TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN

Download dialek Bahasa Madura baik dialek Pamekasan, Sumenep maupun dialek. Bangkalan.Variasi ucapan bahasa Madura dialek Pamekasan, terjadi pada ...

0 downloads 493 Views 323KB Size
TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Oleh: Moh. Hafid Effendy (Calon Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan dan anggota Yayasan Pakem Maddhu Pamekasan)

Abstrak: Paparan data deskriptif ini didasarkan pada anggapan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi dalam berinteraksi sehari-hari. Ucapan seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Bahasa Madura yang digunakan oleh masyarakat Madura sangatlah beraneka ragam ucapan bahasanya dari satu daerah ke daerah yang lain. Adanya perbedaan yang beragam warnanya hanyalah varian bahasa saja, yang dimiliki tiap-tiap dialek Bahasa Madura baik dialek Pamekasan, Sumenep maupun dialek Bangkalan.Variasi ucapan bahasa Madura dialek Pamekasan, terjadi pada masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan. Tindak tutur masyarakat perdesaan cenderung bersifat tradisional murni asli tindak tutur bahasa Madura. Sedangkan tindak tutur masyarakat perkotaan cenderung bersifat modern. Dalam karya studi kasus ini saya mencoba untuk mendeskripsikan varian bahasa dialek Pamekasan yang digunakan oleh masyarakat desa dan masyarakat kota yang tinggal di Kabupaten Pamekasan.

Kata kunci: Varian Bahasa, Dialek Pamekasan

A. Pendahuluan

yang besar di Nusantara. Perumusan

Bahasa Madura adalah bahasa

Kedudukan Bahasa Daerah Tahun 1976

daerah yang digunakan oleh warga etnik

di Yogyakarta menggolongkan bahasa

Madura, baik yang tinggal di Pulau

Madura sebagai salah satu bahasa

Madura maupun di luar pulau tersebut,

daerah besar di Indonesia.

sebagai sarana komunikasi sehari-hari.

Menurut Halim, bahasa Madura

Tradisi sastra, baik lisan maupun tertulis,

sebagai bahasa daerah perlu dibina dan

dengan sarana Bahasa Madura sampai

dikembangkan,

terutama dalam hal

sekarang masih terdapat hidup dan

peranannya

sebagai

dipelihara

Madura.

pengembangan kelestarian kebudayaan

Oleh karena jumlah penuturnya yang

daerah sebagai pendukung kebudayaan

banyak

nasional.

oleh dan

sastranya,

masyarakat

didukung bahasa

oleh

tradisi Madura

diklasifikasikan sebagai bahasa daerah

Pembinaan

sarana

dan

pengembangan bahasa Madura tidak saja

ditujukan

untuk

menjaga

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

kelestarian

bahasa

melainkan

juga

daerah

tersebut,

bermanfaat

bagi

bahasa yang sama (langue) itu disebut varian-varian bahasa.2

pengembangan dan pembakuan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

B. Dialek Bahasa Madura Kridalaksana menyatakan bahwa

Masyarakat Indonesia sebagai pihak

pada dasarnya dialektologi merupakan

memiliki Bahasa Indonesia dan di pihak

ilmu tentang dialek, atau cabang dari

lain memiliki bahasa daerah yang cukup

linguistik

kuat

perbedaan

isolek

dengan

memperlakukan

perbedaan

tersebut

masyarakat

dwibahasa,

pada

Bahasa

satu

masyarakat

daerah

pemakainya.

biasanya

menjadi

yang

mengkaji perbedaan-

bahasa ibu misalnya, Bahasa Jawa,

secara utuh. Dalam pemakaian umum,

Sunda,

Bahasa

istilah dialek biasanya dikaitkan dengan

Madura tergolong bahasa daerah yang

semacam bentuk isolek yang substandar

besar, karena memiliki tradisi sastra

dan berstatus rendah. Konotasi negatif

lisan

yang diberikan pada istilah dialek itu

Bali,

dan

dan

sastra

memadai,

dan

Madura.

tulis

yang

daerah

cukup

pemakainya

1

dengan

sudut

pandang

sosiolinguistis, yang memperhitungkan

cukup luas.

