Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 2(1): 101-111
Status kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a di Perairan Bungkutoko Kota Kendari Status Prosperity waters based on contens clorofil-a in Bungkutoko waters Kendari City
Yulius Linus1, Salwiyah2, dan Nur Irawati3 1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782 2 Surel: Email:
[email protected] 3 Surel:
[email protected] Diterima: 31 Oktober 2016; Disetujui : 24 November 2016
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton di perairan Bungkutoko. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Januari sampai Februari 2016. Lokasi pengambilan sampel dibagi dalam tiga stasiun. Penentuan lokasi didasarkan pada karakteristik perairan Pulau Bungkutoko dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil pengukuran parameter utama, yakni NO3, PO4, dan NH3 berkisar 0,0100-0,0670 mg/L, 0,0010-0,0076 mg/L, dan 0,0197-0,0303 mg/L. Hasil pengukuran parameter penunjang, yakni suhu, kecerahan (m), salinitas, pH, kecepatan arus dan DO berkisar 30-31oC, 2 m, 25-31 ppt, 6, 4-4,9 m/det, 4,1-7,8 mg/L. Pengukuran kesuburan perairan menggunakan metode TRIX. Hasil kesuburan perairan berdasarkan TRIX berkisar 1,25-1,28 mg/L, berdasarkan kategori TRIX perairan Pulau Bungkutoko tergolong dalam perairan oligotrofik. Terdapat lima kelas fitoplankton yang menempati perairan Pulau Bungkutoko, yaitu kelas Bacillariaophyceace, Dynophyceace, Cyanobacteria, Rotatoria dan Synurophyceace. Kelimpahan fitoplankton berkisar 115-3066 ind/L. Kelimpahan tertinggi dari kelas Bacillariaophyceace dan terendah dari kelas Cyanobacteria, berdasarkan kategori kelimpahan fitoplankton perairan Pulau Bungkutoko tergolong dalam periaran mesotrofik. Hasil pengukuran kandungan klorofil-a di perairan Pulau Bungkutoko berkisar 0,09-1,58 mg/m3, berdasarkan kategori kandungan klorofil-a perairan Pulau Bungkutoko tergolong dalam perairan oligotrofik-mesotrofik. Kata kunci: Kesuburan Perairan, Fitoplankton, Klorofil-a, Pulau Bungkutoko
Abstract The aims of the study was to analysis prosperity waters based on conted clorofil-a and abudence of fitoplankton in bungkutoko. This study was conducted for three months from January to Februari 2016. The sampling locations were divided into three stasiun. Determining the sampling location was based on the characteristics of Bungkutoko Island waters by using purposive sampling method. The results of main parameters of NO 3, PO4, and NH3 were ranged between 0,0100-0,0670 mg/L, 0,0010-0,0076 mg/L, and 0,0197-0,0303 mg/L. The of support parameters of temperature, current speed, brightness, pH, salinity and DO of water were ranged between 30-31oC, 4-4,9 m/det, 2 m, 6, 25-31 ppt and 4,17,8 mg/L. The method to sampling prosperity of waters using by TRIX. The result prosperity of water based on TRIX were ranged between 1,25-1,28 mg/L, based on category of TRIX waters in Bungkutoko Island classified in oligotrofik waters category. Five classes of phytoplankton were found in Bungkutoko Island waters, they were Bacillariophyceae, Dinophyceae, Cyanophyceae, Rotatoria and Synurophyceace. The highest abundance of phytoplankton was Bacillariophyceae class while the lowest was Cyanobacteria class. based on category abundance of phytoplankton waters in Bungkutoko island classified in mesotrofik waters. The resulf contens was clorofil-a in Bungkutoko island waters were ranged between 0,09-1,58 mg/m3, base on category contens of clorofil-a in Bungkutoko island waters classified on oligotrofik-mesotrofik waters. Keywords: prosperity waters, phytoplankton, clorofil-a, Bungkutoko island
Pendahuluan Perairan Bungkutoko merupakan salah
organisme yang hidup pada wilayah ini. Kondisi
satu wilayah pesisir yang berada di Ibu Kota
kesuburan suatu perairan ditentukan oleh kondisi
Provinsi
Perairan
fisika, kimia dan biologi yang nantinya akan
Bungkutoko memiliki sumber daya perairan dan
berpengaruh pada kegunaannya disuatu perairan.
fungsi pendukung kehidupan yang penting bagi
Tingkat
Sulawesi
Tenggara.
kesuburan
suatu
perairan
sangat
Status kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a
menentukan jumlah biomassa sumber
daya
perikanan yang tumbuh di dalamnya.
