STRATEGI PENGEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEMBAKAU DENGAN PT MERABU DI KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN GROBOGAN Arsyadani Fahmi Akbar, Endang Siti Rahayu, Arip Wijianto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp. 085693307469 Abstract: This study aims to analyze the partnership that has been running between tobacco farmers and PT Merabu, identify internal and external factors that influence on the development of partnerships between the farmers and PT. Merabu, analyze alternative development strategy and choose the right strategy to be applied. The basic method used qualitative research sites in Tanggungharjo, Grobogan. Determination of research subjects and informants using a technique deliberately (purposive) and snowball. Method of data analysis is descriptive analysis, analysis of internal and external partnerships, SWOT analysis and analysis QSPM. Results of this study showed that the main strength of the partnership is the appropriate land resources for tobacco farming, while the weakness in the partnership is limited to farmers cultivating tobacco control technology. The main opportunity of the partnership is the support of the surrounding community in the course of partnerships, while the main threat is legislation limiting. SWOT strategy analysis produces formulation S-O strategy, W-T strategy, S-T strategy, and W-T strategy. Based on the strategic alternatives available on the SWOT analysis, the right strategy is used according to the analysis QSPM is S-O strategy that partnership can more focus on land use through coaching and mentoring for tobacco farmers about proper cultivation techniques. Keywords: Partnership, Strategy Partnership, Tobacco Farmers, PT Merabu Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemitraan yang telah berjalan antara petani tembakau dengan PT Merabu, mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan kemitraan petani dengan PT Merabu, menganalisis alternatif strategi pengembangan dan memilih strategi yang tepat untuk diterapkan. Metode dasar yang digunakan kualitatif dengan lokasi penelitian di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Penentuan subyek penelitian dan informan menggunakan teknik sengaja (purposive) dan snowball. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis internal dan eksternal kemitraan, analisis SWOT dan analisis QSPM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekuatan utama dari kemitraan adalah sumberdaya lahan yang sesuai untuk usaha tani tembakau. Sedangkan kelemahan dalam kemitraan adalah keterbatasan petani akan penguasaan teknologi budidaya tembakau. Peluang utama adalah dukungan masyarakat sekitar dalam berlangsungnya kemitraan. Sedangkan ancaman utama dalam kemitraan adalah perundang-undangan yang membatasi. Analisis strategi SWOT menghasilkan formulasi strategi S-O, strategi W-T, strategi S-T, dan strategi W-T. Berdasarkan alternatif-alternatif strategi yang ada pada analisis SWOT, strategi yang tepat digunakan menurut analisis QSPM adalah strategi S-O yaitu kemitraan yang berjalan dapat lebih fokus pada pemanfaatan lahan melalui pembinaan dan pemdampingan pada petani mengenai teknik budidaya tembakau yang benar. Kata kunci: Kemitraan, Strategi Kemitraan, Petani Tembakau, PT Merabu
PENDAHULUAN Perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar pada perekonomian negara Indonesia. Salah satu andalan perkebunan Indonesia adalah tembakau. Menurut Soenardi (1999) tembakau merupakan komoditas yang menjadi bahan baku utama industri rokok memiliki peranan ekonomi sangat strategis sebagai menghasilkan devisa, mendatangkan cukai dan pajak serta menunjang penghidupan bagi 16 juta jiwa dan menyerap tenaga kerja 4 juta orang. Luas perkebunan tembakau tiap tahunnya mengalami peningkatan khususnya di Provinsi Jawa tengah dari tahun 2006 hingga 2010 dari tiap jenisnya. Salah satunya tembakau rakyat dari tahun 2006 seluas 28.649,34 Ha menjadi 44.258,86 Ha pada tahun 2010. Produk tembakau utama yang diperdagangkan di pasar adalah daun tembakau. Petani tembakau merupakan penyedia bahan baku daun tembakau untuk diolah menjadi rokok oleh industri rokok. Kondisi petani tembakau di Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan pengusahaan skala ekonomi kecil, yaitu penguasaan lahan yang kecil dan teknologi budidaya yang sederhana, serta permodalan yang terbatas. Pertanian dengan skala kecil dipengaruhi oleh faktor alam dan permasalahan pasar yang tidak sempurna seperti biaya transaksi yang tinggi dan ketidak jelasan informasi pasar. Selain itu, permasalahan lain pertanian skala kecil yaitu ketersediaan bahan baku
