MARKET BRIEF: SIRIP IKAN HIU ATASE PERDAGANGAN TOKYO

Download Gambar 1.1 Sirip ikan hiu yang sudah diambil kulit, daging dan tulangnya. Gambar 1.2 Ikan Hiu dan Bagian-Bagian Siripnya. Jepang merupakan ...

0 downloads 404 Views 735KB Size
2013

MARKET BRIEF: SIRIP IKAN HIU Atase Perdagangan Tokyo

[KBRI TOKYO, 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo]

3

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Daftar Isi Kata Pengantar

2

Peta Jepang

3

I.

Pendahuluan

4

1.1

Pemilihan Produk

4

1.2

Profil Jepang

7

II. Potensi Pasar Jepang

9

2.1

Ekspor Impor Produk Sirip Ikan Hiu Jepang - Dunia

2.2

Potensi Pasar Produk Sirip Ikan Hiu di Jepang

10

2.3

Kebijakan Impor Produk Sirip Ikan Hiu di Jepang

12

2.4

Saluran Distribusi Produk Sirip Ikan Hiu di Jepang

14

2.5

Hambatan Lainnya

16

III. Peluang dan Strategi

9

18

3.1

Peluang

18

3.2

Strategi

20

IV. Informasi Penting

24

Referensi

27

1

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Kata Pengantar Dengan ucapan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, laporan yang berjudul "Market Brief Sirip Ikan Hiu" telah selesai disusun. Laporan ini memberikan gambaran potensi pasar produk sirip ikan hiu di Jepang dengan mengacu pada "Outline Market Brief" yang telah ditetapkan. Adapun latar belakang dibuatnya laporan ini adalah adanya dinamika perkembangan pasar dimana tingkat persaingan sesama negara-negara pemasok menjadi semakin kompetitif. Oleh karena itu, agar Indonesia dapat meningkatkan daya saing dan mengatur strategi bagi peningkatan ekspor produk sirip kan hiu maka diperlukan informasi terkini terkait kondisi terkini di pasar tujuan ekspor khsusunya Jepang. Semoga laporan market brief ini dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan, pelaku bisnis khususnya yang bergerak di bidang hasil laut serta pihak terkait dalam menentukan strategi pemasaran dan pengambilan kebijakan terkait ekspor produk sirip ikan hiu ke pasar Jepang sehingga diharapkan nantinya ekspor produk ikan secara keseluruhan dapat meningkat.

Tokyo, Maret 2013

2

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

PETA JEPANG

3

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemilihan Produk Sirip ikan hiu adalah komoditas perikanan yang memiliki sejarah yang panjang di Jepang. Dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 2012, sirip ikan hiu menggunakan kode HS 0305.71.00.00. Kode ini adalah kode yang baru ditetapkan pada tahun 2012. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia 2010 menggunakan kode HS 0305.59.10.00 untuk sirip ikan hiu. Di Jepang, produk ini dikenal dengan sebutan fukahire, dan sudah dikenal sebagai komoditas ekspor Jepang ke negeri China sejak zaman Edo (1603-1868). Pada zaman Edo, pedagang Jepang yang bertransaksi dengan pedagang China dapat menggunakan fukahire sebagai alat pembayaran pengganti emas, perak, dan perunggu. Yang disebut fukahire adalah sirip ikan hiu yang sudah diambil kulit, daging dan tulangnya. Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1, hanya bagian yang seperti serat dari sirip ikan hiu ini yang diambil sebagai fukahire. Bagian ini kaya dengan kandungan kolagen dan kondroitin yang baik untuk kesehatan tubuh manusia. Gambar 1.2 menunjukkan gambar ikan hiu dan bagian-bagian siripnya. Sirip ekor dan sirip punggung memiliki harga yang mahal. Sirip dada memiliki harga yang lebih murah dibanding sirip punggung. Sirip-sirip lainnya yang lebih kecil ukurannya memiliki harga yang lebih murah dibanding sirip dada.

4

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Gambar 1.1

Sirip ikan hiu yang sudah diambil kulit, daging dan tulangnya

Gambar 1.2

Ikan Hiu dan Bagian-Bagian Siripnya

Jepang merupakan produsen sirip ikan hiu. Hasil penangkapan ikan hiu di Jepang diperkirakan sekitar 34.000 ton sampai 38.000 ton per tahunnya sejak tahun 2005. Jenis ikan hiu yang banyak ditangkap di Jepang dan diambil siripnya adalah ikan hiu dengan spesies Lamna Ditropis (bahasa Inggris: Salmon Shark) dan spesies Prionace Glauca (bahasa Inggris: Blue Shark).