menentukan
stasiun
dengan
memperhatikan
kondisi pada daerah penelitian yang dapat
Kesuburan perairan biasanya dihubungkan
mewakili kondisi perairan. Lokasi pengambilan
dengan konsentrasi nutrien dalam badan perairan.
sampel terdiri dari tiga stasiun pengamatan yang
Tinggi rendahnya kandungan klorofil-a sangat
ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan di
erat hubungannya dengan pasokan nutrien yang
perairan Pulau Bungkutoko.
berasal dari darat melalui aliran sungai yang masuk ke badan perairan. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh faktor konsentrasi klorofil-a dan intensitas cahaya matahari. Nilai produktivitas primer dapat digunakan sebagai indikasi tentang tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan. Klorofil-a fitoplankton sering dijadikan sebagai indikator kestabilan, kesuburan dan kualitas perairan, khususnya mempunyai peranan yang penting dalam rantai makanan di ekosistem
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
akuatik, dengan demikian nilai kosentrasi atau kandungan
klorofil-a
fitoplankton
Pengambilan sampel ditetapkan di tiga
dipengaruhi oleh faktor fisika kimia perairan
stasiun dengan asumsi dapat mewakili kesuburan
serta faktor biologi. Berdasarkan hal tersebut
perairan berdasarkan kandungan klorofil-a dan
maka
kelimpahan fitoplankton perairan Bungkutoko.
perlu
dilakukan
pada
penelitian
mengenai
kesuburan perairan dengan melihat kandungan klorofil-a
serta
kelimpahan
fitoplankton
Stasiun 1:
Terletak pada 03º58’51.978” LS dan
di
Perairan Bungkutoko.
122º36’45,2664”
Berdekatan
dengan
BT. tempat
pemukiman warga dan aktivitas Bahan dan Metode
penimbunan laut
Penelitian ini dilaksanakan selama dua
Stasiun 2:
Terletak pada 03º59’4.2252” LS
bulan dari bulan Januari hingga Februari 2016 di
dan 122º36’52,11” BT. Berdekatan
Perairan Bungkutoko. Analisis sampel dilakukan
dengan
di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu
pemukiman warga, dan peternakan
Kelautan dan di Laboratorium Kimia Analitik
ayam
Universitas
Halu
Oleo
Kendari.
Parameter
Stasiun 3:
ekosistem
mangrove,
Terletak pada 03º59’33.8712” LS
penunjang meliputi suhu, kecerahan, salinitas, pH,
dan
kecepatan arus dan Do. Parameter Utama meliputi
Berdekatan dengan pelabuhan kapal
nitrat (NO3), amoniak (NH3), ortofosfat (PO4),
dan tempat pemukiman warga
klorofil-a dan fitoplankton (ind/L). Stasiun menggunakan
penelitian metode
(Ghassani dan Rudolf,
BT.
Sampel air klorofil-a diambil sebanyak
ditentukan purposive
dengan
1000 ml pada setiap stasiun dari permukaan
sampling
perairan. Air sampel kemudian dibawa ke
ini
laboratorium untuk dianalisis. Metode kerja
merupakan suatu metode yang digunakan untuk
pengukuran konsentrasi klorofil-a yaitu sampel
102
2013).
122º36’41,1912”
Metode
Linus dkk.,
air, disaring dengan menggunakan kertas saring
PO4
: Total fosfat (microgram per liter),
0,45 μm, di ekstrak dengan 10 ml larutan aseton,
TN
: Total nitrogen (microgram per liter),
dikocok
Chl-a : Konsentrasi klorofil-a (microgramper
sampai
campuran
berwarna
Perhitungan konsentrasi klorofil-a
hijau.
dilakukan
liter)
dengan mengukur absorbansi pada panjang
DO saturasi : persentase oksigen saturasi.
gelombang 664, 647 dan 630 nm (Suin, 2002).
Variabel a : 1,5 dan b : 1,2 adalah skala koefisien.
Pengambilan sampel air untuk fitoplankton
Nilai TRIX diklasifikasikan antara 0 sampai 10.
dilakukan dengan menggunakan ember plastik Table 1. Faktor skala indeks TRIX (Vollenweider et al. 1998)
berukuran 10 liter sebanyak 5 kali yang disaring dengan menggunakan plankton net No. 25 nm.
Nilai TRIX
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.0012.00 WITA. Kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan diawetkan dengan larutan lugol sebanyak 3-4 tetes.
