PENGARUH TERAPI MUSIK TRADISIONAL LUNDAYEH TERHADAP PENURUNAN

Download Pengaruh Terapi Musik Tradisional Lundayeh Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada ... Musik tradisional lundayeh mengutamakan senandung d...

0 downloads 538 Views 208KB Size
PENGARUH TERAPI MUSIK TRADISIONAL LUNDAYEH TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI KAMPUNG BUGIS DALAM KALIMANTAN UTARA

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh: Nurtati Anggraeni NIM. ST151030

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017

Pengaruh Terapi Musik Tradisional Lundayeh Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia Pada Lanjut Usia Di Kampung Bugis Dalam Kalimantan Utara Nurtati Anggraeni1), Erlina Windyastuti 2), Aria Nurahman Hendra 2) 1) 2)

Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah sehingga lansia merasa kurang nyaman terhadap diri sendiri. Kabanyakan lansia mengalami insomnia yaitu susah tidur, karena adanya rasa khawatir akan kematian dan tekanan batin, timbulnya rasa cemas, depresi dan lingkungan yang berisik sehingga mengganggu kualitas tidurnya. Musik tradisional lundayeh mengutamakan senandung dan kombinasi yang dapat mempengaruhi kualitas tidur karena alunannya mendayu-dayu sehingga meningkatkan kadar serotin di otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik tradisional lundayeh terhadap penurunan tingkat insomnia pada lanjut usia di Kampung Bugis Dalam di Kalimantan Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Quasi Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 20 lansia yang mengalami insomnia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu 19 lansia. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan uji wilcoxon 0,00 (p < 0,05) sehingga H1 diterima yang artinya ada pengaruh terapi musik tradisional lundayeh terhadap penurunan tingkat insomnia pada lanjut usia di Kampung Bugis Dalam di Kalimantan Utara. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan masukan untuk mengatasi insomnia dengan pemberian terapi musik tradisional lundayeh. Kata Kunci Daftar Pustaka

: Insomnia, Musik lundayeh, Musik Tradisional : 24 (2006-2016)

1

Effect of Lundayeh Traditional Music Therapy on Insomnia Level Reduction of the Elderlies at Bugis Dalam Village in North Kalimantan ABSTRACT Sleeping pattern of the elderlies can change so that they feel less comfortable. Most elderlies encounter such disorder due to their fear over death, mental pressure, anxiety, depression, and noisy environment which disrupt their sleep quality. Lundayeh traditional music prioritizes hum and musical combinations which affect the sleep quality due to the lilting strains of music. As a result, the serotonin level in the brain increases. The objective of this research is to investigate the effect of lundayeh tranditional music therapy on the insomnia level reduction of the elderlies at Bugis Dalam Village, North Kalimantan. This research used the quantitative research method with the quasi experimental design. Its population was 20 elderlies who undergo insomnia. The samples of the research consisted of 19 elderlies and were determined through the purposive sampling technique. The data of the research were analyzed by using the Wilcoxon’s Test. The result of the Wilcoxon’s Test shows that the p-value was 0.00, which was less than 0.05, meaning that H1 was verified. Thus, there was an effect of the lundayeh tranditional music therapy on the insomnia level reduction of the elderlies at Bugis Dalam Village, North Kalimantan. The result of this research is expected to be information and input to deal with insomnia through the lundayeh traditional music therapy administration. Keywords: Insomnia, lundayeh traditional music, elderlies References: 24 (2006-2016) penduduk di indonesia pada tahun 2010

I. PENDAHULUAN Proses menua merupakan proses

mencapai 18,4 juta orang jiwa atau 9,6%

alami yang disertai adanya penurunan

dari jumlah penduduk

dengan usia

kondisi fisik,psikologis maupun sosial

harapan hidup 67,4 tahun (Badan Pusat

yang saling berinteraksi satu sama lain.

Statistik, 2010).

berpotensi

Peningkatan jumlah lanjut usia

menimbulkan masalah kesehatan secara

akibat peningkatan usia harapan hidup

umum maupun kesehatan jiwa secara

akan

khusus pada lanjut usia (Anwar, 2010).

kesehatan antara lain perasaan tidak

Jumlah penduduk lanjut usia didunia pada

berguna, mudah sedih, stress, depresi,

tahun 2010 sebesar 18,96 juta jiwa (U.S.

ansietas,

Census Burean International Data Base,

mengalami gangguan tidur baik kualitas

2011). Badan kesehatan dunia WHO

maupun kuantitasnya (Wayan,

memprediksikan bahwa penduduk lanjut

Menurut Maryam (2008) permasalahan

usia di indonesia pada tahun 2020

yang terjadi pada lansia salah satunya

mendatang sudah mencapai 11.34% atau

yaitu insomnia. Kebiasaan atau pola tidur

tercatat 28.8 juta orang jiwa. Jumlah

lansia dapat berubah sehingga lansia

Keadaan

2

tersebut

menyebab

masalah

demensia,

dibidang

delirium

dan

2006).