5

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Daerah di Jepang yang terkenal sebagai daerah produsen fukahire atau sirip ikan hiu ini adalah daerah Kesennuma, daerah yang terkena tsunami pada bulan Maret 2011 yang lalu. Produksi fukahire di Kesennuma sempat terhenti total, namun telah dimulai kembali sejak akhir tahun 2011. Permintaan sirip ikan hiu di dalam negeri Jepang semakin tinggi, sementara jumlah penangkapan ikan hiu di Jepang tidaklah bertambah, sehingga pasar impor untuk sirip ikan hiu ini semakin terbuka. Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki lautan yang sangat luas merupakan negara produsen ikan hiu terbesar di dunia dengan jumlah penangkapan ikan hiu sebesar lebih dari 100.000 ton per tahun. Dari 250 lebih jenis spesies ikan hiu yang ada di dunia, setidaknya ada 29 jenis spesies ikan hiu yang ditemukan di Indonesia. Spesies Prionace Glauca (lihat Gambar 1.3) yang umum diambil siripnya untuk fukahire di Jepang juga banyak ditemukan di Indonesia. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar di Jepang.

Gambar 1.3

Ikan Hiu spesies Prionace Glauca

6

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Bea cukai di Jepang menggunakan kode HS 0305.71 untuk sirip ikan hiu. Menurut data statistik perdagangan dan kementerian finansial di Jepang, market share Indonesia untuk produk sirip ikan hiu di Jepang pada tahun 2012 adalah sebesar 21,47%. Analisa mengenai produk sirip ikan hiu di pasar Jepang akan disampaikan pada Bab II. 1.2 Profil Jepang Jepang adalah negara kepulauan yang juga memiliki julukan sebagai negara Matahari Terbit dan negeri Sakura. Jepang yang beribukota di Tokyo merupakan negara industri dengan GDP terbesar ke-3 setelah Amerika Serikat dan China. Sistem pemerintahan Jepang adalah monarki konstitusional dengan sistem parlementer, dengan kaisar (tennō heika) sebagai kepala negara, dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan yang dipilih oleh parlemen. Parlemen di Jepang terdiri dari dua majelis: Majelis Rendah Jepang (House of Representatives) dan Majelis Tinggi Jepang (House of Councillors). Menurut Geospatial Information Authority of Japan, luas negara Jepang yang berpenduduk 126 juta (menurut sensus tahun 2012) ini adalah sebesar 377.959 km 2 . Jepang memiliki  6.800 pulau, dengan 4 pulau terbesar yaitu Hokkaidō, Honshū, Shikoku, dan Kyūshū. Jepang secara geografis terletak di kawasan Asia timur yang terpisah dari benua Asia, dan berada di sebelah barat Samudera Pasifik. Adapun batas-batas negara Jepang adalah sebagai berikut: utara adalah Laut Okhotsk, timur adalah Samudera Pasifik, selatan adalah Laut Cina timur dan Laut Filipina, dan barat adalah Laut Jepang dan Selat Korea. Secara keseluruhan, Jepang mempunyai iklim muson laut sedang.

7

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Jepang memiliki mata uang Yen (¥). Kegiatan ekonomi utama Jepang adalah industri, pertanian, perikanan, pertambangan, perhubungan, dan perdagangan. Rasio swasembada pangan di Jepang adalah 40%, sehingga Jepang sangat tergantung pada impor bahan makanan dari luar negeri. Kota-kota perdagangan utama di Jepang adalah Tokyo, Osaka, dan Nagoya. Tokyo adalah kota perdagangan terbesar di dunia, dengan GDP lebih dari US$ 1 triliun.

8

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

BAB II POTENSI PASAR JEPANG 2.1 Ekspor Impor Produk Sirip Ikan Hiu Jepang - Dunia Jepang merupakan negara produsen dan pengekspor produk sirip ikan hiu ke berbagai negara di dunia. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1, negara tujuan utama ekspor produk sirip ikan hiu adalah Hongkong (56,78%), China (13,7%), Singapura (11,53%), Afrika Selatan (9,3%), dan Spanyol (7,69%). Indonesia juga merupakan tujuan ekspor Jepang dan berada di peringkat ke-7 dunia dan peringkat ke-2 ASEAN dengan pangsa pasar sebesar (0,01%). Pada Tabel 2.1 ini terlihat bahwa ekspor sirip ikan hiu Jepang mengalami penurunan 42,15% pada tahun 2012 dibanding dengan tahun 2011.