Status trofik
0 < TRIX < 4
Oligotrofik
4 < TRIX < 5
Mesotrofik
5 < TRIX < 6
Eutrofik
6 < TRIX < 10
Hipertrofik
Parameter fisika kimia perairan yang dianalisis secara langsung di lapangan dan di laboratorium. Parameter yang diukur langsung di lapangan meliputi, pH yang dilakukan dengan cara mengambil air dengan botol sampel pada masing-masing stasiun kemudian diukur pHnya. Pengukuran
suhu
dilakukan
menggunakan
thermometer yang dicelupkan ke dalam air laut. Pengukuran
kecerahan
dilakukan
dengan
menggunakan secchi disc dengan menurunkan piringan secchi yang berwarna hitam putih ke dalam perairan dan kecepatan arus dilakukan di atas kapal dengan cara menurunkan layangan arus di perairan. Pengambilan sampel air untuk analisis
Komposisi
fitoplankton pada
masing-
masing stasiun dihitung dengan menggunakan rumus Odum (1996), yaitu sebagai berikut: Pi =
𝑛𝑖 𝑁
x 100 …………………….………….. (2)
Keterangan : Pi = komposisi jenis ni = jumlah jenis ke-i N = jumlah total jenis Kelimpahan fitoplankton dihitung dengan metode sensus menggunakan Sedwick Rafter Cell (SRC) dengan
menggunakan
rumus
(Boyd,
1989)
sebagai berikut: 𝑇
𝑃
𝑉
1
parameter kimia menggunakan botol sampel
𝑁=
dengan volume 100 mL. Sampel yang telah
Keterangan :
diambil dimasukkan dan didinginkan di dalam
N : Kuantitas plankton (Plankter/liter)
cool box agar sampel tersebut tidak rusak.
L : Jumlah kotak SCR perpandang (0,01 m)
𝐿
𝑥 𝑝 𝑥 𝑣 𝑥 𝑊...............................................(3)
T : Total kotak SCR = 1000 Analisis Data
P : Jumlah plankton yang teramati
Kesuburan perairan atau status trofik di perairan
digunakan
menggunakan
metode
rumus
TRIX,
(Giovanardi
dengan dan
Vollenweider, 2004) sebagai berikut: TRIX = [log10 ( PO4 x TN x Chl-a x DO saturasi ) + a] = b
................... ………………(1)
p : Jumlah kotak SCR yang teramati = 200 V : Volume contoh plankton dalam botol = 100 ml v : Volume contoh plankton dalam SCR = 1 ml W : Volume air yang disaring dengan plankton net =10 ltr
Keterangan : 103
Status kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a
Tabel 2. Kategori klorofil-a berdasarkan kesuburan perairan Klorofil-a
Kategori
3
< 1 mg/m
Oligotrofik
≥1-3 mg/m3
Mesotrofik
3
≥3-5 mg/m
Eutrofik
≥5 mg/m3
Hipereutrophik
Kelimpahan fitoplankton yang diperoleh dibandingkan
dengan
Sumber
kategori
fitoplankton
berdasarkan kesuburan perairan.
Vollenweider et al. 1998
bahwa
kesuburan
TRIX
perairan
Pulau
Bungkutoko pada stasiun I memiliki nilai berkisar 1,28 mg/L dan pada stasiun II dan III memiliki nilai berkisar 1,25 mg/L (Gambar 2).
Tabel 3. Kategori kelimpahan fitoplankton berdasarkan kesuburan perairan Kelimpahan Fitoplankton
Kategori
0-2000 ind/L
Oligotrofik
2000-15000 ind/L <15000 ind/L
Sumber
Kesuburan perairan memiliki korelasi erat terhadap status trofik dan sangat memungkinkan untuk dijadikan sebuah indikator penunjuk status
Mesotrofik
trofik (Tammi dkk., 2015) menyatakan semakin Raymont, 1963
Eutrofik
tinggi
intensitas
atau
kepadatan
kegiatan
antropogenik memungkinkan wilayah tersebut akan mengalami kenaikan status trofik secara
Perhitungan konsentrasi klorofil-a
dilakukan
berlebihan. Konsentrasi klorofil-a sendiri dapat
dengan menggunakan rumus (Parsons dkk., 1984
dijadikan petunjuk dalam menentukan status
dalam Adani dkk., 2013), yaitu pada persamaan
trofik suatu perairan.
(4) berikut:
Hasil perhitungan tingkat kesuburan di
Chl-a = 11,6(E665) – 1,31(E645) – 0,14(E630) Klorofil-a (mg/L) =
Chl−a 𝑥 𝑉𝑎 𝑉𝑥𝑑
. .......................(4)
perairan Pulau Bungkutoko berdasarkan indeks TRIX berkisar 1,25-1,28 mg/L. Komponen yang digunakan dalam metode ini adalah parameter
Keterangan :
yang terkait dengan proses eutrofikasi yaitu total
Chl-a : Nilai klorofil-a Va
: Volume aseton 90% (ml)
d
: Diameter cuvet
V
: Volume sampel yang disaring (ml)
nitrogen (mg/m3), total fosfat (mg/m3), oksigen saturasi (%) dan klorofil-a (µ/L). Berdasarkan kriteria
TRIX
digolongkan
* 1mg/l = 0,001 mg/m3 Nilai klorofil-a yang diperoleh dibandingkan dengan kategori klorofil-a berdasarkan kesuburan
perairan
kedalam
Pulau
Bungkutoko
perairan
oligotrofik.
