliki pengetahuan gizi yang baik. Sebanyak 32,6% siswa perempuan memiliki pengetahuan gizi yang baik. Soal pengetahuan gizi yang banyak salah dijawab adalah mengenai pangan sumber protein nabati dan jenis vitamin yang larut dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa memahami pengetahuan gizi secara umum, tetapi kurang mendalam. Kurangnya pengetahuan gizi siswa dikarenakan siswa kurang mendapat materi mengenai gizi. Pengetahuan gizi mengenai pengaturan makanan sangat bermanfaat antara lain memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mempertahankan kondisi tubuh selama beraktivitas, dan informasi mengenai makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik. Oleh sebab itu, siswa sebaiknya memiliki pengetahuan gizi yang baik untuk mengetahui pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari.

32

Status Gizi Riyadi (2003) mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh

seseorang

atau

sekelompok

orang

yang

diakibatkan

konsumsi,

penyerapan, dan penggunaan zat gizi. Beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi seperti antropometri, konsumsi pangan, biokimia, dan klinis. Penilaian status gizi siswa berdasarkan indeks massa tubuh dan dirujuk menurut umur (IMT/U), yakni dapat menaksir cadangan energi dalam tubuh dengan asumsi bahwa semakin kurus seseorang, semakin sedikit adanya cadangan energi dalam tubuh. Status gizi (IMT/U) diperoleh dari hasil pengukuran berat badan (kg) dan tinggi badan (meter). IMT/U direkomendasikan sebagai indikator terbaik yang dapat digunakan untuk remaja (Riyadi 2003). Status gizi siswa dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Sebaran siswa menurut status gizi siswa (IMT/U) dan jenis kelamin Jenis Kelamin Status Gizi IMT/U Laki-Laki Perempuan n % n % Kurus 0 0 1 2.2 Normal 19 86.4 42 91.3 Gemuk 3 13.6 3 6.5 Total 22 100 46 100 Rata-rata 20.6 ± 2.9 20.7 ± 2.5 Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki status gizi yang termasuk normal yaitu sebanyak 86,4%. Sebanyak 91,3% siswa perempuan memiliki status gizi yang termasuk dalam kategori normal, sedangkan sebanyak 13,6% siswa laki-laki dan 6,5% siswa perempuan memiliki status gizi yang termasuk dalam kategori gemuk. Rata-rata status gizi siswa perempuan yaitu sebesar 20,7 kg/m cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki yaitu sebesar 20,6 kg/m. Status gizi yang baik sangat penting bagi siswa untuk meningkatkan prestasinya dengan baik. Menurut Moelek (1995), seseorang yang mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara terencana akan berada pada status gizi baik dan mampu mempertahankan kondisi fisik yang baik. Penghitungan indeks massa tubuh melibatkan berat badan dan tinggi badan seseorang, namun kurang dapat menggambarkan komposisi

tubuh

orang

tersebut.

Penelitian

Wijaya

(2010)

Status

gizi

berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, sehingga akan menghambat kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas yang pada akhirnya akan menurunkan daya tahan jantung, sehingga semakin tinggi nilai IMT seseorang

33

maka semakin rendah tingkat kebugaran jasmaninya. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan dari aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Penilaian konsumsi pangan dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Metode Food Recall 24 jam adalah salah satu metode dalam melakukan penilaian konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan pangan dan zat gizi pada tiap kelompok, rumah tangga, dan individu serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan. Prinsip dari metode ini adalah melakukan pencatatan jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pengukuran konsumsi energi dan zat gizi lainnya dilakukan berdasarkan recall dua hari (2x24 jam) yaitu satu hari saat siswa sekolah dan hari libur (Arisman 2004). Komposisi menu seimbang yang dianjurkan bagi siswa remaja harus mengandung sekitar 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, dan lemak 20-25% dari total kebutuhan energi (Depkes 2002). Frekuensi Makan. Frekuensi makan bisa menjadi kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan peluang untuk mencukupi kebutuhan gizi akan semakin besar (Khomsan 2002). Frekuensi makan dapat diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu, dan kali per bulan. Frekuensi makan yang diukur dalam penelitian ini adalah dalam satuan kali per hari.

Frekuensi makan

siswa dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 Sebaran siswa menurut frekuensi makan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Makan Sehari Laki-Laki Perempuan n % n % 2 kali 1 4.5 17 37.0 3 kali 21 95.5 26 56.5 >3 kali 0 0 3 6.5 Total 22 100 46 100 Rata-rata 2.9 ± 0.2 2.7 ± 0.6 Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak (95,5%) siswa laki-laki memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali dalam seharinya. Sebanyak (56,5%) siswa perempuan memiliki frekuensi makan sebanyak 3 kali dalam sehari, sedangkan (37,0%) siswa perempuan memiliki kebiasaan makan 2 kali dalam seharinya. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa frekuensi makan siswa dapat

34

dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa memiliki frekuensi makan lengkap sebanyak 3 kali dalam sehari. Secara kuantitas dan kualitas rasanya sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan zat gizi apabila hanya makan satu atau dua kali dalam sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan kita tidak dapat makan sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yakni tiga kali dalam sehari termasuk sarapan (Khomsan 2002). Kebiasaan Sarapan. Khomsan (2002) menyatakan bahwa makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada hari itu. Manfaat yang bisa diambil jika kita melakukan sarapan adalah dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan gula darah, dengan kadar gula darah yang normal, maka konsentrasi dalam beraktifitas bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, sarapan pagi akan memberikan konstribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini sangat bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologi dalam tubuh. Sarapan pagi dapat menyumbang sekitar 25% zat gizi. Sisa kebutuhan zat gizi lainnya dapat dipenuhi pada saat makan siang, makan malam, dan makan selingan diantara waktu makan (Khomsan 2002). Kebiasaan sarapan siswa dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Sebaran siswa menurut kebiasaan sarapan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Kebiasaan Sarapan Laki-Laki Perempuan n % n % Selalu 13 59.1 11 23.9 Kadang-kadang 9 40.9 19 41.3 Jarang 0 0 13 28.3 Tidak Pernah 0 0 3 6.5 Total 22 100 46 100 Tabel 12 menunjukkan bahwa sebanyak (59,1%) siswa laki-laki selalu melakukan sarapan pagi. Sebanyak (41,3%) siswa perempuan kadang-kadang melakukan sarapan pagi. Alasan siswa yang kadang-kadang atau tidak sarapan adalah tidak cukup waktu karena terlambat bangun pagi ataupun kurang terbiasa dengan sarapan setiap hari. Menu sarapan siswa setiap harinya tidak selalu sama, namun sebagian besar menu siswa yang dikonsumsi sehari-hari dapat dilihat pada tabel 13.

35

Tabel 13 Sebaran siswa menurut menu sarapan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Menu Sarapan n % n % Nasi + Lauk pauk 14 63.6 25 54.3 Mie 0 0 2 4.3 Roti 5 22.7 6 13.0 Nasi Goreng 3 13.6 13 28.3 Total 22 100 46 100 Tabel 13 menunjukkan bahwa siswa tidak selalu mengkonsumsi sarapan yang

sama

setiap

harinya.

Namun

sebanyak

(63,6%)

siswa

laki-laki

mengkonsumsi nasi dan lauk pauk untuk menu sarapan. Sebanyak (54,3%) siswa perempuan juga mengkonsumsi nasi dan lauk pauk sebagai menu sarapan. Konsumsi Jajanan. Kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap usia anak sekolah menyumbang 5,5% energi dan 4,2% protein (Cahanar & Suhanda 2006). Oleh karena itu, peran makanan jajajan sebagai penunjang gizi dalam menu sehari-hari remaja tidak dapat dikesampingkan. Namun, tidak semua jajajanan dapat memberikan kontribusi gizi yang baik.

Makanan ringan yang biasanya dipilih berdasarkan

kemudahan untuk mendapatkannya daripada kandungan nutrisinya yang bermanfaat, semakin menjadi bagian dari kebiasaan pola makan selama remaja (Wong et al 2002). Frekuensi jajan siswa dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14 Sebaran siswa menurut frekuensi jajan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Jajan Laki-Laki Perempuan Sehari n % n % 1 kali 0 0 6 13.0 2 kali 12 54.5 13 28.3 3 kali 10 45.5 10 21.7 >3 kali 0 0 17 37.0 Total 22 100 46 100 Rata-rata 2.5 ± 0.5 2.8 ± 1.1 Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak (54,5%) siswa laki-laki memiliki frekuensi jajan sebanyak 2 kali dalam sehari. Sebanyak (37,0%) siswa perempuan memiliki frekuensi jajan lebih dari 3 kali dalam sehari, sedangkan sebanyak (45,5%) siswa laki-laki memiliki frekuensi jajan sebanyak 3 kali dalam sehari, dan (21,7%) siswa perempuan memiliki frekuensi jajan sebanyak 3 kali dalam sehari.