pertanian (saprodi) seperti pupuk, benih, pestisida, dan obat-obatan. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan pertanian skala kecil adalah mengintegrasikan petani ke dalam sektor-sektor yang dianggap lebih modern, yaitu sektor industri. Hal tersebut merupakan basis yang melatar belakangi munculnya konsep kemitraan (contract farming/partnership). Kemitraan merupakan kerjasama antara Usaha Kecil dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan (Hafsah, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa diperlukannya suatu kerjasama yang sinergis antara petani atau usaha kecil yang memiliki lahan dan tenaga kerja dengan perusahaan besar yang mempunyai modal dan tenaga ahli. PT Merabu sebagai anak perusahaan PT Djarum menjalin kemitraan dengan petani sebagai kelompok mitra di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Kemitraan yang terjalin diartikan sebagai kerjasama yang sinergis antara dua belah pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan dan diharapkan tercipta hubungan timbal balik, saling menerima dan saling memberi satu sama lain Kemitraan ini memerlukan strategi yang tepat agar kemitraan yang terjalin antara petani dan PT Merabu berjalan dengan baik dan memberikan dampak hubungan timbal balik yang positif. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diperlukan strategi-strategi kemitraan yang tepat, guna mengembangkan pola kemitraan yang efektif, terintregrasi dan sejalan dengan konsep kemitraan yaitu saling menguntungkan.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif (Nawawi dan Martini, 1996). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Informan dipilih dari 30 petani tembakau yang mengikuti kemitraan serta 2 orang dari pihak perusahaan. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; Analisis Kemitraan Untuk menganalisis kemitraan yang berjalan digunakan metode desktriptif. Analisis deskripsi didasarkan pada fakta-fakta, kemudian dikumpulkan menjadi sebuah informasi yang digunakan untuk analisis lebih lanjut (Silahahi, 2009). Analisis Lingkungan Matriks IFE untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal kemitraan dan matriks EFE untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kemitraan. Daftar pertanyaan dari variabel internal dan eksternal yang diajukan kepada responden, kemudian dilakukan bobot faktor penentu internal dan eksternal menggunakan analisis berpasangan. Menurut Rangkuti (2001), penentuan nilai rating terboboti diperoleh dengan cara mengalikan nilai bobot faktor dengan rating pada faktor internal dan ekternal. Hasil yang diperoleh dimasukan kedalam matriks Internal-Eksternal untuk menentukan posisi kemitraan.
Analisis SWOT Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi pengembangan kemitraan. Matriks menggambarkan peluang dan ancaman ekternal yang dihadapi kemitraan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi yaitu S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Analisis QSPM ( Quantitative Strategic Planning Matrix ) Matrik QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan ekternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSPM merupakan strategi yang paling baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Penelitian Mayoritas usia subyek penelitian dalam penelitian ini tergolong usia produktif antara 15-64 tahun. Petani juga masih mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga dan mengembangkan usahataninya dengan tingkat kematangan, cara berpikir dan tingkat emosionalnya yang cukup baik untuk mengikuti program kemitraan dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Analisis Kemitraan Kemitraan antara petani tembakau dengan PT Merabu di Kecamatan Tanggungharjo sudah berjalan selama empat tahun. PT Merabu sebagai rekanan petani memberikan kredit bibit, pupuk, obat dan
