STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA PADA AN

Download Menurut data WHO, di antara 358 orang penderita DHF 128 orang anak termasuk dalam ... melakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Hi...

0 downloads 589 Views 689KB Size
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA PADA An.R DENGAN Obs. DHF DI RUANG ANGGREK RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

DI SUSUN OLEH:

RAGIL MURTININGSIH NIM. P.10048

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

i

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA PADA An. R DENGAN Obs. DHF DI RUANG ANGGREK RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

RAGIL MURTININGSIH P. 10048

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

i

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA PADA AN. R DENGAN Obs. DHF DI RUANG ANGGREK RSUD SRAGEN Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S.Kep.Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.Ns, selaku sekretaris Program Studi DIII Keperawatan dan penguji yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta serta memberikan masukan-masukan, inspirasi dan bimbingan dalam kesempurnaan studi kasus ini. 3. Siti Mardiyah, S.Kep.Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

v

4. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku penguji yang telah memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatam STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 6. Kedua orangtuaku yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Buat mas Rudy dan semua kakakku yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta,

Juni 2013

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ix BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 5 C. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 6 BAB II

LAPORAN KASUS A. Identitas Klien .......................................................................... 7 B. Pengkajian ................................................................................ 7 C. Perumusan Masalah Keperawatan ............................................ 12 D. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 12 E. Implementasi Keperawatan. ..................................................... 13 F. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 16

vii

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ........................................................................ 18 B. Simpulan ............................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Demam Haemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictu. Demam yang terjadi akibat penyakit ini bersifat mendadak dan berlangsung selama 5-7 hari. Biasanya terlihat lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri pada daerah bola mata, punggung, dan persendian. Timbul pula bercak-bercak merah pada pada tubuh (petekie) terutama di daerah muka dan dada. Gejala lanjut yang terjadi adalah timbulnya keriput kulit di kening, perut, lengan, paha, dan anggota tubuh lainnya (Suriadi, 2010). Menurut data WHO, di antara 358 orang penderita DHF 128 orang anak termasuk dalam kelompok DHF derajat II, 138 orang anak dalam golongan DHF derajat III, dan 92 orang anak dalam golongan derajat DHF IV. Di Amerika Demam Haemorhagic Fever pada tahun 2000 mengalami peningkatan sebanyak 4 kali lipat. Berdasarkan penelitian pada tahun 2007, Peningkatan kasus secara besar-besaran terjadi dalam kurun waktu 5 tahunan dan dianggap yang

paling besar terjadi dengan jumlah kasus sebanyak

10.362 – 22.807 jiwa tiap tahunnya (Sigarlaki, 2007).

1

2

Penyakit Demam Berdarah sejak ditemukan di Jakarta dan di Surabaya pada tahun 1968, jumlah kasus terus menyebar dan meningkat secara sentrifugal ke semua daerah di indonesia. Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu propinsi yang dinyatakan sebagai daerah endemis DBD. Angka insidensi DBD pada tahun 2003 dihitung rata-ratanya sebesar 28,2 per-10.000 penduduk dengan jumlah kasus sebesar 4.857 dan 75 jiwa diantaranya meninggal dunia, dan sampai akhir bulan Mei tahun 2004 jumlah kasus sudah mencapai 1.820 jiwa dengan sebanyak 29 jiwa meninggal dunia (Subargus, 2004). Setiap manusia memiliki kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi untuk mencapai kebutuhan tertinggi, dan kebutuhan – kebutuhan ini seperti berupa hirarki yang pada setiap pemenuhannya akan diikuti pemenuhan kebutuhan lainnya. Kebutuhan itu di antaranya yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, serta aktualisasi diri (Maslow dalam Mubarok, 2007). Hipertemia merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan keselamatan dan keamanan. Hipertemia adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diatur, disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan panas. Interleukin-1 pada keadaan ini tidak terlibat, oleh karena itu pusat pengaturan suhu di hipotalamus berada dalam keadaan normal (IDAI, 2002).

3

Hipertermia adalah bentuk mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit, apabila ada suatu kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh, secara otomatis tubuh akan melakukan perlawanan terhadap kuman penyakit itu dengan mengeluarkan zat antibodi. Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak daripada biasanya ini diikuti dengan naiknya suhu badan. Semakin berat penyakit yang menyerang, semakin banyak pula antibodi yang dikeluarkan, dan akhirnya semakin tinggi pula suhu badan yang terjadi (Widjaja, 2003). Ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami hipertermia. Biasanya setiap penyebab hipertermia menimbulkan gejala yang berbeda-beda namun pada umumnya hipertermia yang diderita oleh anak diikuti dengan perubahan sifat atau sikap, misalnya menurunnya gairah bermain, lesu, pandangan mata meredup rewel, cengeng atau sering menangis, dan cenderung bermalas-malasan. Secara garis besar, ada dua kategori hipertermia yang seringkali diderita oleh anak yaitu hipertermia noninfeksi adalah hipertermia yang bukan disebabkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Contohnya hipertermia karena stres, sedangkan hipertermia infeksi adalah hipertermia yang disebabkan oleh

masuknya

patogen misalnya kuman, bakteri, atau virus (Widjaja, 2003). Masalah hipertermia sudah menjadi fokus perhatian tersendiri pada berbagai profesi kesehatan baik itu dokter, perawat, dan bidan. Bagi pofesi perawat masalah gangguan suhu tubuh atau perubahan suhu tubuh termasuk

4

demam sudah dirumuskan secara jelas pada North American Nursing Diagnosis Association / NANDA (Sodikin, 2012). Hasil observasi penulis di ruang Anggrek pada tanggal 22 April 2013 diperoleh data subyektif An.R panas sudah 4 hari, sedangkan data obyektif suhu 38,9oC nadi 88 kali permenit respirasi 88 kali permenit, An.R tampak lemah, kulit tampak kemerahan, badan teraba hangat, mukosa bibir kering, dan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 April 2013 terjadi penurunan Trombosit, Hemaglobin, Leukosit dan Hematokrit. Hipertermia pada anak yang tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat seperti halnya bisa menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan terjadi syok, dan gangguan tumbuh kembang pada anak (Ngastiyah, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Hipertemia pada An.R dengan Obs.DHF di ruang Anggrek RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

5

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus Hipertermia pada An.R dengan Obs.DHF di ruang Anggrek RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian Hipertermia pada pasien An. R dengan Obs.DHF di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. b. Penulis mampu merumuskan

diagnosa keperawatan Hipertermia

pada pasien An.R dengan Obs.DHF di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan Hipertermia pada pasien An.R dengan Obs. DHF di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. d. Penulis mampu melakukan implementasi Hipertermia pada pasien An. R dengan Obs. DHF di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. e. Penulis mampu melakukan evaluasi Hipertermia pada pasien An. R dengan Obs.DHF di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen. f. Penulis mampu menganalisa kondisi Hipertermia yang terjadi pada pasien An. R dengan Obs. DHF di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen.

6

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan keperawatan Hipertermia pada pasien Obs.DHF. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami penyakit hipertermia

dan sebagai pertimbangan perawat dalam

mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat kepada pasien. 3. Bagi Penulis Menambah

pengetahuan

peneliti

tentang

masalah

keperawatan

Hipertermia dan merupakan suatu pengalaman baru bagi penulis atas informasi yang diperoleh selama penelitian.

7

BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang studi kasus yang dilakukan pada An. R dengan Hipertemia. Pengkajian menggunakan metode Autoanamnese dan Alloanamnese. Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 di Ruang Anggrek RSUD Sragen. Studi kasus ini dimulai dari tahap pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas klien Nama pasien An. R berumur 9 tahun 8 bulan, pasien berjenis kelamin perempuan, An. R adalah seorang pelajar SD, beragama Islam, tempat tinggal sekarang di Sragen. Diagnosa medis Obs.DHF yang bertanggung jawab adalah Tn. J bertempat tinggal di Sragen, Tn. J adalah ayah pasien, beragama Islam. Penulis juga mendapatkan informasi dari Ny. W yaitu ibu pasien.

B. Pengkajian 1. Riwayat kesehatan pasien Dari pengkajian An. R ditemukan hasil riwayat kesehatan yaitu keluhan utama pasien adalah ibu pasien mengatakan An.R panas kurang lebih 4 hari yang lalu. Riwayat kesehatan sekarang ibu pasien mengatakan An.R panas sejak hari jumat 19 April 2013 atau 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat panas intensitasnya naik turun kadang

7

8

panas tinggi kadang turun, jika panas tinggi ibu pasien hanya memberikan obat penurun panas yang dibeli diwarung. Ibu pasien mengatakan An.R selama panas tidak mau makan atau minum. Senin 22 April 2013 panas An.R tidak juga turun maka An.R di bawa ke IGD RSUD Sragen di IGD An.R di ukur suhunya 38,9oC, kemudian An.R dipasang infus RL 15 tpm dan diberikan injeksi Norages 2 x 175 mg, kemudian An.R dipindahkan ke bangsal Anggrek, di bangsal An.R diberikan obat oral paracetamol tablet 2 x ½ 250 mg

dan injeksi

Cefotaxime 2 x 500 mg. An.R merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. An.R lahir pada tanggal 1 juni 2003 lahir cukup bulan. Ibu An.R mengatakan tidak pernah melakukan aborsi dan menderita sakit yang parah. Ibu An.R selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan. Ibu An.R mengatakan saat hamil jika sakit flu atau batuk tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Ibu An.R mengatakan An.R lahir secara spontan (normal), lama persalinan kurang lebih 1 jam, tempat persalinan di tempat bidan dekat rumahnya. Berat badan An. R saat lahir 2750 gram, panjang badan 49 cm. Kondisi An.R saat lahir normal, sehat, segera menangis dan tidak memiliki kelainan. Riwayat penyakit sebelumnya ibu An.R mengatakan An.R dulu pernah dirawat di RSUD Sragen pada tanggal 12 April 2013 sampai tanggal 18 April 2013 karena Demam Berdarah Dengue keadaan An.R