Menurut Effendi (2003), oligotrofik merupakan status trofik air yang mengandung unsur hara dengan kadar rendah dalam menentukan status
perairan
trofik suatu perairan tergantung pada penyebaran konsentrasi klorofil-a dan ketersediaan nutrien
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan keempat parameter yaitu total nigrogen, total fosfat, oksigen saturasi dan klorofil-a, maka selanjutnya dideskripsikan
berdasarkan
kriteria
tingkat
kesuburan. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat 104
(nitrogen dan fosfor). Komposisi fitoplankton yang ditemukan pada bulan Januari sampai Februari pada stasiun I dan III didominasi oleh fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae
dengan
jumlah
genera
Linus dkk.,
sebanyak 20 genera pada ketiga stasiun penelitian,
fitoplankton lebih banyak ditemukan pada bulan
dari kelas Dinophyceae sebanyak 15 genera, kelas
Januari
Cyanobacteria 1 genus, kelas Rotatoria 1 genus
Bacillariophyceae sebanyak 3066 ind/L pada
dan kelas Synurophyceae 1 genus pada ketiga
stasiun I dan paling sedikit ditemukan pada kelas
stasiun (Gambar 3).
Cyanobacteria, Synurophyceae dan Rotatoria
Kelimpahan fitoplankton bervariasi pada setiap stasiun perbulannya. Berdasarkan hasil pengamatan
terlihat
bahwa
dan
bulan
Februari
pada
kelas
masing-masing sebanyak 115 ind/L pada stasiun III (Gambar 4).
kelimpahan
1,285 1,28 1,275 1,27 Pengambilan I
1,265
Pengambilan II
1,26
Pengambilan III
1,255
Pengambilan IV
1,25 1,245 1,24 1,235 Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Gambar 2. Kesuburan TRIX
100 90 80 70
Bacillariophyceace
60
Dynophyceace
50
Cyanobacteria
40
Rotatoria Synurophyceae
30 20 10 0 Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Gambar 3. Komposisi fitoplankton 35000 30000 25000
Bacillariophyceace
20000
Dynophyceace Cyanobacteria
15000
Rotatoria
10000
Synurophyceae
5000 0 Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Gambar 4. Kelimpahan fitoplankton selama penelitian 105
Status kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a
1,8 1,6 1,4 1,2 1
Pengambilan I Pengambilan II
0,8 0,6 0,4
Pengambilan III Pengambilan IV
0,2 0 Stasiun I
Stasiun II
Stasiun III
Gambar 5. Klorofil-a selama penelitian Berdasarkan hasil pengamatan terlihat
tertinggi terdapat pada stasiun I dengan nilai
bahwa nilai klorofil-a yang diperoleh di perairan
0,0076 mg/L sedangkan nilai terendah pada
Pulau Bungkutoko pada bulan Januari sampai
stasiun III dengan nilai 0,001 mg/L (Tabel 4).
bulan Februari berkisar antara 0,09-1,58 mg/L.
Nilai amoniak (NH3) yang diperoleh pada setiap
Nilai klorofil-a tertinggi pada stasiun I dan yang
stasiun selama penelitian
terendah pada stasiun III (Gambar 5).
0,0303 mg/L. Kandungan fosfat tertinggi terdapat
berkisar
0,0197-
Nilai nitrat (NO3) yang diperoleh di
pada stasiun I dengan nilai 0,0303 mg/L (Tabel
perairan Pulau Bungkutoko selama penelitian
4). Hasil pengukuran nilai Oksigen Terlarut (DO)
berkisar 0,0100-0,067 mg/L. Kadar nitrat tertinggi
selama penelitian berkisar
terdapat pada stasiun II dan terendah pada stasiun
oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun I.
III (Tabel 4).
Nilai DO pada masing-masing stasiun disajikan
Nilai ortofospat (PO4) yang
diperoleh pada setiap stasiun selama penelitian
4,1-7,8 mg/L. Nilai
pada (Tabel 4).
berkisar 0,001-0,0076 mg/L. Kandungan fosfat
Tabel 4. Kisaran hasil pengukuran parameter utama selama penelitian Parameter utama Stasiun St I St II St III St I St II
Waktu pengambilan
Pengambilan I
Pengambilan II
St III St I St II St III St I St II
Pengambilan III
Pengambilan IV
St III Keterangan : St = Stasiun 106
Nitrat (mg/L)
Ortofosfat (mg/L)
Amoniak (mg/L)
DO
Klorofil-a
0,0340 0,0670 0,0300
0,0076 0,0061 0,0034
0,0303 0,0231 0,0248
7,8 7,4 7
1,57 1,28 1,28
0,0148 0,0143
0,0025 0,0013
0,0224 0,0197
6,6 6,2
1,50 0,40
0,0100
0,0038
0,0255
7
0,09 0,57 0,68 0,80 0,94 0,27 0,24
0,0334 0,0340 0,0300
0,0073 0,0055 0,0039
0,0303 0,0231 0,0248
6,6 6,6 7,4
0,0303 0,0258
0,0012 0,0050
0,0224 0,0197
0,0249
0,0010
0,0255
4,1 5,3 5,7
Linus dkk.,
Tabel 5. Kisaran hasil pengukuran parameter penunjang selama penelitian Parameter penunjang Waktu pengambilan
Stasiun
Suhu (oC)
Kecerahan (m)
Salinitas
pH
Kec. Arus
31
2
30
6
4,75
30 31
2 2
31 31
6 6
4,55 4,4
30 31 31
2 2 2
25 27 27
6 6 6
4,9 4,6 4,5
31
2
26
6
4,6
Pengambilan III
30 30
2 2
26 27
6 6
4,4 4
St I St II Pengambilan IV St III Keterangan : St = Stasiun
30 31 30
2 2 2
26 25 25
6 6 6
4,7 4,3 4,3
St I St II St III
Pengambilan I
St I St II St III
Pengambilan II
St I St II St III
Ketersediaan nutrien TN (anorganik) dan TP (anorganik) selama penelitian berkisar 0,0100-
matahari selain keberadaan nutrien di perairan (Odum, 1993).
0,0670 mg/L dan 0,0010-0,0076 mg/L (Tabel 5).
Komposisi fitoplankton yang ditemukan
Perairan Pulau Bungkutoko berdasarkan nilai
pada bulan Januari sampai Februari didominasi
sebaran TN tergolong kesuburan sedang dan
oleh fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae
sebaran TP tergolong kesuburan rendah. Selama
dengan jumlah genera sebanyak 20 genera pada
penelitian
berkisar
ketiga stasiun penelitian, dari kelas Dinophyceae
0,09-1,58 mg/m menurut kriteria perairan Pulau
sebanyak 15 genera, kelas Cyanobacteria 1 genus,
Bungkutoko
sampai
kelas Rotatoria 1 genus dan kelas Synurophyceae
tinggi-rendahnya
1 genus pada ketiga stasiun (Gambar 3).
konsentrasi klorofil-a tidak hanya dipengaruhi
Perbedaan jenis yang ditemukan selama penelitian
oleh keberadaan nutrien yang tinggi namun juga
diduga karena perbedaan kondisi lingkungan
oleh kecerahan tinggi. Hal ini berhubungan
antara ketiga stasiun pengambilan sampel. Hal ini
dengan proses fotosintesis fitoplankton sebagai
didukung oleh pernyataan Mujiyanto dan Satria
penyusun biomassa
(2011), bahwa distribusi fitoplankton dari waktu
sebaran
klorofil-a
3
mesotrofik
tergolong dimana
oligotrofik
bahwa
fitoplankton (klorofil-a),
dimana kecerahan tinggi akan mempengaruhi
ke
intensitas cahaya matahari yang merupakan
lingkungan yang berbeda.
sumber
energi
bagi
sangat
ditentukan
oleh
kondisi
untuk
Berdasarkan hasil pengamatan selama
berfotosintasis. Hal ini sejalan dengan penelitian
penelitian pada ketiga stasiun, kelas yang paling
bahwa
primer
mendominasi adalah dari kelas Bacillariophyceae
fitoplankton dengan cahaya dan nutrien di
yaitu dari genera Coscinodiscus, Copepoda
perairan Pulau Bungkutoko menunjukkan bahwa
nauplius,
lebih banyak di pengaruhi oleh intensitas cahaya
Sedangkan dari kelas Dinophycea didominasi
hubungan
fitoplankton
waktu
produktivitas
Nitzschia
sp,
Syendra,
Amphora.
oleh genera Ceratium. Menurut Chindah (2003),
107
Status kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a
komposisi fitoplankton pada suatu ekosistem
digunakan untuk proses fotosintesis. Hal ini
tidak selalu merata, pada ekosistem tertentu sering
sejalan dengan pendapat Nybakken (2000), bahwa
ditemukan beberapa jenis melimpah sedangkan
tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu
yang lain tidak. Keberadaan fitoplankton sangat
perairan tergantung pada kandungan zat hara di
tergantung pada kondisi lingkungan perairan yang
perairan berupa nitrat, ortophospat dan amoniak
sesuai dengan hidupnya dan dapat menunjang
dimana kandungan nitrat sebesar 0,067 mg/L,
kehidupannya.
ortophospat
0,0061 mg/L, amoniak sebesar
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat
0,0231 mg/L. Selanjutnya Nurfadillah et al.
bahwa kelas Bacillariophyceae merupakan kelas
(2012), menyatakan bahwa zat hara phosfat,
yang melimpah di perairan Pulau Bungkutoko
nitrat, dan zat hara lainnya merupakan zat-zat
baik pada ketiga stasiun. Hal ini disebabkan
yang
karena
mampu
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan yang
hidup organisme di laut, yang mana organisme
ada atau dengan kata lain kelas ini memiliki daya
perairan sangat membutuhkan zat hara tersebut
toleransi
dalam jumlah besar.
kelas
yang
Bacillariophyceae
tinggi
terhadap
perubahan
diperlukan dan
mempunyai
pengaruh
lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa
Wulandari (2009), bahwa kelas Bacillariophyceae
kelimpahan terendah terdapat pada stasiun III
mampu
kondisi
bulan Februari dengan jumlah kelimpahan
lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan kelas
sebesar 115 ind/L. Diduga penyebab rendahnya
lainnya.
kelimpahan tersebut dipengaruhi oleh rendahnya
menyesuaikan
diri
dengan
Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Nurfadillah
et
al.
(2012),
bahwa
kelas
unsur hara berupa nitrat, posphat dan amoniak.
Bacillariophyceae mampu tumbuh dengan cepat
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardoyo
meskipun pada kondisi nutrien dan cahaya yang
(1987), bahwa kisaran kandungan nitrat sebagai
rendah.
indikator pembatas bagi kehidupan fitoplankton Kelimpahan fitoplankton pada setiap
yaitu <0,1 mg/L, sedangkan Basmi (2000),
lokasi penelitian berkisar antara 115-3066 ind/L
menambahkan bahwa kisaran kandungan fosfat
(Gambar 4). Kelimpahan tertinggi ditemukan
sebagai faktor pembatas kehidupan fitoplankton
pada stasiun I pada bulan Januari berkisar 3066
yaitu <0,114 mg/L. Selain itu, diduga rendahnya
ind/L, sedangkan kelimpahan rata-rata terendah
kelimpahan pada stasiun tersebut disebabkan
ditemukan pada stasiun III pada bulan Februari
oleh meningkatnya
berkisar
kelimpahan
seiring dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini
fitoplankton pada stasiun I bulan Januari diduga
didukung oleh pernyataan Nontji (2008), bahwa
karena tingginya kandungan unsur hara berupa
salinitas dan suhu menentukan densitas perairan,
nitrat, ortophospat dan amoniak yang memicu
dimana
pertumbuhan fitoplankton menjadi lebih optimal,
semakin
dimana pertumbuhan dan produksi fitoplankton
meningkat, sehingga kerapatan air meningkat
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara.
yang
Selain itu, tingginya kelimpahan fitoplankton
pertumbuhan
pada bulan Januari diduga disebabkan oleh
fotosintesis, yang mana akan mempengaruhi
tingginya
laju penenggelaman fitoplankton.
108
115
ind/L.
intensitas
Tingginya
cahaya
matahari
yang
semakin
salinitas
pada perairan
dalam
perairan
suhunya
dan
salinitas
semakin
rendah
selanjutnya
memengaruhi
fitoplankton
dalam
laju proses
Linus dkk.,
Secara
umum
kategori
komunitas fitoplankton, tetapi tidak selamanya
kelimpahan fitoplankton berdasarkan kesuburan
peningkatan jumlah fitoplankton sejalan dengan
perairan pada lokasi penelitian termasuk dalam
besarnya kandungan klorofil-a dalam perairan
perairan mesotrofik atau kesuburannya sedang.
zat-zat
Hal ini sesuai dengan pernyataan Raymont
fitoplankton sekaligus mempengaruhi kandungan
(1963),
perairan
klorofil-a untuk pertumbuhan dan perkembangan
fitoplakton
adalah nitrogen (sebagai nitrat) dan fosfor
yang
oligotrofik antara
berdasarkan
menyatakan
memiliki
bahwa
kelimpahan
0-2000 ind/L dan perairan mesotrofik
organik
utama
yang
diperlukan
(sebagai fosfat).
memiliki kelimpahan fitoplankton yang berkisar
Rendahnya kandungan klorofil-a pada
antara 2000-15000 ind/L serta perairan eutrofik
stasiun III dengan rata-rata 0,09 diikuti dengan
memiliki kelimpahan fitoplankton >15000 ind/L.
rendahnya penetrasi cahaya serta dekat dengan
Berdasarkan (Gambar 5) terlihat bahwa
daratan yang memiliki limbah dari segala aktifitas
rata-rata kosentrasi klorofil-a pada setiap stasiun
manusia sehingga menjadikan perairan berwarna
di perairan Pulau Bungkutoko menunjukan nilai
keruh pada stasiun tersebut. Nontji (1984) dalam
yang bervariasi. Hal ini disebabkan keadaan
Widyorini (2009), menyatakan bahwa kandungan
kualitas
stasiun
klorofil-a dalam sel fitoplankton dipengaruhi oleh
pengamatan berbeda-beda pada ketiga stasiun
intensitas cahaya, ketersediaan unsur hara dan
selama
komposisi jenis, perbedaan kandungan jenis
masing-masing
penelitian
berkisar nilai
perairan
didapatkan
nilai
klorofil
3
0,09-1,58 mg/m . Dari hasil penelitian
klorofil-a
tertinggi
pada
setiap
jenis
fitoplankton
pada
menyebabkan jumlah cahaya matahari yang
stasiun I yaitu 1,58 mg/m3. Hal ini disebabkan
diabsorbsi oleh setiap spesies plankton akan
tingginya kecerahan yang dapat meningkatkan
berbeda juga. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
laju fotosintesis pada fitoplankton dan paling
Valiela (1984) dalam Roshisati (2002), bahwa
rendah pada stasiun III yaitu 0,09 mg/m3. Hal ini
nitrat dan fosfat merupakan faktor penting dalam
disebabkan oleh jarak yang dekat dengan daratan
proses pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton.
yang memiliki limbah dari segala aktifitas
Perbedaan kandungan jenis pigmen pada setiap
manusia sehingga menjadikan perairan berwarna
jenis fitoplankton menyebabkan jumlah cahaya
keruh.
Meningkatnya
meningkatkan menghasilkan
didapatkan
pigmen
kadar
produktivitas kadar
klorofil-a
nutrien
akan
matahari yang diabsorbsi oleh setiap spesies
primer
yang
plankton akan berbeda juga.
yang
tinggi
(Paramitha, 2014). Tingginya
Rendahnya nilai konsentrasi klorofil-a berbanding terbalik dengan nilai kelimpahan
kosentrasi
fitoplankton
yang
stasiun I dikarenakan stasiun ini berada dekat
pernyataan
Ardiwijaya
pelabuhan dimana banyak terdapat aktivitas yang
konsentrasi
klorofil-a
dapat
bahan-bahan
kesamaan dengan besarnya nilai kelimpahan
organik ke perairan dan tingginya kandungan
fitoplankton, yang berarti walaupun kelimpahan
unsur hara nitrat dan fosfat pada perairan. Hal ini
fitoplankton tinggi tidak berarti konsentrasi
sesuai yang dikemukanan Nybakken (2000),
klorofil-a tinggi. Hal ini dapat disebabkan adanya
bahwa konsentrasi klorofil-a berhubungan dengan
perbedaan
tinggi rendahnya unsur hara dan kelimpahan
fitoplankton dan kandungan klorofil-a dalam
menyebabkan
klorofil-a
masuknya
pada
tinggi.
biovolume
Hal
ini
(2002), tidak
pada
sesuai fluktuasi
menunjukkan
setiap
jenis
109
Status kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a
fitoplankton itu sendiri tergantung pada ukuran
Daftar Pustaka
dari fitoplankton, sehingga walaupun suatu jenis
Adani, N. G., M. R. Muskanonfola, I. B. Hendrarto. 2013. Kesuburan Perairan
fitoplankton melimpah di perairan namun bila jenis tersebut mempunyai biovolume yang kecil maka klorofil-a yang terkandung dalam sel-sel fitoplakton tersebut akan sedikit. Sebagai contoh bila
kelimpahan
kandungan
klorofil-a
kemungkinan memiliki
fitoplankton tinggi
besar
nya pada
fitoplankton
namun
rendah
maka
perairan
yang
tersebut
banyak
namun
ukurannya kecil. Kondisi ini terjadi karena jenisjenis fitoplankton memiliki ukuran sel yang kecil (Tambaru, 2008) Berdasarkan (Gambar 5) maka dapat dikatakan bahwa perairan Pulau Bungkutoko dikategorikan sebagai perairan yang memiliki kesuburan rendah sampai sedang (oligotrofikmesotrofik)
karena
memiliki
nilai
rata-rata
konsentrasi klorofil-a sebesar 0,09-1,58 mg chla/m3.
Menurut
Vollenweider
et
al.
1998,
menjelaskan bahwa perairan yang memiliki kandugan klorofil-a lebih kecil dari 1 mg chl-a/m3 termaksud oligotrofik, nilai klorofil-a 1-3 mg chl3
a/m termaksud mesotrofik, nilai klorofil-a 3-5 mg chl-a/m3 termasud eutrofik dan nilai klorofil-a lebih besar dari 5 mg chl-a/m3 termasud hipertrofik.
Simpulan Simpulan kesuburan
dari
perairan
penelitian Pulau
ini
adalah
Bungkutoko
berdasarkan TRIX yaitu tergolong oligotrofik (kurang subur), untuk kandungan klorofil-a Pulau Bungkutoko selama penelitian yaitu tergolong oligotrofik-mesotrofik
(kurang
subur-sedang),
untuk kelimpahan fitoplankton Pulau Bungkutoko selama penelitian yaitu tergolong mesotrofik (sedang)
Ditinjau dari Kandungan Klorofil-a Fitoplankton: Diponegoro Journal of Maquares, Vol. 2 No. 4: 14 hal. Basmi, J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor. 59 hal. Boyd, C. E., 1989. Water Quality Management and Aeration in Shrimp Farming. Fisheries and Allied Aquacultures Departmental Series No. 2, Alabama Agricultural Experiment Station Auburn University, Alabama. 30 P. Chindah, A. C. 2003. The Physico-Chemistr Phytoplankton
and
Periphyton
of
a
Swamp Forest Streams the Lower Niger Delta. Scientia Africana, 2 (1 and 2): 10-116. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas air. Kanisisus. Yogyakarta. Ghassani, N. A., M. M. Rudolf. 2013. Kesuburan Perairan Ditinjau dari Kandungan Klorofila Fitoplankton di Sungai Wedung. Demak of Maquares, 2(94): 38-45. Giovanardi, F., dan Vollenweider, R. A. (2004). Trophic Conditions of Marine Coastal Waters: Experience in Applying the Trophic Index TRIX to Two Areas of the Adriatic and Tyrrhenian Seas. Journal of Limnology, 63(2),199–218. Mujiyanto., dan Satria, H. 2011. Sebaran Kelimpahan Plankton di Lokasi Terumbu Buatan, di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelitan Kelautan dan Perikanan. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hal. KL-06. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Pusat Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI Press. 331 hal Nurfadillah, Damar, A., Enam, M.., Adiwilaga. 2012. Komunitas Fitoplankton di Perairan
110
Linus dkk.,
Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Propinsi Aceh. Jurusan Manajemen Sumber Daya Perikanan, FPIK. IPB. Bogor. Hal. 93-98.
Torani Ilmu Kelautan Unhas, No. 3 vol. 18. Makassar. Tammi, T., Pratiwi, N., T.M., Hariyadi, S., Radiarta, I. N. 2015. Aplikasi Analisis Klaster dan Indeks Trix untuk Mengkaji
Nybakken, J., W., 2000. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta. Odum, E. P., 1993. Dasar-dasar Ekologi Ahi Bahasa Samingan, T. Edisi Ketiga. Universitas Gadja Mada Press. Yogyakarta. Odum. 1996. Dasar–dasar Ekologi. Gajah Mada
Variabilitas Status Trofik di Teluk Pegametan, Singaraja, Bali. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Wardoyo, S. T. H. 1987. Pengelolaan Kualitas air (Water Quality Manajement). Proyek P3T. Institut Pertanian Bogor. Bogor
University Press. Edisi 3. Yogyakarta. Paramitha, A. 2014. Studi Klorofil-a di Kawasan Belawan Sumatera Utara. Raymont, J.E.G. 1963. Plankton and Produktivity in the Ocean. Apergamon Press Book. The Macmilan CO. New York.
Widyorini, N. 2009. Pola Struktur Komunitas Fitoplankton Berdasarkan Kandungan Pigmennya di Pantai Jepara. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.
Roshisati, I. 2002. Distribusi Spasial Biomassa Fitoplankton (Klorofil-a) di Perairan Teluk Lampung pada Bulan Mei, Juli, dan September 2001. Program Studi MSP. FPIK. IPB. Bogor. 71 hal. Skripsi (Tidak diplublikasikan). Tambaru dan Samawi, 2008. Penentuan Selang
Semarang. Sain tek Perikanan, Vol.4 (2) 75 Hal. Vollenweider RA, F Giovanardi, G Montanari, A Rinaldi. 1998. Characterization of the Trophic Conditions of Marine Coastal Waters with Special Reference to the NW Adriatic Sea: Proposal for a Trophic Scale,
Waktu Inkubasi yang terbaik dalam Pengukuran Produktivitas Primer di Perairan Kepulauan Spermonde. Jurnal
Turbidity and Generalized Water Quality Index. Journal Environmetric, 9 (1): 329 – 357.
111