pendampingan teknik budidaya untuk petani yang tergabung dalam kemitraan. Petani yang mengikuti kemitraan diwajibkan menjual hasil sesuai mekanisme pasar pada PT Merabu. Setiap penjualan akan dipotong biaya input berupa sarana yang telah diberikan. Petani menjual 100% tembakau kering kepada PT Merabu. Tembakau hasil petani mitra dinilai kualitasnya sekaligus ditimbang dan dibayar tunai sesuai timbangan dan kualitas hasil tembakaunya. Selama empat tahun berjalan kemitraan petani dan PT Merabu diikat oleh SOP (Standart Operating Procedure). SOP merupakan standar yang ditetapkan bersama antara petani dan PT Merabu yaitu berupa perjanjian, kewajiban dan proses kerja. Pihak petani berkewajiban untuk memenuhi pasokan tembakau kepada PT Merabu dengan memenuhi standar teknik budidaya tembakau, kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan oleh PT Merabu. PT Merabu mempunyai kewajiban berupa pendampingan budidaya tanaman tembakau dan jaminan pasar pada petani pada awal masa tanam dan pada akhir masa tanam dilakukan evaluasi. Kemanfaatan bagi petani atau kelompok tani yaitu; 1) meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pelaksanaan usaha tani tembakau melalui pembinaan yang intensif dan terprogram baik oleh petugas lapang dari perusahaan; 2) petani memperoleh bantuan modal, saprodi dan teknologi dari perusahaan; 3) petani mendapatkan jaminan pemasaran hasil panennya dengan tingkat harga yang layak sesuai dengan harga kesepakatan
sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat, sedangkan manfaat yang diperoleh PT Merabu sebagai perusahaan mitra yaitu: 1) Terjaminnya pasokan daun tembakau dalam jumlah dan kualitas sesuai dengan kebutuhan serta standar pabrik rokok PT Merabu; 2) Adanya jaminan kesinambungan (kontinuitas) pasokan daun tembakau kualitas baik. Kemitraan saat ini diikuti 72 petani tembakau di Kecamatan Tanggungharjo. Kuota kemitraan sangat terbatas sehingga banyak petani yang belum mengikuti program kemitraan sedangkan banyak petani yang menginginkan. Kuota yang terbatas tersebut merupakan efek dari kebijakan pemerintah UUD Nomor 36 Pasal 116 tahun 2009 tentang “Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan”. Peraturan pemerintah berdampak pada produksi produsen rokok yaitu PT Djarum yang mengurangi pasokan bahan baku. Analisis Lingkungan Untuk menentukan strategi dalam mengembangakan kemitraan digunakan analisis SWOT dan analisis QSPM, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal kemitraan.
Tabel 1. Matriks Evaluasi Faktor Internal No
Faktor Internal
Kekuatan (S) 1 Sumber daya lahan sesuai untuk usahatani tembakau 2 SDM mempunyai keahlian untuk mengusahakan 3 Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja 4 Kelompok tani tembakau yang cukup kuat 5 Produk berkualitas Kelemahan (W) 1 Ketersediaan modal petani yang terbatas 2 Ketersediaan sarana dan prasarana yang terbatas 3 Penguasaan teknologi petani yang terbatas 4 Manajemen usahatani yang terbatas 5 Kualitas produk bergantung cuaca Total
Bobot
Rating
Nilai pembobotan
0.12
4
0.48
0.1083
4
0.4332
0.1208
2
0.2416
0.11
3
0.33
0.0408
2
0.0816
0.0105
4
0.042
0.085
2
0.17
0.1458
3
0.4374
0.1066 0.0575 1,0
3 4
0.3198 0.23 2.7656
Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Matriks IFE Berdasarkan hasil perhitungan analisis internal dapat diketahui bahwa sumberdaya lahan yang sesuai untuk usahatani tembakau (0.48) merupakan faktor paling menentukan dalam kemitraan antara petani tembakau dan PT Merabu. Sumberdaya lahan merupakan modal utama untuk penanaman tembakau. Pada umumnya tanaman tembakau memerlukan lahan yang kering dan sinar matahari penuh untuk tumbuh dengan subur dan mendapatkan kualitas yang baik. Lahan yang mengandung sedikit air serta iklim di Kecamatan Tanggungharjo yang kering membuat tanaman tembakau dapat hidup dengan baik. Peluang itulah yang diambil PT Merabu