merasa kurang nyaman terhadap diri

yang dapat mempengaruhi kualitas tidur

sendiri. Kabanyakan lansia mengalami

karena

insomnia yaitu susah tidur, karena adanya

sehingga meningkatkan kadar serotin di

rasa khawatir akan kematian dan tekanan

otak. Hal ini membuat orang yang

batin, timbulnya rasa cemas, depresi dan

mendengarkan musik akan merasa tenang,

lingkungan

bahagia dan membuat seluruh tubuh

yang

berisik

sehingga

mengganggu kualitas tidurnya.

menjadi

alunannya

rileks

mendayu-dayu

ketika

mendengarkan

Faktor yang dapat menyebabkan

musik, serta dapat menurunkan tingkat

terjadinya gangguan tidur pada lanjut usia

stres. Dengan alunan musik yang lemas

antara lain perubahan lingkungan sosial,

dapat menstabilkan seluruh sistem tubuh

penggunaan

dan pikiran sehingga dapat meningkatkan

obat

-

obatan

yang

meningkat. Dampak tersebut lebih tinggi

kualitas

tidur.

Musik

pada seseorang yang lama tidurnya lebih

masyarakat

dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari

digunakan pada upacara penyambutan

bila dibandingkan dengan seseorang yang

tamu dan sering digunakan dalam keadaan

lama tidurnya antara 7-8 jam per hari

bersantai karena terdapat suatu nilai

(Marcel dan Lumempouw, 2009). Cara

keyakinan sehingga masyarakat lundayeh

yang dapat digunakan untuk mengatasi

di kampung Bugis senang mendengarkan.

masalah gangguan tidur terdiri dari terapi

Dalam memberikan terapi musik, terdapat

farmakologi dan nonfarmakologi.

beberapa hal yang perlu diperhatikan,

kampung

lundayeh Bugis

di

sering

dapat

salah satunya adalah jenis musik yang

dilakukan dengan cara pemberian terapi

akan diberikan terdapat beberapa jenis

musik

Penelitian

musik, misalnya musik klasik, musik

sebelumnya oleh Melianti (2013) dengan

rock, musik gamelan, musik tradisional

judul pengaruh terapi musik terhadap

lundayeh dan lain-lain.

kulaitas tidur penderita insomnia pada

Musik

Terapi

nonfarmakologi

(Djohan,

2006).

tradisional

lundayeh

lanjut usia (lansia) di Panti Jompo Graha

adalah musik yang diberikan oleh suku

Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya hasil

Dayak

menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi

penyambutan tamu. Biasanya musik yang

musik terhadap kualitas tidur sebelum dan

digunakan yaitu busak baku. Musik

sesudah diberikan intervensi dengan nilai

tradisional busak baku sendiri dapat

p=0,000.

mengolah rasa dan memberi ketenangan

Musik

tradisional

lundayeh

mengutamakan senandung dan kombinasi

khususnya

untuk

upacara

bagi pendengar (Buing, 2016). Biasanya para pemusik ketika memainkan sebuah

3

perasaan

lansia tidak memiliki keluarga yang

Bermusik itu bermain mengolah

tinggal satu rumah karena rumah anak-

rasa. Musik busak baku ini biasanya

anaknya berjauhan, dan beberapa lansia

dipakai pada saat upacara penyambutan

yang tinggal serumah dengan anak-

tamu.

menghadirkan

anaknya. Hasil wawancara dengan lansia

dentingan yang memecah kesunyian.

yang tinggal dirumah sendiri tanpa ada

Musik tradisional busak baku sendiri

keluarga atau anak-anak yang tinggal

dapat

lagu, saja.

hanya

Petikan

mengolah

ketenangan

dengan

dawai

rasa

bagi

dan

memberi

serumah dengan mereka merasa kesepian

pendengar

(Buing,

memikirkan anak-anak cucunya yang dulunya dirumahnya dan beberapa lansia

2016). Musik lundayeh ini digunakan

lainnya

menurunkan

insomnia

anaknya mereka merasa membebani anak-

dengan menilai dari tiap indikator yang

anak mereka karena anak mereka sudah

meliputi insomnia, kesulitan tidur, serta

menikah dan anak-anak yang harus

pola tidur lansia tanpa batasan tahapan

diurusi juga.

untuk

tingkat

yang tinggal seatap dengan

lansia, dengan hadirnya musik lundayeh

Jika dalam waktu lama lansia

ini diharapkan mampu melengkapi dari

yang tidak tinggal serumah bersama anak

penelitian sebelumnya yang berhubungan

mereka tidak dijenguk oleh keluarga dan

dengan pengaruh terapi musik terhadap

anaknya.

berbagai macam gangguan tidur.

membuat para lansia stres dan cemas,

Hal

tersebut

sering

kali

Dari hasil studi pendahuluan yang

sehingga pada akhirnya membuat lansia

dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28

tidak bisa tidur di malam hari. Dari 35

juni

lansia

2016

terdapat

lansia

didaerah

yang

kampung bugis dalam. Daerah kampung

menggunakan

bugis

terdapat

terdapat

50

kepala

keluarga.