Barber mengatakan

berkaitan

dalam bahwa

Sibarani

bahasa

adalah

penilaian penutur tentang keragaman isolek

serta

pemilihan

sosial

yang

suatu sistem tanda yang berhubungan

berkaitan dengan bahasa dan kelakuan

dengan lambang-lambang bunyi suara

berbahasa.

dan

sekelompok

dipertentangkan dengan istilah bahasa,

masyarakat untuk berkomunikasi dan

yang merujuk pada isolek yang telah

bekerja sama. Dalam suatu masyarakat

dibakukan dan menjadi sumber rujukan

tidak

keseragaman

penilaian isolek lain yang setingkat

bahasa, meskipun dalam masyarakat

dengannya, tetapi belum dibakukan.

yang monolingual (masyarakat yang

Dalam bahasa yang lain, Steinhauer

hanya

macam

menegaskan bahwa dialek merupakan

bahasa dalam segala kegiatan hidup).

penilaian hasil perbandingan dengan

Dengan demikian jelas bahwa bahasa

salah satu isolek lainnya yang dianggap

itu tidak monopolitik, tidak hanya ada

lebih unggul.

digunakan

oleh

terdapat adanya

menggunakan

satu

dalam satu “bentuk”, melainkan dalam

Di

berbagai “bentuk”. Bahasa yang masih

bahasa,

ada di dalam ruang lingkup sistem

yang

Istilah

dalam terdapat

tersebut

suatu

berbeda

dengan

masyarakat

sekelompok

menggunakan

sering

bahasa

kelompok

orang yang lainnya.

Alwasilah menyatakan bahwa bahasa dari kelompok orang itu memperlihatkan 1

Baca, Achmad Sofyan, Tata Bahasa Bahasa Madura, (Surabaya: t.p., 2008), hlm. 2-5

64

2

Robert Sibarani, Hakekat Bahasa.( Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 2

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

keteraturan

yang

sistematis

membentuk

suatu

dialek.

demikian,

dapat

merupakan

Dengan

dikatakan

variasi

dan

bahasa

berkomunikasi dan berinteraksi seharihari.

dialek

Bentuk bahasa Madura yang

yang

dipergunakan oleh penutur asli daerah

disebabkan oleh latar belakang asal

Pamekasan

pemakai bahasa

berbeda. Di

sekitarnya, berbeda dengan “bentuk”

dalam dialek itu terdapat variasi yaitu

bahasa Madura yang dipergunakan oleh

dialek dan dialek sosial atau sosiolek.

penutur asli daerah Pamekasan atau

yang

Dialek disebabkan oleh daerah

daerah

atau

Sumenep

Bangkalan.

Perbedaan

nampak,

masyarakat

tertentu

gejala bunyi tertentu, kata-kata tertentu,

mempunyai ciri ujaran yang berbeda

dan sebagainya. Tetapi seandainya ada

dengan

daerah

daerah

pada

itu

asal yang berbeda. Setiap kelompok dari

misalnya

dan

pemakaian

lain.

Kelompok

dua orang, yang masing-masing berasal

daerah

Sumenep

dari Pamekasan dan dari Sumenep,

berbeda dengan kelompok masyarakat

bercakap-cakap dengan menggunakan

dari

bahasa Madura dialek Pamekasan dan

masyarakat

dari

daerah

Pamekasan

dalam

pemakaian bahasa itu, sehingga timbul

bahasa

dialek Madura Pamekasan dan dialek

mereka masih saling memahami.

Madura Sumenep.

Madura

dialek

Sumenep,

Varian bahasa yang ditandai oleh

Dialek sosial disebabkan oleh

keseluruhan ciri khas kedaerahan itu

perbedaan latar belakang status sosial.

disebut dialek atau lebih lengkapnya

Hal ini dapat dipandang dari berbagai

dialek kedaerahan atau dialek geografi

sudut antara lain: berdasarkan usia,

atau dialek horizontal.4

jenis kelamin, dan suku. Dialek

merupakan

variasi

bahasa, maka dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang

C.

Wilayah

Pemakaian

Bahasa

pemakaian

bahasa

Madura Wilayah

jumlahnya relatif, yang berada pada satu

Madura tidak hanya terbatas di Pulau

tempat, wilayah, atau area tertentu.

Madura tetapi meluas di tempat-tempat

Dialek ini lazim disebut dialek areal,

lain di luar pulau tersebut. Wilayah

3

dialek regional atau dialek geografis.

Dengan demikian dapat ditarik

pemakaian

bahasa

Madura

meliputi

pulau-pulau di sekitar Pulau Madura,

suatu kesimpulan bahwa dialek adalah

yakni Pulau Sapudi,

varian

oleh

Kangean, dan pulau lain di sekitarnya,

yang

karena pulau-pulau tersebut mayoritas

bahasa

keseluruhan digunakan

yang

ciri

ditandai

kedaerahan

penuturnya

dalam

Raas, Kambing,

dihuni oleh suku Madura. Di

luar

pulau-pulau

tersebut,

3

Abdul Chaer dan A. Leone, Sosiolinguistik Perkenalan Awal ( Jakarta: Rineka Cipta,1995), hlm. 83.

4

I.L. Marsoedi, Memahami Hakekat Bahasa (Malang: FKSS-IKIP, 1983), hlm. 77

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

65

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

perantau-perantau suku Madura masih

Indonesia. Kedudukan bahasa Madura

menggunakan bahasa Madura sebagai

sama

sarana

dalam

bahasa daerah yang lain, seperti bahasa

tutur

Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali,

sesama warga kelompok etnis Madura.