Tabel 2.1

Rank

Importir

Ekspor Sirip Ikan Hiu Jepang ke Dunia Periode 2008-2012 (dalam ribu US$) 2008

2009

2010

2011

2012

Pangsa (%) 2012

PERUB (%) 12-11

WORLD

8.202

6.825

8.592

8.771

5.074

100

-42,15

1

Hongkong

6.970

5.192

6.054

4.718

2.881

56,78

-38,93

2

China

173

0

0

729

695

13,7

-4,66

3

Singapura

711

771

1.472

1.779

585

11,53

-67,12

4

Afrika Selatan

133

455

393

298

471

9,3

58,05

5

Spanyol

47

210

344

610

390

7,69

-36,06

Indonesia

62

54

17

0

7

0,01

Vietnam

71

68

66

313

0

0

ASEAN 7

Sumber: ITC (diolah)

9

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Tabel 2.2

Rank

Negara asal impor WORLD

Impor Sirip Ikan Hiu Jepang dari Dunia Periode 2008-2012 (dalam ribu US$)

2008

2009

n/a

n/a

2010 n/a

2011 n/a

2012

Pangsa (%) 2012

6.389

100

PERUB (%) 12-11

1

China

1.663

1.718

889

237

2.703

42,31

1040,5

2

Indonesia

1.336

532

522

1.498

1.372

21,47

-8,4

3

Peru

678

584

799

869

1.103

17,26

26,93

4

Brasil

107

74

55

310

587

9,19

89,35

5

Spanyol

n/a

n/a

n/a

n/a

241

3,77

84

96

97

1,52

ASEAN 8

Singapura

87

282

1,04

Sumber: ITC (diolah) Catatan: n/a digunakan bila data tidak tersedia. Dibanding dengan nilai ekspor sirip ikan hiu Jepang ke dunia, nilai impor Jepang dari dunia lebih tinggi sekitar 26%. Dari Tabel 2.2, dapat dilihat bahwa total impor sirip ikan hiu Jepang pada tahun 2012 adalah sebesar US$ 6,389 juta. Lima negara utama pengekspor sirip ikan hiu ke Jepang adalah China (42,31%), Indonesia (21,47%), Peru (17,26%), Brasil (9,19%), dan Spanyol (3,77%). Negara ASEAN lainnya yang tercatat mengekspor produk sirip ikan hiu ke Jepang adalah Singapura (1,52%). 2.2 Potensi Pasar Ekspor Sirip Ikan Hiu ke Jepang Perbedaan nilai ekspor dan impor sirip ikan hiu Jepang dengan dunia pada tahun 2012 walau secara nilai hanya berbeda sekitar 26%, namun bila dilihat secara kuantitas (total berat) ekspor dan impor sirip ikan hiu Jepang dengan dunia pada tahun 2012, terdapat perbedaan sebesar 346% (lihat Tabel 2.3).

10

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Tabel 2.3

Perbandingan Ekspor dan Impor Sirip Ikan Hiu Jepang dengan Dunia Tahun 2012 Total Nilai (ribu US$) Total Berat (kg)

Ekspor Impor

5.074 6.389

115.714 33.418

Sumber: Trade Statistics of Japan (diolah) Data pada Tabel 2.3 ini menunjukkan bahwa Jepang mengekspor sirip ikan hiu yang memiliki nilai rendah, dan mengimpor sirip ikan hiu yang memiliki nilai tinggi. Hal ini mengindikasikan potensi pasar ekspor produk sirip ikan hiu ke Jepang untuk produk berkualitas tinggi. Tabel 2.4 memperlihatkan lebih rinci potensi ekspor Indonesia untuk produk sirip ikan hiu ini. Dengan kapasitas ekspor sirip ikan hiu Indonesia ke dunia sebesar US$ 6 juta, dan nilai impor Jepang dari dunia sebesar US$ 6,389 juta, maka terlihat bahwa Indonesia masih memiliki potensi sebesar US$ 4,628 juta untuk mengekspor sirip ikan hiu ke Jepang. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa potensi Indonesia mereguk pasar/share yang lebih besar untuk produk sirip ikan hiu di Jepang masih sangat terbuka. Tabel 2.4 HS code

Potensi Ekspor Sirip Ikan Hiu Indonesia ke Jepang tahun 2012 Produk

0305.59.10.00 Sirip Ikan Hiu

Impor Jpn dr Ina

Ekspor Ina ke Dunia

Impor Jpn dr Dunia

Potensi Perdagangan Ina

1,372

6

6,389

4,628

Sumber: ITC & BPS (Satuan: juta US$)