9

saat sudah diperbolehkan pulang sudah tidak panas suhunya 36,6oC dan sudah sembuh. Ibu An.R mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, TBC dan HIV/AIDS. An.R tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, dan obat-obatan. Ibu An.R mengatakan An.R sudah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu : BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak sesuai dengan umur dan jadwal imunisasinya. Pertumbuhan dan perkembangan An.R berat badan waktu lahir yaitu 2750 dan berat badan saat ini 21 kg. Usia saat tumbuh gigi pertama kali saat usia 1 tahun, tidak mengalami masalah gigi. An.R dapat berjalan saat usia 14 bulan. Saat ini An.R sudah bersekolah kelas 3. Interaksi dengan orang lain dan teman sebaya cukup baik, cepat mengenal, dan mudah bergaul dengan siapapun. An.R tidak memiliki kebiasaan khusus, An.R tidur sekitar jam 9 malam dan bangun sekitar jam 5 pagi, tidur selama 8 jam. An.R dapat melakukan Toileting dan Activity Daily Life secara mandiri. Pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis pada An.R adalah pada pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis pada tanggal 22 April 2013 penulis mendapatkan data yaitu keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis. Pengukuran pertumbuhan berat badan 21 kg. Pengukuran tanda-tanda vital Suhu 38,9oC, nadi 88 kali permenit, pernapasan 24 kali permenit. Kepala : simetris, bentuk kepala mesochepal, kepala dapat bergerak kekanan dan ke kiri, Mata sklera tidak ikterik, kornea hitam,

10

konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, simetris. Hidung : simetris, tidak terdapat polip, tidak terdapat sekret. Mulut : warna bibir merah muda, membran mukosa kering, tidak terdapat sariawan. Leher tidak terdapat kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, reflek telan baik. Dada simetris, tampak terdapat retraksi dada. Paru-paru : Inspeksi : dada simetris, datar, Perkusi : Pekak, Palpasi : pengembangan dada kanan dan

kiri sama, Auskultasi : tidak ada suara tambahan.

Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, Perkusi : ictus cordis teraba di SIC IV dan V, Palpasi : pekak, Auskultasi : Bunyi Jantung I - II murni. Abdomen: Inspeksi : simetris, tidak ada luka, Aukultasi : bising usus 10 kali permenit, Palpasi : ada nyeri tekan, teraba massa, Perkusi : timpani. Ekstremitas tangan kanan terpasang infus RL 15 tpm. Integumen warna kulit kuning langsat, tekstur elastis, turgor kulit kembali cepat. 2. Riwayat Nutrisi dan cairan Riwayat nutrisi : Ibu An. R mengatakan sebelum sakit An.R makan 3-4 kali sehari dengan lauk pauk, buah, tetapi An.R mengatakan tidak suka makan sayur-sayuran. An.R mengatakan setiap pagi selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah, setelah pulang sekolah juga langsung makan siang. An.R suka makan-makanan manis dan berkuah. An.R minum air putih dan air teh sekitar 1500 cc per hari. Selama sakit Ibu An.R mengatakan An.R selama sakit nafsu makannya menurun karena kondisi tubuhnya yang sedang tidak sehat. An.R makan 3 kali sehari dan hanya menghabiskan seperempat porsi makanan yang disediakan dari

11

rumah sakit. An.R makan hanya dengan bubur dan lauknya. An.R minum air putih atau kadang teh manis sekitar 600 cc per hari. Status nutrisi berdasarkan Z-score: WAZ : -2.02 ( gizi kurang), HAZ : -1.52 (pendek), WHZ : -1.94 (kurus). Pola eliminasi An.R ibu pasien mengatakan sebelum sakit : An.R buang air kecil sekitar 4-5 kali sehari, warna kuning jernih, berbau khas, sedangkan buang air besar 1 kali sehari, warna kuning ,berbau khas, tidak ada lendir atau darah. Selama sakit : An.R buang air kecil 3-4 kali sehari, warna kuning sedikit keruh, berbau khas. An.R mengatakan sudah 10 hari ini belum buang air besar. Terapi yang didapatkan An.R pada tanggal 22 April 2013 yaitu : Infus RL 15 tpm, injeksi Cefotaxime 2 x 500 mg, Ranitidine 2 x 25 mg, Norages 2 x 500 mg, Amoxcilin 3 x 350 mg, Paracetamol tablet 3 x ½ 250 mg per hari. Tanggal 23-24 April 2013 yaitu : Amoxcilin 3 x 350 mg, Paracetamol tablet 3 x ½ 250 mg per hari. Pemeriksaan penunjang pada tanggal 22 April 2013 yaitu : Hemoglobin 11.1 g/dl (nilai normal 11.5-15.5), Eritrosit 4.79 juta (nilai normal 4.0-4.2), Trombosit 37 ribu (nilai normal 40-150), Hematokrit 32.1 %(nilai normal 35-45), Lekosit 4.30 g/dl (nilai normal 4.5 – 14.5), MCV 77.4 fl (nilai normal 80-99), MCH 26.7 pg (nilai normal 27-31), MCHC 34.5 pg (nilai normal 40.000-150.000), RDW 14.9 ribu (nilai normal 11.5-14.5), MPV 8.3 % (nilai noramal 7.2-11.1), Neutrofil 51.4 fl

12

(nilai normal 40-70), MXD 6.5 % (nilai normal 4-18), Limfosit 42.1 % ( nilai normal 19-48), Golongan Darah O.

D. Analisa Data Dari data yang sudah dapatkan dari hasil pengkajian maka penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit : Obs.DHF. Diagnosa tersebut ditunjang oleh data subyektif ibu pasien mengatakan An.R panas sudah 4 hari, data obyektif akral teraba hangat, suhu 38,9oC, nadi 88 kali permenit, Respirasi 24 kali permenit kulit tampak kemerahan, mukosa bibir kering, An.R tampak lemah dan dari hasil laboratorium pada tanggal 22 April 2013 terjadi penurunan Haemoglobin, Trombosit, Lekosit dan Hematokrit. Di sini penulis mencantumkan diagnosa keperawatan utama, karena pada dasarnya hipertemia merupakan masalah keperawatan yang harus segera diatasi. Jika hipertemia tidak segera diatasi maka akan berakibat seperti halnya dapat menyebabkan kejang pada anak, dehidrasi, syok, dan gangguan tumbuh kembang pada anak.

E. Tujuan dan Kriteria Hasil Dalam penyusunan kriteria hasil, penulis berpedoman pada SMART yaitu S (specifik), M (measureable), A (achievable), R ( reasonable ), T ( time). Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan suhu dalam rentang normal dan stabil, dengan rentang normal 36,5oC-37,5oC,

13

suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, nadi dalam rentang normal 60 – 140 kali permenit dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan 15 - 20 kali permenit, keletihan tidak tampak, warna kulit normal.

F. Perencanaan Setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan maka rencana keperawatan yang dilakukan penulis adalah observasi tanda-tanda vital pasien setiap 2 jam sekali dengan rasional tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh dengan rasional agar pasien dan keluarga mengetahui suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat dengan rasional untuk menjaga pasien agar merasa nyaman dan mengurangi penguapan tubuh. Anjurkan pasien agar minum banyak kurang lebih 1000cc per hari dengan rasional peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang cukup. Anjurkan kompres air hangat pada dahi dengan rasional untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi Antibiotik dan Antipiretik dengan rasional Antibiotik untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi dan Antipiretik untuk menurunkan panas.

14

G. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada hari Senin, 22 April 2013 jam 13.00 WIB Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi), respon subyektif pasien yaitu ibu An.R mengatakan anaknya panas, respon obyektifnya yaitu suhu tubuh An.R 38,9oC nadi 88 kali permenit respirasi 24 kali permenit, badan teraba panas dan lemah. Memberikan kompres air hangat pada dahi An.R, respon subyektif pasien yaitu ibu An.R mengatakan mau mengompres, respon obyektif pasien yaitu An.R tampak lebih rileks. Menganjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian tipis yang menyerap keringat, respon subyektif pasien yaitu ibu An.R mengatakan mengerti dan bersedia, respon obyektif pasien yaitu An.R bersedia memakainya. Menganjurkan agar pasien minum yang cukup sekurangnya 1000 cc sehari, respon subyektif pasien yaitu ibu An.R mengatakan An.R susah minum, respon obyektif pasien yaitu An.R minum air putih seperempat gelas belimbing. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi Antipiretik dan Antibiotik (Cefotaxime 2 x 500 mg, Norages 2 x 500 mg), respon subyektif pasien yaitu An.R mengatakan mau disuntik, respon obyektif pasien yaitu injeksi melalui IV. Memberikan obat oral (Paracetamol tablet 3 x ½ 250 mg), respon subyektif pasien yaitu pasien mengatakan bersedia minum obatnya, respon obyektif pasien yaitu obat Paracetamol sudah diminum.

15

Hari selasa, 23 April 2013 jam 08.15 WIB tindakan keperawatan yang dilakukan : Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien (suhu, nadi, respirasi), respon subyektif pasien yaitu ibu An.R mengatakan badan An.R masih panas, respon obyektif pasien yaitu suhu 38,1oC nadi 86 kali pemenit respirasi 20 kali permenit, mukosa bibir tampak kering. Mengompres dengan air hangat pada dahi An.R, respon subyektif pasien yaitu An.R mengatakan bersedia untuk dikompres air hangat, respon obyektif pasien yaitu badan An.R tampak lebih rileks. Menganjurkan agar pasien minum cukup sekurang-kurangnya 1000 cc per hari, respon subyektif pasien yaitu ibu pasien mengatakan anaknya susah minum, respon obyektif pasien yaitu An.R tampak minum 1 gelas belimbing. Mengganti flabot infus RL 5 tpm, respon subyektif dan obyektifnya infus RL sudah terganti. Berkolaborasi pemberian terapi Antibiotik dan Antipiretik (Amoxcilin 3 x 350 mg dan Paracetamol tablet 3 x ½ 250 mg), respon subyektif pasien yaitu An.R mengatakan mau di suntik dan minum obat, respon obyektif pasien yaitu injeksi Amoxcilin 3 x 350 mg sudah diberikan melalui IV, dan Paracetamol sudah diminum. Hari Rabu, 24 April 2013 jam 08.00 WIB tindakan keperawatan yang dilakukan : Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien (suhu, nadi, respirasi), respon subyektif pasien yaitu ibu An.R mengatakan An.R badannya sudah tidak panas lagi, respon obyektif pasien yaitu suhu 37o C nadi 84 kali respirasi 20 kali permenit, badan An.R tidak teraba panas mukosa bibir lembab. Menganjurkan agar An.R minum yang cukup kurang

16

lebih 1000 cc per hari, respon subyektif pasien yaitu ibu An.R mengatakan anaknya sudah mulai mau minum air putih sekitar 8 gelas belimbing dalam sehari, respon obyektif pasien yaitu An.R tampak lebih segar dan mukosa bibir lembab. Berkolaborasi pemberian terapi Antibiotik (Cefotaxime 2 x 500mg), respon subyektif pasien yaitu An.R bersedia disuntik, respon obyektif pasien yaitu injeksi diberikan melalui IV.

H. Evaluasi Setelah dilakukan rencana keperawatan dan tindakan keperawatan. Evaluasi pada hari Senin 22 April 2013 jam 14.05 WIB adalah diperoleh evaluasi subyektif yaitu keluarga pasien mengatakan badan An.R masih panas. Evaluasi obyektif yaitu suhu 38,9oC nadi 88 kali permenit respirasi 24 kali permenit, kulit tampak kemerahan, mukosa bibir tampak kering, terjadi penurunan Trombosit, Haemoglobin, Lekosit dan Hematokrit, dengan Analisa adalah Masalah hipertermia belum teratasi, dengan Planning Intervensi dilanjutkan yaitu observasi tanda-tanda vital (suhu,nadi, respirasi), kompres air hangat, anjurkan minum yang cukup kurang lebih 1000 cc per hari, lanjutkan pemberian Antipiretik (Paracetamol). Evaluasi hari kedua Selasa 23 April 2013 jam 14.05 WIB adalah evaluasi subyektif keluarga pasien mengatakan badan An.R masih panas. Evaluasi obyektif

suhu 38,1oC respirasi 20 kali permenit nadi 86 kali

permenit, kulit masih teraba hangat, mukosa bibir masih terlihat kering dengan Analisa Masalah hipertermia belum teratasi, dengan Planning

17

intervensi dipertahankan yaitu observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi), kompres air hangat pada dahi, anjurkan minum yang cukup kurang lebih 1000 cc per hari, lanjutkan pemberian Antipiretik ( Paracetamol ). Evaluasi hari ketiga Rabu 24 April 2013 jam 14.00 WIB adalah evaluasi subyektif An.R mengatakan badannya sudah tidak panas. Evaluasi obyektif suhu : 37oC, nadi 84 kali permenit, respirasi 20 kali permenit, raut muka tampak lebih segar, suhu kulit tidak teraba hangat, mukosa bibir lembab, dengan Analisa Masalah hipertermia sudah teratasi, dan Planning Intervensi dihentikan.

18

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan Pada Bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus asuhan keperawatan anak Hipertemia dengan Obs. DHF di ruang Anggrek RSUD Sragen. Di sini penulis membahas diagnosa prioritas utama yaitu Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit : Obs. DHF dengan alasan, bahwa hipertemia merupakan masalah utama yang harus segera di atasi. Ruang lingkup pembahasan ini meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. 1. Pengkajian Tahap pertama yang dilakukan penulis adalah pengkajian kepada pasien. Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistemtis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon pasien saat ini dan waktu sebelumnya (Potter Perry, 2009). Pengkajian yang dilakukan penulis pada An.R yang mengalami Hipertermia yaitu demam sudah selama 4 hari, sedangkan pemeriksaan fisik pada An.R menunjukkan keadaan umum lemah, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, mukosa bibir An.R tampak kering.

18

19

Manifestasi awal pada Dengue Haemorhagic Fever (DHF) seringkali demam yang bersifat mendadak dan berlangsung selama 2-7 hari dan pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan Trombosit, Hemoglobin, Leukosit, dan Hematokrit. Secara klinis pasien tampak sakit akut, terdapat ruam petekie atau bercak-bercak merah pada tubuh (Suriadi, 2010). Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan head to toe. Pemeriksaan fisik head to toe yaitu menggunakan teknik (Inspeksi) menggunakan indera penglihatan, memerlukan bantuan pencahayaan yang baik, dan pengamatan yang teliti, (Palpasi) menggunakan serabut, saraf sensoris dipermukaan tangan untuk mengetahui kelembaban, suhu, tekstur, adanya massa, dan penonjolan, lokasi dan ukuran organ, serta pembengkakan, (Perkusi) pemeriksaan ini menggunakan prinsip vibrasi dan getaran udara dilakukan dengan mengetuk permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa, dan (Auskultasi) menggunakan indera pendengaran bisa menggunakan stetoskop ataupin tidak (Debora, 2011). Dari hasil pemeriksaan fisik keadaan umum An.R tampak lemah, pada pemeriksaan kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, membran mukosa bibir tampak kering. Pada pengukuran tanda-tanda vital suhu 38,9oC, respirasi 24 kali permenit, nadi 88 kali permenit. Secara teoritis hipertemia adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal (36,5oC-37,5oC). ketika pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran

20

darah cepat, terjadi kekurangan cairan sehingga menyebabkan kulit teraba hangat dan membran mukosa kering (Nelson, 2003). Pemeriksaan penunjang pada An.R pada tanggal 22 April 2013 yaitu terjadi penurunan Trombosit 37 ribu (nilai normal 40-150), Leukosit 4.30 g/dl (nilai normal 14.5-45.0), Hemoglobin 11.1 g/dl (nilai normal 11.5-15.5), dan Hematokrit 32.1 % (nilai normal 35-45).Penurunan Trombositopeni dan leukopeni umum terdapat pada demam dengue akibat perusakan sel-sel precursor pada sumsum tulang oleh virus. Replikasi virus dan kerusakan sel didalam sumsum tulang diduga menjadi penyebab terjadinya nyeri tulang. Sepertiga penderita demam dengue dalam mengalami simtom perdarahan dalam bentuk petekie atau bercak-bercak merah pada tubuh, perdarahan gusi, epistaksis, perdarahan usus, hematuri dan menoragia (Soedarto, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan data obyektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluaraga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Deswani, 2009). Pada kasus An.R penulis menegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu hipertermia berhubungan dengan proses penyakit : Obs. DHF,

21

didukung oleh data-data yang mengacu pada diagnosa tersebut yaitu data subyektif adalah ibu pasien mengatakan An.R panas sudah 4 hari, sedangkan data obyektifnya adalah An.R tampak lemah, mukosa bibir tampak kering, kulit kemerahan, kulit teraba hangat. Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan hipertermia karena merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, hal ini didasrakan pada teori hierarki Maslow. Hipertermia pada anak jika tidak segera diatasi dapat mnyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan syok, dan gangguan tumbuh kembang anak (Ngastiyah, 2005). Hipertermia merupakan peningkatan suhu di atas rentang normal. Batasan karakteristik hipertermia adalah kulit memerah, kejang atau konvulsi, suhu tubuh meningkat di atas rentang normal, kulit teraba hangat, mukosa bibir kering (NANDA, 2012).

3. Intervensi Intervensi

adalah

panduan

untuk

perilaku

spesifik

yang

diharapakan dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009). Penulis menyusun kriteria hasil yang berpedoman pada SMART yaitu S (specific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M (measurable) dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku pasien : dapat dilihat, didengar, diraba,

22

dirasakan, dan dibau. A (achievable) dimana harus dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008). Tujuan dan kriteria hasil adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan suhu tubuh stabil dengan kriteria hasil suhu kulit dalam rentang normal 36,5oC – 37,5oC, nadi dalam rentang normal 60–140 kali permenit dan pernapasan dalam rentang normal 15– 24 kali permenit, keletihan tidak tampak, dan warna kulit normal, kulit tidak teraba hangat, mukosa bibir lembab (NANDA, 2012). Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 X 24 jam karena hipertermia pada anak khususnya, merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, apabila demam pada anak tidak segera diatasi akan menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi bahkan terjadi syok, dan menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak (Ngastiyah, 2005) Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan prinsip ONEK , Observasi yaitu rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau secara langsung yang dilakukan secara kontinue. Nursing Treatment yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki, dan mencegah perluasan masalah. Education yaitu rencana tindakan yang

23

berbentuk pendidikan kesehatan. Kolaboratif yaitu tindakan medis yang dilimpahkan pada perawat (Rohmah, 2002). Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada An. R berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) antara lain yaitu observasi tanda-tanda vital pasien setiap 2 atau 4 jam sekali dengan rasional tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien dan sebagai dasar untuk menentukan intervensi. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh dengan rasional agar pasien dan keluarga mengetahui suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat dengan rasional untuk menjaga pasien agar merasa nyaman dan mengurangi penguapan tubuh. Anjurkan pasien agar minum yang cukup kurang lebih 1000 cc per hari dengan rasional peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. Anjurkan kompres air hangat pada dahi dengan rasional untuk membantu menurunkan suhu tubuh. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi Antipiretik dan Antibiotik dengan rasional Antibiotik untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi dan Antipiretik untuk menurunkan panas.

4. Implementasi Implementasi

keperawatan merupakan proses pelaksanaan dari

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan spesifik (Potter Perry,

24

2009). Implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang sudah diterapkan selama tiga hari adalah memonitor suhu tubuh pasien. Memonitor dan catat suhu tubuh pasien setiap 2 atau 4 jam. Memonitor suhu tiap 2 jam atau 4 jam bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien (Ardiansyah, 2012). Memberikan kompres air hangat pada dahi pasien bertujuan untuk membantu menurunkan panas, bahwa kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Evaporasi itu sendiri merupakan proses hilangnya panas dengan proses keluarnya keringat terjadi karena keringat di bagian kulit tersebut menguap. Kompres air hangat bisa dilakukan di dahi, lipatan paha, axilla, bahkan di usapkan di seluruh tubuh dengan menggunakan kain atau handuk. Ini bertujuan untuk mempercepat

penguapan

karena

terdapat

pembuluh

darah

besar

(Ardiansyah, 2012). Menganjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan yang menyerap keringat, bahwa menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat dapat membantu mengurangi penguapan pada tubuh dan melindungi permukaan tubuh terhadap lingkungan yang panas (Widjaja, 2003). Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang hal – hal yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Memberikan penjelasan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan pada pasien

25

maupun keluarga pasien. Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah memberikan informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Dengan ini orang yang memiliki pengetahuan baik maka akan lebih mampu bersikap baik terhadap penyakitnya (Sodikin, 2012). Menganjurkan pasien untuk minum yang cukup kurang lebih 1000cc dalam sehari. Pada tindakan keperawatan menganjurkan ibu pasien memberikan minum yang cukup kurang lebih 1000 cc dalam sehari pada An.R dengan tujuan untuk menjaga kondisi kebutuhan cairan dalam tubuhnya dengan alasan karena air minum merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas dan air sendiri diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat (Widjaja, 2003). Berkolaborasi

dengan

dokter

pemberian

terapi

Antipiretik

(Paracetamol tablet 3 x ½ 250 mg). Antipiretik merupakan obat penurun panas dengan indikasi Paracetamol yaitu sebagai penghilang panas dan rasa sakit (ISO, 2012). 5. Evaluasi Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, maka penulis melakukan evaluasi. Evaluasi keperawatan adalah fase akhir dalam proses keperawatan (Potter Perry, 2009). Evaluasi ini penulis menggunakan metode sesuai teori yaitu SOAP ( Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Terdiri dari Subyektif yaitu pernyataan dari pasien

26

atau keluarga, Obyektif yaitu hasil dari pemeriksaan dan observasi, Assesment yaitu kesimpulan dari hasil tindakan, Planning yaitu rencana tindakan. Pada hari Senin 22 April 2013 jam 14.10 WIB subyektifnya yaitu keluarga pasien mengatakan badan An.R masih panas, obyektifnya yaitu suhunya 38,9oC nadi 88 kali permenit respirasi 24 kali permenit, An.R tampak lemah, kulit kemerahan, mukosa bibir kering. Masalah hipertermia belum teratasi dan intervensi dilanjutkan dengan monitor tanda-tanda vital, anjurkan pasien minum yang cukup kurang lebih 1000 cc sehari, berikan kompres air hangat pada dahi, anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat, dan kolaborasi dengan dokter pemberian Antipiretik (Paracetamol). Pada hari Selasa 23 April 2013 jam 14.05 WIB subyektifnya yaitu keluarga pasien mengatakan badan An.R masih panas, obyektifnya yaitu suhunya 38,1oC nadi 86 kali permenit respirasi 20 kali permenit, An.R masih tampak lemah, bibir masih tampak kering. Masalah hipertermia belum teratasi dan intervensi dilanjutkan dengan monitor tanda-tanda vital pasien, berikan kompres air hangat pada dahi, anjurkan minum yang cukup kurang lebih 1000 cc sehari, lanjutkan pemberian terapi Antipiretik (Paracetamol). Pada hari Rabu 24 April 2013 jam 14.00 WIB subyektifnya yaitu keluarga pasien mengatakan panas An.R sudah menurun, obyektifnya suhu 37oC nadi 84 kali permenit respirasi 20 kali permenit, An.R tampak lebih

27

segar, mukosa bibir tampak lembab, kulit tidak kemerahan, kulit tidak teraba hangat. Masalah hipertermia sudah teratasi dan intervensi dihentikan karena pasien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan a. Hasil Pengkajian pada An.R

yang didapatkan antara lain data

subyektif ibu pasien mengatakan anaknya panas. Data yang dilihat atau diobservasi oleh penulis yaitu kulit teraba hangat, kulit teraba kemerahan, suhu 38,9oC, mukosa bibir kering, An.R tampak lemah, pada hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 22 April 2013 menunjukkan penurunan Trombosit, Leukosit, Haemoglobin, dan Hematokrit. b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An.R adalah Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit : Obs. DHF. c. Intervensi keperawatan pada An.R yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama

3x24

jam

dan

diharapkan

Hipertermia dapat teratasi dengan kriteria hasil suhu dalam batas normal 36,5oC –37,5oC, mukosa bibir lembab, kulit tidak teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan, keletihan tidak tampak. Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis yaitu observasi tanda-tanda vital tiap 2 atau 4 jam. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat, berikan penjelasan

28

kepada pasien dan

keluarga tentang

hal-hal

yang dapat

menyebabkan peningkatan suhu tubuh, anjurkan pasien minum yang cukup kurang lebih 1000 cc per hari, berikan kompres air hangat pada dahi An.R, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi Antibiotik dan Antipiretik. d. Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis pada tanggal 22-24 April 2013 selama tiga hari pada An.R yaitu : Memonitor suhu tubuh tiap 2 atau 4 jam, memberikan kompres air hangat pada dahi An.R, menganjurkan agar pasien minum yang cukup kurang lebih 1000 cc sehari, menganjurkan keluarga untuk anaknya memakai pakaian tipis dan menyerap keringat, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang hal-hal yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh, berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi Antipiretik ( Paracetamol ½ tablet ). e. Evaluasi tindakan keperawatan dilakukan oleh penulis

pada

tanggal 22-24 April 2013 pada An.R selama tiga hari berpedoman pada metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planing). Evaluasi subyektifnya yaitu An.R mengatakan badannya sudah tidak panas. Evaluasi Obyektifnya yaitu suhu 370C nadi 84 kali permenit respirasi 20 kali permenit, An.R tampak lebih segar, badan tidak teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan, mukosa bibir tampak lembab. Analisis Masalah hipertermia sudah teratasi, dan Planning Intervensi dihentikan.

29

f. Analisa Kondisi An.R yang mengalami masalah keperawatan Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit : Obs. DHF yaitu pasien mengatakan badannya sudah tidak panas suhu 37oC, mukosa bibir tampak lembab, kulit tidak tampak kemerahan, badan tidak teraba hangat, An.R tampak lebih segar, dan masalah Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit : Obs. DHF teratasi karena implementasi yang dilakukan penulis sudah sesuai intervensi yang disusun oleh penulis. 2. Saran a. Bagi Rumah Sakit Diharapkan memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit. b. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam praktek klinik dan pembuatan laporan. c. Bagi Penulis selanjutnya Diharapkan

penulis

memanfaatkan

waktu

selanjutnya seefektif

dapat

menggunakan

mungkin,

sehingga

memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara optimal.

atau dapat

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Penerbit DIVA Press ( Anggota IKAPI), Jogjakarta, hal 243-245. Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Penerbit Salemba Medika : EGC, Jakarta, hal 41, 59, & 99. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi pertama. Editor : sumarmo S. Poorwo Soedarmo,dkk. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal 26 – 63. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2009). Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia. Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta, hal 454 & 467. Kozier Barbara, Erb Genora, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Pikir & Praktik. Edisi 7. Volume 1. Editor : Eko Karyuni, Pamilih, Yulianti Devi, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta, hal 354-433. Mubarak Iqbal Wahit, Chayatin Nurul. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 34. Murwani Arita. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Edisi Pertama. Penerbit Gosyen Publishing, Yogyakarta, hal 138-144. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. EGC: Jakarta. Nelson Arvin. (2003). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Editor : Prof. Samik Wahab, SpA (K). Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 854 – 856. Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.Edisi 2. Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 80-81. Patricia A.Potter & Perry. (2009). Fundamentalsof Nursing Fundamental Keperawatan. Edisi7. Volume 2, Penerjemah Ester, dkk, Penerbit Salemba Medika EGC, Jakarta, hal 382 - 433. Potter dan Perrry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep Proses dan Praktek. Edisi 7. Volume 1. EGC: Jakarta. Rohmah Nikmatur. (2002). Proses KeperawatanTeoridanAplikasi. Yogyakarta: arruzz media.

Sigarlaki Herke. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. http://skp.Medika, Jakarta, hal 194 - 196.unair.ac.id Diakses pada tanggal 7 mei 2013 Jam 23.33 WIB. Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Penerbit Pustaka Pelajar EGC, Jakarta, hal 27 – 141. Subargus Amin. (2004). Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta. http:// www.Skripsistikes.wordpress.com. Diakses pada tanggal 2 mei 2013 Jam 19.34 WIB. Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122. Widjaja. (2003). Mencegah Mengatasi Demam Pada Balita. Penerbit Kawan Pustaka EGC, Jakarta, hal 1 – 52. Wilkinson M Judith. (2012). BukuSaku Diagnosis KeperawatandenganIntervensi NIC danKriteriaHasil NOC. Edisi 9, Alih bahasa : Esty Wahyuningsih dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 390 – 394.