Batak, dan sebagainya. Bahasa Madura

Di Pulau Jawa, orang-orang Madura

adalah bahasa yang digunakan sebagai

perantau banyak dijumpai di wilayah

sarana

Kabupaten Gresik, Surabaya, Pasuruan

etnis Madura dalam kehidupan sehari-

komunikasi,

berkomunikasi

),

dengan

mitra

Tosari –lereng Gunung

(sampai di Bromo–

terutama

Probolinggo

(sampai

dengan

komunikasi

bahasa-

warga

kelompok

hari.

di

Di dalam kedudukannya sebagai

Lumbang,

Sapikerep –lereng Gunung

bahasa

Bromo–),

Bondowoso,

berfungsi

Jember,

kedudukan

daerah,

bahasa

sebagai:

Madura

(1)

Lumajang, dan Banyuwangi. Di wilayah

kebanggaan

pantai utara Jawa Timur mulai dari

identitas

Gresik sampai Banyuwangi sebagian

perhubungan di dalam keluarga dan

besar

masyarakat daerah. Sebagai bahasa,

penduduknya

adalah

warga

daerah,

lambang

daerah,

(2) dan

lambang (3)

kelompok etnis Madura. Mereka masih

bahasa

Madura

menggunakan bahasa Madura sebagai

sebagai

sarana pengungkap perasaan,

sarana komunikasi sehari-hari.

pikiran,

ataupun

mampu

alat

berfungsi

gagasan

para

pemakainya. Dewasa ini di sekolah D. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Madura

muridnya adalah anak Madura, bahasa

Di Indonesia dinyatakan bahasa

bahasa

berkedudukan daerah.

didasarkan

dasar di Pulau Madura, dimana murid-

pada

Madura

Madura

sebagai

pengantar di tingkat permulaan sampai

Kedudukan pernyataan

ini

mayarakat

E.Variasi Bahasa Madura Yang dimaksud dengan variasi

daerah

bahasa adalah: (a) variasi dialektik

tertentu di Indonesia disebut sebagai

bahasa, dan (b) variasi tingkat tutur

bahasa

(speech

daerah.

di

bahasa

dengan kelas tiga.

didukung dan digunakan sekelompok dalam

sebagai

bahwa

bahasa selain bahasa Indonesia yang orang

dipakai

Menurut

Undang-

level)

berbahasa.

Dalam

undang Dasar (UUD) Tahun 1945, Bab

bahasa Madura terdapat variasi sebagai

XV, Pasal 36, bahasa daerah adalah

berikut.

salah satu unsur kebudayaan nasional dan dilindungi oleh negara.

1. Variasi Dialektik

Bahasa Madura yang dipakai

Bahasa Madura secara umum

oleh pemiliknya, yakni masyarakat etnis

dapat digolongkan menjadi empat dialek,

Madura, merupakan salah

dari

yaitu: (1) dialek Bangkalan, (2) dialek

sekian bahasa daerah yang ada di

Pamekasan, (3) dialek Sumenep, dan

66

satu

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

(4)

dialek

Kangean.

Dialek-dialek

mempunyai

kebiasaan mengucapkan

tersebut masing-masing diketahui dari

kata

adanya ciri-ciri pada: a) perbedaan

katanya,

pemakaian

dalam bahasa Madura dialek Bangkalan

kata

perbedaan

(leksikal),

dan

pengucapan,

b)

utamanya

berkaitan dengan prosodi dan intonasi.

sesuai

dengan

seperti

jumlah

bârâmpa

mengalami

peristiwa

suku

`berapa'; reduksi

pengucapan menjadi brâmpa.

Orang-orang Madura Bangkalan

Bahasa Madura dialek Kangean

berbahasa Madura menggunakan dialek

digunakan oleh orang-orang Madura

Bangkalan.

dapat

Kangean. Perbedaan kata-kata terdapat

dikenali dari bahasa Madura dialek

pada dipakainya ako untuk sèngko’

Bangkalan adalah dipakainya kata lo’

`saya' atau engko’ `saya' dan loghur

‘tidak’ dan

`jatuh'

Perbedaan

kakèh

yang

‘kamu’ yang dalam

untuk ghagghar. Perbedaan

bahasa Madura dialek Pamekasan dan

pengucapan yang

Sumenep kata adalah ta’

Kangean ialah diucapkannya kata-kata

‘tidak’ dan

bâ’na ‘kamu’ atau bâ’en. Perbedaan

`bagaimana', barra’

seperti baramma

pengucapan

yang

`berat'

yang

terlihat pada dialek

dalam

dialek

lain

terasa pada dialek Bangkalan ialah,

diucapkan bâ-râm-ma dan ber-râ’. Ritme

misalnya, kata jârèya `itu' dan bâriyâ

pengucapan

`begini' diucapkan menjadi jriyâ dan

diucapkan dengan ritme yang sangat

briyâ. Dalam kedua dialek yang lain

cepat.