11

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

2.3 Kebijakan Impor Sirip Ikan Hiu di Jepang Untuk impor produk sirip ikan hiu, regulasi yang berlaku di Jepang adalah Food Sanitation Act dan Custom Law. Berdasarkan Food Sanitation Law, komponen kimia yang tercantum pada Tabel 2.5 tidak boleh melebihi batas maksimum residu yang ditetapkan oleh Ministry of Health, Labour and Welfare di Jepang. Selain itu, komponen kimia Hydrogen Peroxide tidak boleh terdeteksi pada produk sirip ikan hiu. Untuk kandungan bakteri, total viable count (TVC) bakteri tidak boleh melebihi 3000 per gram, dan bakteri E. coli harus terdeteksi negatif. Selain sanitasi, kebijakan impor lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah tarif bea masuk untuk impor sirip ikan hiu ini. HS 0305.71 termasuk dalam kategori X dalam perjanjian ekonomi bilateral Indonesia dan Jepang (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), yang berarti termasuk produk yang tidak dimasukkan untuk pengurangan dan peniadaan tarif bea masuk. Tarif bea masuk yang diaplikasikan untuk impor sirip ikan hiu dari Indonesia adalah tarif MFN, yaitu sebesar 10,5%. Tarif yang sama dikenakan untuk negara-negara asal impor lainnya yang tertera pada Tabel 2.2. Selain kebijakan impor yang berlaku, untuk penjualan di dalam negeri Jepang berlaku JAS Law yang mengatur standarisasi label yang mewajibkan penulisan negara asal impor dari produk sirip ikan hiu yang dijual.

12

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Tabel 2.5

Batas residu maksimum (MRL) komponen zat kimia pada sirip ikan hiu

Agricultural Chemical ALDRIN and DIELDRIN ALTRENOGEST

MRLs(ppm) 0.1

Agricultural Chemical DIPROPYL ISOCINCHOMERONA TE

MRLs(ppm) 0.004

Agricultural Chemical

MRLs(ppm)

METOCLOPRAMIDE

0.005

0.003

DIQUAT

0.1

NAFCILLIN

0.005

0.05

DIURON

2

NEOMYCIN

0.5

AMPICILLIN

0.05

EMAMECTIN BENZOATE

BENZOCAINE

0.05

ENDOSULFAN

0.004

ORMETOPRIM

0.1

BENZYLPENICILLIN

0.05

ENDRIN

0.005

OXACILLIN

0.3

AMOXICYLLIN

BETAMETHASONE BRODIFACOUM BROMIDE BROTIZOLAM

0.0003 0.001

ERYTHROMYCIN ETHOXYQUIN

0.0005

0.2 1

NORGESTOMET

OXOLINIC ACID

EUGENOL

0.05

PIPERAZINE

0.001

FAMPHUR

0.02

PREDNISOLONE

0.5

FENAMIPHOS

0.005

SIMAZINE

CANTHAXANTHIN

0.1

FENITROTHION

0.002

SODIUM NIFRUSTYRENATE

CARFENTRAZONE-E THYL

0.3

FENPYROXIMATE

0.005

SPECTINOMYCIN

CHLORMADINONE CLENBUTEROL

0.05

FLORFENICOL

0.2

0.002

FLUMEQUINE

0.6

N.D. (Not Detected)

FLUMETHRIN

0.005

CLORSULON

0.02

CLOSTEBOL

0.0005

CLOXACILLIN CYPERMETHRIN

CYPRODINIL

2,4-D DANOFLOXACIN DDT

FLURIDONE GLYCALPYRAMIDE

0.05

THIABENDAZOLE

0.1 3

HYDROGEN PHOSPHIDE IMAZAPYR ISOEUGENOL

DEXAMETHASONE

N.D.

LINCOMYCIN

10

LINDANE

0.3

MALATHION

0.0004

METHIDATHION

0.1

TRENBOLONE ACETATE

0.01

TRICHLORFON

1 100 0.005 0.1 1 0.5

10 0.05 0.3 0.1 0.1 0.1

0.001

HEPTACHLOR

1

0.0007

0.005

0.01

HEXACHLOROBENZ ENE

0.05

TEFLUTHRIN TETRACONAZOLE

0.0004

0.001

SULFOSULFURON

0.3

LASALOCID

DIPHENYLAMINE

SULFISOZOLE

GLYPHOSATE

0.01

DICLOXACILLIN

SULFADIMETHOXIN E SULFAMONOMETHO XINE

0.3

DELTAMETHRIN and TRALOMETHRIN

DIBUTYLHYDROXYT OLUENE

0.5 0.03

0.05

PINDONE

50

BUTYLHYDROXYANI SOL

CHLORDANE

0.0001

TRICLOPYR TRIFLURALIN TRIMETHOPRIM TYLOSIN

0.0003 0.02 as total of alpha-trenbolo ne and beta-trenbolon e 0.01 3 0.001 0.05 0.1