36

Tabel 15 Sebaran siswa menurut jenis jajanan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Jenis Jajanan Laki-Laki Perempuan n % n % Siomay 8 36.4 1 2.2 Gorengan 4 18.2 12 26.1 Batagor 2 9.1 6 13.0 Baso 5 22.7 17 36.9 Mie Ayam 3 13.6 10 21.8 Total 22 100 46 100 Tabel 15 menunjukkan bahwa sebanyak (36,4%) siswa laki-laki memilih jenis jajanan seperti siomay. Sebanyak (36,9%) siswa perempuan memilih jenis jajanan seperti bakso. Sisanya yaitu sebanyak (18,2%) siswa laki-laki memilih jenis jajanan gorengan seperti bakwan, tempe goreng tepung, dan tahu goreng tepung, sedangkan sebanyak (13,0%) siswa perempuan memilih jenis jajanan batagor. Konsumsi Air. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air, jumlahnya sebesar 50-70% dari berat badan remaja (Santoso et al 2011). Keseimbangan air akan terjadi apabila volume asupan air sama dengan volume keluaran air. Konsumsi air yang cukup pada remaja usia 16-18 tahun adalah sebanyak 2,2 L untuk laki-laki, dan 2,1 L untuk perempuan. Volume asupan air tambahan disesuaikan dengan keadaan, misalnya demam, latihan fisik, dan suhu lingkungan yang tinggi. Semakin banyak dan berat kegiatan, semakin banyak diperlukan energi dari makanan dan semakin banyak pula air yang terkuras dari tubuh, sehingga semakin banyak asupan air yang diperlukan oleh tubuh (Santoso et al 2011). Konsumsi air siswa dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Sebaran siswa menurut konsumsi air dan jenis kelamin Jenis Kelamin Konsumsi Air Sehari Laki-Laki Perempuan n % n % >8 gelas 0 0 8 17.4 7 gelas 16 72.7 8 17.4 5 gelas 6 27.3 15 32.6 <5 gelas 0 0 15 32.6 Total 22 100 46 100 Rata-rata (gelas) 2.3 ± 0.5 2.8 ± 1.1 Tabel 16 menunjukkan bahwa sebanyak (72,7%) siswa laki-laki mengkonsumsi air sebanyak 7 gelas dalam sehari. Sebanyak (32,6%) siswa perempuan mengkonsumsi air sebanyak 5 gelas dalam sehari, dan kurang dari 5 gelas dalam sehari. sedangkan sisanya yaitu sebanyak (27,3%) siswa laki-laki

37

mengkonsumsi air 5 gelas dalam sehari, dan (17,4%) siswa perempuan mengkonsumsi air lebih dari 8 gelas dalam sehari. Konsumsi dan Kecukupan Gizi Konsumsi zat gizi yang optimal merupakan keadaan saat penyediaan zatzat gizi yang dibutuhkan mencukupi untuk pemeliharaan jaringan, perbaikan dan pertumbuhan tanpa menimbulkan kelebihan konsumsi energi. Konsumsi energi dan zat gizi yang kurang ataupun melebihi kebutuhan umumnya akan memberikan efek yang kurang baik terhadap fungsi biologis tubuh. Kebutuhan energi dan zat-zat gizi lainnya bersifat individual tergantung pada usia, jenis kelamin, berat dan tinggi badan serta tingkat aktivitas sehari-hari. Energi dan zat gizi lainnya diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Rata-rata konsumsi, kecukupan, dan tingkat kecukupan zat gizi siswa dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17 Rata-rata konsumsi, kecukupan, dan tingkat kecukupan zat gizi siswa Laki-laki Perempuan Total Jenis Zat Gizi Rata-rata Rata-rata Rata-rata Energi Konsumsi (Kal) 1652 1602 1627 Kecukupan (Kal) 2183 1688 2024 Tingkat Kecukupan (%) 75.7 94,9 80.4 Protein Konsumsi (g) 42.1 40.9 41.5 Kecukupan (g) 52.1 42.9 47.5 Tingkat Kecukupan (%) 80.8 95.3 87.4 Lemak Konsumsi (g) 49.6 51.7 50.7 Kecukupan (g 66.3 56.7 61.5 Tingkat Kecukupan (%) 74.8 91.2 82.4 Kalsium Konsumsi (mg) 302.8 315.7 309.3 Kecukupan (mg) 597.5 550.4 573.9 Tingkat Kecukupan (%) 50.7 57.4 53.9 Besi Konsumsi (mg) 10.3 12.3 11.3 Kecukupan (mg) 23.0 22.9 22.9 Tingkat Kecukupan (%) 44.8 53.7 49.3 Vitamin A Konsumsi (RE) 897.1 917.3 907.2 Kecukupan (RE) 687.5 458.7 573.1 Tingkat Kecukupan (%) 130.5 199.9 158.3 Vitamin C Konsumsi (mg) 26.0 24.3 25.2 Kecukupan (mg) 59.8 55.0 57.4 Tingkat Kecukupan (%) 43.5 44.2 43.8

38

Tabel 17 menunjukkan bahwa siswa yang diteliti memiliki rata-rata tingkat kecukupan energi dan protein yang tergolong kurang. Rata-rata tingkat kecukupan lemak dan tingkat kecukupan vitamin A siswa laki-laki maupun perempuan tergolong normal. Rata-rata tingkat kecukupan kalsium, besi, dan vitamin C siswa masih tergolong kurang. Berdasarkan gambaran pola di atas, konsumsi siswa yang diteliti kurang energi, protein, dan mineral, namun tinggi lemak. Hal ini dapat dilihat dari jenis makanan yang dikonsumsi siswa yaitu sebagian besar berasal dari pangan sumber lemak dan sumber pangan hewani. Pengaturan makanan harus dapat mencukupi kebutuhan zat gizi esensial yang bertujuan untuk meningkatkan performa fisik dan mengganti zat-zat gizi yang berkurang akibat digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Energi Makanan seorang siswa harus memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan untuk mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat aktivitas seharihari. Menu seseorang harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Kebutuhan energi seseorang berbeda-beda dipengaruhi oleh jenis kelamin, ukuran tubuh dan tingkat aktivitas. Nilai konsumsi energi dan zat gizi lain diperoleh berdasarkan recall 2x24 jam yaitu satu hari saat siswa sekolah dan satu hari saat siswa libur sekolah. Tujuannya untuk dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intik harian individu (Arisman 2004). Menurut Kusharto dan Sa’diyyah (2003), metode recall konsumsi yang digunakan dalam penelitian memiliki kekurangan yaitu data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat seseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatat dalam mengkonversi ukuran rumah tangga (urt) kedalam satuan berat, Hasil dari perhitungan dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Angka kecukupan energi diperoleh dari WKNPG tahun 2004 karena sudah disesuaikan dengan kondisi tubuh orang Indonesia. Tingkat kecukupan energi siswa dapat dilihat pada tabel 18.

39

Tabel 18 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan energi dan jenis kelamin Jenis Kelamin Tingkat Kecukupan Energi Laki-Laki Perempuan n % n % Defisit tingkat berat (<70%) 7 31.8 1 2.2 Defisit tingkat sedang (70-79%) 6 27.3 2 4.3 Defisit tingkat ringan (80-89%) 8 36.4 17 37.0 Normal (90-119%) 1 4.5 24 52.2 Kelebihan (>120%) 0 0 2 4.3 Total 22 100 46 100 Rata-rata 76.0 ± 11.8 96.2 ± 14.1 Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit ringan yaitu sebesar (36,4%). Siswa perempuan memilki tingkat kecukupan energi yang tergolong normal yaitu sebesar (52,2%). Rata-rata konsumsi energi siswa adalah 1627 Kal, dengan rata-rata konsumsi energi siswa laki-laki 1652 Kal dan perempuan 1602 Kal. Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecukupan energi siswa (p<0,01). Konsumsi energi yang berlebih ataupun yang kurang tidak baik bagi siswa, karena dapat mengganggu aktivitas siswa sehari-hari. Sumber bahan pangan energi yang dikonsumsi siswa setiap harinya dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber energi Konsumsi perhari (gram) Bahan Pangan Sumber Energi Laki-laki Perempuan Beras 350 370.7 Mie 10.5 2.7 Bubur 16.1 17.4 Roti 13.5 12.2 Donat 23,8 15.4 Biskuit 1.8 1.8 Tabel 19 menunjukkan bahan pangan sumber energi yang banyak dikonsumsi adalah beras, mie, bubur, roti, donat, dan biskuit. Hal ini dapat menunjukkan bahwa siswa masih belum mencukupi konsumsi bahan pangan sumber energi, sehingga menyebabkan konsumsi energi masih kurang. Peranan energi dalam kegiatan sehari-hari penting diperhatikan, misalnya kelelahan dapat terjadi akibat tidak cukupnya ketersediaan energi yang diperlukan dari glikogen otot atau glukosa darah. Konsumsi energi yang rendah (mengalami defisit) sangat tidak baik bagi siswa. Hal ini disebabkan dapat mengganggu kegiatan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, konsumsi makanan secara baik dan optimal mampu

memelihara

ketersediaan

kemampuan kerja yang baik.

yang

cukup

sehingga

menghasilkan

40

Protein Protein adalah zat gizi utama yang berfungsi untuk pertumbuhan, pembangun, memperbaiki jaringan yang rusak, dan pembentuk enzim. Protein adalah sumber yang miskin untuk penyediaan energi dalam periode yang cepat, karena energi masih dapat terpenuhi dari karbohidrat dan lemak. Protein bagi usia remaja sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentuk tubuh guna mencapai tinggi badan yang optimal. Sumber protein dapat berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau). Kebutuhan protein dari makanan sekitar 10-15% dari total kebutuhan energi. Tingkat kecukupan protein dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan protein dan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tingkat Kecukupan Protein n % n % Defisit tingkat berat (<70%) 6 27.3 3 6.5 Defisit tingkat sedang (70-79%) 5 22.7 7 15.2 Defisit tingkat ringan (80-89%) 4 18.2 8 17.4 Normal (90-119%) 7 31.8 19 41.3 Kelebihan (>120%) 0 0 9 19.6 Total 22 100 46 100 Rata-rata 77.2 ± 18.9 98.5 ± 21.1 Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki tingkat kecukupan protein yang tergolong normal yaitu sebesar (31,8%). Siswa perempuan memilki tingkat kecukupan protein yang tergolong normal yaitu sebesar (41,3%). Rata-rata konsumsi protein siswa adalah 41,5 gram, dengan rata-rata konsumsi protein siswa laki-laki 42,1 gram dan perempuan 40,9 gram. Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecukupan protein siswa (p<0,01). Hal ini dikarenakan kebutuhan protein siswa perempuan sebenarnya lebih rendah dibandingkan siswa laki-laki, tetapi konsumsi proteinnya tinggi. Konsumsi protein yang tinggi dikarenakan siswa senang mengkonsumsi pangan sumber protein dan siswa yang diteliti tidak memiliki alergi terhadap jenis pangan tertentu. Asupan protein yang berlebih dapat menimbulkan efek negatif bagi hati dan ginjal karena organ-organ ini harus bekerja merombak dan mengeluarkan kelebihan protein tersebut. Sumber bahan pangan protein yang dikonsumsi siswa setiap harinya dapat dilihat pada tabel 21.

41

Tabel 21 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber protein Konsumsi perhari (gram) Bahan Pangan Sumber Protein Laki-laki Perempuan Daging 17.9 3.3 Hati ayam 0 1.5 Telur 14.2 12.8 Ikan 13.7 13.5 Tahu 8.3 9.4 Tempe 10.9 25.3 Tabel 21 menunjukkan bahan pangan sumber protein yang banyak dikonsumsi adalah daging, hati ayam, telur, ikan, tahu, dan tempe. Hal ini dapat menunjukkan bahwa siswa masih belum mencukupi konsumsi bahan pangan sumber protein, sehingga menyebabkan konsumsi protein masih kurang. Menurut Husaini (2000) seorang remaja sesungguhnya hanya membutuhkan 50 sampai 80 g protein per hari. Jika protein yang dikonsumsi lebih banyak dari yang dibutuhkan, maka kelebihan protein disimpan dalam bentuk lemak yang pada akhirnya dapat menimbulkan kegemukan. Selain itu, setiap orang yang terlalu banyak mengkonsumsi protein, akan lebih sering buang air kecil karena protein di dalam tubuh dicerna menjadi urea yaitu suatu senyawa dalam bentuk sisa yang harus dibuang melalui urin. Terlalu banyak atau sering buang air kecil akan menjadi beban yang berat bagi ginjal dan meningkatkan resiko terhadap dehidrasi atau kekurangan cairan. Lemak Lemak dalam tubuh berperan sebagai cadangan energi, pelarut vitamin A, D, E, dan K, komponen penyusun membran sel, melindungi organ-organ dalam dan mempertahankan suhu tubuh. Lemak merupakan sumber zat gizi yang ideal untuk tubuh sebab setiap molekul mengandung zat gizi yang besar, mudah diangkut, dan diubah bila diperlukan. Satu gram lemak mengandung 9 kkal, dua kali dari jumlah zat gizi yang dikandung oleh karbohidrat dan protein (Wijaya 2010). Seseorang dianjurkan mengkonsumsi lemak 20-25% kebutuhan zat gizi, terdiri dari lemak jenuh kurang dari 10%, lemak tidak jenuh tunggal 1015%, dan lemak jenuh ganda kurang dari 10% (Macmillan 1993). Tingkat kecukupan lemak siswa dapat dilihat pada tabel 22.

42

Tabel 22 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan lemak dan jenis kelamin Frekuensi Tingkat Kecukupan Lemak (gram) n % Laki-Laki - Kurang (<69.4 gram) 9 40.9 - Normal (≥69.4 gram) 13 59.1 Total 22 100 Rata-rata 74.8 ± 21.7 Perempuan - Kurang (<55.6 gram) 0 0 - Normal (≥ 55.6 gram) 46 100 Total 46 100 Rata-rata 91.2 ± 22.0 Tabel 22 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki (59,1%) dan siswa perempuan (100%) memiliki tingkat kecukupan lemak yang normal. Ratarata konsumsi lemak siswa adalah 50,7 gram, dengan konsumsi lemak siswa laki-laki 49.6 gram dan perempuan 51.7 gram. Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecukupan lemak siswa (p<0,01). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan lemak siswa perempuan lebih rendah dibandingkan siswa laki-laki, namun konsumsinya cukup tinggi pada siswa perempuan. Metabolisme lemak menghabiskan lebih banyak oksigen dibandingkan dengan karbohidrat (Depkes 2002). Selain itu, siswa dianjurkan membatasi konsumsi lemak secara berlebih. Sumber bahan pangan lemak yang dikonsumsi siswa setiap harinya dapat dilihat pada tabel 23. Tabel 23 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber lemak Konsumsi perhari (gram) Bahan Pangan Sumber Lemak Laki-laki Perempuan Daging sapi 4.5 2.9 Telur 14.2 12.8 Ayam berkulit 1.3 2.4 Minyak 6.8 12.1 Tabel 23 menunjukkan bahan pangan sumber lemak yang banyak dikonsumsi adalah daging sapi, telur, ayam berkulit, dan minyak. Hal ini dapat menunjukkan bahwa siswa sudah mencukupi konsumsi bahan pangan sumber lemak, sehingga menyebabkan konsumsi lemak yang normal. Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama proses aktivitas seharihari (Primana 2000). Walaupun demikian, mengkonsumsi lemak secara berlebihan sering mengakibatkan peningkatan trigliserida, kolesterol total, dan LDL kolesterol sehingga dapat meningkatkan risiko kesehatan.