dalam

dialek

Kangean

(Sumenep dan Pamekasan) diucapkan jârèya dan bâriyâ. Orang-orang Madura Sumenep

mengucapkan

bhâlimbhing

`belimbing'

sedangkan

orang-orang

Madura

Bangkalan

mengucapkan

2. Variasi Tingkat Tutur Di

dalam

bahasa

Madura

terdapat tingkat tutur. Tingkat tutur yang terdapat

dalam bahasa

Madura ada

blimbhing. Intonasi suku kata akhir

tiga. Ketiga tingkat tutur itu ialah: (1)

kalimat pada bahasa Madura dialek

tingkat tutur enjâ’-iyâ, (2) engghi-enten,

Sumenep cenderung diucapkan lebih

dan (3) èngghi-bhunten.

panjang daripada dialek Bangkalan dan

1) Bhâsa Enjâ’-Iyâ, yaitu jenis tingkat

Pamekasan. Jika ritme di dalam bahasa

tuturan sama dengan ngoko dalam

Madura dialek Sumenep berlaku ritme memanjang,

dalam

bahasa

bahasa Jawa; contoh pemakaian

Madura

kata dalam ragam ini antara lain:

dialek Bangkalan berlaku ritme cepat. Ritme

pengucapan

Madura

Bangkalan

dalam

ngakan

bahasa

lebih

mata

cepat

dibanding dengan kedua dialek yang lain.

`makan'

`mata',

cèthak

termasuk

`kepala', kata-kata

bhasa enjâ’-iyâ; 2)

Bhâsa Engghi-Enten, yaitu jenis tingkat tuturan sama dengan krama

Dalam orang-orang

hal pengucapan Madura

kata,

Pamekasan

madya dalam bahasa Jawa; contoh pemakaian kata dalam ragam ini

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

67

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

antara lain: neddha `makan', sèra `kepala', soca `mata'

b. Daerah

yang

luas,

dipergunakannya B

3) Bhâsa Èngghi-Bhunten, yakni jenis tingkat tuturan sama dengan krama Inggil dalam bahasa Jawa; contoh pemakaian kata dalam ragam ini

tempat

itu, terpecah-

pecah oleh kekuasaan negara yang berbeda,

sehingga

penduduknya

tidak dapat saling berkomunikasi. c. Sebagai daerah tempat dipakainya B

antara lain: adhâ’âr `makan', mostaka

itu, berdekatan dengan daerah yang

`kepala', dan ma’rèpat `mata'.

menggunakan bahasa yang berbeda,

Di tingkat

samping tutur

penyebutan

tersebut,

ada

tiga yang

membedakannya atas dua macam saja, yakni: a) bhâsa alos 'bahasa halus' dan b) bhâsa kasar 'bahasa kasar'.

Kata-

kata neddhâ, adhâ’âr termasuk dalam bhâsa alos, dan kata abhâdhuk `makan' termasuk dalam kata bhâsa kasar.

sehingga

Dengan demikian bagian dari B itu menjadi berbeda dari B. d. Sebagian dari pemakain B berpindah ke

daerah

dapat

lain

(emigrasi

dan

transmigrasi) sehingga di tempat baru itu

bahasa

mereka

lambat

laun

5

berubah.

Walaupun

Dengan tinjauan secara kasar, itu

pengaruh.

G. Batas-Batas Dialek

F. Terjadinya Dialek dialek

terjadi saling

dianggap

sebagai

cara

terjadinya

dialek-dialek itu disebabkan diantaranya

“pecahan” suatu bahasa. Pengertian

oleh batas-batas keadaan alam dan

“pecah” di sini ialah bahwa terdapat

kekuasaan

perbedaan ”bentuk” antara dialek dan

batas dialek itu tidak ditentukan oleh

bahasa “induk”. Proses “perpecahan” itu

batas-batas

secara

teoritis

dapat

digambarkan

sebagai berikut: mula-mula hanya ada

wilayah tetapi

politik, penetapan batasalam

dan

administratif oleh

batas-batas pemerintahan,

batas-batas

satu bahasa (B), kemudain “terpecah-

pemakaian

pecah” misalnya menjadi D1, D2, D3,

Gejala-gejala bahasa yang biasanya

D4, D5, dst. Dan B itu sendiri sekarang Sebab-sebab perpecahan itu di

tertentu.

menandai perbedaan antara dialek yang

a. B merupakan bahasa yang dipakai oleh penduduk yang besar jumlahnya dan menempati daerah yang amat luas, sedangkan daerah-daerah itu oleh

bunyi (fon), kata-kata (glosser), bentukbentuk

antaranya ialah:

(morf),

ungkapan-ungkapan,

kalimat-kalimat, dan sebagainya.6 Dapat diketahui bahwa batas wilayah pemakaian dialek-dialek yang ada di pulau Madura, yakni bahasa

batas-batas

alam yang sulit ditempuh, misalnya: gunung, hutan, sungai, dan lain-lain. 68

bahasa

satu dengan dialek yang lain itu ialah

menjadi D0.

terpecah-pecah

gejala

tersebarnya

5

I.L. Marsoedi, Bahasa, hlm. 78 6 Ibid., hlm. 81

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

Memahami

Hakekat

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

Madura

dialek

Bangkalan,

bahasa

H. Fonologi Bahasa Madura

Madura dialek Pamekasan dan dialek Sumenep

terbukti

pencampurbauran Oleh

karena

pemetaan dialek

fonologi

diungkapkan

telah

terjadi

oleh beberapa pakar, salah satunya

pemakaian

dialek.

adalah

yang

menjelaskan

secara gamblang bahwa fonologi adalah

pemakaian

ilmu yang mempelajari bunyi ujaran

akan menemui kesulitan

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

hanya

untuk

Budiman

keperluan

batas

ini,

apabila

itu,

Definisi

wilayah

mendasarkan

Fonologi merupakan salah satu cabang

kepada kemurnian pemakaian kata-kata

tata bahasa, yang disebut juga dengan

khas dialek. Di beberapa tempat telah

tata bunyi.

terjadi

akan

pencampurbauran

pemakaian

Syukur8 mengatakan bahwa:

dialek. Atas dasar kenyataan itulah maka untuk keperluan pemetaan batas wilayah

pemakain

dialek-dialek

ini

ditentukan dua katagori sebagai berikut: 1. Apabila di suatu daerah kecamatan digunakan minimum empat buah kata khas dialek setempat, maka di daerah itu

dinyatakan

wilayah

sebagai

pemakaian

suatu

daerah dialek,

yakni termasuk wilayah pemakaian bahasa Madura dialek Bangkalan

“Fonologi tamaso sala sèttong bagiyân dâri paramasastra sè nalèktèghi monyè-monyèèpon bhâsa. Noro’ soara èpon, bârnaèpon monyè è dâlem bhâsa Madura asli bâdâ duwâ’, èngghi panèka alos sareng tajem. Dhâddhi bâdâ konsonan alos, bâdâ konsonan tajem. Sapaneka jughân bâdâ vokal alos, sareng vokal tajem. Nangèng noro’ pakakas sè èangguhuy makalowar monyè. Panta’na èpon laèn, èngghi panèka bâdâ konsonan bibir (bilabial), konsonan gigi (dèntal), konsonan ngè’ langngè’an (palatal) sareng salaènna. Manabi sè dhâddhi kaator macemma èpon konsonan (aksara matè) sareng vokal (aksara odi’).

atau bahasa dialek Pamekasan dan dialek Sumenep.

Maksudnya, fonologi termasuk

2. Apabila disuatu daerah kecamatan digunakan

kata-kata

khas

dialek

setempat kurang dari empat buah, maka daerah itu dinyatakan sebagai daerah wilayah pemakaian dialek campuran, yakni campuran antara bahasa Madura dialek Bangkalan, bahasa Madura dialek Pamekasan dan atau dengan bahasa Madura dialek Sumenep.7

salah satu bagian dari paramasastra yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa. Menurut bunyinya, bunyi dalam bahasa Madura asli ada dua, yaitu alos dan tajem. Jadi ada konsonan alos, ada konsonan tajem. Begitu juga sebaliknya, ada vokal alos, ada vokal tajam. Verhaar

mengatakan

bahwa

fonologi adalah bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi dalam suatu bahasa tertentu, yang menurut fungsinya untuk membedakan makna

7

Achmad Sofyan, Fonologi BM, Pra penyusunan Tata Bahasa BM, Makalah dipresentasikan dalam Lokakarya Tata Bahasa (Malang:2008), hlm. 10

8

Bambang Hartono, Palappa Genna’, (Pamekasan: Tim Pakem Maddu, 2001), hlm. 1.

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

69

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

leksikal dalam bahasa tertentu. Salah

teratur dan ada yang tidak teratur

satu aspek di dalamnya adalah masalah

sporadis.10

distribusi fonem.

Perubahan bunyi yang muncul

Tidak dapat dipungkiri kebutuhan

secara teratur disebut korespondensi,

manusia untuk saling berkomunikasi,

sedangkan

semakin

muncul

kompleks

seiring

dengan

perkembangan kebudayaan manusia. Kenyataan bahasa

demikian sebagai

variasi.

perubahan

secara

bunyi

yang

sporadis

disebut

11

menempatkan

alat

komunikasi

1) Korespondensi

manusia pada posisi yang penting. Agar

Dari sudut pandang dialektologi

komunikasi itu terjadi dengan baik,

(dialek

kedua belah pihak memerlukan bahasa

suatu kaidah perubahan bunyi berkaitan

yang bisa dipahami bersama. Dapat

dengan dua aspek yaitu linguistik dan

dikatakan

aspek geografi. Dari aspek linguistik,

bahwa

bunyi

bahasa

itu

sebagai alat pelaksanaan bahasa. Pendapat

lain

geografis),

korespondensian

bahwa perubahan bunyi yang berupa

menyatakan

korespondensi

itu

terjadi

lingkungan

dengan

bahwa di dalam penyelidikan bunyi-

persyaratan

linguistik

bunyi bahasa itu banyak ragamnya.

tertentu. Oleh karena itu data tentang

Bunyi-bunyi tersebut diklasifikasikan ke

kaidah yang berupa korespondensi tidak

dalam klasifikasi tertentu. Ilmu yang

terbatas jumlahnya.

mempelajari seluk beluk bunyi bahasa serta merumuskannya secara teratur dan

sistematis

dinamakan

Seperti halnya perubahan bunyi

dipecah

yang berupa korespondensi, perubahan

menjadi phone yang berarti bunyi dan

bunyi yang berupa variasi itu dapat pula

fonologi.

tersebut

2) Variasi Bunyi

Fonologi

dapat

logos yang berarti ilmu.

9

ditinjau dari segi linguistik dan geografi. Dari segi linguistik, Bynon (yang juga disepakati oleh Saussure) menyatakan

I. Jenis-jenis Perubahan Bunyi Pada dasarnya, perubahan bunyi yang terjadi diantara dialek/subdialeksubdialek atau bahasa-bahasa turunan dalam merefleksikan bunyi-bunyi yang terdapat

pada

protobahasa

yang

prabahasa

atau

mengakibatkan

bahwa maksud perubahan itu muncul bukan karena persyaratan lingkungan linguistik tertentu. Karena itu, data yang menyangkut

perubahan

bunyi

yang

berupa variasi terbatas pada satu atau dua buah contoh saja. Adapun dari segi

terjadinya perbedaan dialek/subdialek ataupun perbedaan bahasa ada yang 10

9

Bambang Yulianto, (Surabaya: t.p, 1989), hlm. 1.

70

Fonologi,

Mahsun, Dialektologi Diakronis (Yogyakarta: UGM,1995), hlm. 28-29 11 Lihat, Bambang Hartono, Palappa Ghenna’,(Pamekasan: t.p. 2001), hlm. 1-5.

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

Pada contoh di atas, [o] – [u]

geografi, perubahan bunyi itu disebut variasi.

merupakan dua fonem yang berbeda. Variasi yang ada dalam bahasa

Karena kontras dalam distribusi yang

Madura, hal ini dapat dibagi dua bagian

mirip, sehingga timbul pengucapan yang

yakni variasi sosial dan variasi regional.

berbeda antara masyarakat perkotaan

Variasi

dengan pedesaan.

sosial

adalah

variasi

yang

disebabkan oleh keadaan sosial, yang

Adapun gejala yang terjadi pada

diantaranya umur, status, pekerjaan,

proses fonologisnya. Hal ini disebabkan

pendidikan,

oleh faktor sosial yakni status usia,

situasi

dan

topik

pembicaraan, serta tempat berbicara.

aspek

Sedangkan variasi regional yaitu variasi

dimiliki penutur berbeda dengan penutur

yang membedakan pemakaian unsur

yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan

dan bentuk bahasa daerah yang satu

bahwa di dalam bahasa Madura ada

dengan yang lainnya. Adapun adanya

sesuai

(fungsi)

disebut

12

geografis

dan

intonasi

yang

fonem [u] dan [o], sehingga bunyi yang

varian

bahasa

dengan

yang

terjadi pada kalimat tersebut. Hal ini

penggunaan

merupakan variasi bunyi pada fonem

register

atau

laras

vokal.

bahasa. Istilah “register” atau “laras

Untuk variasi bunyi /a/ dan //

bahasa” ini sesuai dengan apa yang

pada kata [sandal] dan [sandl] misalnya

dikatakan

pada contoh di bawah ini:

Poerwadarminta

disebut

ragam khusus yang meliputi ragam

 Ali ngangghuy sandal kolè’ (dialek

sastra dan ragam ringkas. Yang terakhir masih diperinci lagi menjadi: ragam

perkotaan)  Ali ngangghuy sand\l kolè’.

jurnalistik, ilmiah, dan jabatan.

(dialek

perdesaan) Pada kalimat di atas variasi

J. Deskripsi Variasi Bunyi Bahasa

fonem vokal /a/ dan // yang terdapat pada kata [sandal] dan [sandl] tampak

Madura Dialek Pamekasan yang terjadi di

adanya gejala perubahan bunyi antara

perkotaan dan pedesaan telah nampak

dialek pedesaan dan dialek perkotaan,

perbedaan yang menonjol dalam proses

tetapi bunyi tersebut tidak menyebabkan

fonologis yang diucapkan masyarakat

perubahan makna. Bahwa penutur muda

pemakai bahasa Madura, tetapi tidak

di

ada perubahan makna. Misalnya:

menggunakan kata [sandal], disebabkan

 Syukur

ngobangè

rotè

ka

toko

perkotaan

akibat

mayoritas

pengaruh

bahasa

cenderung Indonesia.

Sedangkan pada penutur muda dan tua

(dialek perkotaan)  Syukur ngobengè rudhi ka dhughu

yang tinggal di pedesaan mayoritas cenderung menggunakan kata [sandl],

(dialek perdesaan)

yaitu ujaran asli Madura yang digunakan 12

I Gusti Ngrurah Oka, dkk., Tata Bahasa Acuan Bahasa Madura, (t.p., 1989), hlm.312

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

71

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

masyarakat

pedesaan

dalam

berinteraksi sehari-hari.

Madura, melainkan hanya pinjaman dari bahasa

Adapun bunyi fonem /a/ akan

lain

perubahan

(bahasa

bunyi

asing).

Ada

kata

yang

pada

diucapkan /ă/, /ē/ akan diucapkan /i/,

diucapkan oleh masyarakat perkotaan

dan fonem /o/ akan diucapkan /u/, bagi

misalnya, di Desa Pangereman orang

masyarakat

mengucapkan kata [dhukter] tetapi di

pedesaan

khususnya

dengan bunyi ujaran yang asli Madura

Kelurahan

dan masih mengikuti lidah Madura yang

mengucapkan kata [dhukter] menjadi

baik. Misalnya:

[dhokter], [bèca’] menjadi [bica’].

 Tidak

diucapkan

jèndral,

tetapi

diucapkan jindral  Tidak

diucapkan diucapkan

dhokter,

tetapi

diucapkan

bèca’,

tetapi

diucapkan

plastik,

tetapi

diucapkan

bangku,

tetapi

diucapkan

/e/

radhio,

tetapi

ettep,

tetapi

Bunyi

yang

dhasi,

tetapi

diucapkan

dhokar,

tetapi

unsur suprasegmental berupa intonasi berbeda dengan masyarakat pedesaan.

diucapkan

(dialek

geografis),

korespondensian

dengan dua aspek, yaitu aspek linguistik aspek

geografis.

Dari

aspek

lingusitik, bahwa perubahan bunyi yang berupa korespondensi itu terjadi dengan

serbèt,

tetapi

diucapkan serbit  Tidak

hanyalah

disebabkan oleh penutur, baik dari faktor

dan

diucapkan dhukar  Tidak

ini

suatu kaidah perubahan bunyi berkaitan

diucapkan dhăsi diucapkan

berlainan

Dari sudut pandang dialektologi

diucapkan dhugadhu

 Tidak

karena

yang dimiliki masyarakat perkotaan yang

 Tidak diucapkan dhogadhu, tetapi diucapkan

/i/,

maka ujaran itu mengalami perubahan

diucapkan ettip

 Tidak

diucapkan

usia, letak geografis yang berbeda, dan

diucapkan radhiu  Tidak

fonem

merupakan variasi bunyi saja yang

diucapkan băngku (bănggu)  Tidak

Adapun proses fonologis yang

bunyi, tetapi tidak berubah maknanya.

diucapkan plastek  Tidak

dapat

berkontras dalam distribusi yang mirip,

diucapkan bica’  Tidak

orang

terjadi antara fonem /o/ diucapkan /u/,

diucapkan dhukter  Tidak

Bugih

persyaratan tertentu.

suntik,

tetapi

diucapkan sontēk

lingkungan Sedangkan

dari

linguistik aspek

geografis, kaidah perubahan bunyi itu disebut korespondensi. Daerah sebaran leksem-leksem yang menjadi realisasi

Dari 12 kata di atas, apabila

kaidah perubahan bunyi itu terjadi pada

konsonan alos dibuntuti vokal tajem atau

daerah

konsonan tajem dibuntuti vokal alos,

Misalnya kata [akoda’] dan [abuddrik] hal

maka dapat dibuktikan bahwa ujaran

ini merupakan salah satu konsonan k

seperti di atas bukan ujaran kata asli

(velar

72

pengamatan

tak

bersuara)

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

yang

berbeda.

direalisasikan

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

dengan konsonan b (bilabial bersuara).

bahasa itu dapat terlihat perbedaannya

Seterusnya pada ucapan [supir] dan

antar masyarakat pedesaan dan antara

[subir],

masyarakat

pedesaan

perkotaan.

Perbedaan

bahwa

(bilabial

pada

tak

direalisasikan

konsonan

bersuara) dengan

p dapat

konsonan

b

(bilabial bersuara). Sedangkan pada

dengan itu

dapat

dibuktikan pada bunyi [o] menjadi [u], [è] menjadi [i], dan [a] menjadi [  ].

ucapan [toko] dan [dugu], hal ini pada

Dari hasil kajian dapat diketahui

konsonan t, k direalisasikan dengan

pula

bahwa

yang

berkomplementer

konsonan d, g (dental, velar bersuara).

dalam bahasa Madura adalah vokal,

Dari ucapan di atas ujaran yang

bukan konsonan, yaitu antara [a] dan [ā],

terjadi pada kata-kata di atas, bagi

[e] dan [ i ], [o] dan [u]. Mengingat bunyi-

masyarakat

bunyi yang berdistribusi komplementer

dianggap

Madura asing

asli,

konsonan

apabila

merangkai

termasuk

ke

dalam

satu

fonem,

dengan vokal tajem atau vokal alos.

sehingga dalam masyarakat pedesaan,

Bagi masyarakat Madura asli yang

vokal tersebut sering diucapkan oleh

tinggal di pedesaan dalam berinteraksi

pemakai bahasa.

dengan

sesamanya

atau

dengan

Tindak

tutur

Bahasa

Madura

masyarakat kota, struktur kata yang

pada masyarakat pedesaan amatlah

digunakan tetap menggunakan ucapan

jauh

lidah yang asli orang Madura, tidak ada

masyarakat perkotaan, baik dari tindak

pengaruh bahasa asing dan Bahasa

tutur pemakaian kata maupun logat

Indonesia.

penyampaian.

Tetapi

sebaliknya,

letak

perbedaannya

dengan

Hal ini karena ada

masyarakat perkotaan dalam bertindak

beberapa

tutur tetap berpatokan pada penyerapan

pendidikan, faktor ekonomi, faktor usia,

bahasa asing atau bahasa Indonesia.

dan letak geografis yang terjadi pada

Perbedaan ini hanya merupakan variasi

masyarakat Madura dialek Pamekasan.

bahasa

struktur

Selain itu, masyarakat pedesaan dalam

ucapannya yang terdapat pada dialek

bertutur, tidak semuanya dikategorikan

Pamekasan.

dapat

yang

beragam

faktor,

diantaranya

menggunakan

bahasa

faktor

khas

daerahnya, terutama bagi anak-anak K. Penutup

muda yang telah berpendidikan dapat

Dari

paparan

disimpulkan

bahwa

di

atas

pada

dapat

bertindak tutur

dialek

bahasa

Pamekasan yang meliputi perkotaan dan

yang

dengan menggunakan bercorak

Bahasa

Indonesia atau bahasa asing.

perdesaan yang terjadi pada struktur fonologinya, dapat ditemukan bentukbentuk varian bahasa pada variasi bunyi vokal

bahasa

Madura

yang

amat

beragam keberadaannya. Bentuk variasi

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

73

TINJAUAN DESKRIPTIF TENTANG VARIAN BAHASA DIALEK PAMEKASAN Moh. Hafid Efendi

Daftar Pustaka Aminoedin, A. 1984. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineke Cipta.

Sudaryanto. 1982. Metode Linguistik. Yogyakarya: Atma Pustaka UGM. Samsuri. 1983. Analisis Jakarta: Erlangga.

Bahasa.

Sibarani, Robert. 1992. Hakekat Bahasa. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Abdul, & A. Leone. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Sofyan, Achmad, 2008. Tata Bahasa Bahasa Madura. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya

Hatib, Ach. 1992. Sistem Fonem Bahasa Madura, Surabaya:FBS-IKIP.

Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.

Hartono, Bambang. 2001. Palappa Genna’. Pamekasan: Tim Pakem Maddu.

Sukur, Abd. 1990. Fonologi Bahasa Madura.t.p.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis. Yogyakarta: UGM.

Tim Nabara. 1990. Buletin Konkonan Ejaan Bahasa Madura No. 01-03 Tahun I

Chaer,

Marsoedi, I.L 1983. Memahami Hakekat Bahasa. Malang: FKSS-IKIP. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Oka I Gusti Ngrurah, dkk. 1989. Tata Bahasa Acuan Bahasa Madura. t.p.

Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM. Winarno, Surachmad. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Yulianto, Bambang. Surabaya

__________. 1989. Pemetaaan Bahasa Madura di Pulau Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud

74

OKARA, Vol. I, Tahun 6, Mei 2011

1989.

Fonologi.