WARFARIN

0.001

ZERANOL

0.002

0.001

Sumber: The Japan Food Chemical Research Foundation

13

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

2.4 Saluran Distribusi Produk Sirip Ikan Hiu di Jepang Gambar 2.1 mendeskripsikan alur distribusi produk sirip ikan hiu dari nelayan, lalu diekspor dan sampai ke tangan konsumen. Nelayan yang menangkap ikan hiu menjual sirip ikan hiu kepada pedagang/broker yang kemudian memasok sirip ikan hiu tersebut kepada eksportir. Sirip ikan hiu yang masuk ke Jepang ada yang didistribusikan ke perusahaan pengolah makanan (industri) yang akan membuat produk kalengan atau produk lainnya (lihat Gambar 2.2). Sirip ikan hiu yang masuk ke restoran, dihidangkan kepada konsumer sebagai masakan sup fukahire, fukahire ramen, dan sebagainya (lihat Gambar 2.3). Fishermen

Local Broker

Exporter

Importer

Primary Wholesaler

Secondary Wholesaler

Industry

Retailers, Restaurants

Consumers

Gambar 2.1 Saluran distribusi produk HS 0714 dari luar negeri 14

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

(a) Ramen Instan dengan Fukahire

(b) Sup Fukahire

Gambar 2.2 Contoh produk yang menggunakan Fukahire

(a) Sup Fukahire

(c) Fukahire Ramen

(b) Nasi Goreng Fukahire

(d) Fukahire Sugatani

Gambar 2.3 Contoh Masakan Fukahire

15

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

2.5 Hambatan Lainnya Beberapa hal yang dapat menghambat peningkatan ekspor HS 0714 ke Jepang adalah sebagai berikut. (a) Tarif bea masuk. Tarif bea masuk yang dikenakan untuk impor sirip ikan hiu dari Indonesia adalah 10,5%. Negara-negara ASEAN berikut ini belum tercatat sebagai eksportir sirip ikan hiu ke Jepang, namun memiliki potensi untuk mengekspor sirip ikan hiu ke Jepang dan memiliki keuntungan dalam hal tarif bea masuk dibanding Indonesia. Kamboja bebas tarif bea masuk. Thailand dikenakan tarif bea masuk hanya 2,6%, Vietnam 3,5%, dan Filipina 3,9%. Negara-negara ASEAN ini akan menjadi pesaing bila mulai menggarap pasar sirip ikan hiu di Jepang. (b) Kontrol kualitas. Dalam berita pelanggaran impor produk makanan yang dikeluarkan oleh Ministry of Health, Labour and Welfare di Jepang, sirip ikan hiu dari Indonesia pernah tercatat terdeteksi mengandung bakteri E. Coli atau Hydrogen Peroxide, sehingga produk tersebut harus dibuang. Pada Desember 2012 yang lalu, tercatat sirip ikan hiu dari Indonesia terpaksa harus dibuang karena total viable count bakterinya melebihi batas yang ditentukan. Kontrol kualitas ini perlu diperhatikan untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar di Jepang. (c) Pembatasan penangkapan ikan hiu spesies tertentu. Konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) dalam rapatnya pada tgl 14 Maret 2013 di Bangkok telah menetapkan 5 spesies ikan hiu yang harus mendapatkan izin dari CITES bila ingin diperdagangkan.

16

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Kelima spesies ikan hiu tersebut adalah spesies Carcharhinus longimanus (bahasa Indonesia: hiu samudra berujung putih), spesies Lamna nasus (bahasa Indonesia: hiu gergaji), dan spesies Sphyrma lewini, Sphyrma mokarran, Sphyrna zigaena (di Indonesia, ketiganya dikenal dengan sebutan hiu martil). Jenis-jenis ikan hiu yang dibatasi perdagangannya ini juga ditemukan di Indonesia sehingga tentunya akan mengurangi produksi sirip ikan hiu Indonesia. Di sisi lain, pembatasan penangkapan ikan hiu ini memang perlu dilaksanakan untuk melestarikan spesies-spesies ikan hiu ini supaya tidak punah. (d) Kendala

bahasa/komunikasi.

Ada

kendala

bahasa/komunikasi

antara

pengusaha produk sirip ikan hiu di Indonesia dengan importir Jepang karena keterbatasan pihak Jepang dalam penggunaan bahasa Inggris, dan hal ini dapat menghambat proses transaksi. (e) Pemasaran dan promosi. Masih sangat sedikit promosi produk sirip ikan hiu dari Indonesia kepada masyarakat Jepang. Pengusaha produk sirip ikan hiu perlu ikut dalam pameran-pameran dagang di Jepang.

17

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

BAB III PELUANG DAN STRATEGI 3.1 Peluang a. Bentuk Kerjasama Dengan hubungan bilateral yang terbina baik antara Indonesia dan Jepang, Indonesia memiliki keuntungan untuk mengundang lebih banyak investor dari Jepang untuk mengembangkan produksi sirip ikan hiu di Indonesia. b. Harga Per Unit Tabel 3.1 memaparkan secara rinci harga per kilogram komoditi sirip ikan hiu dan selisih harga dari eksportir utama yaitu China. Peru adalah satu-satunya eksportir yang mempunyai harga satuan di bawah China yaitu 13.070 JPY per kilogram, atau 120 JPY lebih murah. Harga komoditi sirip ikan hiu dari Indonesia sebesar 18.125 JPY, atau lebih mahal 4.935 JPY dari China. Sementara itu, harga komoditi sirip ikan hiu dari Brasil dan Spanyol jauh lebih mahal dibandingkan dengan Indonesia. Brasil dan Spanyol secara total memegang hampir 13% pangsa pasar di Jepang. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang untuk memperbesar pangsa pasar di Jepang bila dapat mengatur strategi pasar yang lebih agresif untuk merebut pangsa pasar yang dimiliki Brasil dan Spanyol. Pada saat yang bersamaan, perlu tetap memperhatikan dinamika pasar agar posisi Indonesia tidak tergeser oleh Peru yang saat ini berada di posisi ketiga setelah Indonesia.

18

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Tabel 3.1 Harga Invoice Rata-Rata Impor Sirip Ikan Hiu Jepang dari Dunia Per Kilogram Tahun 2012 Rank

Eksportir

Harga per kg (dalam Yen)

Selisih harga dari eksportir No.1

Tarif % yg dikenakan Jepang

WORLD

15.292

2.102

1

China

13.190

0

10,5

2

Indonesia

18.125

4.935

10,5

3

Peru

13.070

120

10,5

4

Brasil

24.978

11.788

10,5

5

Spanyol

27.297

14.107

10,5

16.361

3171

10,5

ASEAN 8

Singapura

Sumber: Trade Statistics of Japan c. Hubungan bilateral Jepang dengan negara pesaing Sejak tahun 2012, hubungan bilateral Jepang dengan China tidaklah baik. Kondisi ini sedikit banyak menimbulkan keengganan dari perusahaanperusahaan Jepang untuk bertransaksi dengan China. Kondisi ini merupakan momentum yang baik bagi Indonesia untuk lebih mereguk pasar/share yang lebih besar. d. Kualitas yang diakui Dari Tabel 3.1, dapat dilihat bahwa walaupun nilai per unit sirip ikan hiu dari Indonesia lebih mahal dibandingkan Peru dan Singapura, namun pada tahun 2012, Indonesia dapat memegang posisi kedua. Hal ini mengindikasikan adanya pengakuan atas kualitas sirip ikan hiu dari Indonesia. Pada Bab 2 bagian 2, telah disampaikan bahwa Tabel 2.3 mengindikasikan potensi pasar ekspor produk sirip ikan hiu ke Jepang untuk produk berkualitas tinggi. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang untuk memperbesar pangsa pasar bila dapat menjaga dan meningkatkan kualitas produk sirip ikan hiu ini. 19

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

3.2 Strategi Dengan melihat fenomena secara umum dan mempertimbangkan peluang-peluang yang tertera di atas, hal-hal berikut direkomendasikan bagi dunia usaha Indonesia untuk dapat meningkatkan pangsa pasar untuk produk sirip ikan hiu di Jepang. a. Berpartisipasi dalam pameran dagang di Jepang. Pameran yang terkait produk sirip ikan hiu dilaksanakan setiap tahunnya di Jepang. Para pengusaha produk sirip ikan hiu di Indonesia kiranya dapat proaktif untuk berpartisipasi mengikuti pameran sehingga keberadaan produk sirip ikan hiu dari Indonesia dapat semakin dikenal di Jepang. b. Proaktif dengan Perwakilan Dagang di Jepang. Para pengusaha produk sirip ikan hiu di Indonesia diharapkan dapat secara proaktif menghubungi perwakilan dagang luar negeri Indonesia di Jepang (Tokyo dan Osaka) untuk meminta informasi pameran dan perkembangan terkait produk sirip ikan hiu ini, maupun untuk bantuan prasarana kerjasama dengan pihak Jepang. c. Membina terus hubungan yang baik dengan pembeli dari Jepang. Bila berhasil bertransaksi dengan importir Jepang, pengusaha produk sirip ikan hiu di Indonesia harus berusaha untuk terus menjaga kualitas produk sehingga tetap terjalin hubungan saling percaya yang baik dengan importir Jepang tersebut. Melalui hubungan yang baik dengan pembeli dari Jepang, pengusaha Indonesia juga dapat meminta bantuan pembeli dari Jepang untuk memberikan informasi seandainya ada perubahan regulasi dan sebagainya.