20

dilakukan insomnia lansia

wawancara rating

yang

scale

mengalami

Terdapat di dalam 35 kepala keluarga

kesulitan tidur, meskipun tingkat-tingkat

didiami oleh lanjut usia. Dari hasil

kesulitan tidur dan faktor pencetus tiap

wawancara serta survey yang dilakukan

lansia berbeda-beda.

lansia yang menderita insomnia ada 20

lansia mengalami susah tidur karena

orang

hasil

faktor psikologis. Para lansia tersebut

PDLKT

mengaku kesulitan untuk kembali tidur,

(Persekutuan Dayak Daerah Kampung

tidur tidak tenang dan terbangun lebih

Tarakan) terdapat 35 lansia yang ada di

awal.

lansia.

wawancara

Berdasarkan

dengan

ketua

daerah kampung Bugis Dalam. Beberapa

4

Sebagian

besar

Lanjut usia di kampung Bugis mengaku tidak dapat tertidur dengan

pengambilan

sampel

menggunakan

purposive sampling yaitu 19 sampel.

nyenyak serta sulit kembali tidur jika

Alat penelitan yang digunakan

sudah terbangun. Biasanya jika tidak

yaitu Insomnia Rating Scale (KSPBJ-

dapat teridur lansia biasanya menonton

IRS) yang telah dimodifikasi oleh Carole

televisi,

dengan

mengobrol

dengan

anaknya,

mendengarkan musik yang sifatnya untuk

koefisiensi

reabilitas

(alpha

cronbach) sebesar 0,83 (Carole, 2007).

menghibur lansia. Musik yang biasa di

Analisis data univariat penelitian

dengarkan oleh lansia kebanyakkan musik

meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan,

daerah

tradisional

pekerjaan serta skor insomnia sebelum

lundayeh yaitu busak baku. Setelah

diberikan intervensi dan skor insomnia

menonton atau membaca Alkitab lansia

setelah

belum dapat tertidur. Terkadang lansia

disajikan

mendengarkan

lagu-lagu

presentase. Analisis bivariat analisis yang

daerah misalnya busak baku hingga

dilakukan untuk mengetahui keterkaitan

keesokan paginya hingga lansia merasa

dua

mulai tertidur.

menggunakan uji wilcoxon.

terutama

musik

musik

atau

diberikan dalam

variabel,

intervensi bentuk

untuk

yang proporsi

mengetahui

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dan melihat bahwa insomnia sering dialami oleh lansia, maka peneliti

merumuskan

pengaruh

terapi

“Apakah

musik

ada

tradisional

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Hasil dilakukan

penelitian

yang

didapatkan

telah

karakteristik

lundayeh terhadap penurunan tingkat

responden berdasarkan jenis kelamin,

insomnia pada lansia di Kampung Bugis

usia, pendidikan, pekerjaan serta skor

Dalam Tarakan Kalimantan Utara?”.

insomnia sebelum diberikan intervensi dan skor insomnia setelah diberikan

II.

METODOLOGI Jenis

penelitian

intervensi disajikan dalam tabel serta ini

adalah

penelitian jenis quasy eksperimen dengan design pre test-post test without control group. Populasi pada penelitian ini adalah Populasi pada penelitian ini adalah 20

deskripsi. Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (n=19) Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan N=19

F 10 9 19

% 52,6 47,4 100

lansia yang mengalami insomnia. Teknik

5

Hasil

penelitian

diketahui

malam hari, sehingga penurunan

distribusi frekuensi jenis kelamin

kadar

paling

menyebabkan

banyak

yaitu

laki-laki

hormon

lansia

akan

sulit

mempertahankan

perempuan

orang

2011). Laki-laki lebih cenderung

(47,4%). Hasil penelitian tersebut

untuk terjaga mengerjakan tugasnya

sama dengan hasil penelitian yang

dan akibat stress yang ditimbulkan.

dilakukan oleh Yurintika (2015)

Perbedaan

bahwa

dikerjakan dan kecenderungan tidur

sebanyak

hasil

9

sebagian

besar

tidur

untuk

sebanyak 10 orang (52,6%) dan

tugas

(Siregar,

kuliah

larut

sebanyak 19 orang (55,9%). Hasil ini

mengerjakan tugas kuliah juga akan

menunjukkan

mengurangi waktu tidur responden

bahwa yang

mayoritas mengalami

malam

akibat

yang

responden berjenis kelamin laki-laki

responden

sehingga

harus

menyebabkan

laki-laki.

ketidakpuasaan tidur saat terbangun.

Berbeda dengan hasil penelitian yang

Sedangkan faktor predisposisi yang

dilakukan oleh Novianty (2014)

dimaksud seperti strategi tidur siang

mengenai diketahui bahwa jenis

yang salah atau

kelamin perempuan lebih banyak

waktu tidur di luar jam tidur.

dibanding jenis kelamin laki-laki

Kebiasaan

yaitu

perempuan

malam untuk membuat tugas akan

sebanyak 13 orang (65%) sedangkan

cenderung merusak ritme sirkadian

responden laki-laki 7 orang (35%).

dari

gangguan

tidur

adalah

responden

Perempuan memiliki

kualitas

dibandingkan karena

cenderung tidur

dengan

perempuan

lebih

memperpanjang

terjaga

responden

sampai

sehingga

larut

pada

akhirnya responden akan terbiasa

buruk

untuk tidur larut malam ataupun tidur

laki-laki

lebih lama pada siang hari (Pigeon,

sering

2013). Menurut

mengalami gangguan pada faktor

6

tersebut

peneliti

jenis

psikis seperti stres atau depresi

kelamin laki-laki rentang terhadap

(Widya 2010). Keadaan stres dapat

aktivitas merokok yang diyakini

membuat tidur tidak lelap, susah

peneliti

tidur bahkan tidak bisa tidur. Stress

kejadian

tingkat tinggi juga menghambat kerja

didukung

oleh

penelitian

yang

hormon melatonin yang disekresikan

dilakukan

oleh

Puspitasari

dkk

pada saat tidur dalam terutama pada

(2014) bahwa ada hubungan yang

berpengaruh insomnia.

terhadap

Pendapat

ini

signifikan antara perilaku merokok

refleks menyebabkan vasokonstriksi,

dan kejadian insomnia dengan

takikardi dan tekanan darah tinggi.

p-

value sebesar (0,000) dan besarnya

Pelepasan

korelasi sebesar 0,398. Kandungan

bepengaruh pada sintesis melatonin

nikotin

di otak, sehingga regulasi tidur-

didalam

rokok

dapat

noradrenalin

mengacaukan pola tidur seseorang

bangun

yang membuat penggunanya selalu

Terjadinya perubahan hemodinamik

waspada dan terjaga. Peneliti juga

dan perubahan regulasi inilah yang

berpendapat bahwa insomnia dapat

menyebabkan seseorang mengalami

dicegah dengan meminimalisir salah

insomnia (Annahri dkk, 2013).

satu penyebabnya yaitu perilaku merokok.

Dengan

menghindari

perilaku merokok, seseorang akan lebih kecil beresiko insomnia. Mengkonsumsi rokok dapat peningkatan terjadi

aktivitas

pelepasan

saraf

menjadi

juga

terganggu.

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (n=19) Usia 46-55 Tahun 56-65 Tahun > 65 Tahun N=19

F 1 10 8 19

% 5,3 52,6 42,1 100

dan

Hasil penelitian diketahui

noradrenalin.

distribusi frekuensi usia paling

Pelepasan noradrenalin berhubungan

banyak yaitu 56-65 tahun sebanyak

dengan perubahan dari keadaan tidur

10 orang (52,6%), > 65 tahun

menjadi terjaga. Saraf noradrenergik

sebanyak 8 orang (42,1%) dan 46-

lokus

55 tahun sebanyak 1 orang (5,3%).

coeruleus

peningkatan

menunjukkan ketika

Hasil serupa juga didapatkan dari

seseorang terjaga dan turun ketika

hasil penelitian Setyowati (2015)

tidur. Asetilkolin dilepaskan dari

yang menunjukkan prosentase usia

preganglionik saraf parasimpatis di

terbanyak berada pada rentang usia

medula adrenal dan berinteraksi

61-70 tahun sebanyak 7 orang

dengan reseptor nAChRs

dengan prosentase 46,67 %. Proses

kromafin

aktivitas

untuk

pada sel

menghasilkan

degenerasi

pada

lansia

depolarisasi lokal sehingga terjadi

menyebabkan waktu tidur efektif

pelepasan noradrenalin. Pelepasan

semakin berkurang, sehingga tidak

noradrenalin

mencapai

menyebabkan

kualitas

tidur

yang

terjadinya respon simpatomimetik,

adekuat dan akan menimbulkan

yaitu aktivasi kemoreseptor dari

berbagai

aorta dan badan karotid, yang secara

(Marcel, 2008).

macam keluhan

tidur

7

Menurut

waktu

Usia memiliki pengaruh terhadap

tidur menurun dengan tajam setelah

kualitas

seseorang memasuki masa tua.

dikaitkan dengan penyakit yang

Pada proses degenerasi yang terjadi

dialami dan kesehatan yang buruk.

pada lansia, waktu tidur efektif

Lanjut

akan semakin berkurang. Sehingga

perubahan fisik berupa penurunan

tidak tercapai kualitas tidur yang

fungsi

adekuat dan akan menimbulkan

terhadap berbagai penyakit seperti

berbagai macam keluhan tidur.

nyeri pinggang, nyeri dada, nyeri

Disamping itu juga mereka harus

sendi, pusing dan gangguan tidur

menyesuaikan

(Bandiyah 2009).

diri

dengan

tidur

seseorang

usia

akan

organ

yang

mengalami

sehingga

rentan

perubahanperubahan secara fisik,

Hal tersebut dapat terjadi

fisiologis, dan psikologis yang

pada lanjut usia dini karena adanya

cenderung bergerak ke arah yang

proses degenerasi dan hal ini dapat

lebih buruk.

menyebabkan kualitas tidur tidak

Hal ini didukung oleh hasil

adekuat (Erliana 2008). Menurut

penelitian Khasanah (2012), yaitu

Potter & Perry (2006) lansia banyak

sebagian besar responden berumur

mengalami

60-74 sebanyak 75 responden dan

satunya

yang memiliki kualitas tidur buruk

neurologis.

Akibat

penurunan

berada pada usia 60-74 tahun

jumlah

neuron

fungsi

sebanyak 49 responden artinya 65,3

neurotransmitter juga berkurang.

% mengalami kualitas tidur yang

Lansia sering mengeluh meliputi

buruk. Rentang usia antara hasil

kesulitan untuk tidur, kesulitan

penelitian

untuk tetap terjaga, kesulitan untuk

dan

sebelumnya dikarenakan

penelitian

dapat

terjadi

perbedaan

tidur

perubahan adalah

kembali

salah

perubahan

tidur

setelah

populasi

terbangun di malam hari, terjaga

penelitian.

terlalu cepat, dan tidur siang yang

Seseorang mengalami penurunan

berlebihan.Masalah ini diakibatkan

pada

oleh perubahan terkait usia dalam

dan

demografi

fungsi

memasuki

organnya masa

mengakibatkan

8

peneliti

tua

lansia

ketika yang rentan

siklus tidur terjaga. Insomnia

pada

lansia

terhadap penyakit seperti nyeri

disebabkan oleh beberapa faktor,

sendi,

yaitu dari faktor status kesehatan,

osteoporosis,

parkinson.

penggunaan obat-obatan, kondisi lingkungan,

stres

diet/nutrisi,

psikologis,

gaya

hidup

Hasil distribusi

penelitian

frekuensi

diketahui pendidikan

paling banyak yaitu SD sebanyak 11

menyumbangkan insomnia pada

orang

usia lanjut. Insomnia pada usia

sebanyak 7 orang (36,8%) dan SMP

lanjut

dengan

sebanyak 1 orang (5,3%). Hasil

konsentrasi

serupa juga didapatkan dari hasil

terganggu dan perubahan kinerja

penelitian Setyowati (2015) yang

fungsional. Perubahan yang sangat

menunjukkan mayoritas responden

menonjol yaitu terjadi pengurangan

tamatan SD yaitu sebanyak 53% (18

pada gelombang lambat, terutama

orang).

dihubungkan

penurunan

stadium

memori,

4,

gelombang

menurun,dan

alfa

(62,5%),

tidak

Menurut

sekolah

peneliti

tingkat

meningkatnya

pendidikan tidak berperan penting

frekuensi terbangun di malam hari

dalam kejadian insomnia. Kejadian

atau

insomnia dapat dipengaruhi oleh

meningkatnya

fragmentasi

tidur karena seringnya terbangun

beberapa

(Sumirta, 2014).

menyebabkan seseorang mengalami

Menurut

peneliti

faktor

yang

dapat

umur

insomnia diantaranya adalah rasa

merupakan salah satu faktor yang

nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan

dapat

jiwa

mempengaruhi

kesehatan

dan

kondisi

yang

tidak

seseorang. Hal ini terkait dengan

menunjang untuk tidur. Perawat

sel maupun organ tubuh telah

dapat membantu klien mengatasi

mengalami

insomnia

penurunan

fungsi

melalui

pendidikan

seiring dengan peningkatan usia.

kesehatan, menciptakan lingkungan

Seperti halnya pola tidur normal

yang nyaman, melatih klien relaksasi

yang

dan tindakan lainnya (Dewit, 2009).

mulai

berubah

sesuai

pertambahan usia, akibat reduksi saraf

yang

mempengaruhi

Berdasarkan

kesehatan masyarakat di Kampung

gelombang tidur.

Bugis

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan (n=19)

mayoritas

Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP N=19

F 7 11 1 19

% 36,8 57,9 5,3 100

status

Dalam pada

berpendidikan

Kalimantan

yang

penelitian SD

ini

sering

mengkonsumsi kopi dan teh. Gaya hidup

tersebut

yang

mungkin

berpengaruh pada kejadian insomnia.

9

Gaya hidup adalah suatu kebiasaan

dikatakan berkualitas adalah jika ia

yang rutin dilakukan seseorang dan

bangun dengan kondisi segar dan

dapat

bugar. Pola tidur akan berubah

mengganggu

Kebiasaan-kebiasaan

kesehatan. sering

seiring dengan pertambahan usia dan

dilakukan oleh lansia di Kalimantan

semakin beragamnya pekerjaan atau

antara

aktivitas. Semakin bertambah usia,

lain

minuman

yang

kebiasaan yang

minum

mengandung

efisiensi

akan

semakin

xanthine dan kafein (seperti kopi,

berkurang. Efisiensi tidur diartikan

teh) di senja atau sore hari, kebiasaan

sebagai

merokok, kebiasaan kurang olahraga

berbanding dengan waktu berbaring

dan tidur malam merupakan contoh

di tempat tidur. Kebutuhan tidur

gaya hidup yang buruk.

lansia

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan (n=19) Pekerjaan Tidak bekerja Buruh/Petani N=19

F 3 16 19

Hasil menunjukkan pekerjaan

% 15,8 84,2 100

penelitian distribusi

paling

frekuensi

banyak

yaitu

buruh/petani sebanyak 16 orang (84,2%) dan tidak bekerja sebanyak 3 orang (15,8%). Kualitas tidur yang buruk

telah

dikaitkan

dengan

kesehatan yang buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan seseorang absen dari pekerjaannya dan

peningkatan

risiko

untuk

gangguan kejiwaan termasuk depresi

Kecukupan tidur seseorang

jumlah

semakin

waktu

menurun

tidur

karena

dorongan homeostatik untuk tidur punberkurang (Prasadja, 2009). Kualitas

tidur

mencakup

aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap untuk

mempertahankan

orang keadaan

tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas (Khasanah, 2012). Tabel 5 Karakteristik Responden Insomnia Sebelum Dilakukan Perlakuan (n=19) Insomnia Insomnia ringan Insomnia sedang Insomnia Berat N=19

(Buysse, 2008).

10

tidur

F 3 14 2 19

Diketahui distribusi

dari

frekuensi

% 15,8 73,7 10,5 100

Tabel

5

insomnia

sebenarnya bukan hanya diukur dari

sebelum dilakukan perlakuan paling

lama waktu tidur, tapi juga kualitas

banyak

tidur itu sendiri. Tidur seseorang

sebanyak

yaitu 14

insomnia orang

berat

(73,7%),

insomnia ringan sebanyak 3 orang

(1.96) sehingga H1 diterima yang

(15,8%) dan insomnia sangat berat

artinya ada pengaruh terapi musik

sebanyak 2 orang (10,5%).

tradisional

Tabel 6 Karakteristik Responden Insomnia Setelah Dilakukan Perlakuan (n=19) Insomnia Insomnia ringan Insomnia Berat N=19

F 16 3 19

penurunan

lundayeh tingkat

terhadap

insomnia

pada

lanjut usia di Kampung Bugis Dalam di Kalimantan Utara. Hasil penelitian

% 84,2 15,8 100

diatas

didukung

oleh

penelitian

Noviyanti (2014) bahwa hasil analisis 6

statistik menggunakan uji wilcoxon

distribusi frekuensi insomnia setelah

menunjukkan p value sebesar 0,001

dilakukan perlakuan paling banyak

artinya ada pengaruh pemberian terapi

yaitu insomnia ringan sebanyak 16

musik keroncong dan aromaterapi

orang (84,2%).

lavender terhadap peningkatan kualitas

Diketahui

2. Pengaruh

terapi

dari

musik

Tabel

tradisional

tidur lansia. Insomnia

lundayeh terhadap penurunan tingkat

merupakan

suatu

insomnia pada lanjut usia di Kampung

keadaan

Bugis Dalam di Kalimantan Utara

mendapatkan tidur yang adekuat, baik

Tabel 7 uji Wilcoxon (n=19)

kualitas maupun kuantitas, dengan

Z -3.63

keadaan tidur yang hanya sebentar atau

Pre Post

Sig 0,00

susah tidur (Hidayat, 2008). Insomnia Hasil penelitian menunjukkan

distribusi frekuensi insomnia sebelum dilakukan perlakuan paling banyak yaitu insomnia berat sebanyak 14 orang

ketidakmampuan

(73,7%),

sebanyak

3

insomnia

orang

ringan

(15,8%)

dan

insomnia sangat berat sebanyak 2 orang (10,5%) sedangkan distribusi frekuensi insomnia setelah dilakukan perlakuan

paling

banyak

yaitu

insomnia ringan sebanyak 16 orang (84,2%). Hasil uji wilcoxon 0,00 (p < 0,05) dan nilai Zhitung (3.63) > Ztabel

merujuk pada gangguan pemenuhan kebutuhan tidur baik secara kuantitas dan

kualitas.

Insomnia

adalah

gangguan tidur yang kesulitan untuk tidur atau mempertahankan tidur pada malam hari (Dewit, 2009). Terapi musik

lundayeh

yang

diberikan

memberi rangsangan pada korteks auditorius yang menstimulasi otak dan membangkitkan gelombang otak alfa sehingga dapat merelaksasi saraf otak (Djohan, 2006). Menurut Rachmawati (2006) menyebutkan

bahwa

musik

11

Sesuai

menghasilkan rangsangan ritmis yang

mekanisme

kemudian ditangkap melalui organ

dijelaskan

pendengaran dan diolah di dalam

gelombang alfa tercipta pada korteks

sistem

cerebri melalui hubungan kortikal

syaraf

dan

kelenjar

selanjutnya

yang

mengorganisasi

dengan

oleh

Atwater

yang

thalamus.

diatas,

Gelombang

ini

interpretasi bunyi ke dalam ritme

merupakan hasil dari osilasi umpan

internal pendengarnya. Musik pada

balik

dasarnya dapat membuat relaksasi dan

talamokortikal. Perubahan gelombang

membawa efek menenangkan otak, hal

otak menjadi gelombang otak alfa akan

ini dapat mempercepat lanjut usia

menyebabkan peningkatan serotonin.

untuk tertidur, dan tentunya musik

Serotonin

yang digunakan adalah musik yang

neurotransmitter

lembut. Mendengarkan musik selama

jawab terhadap peristiwa lapar dan

satu setengah jam sama efektifnya

perubahan mood.

Serotonin dalam

dengan

tubuh

diubah

memperoleh

suntikan

10

spontan

dalam

sistem

adalah

suatu

yang bertanggung

kemudian

menjadi

miligram valium (sejenis obat tidur)

hormon melatonin yang memiliki efek

(Purwanto, 2007). Pemberian terapi

regulasi

terhadap

musik yang berbeda tempo irama lagu

Keadaan

tenang

dapat mempengaruhi telinga dan otak

membantu seseorang untuk tertidur

kemudian akan menangkap selisih dari

(Guyton & Hall, 2006).

perbedaan

frekuensi

kemudian

mengikutinya sebagai

gelombang

otak.

tersebut

Mekanisme

disebut dengan FFR

ini

Hasil

relaksasi dan

tubuh.

rileks

observasi

itu

dan

wawancara musik lundayeh terutama busak

baku

lebih

mengutamakan

(Frequency

senandung dan kombinasi dengan sifat

Following Response) dan terjadi di

musik slow atau lamban dan mendayu.

dalam otak, tepatnya di dua superior

Musik lundayeh ini berbeda dengan

olivary

musik

sebagai

nuclei.

FFR

penyesuaian

didefinisikan frekuensi

tradisional

lainnya

yang

mempunyai pesan pengajakan untuk

gelombang otak oleh karena respon

membentuk

dari stimulus auditori dan mendorong

dan satu bingkai kesatuan. Instrumen

perubahan gelombang otak secara

yang digunakan pada musik lundayeh

keseluruhan serta tingkat kesadaran

ini antara lain senar dawai, bambu dan

(Atwater, 2009).

agpong bulu. Musik lundayeh ini

semangat

kebersamaan

dugunakan pada acara-acara ritual

12

keyakinan, penyambutan tamu agung

obat-obatan

dan pada acara adat untuk melakukan

narkotika. Musik lundayeh ini dapat

acara

digunakan sebagai terapi insomnia

perdamaian

terhadap

penenang

sejenis

yang

dengan tingkat ringan-sedang karena

berlaku pada masyarakat adat Dayak

dalam tingkat insomnia tersebut saraf

Lundayeh (Buing, 2016).

lebih mudah menerima gelombang

pelanggaran

tatanan

norma

Dari hasil wawancara dengan

yang di hasilkan dari rangsangan

responden setelah diberikan terapi

musik

musik

lundayeh

sehingga

bahwa

terapi

didapatkan

data

lundayeh

yang

memudahkan

diberikan seseorang

lundayeh

untuk lebih rileks. Adapun syarat

pikiran

dalam menggunakan musik lundayeh

karena iramanya yang lembut dan

antara lain, seseorang yang memiliki

santai

pikiran

keadaan psikologis baik, memiliki

menjadi rileks dan bisa terasa tenang.

pendengaran yang baik, tidak sedang

Dari hasil penelitian ini ada pengaruh

menggunakan obat-obatan seperti obat

musik lundayeh terhadap insomnia

tidur. Keterbatasan dalam penelitian

pada lansia di Kampung Bugis Dalam,

ini yaitu musik lundayeh ini baru

sehingga

diterapkan

memberikan

musik ketentraman

sehingga

bisa

keperawatan insomnia

membuat

menjadi dalam

pada

mengatasi

lansia

mempertimbangkan

implikasi

dengan keadaan

pada

ringan-sedang

insomnia dan

tingkat

belum

ada

penelitian lebih lanjut mengenai musik lundayeh. Musik lundayeh juga dapat

lingkungan dan stres (Buing, 2016). memberikan

diterapkan pada usia dewasa dalam

asuhan keperawatan dalam mengatasi

upaya penanganan insomnia. Insomnia

insomnia pada lansia menggunakan

yang terjadi pada dewasa seperti stres

musik lundayeh yang tentunya melihat

terhadap pekerjaan, masalah keluarga

dari tingkat insomnia ringan, sedang

sosial

dan berat. Jika ringan bisa diatasi oleh

kerukunan

terapi musik lundayeh, jika sedang

permasalahan-permasalahan

bisa diatasi dengan musik lundayeh

harus dipertimbangkan pengaruhnya

atau obat-obatan atau menggunakan

terhadap tingkat

musik lundayeh dengan durasi waktu

lundayeh berdasarkan hasil penelitian

20-30 menit dan sering 3-4 kali sehari,,

dapat

jika berat maka akan diatasi dengan

digunakan terhadap tingkat insomnia

Perawat

dapat

ekonomi,

maupun

tetangga.

insomnia.

mengurangi

atau

dengan Namun tersebut

Musik

efektif

13

ringan sampai sedang, sehingga perlu diperhatikan lebih dalam jika musik lundayeh

diterapkan

pada

V. SARAN

1. Bagi instansi pelayanan kesehatan

tingkat

insomnia yang lebih berat.

Mengaplikasikan lundayeh

dalam

musik

memberikan

asuhan keperawatan komunitas. IV. SIMPULAN 1.

2. Bagi institusi pendidikan

Diketahui distribusi frekuensi usia

bahan

referensi

paling banyak yaitu 56-65 tahun

untuk meningkatkan pengetahuan

sebanyak 10 orang (52,6%), > 65

dan

tahun sebanyak 8 orang (42,1%) dan 46-55 tahun sebanyak 1 orang (5,3%). frekuensi

insomnia

sebelum

dilakukan

perlakuan

paling banyak yaitu insomnia berat sebanyak

14

orang

(73,7%),

insomnia ringan sebanyak 3 orang (15,8%) dan insomnia sangat berat sebanyak 2 orang (10,5%). 3. Distribusi

frekuensi

yaitu

insomnia

ringan

sebanyak 16 orang (84,2%).

pembelajaran

dalam

untuk penanganan

insomnia tentang pengaruh terapi

dan nilai Zhitung (3.63) > Ztabel (1.96) sehingga H1 diterima yang artinya pengaruh

tradisional

terapi

lundayeh

3. Bagi pasien Mampu

mengoptimalkan

penggunaan musik daerah yaitu lundayeh

dalam

mengatasi

insomnia.

4. Bagi perawat

musik terhadap

penurunan tingkat insomnia pada lanjut usia di Kampung Bugis Dalam di Kalimantan Utara.

masyarakat dan

teman

pada sejawat

manfaat musik lundayeh dalam mengatasi insomnia.

5. Bagi peneliti lain

Hasil uji wilcoxon 0,00 (p < 0,05)

ada

diterapkan

Mensosialisasikan

insomnia

setelah dilakukan perlakuan paling banyak

dapat

musik tradisional lundayeh.

2. Distribusi

4.

Sebagai

Menambah

pengetahuan

dan bahan masukan bagi peneliti yang selanjutnya mengenai terapi nonfarmakologi digunakan

yang

untuk

dapat mengatasi

insomnia.

6. Bagi peneliti Menambah pengetahuan

melalui

ilmu penelitian

tentang pengaruh terapi musik

14

tradisional

lundayeh

terhadap

penurunan tingkat insomnia pada

Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpresss.

lansia sehingga dapat memberikan terapi nonfarmakologi yang efektif untuk

menurunkan

tingkat

Guyton & Hall. (2006). Gerontologic nursing. St-Louis : Mosby-Year Book Inc.

insomnia lansia.

VI. DAFTAR PUSTAKA Annahri M dkk. (2013). Hubungan Antara Perilaku Merokok dan Kejadian Insomnia. Diakses 3 Februari 2017 dari http://ejournal.unlum.ac.id/inde x.php/bk/articel/view/260. Anwar, Z. (2010). Penanganan Gangguan Tidur pada Lansia. diakses 06 Februari 2016 dari (http:// researchreport. umm.ac. id/ index. php/ researchreport/ article/ viewfile /341 /435ummresearchre portfulltext. pdf). Badan Pusat Statistik. (2010). Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005. Diakses 20 Februari 2016 dari http: //demografi. bps. go.id/ versi1/ index. php?option=com_tabel&task=&I temid=1. Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Buysse. (2008). Chronic insomnia. Am J Psychiarty. 165(6): 678-686. Dewit. (2009). Fundamental concepts and skills for nursing. (3rd ed). St, Louis, Missouri : Saunders Elsevier.

Hidayat. (2008). Kebutuhan dasar manusia, aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Khasanah. (2012). Kualitas Tidur. Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang. 1(1): 189-196. Marcel. (2008). Makalah gangguan tidur pada usia lanjut. Diakses 16 Desember 2016 dari http: //www. perdossi. or. id/ perdossi. html? xmodule= detail&xid=14619. Maryam, S dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Merlianti Arina, dkk. (2013). Pengaruh Terapi Muik Terhadap Kualitas Tidur Penderita Insomnia pada Lanjut Usia (Lansia) di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Artikel Keperawatan. Nursing Student Tunjungpura University. Novianty. (2014). pengaruh terapi musik keroncong dan aromaterapi lavender (lavandula angustifolia) terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta. Artikel Publikasi. STIKes Kusuma Husada Surakarta. Potter, PA & Perry AG. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, E/4, Vol 2. Jakarta: EGC.

15

Prasadja. (2009). Ayo bangun! Dengan Bugar karena Tidur yang Benar. Jakarta: PT Mizan Publika. Puspitasari dkk. (2014). Hubungan perilaku merokok dan kejadian insomnia pada mahasiswa lakilaki Universitas Muhammadiyah Jember. Artikel Penelitian. FIKES Universitas Muhammadiyah Jember. Rachmawati. (2006). Perbedaan Tingkat stres Sebelum dan sesudah Terapi Musik Pada Kelompok Remaja. Fik Universitas Padjajaran. Setyowati. (2015). The effect of ergonomic gymnastics toward elderly quality in Bantul Yogyakarta. The 2nd University Research Coloquim 2015. STIKes Surya Global Yogyakarta. Siregar, MH. (2011). Mengenal SebabSebab, Akibat-Akibat dan Cara Terapi Insomnia. Yogyakarta: Flash Books. Sumirta. (2014). Faktor yang menyebabkan gangguan tidur (Insomnia) pada lansia. Jurnal Keperawatan. Politeknik Kesehatan Denpasar. Wayan, P. (2006). Bisakah Lansia Sehat dan Bahagia ?. diakses 06 Februari 2016 dari http:// balipost cetak/2006/5/28/kel/html. Widya. (2010). Mengatasi Insomnia. Jogjakarta: Katahati. Yurintika. (2015). Pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia yang insomnia. JOM Vol. 2. No. 2. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

16