Lemak

merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, namun siswa tidak dianjurkan

43

mengkonsumsi lemak berlebihan karena lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Kalsium (Ca) Fungsi utama kalsium dalam tubuh adalah peranannya dalam tulang, gigi, mempertahankan irama kontraksi otot, denyut nadi, dan sistem saraf (Hoeger & Hoeger 2005). Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat di dalam tulang. Bila kadar kalsium darah rendah akibat asupan kurang, tubuh akan mengambil kalsium dari tulang. Jika tanpa 1% kalsium ini, maka otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah sulit membeku, dan transmisi saraf terganggu. Kebutuhan kalsium pada remaja laki-laki dan perempuan dengan usia 16-18 tahun adalah 1000 mg (WKNPG 2004). Tingkat kecukupan kalsium siswa dapat dilihat pada tabel 24. Tabel 24 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan kalsium dan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tingkat Kecukupan Kalsium n % n % Kurang (<77%) 21 95.5 34 73.9 Cukup (≥77%) 1 4.5 12 26.1 Total 22 100 46 100 Rata-rata 50.7 ± 21.1 57.4 ± 41.1 Tabel 24 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki (95,5%) dan siswa perempuan (73,9%) memiliki tingkat kecukupan kalsium yang kurang. Rata-rata konsumsi kalsium siswa adalah 309,3 mg, dengan konsumsi kalsium siswa laki-laki 302,8 mg dan perempuan 315,7 mg. Absorpsi kalsium pada lakilaki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Beberapa faktor yang meningkatkan absorpsi kalsium seperti tingkat kebutuhan kalsium, vitamin D, asam klorida lambung, dan makanan berlemak. Sedangkan faktor yang menghambat absorspi kalsium seperti kekurangan vitamin D, makanan yang mengandung asam oksalat, dan makanan tinggi serat. Sumber bahan pangan kalsium yang dikonsumsi siswa setiap harinya dapat dilihat pada tabel 25. Tabel 25 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber kalsium Konsumsi perhari (gram) Bahan Pangan Sumber Kalsium Laki-laki Perempuan Susu 2.5 5.3 Ikan 13.7 13.5 Kacang-kacangan 2.1 3.1 Sayuran 5.8 6.3

44

Tabel 25 menunjukkan bahan pangan sumber kalsium yang banyak dikonsumsi adalah susu, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran. Siswa yang memiliki tingkat kecukupan kalsium yang kurang disebabkan karena siswa tersebut setiap harinya kurang mengkonsumsi sumber pangan tersebut. Selain itu, kebiasaan makan siswa kurang rajin mengkonsumsi susu sehingga kebiasaan ini dibawa hingga siswa tersebut beranjak remaja. Pangan sumber kalsium adalah sayuran hijau (bayam, brokoli, sawi), ikan teri, udang kering, tahu, kacang-kacangan, salmon, sardine, susu dan hasil olahannya. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan sehingga tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh (osteoporosis) (Almatsier 2004). Menurut Rumawas (2000), kepadatan tulang yang rendah saat remaja akan mempercepat terjadinya osteoporosis pada saat usia lanjut. Kepadatan tulang pada saat usia lanjut tergantung pada pencapaian

puncak

pembentukan

massa

tulang

saat

pertumbuhan.

Pertumbuhan tulang berlangsung lambat saat anak-anak dan menjadi sangat cepat selama remaja dan makin menurun kembali dengan bertambahnya usia. Zat Besi (Fe) Fungsi zat besi (Fe) sangat penting bagi tubuh. Zat besi adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia penting di dalam tubuh. Konsumsi Fe yang kurang akan mengalami kekurangan hemoglobin dan hal ini dapat menimbulkan keluhan kurang nafsu makan, kurang darah (anemia), dan kemampuan fisik menurun. Absorpsi besi dapat ditingkatkan bila mengkonsumsinya bersama dengan daging atau makanan yang kaya vitamin C. Bahan pangan mengandung zat besi dalam dua macam bentuk yaitu zat besi heme pada produk hewani dan zat besi non heme pada produk nabati. Zat besi heme diabsorpsi lebih baik daripada non heme. Remaja membutuhkan zat besi (Fe) untuk meningkatkan kemampuan belajar dan prestasi belajarnya. Kecukupan zat besi (Fe) berdasarkan WKNPG tahun 2004 pada remaja dengan usia 16-19 tahun adalah remaja laki-laki sebsar 15 mg, dan remaja perempuan adalah 23 mg. Tingkat kecukupan besi siswa dapat dilihat pada tabel 26.

45

Tabel 26 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan besi dan jenis kelamin Jenis Kelamin Tingkat Kecukupan Besi Laki-Laki Perempuan n % n % Kurang (<77%) 22 100 42 91.3 Cukup (≥77%) 0 0 4 8.7 Total 22 100 46 100 Rata-rata 44.8 ± 12.5 53.7 ± 27.9 Tabel 26 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki (100%) dan siswa perempuan (91,3%) memiliki tingkat kecukupan besi yang kurang.

Rata-

rata konsumsi besi siswa adalah 11,3 mg, dengan konsumsi besi siswa laki-laki 10,3 mg dan perempuan 12,3 mg. Zat besi diperlukan dalam pembentukan Hemoglobin (Hb). Hemoglobin berfungsi mentranspor O2 dari paru-paru ke selsel tubuh dan membawa CO2 dari paru-paru untuk diekskresikan ke udara pernapasan. Menurut llyas (2000) konsumsi Fe yang kurang akan membuat kekurangan hemoglobin sehingga dapat menyebabkan kurang nafsu makan, anemia, dan kemampuan fisik siswa akan menurun bahkan untuk latihan ringan lama sekalipun. Sumber bahan pangan besi yang dikonsumsi siswa setiap harinya dapat dilihat pada tabel 27. Tabel 27 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber besi Konsumsi perhari (gram) Bahan Pangan Sumber Besi Laki-laki Perempuan Daging 17.9 3.3 Ikan 13.7 13.5 Kacang-kacangan 2.1 3.1 Sayuran 5.8 6.3 Tabel 27 menunjukkan bahan pangan sumber besi yang banyak dikonsumsi adalah daging, ikan, kacang-kacangan, dan sayuran. Siswa banyak mengkonsumsi pangan sumber besi, terutama pangan sumber protein hewani dan sayuran hijau. Mineral sangat penting bagi tubuh karena dibutuhkan untuk proses sintesis, aktivator reaksi dalam tubuh, dan juga komponen sistem enzim. Bila asupan mineral besi dan kalsium kurang dan berlangsung lama, maka akan berakibat pada penurunan aktivitas seseorang. Jika kelebihan mineral dalam tubuh juga dapat menyebabkan keracunan. Vitamin A Vitamin A banyak mempunyai fungsi penting dalam fungsi penglihatan, kesehatan tulang, gigi, kulit dan rambut, mencegah infeksi, dan sebagai zat antioksidan (Hoeger & Hoeger 2005). Pada anak-anak dan remaja, vitamin A

46

juga dapat berpengaruh terhadap sintensis protein dalam pertumbuhan sel (Almatsier 2004). Pangan sumber vitamin A yang berasal dari hewani seperti telur, daging, susu, keju, hati, dan minyak ikan. Sumber vitamin A nabati berupa beta karoten seperti wortel, ubi, brokoli, bayam, dan sayuran daun hijau. Sayuran dan buah-buahan sumber beta karoten ini bebas lemak dan kolesterol. Angka kecukupan vitamin A berdasarakan WKNPG tahun 2004 yaitu untuk remaja dengan usia 16-19 tahun yaitu remaja laki-laki sebesar 600 RE dan remaja perempuan sebesar 500 RE. Tingkat kecukupan vitamin A siswa dapat dilihat pada tabel 28. Tabel 28 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan vitamin A dan jenis kelamin Jenis Kelamin Tingkat Kecukupan Vitamin A Laki-Laki Perempuan n % n % Kurang (<77%) 5 22.7 4 8.7 Cukup (≥77%) 17 77.3 42 91.3 Total 22 100 46 100 Rata-rata 130.5 ± 61.3 199.9 ± 122.1 Tabel 28 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki (77,3%) dan siswa perempuan (91,3%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang cukup. Rata-rata konsumsi vitamin A siswa adalah 907,2 RE, dengan konsumsi vitamin A siswa laki-laki 897,1 RE dan perempuan 917,3 RE. Kurangnya tingkat kecukupan vitamin A disebabkan karena beberapa siswa kurang mengkonsumsi pangan sumber tersebut pada saat dilakukan recall. Sumber bahan pangan vitamin A yang dikonsumsi siswa setiap harinya dapat dilihat pada tabel 29. Tabel 29 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber vitamin A Konsumsi perhari (gram) Bahan Pangan Sumber Vitamin A Laki-laki Perempuan Sayuran 5.8 6.3 Buah-buahan 3.8 4.2 Minyak kelapa sawit 6,8 12.1 Tabel 29 menunjukkan bahan pangan sumber vitamin A yang banyak dikonsumsi adalah sayuran, buah-buahan (semangka, pepaya, melon, dll), dan minyak kelapa sawit. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan tubuh mudah terkena penyakit dan gangguan penglihatan. Sebaliknya, jika kelebihan vitamin A juga bersifat toksik bagi tubuh. Bahan pangan sumber vitamin A yang banyak dikonsumsi siswa berasal dari telur, wortel, bayam, serta sayur dan buah lainnya.

