LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ... Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut ya...

69 downloads 776 Views 51KB Size
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

Disusun oleh:

Indah Desi Permana Sari 1112016200002

Kelompok 1: Ahmad Ainul Yakin (1112016200001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 I.

Abstrak Telah dilakukan percobaan Penentuan Koefisien Distribusi dengan tujuan menentukan

koefisien distribusi I2 dalam sistem air-kloroform. II.

Introduction Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat

terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Rahayu,2009)

Koefisien distribusi atau koefisien partisi (partition coefficient), didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak, (xc)E dibagi dengan fraksi berat solute dalam fase rafinat, (xC)R pada keadaan kesetimbangan K=

(

)

(

)

Koefisien distribusi dapat juga dinyatakan dalam fraksi mol Kº =

Yº Xº

Dimana Xº, Yº masing-masing adalah fraksi mol solut dalam fase rafinat dan fase ekstrak (Kusmiyatun,2010:2) Iodida (I-), kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak, merkurium(I), merkurium(II), tembaga(I), dan timbel iodida adalah garam-garamnya yang paling sedikit larut(Vogel)

III.

Material and Methdos Alat dan bahan: •

Labu erlenmeyer



Corong pisah



Buret



Statif, klem



Gelas beker



Gelas ukur



Pipet tetes



Larutan I2



Klorofom



Akuades



Na2S2O3



Indikator amilum

Langkah kerja: 1. Mengukur 12 ml larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dan memasukkannya dalam corong pisah

2. Tambahkan 200 ml akuades dalam corong pisah 3. Mengocok campuran tersebut selama 60 menit 4. Diamkan larutan tersebu hingga terbentuk 2 lapisan 5. Memisahkan kedua lapisan tersebut melalui corong pisah 6. Memipet 5 ml larutan tiap lapisan. Masing-masing lapisan atas 2 kali dan lapisan bawah 2 kali 7. Menitrasi larutan tersebut dengan Na2S2O3 0,1 N hingga analit bening dengan menggunakan indikator amilum. Catat volume titran

IV.

Result and Discussion Hasil pengamatan Larutan jenuh I2 dalam CHCl3 (ungu) > H2O (tidak berwarna) terbentuk dua lapisan (lapisan atas: kuning, bawah: ungu) > terbentuk dua lapisan (atas: orange (air), bawah: ungu pekat (CHCl3) Untuk lapisan bawah (I): Titrasi

V Na2S2O3 0,1 N

I

3 ml

II

2,5 ml

Vrata-rata = (3+2,5)mL/2 = 2,75 mL Untuk lapisan atas (II): Titrasi

V Na2S2O3 0,1 N

I

1 ml

II

1 ml

V rata-rata = (1+1)mL/2 = 1 mL Perhitungan: Dik : N Na2S2O3 = 0,1 N VI 1 Na2S2O3

= 3 mL

VI 2 Na2S2O3

= 2,5 mL

VII 1 Na2S2O3

= 1 mL

VII 2 Na2S2O3

= 1 mL

Dit : KD dari I2 . . . ? Peny : a. Erlenmeyer I •

Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca) Ca = ((VII 1 x N)Na2S2O3)/(V iod) = (1 mL x 0,1 N)/(12 mL) = 0,0083 N



Konsentrasi I2 pada lapisan kloroform (Co) Co = ((VI 1 x N) Na2S2O3)/(V iod) = (3 mL x 0,1 N)/(12 mL) = 0,025 N KDI = Ca/Co = (0,0083 N)/(0,025 N) = 0,332

b. Erlenmeyer II •

Konsentrasi I2 pada lapisan air (Ca) Ca = ((VII 2 x N)Na2S2O3)/(V iod) = (1 mL x 0,1 N)/(12 mL) = 0,0083 N



Konsentrasi I2 pada lapisan kloroform (Co) Co = ((VI 2 x N) Na2S2O3)/(V iod) = (2,5 mL x 0,1 N)/(12 mL) = 0,02083 N KDI = Ca/Co = (0,0083 N)/(0,02083 N)

= 0,3984 Komponen distribusi iod : KD rata-rata = (KD 1+ KD 2)/2 = (0,332+0,3984 )/2 = 0,3652 Pembahasan Prinsip dasar percobaan ini yaitu distribusi zat terlarut I2 ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu ait dan kloroform, dimana menurut hukum distribusi Nerst, jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi (KD). Pada percobaan, larutan jenuh I2 dalam CHCl3 ditambahkan dengan aquades yang merupakan pelarut yang tidak saling campur dengan CHCl3 dan diperoleh dua lapisan. Adanya perbedaan kepolaran antara iar dan CHCl3 dimana air bersifat polar sedangkan CHCl3 bersifat nonpolar sehingga terbentuk dua lapisan, dimana lapisan atas merupakan air dan lapisan bawah adalah kloroform. Hal ini disebabkan karena massa jenis air yakni 1 g/mL lebih kecil dibandingkan massa jenis kloroform yakni 1,48 g/mL sehingga air berada pada lapisan atas dan lapisan bawahnya adalah kloroform. Kemudian dikocok agar I2 terdistribusi dengan maksimal ke kloroform dan air, lalu dipisahkan dan dititrasi dengan Na2S2O3 serta mencatat volume Na2S2O3 yang dipakai hingga tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna. Pada lapisan air dari warna orange menjadi bening sedangkan pada lapisan kloroform dari warna ungu menjadi bening. Adapun rekasinya yaitu: 2S2O32- + I2 —–

S4O62_ + 2I-

2Na2S2O3 + 2I- —–.> Na2S2O6 + 2NaI

V.

Conclusion Dari hasil percobaan yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa:

• VI.

Harga koefisien iod dalam sistem air klorofom yaitu 0,3652

Refrence

Svehla, G.1985.BUKU TEKS ANALISIS ANORGANIK KUALITATIF MAKRO DAN SEMIMIKRO EDISI KE LIMA.Jakarta: PT.Kalman Media Pustaka. http://eprints.undip.ac.id/27990/1/C-08.pdf Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Ekstraksi. http://www.chem-is-try.org/materikimia/kimia_industri/teknologi_proses/ekstraksi/. Diakses pada tanggal 14 april 2014