20

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

d. Memberikan penyuluhan kepada para nelayan. Pengusaha di Indonesia perlu aktif untuk mengajak pemerintah bekerja sama dalam memberikan penyuluhan kepada para nelayan. Nelayan perlu diberikan penyuluhan untuk dapat membedakan spesies yang langka dengan yang tidak langka, sehingga nelayan tidak sembarang menangkap ikan hiu. Penyuluhan secara teknologi juga perlu diberikan sehingga nelayan dapat meningkatkan produktifitas penangkapan ikan hiu. e. Mengembangkan bisnis pembudidayaan ikan hiu. Saat ini Indonesia memiliki penangkaran ikan hiu di Pulau Menjangan Besar (Jawa Tengah) yang menangkar ikan hiu spesies Carcharhinus melanopterusm (lihat Gambar 3.1), dan di Pulau Nusa Keramba (Kepulauan Seribu) (lihat Gambar 3.2). Namun, penangkaran ikan hiu ini hanya memelihara ikan-ikan hiu yang masih kecil dan kemudian dilepas setelah agak besar. Penangkaran yang ada tidak diproyeksikan untuk mengembangbiakkan ikan hiu, dan lebih digunakan sebagai sarana pariwisata. Di tengah adanya tekanan dari pecinta lingkungan untuk

menghentikan

penangkapan

ikan

hiu,

pengembangan

bisnis

pengembangbiakan ikan hiu untuk konsumsi perlu dipikirkan, sehingga produksi sirip ikan hiu tidak perlu lagi bergantung sepenuhnya pada hasil tangkapan alam. Walaupun Indonesia memiliki wilayah lautan yang sangat luas, pembudidayaan ikan hiu tentunya tidak akan dapat terlaksana tanpa dukungan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pemerintah daerah. Perencanaan dan pelaksanaannya pun perlu melibatkan peneliti-peneliti ikan hiu baik dari dalam maupun luar negeri, dan juga investor asing termasuk dari Jepang.

21

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

Gambar 3.1 Penangkaran ikan hiu di Pulau Menjangan Besar

Gambar 3.2 Penangkaran ikan hiu di Pulau Nusa Keramba f. Pendayagunaan bagian lain dari ikan hiu selain sirip ikan hiu itu sendiri. Salah satu hal yang terjadi di lapangan yang menjadi sorotan kelompok yang menentang penangkapan ikan hiu adalah adanya kecenderungan nelayan yang menangkap ikan hiu hanya memotong sirip ikan hiu dan kemudian membuang tubuh ikan hiu tersebut ke laut. Hal ini karena bagian selain sirip ikan hiu itu sendiri dianggap kurang bernilai. Pemanfaatan bagian selain dari 22

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

sirip ikan hiu perlu dipikirkan dengan baik. Sebagai contoh, daerah Kesennuma yang terkenal dengan produk fukahire ini juga mengembangkan industri yang menggunakan kulit ikan hiu. Gambar 3.3 memperlihatkan contoh produk-produk yang dibuat dari kulit ikan hiu. Produk-produk ini dijual dengan harga yang relatif tidak murah. Pengembangan industri yang menggunakan bagian lain dari ikan hiu ini akan membantu pengembangan bisnis pembudidayaan ikan hiu, yang tentunya akan berhubungan dengan produksi sirip ikan hiu.

Gambar 3.3

Contoh produk yang dibuat dari kulit ikan hiu

23

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

BAB IV

INFORMASI PENTING

1. Perwakilan Jepang di Indonesia Kedutaan Besar Jepang di Jakarta Duta Besar: Mr. Yoshinori Katori Jl. M.H. Thamrin Kav.24, Jakarta Pusat 10350, Indonesia Phone: (021) 3192-4308 Fax: (021) 3192-5460 Website: www.id.emb-japan.go.jp Kantor Konsuler Jepang di Makassar Kepala Kantor Konsuler: Mr. Shingo Higashimoto Jl. Jenderal Sudirman No.31, Makassar, Indonesia Phone: (0411) 871-030, 872-323 Fax: (0411) 853-946 Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya Konsul Jenderal: Mr. Noboru Nomura Jl. Sumatera No. 93, Surabaya, Indonesia Phone : (031) 503-0008 Fax : (031) 503-0037, 502-3007 Website : www.surabaya.id.emb-japan.go.jp Konsulat Jenderal Jepang di Denpasar Konsul Jenderal: Mr. Minoru Shirota Jl. Raya Puputan No.170, Renon, Denpasar, Bali, Indonesia Phone : (0361) 227-628 Fax : (0361) 265-066 Website : www.denpasar.id.emb-japan.go.jp Konsulat Jenderal Jepang di Medan Konsul Jenderal: Mr. Yūji Hamada Wisma BII, 5th floor Jl. Pangeran Diponegoro No. 18, Medan, Sumatera Utara, Indonesia Phone : (061) 457-5193 Fax : (061) 457-4560 Website : www.medan.id.emb-japan.go.jp 24

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

2. Kamar Dagang Jepang The Tokyo Chamber of Commerce & Industry Head Office: 3-2-2, Marunouchi, Chiyoda-ku, Tokyo 100-0005, Japan Phone: +81-3-3283-7523 Fax: +81-3-3216-6497 Website: www.tokyo-cci.or.jp 3. Asosiasi Terkait Produk Sirip Ikan Hiu di Jepang Japan Fisheries Association Sankaido Bld., 1-9-13, Akasaka, Minato-ku, Tokyo-107-0052, Japan Phone: +81-3-3585-6681 Fax: +81-3-3582-2337 Webiste: http://www.suisankai.or.jp 4. Daftar Pameran Terkait Produk HS 0714 di Jepang FOODEX Website: www3.jma.or.jp/foodex Phone: +81-3-3434-3453 Gourmet & Dining Style Show Website: www.gourmetdiningstyleshow.com Phone: +81-3-3843-9850 International Hotel & Restaurant Show Website: www.jma.or.jp/hcj Phone: +81-3-3434-1377 International Food Expo UTAGE in Osaka Website: www.shokuhaku.gr.jp Phone: +81-6-7688-0377 The World Food and Beverage Great Expo Website: www.fabex.jp Phone: +81-3-3271-4816 25

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

5. Perwakilan Indonesia di Jepang KBRI Tokyo Duta Besar: Bpk. Muhammad Lutfi Atase Perdagangan: Ibu Julia Gustaria Silalahi 5-2-9, Higashi Gotanda, Shinagawa-ku, Tokyo 141-0022, Japan Phone: +81-3-3441-4201 Fax: +81-3-3447-1697 E-mail: [email protected] Website: kbritokyo.jp KJRI Osaka Konsul Jenderal: Bpk. Ibnu Hadi Resona Senba Building 6th Floor 4-4-21, Minami Senba, Chuo-ku, Osaka 542-0081, Japan Phone: +81-6-6252-9826 Fax: +81-6-6252-9872 E-mail: [email protected] Website: www.indonesia-osaka.org ITPC Osaka Kepala: Ibu Rosiana Christina Frederick Wakil Kepala: Bpk. Eko Priyantoro ITM 4-J-8, Asia and Pacific Trade Center 2-1-10, Nanko Kita, Suminoe-ku, Osaka 559-0034, Japan Phone: +81-6-6615-5350 Fax: +81-6-6615-5351 Website: www.itpc.or.jp

26

[Market Brief Atdag Tokyo 3/2013]

REFERENSI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia 2010. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Buku Tarif Kepabeanan Indonesia Tahun 2012. Fisheries Research Agency. http://www.fra.affrc.go.jp International Trade Center. http://www.trademap.org Japan Customs, January 2013, http://www.customs.go.jp JETRO, Handbook for Agricultural and Fishery Products Import Regulations 2009, published on February 2010 by Japan External Trade Organization. The Japan Food Chemical Research Foundation. http://www.ffcr.or.jp Konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES). http://www.cites.org Nurdin Manik. Mengenal Beberapa Jenis Hiu, Oseana, Volume XXIX, Nomor 1, pp. 9-17, 2004 Trade Statistics of Japan, Ministry of Finance. http://www.customs.go.jp/toukei/info/index_e.htm World Tariff. http://worldtariff.com

27