47

Vitamin C Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh seperti sebagai koenzim atau kofaktor. Vitamin C juga mampu mereduksi besi feri menjadi fero di dalam usus halus sehingga mudah diabsorspsi, meningkatkan daya tahan tubuh, pembentukan jaringan kolagen, dan merupakan zat antioksidan yang dapat mencegah oksidasi radikal bebas. Tujuan dari pemberian antioksidan vitamin dan mineral adalah untuk mencegah kerusakan struktur biologi sel tubuh dan memperlambat terjadinya kelelahan selama melakukan aktivitas (Wijaya 2010). Pangan sumber vitamin C seperti jeruk, melon, pepaya, stroberi, jambu, kiwi, mangga, brokoli, tomat, kol, dan bayam. Angka kecukupan vitamin C berdasarkan WKNPG 2004 untuk laki-laki usia 16-18 yaitu 90 mg dan perempuan usia 16-18 tahun yaitu 75 mg. Tabel 30 Sebaran siswa menurut tingkat kecukupan vitamin C dan jenis kelamin Jenis Kelamin Tingkat kecukupan Laki-Laki Perempuan vitamin C n % n % Kurang (<77%) 19 86.4 40 86.9 Cukup (≥77%) 3 13.6 6 13.1 Total 22 100 46 100 Rata-rata 43.5 ± 27.8 44.2 ± 25.5 Tabel 30 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki (86,4%) dan siswa perempuan (86,9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang kurang. Rata-rata konsumsi vitamin C siswa adalah 25,2 mg, dengan konsumsi vitamin C siswa laki-laki 26,0 mg dan perempuan 24,3 mg. Kurangnya tingkat kecukupan vitamin C disebabkan karena sebagian siswa masih kurang mengkonsumsi pangan sumber vitamin C tersebut. Sumber bahan pangan vitamin C yang dikonsumsi siswa setiap harinya dapat dilihat pada tabel 31. Tabel 31 Sebaran siswa menurut bahan pangan sumber vitamin C Konsumsi perhari (gram) Bahan Pangan Sumber Vitamin C Laki-laki Perempuan Sayuran 5.8 6.3 Buah 3.8 4.2 Tabel 31 menunjukkan bahan pangan sumber vitamin C yang banyak dikonsumsi adalah sayuran, dan buah-buahan (jambu, jeruk, dll). Vitamin C tidak disimpan dalam tubuh. Pada umumnya kelebihan vitamin C akan dibuang melalui urin, namun jika kekurangan vitamin C bisa menyebabkan sariawan, gusi berdarah, kulit menjadi kering, mulut menjadi kering, dan mempengaruhi daya imunitas seseorang (Almatsier 2004).

48

Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan darah arterial merupakan kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan darah sistolik merupakan tekanan yang dihasilkan otot jantung yang mendorong darah dari bilik kiri jantung ke aorta (tekanan pada saat jantung berkontraksi) (Pearce 1997). Tinggi rendahnya tekanan darah dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu curahan jantung (cardiac output) dan tekanan resistensi pembuluh darah perifer. Tekanan darah tersebut dapat berubah-ubah tergantung waktu dan keadaan siswa pada saat pengukuran. Tingginya tekanan sistol berhubungan dengan besarnya curah jantung, sedangkan tingginya tekanan diastol berhubungan dengan besarnya resistensi perifer. Tekanan darah normal pada umumnya berkisara pada rata-rata nilai normal tekanan sistolik sekitar 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg (National Institutes of Health 2010). Klasifikasi tekanan darah sistolik siswa dibagi menjadi empat kategori, yaitu normal (<120 mmHg), prehipertensi (120-139 mmHg), hipertensi tk. 1 (140-159 mmHg), dan hipertensi tk. 2 (≥160 mmHg). Tekanan darah siswa diukur dengan menggunakan Automatic Blood Pressure Monitor. Tekanan sistolik siswa dapat dilihat pada tabel 32. Tabel 32 Sebaran siswa menurut tekanan darah sistolik dan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tekanan Darah Sistol (mmHg) n % n % Normal (<120 mmHg) 10 45.5 27 58.7 Prehipertensi (120-139 mmHg) 12 54.5 19 41.3 Total 22 100 46 100 Rata-rata 119.4 ± 5.9 115.1 ± 11.9 Tabel 32 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki tekanan darah sistolik yang tergolong prehipertensi yaitu sebesar 54,5%, sedangkan sebagian besar siswa perempuan memiliki tekanan darah sistolik yang normal yaitu sebesar 58,7%. Siswa laki-laki yang memiliki tekanan darah sistolik yang normal sebesar 45,5%, dan siswa perempuan yang memiliki tekanan darah sistolik yang tergolong prehipertensi sebesar 41,3%. Rata-rata tekanan sistolik siswa laki-laki 119,4 mmHg cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan yaitu 115,1 mmHg. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sistolik siswa berkisar antara 94 sampai 137 mmHg. Tekanan darah pada pria lebih tinggi 5 mmHg sampai 10 mmHg dibandingkan tekanan darah pada perempuan (Pearce 1997). Banyaknya siswa yang memilii tekanan darah prehipertensi dapat disebabkan karena siswa laki-laki dan perempuan

49

memiliki persentase lemak tubuh yang termasuk agak tinggi dan tinggi. Hasil uji t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tekanan darah sistol siswa (p>0,05). Selain faktor curah antung dan resistensi perifer, tingginya tekanan darah pada siswa laki-laki dapat disebakan karena ada beberapa siswa yang memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi. Tekanan Darah Diastolik Tekanan darah diastolik merupakan tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot jantung (tekanan pada saat jantung berelaksasi) (Pearce 1997). Klasifikasi tekanan darah sistolik siswa dibagi menjadi empat kategori, yaitu normal (<80 mmHg), prehipertensi (80-89 mmHg), hipertensi tk.1 (90-99 mmHg), dan hipertensi tk. 2 (≥100 mmHg).

Tekanan

diastolik siswa dapat dilihat pada tabel 33. Tabel 33 Sebaran siswa menurut tekanan darah diastolik dan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tekanan Darah Diastol (mmHg) n % n % Normal (<80 mmHg) 14 63.6 25 54.3 Prehipertensi (80-89 mmHg) 8 36.4 21 45.7 Total 22 100 46 100 Rata-rata 77.9 ± 9.8 78.4 ± 7.8 Tabel 33 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki tekanan darah diastolik yang tergolong normal yaitu sebesar 63.6%, sedangkan sebagian besar siswa perempuan memiliki tekanan darah diastolik yang normal yaitu sebesar 54,3%. Rata-rata tekanan diastolik siswa laki-laki 77,9 mmHg cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan yaitu 78,4 mmHg. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah diastolik diperoleh hasil tekanan darah diastolik siswa berkisar antara 62 sampai 90 mmHg. Hasil uji t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tekanan darah diastol siswa (p>0,05). Denyut Nadi Darah yang didorong ke aorta selama sistolik tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah, tetapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang bertekanan meregang didnding arteri sepanjang perjalanannya dan regangan dapat diraba sebagai denyut (Ganong 1998). Pengukuran denyut nadi pada arteri brankhialis dengan menggunakan Automatic Blood Pressure Monitor. Denyut nadi siswa dikategotikan menjadi tiga,

50

yaitu bradikardi (<60 denyut/menit), normal (60-80 denyut/menit), dan takikardi (>80 denyut/menit) ( Pearce 1997). Denyut nadi siswa dapat dilihat pada tabel 34. Tabel 34 Sebaran siswa menurut denyut nadi dan jenis kelamin Jenis Kelamin Denyut Nadi (kali/menit) Laki-Laki Perempuan n % n % Normal (60-80 denyut/menit) 11 50.0 4 8.7 Takikardi (>80denyut/menit) 11 50.0 42 91.3 Total 22 100 46 100 Rata-rata 81.3 ± 6.2 91.1 ± 5.5 Tabel 34 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa laki-laki memiliki denyut nadi yang termasuk normal yaitu sebanyak 50,0%. Sebanyak 91,3% siswa perempuan memiliki denyut nadi yang termasuk dalam kategori takikardi. Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 denyut/menit (Pearce 1997). Rata-rata denyut nadi siswa perempuan 91,1 denyut/menit cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki yaitu 81,3 denyut/menit. Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi diperoleh hasil denyut nadi siswa berkisar antara 71 sampai 91 denyut/menit. Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan denyut nadi siswa (p<0,05). Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat konsumsi besi pada siswa laki-laki maupun perempuan masih sangat kurang, sehingga dapat menyebabkan denyut nadi siswa tersebut menjadi takikardi. Selain itu jenis kelamin, umur, suhu, dan tingkat emosi siswa pada saat pengukuruan. Kenaikan suhu pada saat pengukuran akan meningkatkan metabolisme yang selanjutnya akan meningkatkan kecepatan irama jantung. Selain

itu,

faktor

kebiasaan

merokok

dan

mengkonsumsi

kopi

dapat

meningkatkan beban kerja sistem kardiovaskular, sehingga dapat meningkatkan denyut nadi. Uji Korelasi antar Variabel Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menguji hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan berbagai variabel, diantaranya adalah hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi, status gizi dengan tingkat kecukupan energi, status gizi dengan tingkat kecukupan protein, status gizi dengan tingkat kecukupan lemak, status gizi dengan tingkat kecukupan kalsium, status gizi dengan tingkat kecukupan besi, status gizi dengan denyut nadi, dan status gizi dengan tekanan darah siswa. Uji hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan

51

berbagai variabel dapat dilihat pada tabel 35. Tabel 35 Uji korelasi antara status gizi (IMT/U) dengan berbagai variabel Variabel r p Pengetahuan gizi 0.170 0.165 Tingkat kecukupan energi 0.364 0.002 Tingkat kecukupan protein 0.247 0.042 Tingkat kecukupan kalsium 0.146 0.234 Tingkat kecukupan besi -0.037 0.762 Denyut nadi -0.184 0.133 Tekanan darah -0.034 0.781 Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa status gizi (IMT/U) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan gizi, hal ini menunjukkan semakin tinggi pengetahuan gizinya maka tidak berpengaruh pada status gizinya. Tetapi hal ini tidak sesuai terhadap literatur yang ada, menurut Mariani (2002) bahwa semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Hubungan antara status gizi (IMT/U) tingkat kecukupan energi dan protein menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, hal ini dapat dikarenakan status gizi merupakan akumulasi asupan zat gizi dan sebagian besar contoh yang memiliki status gizi normal memiliki konsumsi energi dan protein yang cukup. Hubungan antara status gizi (IMT/U) tingkat kecukupan kalsium dan besi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan, hal ini dapat dikarenakan sebagian besar contoh yang memiliki status gizi normal memiliki konsumsi kalsium dan besi yang rendah pada

saat

dilakukan

wawancara

recall.

Karena

metode

recall

hanya

mengandalakan daya ingat dan kemampuan contoh dalam memperkirakan ukuran makan yang telah dikonsumsi. Hubungan status gizi dengan denyut nadi dan tekanan darah menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan, hal ini dapat dikarenakan denyut nadi dan tekanan darah tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi, tetapi dipengaruhi juga oleh jenis kelamin, faktor aktifitas, usia, dan tingkat stress. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara persentase lemak tubuh dengan denyut nadi dan tekanan darah dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan berbagai variabel Variabel Denyut Nadi Tekanan Darah

r 0.346 -0.095

p 0.004 0.439

Uji korelasi Rank Spearman antara persentase lemak tubuh dengan denyut nadi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, hal ini berarti semakin tinggi persentase lemak tubuh berhubungan dengan semakin tingginya denyut nadi. Apabila persentase lemak tubuh seseorang tersebut tinggi

52

dapat berdampak terhadap fungsi biologis dan hormonal, terutama terhadap fungsi kerja jantung yang harus memompa darah lebih cepat, namun pada pembuluh darah terdapat hambatan dari lemak sehingga menyebabkan denyut nadi cepat. Jumlah lemak yang berlebih dalam tubuh dapat menghambat kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas yang akan menurunkan daya tahan jantung paru. Uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan tekanan darah menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah pada siswa masih tergolong prehipertensi.

53

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Siswa SMA Negeri 6 Pandeglang yang diteliti sebagian besar adalah siswa perempuan yang berusia 16 tahun (90.9%). Usia siswa berkisar antara 1617 tahun. Rata-rata berat badan siswa laki-laki (55.5 kg) lebih besar dibandingkan dengan berat badan siswa perempuan (45.8 kg), begitu juga dengan tinggi badan siswa laki-laki (161.1 cm) lebih besar dibandingkan dengan siswa perempuan (149.1 cm). Rata persentase lemak tubuh siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Pengetahuan gizi siswa laki-laki dan siswa perempuan termasuk dalam kategori sedang. Status gizi siswa lakilaki dan siswa perempuan memiliki status gizi yang normal. Tingkat kecukupan energi siswa laki-laki tergolong defisit ringan (36.4%), sedangkan siswa perempuan memiliki tingkat kecukupan energi yang normal (52.2%). Tingkat kecukupan protein siswa laki-laki (31.8%) dan siswa perempuan tergolong normal (41.3%) tergolong normal. Tingkat kecukupan lemak siswa lakilaki (59.1%) dan siswa perempuan (100%) tergolong normal.

Secara

keseluruhan, tingkat kecukupan zat gizi siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan dengan siswa laki-laki. Sebagian besar siswa laki-laki (95.5%) dan siswa perempuan (73.9%) memiliki tingkat kecukupan kalsium yang kurang. Sebagian besar siswa laki-laki (100%) dan siswa perempuan (91.3%) memiliki tingkat kecukupan besi yang kurang.

Sebagian besar siswa laki-laki

(77.3%) dan siswa perempuan (91.3%) memiliki tingkat kecukupan vitamin A yang cukup. Sebagian besar siswa laki-laki (86.4%) dan siswa perempuan (86.9%) memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang kurang. Sebagian besar tekanan darah sistolik siswa laki-laki termasuk dalam kategori prehipertensi (54.5%), sedangkan siswa perempuan memiliki tekanan darah sistolik yang normal (58.7%). Tekanan darah diastolik siswa laki-laki (63.6%) dan siswa perempuan (54.3%) memiliki tekanan darah diastolik yang normal. Denyut nadi siswa laki-laki termasuk dalam kategori takikardi dan normal (50.0%), dan siswa perempuan termasuk dalam kategori takikardi, artinya siswa tersebut memiliki denyut nadi yang cepat. Hasil uji t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atara jenis kelamin dengan persentase lemak tubuh siswa (p<0.01). Jenis kelamin dengan tekanan darah sistolik siswa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0.05). Jenis kelamin dengan tekanan darah

54

diastolik siswa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0.05). Jenis kelamin dengan denyut nadi siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan energi siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan protein siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Jenis kelamin dengan tingkat kecukupan lemak siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa status gizi (IMT/U) memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kecukupan energi (r=0.364, p=0.002) dan protein (r=0.247, p=0.042). Namun status gizi (IMT/U) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan gizi (r=0.170, p=0.165), tingkat kecukupan kalsium (r=-0.146, p=0.234), tingkat kecukupan besi (r=-0.037 , p=0.762), denyut nadi (r=-0.184, p=0.133), dan tekanan darah (r=-0.034, p=0.781). Hasil uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan denyut nadi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (r=0.346, p=0.004), sedangkan uji korelasi antara persentase lemak tubuh dengan tekanan darah menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (r=-0.095, p=0.439). Saran Sekolah harus memperbaiki fasilitas seperti kantin sekolah harus menyediakan menu jajanan yang lebih sehat, agar siswa dapat mencukupi kebutuhan zat gizinya selama kegiatan sekolah. Konsumsi zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh terutama pada usia remaja, yaitu masih pada masa pertumbuhan. Siswa harus bisa mengatur pola makanannya, karena setiap siswa memiliki tingkat kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda, sehingga pengaturan makanan harus diperhatikan. Masih banyak siswa yang kurang mengkonsumsi buah, sayur, dan susu. Hal tersebut berimplikasi pada perlunya peningkatan penyediaan dan konsumsi pangan buah, sayur, dan susu bagi siswa. Selain itu, peran serta guru dan orang tua diharapkan mampu memberikan pendidikan gizi, sehingga siswa mampu mengatur konsumsi makanannya dan mampu memenuhi kebutuhan gizinya menjadi lebih baik agar dapat mempunyai status gizi yang baik pula. Perlunya penelitian lebih lanjut yang dilaksanakan setiap beberapa tahun, agar siswa tetap terkontrol dalam keadaan gizi dan keadaan kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi A dan Sholeh M. 2005. Psokilogi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Atkinson, RL. Atkinson, SC. Dan Richard ER. 1993. Pengantar Psikologi I. Edisi kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga Azwar A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Di dalam : Soekirman et al., editor Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta, 17-19 Mei. Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi. 1291311 Budiman H. 1999. Peranan Gizi Pada Pencegahan dan Penaggulangan Hipertensi. Jurnal Kedokteran dan Farmasi. Desember (12), 784-788. Cahanar P, Suhanda I. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Damayanti D. 2000. Pengaturan Berat Badan (BB) Siswa. Di dalam : Direktorat Gizi Masyarakat. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Jakarta . 2000. Pro Kontra “Carbohydrate Loading”. Di dalam : Direktorat Gizi Masyarakat. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Jakarta.. [Depkes] Departemen Kesehatan. 1993. Pedoman Pengaturan Makan Siswa Jakarta: Departemen Kesehatan. _______. 2002. Gizi Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan. Desmita. 2005. Psikologi perkembangan. Bandung : PT remaja Rosdakarya Ganong AC & Hall JE. 1998. Fisiologi Kedokteran. Edidi 17. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Giam CK, Teh KC. 1988. Sport Medicine Exercise and Fitness Singapore : PG Publishing Pte Ltd. Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press. Hanum FN. 2011. Hubungan Karakteristik Atlet, Pengetahuan Gizi, Konsumsi Pangan, dan Tingkat Kecukupan Gizi Terhadap Kebugaran Atlet Bola Basket di SMP/SMA Ragunan Jakarta Selatan. [Skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

56

Hardinsyah, Martianto D. 1992. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Mutu Konsumsi Pangan. Jakarta: Wirasari. _______, Briawan D. 1994. Perencanaan dan Penilaian Konsumsi Pangan [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. _______, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Harper, L.J., B. J. Deaton, & J.A. Driskel. 1995. Pangan, Gizi dan Pertanian. Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor. Hayati F. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Fast food Waralaba Modern dan Tradisional Pada Remaja Siswa SMUH di Jakarta Selatan. [Skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dam Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Peranian Bogor. Bogor. Hurlock. 2000. Psikologi Perkembangan; Suatu pendejatan sepanjang Rentang Kehidupan; edisi kelima. Jakarta: Erlangga Hodgdon J, Beckett M. 1984. Prediction of Percent Body Fat for U.S. Navy Men and Women from Body Circumferences and Height. California: Naval Health Research Center. Hoeger WWK, Hoeger SA. 2005. Lifetime Physical Fitness and Wellness. Eighth edition. Belmont: Thomson Wadsworth. Husaini MA. 2000. Kebutuhan Protein untuk Berprestasi Optimal. Di dalam : Direktorat Gizi Masyarakat. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Jakarta. Kartono, K. 1990. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV Mandar Maju Khomsan A. 2000. Teknik pengukuran pengetahuan gizi [diktat]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khomsan A et al. 2009. Aspek Sosio-budaya Gizi dan Sistem Pangan Suku Baduy di Indonesia. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor-Neys-Van Hoogsraten Foundation. Kusharto MC dan Sa’diyyah NY. 2008. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan Edisi Kelima. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Macmillan S, Schuster. 1993. Nutrition and Fitness. New York: Macmillan Library Reference.

57

Mariani. 2002. Hubungan pola asuh makan, konsumsi pangan dan status gizi anak balita [tesis]. Bogor. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Megawangi, R. Latifah, M. Dinaa, WF. 2004. Pendidikan Holistik. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation Moelek D. 1995. Pengaruh Makanan Tradisional pada Status Gizi dan Prestasi Olahraga, Kantor Menteri Negara Urusan Pangan RI. Jakarta. Moerdowo RM. 1994. Masalah Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Nasution A & Khomsan A. 1995. Aspek Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Makalah disajikan dalam Lokakarya Eksekutif dalam Rangka Training Integrasi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Bogor, 8-9 Oktober. National Institutes of Health. 2010. The Sevent Report ot the Joint Nation Committe on Prevention, Detection, evaluation, and Treatment. National High Blood Presure Education Program. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Papalia ED, Old SW, dan Feldma RD. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group Pearce EC. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Primana DA. 2000. Penggunaan Lemak dalam Olahraga. Di dalam : Direktorat Gizi Masyarakat. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga untuk Prestasi. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Jakarta.. Riyadi H. 2003. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Roedjito D. 1988. Penilaian dan Metode Survey Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rumawas JSP. 2000. Penggunaan Kalsium pada Siswa Amenore. Jakarta: Departemen Kesehatan. Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, Pardede SO. 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communication. Smith

T. 1996. Tekanan Darah Tinggi Mengatasinya). Jakarta: Arcan.

(Mengapa

terjadi,

Bagaimana

Sediaoetama AD. 1996. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian Rakyat.

58

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. [WHO] World Health Organization. 2007. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Genewa: WHO Technical Report Series. Williams MH. 1995. Nutrition for Fitness and Sport. Fourth edition. Brown & Benchmark Publishers. Wijaya N. 2010. Karakteristik, Tingkat Kecukupan Gizi, Status Gizi, Dan Tingkat Kebugaran Atlet Bulutangkis Di Pemusatan Latihan Nasional Cipayung. [Skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkeistein ML, Schwartz P. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 6, vol 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

LAMPIRAN

60

Lampiran 1 Karakteristik antropometri siswa laki-laki No

Usia (tahun)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Ratarata

17 16 16 16 17 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16.1 ± 0.3

Berat Badan (Kg) 50 56 48 54 55 80 52 50 50 52 56 50 55 56 54 51 52 57 58 74 56 55 55.5 ± 7.5

Tinggi Badan (cm) 155 167 163 171 153 163 172 153 165 157 168 165 170 155 171 154 168 169 169 168 167 168 161.1 ± 6.5

Lemak Tubuh (%) 21.1 20.2 19.0 18.1 24.2 30.1 14.0 25.5 16.0 20.9 21.2 19.6 21.0 22.8 23.3 24.7 21.1 22.4 21.5 32.1 21.1 20.4 21.8 ± 4.0

Pengetahuan Gizi 85 50 65 90 85 75 90 75 70 85 65 90 85 75 70 90 75 70 75 80 85 80 77.7 ± 10.2

61

Lampiran 2 Karakteristik antropometri siswa perempuan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Ratarata

Usia (tahun) 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 17 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16.0 ± 0.1

Berat Badan (Kg) 39 40 46 57 51 54 47 42 40 65 41 45 47 36 38 40 41 43 45 45 50 49 45 45 45 46 45 55 53 46 42 42 40 65 41 48 39 43 42 44 46 45 51 48 46 47 45.9 ± 6.1

Tinggi Badan (cm) 135 140 148 154 147 152 151 153 152 151 144 147 157 143 138 144 148 155 150 151 145 148 143 164 160 150 151 154 161 143 151 154 152 153 145 146 147 155 145 140 145 147 153 150 152 147 149.1 ±5.8

Lemak Tubuh (%) 16.7 27.3 29.0 31.3 32.2 32.7 28.3 23.4 21.8 36.8 26.6 27.7 26.5 23.8 26.7 29.1 24.2 23.4 26.2 26.8 33.1 30.8 30.2 20.9 22.6 24.5 23.6 31.5 28.6 30.4 27.7 23.1 22.1 35.7 26.5 27.9 25.6 23.5 27.6 28.8 25.1 24.3 26.1 26.7 32.5 30.4 27.2 ± 4.0

Pengetahuan Gizi 90 65 75 85 65 80 85 70 95 75 45 90 85 80 75 70 80 85 70 90 70 65 65 75 85 85 65 75 80 80 75 70 95 75 45 90 85 80 75 70 80 85 70 90 70 65 76.5 ± 10.9

62

Lampiran 3 Konsumsi zat gizi siswa laki-laki Nomor

Energi (Kal)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Rata-rata

2203 1493 1738 1817 1956 2481 1894 1981 2024 1994 1614 1919 1562 1750 1746 1975 1427 1922 1649 1941 2091 2127 76.1 ± 12.1

Protein (gram) 53,5 40,1 37,6 40,9 37,2 77,9 32,4 41,2 43,5 50,0 61,1 50,5 42,0 68,6 35,1 31,7 43,4 59,5 47,1 48,7 47,3 41,1 72.0 ± 14.3

Lemak (gram) 118,4 59,9 92,3 97,2 107,1 138,6 91,0 105,9 105,5 115,7 79,6 117,1 78,5 103,5 94,3 145,7 67,6 94,6 94,0 103,8 129,2 122,4 148.1 ± 21.3

Karbohidrat (gram) 578,1 929,0 480,1 731,4 504,8 744,1 918,5 514,1 324,4 197,3 174,2 180,3 176,4 152,2 486,0 185,5 369,7 577,2 484,7 686,0 209,5 550,1 46.7 ± 24.8

63

Lampiran 4 Konsumsi zat gizi siswa perempuan Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Ratarata

Energi (Kal) 1933 2610 1603 2194 1721 2035 1934 1511 1284 2337 1963 1696 2233 1643 1526 1788 1296 1916 1712 1626 1389 1559 1274 2177 1413 1823 1844 1823 1749 1543 2163 1759 1642 1341 1832 1643 1829 1700 1780 1732 1729 1625 1546 1453 1671 1709 96.54 ± 18.93

Protein (gram) 56,2 48,6 49,3 47,8 45,3 45,1 40,9 29,4 54,5 53,6 61,2 45,6 42,3 59,8 50,6 37,4 36,2 43,9 44,3 40,5 33,4 38,7 59,4 36,7 38,6 35,9 59,1 47,5 53,2 52,5 40,1 29,7 36,4 40,9 38,2 36,6 44 37,3 39,5 37,3 39,5 36,3 23,8 49,8 41,8 40 94.43 ± 23.46

Lemak (gram)

Karbohidrat (g)

121,1 136,3 84,6 110,8 99,3 131,4 106,1 93,6 77,2 134,1 117,2 81,4 122,6 104,7 87 99,5 63,6 104,7 96,6 103,5 85 97 74,9 135,7 65,5 96,3 110,1 103,3 102 95,1 135,4 108 72,9 81,4 120,3 97,8 93,6 105,5 105,3 102,3 104,9 116,5 91,9 87,9 69,3 112,8

207,4 888,7 1026,4 1176,7 200,5 221,3 356,5 471,1 127,6 518,6 227,4 559,4 780,8 155 185,7 505,4 156,4 326,3 191,2 167,3 118,9 142,1 478 960,4 976,1 175,4 181,1 271 289 277,9 187,5 159,2 480,3 560,9 500,2 522,8 571,8 145,5 172,3 326,4 182,8 161,5 529,4 123,6 461,8 136,7

33.63 ± 6.22

47.70 ± 34,46

64

Lampiran 5 Kuesioner penelitian

KUESIONER

KAJIAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, DENYUT NADI, DAN TEKANAN DARAH SISWA SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

Nama Responden

:

Enumerator

:

Tanggal Wawancara

:

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

65

KAJIAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT KEBUGARAN, DAN PRESTASI AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama Lengkap

:

2. Tempat/tanggal lahir : 3. Umur

:

4. Kelas

:

5. No. Telp/HP

:

6. Berat Badan

:

7. Tinggi Badan

:

8. Lemak Tubuh

:

9. Denyut Nadi

:

10. Tekanan Darah

:

B. KONSUMSI PANGAN Kebiasaan Makan 1. Berapa kali Anda makan dalam sehari? a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. > 3 kali 2. Apakah Anda biasa sarapan pagi? a. Selalu c. Jarang b. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Makanan apa yang Anda konsumsi saat sarapan? a. Nasi + lauk pauk c. Roti b. Mie d. Lainnya, sebutkan.... 4. Minuman apa yang Anda minum saat sarapan? a. Susu c. Air putih b. Teh manis d. Lainnya, sebutkan.... 5. Bagaimana susunan makan siang yang sering Anda konsumsi? a. Nasi, lauk hewani atau nabati, sayur b. Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah c. Nasi, sayur d. Lainnya, sebutkan...

66

6. Bagaimana susunan menu yang biasa Anda konsumsi untuk malam hari? a. Nasi, lauk hewani atau lauk nabati, sayur b. Nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah c. Nasi, sayur d. Lainnya, sebutkan....... 7. Berapa kali Anda jajan dalam sehari? (pilih yang paling sering) a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. > 3 kali 8. Alasan Anda jajan : (pilih salah satu) a. Rasa lapar c. Mau saja b. Diajak teman d. Lainnya, sebutkan... 9. Jenis jajanan yang biasa Anda beli? a. Siomay c. Batagor b. Gorengan d. Lainnya, sebutkan ………. 10. Berapa jumlah air putih yang Anda minum/hari? a. > 8 gelas c. 5 gelas b. 8 gelas d. < 5 gelas

C. PENGETAHUAN GIZI 1. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari : a. Vitamin dan mineral b. Karbohidrat dan protein c. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral d. Lemak dan dan vitamin 2. Makanan yang sehat adalah : a. Makanan yang mengenyangkan b. Makanan yang mudah didapat dan praktis dalam mengelolanya c. Makanan yang mahal dan enak rasanya d. Makanan yang cukup mengandung zat gizi dan higienis 3. Zat gizi yang mempunyai kandungan energi paling besar adalah : a. Protein c. Vitamin b. Karbohidrat d. Lemak 4. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat adalah : a. Beras c. Ayam b. Ikan d. Telur 5. Protein disebut juga sebagai zat : a. Penguat c. Pembangun b. Tenaga d. Pengatur 6. Protein hewani terdapat dalam makanan di bawah ini, yaitu : a. Ikan c. Roti b. Tahu d. Jeruk

67

7. Pangan sumber protein nabati adalah : a. Tempe b. Singkong c. Kacang-kacangan d. Bayam 8. Makanan yang banyak mengandung vitamin A adalah : a. Bayam c. Kacang hijau b. Wortel d. Tempe 9. Dampak akibat kekurangan kalsium yaitu : a. Buta senja c. Osteoporosis b. Badan sehat d. Beri-beri 10. Contoh pangan yang tinggi lemak adalah : a. Ikan c. Tempe b. Jagung d. Kuning Telur 11. Kekurangan zat besi (Fe) dapat menyebabkan : a. Cacingan c. Sariawan b. Anemia d. Gondok 12. Susu banyak mengandung zat gizi : a. Vitamin C b. Kalsium

c. Vitamin E d. Magnesium

13. Vitamin yang larut dalam air adalah : a. Vitamin A b. Vitamin B

c. Vitamin E d. Vitamin K

14. Serat banyak diperoleh dari bahan makanan di bawah ini yaitu : a. Buah c. Gula b. Ikan d. Minyak 15. Kekurangan serat bagi tubuh bisa menyebabkan : a. Anemia c. Susah buang air besar b. Gondok d. Susah buang air kecil 16. Minuman isotonik alami yang dapat dikonsumsi adalah : a. Air putih c. Es krim b. Air kelapa d. Air jeruk 17. Zat gizi yang terkandung dalam air putih adalah : a. Vitamin c. Protein b. Mineral d. Lemak 18. Bahan kimia berbahaya yang tidak boleh ada dalam pangan adalah : a. Boraks b. Formalin c. Rhodamin d. Semua benar

68

19. Tujuan pengaturan makanan yaitu untuk : a. Untuk mencegah terjadinya cidera b. Untuk mencegah terjadinya penyakit c. Untuk mengurangi pengeluaran keuangan d. Untuk mendapatkan gizi yang optimal 20. Pemberian karbohidrat bertujuan untuk : a. Untuk mempunyai cadangan glikogen b. Untuk mencegah terjadinya penyakit c. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi d. Untuk mencegah terjadinya osteoporosis

69

D. RECALL KONSUMSI PANGAN (2X24 JAM) 1. Hari Sekolah Nama Waktu Makanan

Pagi (06.0009.00)

Selingan (09.0012.00)

Siang (12.0014.00)

Selingan (14.0018.00)

Malam (18.0021.00)

Selingan (21.00)

Bahan Pangan

URT

Berat (g)

Keterangan

70

RECALL KONSUMSI PANGAN (2X24 JAM) 2. Hari Libur Waktu

Pagi (06.0009.00)

Selingan (09.0012.00)

Siang (12.0014.00)

Selingan (14.0018.00)

Malam (18.0021.00)

Selingan (21.00)

Nama Makanan

Bahan Pangan

URT

Berat (g)

Keterangan