untuk bermitra. Faktor kelemahan yang paling tinggi dalam kemitraan ini adalah penguasaan teknologi yang terbatas (0,4374). Keterbatasan petani akan penguasaan tekonologi menjadi hambatan, khususnya teknologi budidaya. Nilai total dari pembobotan faktor internal (Matriks IFE) dari kemitraan yang berjalan selama ini adalah sebesar 2,7656 yang berarti secara internal para petani rata-rata telah mampu merespon keadaan kemitraan yang sedang dijalankan. Secara umum posisi kemitraan sudah cukup kuat. Kemudian mereka juga telah mengantisipasi kelemahan dari kemitraan ini dengan lebih mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Tabel 2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal No
Faktor Eksternal
Rating
Nilai pembobotan
2
0.2782
2
0.205
4 3
0.3464 0.1773
2
0.225
0.1283
4
0.5132
Isu lingkungan (perubahan iklim) Perubahan orientasi kesehatan masyarakat konsumen
0.1016 0.1141
4 3
0.4064 0.3423
Kondisi perekonomian Harga cukai yang tinggi
0.0966 0.0591 1,0
3 4
0.2898 0.2124 2.996
Peluang (O) 1 Kerjasama/ Kemitraan dengan Perusahaan Kebijakan Pemerintah tentang permodalan bagi usahatani 3 Dukungan masyarakan lokal 4 Permintaan produk masih cukup tinggi 5 Peluang perdagangan internasional Ancaman (T) 1 Peraturan perundangan yang membatasi
Bobot
0,1391
2
2 3 4 5 Total
0,1025 0,0866 0,0591 0,1125
Sumber : Hasil Perhitungan Analisis Matriks IFE Berdasarkan hasil perhitungan lingkungan eksternal dapat diketahui bahwa dukungan masyarakat lokal (0.3464) adalah merupakan peluang terbesar untuk dapat mengembangkan kemitraan yang sudah berjalan. Dengan dukungan masyarakat sekitar penting bagi kemitraan. Apabila kemitraan berjalan bertentangan dengan masyarakat sekitar, maka kemitraan akan sulit berkembang dan tidak akan berjalan dengan baik. Artinya dengan didukung oleh peran masyarakat sekitar kemitraan, peluang tersebut telah dimanfaatkan secara baik dari kemitraan yang berjalan Dari perhitungan analisis eksternal faktor ancaman terbesar terletak pada peraturan perundangan yang membatasi (0,5132). Kondisi
ini dikarenakan pemerintah berusaha mengurangi konsumsi tembakau di Indonesia. Tembakau ditetapkan pemerintah sebagai zat adiktif yang membahayakan bagi kesehatan. Sedangkan industri terbesar dari pengolahan daun tembakau merupakan industri rokok. Dengan demikian perusahaan rokok sebagai industri pemasok dari petani tembakau dapat mengurangi produksinya sehingga akan berdampak pada petani tembakau sekaligus kemitraan yang berjalan. Berdasarkan hasil penjumlahan nilai total pada matriks EFE maka didapatkan nilai pembobotannya adalah sebesar 2,996. Ini menunjukan secara eksternal petani dan perusahaan dalam kemitraan
IFE Total Weikghted Score
EFE Total Weighted Score
Kuat 3,00-4,00
Tinggi 3.00-4,00 I Growth
Sedang 2,00-2,99 II Growth
Rendah 1,00-1,99 III
Rata-rata 2,00-2,99
IV Growth
V
VI
Maintain
Divest
Lemah 1,00-1,99
VII
VIII
IX
Maintain
Divest
Divest
Maintain
Gambar 1.Matriks Internal-Eksternal mampu melihat peluang dan memanfaatkan dengan sebaikbaiknya dan mampu merespon dengan baik ancaman yang sewaktuwaktu muncul sehingga akan mengurangi perkembangan kemitraan. Bila di gabungkan antara matriks IFE dan Matriks EFE maka akan menghasilkan matriks InternalEksternal (IE). Matriks InternalEksternal (IE) memperlihatkan posisi kemitraan yang berjalan di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan saat ini adalah berada pada sel 5 yaitu yaitu posisi menjaga dan mempertahankan
terdapat pada gambar 1. Kemitraan berada pada sel 5 yaitu kemitraan belum dapat melakukan pengembangan secara luas karena masih ada faktor-faktor yang membatasi. Faktor tersebut diantaranya keterbatasan SDM terhadap penguasaan teknologi dan kuota petani untuk mengikuti kemitraan terbatas. Berdasarkan posisi tersebut petani dan perusahaan perlu menerapkan strategi bertahan untuk melakukan pembenahan atau perbaikan terhadap kondisi kemitraan. Analisis SWOT
Tabel 3. Matriks SWOT Analisis Internal 1. 2. 3. 4. 5. Analisis Eksternal Peluang (O) 1. Kerjasama/ Kemitraan dengan 1. Perusahaan 2. Kebijakan Pemerintah tentang permodalan bagi usahatani 3. Dukungan masyarakan lokal 4. Permintaan produk masih cukup tinggi 5. Peluang perdagangan 2. internasional
1. 2. 3. 4. 5.
Ancaman (T) Peraturan perundangan yang membatasi Isu lingkungan (perubahan iklim) Perubahan orientasi kesehatan masyarakat konsumen Kondisi perekonomian Harga cukai yang tinggi
1.
2.
Kekuatan (S) Sumber daya lahan sesuai untuk usahatani tembakau SDM mempunyai keahlian untuk mengusahakan Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja Kelompok tani tembakau yang cukup kuat Produk berkualitas
Strategi S-O Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dengan meningkatkan keahlian SDM yang ada melalui pembinaan dalam pengelolaan lahan, input dan teknik budidaya (S1,S2,S5,O1,O4) Meningkatkan hubungan antara kelompok tani dengan perusahan mitra untuk memenuhi kebutuhan pasar (S4,O4,O5) Strategi S-T Meminimalkan biaya yang dikeluarkan dengan masih memperhatikan kualitas produk (S5,T4) Deversivikasi pasar dengan mengoptimalkan kualitas produk (S5,T1)
1. 2. 3. 4. 5.
1.
2.
1.
2.
3.
Kelemahan (W) Ketersediaan modal petani yang terbatas Ketersediaan sarana dan prasarana yang terbatas Penguasaan teknologi petani yang terbatas Manajemen usahatani yang terbatas Kualitas produk bergantung cuaca Strategi W-O Meningkatkan hubungan dengan berbagai pihak terutama dengan perusahaan mitra dan pemerinta untuk permodalan petani dan sarana prasarana (W1,W2,O1,O2) Meningkatkan manajemen usaha tani dengan pembinaan secara berkelanjutan dengan perusahan mitra (W4,O1, O4) Strategi W-T Memperhatikan waktu dalam melakukan penanaman (W5, T1 ) Pelatihan teknologi, manajemen, controling serta evaluasi secara berkala setiap musim tanam untuk mengantisipasi perubahan iklim (W3.W4,T2) Mengatur permodalan yang digunakan dalam usahatani (W1,T4)
Sumber : Matriks SWOT Berdasarkan alternatif-alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT dapat disederhanakan menjadi alternatif strategi terpilih yang dapat diterapkan dalam kemitraan untuk memudahkan dalam pemilihan alternatife strategi terbaik dengan menggunakan analisis
QSPM, yaitu : (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dengan meningkatkan keahlian SDM yang ada melalui pembinaan dan pendampingan, serta meningkatkan hubungan antara kelompok tani dengan perusahan mitra untuk perluasan pasar. (2) Meningkatkan
hubungan dengan berbagai pihak terutama dengan perusahaan mitra untuk permodalan petani, serta meningkatkan manajemen usaha tani dengan pembinaan secara berkelanjutan dengan perusahan mitra. (3) Meminimalkan biaya yang dikeluarkan dengan masih memperhatikan kualitas produk. (4)
Memperhatikan waktu dalam melakukan penanaman, Pelatihan teknologi, manajemen, controling serta evaluasi secara berkala setiap musim tanam untuk mengantisipasi perubahan iklim, serta mengatur permodalan yang digunakan dalam usahatani.
Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Tabel 4. Matriks QSPM Faktor Kunci
Bobot
Alternatif Strategi Strategi I AS TAS
Strategi II AS TAS
Strategi III AS TAS
Strategi IV AS TAS
Kekuatan 1 2 3 4 5 Kelemahan 1 2 3 4 5 Peluang 1 2 3 4 5 Ancaman 1 2 3 4 5 Total
0.12 0.1083 0.1208 0.11 0.0408
3 4 1 4 4
0.36 0.4332 0.1208 0.44 0.1632
1 3 1 3 2
0.12 0.3249 0.1208 0.33 0.0816
1 4 1 1 4
0.12 0.4332 0.1208 0.11 0.1632
1 3 1 1 1
0.12 0.3249 0.1208 0.11 0.0408
0.0105 0.085 0.1458 0.1066 0.0575
1 2 3 3 3
0.0105 0.17 0.4374 0.3198 0.1725
3 3 2 3 1
0.0315 0.225 0.2916 0.3198 0.0575
3 1 1 4 3
0.0315 0.085 0.1458 0.4264 0.1725
3 1 2 4 3
0.0315 0.085 0.2916 0.4264 0.0575
0.1391 0.1025 0.0866 0.0591 0.1125
4 1 1 4 3
0.5564 0.1025 0.0866 0.2364 0.3375
4 3 2 1 1
0.5564 0.3075 0.1732 0.0591 0.1125
1 1 1 2 2
0.1391 0.1025 0.0866 0.1182 0.225
2 1 1 1 1
0.2782 0.1025 0.0866 0.0591 0.1125
1 1 1 1 1
0.1283 0.1016 0.1141 0.0966 0.0591 4.4465
1 1 1 3 2
0.1283 0.1016 0.1141 0.2898 0.1182 3.8634
1 1 3 4 3
0.1283 0.1016 0.3423 0.3864 0.1773 3.6157
1 3 1 2 2
0.1283 0.3048 0.1141 0.1932 0.1773 3.1651
0.1283 0.1016 0.1141 0.0966 0.0591
Sumber : Hasil Perhitungan Matriks QSPM Matriks QSPM memberikan gambaran kelebihan relatif dari masing-masing strategi yang selanjutnya memberikan dasar
objektif untuk dapat memilih salah satu atau beberapa strategi spesifik yang menjadi pilihan. Berdasarkan analisis QSPM dapat diketahui
alternatif strategi terbaik yang dapat digunakan oleh petani dan perusahaan untuk mengembangkan kemitraan ini adalah strategi I yaitu dengan nilai TAS (Total Attractiveness Score) terbesar 4,4465. Berdasarkan matriks QSPM tersebut, kemitraan yang berjalan dapat lebih menfokuskan pada peningkatan kualitas produk dengan meningkatkan keahlian sumberdaya manusia yang ada melalui pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan dengan memaksimalkan penggunaan lahan. Selama ini evaluasi atau pembinaan hanya dilakukan sekali oleh perusahaan pada saat akhir musim panen dan diharapkan kedepannya dapat berlangsung lebih rutin lagi. Dengan pembinaan dan pendampingan yang rutin oleh perusahaan diharapkan dapat menerapkan teknik budidaya yang benar pada lahan dan meningkatkan hubungan dengan kelompok tani yang bermitra. Manfaat lain adanya pembinaan dan pendampingan adalah hubungan antara petani dan PT Merabu akan semakin solid atau erat, dapat memenuhi kebutuhan pasar dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kemitraan yang telah berjalan antara petani dan PT Merabu di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, sudah berjalan selama empat tahun dan ikatan antara kedua belah pihak sudah cukup baik. Kemitraan tersebut memberikan manfaat bagi kedua belah pihak,
Kemitraan berlangsung saling membutuhkan dan mengembangkan satu dengan lainnya sesuai konsep kemitraan. (2) Kekuatan utama dari kemitraan yaitu sumberdaya keahlian petani untuk mengusahakan atau kemampuan petani yang baik dalam bidang usahatani tembakau. Sedangkan kelemahan dalam kemitraan adalah keterbatasan petani akan penguasaan teknologi. Peluang utama adalah dukungan masyarakat sekitar dalam berlangsungnya kemitraan. Sedang ancaman utama dalam kemitraan adalah perundangundangan yang membatasi. (3) Analisis strategi SWOT menghasilkan formulasi strategi S-O ,W-T, S-T dan W-T Berdasarkan matriks QSPM kemitraan yang berjalan dapat lebih fokus pada pemanfaatan lahan melalui pembinaan dan pemdampingan pada petani mengenai teknik budidaya tembakau yang benar. Saran Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan hendaknya melakukan pembinaan dan pendampingan dari mulai pembibitan, penanaman, perawatan, panen dan paska panen secara berkala mengenai penggunaan teknologi budidaya seperti teknik pembibitan, jarak tanam, pemeliharaan tanaman dan perlindungan terhadap hama penyakit sehingga dapat meningkatkan penguasaan teknologi budidaya petani. DAFTAR PUSTAKA Nawawi, H dan M. Martini. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hafsah, Jafar. 2003. Kemirataan usaha konsepsi dan strategi. PT Pustaka sinar harapan. Jakarta. Rangkuti, Fredy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama Soenardi .1999 . Perlu , Koperasi dalam Usaha Tani Tembakau, Prosiding Semiloka Teknologi Tembakau, Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang .